BAHAYA TEORI DARWIN BAGI PENERAPAN PANCASILA DISUSUN OLEH : IRFAN IDRIS NIM : 11.11.4885 KELOMPOK : 11.S1TI-C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta - Telp: (0274) 884201 - 207 Fax: (0274) 884208 Kodepos: 55283. E-Mail: [email protected] BAB I PENDAHULUAN I. Latar belakang Seperti yang telah kita ketahui bersama, dalam keyakinan beragama sebagai salah satu pokok penting dalam Pancasila, khususnya adalah sila pertama yang berbunyi “ketuhanan Yang Maha Esa”, Kebenaran akan keberadaan Tuhan adalah syarat mutlak. Seseorang tidaklah disebut beragama jika tidak memiliki Tuhan. Sehingganya untuk mendukung adanya penerapan Pancasila yang menyeluruh perlu dilakukan pendidikan keagamaan kepada seluruh warga negara Indonesia dengan tanpa adanya kontradikisi. Namun yang terjadi saat ini adalah pendidikan agama mulai terasa sebagai pelengkap pendidikan yang tidak memiliki “kesaktian”. Hal ini terjadi disebabkan adanya pendidikan yang kontradikisi dalam sistem pendidikan di Indonesia dan sebagian besar negara-negara di dunia. Salah satu pendidikan yang dianggap bertentangan dengan ideology “ketuhanan Yang Maha Esa” adalah pengajaran teori Darwin sebagai mat pelajaran ilmiah yang harus diterima kebenarannya. Ketika membaca sejarah kembali, kita akan temukan kenyataan bahwa beberapa sejarah kelam di dunia yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan ditimbulkan oleh berkembangnya paham Darwinisme sejak abad pertengahan. Melihat kenyataan demikian, perlulah kiranya kita untuk mewaspadai bencana kemanusiaan yang tengah mengancam sebagian atau bahkan seluruh masyarakat dunia ini. Semenjak teori Darwin ini dibantah oleh sebagian ilmuwan yang Pro Penciptaan dengan berbagai dalil dan temuan ilmiah, para pendukung Darwinisme sudah tidak punya alasan lain untuk mempertahankan teori ini sebagai sebuah pembahasan ilmiah. Namun dunia pendidikan dibuat seakan-akan buta dengan perkembangan ilmiah yang menujukkan ketidakabsahan teori ini. II. Pendekatan Dalam makalah ini akan disampaikan beberapa aspek Pendekatan yang berhubungan dengan ancaman teori Darwin bagi manusia antara lain 1. Pendekatan Historis Darwinisme muncul abad 19 sebagai penghidupan kembali sebuah mitos ilmu yang telah ada sejak peradaban Sumeria dan Yunani Kuno, oleh seorang ahli biologi amatir Charles Darwin. Sejak kemunculannya Darwinisme menjadi landasan berpijak ilmiah bagi semua ideologi-ideologi yang membawa bencana bagi umat manusia. Selanjutnya teori evolusi atau Darwinisme tidak terbatas hanya pada bidang biologi dan paleontologi, tetapi merambah pada bidang-bidang sosial, sejarah, politik dan mempengaruhi berbagai sisi kehidupan. Oleh karena sejumlah pernyataan-pernyataan khusus Darwinisme mendukung sejumlah aliran pemikiran yang di masa itu sedang tumbuh dan berkembang, Darwinisme mendapat dukungan luas dari kalangan ini. Orang-orang berusaha menerapkan keyakinan bahwa terdapat “peperangan (perjuangan) untuk mempertahankan hidup” pada mahluk hidup di alam. Oleh sebab itu, ide bahwa “yang kuat tetap hidup dan yang lemah akan musnah” mulai diterapkan juga pada manusia dan kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Justifikasi ilmiah Darwinisme inilah yang kemudian digunakan oleh : a. Hitler untuk membangun ras super b. Karl marx untuk mengatakan bahwa “sejarah manusia adalah sejarah peperangan antar kelas masyarakat” c. Kaum kapitalis yang percaya bahwa “yang kuat tumbuh menjadi semakin kuat dengan mengorbankan yang lemah”. d. Bangsa kolonial untuk menjajah dunia ketiga dan perlakuan biadab mereka. e. Tindakan rasisme dan diskriminasi. Mekipun demikian, seorang pendukung teori evolusi dalam bukunya The Moral Animal, Robert Wright, mengulas secara singkat tentang bencana kemanusiaan akibat munculnya teori evolusi, bahwa: “Tidak dapat dipungkiri, teori evolusi memiliki sejarah panjang yang kelam dalam penerapannya pada hubungan antar manusia. Setelah bercampur dengan filsafat politik di sekitar peralihan abad ini, untuk membentuk ideologi yang tidak jelas, yang dikenal dengan “Darwinisme Sosial”, ideologi ini digunakan oleh kaum rasis, fasis dan kapitalis yang tidak memiliki hati nurani” ( Robert Wright, The Moral Animal, Vintage Books, New York, 1994, hal.7) 2. Pendekatan Religi Pancasila dengan sila ketuhanan, adalah pangkal tolak dari keyakinan manusia Indonesia untuk keyakinan hidup mereka. Mereka meyakini bahwa tujuan hidup itu tidak hanya bergantung pada manusia itu dengan rasionya, tetapi kodrat Tuhan lebih menentukan segala sesuatu. Tuhan ditempatkan pada harkat tertinggi dalam manusia mencapai tujuan hidupnya. Segala sesuatunya dikembalikan pada Yang Maha Esa. Orang Indonesia menyakini dengan berpedoman pada falsafah Pancasila bahwa kemanusiaan adalah harkat manusia yang tertinggi dan harus dihormati sesama manusia. Dalam tujuan hidupnya orang Indonesia menyakini bahwa harkat dan pengakuan terhadap nilai nilai kemanusiaan harus ditempatkan pada porsi yang tinggi. Tujuan harus mendasarkan pada sifat dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Tidak mungkin suatu tujuan akan dilaksanakan, kalau bertentangan dengan harkat kemanusiaan. Inilah kekuatan Pancasila sebagai pemberi arah dari tujuan dan pandangan hidup orang Indonesia. Sedangkan dalam sudut pandang atheisme yang diusung Darwinisme sangatlah bertentangan dengan pemahaman pancasila, khususnya adalah sila ”Ketuhanan Yang Maha Esa”, karena bersifat meniadakan Tuhan, seperti Teori Multiverse yang berkembang dari dan untuk mendukung Darwinisme. III. Rumusan masalah Dalam makalah ini akan disampaikan beberapa point tentang : 1. Tidak absahnya teori Darwin dari ilmu pengetahuan 2. Beberapa ancaman paham Darwinisme 3. Pentingnya pengajaran Teori Penciptaan untuk mendukung nilai-nilai Pancasila BAB II PEMBAHASAN I. Keruntuhan Teori Evolusi Darwin Dalam berbagai artikel dan buku-buku dari para Ilmuwan pro-penciptaan, telah disebutkan bahwasaat ini Teori Evolusi Darwin tidak lagi seuai dengan Ilmu pengetahuan Modern karenabeberapa alasan berikut ini 1. Dibangun atas khayalan Ketika kita menelaah sejarah lahirnya Teori Evolusi, kita akan mendapatkan penjelasan yang gamblang, bahwa sebagai tokoh evolusi Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi, tetapi ia memiliki ketertarikan yang besar pada alam dan makhluk hidup. Minat itu mendorongnya untuk ikut serta dalam ekspedisi pelayaran pada tahun 1832, mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada paruh burungburung itu disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam. Selanjutnya Darwin menyatakan, individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifatsifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjdi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. Darwin menamakan proses tersebut "evolusi melalui seleksi alam". Ia mengira telah menemukan "asal-usul spesies": suatu spesies berasal dari spesies lain. Darwin kemudian mempublikasikan pandangannya ini dalam sebuah buku berjudul "The Origin of Species, by Means of Natural Selection" (Asal-usul Spesies, melalui Seleksi Alam). 2. Terbantahkan oleh Ilmu pengetahuan modern Saat menyampaikan Teori Evolusi, Darwin tengah hidup dimasa dimana Ilmu pengetahuan mengenai cabang-cabang biologi masih sangat sedikit dan terbatas, selain itu peralatan-peralatan untuk melakukan riset di bidang ini masih sangat sederhana dan jauh dari keakuratan. Di masa itu banyak yang membenarkan pendapat Darwin karena keterbatasan pemikiran dan Ilmu pengetahuan masyarakat dan dunia ilmiah. Seiring perjalanan waktu, Ilmu Pengetahuan semakin pesat berkembang dengan kemajuan di bidang cabang-cabang ilmu biologi dan hadirnya teknologi riset yang makin mendekati titik akurat membuktikan bahwa pendapat Darwin tentang terori evolusinya tidak bisa diterima dunia ilmiah. Salah satu diantara sekian banyak pendapatnya yang terbantahkan adalah kemungkinan berevolusinya makhluk-makhluk hidup disebabkan mutasi tanpa sengaja. Harun Yahya dalam bukunya “Rahasia DNA” menyebutkan: “Setiap orang di dunia adalah unik - secara biokimiawi dan fisik - berkat sebuah molekul yang menakjubkan (DNA), yang mengandung tiga miliar susunan kata perintah biokimiawi untuk membangun seorang manusia dari ketiadaan.” ( Harun Yahya, Rahasia DNA, Hal. 17) “ Probabilitas pembentukan secara kebetulan dari kode pada sebuah protein rata-rata di dalam tubuh manusia di dalam DNA dengan sendirinya adalah 10 600. Kita dapat menuliskan bilangan ini yang terbentuk dengan meletakkan 600 angka nol setelah angka 1 sebagai berikut: 10600 = 1.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000.000.000. 000.000 (Harun Yahya, Rahasia DNA, Hal. 19) Dalam bukunya tersebut, Harun Yahya menunjukkakn bukti ilmiah lewat teori probabilitas yang mematahkan teori Darwin tentang Mutasi tanpa disengaja ini. Peluang terbentuknya satu protein saja dengan urutan yang benar secara acak adalah 1 per 10600, sebuah angka yang menunjukkan kemustahilan secara matematis.. 3. Didukung bukti- bukti lemah Kejatuhan Teori Darwin ini didasarkan oleh sebagian fakta berikut ini : a. Darwinisme tidak mampu lagi menyatakan bahwa makhluk hidup seperti Ramapithecus dan serangkaian Australopithecus (A. Bosei, A. Robustus, A. Aferensis, Africanus dst.) adalah para nenek moyang manusia. Hal ini disebabkan penelitian terhadap fosil-fosil ini telah memperlihatkan bahwa semua makhluk ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan manusia dan merupakan spesies-spesies kera sejati yang punah. b. Darwinisme tidak akan lagi mampu membohongi masyarakat dengan gambargambar rekonstruksi [reka ulang], sebab para ilmuwan telah dengan jelas mengungkapkan bahwa rekonstruksi ini, yang didasarkan pada sisa-sisa tubuh hewan yang pernah hidup di masa lalu, tidaklah bernilai ilmiah dan sama sekali tidak dapat dipercaya. c. Darwinisme tidak mampu lagi mengemukakan "Manusia Piltdown" sebagai bukti bagi evolusi, sebab penelitian menunjukkan bahwa fosil seperti "Manusia Piltdown" tidak pernah ada dan selama 40 tahun masyarakat telah dibohongi dengan sepotong rahang orang hutan yang direkatkan pada sebongkah tengkorak manusia. d. Darwinisme tidak dapat lagi menyatakan bahwa "Manusia Nebraska" dan keluarganya membenarkan evolusi, sebab telah dikukuhkan bahwa fosil-fosil gigi geraham yang dijadikan bukti bagi kisah "Manusia Nebraska" ternyata milik sejenis babi liar yang telah punah. II. Darwinisme dan Fasisme Dunia Dalam teorinya, Darwin menganggap sosok Tuhan hanyalah sosok imajiner yang “diciptakan “ oleh manusia. Dia banyak mengajarkan atheisme dan rasisme yang mendorong terjadinya berbagai bencana kemanusiaan di berbagai tempat di dunia. karya Charles Darwin The Origin of The Species, yang diterbitkan tahun 1859, sebagaimana dalam buku The Descent of Man, ia membahas konsep-konsep pagan tertentu yang telah menghilang di Eropa di bawah dominasi Kristen, dan membuat “pembenaran” bagi konsep-konsep tersebut dengan kedok ilmu pengetahuan. Kita dapat menguraikan konsep-konsep pagan yang ia coba benarkan, hingga menjadi dasar-dasar bagi perkembangan fasisme, sebagai berikut: 1) Darwinisme memberikan justifikasi bagi rasisme: Sebagai subjudul dari The Origin of the Species, Darwin menulis: “The Preservation of Favoured Races in The Struggle for Life (Keberlanjutan Ras-Ras Pilihan dalam Perjuangan untuk Hidup).” Dengan kata-kata ini, Darwin mengklaim bahwa ras tertentu di alam lebih “pilihan” daripada yang lainnya, dengan kata lain, bahwa mereka lebih unggul. Ia mengungkapkan dimensi gagasangagasannya mengenai ras manusia dalam The Descent of Man, di mana ia menulis bahwa orang kulit putih lebih unggul daripada ras-ras lain seperti Afrika, Asia, dan Turki, serta diperbolehkan memperbudak mereka. 2) Darwinisme memberikan justifikasi bagi pertumpahan darah: Sebagaimana telah disebutkan, Darwin mengemukakan bahwa “perjuangan untuk bertahan hidup” yang mematikan terjadi di alam. Ia menyatakan bahwa prinsip ini berlaku baik pada masyarakat maupun individu, prinsip ini adalah suatu perjuangan sampai mati, dan sangat wajar bila rasras yang berbeda berusaha untuk saling melenyapkan demi kepentingan masing-masing. Singkatnya, Darwin menggambarkan sebuah arena di mana satu-satunya aturan adalah kekerasan dan konflik, dan dengan demikian menggantikan konsep-konsep perdamaian, kerja sama, pengorbanan diri, yang telah menyebar di Eropa dengan kedatangan agama Kristen. Jadi, Darwinisme menghidupkan kembali ide “arena”, sebuah pertunjukan kekerasan yang ditemukan di dunia pagan (Kekaisaran Roma). 3) Darwinisme membawa kembali konsep egenetika ke dalam pemikiran Barat: Konsep mempertahankan keunggulan rasial melalui pemeliharaan keturunan, yang dikenal sebagai egenetika, yang dilakukan bangsa Sparta dan dibela Plato dengan kata-katanya, “Para atlet-prajurit kita haruslah waspada seperti anjing penjaga”, muncul kembali di dunia Barat melalui Darwinisme. Darwin menyediakan seluruh bab dalam The Origin of the Species untuk membahas “perbaikan ras-ras hewan”, dan dalam The Descent of Man ia mempertahankan pendapatnya bahwa manusia adalah suatu spesies hewan. Tak lama kemudian, keponakan Darwin, Francis Galton, mengembangkan klaim pamannya selangkah lebih maju, dan mengemukakan teori egenetika modern. (Nazi Jerman selanjutnya menjadi negara pertama yang menerapkan egenetika sebagai kebijakan resmi). Setelah membaca dan memahami buku Darwin The Origin of Species, Profesor Adam Sedgwick menyatakan bahwa “Jika buku ini diterima masyarakat luas, [maka buku] ini akan memunculkan kebiadaban ras manusia yang belum pernah tersaksikan sebelumnya” (A.E., Wilder Smith, Man’s Origin Man’s Destiny, The Word of Today Publishing, 1993, hal. 166), konsep Darwin juga telah mengilhami para pemikir Komunis dalam membangun landasan Atheis mereka. Darwinisme memiliki kaitan yang sedemikian sangat penting dengan Komunisme sehingga beberapa bulan setelah buku Darwin terbit, Friedrich Engels menulis kepada Karl Marx, “Darwin, yang [bukunya] kini sedang saya baca, sungguh bagus.” Karl Marx lalu membalas surat Engels pada tanggal 19 Desember 1860, “Ini adalah buku yang berisi dasar berpijak pada sejarah alam bagi pandangan kita.” Dalam sebuah surat yang ditulis Marx kepada Lassalle, seorang rekan sosialisnya, pada tanggal 16 Januari 1861, ia mengatakan, “Buku Darwin sangatlah penting dan membantu saya [meletakkan] landasan berpijak dalam ilmu alam bagi perjuangan kelas dalam sejarah.” ( 7 Conway Zirkle, Evolution, Marxian Biology and the Social Scene, Philadelphia, University of Pennsylvania Press, 1959, hal. 85-87 ). Pandangan-pandangan Plato yang menganggap manusia sebagai suatu spesies hewan, dan menganjurkan agar mereka “dikembangkan” melalui “perkawinan paksa”, muncul lagi ke permukaan dengan kedatangan Darwinisme pada abad ke-19, dan diterapkan oleh Nazi pada abad ke-20. III. Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme Pembahasan kali ini sebagian besar didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan Harun Yahya dalam bukunya “The Disasters Darwinism Brought to Humanity” , beberapa bencana kemanusiaan yang terjadi akibat Darwinisme adalah: 1. Sparta Sparta adalah sebuah negara militer, yang membaktikan diri pada perang dan kekerasan, dan diperkirakan dibangun oleh Likurgus pada abad 8 SM. Bangsa Sparta menerapkan sistem pendidikan yang sangat teratur. Di bawah sistem Sparta, negara jauh lebih penting dibanding perorangan. Kehidupan rakyat diukur berdasarkan manfaat mereka bagi negara. Anak-anak lelaki yang kuat dan sehat dipersembahkan pada negara, sedangkan bayi-bayi yang sakit dibuang ke pegunungan agar mati. Peristiwa ini terjadi akibat “Darwinisme kuno”. 2. Nazi Nazi yang mengikuti kebiasaan dari kaum Sparta memilki banyak bentuk kekejaman kemanusiaan yang diadaptasi dari teori Darwin antara lain: a. Nazi menganut teori "egenetika" dan menggiatkan implementasinya, sebagai dampaknya, banyak terjadi pembunuhan orang-orang cacat dan “Peternakan wanita” b. Hollocaust. Sejarah mencatat kekejaman Nazi yang membantai ras Yahudi dan non-Jerman. Tercatat 11 juta jiwa yang menjadi korban kekejamannya. Holocaust membuktikan pemahaman Nazi yang mengikuti ajaran Darwin bahwa ras manusia yang lambat menerima perubahan ( memilki banyak keterbatasan fisik dan pemikiran) merupakan ras binatang yang belum sempurna evolusinya, dan mereka layak diperlakukan seperti binatang c. Kebencian terhadap agama. Hitler pernah mengungkapkan kebenciannya akan agama ketika ia dengan blak-blakan menyatakan agama sebagai berikut: “…kebohongan terorganisir yang harus dihancurkan. Negara harus tetap menjadi penguasa absolut. Ketika aku masih muda, kupikir hal itu perlu dilakukan (menghancurkan agama)… dengan dinamit. Sejak itu aku menyadari bahwa ada ruang untuk sedikit kepelikan.... Keadaan akhir haruslah…. di Kursi St. Peter, duduk seorang pejabat yang pikun; di hadapannya beberapa wanita tua yang seram…. Yang muda dan sehat berada di pihak kita… Orang-orang kita sebelumnya telah berhasil hidup baik-baik saja tanpa agama ini. Aku mempunyai enam divisi orang-orang SS yang sama sekali tidak peduli akan masalah agama. Hal itu tidak menghalangi mereka menemui kematian dengan kedamaian di dalam jiwa mereka. “ (Adolf Hitler, Hitler's Secret Conversations 1941-1944, With an introductory essay on The Mind of Adolf Hitler by H.R. Trevor-Roper, Farrar, Straus and Young, New York, hal. 117, 1953, cited by Jerry Bergman, "Darwinism and the Nazi race Holocaust," Creation Ex Nihilo Technical Journal, 13 (2): 101-111, 1999.) d. Dll 3. Kekejaman Pinochet Kaum fasis Dunia Ketiga tidak pernah ragu melakukan kekejian yang mengingatkan pada pembantaian oleh Nazi. Misalnya, diktator Chili Jendral Pinochet, yang naik ke kekuasaan melalui sebuah kudeta militer terhadap Presiden Allende pada tahun 1973, mengubah negerinya menjadi sungai darah. Pinochet membunuh Allende dengan serangan tank dan pesawat jet terhadap Istana Presiden. Namun, rakyat Chili diberitahu bahwa Allende telah melakukan bunuh diri karena menolak untuk menyerah. Setelah itu, Pinochet dengan kejam melenyapkan para pendukung Allende dan kaum oposisi. Junta pimpinannya membunuh ribuan orang pada tahun pertama kekuasaannya, dan sekitar 90.000 dari 9 juta rakyat Chili ditangkap. Teror terhadap penduduk, jasad-jasad yang ditumpuk di rumah mati, atau ditembak dan dibuang ke Sungai Mapocho, penahanan para tersangka di Stadion Santiago, penyanderaan, operasi-operasi pencarian dan penjarahan yang seringkali terjadi, hanyalah sebagian dari kejahatan rezim Pinochet. Lembaga-lembaga pendidikan "dibersihkan", dan mata kuliah sejarah serta geografi di universitas disensor oleh penguasa fasis. 4. Fasisme Afrika Selatan Rezim "apartheid" di Afrika Selatan mengikuti kebijakan rasis sekeras kebijakan Nazi Jerman. Penduduk asli berkulit hitam, yang merupakan mayoritas, ditindas dan disiksa selama bertahun-tahun oleh penduduk minoritas. 5. Saddam Hussein Saddam Hussein menyerang desa Halabja di Irak utara dengan senjata-senjata kimia pada tahun 1988, karena tidak mau tunduk pada pemerintahannya. Sekitar 5.000 penduduk sipil Kurdi di desa itu mati dengan mengenaskan, terbakar oleh senjata-senjata ini. Mayat ibu-ibu yang tengah memeluk bayi mereka dan mayat anak-anak kecil di tengah jalan, memperlihatkan bahwa sang diktator Irak adalah seorang fasis kejam yang memiliki filosofi yang sama dengan Hitler dan Mussolini. 6. Neo-Nazi Gerakan neo-Nazi mulai terorganisir pada tahun 1990-an. Sebelumnya, ada kelompok skinhead di Inggris pada tahun 1970-an. Ciri paling jelas dari gerakan skinhead adalah penyerangan terhadap orang-orang di daerah-daerah miskin yang dihuni oleh pengungsi dan orang asing. Hanya sebagian dari insiden ini bersifat rasis. Tetapi pada tahun 1990-an, kebanyakan kelompok skinhead mengikuti rasisme dan mulai melakukan penyerangan rasis dan fasis sebagai pendukung Nazisme. 7. G-30S-PKI Indonesia tak lepas dari tregedi kemanusiaan yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya, sejarah telah mencatat kekejaman Partai Komunis Indonesia yang melakukan pemberontakan dan pembunuhan sadis di berbagai tempat di Indonesia. 8. dll IV. Pentingnya Pengajaran “Teori Penciptaan” untuk mendukung Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pancasila, Sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” memilki peranan penting tercipta dan terlaksananya sila-sila lain dalam Pancasila. Perlunya membawa materi Penciptaan secara ilmiah dapat menumbuh-kembangkan keyakinan setiap pemeluk agama untuk makin tunduk pada kekuasaan Tuhan. Ranah ilmiah yang saat ini “dimonopoli” oleh teori Darwin telah mengantarkan rakyat Indonesia pada kerapuhan keyakinan akan kemaha-kuasaan Tuhan, dan telah melahirkan berbagai bentuk ketidak adilan . jika hal remeh ini dibiarkan terus menerus bukan tidak mungkin nantinya tragedy berdarah di masa lalu akan terulang, bahkan lebih dahsyat dari sebelumnya karena telah didukung oleh tekhnologi yang semakin mutakhir. Jangan sampai agama yang diharapkan menjadi dasar kenegaraan kita hanya menjadi sebatas “omong kosong” dan dongeng belaka, karena di ranah ilmiah agama telah banyak diabaikan. Agama haruslah menjadi materi penting di setiap ranah ilmu pengetahuan, agar aplikasinya dapat dengan mudah diwujudkan, karena keyakinan akan keberadaan Tuhan dan ketundukan pada Tuhan akan membimbing kita menuju masa depan yang lebih baik. Pancasila dengan sila ketuhanan, adalah pangkal tolak dari keyakinan manusia Indonesia untuk keyakinan hidup mereka. Mereka meyakini bahwa tujuan hidup itu tidak hanya bergantung pada manusia itu dengan rasionya, tetapi kodrat Tuhan lebih menentukan segala sesuatu. Tuhan ditempatkan pada harkat tertinggi dalam manusia mencapai tujuan hidupnya. Segala sesuatunya dikembalikan pada Yang Maha Esa. Orang Indonesia menyakini dengan berpedoman pada falsafah Pancasila bahwa kemanusiaan adalah harkat manusia yang tertinggi dan harus dihormati sesama manusia. Dalam tujuan hidupnya orang Indonesia menyakini bahwa harkat dan pengakuan terhadap nilai nilai kemanusiaan harus ditempatkan pada porsi yang tinggi. Tujuan harus mendasarkan pada sifat dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Tidak mungkin suatu tujuan akan dilaksanakan, kalau bertentangan dengan harkat kemanusiaan. Inilah kekuatan Pancasila sebagai pemberi arah dari tujuan dan pandangan hidup orang Indonesia. Kalau sudah banyak jumlah penduduk Indonesia yang sudah ber-ketuhanan dalam tataran manusia yang manusiawi maka Pancasila sudah bisa menjadi pemersatu seluruh bangsa Indonesia, dan Indonesia sudah masuk dalam keadaan pencerahan dan kemakmuran. Jadi, sila pertama dalam Pancasila merupakan pengikat dan pemersatu bangsa serta harus diresapi dan dijalankan serta diraih dalam kehidupan manusia sekarang ini. Baik secara pribadi, kemasyarakatan maupun dalam bernegara. Jika semua kehidupan manusia Indonesia dijiwai dan dilandasi oleh sifat ketuhanan maka negara pun akhirnya menjadi berlandaskan ketuhanan. Kalau semua lini kehidupan berdasarkan ketuhanan maka kemakmuran dan keharmonisan dengan alam sudah menjadi milik bangsa Indonesia, dengan sendirinya bangsa Indonesia akan adil dan makmur serta menjadi mercu suar dunia. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari uraian makalah ini dapat diambil kesimpulan bahwa, materi pengajaran di sekolah formal tentang Teori Darwin tidak sesuai dengan nilai dan norma-norma dalam Pancasila, khususnya sila pertama. Materi ini dikhawatirkan membentuk jiwa ke-tidakbertuhanan dalam diri siswa dan menghadirkan sikap-sikap brutal dalam masyarakat Teori Darwin juga sudah tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan karena bersifat khayalan dan mengada-ada, serta telah terbantahkan oleh bukti-bukti ilmiah, sehingga seharusnya tidak layak lagi untuk diajarkan di ranah pengetahuan ilmiah. B. SARAN Sudah menjadi kewajiban Pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk meninjau ulang pengajaran Teori Darwin di ranah pengetahuan ilmiah, karena tidak memenuhi kualitas sebagai materi pengajaran, dan seharusnya diganti dengan materi tentang Penciptaan karena sejalan dan memperkuat kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Marxian Biology and the Social Scene , 7 Conway Zirkle, Evolution, Philadelphia, University of Pennsylvania Press, 1959, Wright, Robert, The Moral Animal, Vintage Books, New York, 1994 Yahya, Harun, Rahasia DNA, A.E., Wilder Smith, Man’s Origin Man’s Destiny, The Word of Today Publishing, 1993 Yahya, Harun, The Disasters Darwinism Brought to Humanity, Al-Attique Publisher Inc. Canada, 2001