25 BAB II PERHATIAN ORANG TUA DAN KEPRIBADIAN ANAK A

advertisement
BAB II
PERHATIAN ORANG TUA DAN KEPRIBADIAN ANAK
A. Perhatian Orang Tua
1.
Pengertian Perhatian Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perhatian diartikan
sebagai hal memperhatikan; apa yang diperhatikan.1 Menurut Purwa
Atmaja Prawira dalam buku “Psikologi Umum dengan Perspektif Baru”
perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.2
Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pendidikan”,
Mustaqim menyatakan bahwa perhatian adalah pemusatan tenaga psikis
tertuju pada suatu objek atau banyak sedikitnya yang menyertai aktivitas
yang dilakukan.3
Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sumadi
Suryabrata, perhatian memiliki dua arti yaitu: a) pemusatan tenaga psikis
tertuju kepada suatu obyek, b) banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Kedua arti tersebut dapat
dipakai secara bertukar-tukar. Abu Ahmadi juga menjelaskan bahwa
perhatian yaitu keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek, baik
di dalam maupun di luar dirinya.4 Keaktifan jiwa yang dimaksud berupa
1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2012), hlm. 487.
2
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Umum Dengan Perspektif Baru (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hlm. 66.
3
Mustaqim, Psikologi Pendidikan Cet. 4 (Semarang: Pustaka Belajar, 2008), hlm. 72.
4
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Cet. 3, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 145.
25
26
gejala pengenalan, kemauan, perasaan yang tertuju pada sesuatu, dan di
sini unsur pikiran mempunyai pengaruh yang kuat.
Selanjutnya pengertian orang tua menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua, orangorang yang dihormati (disegani).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
perhatian orang tua adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
ayah dan ibu dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang
datang dari lingkungan.
2.
Macam-macam Perhatian
a. Ditinjau dari segi intensitasnya
1) Perhatian intensif yaitu perhatian yang banyak dikuatkan oleh
banyaknya rangsang atau keadaan yang menyertai aktivitas atau
pengalaman batin.
2) Perhatian tidak intensif yaitu perhatian yang kurang diperkuat
oleh rangsangan atau beberapa keadaan yang menyertai aktivitas
atau pengalaman batin.
b. Ditinjau dari segi timbulnya perhatian
1) Perhatian spontan yaitu perhatian yang tidak disengaja atau tidak
sekehendak subjek.
2) Perhatian reflektif yaitu perhatian yang disengaja atau sekehendak
subjek.
27
c. Ditinjau dari luasnya objek yang dikenai
1) Perhatian terpencar (distributif) yaitu perhatian yang tertuju
kepada lingkup objek yang luas atau tertuju kepada bermacammacam objek.
2) Perhatian terpusat (konsentratif) yaitu perhatian yang tertuju
kepada lingkup objek yang sangat terbatas. Perhatian ini juga
disebut sebagai perhatian konsentratif, dimana orang yang
mengadakan konsentrasi pikiran berarti berpikir dengan perhatian
terpusat. 5
d. Ditinjau dari fluktuasinya perhatian
1) Perhatian yang statis yaitu perhatian yang diberikan oleh individu
atau seseorang pada suatu objek tertentu dalam waktu tertentu
secara statis. Artinya, individu atau orang yang sedang
memberikan perhatian terhadap suatu objek tersebut suka
mengalihkan perhatian kepada objek lain.
2) Perhatian yang dinamis yaitu perhatian yang diberikan oleh
individu atau seseorang dari objek yang satu beralih dengan
lincahnya ke objek yang lain.
e. Ditinjau dari cocok atau tidaknya pada objek
Individu atau seseorang dengan alat indra yang normal dan
tidak dalam keadaan tidur tentu selalu menaruh perhatian terhadap
sesuatu hal. Individu atau seseorang terkadang menaruh perhatian
5
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan Cet. 11 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), hlm. 35.
28
terhadap hal-hal atau objek tertentu yang sebetulnya tidak cocok bagi
dirinya. Dengan pernyataan lain, sebetulnya individu tersebut tidak
berminat memberikan perhatian terhadap objek tersebut. Tetapi karena
adanya suatu keharusan untuk memerhatikannya, individu tersebut
dalam keadaan terpaksa memberikan perhatian juga pada objek yang
dimaksud. Perhatian semacam ini dinamakan inattention, yaitu
perhatian pada hal-hal yang tidak cocok.6
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhatian
Perhatian dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, yaitu
sebagai berikut:
1) Faktor subjektif
Faktor subjektif adalah faktor yang behubungan dengan
keadaan, kondisi diri pribadi, dan sikap batin tertentu yang
memerhatikan objek tertentu.
Contoh faktor subjektif yaitu pekerjaan yang sedang kita
laksanakan menentukan perhatian, keinginan menentukan perhatian,
minat (interest) menentukan perhatian, mode menentukan perhatian,
keadaan yang dibayang-bayangkan mengarahkan perhatian kepada
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan keadaan itu, dan
kebiasaan menentukan pilihan.
6
Purwa Atmaja Prawira, Op. cit., hlm. 68-71.
29
2) Faktor objektif
Faktor objektif adalah faktor sifat daripada objek atau bendabenda yang menarik perhatian kita, perangsang yang kuat menarik
perhatian kita, perangsang yang luar biasa menarik perhatian kita,
perasaan yang tiba-tiba menarik perhatian kita, benda-benda yang
mempunyai bentuk akan lebih menarik perhatian kita daripada
benda-benda yang bentuknya tidak tentu.7
Selanjutnya Suharsono juga mengemukakan bahwa hal-hal yang
mempengaruhi perhatian yaitu faktor objektif dan faktor subjektif. 8
Yang termasuk faktor objektif adalah:
1) Perangsang yang berubah-ubah menarik perhatian
2) Perangsang yang luar biasa
3) Perangsang yang tiba-tiba
4) Benda-benda yang mempunyai bentuk tertentu
5) Benda-benda yang berhubungan dengan kebutuhan dasar
Yang termasuk faktor subjektif adalah:
1) Pekerjaan yang sedang kita laksanakan
2) Keinginan yang sedang kita laksanakan
3) Minat
4) Perasaan
5) Mode
6) Kebiasaan.
7
8
Ibid, hlm. 71.
Suharsono, Mencerdaskan Anak (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm.113.
30
4.
Bentuk-bentuk Perhatian Orang Tua
Perhatian orang tua mempunyai peran penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Adapun perhatian orang tua kepada anaknya
dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Pemberian bimbingan
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dalam bahasa
inggris yaitu guidance. Guidance atau bimbingan adalah bantuan yang
diberikan
oleh
seorang
(pembimbing)
kepada
individu
atau
sekelompok individu.
Sedangkan pengertian bimbingan menurut para tokoh
berbeda-beda, namun tidak saling bertentangan. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa bimbingan adalah suatu proses memberi bantuan
kepada individu agar individu dapat mengenal dirinya dan dapat
memecahkan
masalah-masalah
hidupnya
sendiri
sesuai
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan
sehingga ia dapat menikmati hidup dengan bahagia.9
Sehubungan dengan ini ada beberapa kekeliruan dalam
menafsirkan bimbingan. Ada yang berpandangan bahwa bimbingan
hanya diberikan pada mereka yamg baru masuk sekolah saja.
Pandangan lain mengatakan bahwa bimbingan hanya diperuntukkan
bagi individu yang salah asuh atau yamg nakal saja. Kedua pandangan
ini keliru karena yang membutuhkan bimbingan bukan hanya anak
9
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam Cet. 3 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), hlm. 344.
31
yang masih sekolah ataupun yang nakal namun setiap individu
membutuhkan bimbingan baik dari guru maupun orang tua.
Adapun bimbingan itu mempunyai beberapa ciri antara lain:
1) Bimbingan merupakan suatu proses yang berkelanjutan
2) Bimbingan merupakan proses membantu individu tanpa paksaan
3) Bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukan
pemecahan masalah atau di dalam proses perkembangannya
4) Bimbingan diberikan agar individu dapat mengembangkan
dirinya secara maksimal sesuai dengan kemampuannya
5) Bimbingan diberikan agar individu dapat menyesuaikan diri
kepada ingkungan, keluarga, dan masyarakat
6) Untuk melaksanakan bimbingan diperlukan petugas atau personil
yang memiliki keahlian bimbingan.10
b. Keteladanan
Pada umumnya manusia memerlukan figur identifikasi
(uswal al-hasanah) yang dapat membimbing manusia ke arah
kebenaran, untuk memenuhi keinginan tersebut Allah mengutus
Muhammmad menjadi tauladan bagi manusia. Kemudian kita
diperintahkan untuk mengikuti Rasul, diantaranya memberikan
tauladan yang baik. Untuk menjadi sosok yang ditauladani, Allah
memerintahkan kepada manusia selaku khalifah fi al ardh
10
Ibid., hlm. 347-348.
32
mengerjakan perintah Allah sebelum mengajarkannya kepada orang
yang dipimpinnya.11
Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa dalam
berbagai hal pendidikan, keteladanan pendidik merupakan alat
pendidikan yang sangat penting. Seperti yang terdapat dalam ilmu
jiwa, dapat diketahui bahwa sejak kecil manusia itu terutama anakanak
telah
mempunyai
dorongan
meniru,
dan
suka
mengidentifikasikan diri terhadap orang lain atau tingkah laku orang
lain, terutama orang tua dan gurunya.12
Yang dimaksud keteladanan di sini yaitu pendidikan dengan
cara memberikan contoh yang baik kepada anak, baik dalam ucapan
maupun perbuatan. Contoh bentuk keteladanan yaitu:
1) Keteladanan disengaja
Yaitu pendidik sengaja memberi contoh yang baik kepada para
peserta
didiknya
supaya
dapat
menirunya.
Seperti
guru
memberikan contoh membaca yang baik agar para murid
menirunya, Imam membaikkan shalatnya dalam mengerjakan
shalat yang sempurna kepada ma’mumnya.
11
12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Cet. 3 (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm.184.
Ibid., hlm. 185.
33
2) Keteladanan tidak disengaja
Dalam hal ini, pendidik tampil sebagai figur yang dapat
memberikan contoh-contoh yang baik dalam kehidupan seharihari.13
Untuk itu orang tua sebagai sosok pendidik pertama dan
utama bagi anak memiliki kewajiban terhadap anaknya yang tidak
bisa dibebankan kepada orang lain. Kewajiban tersebut diantaranya:
1) Memberi contoh kepada anak dalam berakhlak mulia
2) Menyediakan kesempatan kepada anak untuk mempraktikan
akhlak mulia
3) Memberi tanggung jawab sesuai dengan perkembangan anak
4) Mengawasi dan mengarahkan anak agar selektif dalam bergaul.14
c. Motivasi
Keluarga merupakan institusi yang pertama kali bagi anak
dalam mendapatkan pendidikan terutama dari orang tuanya. Jadi
orang tua mempunyai peran penting dalam pembentukan akhlak anak,
oleh karena itu orang tua harus memberikan pendidikan atau mengajar
anak tentang akhlak mulia atau baik. Orang tua wajib mendidik
anaknya dengan pendidikan yang baik agar anaknya nanti mendapat
keuntungan dan menjadi cahaya matanya dan pahala bagi keduanya.15
13
Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 224.
14
15
Mansur, Op. cit., hlm. 272-273.
Ibid., hlm. 271.
34
Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perlu adanya
motivasi dari orang tua yang akan mendukung keberhasilan
pendidikan tersebut. Motivasi tersebut dapat berupa
ganjaran dan
hukuman. Ganjaran adalah sesuatu yang menyenangkan yang
dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang berprestasi baik dalam
belajar ataupun dalam sikap prilaku.
Selain ganjaran, hukuman juga merupakan alat pendidikan.
Amir Daien Indra Kusuma mendefinisikan bahwa hukuman sebagai
tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja
sehingga menimbulkan nestapa, sehingga anak akan menjadi sadar
dan berjanji tidak akan mengulanginya. Dengan demikian dipahami
bahwa hukuman diberikan karena ada pelanggaran, sedangkan tujuan
pemberian hukuman adalah agar tidak terjadi pelanggaran secara
berulang. Oleh karena itu Hasan Langgulung menawarkan prinsip
dalam memberikan hukuman berupa nasehat, teguran, peringatan,
dimarahi dan terakhir dipukul.16
16
Ramayulis, Op. cit., hlm. 188-189.
35
B. Kepribadian Anak
1.
Pengertian Kepribadian Anak
Kata kepribadian berasal dari kata personality yang berasal dari
kata persona yang berarti kedok atau topeng. Jadi konsep awal dari
pengertian personality adalah tingkah laku yang ditampakkan ke
lingkungan sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan dapat ditangkap
oleh lingkungan sosial.17.
Menurut
Sjarkawi
di
dalam
bukunya
yang
berjudul
“Pembentukan Kepribadian Anak” kepribadian adalah ciri atau
karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber
dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
18
kemudian di
dalam buku “Teori-Teori Psikologi” dijelaskan bahwa kepribadian adalah
komponen dalam diri individu yang berupa kesadaran maupun ketidak
sadaran yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya untuk
saling mengisi.19
Selanjutnya, beberapa ahli mendefinisikan kepribadian sebagai
berikut:
1) Allport
Kepribadian adalah “susunan yang dinamis di dalam system psikofisik (jasmani rohani) seseorang yang menentukan perilaku dan
pikirannya yang berciri khusus”.
17
Alwisol, Psikologi Kepribadian ( Malang: UMM Press, 2004), hlm. 8.
Sjarkawi, Op. cit., hlm. 11.
19
M. Nur Ghufron dan Rini Risnaita, Teori-Teori Psikologi (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), hlm. 133.
18
36
2) Mark A. May
Kepribadian adalah “apa yang memungkinkan seseorang berbuat
efektif atau memungkinkan seseorang mempunyai pengaruh
terhadap orang lain. Dengan kata lain kepribadian adalah nilai
perangsang sosial seseorang”.
3) Woodworth
Kepribadian adalah “kualitas dari seluruh tingkah laku seseorang”.
4) Morrison
Kepribadian adalah “keseluruhan dari apa yang dicapai seseorang
individu dengan jalan menmpilkan hasil-hasil cultural dari evolusi
sosial”.
5) Hartmann
Kepribadian adalah “susunan yang terintregrasikan dari cirri-ciri
umum seorang individu sebagaimana yang dinyatakan dalam corak
khas yang tegas yang diperhatikannya kepada orang lain”.20
Sedangkan anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak
laki-laki maupun perempuan dari hasil perkawinan ayah dan ibu yang
berusia 7-12 tahun yang bertempat tinggal di desa Proto Kedungwuni
Pekalongan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian anak
merupakan suatu proses dinamis di dalam diri anak, yang terus menerus
dilakukan terhadap sistem psikofisik (fisik dan mental), sehingga
20
Ramayulis, Op. cit., hlm. 288.
37
terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap individu
terhadap lingkungan.
2.
Tipe-tipe Kepribadian
Pada dasarnya, setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda
satu sama lain. Penelitian mengenai kepribadian manusia sudah
dilakukan para ahli sejak dulu kala. Hippocrates dan galenus (400 SM
dan 175 M) mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat
golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.
a. Melancholinus (melankolisi) yaitu orang-orang yang banyak empedu
hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap
murung atau muram, pesimistis, dan selalu menaruh rasa curiga.
b. Sanguinicus (sanguinisi) yaitu orang-orang yang banyak darahnya,
sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukan wajah yang berseriseri, periang, atau selalu gembira dan bersikap optimistis.
c. Flegmaticus (flegmatisi) yaitu orang-orang yan banyak lendirnya.
Orang tipe ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat,
pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak pernah berubah.
d. Cholericus (kolerisi) yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang
tipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar
mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.21
Sedangkan C.G. Jung seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss,
membuat pembagian tipe manusia dengan cara lain lagi, ia menyatakan
21
Alex Sobur, Psikologi Umum Cet. 2 (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), hlm. 314.
38
bahwa perhatian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya
yang disebut ekstrovert, dan ke dalam dirinya yang disebut introvert. Ke
mana arah perhatian manusia itu yang terkuat ke luar dirinya atau ke
dalam dirinya, itulah yang menentukan tipe orang itu.
Jadi menurut Jung, tipe manusia dapat dibagi menjadi dua
golongan besar yaitu:
1) Tipe ektrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan
ke luar dirinya, kepada ornag-orang lain dan kepada masyarakat. Tipe
ini terdiri dari empat tipe psikologis berdasarkan kombinasi antara
sikap dan fungsi-fungsi psikologis, yaitu sebagai berikut:
a. Ekstrovert thinking
Orang dengan tipe ini hidup terbatas sesuai dengan aturan
masyarakat, cenderung untuk menekan perasaan dan emosinya.
Tujuan dari semua aspek dalam hidup menjadi dogmatik dalam
pemikiran opini. Mereka mungkin dipandang sebagai orang yang
kaku dan dingin. Mereka cenderung menjadi ilmuwan yang baik,
karena mereka fokus belajar terhadap dunia luar dan menggunakan
aturan logika untuk menjelaskan dan memahami sesuatu.
b. Ekstrovert feeling
Orang dengan tipe ini cenderung untuk menekan pikiran dan
lebih emosional. Patuh terhadap nilai-nilai tradisional dan kode
moral yang mereka punyai. Mereka umumnya responsif secara
emosional, mudah berteman, dan mudah bersosialisasi.
39
c. Ekstrovert sensing
Orang dengan tipe ini memfokuskan diri kepada kesenangan
dan kebahagiaan, mencari pengalaman baru, sangat berorientasi
kepada dunia nyata, dan adaptif terhadap berbagai jenis orang dan
perubahan situasi. Cenderung ramah dan memiliki kapasitas yang
tinggi untuk menikmati hidup.
d. Ekstrovert intuiting
Orang dengan tipe ini mencari kesuksesan dalam bisnis dan
dunia politik, karena mereka memiliki kemampuan untuk
mengeksploitasi setiap kesempatan. Orang-orang tersebut menarik,
memiliki ide-ide baru, dan cenderung kreatif. Mereka mampu
menginspirasi orang untuk menyelesaikan setiap tugas dan
mencapai prestasi. Tetapi mereka juga cenderung mudah berubah,
pindah dari satu ide ke ide lain, dan membuat keputusan yang
disarankan pada firasat, bukan didasarkan pada refleksi. Meskipun
demikian sering kali keputuan tersebut benar.
2) Tipe introvert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah
pada dirinya. Tipe ini juga terdiri dari empat tipe psikologis, yaitu
sebagai berikut:
a. Introvert thingking
Orang tipe ini tidak dapat bersama dengan orang lain dalam
waktu yang lama, dan kesulitan untuk mengomunikasikan ideidenya. Orang ini lebih memfokuskan kepada pemikiran ketimbang
40
perasaan, dan memiliki keputusan praktis yang sedikit lebih
mendalam terhadap privasi. Mereka lebih suka menerima abstraksi
dan teori. Fokus mereka lebih memahami diri sendiri daripada
memahami orang lain. Orang lain akan melihatnya keras kepala,
penyendiri, dan kurang perhatian terhadap orang lain.
b. Introvert feeling
Orang tipe ini suka menekan pemikiran rasional, memiliki
kemampuan emosi yang mendalam, tetapi menghindari diri untuk
mengekspresikannya keluar. Mereka terlihat misterius, tidak dapat
disentuh dan cenderung pendiam dan kekanak-kanakan. Mereka
hanya memiliki pertimbangan terhadap perasaan dan pikiran orang
lain, terlihat menarik diri, dingin dan memiliki keyakinan diri yang
tinggi.
c. Introvert sensing
Orang tipe ini terlihat pasif, tenang dan terpisah dari dunia
sehari-hari.
Terlibat
dalam
aktifitas
kemanusiaan
dengan
melakukan berbagai perbuatan baik dan menyenangkan. Mereka
adalah orang yang sensitif secara estetik, ekspresif dalam seni atau
musik, dan cenderung untuk menekan intuisinya.
d. Introvert intuiting
Orang tipe ini memfokuskan pada intuisi orang. Sangat
sedikit memiliki kontak dengan dunia nyata. Tipe orang yang
visioner dan pengkhayal dan penyendiri, kuarang peduli terhadap
41
hal-hal yang bersifat praktis, dan kurang dapat memahami orang
lain, pertimbangannya aneh dan eksentrik. Mereka umumnya
kesulitan untuk mengatasi kehidupan sehari-hari dan perencanaan
ke depan.22
Dijelaskan lebih lanjut oleh McCrae dan Costa (2001), bahwa tipe
kepribadian
ekstrovert
merupakan
dimensi
yang
menyangkut
hubungannya dengan perilaku suatu individu khususnya dalam hal
kemampuan mereka menjalin hubungan dengan dunia luarnya.
Karakteristik kepribadian ini dapat dilihat melalui luasnya hubungan
suatu individu dengan lingkungan sekitar dan sejauh mana kemampuan
mereka menjalin hubungan dengan individu yang lain, khusunya ketika
berada di lingkungan yang baru.
Pada pribadi ekstrovert akan ditunjukkan melalui sikapnya yang
hangat, ramah, penuh kasih sayang serta selalu menunjukkkan keakraban
terutama pada orang yang telah dikenal. Mereka kerap memiliki
ketertarikan yang tinggi dalam bergaul dan untuk bergabung dalam
kelompok-kelompok sosial. Individu dengan tipe kepribadian ini
cenderung tegas dalam mengambil keputusan serta tidak segan-segan
menempatkan dirinya dalam posisi kepemimpinan. Mereka selalu
menunjunkan sikap yang aktif terhadap perubahan keadaan dan selalu
membutuhkan suasana yang mampu membuatnya gembira sehingga
22
Dede Rahmat Hidayat, Psikologi Kepribadian Dalam Konseling (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), hlm. 50-51.
42
sikapnya cenderung periang terutama dalam mengapresiasikan emosi
mereka.
Tipe
kepribadian
introvert
ditunjukan
melalui
rendahnya
kemampuan individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial
mereka. Hal ini dapat dilihat melalui terbatasnya hubungan mereka
dengan lingkungan disekitarnya. Sikap dan perilaku mereka cenderung
formal, pendiam, dan tidak ramah. Dalam mengapresiasikan emosi pada
kondisi yang bahagiapun ia akan tampak tenag dan menunjukan ekspresi
yang datar dan tidak berlebihan. 23
Selain itu menurut Levine (2005) ada Sembilan tipe kepribadian
orang tua dalam membesarkan anaknya yang juga dapat berpengaruh
pada kepribadian si anak, yaitu sebagai berikut:
1) Penasehat moral, terlalu menekankan pada perincian, analisis, dan
moral
2) Penolong,
terlalu
mengutamakan
kebutuhan
anak
dengan
mengabaikan akibat dari tindakan si anak
3) Pengatur, selalu ingin bekerja sama dengan si anak dan menciptakan
tugas-tugas yang akan membantu memperbaiki keadaan
4) Pemimpi, selalu berupaya untuk berhubungan secara emosional
dengan anak-anak di dalam setiap keadaan dan mencari solusi kreatif
bersama-sama
23
M. Nur Ghufron dan Rini Risnaita, Op. cit., hlm. 135.
43
5) Pengamat, selalu mencari sudut pandang yang menyeluruh dan
berupaya mengutamakan objektifitas dan perspektif
6) Pencemas, selalu melakukan tanya jawab mental dan terus bertanyatanya, ragu-ragu, dan memiliki gambaran terburuk
7) Penghibur, selalu menerapkan gaya yang lebih santai
8) Pelindung, cenderung untuk mengambil alih tanggung jawab dan
bersikap melindungi
9) Pendamai, dipengaruhi kepribadian mereka yang selalu menghindar
dari konflik.24
3.
Proses Pembentukan Kepribadian
Pembentukan kepribadian memerlukan waktu yang panjang,
berangsur-angsur dan kontinyu, karena hal ini merupakan hukum dari
proses
perkembangan.
Proses
pembentukan
kepribadian
sangat
ditentukan oleh waktu dan kematangan pribadi. Di dalam kehidupan
manusia dari kecil sampai dewasa/tua, kepribadian itu selalu berkembang
dan mengalami perubahan-perubahan. tetapi di dalam perubahan itu
terlihat adanya pola-pola tertentu yang tetap. Makin dewasa orang itu,
makin jelas polanya, makin jelas adanya stabilitas. 25
Sebelum sampai pada kepribadian yang matang, dewasa, dan
permanen, proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai
tingkatan. Salah satu tingkat yang harus dilalui adalah imitasi (keinginan
untuk meniru orang lain) yang dilanjutkan dengan identifikasi (dorongan
24
25
hlm. 155.
Sjarkawi, Op.cit., hlm. 20-21.
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),
44
untuk menjadi identik dengan dengan orang lain). Pada masa remaja,
tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan kekaburan
akan
peranan
sosial,
karena
remaja-remaja
cenderung
mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus.26
Dengan demikian pembentukan kepribadian itu tidak mungkin
terlepas daripada proses perkembangannya itu sendiri. Sedangkan
perkembangan itu selalu mengkaitkan faktor endogen dan eksogen untuk
mendewasakan pribadinya melalui proses imitasi, sugesti, identifikasi
dan simpati serta komunikasi individu akan mengalami penyesuaian,
perubahan dan perkembangan
yang kemudian menjadi
muatan
kepribadian.
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang
dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu:
a.
Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang
itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis
atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa
bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah
satu sifat yang dimiliki kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan
atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sering
kita mendengar istilah “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”.
26
hlm. 176.
Sarlito Sarwono, Pengantar Psikologi Umum Cet. 2 (Jakarta: Rajawali Press, 2010),
45
b.
Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang
tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang
berasal dari lingkungan seseseorang mulai dari lingkungan
terkecilnya yakni keluarga, teman, tetangga sampai dengan pengaruh
dari berbagai media audiovisual seperti TV dan VCD, atau media
cetak seperti koran, majalah, dan lain sebagainya.
Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan
berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang
anak. Terutama dari cara orang tua mendidik dan membesarkan
anaknya.
Sejak lama peran sebagai orang tua seringkali tanpa dibarengi
pemahaman mendalam tentang kepribadian. Akibatnya, mayoritas
orang tua hanya bisa menyalahkan si anak ketika terjadi hal-hal yang
negatif mengenai perilaku keseharian anaknya27
Selanjutnya menurut Ngalim Purwanto faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan dan kepribadian itu dapat dibagi sebagai
berikut:
27
1.
Faktor biologis
2.
Faktor sosial
3.
Faktor kebudayaan
Sjarkawi, Op.cit., hlm. 19.
46
1) Faktor biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau
sering pula disebut faktor fisiologis. Faktor ini berasal dari keturunan
atau pembawaan yaitu segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak
sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat
kebutuhan. Kejiwaan yang berwujud pikiran, perasaan, kemauan,
fantasi, ingatan dan sebagainya yang dibawa lahir ikut menentukan
pribadi seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula. Panjang
pendeknya leher, besar kecilnya tenggorokan, susunan saraf, dan
keadaan tulang-tulang juga mempengaruhi kepribadian seseorang.
2) Faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor sosial di sini adalah masyarakat
yaitu manusia-manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi
individu yang bersangkutan atau berasal dari lingkungan seseorang.
Mulai dari lingkungan seseorang dari lingkungan yang terkecil yakni
keluarga, teman, tetangga sampai dengan pengaruh dari berbagai
media audiovisual. Lingkungan keluarga, tempat seorang anak
tumbuh dan berkembang akan sangat berpengaruh terhadap
kepribadian seorang anak.terutama dari cara orang tua mendidik dan
membesarkan anaknya.
47
3) Faktor kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri
masing-masing anak atau orang tidak dapat dipisahkan dari
kebudayaan masyarakat dimana anak itu dibesarkan.28
5.
Faktor Penentu Perubahan Kepribadian
Perubahan dalam kepribadian tidak terjadi secara spontan, tetapi
merupakan hasil pematangan, pengalaman, tekanan dari lingkungan
sosial budaya, dan faktor-faktor dari individu.
a.
Pengalaman awal
Sigmund freud menekankan tentang pentingnya pengalaman
awal (masa kanak-kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma
kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus
dari ingatan.
b.
Pengaruh budaya
Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk
mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang
ditentukan budayanya.
c.
Kondisi fisik
Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung
terhadap kepribadian seseorang. Kondisi tubuh menentukan apa
yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang.
28
M. Ngalim Purwanto, Op. cit., hlm. 160-163.
48
Secara tidak langsung seseorang akan merasakan tentang tubuhnya
yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya.
d.
Daya tarik
Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya
memiliki lebih banyak karakteristik kepribadin yang diinginkan
daripada orang yang dinilai kurang menarik, bagi mereka yang
memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap sosial yang
menguntungkan.
e.
Intelegensi
Perhatian yang berlebihan terhadap anak yang pandai dapat
menjadikan ia sombong, dan anak yang kurang pandai merasa bodoh
apabila berdekatan dengan orang yang pandai tersebut, dan tidak
jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
f.
Emosi
Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinilai sebagai
orang yang tidak matang. Penekanan ekspresi emosional membuat
seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau bekerja sama dan
sibuk sendiri.
g.
Nama
Karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan dalam pikiran orang lain, maka akan mewarnai
penilaian orang terhadap diri kita.
49
h.
Keberhasilan dan kegagalan
Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri,
kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhsilan akan
menunjang konsep diri itu.
i.
Penerimaan sosial
Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat
mengembangkan rasa percaya diri dan kepandanya. Sebaliknya anak
yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci
orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
j.
Pengaruh keluarga
Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak,
sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga
itulah diletakkan sendi-sendi dasar kepribadian.
k.
Perubahan fisik
Perubahan
kepribadian
dapat
disebabkan
oleh
adanya
perubahan kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan
kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik yang mengarah kepada
klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu
kemunduran menuju kearah yang lebih buruk.29
29
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 13-15.
Download