Manusia dan Peradaban A. Hakikat Peradaban Manusia Hakikat peradaban bisa dimulai dengan definisi “peradaban” itu sendiri. Peradaban mengambil dari kata civilitation yang berarti nilai hidup satu kelompok atau bangsa dalam merespons tantangan masa yang dihadapinya dalam era tertentu (Oxport Dictionary English oleh Hassan Shadily: 2003). Peradaban adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut bagian-bagian atau unsur-unsur suatu kebudayaan yang dianggap halus, maju, dan indah. Dalam definisi peradaban juga mengandung adanya perkembangan pengetahuan dan kecakapan, sehingga orang memungkinkan memiliki tabiat “beradab”. Salah satu cirri manusia beradab adalah mampu mengendalikan diri, yakni menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Peradaban juga sering merujuk pada kemajuan ekonomi, teknologi, dan politik. Ada tiga inti peradaban, yakni nilai, kelompok tertentu, dan tantangan zaman. Dengan demikian, penegakan satu peradaban tergantung pada kelompok dengan niali yang dianutnya, serta tantangan zamannya. Peradaban adalah sebuah entitas terluas dari budaya, yang teridentifikasi melalui unsur-unsur objektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subjektif. Peradaban selalui mengalami pasang surut. Terkadang peradaban berkembang dengan pesat, tetapi kadang juga dapat hilang ditelan bumi dan terkubur di dalam pasir-pasir masa, tak lagi relevan dengan kehidupan manusia. Suatu budaya senantiasa tidak lepas dari kemanusiaan dan adanya penerimaan secara umum terhadap nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, orientasiorientasi, perilaku-perilaku, dan institusi-institusi oleh umat manusia di seluruh dunia. Kondisi tersebut terjadi pada masyarakat modern yang melahirkan proses globalisasi. Dalam alam yang canggih suatu kebudayaan dapat diserap dan mendunia jika memiliki perangkatnya, yaitu transportasi dan komunikasi. Oleh karena itu negara maju cenderung mampu memprakarsai “peradaban masyarakat dunia” karena mempunyai akses yang besar dalam perangkat tersebut yang mampu membentuk opini dunia. B. Manusia sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab Asal usul kehidupan manusia ada tiga alternatif, yaitu melalui konsep penciptaan, transformasi, dan/atau evolusi biologi. Beberapa definisi yang umum tentang evolusi biologi antara lain evolusi pada makhluk hidup adalah perubahan-perubahan yang dialami makhluk hidup secara perlahan dalam kurun waktu yang lama dan diturunkan, sehingga lama kelamaan dapat terbentuk spesies baru. Atau evolusi dapat diartikan perubahan frekuensi gen pada populasi dari masa ke masa atau perubahan karakter adaptif pada populasi dari masa ke masa. Dari berbagai teori evolusi yang diusulkan, ternyata Teori Darwin yang paling sering dijadikan rujukan pokok. Darwin (1858) mengajukan teori pokok yaitu spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies-spesies sebelumnya dan evolusi terjadi melalui seleksi alam. Seleksi alam adalah “process of preserving in nature favorable variations and ultimately eliminating those that are injurious” Dalam perkembangannya Teori Darwin banyak mendapat tantangan (terutama dari golongan agama, dan yang menganut paham teori penciptaanUniversal Creation), dukungan dari penaganut Darwin (Yoseph Hooker dan Thomas Henry Huxley), dan pengayaan-pengayaan dari banyak ahli (Morgan, Fisher, Dobzhansky, Goldschimdt, dan Mayr). Jadi, teori sendiri juga berevolusi sehingga teori evolusi biologis yang sekarang kita kenal dengan label “Neo-Darwinian” dan “Modern Sintesis”, bukanlah murni seperti yang diusulkan oleh Darwin. Dalam perkembangan ilmu biologi, seleksi alam tidak lagi menjadi satu-satunya penyebab evolusi, melainkan ada tambahan faktorfaktor lain, yaitu mutasi gen, aliran gen, dan genetic drift. Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam (Neo-Darwinian) terjai karena adanya: 1. Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya 2. Perubahan genotif yang terakumulasi seiring berjalannya waktu 3. Produksi varian baru melalui materi genetik yang diturunkan (DNA/RNA) 4. Kompetisi antar individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber daya lingkungan yang tidak cukup menyokong 5. Generai berikutnya mewarisi “kombinasi gen yang sukses” dari individu fertile (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.