BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Oleh
karena itu, upaya untuk memajukan pendidikan sangat digalakkan oleh
pemerintah. Karena maju mundurnya Negara tergantung dari rendah
tingginya kualitas pendidikan. Untuk menghasilkan pendidikan yang
berkualitas, diperlukan manajemen yang rapi yang dapat mendukung
tercapainya tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain jika
dilihat dari kaca mata filsafat antropologi, pendidikan bertujuan untuk
menghasilkan sosok manusia yang diinginkan. Simon Bloom menggunakan
taksonomi tujuan pendidikan yang didasarkan pada aspek psikologis.
Rumusan tujuan tersebut menyangkut tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik.
Untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, diperlukan
manajemen yang baik yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Manajemen yang baik menentukan baik buruknya pembelajaran, bagaimana
seorang guru menggunakan metode yang tepat, penyediaan alat belajar yang
cukup, dan suasana kelas yang kondusif saat proses belajar mengajar.
Semua itu sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Pembelajaran
pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam
1
2
proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar yang sesuai
dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan
kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak
dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan
anak didik ke arah pencapaian tujuan pembeajaran. Hal ini terlihat dari
perhatian sebagian guru (pendidik) yang menjadikan siswa sebagai objek,
bukan sebagai subjek dalam belajar. Kondisi inilah yang pada umumnya
terjadi pada pembelajaran konvensional.
Manajemen adalah kemampuan dan ketrampilan khusus unuk
melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau melalui orang lain
dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen secara umum diartikan
sebagai proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan
menjadi system total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Praktek manajemen
menunjukkan bahwa fungsi atau kegiatan manajemen adalah perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan
(motivasi,
kepemimpinan,
pengambilan
keputusan, komunikasi, koordinasi dan negosiasi, serta pengembangan
organisasi), pengendalian meliputi pemantauan (monitoring) penelitian dan
pelaporan.1
Sedangkan pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa-siswa
belajar. Pembelajaran juga diartikan sebagai sebuah proses perubahan tingkah
laku atau sikap yang disebabkan oleh pengalaman. Pembelajaran mencakup
1
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hlm. 10.
3
semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses
belajar. Pembelajaran mencakup pula ejadian-kejadian yang diturunkan oleh
bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televise, film, slide maupun
kombinasi dari bahan-bahan tersebut.
Manajemen pembelajaran merupakan salah satu bagian dari
manajemen pendidikan. Manajemen pembelajaran adalah keseluruhan
kegiatan mengelola proses membelajarkan siswa sebagai pembelajar oleh
guru
melalui
tahap-tahap
perencanaan,
pelaksanaa,
penilaian
dan
pengendalian dengan maksud mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.2
Berdasarkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa “setiap warga Negara
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus.”3
Anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat dimaknai dengan anak-anak
yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak lantib
dan berbakat. Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah
menjadi berkelainan (exception) atau luar biasa.4 Pada mulanya, kelompok
anak-anak yang mengalami kelainan disebut sebagai anak-anak tidak mampu
(disable children). Namun, istilah disable children kini tidak lagi banyak
digunakan karena kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak
yang memiliki kelemahan dalam satu segi itu memiliki kelebihan dalam
2
Nazrudin MM, Manajemen Pembelajaran (Jogjakarta: Sukses Offset, 2007), hlm. 35.
Undang-Undang Sisdiknas 2003 ( UU RI No. 20 Th. 2003) (Jakarta: SInar Grafika
Offset, 2003), hlm. 6 – 12.
4
Yuliani Nuraini Sujono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), hlm. 166.
3
4
bidang lainnya. Difable (Different Ability) mengandung pengertian bahwa
yang ada adalah perbedaan dan bukan kecacatan. Mereka mampu melakukan
apapun hanya saja dengan cara yang berbeda.5 Beberapa yang termasuk
dalam difable antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, dan anak
dengan gangguan kesehatan. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah
di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian
C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk
tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.6
Pendidikan luar biasa bukan merupakan pendidikan yang secara
keseluruhan berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Jika kadang-kadang
diperlukan pelayanan yang terpaksa memisahkan anak luar biasa dan anakanak pada umumya, hendaknya dipandang untuk keperluan pembelajaran
(instruction) dan bukan untuk keperluan pendidikan (education). Ini berarti,
bahwa pemisahan anak luar biasa dengan anak lain pada umumnya hanya
dipandang untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pencapaian , tujuan
belajar yang terprogram, terkontrol dan teratur atau yang secara ringkas
disebut tujuan pembelajaran/tujuan intruksional khusus (Instructional
Objectives).
5
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunarungu (Suatu Pengantar Pendidikan Inklusi)
(Bandung: PT Refika Aditama, 2006), hlm. 3.
6
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), hlm. 5.
5
Memperhatikan kondisi anak berkebutuhan khusus yang heterogen,
guru harus mampu memahami subyek didiknya, menguasai strategi
pembelajaran, dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga
dapat menimbulkan semangat anak untuk meu belajar. Untuk itu guru harus
berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Selaku fasilitator diharapkan proses
pembelajaran yang bermakna bagi subjek didik.
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di masyarakat dikenal
sebagai sebuah Lembaga Pendidikan Luar Biasa ( PLB ). Sekolah-sekolah
untuk para penyandang kelainan mulai didirikan dengan memodifikasi
kurikulum yang telah ada agar sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan
mereka. Salah satunya adalah Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kota
Pekalongan.
Mengingat kondisi peserta didik yang memiliki keterbatasan
intelegensi dan juga keterbatasan lainnya, dan juga pentingnya pendidikan
agama bagi umat. Maka pelaksanaan pembelajaran PAI di SLB harus berjalan
sesuai dengan tujuan, sehingga pengetahuan yan diterima setiap anak tidak
berbeda dengan anak-anak normal. Maka, diperlukan pelaksanaan manajemen
pembelajaran yang matang. Karena manajemen pembelajaran PAI merupakan
substansi manajemen yang utama di sekolah.
SDLB Negeri Kota Pekalongan merupakan Sekolah khusus anak luar
biasa yang sudah berdiri sejak tahun 1983 dan merupakan sekolah luar biasa
pertama di kota Pekalongan yang berstatus Negeri. SDLB Negeri Kota
Pekalongan memiliki 102 siswa, 15 tenaga pendidik dan 1 tenaga
6
kependidikan, sebagian besar pendidik adalah lulusan SGPLB serta S1 PLB
yang memang lulusan tersebut tepat untuk mengajar pada sekolah luar biasa,
tenaga pendidik yang telah kompeten pada bidangnya. Tenaga pendidik yang
tepat adalah salah satu penunjang keberhasilan tercapainya tujuan manajemen
pembelajaran pada proses pembelajaran.
Akan tetapi pada mata pelajaran agama, SDLB Negeri Kota
Pekalongan belum mempunyai guru agama yang ditempatkan di sekolah ini
dan untuk sosulinya sekolah menunjuk salah satu guru yang dirasa cukup
menguasai pembelajaran pendidikan agama Islam, dilihat dari kompetensi
profesionalnya, guru pendidikan agama Islam pada SDLB Negeri Kota
Pekalongan tidak tepat, sebab guru tersebut bukan berlatar belakang dari
pendidikan bidang studi agama Islam tetapi dia adalah seorang sarjana bidang
studi PLB. SDLB Negeri Kota Pekalongan bertujuan untuk membuka
kesempatan belajar seluas-luasnya bagi anak berkebutuhan khusus untuk
memperoleh pendidikan, mengembangkan minat dan bakat serta ketrampilan
yang dimiliki anak berkebutuhan khusus serta memberikan pelayanan
bimbingan bagi anak berkebutuhan khusus agar dapat hidup mandiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di SDLB
Negeri Kota Pekalongan. Peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul
“MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI
PEKALONGAN”.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk mempermudah
memahami permasalahan, penulis membuat rangkaian dan batasan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak
berkebutuhan khusus di SDLB Negeri Pekalongan.
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan manajemen
pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus di
SDLB Negeri Pekalongan.
C. Tujuan Penelitian
Dengan melihat rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Mendeskripsikan dan mengetahui bagaimana pelaksanakan manajemen
pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Negeri Pekalongan.
2. Memberikan
gambaran
yang
jelas
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi dalam pelaksanaan manajemen pembelajaran pendidikan
agama Islam di SDLB Negeri Pekalongan
D. Kegunaan Penelitian
Kegunanan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis :
8
a. Menambah khazanah ilmiah bagi perpustakaan sebagai referensi atau
rujukan
tentang
manajemen
pembelajaran
di
suatu
lembaga
pendidikan yang khusus mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.
b. Sebagai bahan informasi di kalangan lembaga pendidikan tentang
manajemen pembelajaran.
2. Manfaat Praktis :
a. Bagi Sekolah Luar Biasa ini, fokus studi ini diharapkan bermanfaat
sebagai
masukan,
bahan
dokumentasi
historis
dan
bahan
pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan
kualitas
pelayanan
dan
pembelajaran
pendidikan
bagi
anak
berkebutuhan khusus.
b. Diharapkan dapat berguna bagi lembaga-lembaga lain, khususnya
lembaga pendidikan tentang konsep dan pelaksanaan manajemen
pendidikan pelayanan dan pembelajaran pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus.
E. Tinjauan Pustaka
1. Analisis Teori dan Penelitian yang Relevan
Manajemen
pembelajaran
dapat
diartikan
sebagai
proses
perencanaan, pengorgansasian, pengarahan, pengendalian sumber daya
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.7
Dalam me-manage atau mengelola pembelajaran manajer dalam hal ini
7
Husaini Usman, op. cit., hlm. 7.
9
pendidik
melaksanakan
merencanakan
berbagai
pembelajaran,
langkah
kegiatan
mengorganisasikan
mulai
dari
pembelajaran,
mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Pengertian dari manajemen sesungguhnya adalah usaha memanage (mengatur) organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
secara efektif dan efisien. Manajemen pembelajaran merupakan salah satu
bagian dari manajemen pendidikan. Manajemen pembelajaran merupakan
usaha dan tindak kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional di
sekolah dan usaha maupun tindakan guru sebagai pemimpin pembelajaran
di kelas yang dilaksanakan sedemikian rupa untuk memperoleh hasil
dalam rangka mencapai tujuan program sekolah dan juga pembelajaran.8
Dalam
proses
pendidikan
agama
Islam,
pengaturan
dan
pelaksanaan atau manajemen mempunyai kedudukan yang penting dalam
upaya pencapaian tujuan, karena manajemen merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan terhadap
sumber daya manusia dan sumber daya yang lain guna mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.9 Pendidikan agama Islam perlu diajarkan pada
setiap satuan, jenis dan jenjang pendidikan. Tidak hanya diajarkan kepada
peserta didik yang normal saja, akan tetapi peserta didik yang memiliki
kekurangan baik fisik maupun mental juga memerlukannya guna
pengembangan potensi kreativitas peserta didik.
8
Prof. DR. Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004), hlm. 25.
9
H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Cet. Ke-6
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 2.
10
Peserta didik yang memiliki kekurangan baik fisik maupun mental
sering disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK).
Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan atau
penyimpangan dari rata-rata anak normal dalam aspek fisik, mental dan
social, sehingga untuk mengembangan potensinya perlu layanan
pendidikan khusus sesuai dengan karakteristiknya.10 Anak berkebutuhan
khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan
anak
pada
umumnya,
tanpa
selalu
menunjukkan
pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk ke dalam anak
berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan
khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan
hambatan yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi
teks bacaan menjadi tulisan braille dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuhan khusus biasanya
bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya
masing-masing.
Untuk memahami beberapa masalah yang berkaitan dengan tema
“Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak
10
Mohammad Efendi, op. cit., hlm. 26.
11
Berkebutuhan Khusus Di SDLB Negeri Pekalongan”, maka penulis
melakukan penelaahan terhadap beberapa sumber sebagai bahan
pertimbangan skripsi ini antara lain:
a. Afif Wildani, (2010) yang berjudul “Manajemen Pembelajaran
Kurikulum Muatan Lokal PAI Di SMA Islam Pekalongan.” Penelitan
ini mengemukakan manajemen pembelajaran kurilukum muatan lokal
merupakan proses pengelolaan pembelajaran agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan baik tujuan sekolah maupun lembaga.
Kegiatan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran, serta pembelajaran yang dikelola dengan manajemen
yang baik dan didukung dari semua pihak.11
b. Istifaroh, (2010) yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Manajemen
Pendidikan Di SMP Negeri 4 Petarukan Kabupaten Pemalang.”
Dalam
penelitian
ini
menganalisis
bagaimana
pelaksanaan
manajemen pendidikan yang ada di SMP Negeri 4 Petarukan
Kabupaten Pemalang.12
Kajian penelitian ini memfokuskan pada bagaimana pelaksanaan
manajemen
pembelajaran
pendidikan
agama
Islam
bagi
anak
berkebutuhan khusus yang berada di SDLB Negeri Pekalongan.
11
Afif Wildani, “Manajemen Pembelajaran Kurikulum Muatan Lokal PAI Di SMA Islam
Pekalongan”, Skripsi Tarbiyah, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010).
12
Istifaroh, “Analisis Pelakasanaan Manajemen Pendidikan di SMP Negeri 4 Petarukan
Kabupaten Pemalang”, Skripsi Tarbiyah, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010).
12
2. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk
menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu
Negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan
yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka
yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difable) seperti tertera pada
UUD 1945 pasal 31 ayat 1. Namun sayangnya sistem pendidikan di
Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan
munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan
agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun
mental yang dimiliki oleh siswa.
Manajemen yang baik adalah manajemen yang tidak jauh
menyimpang dari konsep dan yang sesuai dengan obyek yang
ditanganinya serta tempat organisasi itu berada. Manajemen juga harus
fleksibel artinya bahwa manajemen dapat menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi.13 Manajemen pembelajaran untuk anak berkebutuhan
khusus (student with special needs) membutuhkan suatu pola tersendiri
sesuai dengan kebutuhan masing-masing, yang berbeda antara satu dan
lainnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang baru, tuntutan-tuntutan
masyarakat yang berubah dari semula, perubahan-perubahan nilai
masyarakat tidak akan mengubah kegiatan manajemen.
13
Musfirotun Yusuf, Manajemen Pendidikan Sebuah Pengantar, Cet. Ke-5 (Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press, 2012), hlm. 5.
13
Dalam penyususnan program pembelajaran hendaknya pendidik
sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yang
dimaksud
adalah
yang
berkaitan
dengan
karakteristik
spesifik,
kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki dan tingkat
perkembangannya.
Model
pembelajaran
terhadap
peserta
didik
berkebutuhan khusus, yang dipersiapkan oleh pendidik di sekolah
ditujukan agar peserta didik mampu berinteraksi terhadap lingkungan
sosial. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian
kemampuan diri peserta didik yang paling dominan.
Selama ini anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan
(difable) disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan
derajat dan jenis difablenya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa
(SLB). Adanya sekolah ini bukan memisahkan hak atau membedakan
antara anak normal dengan anak cacat fisik atau mental. Padahal mereka
berhak mendapatkan perlakuan sama termasuk dalam dunia pendidikan,
khususnya pendidikan agama Islam agar mereka memiliki akhlak yang
mulia dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pendidikan agama Islam ini
dimaksudkan untuk meningkatkan ketaqwaan peserta didik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa sehingga menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi
maupun
sosial
kemasyarakatan.
Pendidikan
ini
harus
melayani
pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya. Baik spirit, intelek,
14
imajinasi, jasmani, rohani, ilmiah maupun bahasa (secara perorangan
maupun kelompok).
F. Metode Penelitian
Metode penelitian mengandung prosedur dan cara melakukan
verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah
penelitian. Peran metodologi sangat diperlukan untuk menghimpun data
dalam penelitian. Dengan kata lain, metode penelitian akan memberikan
petunjuk tentang bagaimana penelitian dilakukan. Yang dimaksud dengan
metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data
dan analisis yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang sedang
diselidiki atau diteliti.14
1. Desain Penelitian
a. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian lapangan (Field Research). Penelitian lapangan adalah
penelitian yang dilakukan di kancah atau tempat terjadinya gejalagejala yang diteliti. 15
Penelitian lapangan mempunyai tujuan memberi kesempatan
untuk mempersiapkan diri menghadapi persoalan-persoalan yang
konkrit dalam lapangan studinya, yang sangat diperlukan di masa
14
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), hlm. 39.
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 5.
15
mendatang.16 Dengan turun ke lapangan, peneliti akan dapat
menentukan, mengumpulkan data, dan mengumpulkan informasi
tentang pelaksanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama
Islam bagi anak berkebutuhan khusus di SDLB Negeri Pekalongan.
b. Pendekatan Penelitian
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif sebagai sebuah proses
ppenyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia
berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik yang dibentuk katakata, melaporkan pandangan informasi secara terperinci disusun
dalam sebuah latar ilmiah.17
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat
pengambil data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang
dicari.18
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah guru pelajaran
PAI,
dengan
tujuan
untuk
mendapatkan
informasi
tentang
pelakasanaan manajemen pembelajaran pendididkan agama Islam
bagi anak berkebutuhan khusus di SDLB Negeri Kota Pekalongan.
16
17
Sutrisno Hadi, Metode Research (Yogyakarta: Audi Officet, 2005), hlm. 63.
Lexy, J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm.
3
18
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 91.
16
b. Sumber Data Sekunder
Sumber dara sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak
lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian.19
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah Kepala
Sekolah, Staff TU dan buku-buku penunjang yang berhubungan
dengan penelitian ini.
3. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data
a. Interview atau Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keteranganketerangan. Wawancara dibagi menjadi dua yaitu wawancara
terstruktur dan wawancara tidak berstruktur.20
1) Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri maslah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan.
2) Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara digunakan
untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi
tunggal
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
wawancara tak terstruktur. Peneliti yang menggunakan jenis
wawancara ini bertujuan mencari jawaban sesuatu lebih mendalam
19
20
Ibid., hlm. 93.
Lexy, J. Meleong, op. cit., hlm. 190-191.
17
pada subjek tertentu. Metode ini digunakan untuk menggali data
tentang profil SDLB dan pelaksanaan manajemen pembelajaran PAI
bagi anak berkebutuhan khusus. Adapun sumber informasinya adalah:
1) Kepala sekolah SDLB untuk mendapatkan informasi tentang profil
SDLB Negeri Kota Pekalongan, dan perkembangannya selama ini.
2) Staf pengajar untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan
manajemen pembelajaran PAI bagi anak berkebutuhan khusus di
SDLB Negeri Kota Pekalongan.
3) Siswa, untuk mendapatkan keterangan mengenai seberapa penting
peran pembelajaran PAI, dan kualitas pembelajaran tersebut.
4) Pihak-pihak lain yang berkaitan dengan perolehan data dalam
penulisan skripsi ini.
b. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian
kualitatif. Secara umum observasi berarti pengamatan, penglihatan.
Dan dalam penelitian, metode observasi diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian.21
Teknik ini digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebahasaan
terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di SDLB Negeri Kota
Pekalongan. Serta untuk mengobservasi kegiatan pembelajaran
21
S. Margono, op. cit., hlm. 58.
18
pendidikan agama Islam di kelas dan sarana prasarana sekolah, teknik
ini digunakan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran PAI dan
sarana prasarana sekolah serta letak geografis
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak
langsung
ditujukan
pada
subjek
peneitian,
maupun
melalui
dokumentasi. Dalam melakukan dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, notulen rapat,
catatan harian, dan sebagainya.22 Metode ini digunakan untuk
menghimpun data yang bersifat dokumenter mengenai SDLB Negeri
Pekalongan.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasi, dalam memberikan
interprestasi data yang diperoleh, akan digunakan metode deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendiskripsikan
suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang.23
Sehingga
manajemen
digunakan
metode
pembelajaran
deskriptif
pendidikan
untuk
Agama
mendeskripsikan
Islam
bagi
anak
berkebutuhan khusus yang ada di SDLB Negeri Kota Pekalongan. Tujuan
membuat deskripsi (gambaran/lukisan) secara sistematis, factual, akurat
mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan fenomena yang diseidiki.
22
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 135.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Penelitian Kuantitatif,
KUalitatif danR&D) (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 82.
23
19
Analisis ini dilakukan ketika peneliti berada di lapangan dengan cara
mendeskripsikan segala data yang telah didapat lalu di analisis
sedemikian rupa secara sistematis, cermat, dan berakurat.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Dalam hal ini Nasution (1998) sebagaimana dikutip oleh Suharsimi
Arikunto, menyatakan “Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus
sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi
penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded. Namun
dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di
lapangan bersama dengan pengumpulan data. Dalam kenyataan, analisis
data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada
setelah selesai pengumpulan data.24
Setelah data yang terkait dengan permasalahan di atas terkumpul,
kemudian data-data tersebut dianalisis, disini peneliti akan menggunakan
model analisis dan interaksi, yaitu tiga aktifitas analisis (reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan), sebagaimana yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman.25
Data yang diperoleh dari penelitian atau data collection yang masih
bersifat komplek dan rumit direduksi, dirangkum dan dipilih hal-hal yang
pokok. Data hasil penelitian direduksi, baik dari hasil penelitian
24
25
Ibid., hlm. 125.
Ibid., hlm. 91 .
20
lapangan/kepustakaan kemudian dibuat rangkuman. Data yang telah
dirangkum tadi kemudian dipilih. Langkah terakhir yaitu penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini akan diikuti dengan bukti-bukti
yang diperoleh ketika penelitian di lapangan. Verifikasi data dimaksudkan
untuk penentuan data akhir dari keseluruan proses tahapan analisis,
sehingga keseluruhan permasalahan mengenai manajemen pembelajaran
pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus di SDLB Negeri
Kota Pekalongan dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan
permasalahannya.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam pembahasan skripsi ini penulis menyusun secara sistematis,
disusun secara teratur, mudah dan jelas untuk itulah skripsi ini dibagi menjadi
enam bab yang terdiri dari:
Bab I Pendahuuan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab II Konsep Dasar Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam bagi Anak Berkebutuhan Khusus, meliputi Pengertian Manajemen
Pembelajaran, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Tujuan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Langkah-langkah Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus, Klasifikasi dan Jenis Anak
21
Berkebutuhan Khusus, Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus, Metode Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.
Bab III Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak
Berkebutuhan Khusus di SDLB Negeri Kota Pekalongan, meliputi: profil
SDLB Negeri Kota Pekalongan, Visi, Misi dan Tujuan SDLB Negeri Kota
Pekalongan, Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB
Negeri Kota Pekalongan, meliputi: Perencanaan, Pelaksanaan serta Evaluasi,
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen pembelajaran
pendidikan agama Islam di SDLB Negeri Pekalongan.
Bab IVAnalisis Tentang Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SDLB Negeri Kota Pekalongan
tentang bagaimana manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam di
SDLB Negeri Kota Pekalongan serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pelaksanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB
Negeri Pekalongan.
Bab V Penutup berisi tentang kesimpuln dan saran
Download