Seminar Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika Mei 2011 1 Pengendali Sliding Mode Control (SMC) Motor Induksi 3 Phasa dengan Direc Torque Control (DTC) Menggunakan Algoritma Genetika Oktavianus Kati, Rhiza S. Sadjad, Nadjamuddin Harun Abstrak Dalam penelitian thesis ini dikembangkan metode pengaturan kecepatan motor induksi 3 phasa melalui direct torque control (DTC) menggunakan sliding mode control (SMC). Dengan menggunakan metode DTC memungkinkan untuk mengontrol torka dan fluks stator secara langsung. Estimasi putaran rotor, torka dan fluks dilakukan oleh DTC yang diberi input tegangan dan arus stator. Estimasi kecepatan motor akan dibandingkan dengan kecepatan referensi untuk menghasilkan error. Error dan delta error kecepatan putar sebagai masukan pada Sliding Mode Control (SMC), Algoritma genetika digunakan untuk mencari optimalisasi parameterparameter SMC. Nilai keluaran dari SMC adalah Torka referensi. Besaran masukan estimasi DTC adalah arus dan tegangan motor, sinyal masukan inverter adalah tegangan dc. Besaran keluaran estimasi DTC adalah torka, putaran, fluks dan sudut antara fluks sumbu d dan sumbu q. Hasil yang diperoleh melalui simulasi menunjukkan respon kecepatan putar yang cepat dalam kondisi start, perubahan beban dan perubahan set point. Khusus pada kondisi perubuhan beban, respon kecepatan hampir tidak mengalami perubahan kecepatan atau bisa dikatakan respon kecepatan kokoh bila ada gangguan Kata kunci : Sliding mode control, DTC, Algoritma Genetika, koordinat d-q untuk melakukan analisa. Model d-q lebih fleksibel dari model trafo, bentuk tegangan sumber tidak harus sinusoidal dan parameter bisa diubah [1]. Selain itu model d-q dapat menganalisa motor induksi dalam kondisi : transient, steady state dan perubahan karena beban. Dalam penelitian ini, pengontrolan putaran motor induksi dilakukan dengan cara membandingkan putaran estimasi dengan putaran referensi. Sinyal tegangan dan arus stator motor induksi yang telah ditransformasi melalui DTC estimasi menghasilkan putaran estimasi, fluks, torka estimasi dan sudut pergesaran. Error antara putaran acuan dengan putaran estimasi sebagai masukan Sliding mode control (SMC) dimana parameter dari SMC (h dan beta) kita optimasi menggunakan algoritma genetika. Output dari SMC berupa torka referensi dibandingkan dengan torka estimasi. Hasil perbandingan tersebut berupa sinyal error yang berfungsi sebagai masukan ke switching sinyal inverter untuk menyuplai tegangan ke motor induksi tiga phasa. (gambar 1) Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan pengendali SMC sebagai kontrol putaran motor induksi untuk berbagai kondisi yaitu kondisi start, steady state dan perubahan setting point perubahan beban motor. 1. Pendahuluan Motor induksi 3 phasa saat ini banyak digunakan pada industri dengan berbagai aplikasi. Hal ini disebabkan karena motor induksi 3 phase memiliki keunggulan diantaranya handal, tidak ada kontak antara stator dan rotor kecuali bearing, tenaga yang besar, daya listrik rendah dan hampir tidak ada perawatan[15]. Motor induksi 3 phasa memiliki kelemahan pada pengontrolan kecepatan karena kecepatanya bergantung pada frekuensi input sedangkan sumber yang ada memiliki frekuensi yang konstan, untuk mengubah frekuensi input lebih sulit dari pada mengatur tegangan input, dengan ditemukannya teknologi inverter maka hal tersebut menjadi mungkin dilakukan. Motor induksi umumnya dioperasikan untuk kecepatan tetap. Berdasarkan survey bahwa bila motor dioperasikan dengan kecepatan variabel, maka motor akan mengkonsumsi daya listrik yang kecil. Karena itu motor ini banyak dipakai dengan kecepatan variabel. Untuk mengatur kecepatan motor induksi pada kecepatan tetap dan kecepatan variable diperlukan konverter daya. Apabila motor induksi mendapat tegangan melalui konverter daya, maka bentuk gelombang tegangan tidak lagi sinusoidal. Dalam kondisi ini pemodelan motor tidak lagi menggunakan model trafo. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan pemodelan dalam Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Elektro UNHAS No.Stambuk P2700209049 Vd ωref +- ωerr Tref Terr +- SMC ωm Test Test ref +- err Sumber tegangan inveter SVPWM Tabel Tegangan ∠𝜽𝒔 str est Vabc DTC Estimator dq abc Iabc Pemodelan d-q MI Gambar 1. Blok Diagram sistem pengaturan putaran motor induksi 2. Model d-q Motor Induksi tiga phasa Secara konvensional untuk menganalisis motor induksi tiga phasa dikembangkan berdasarkan model trafo, dengan mengasumsikan tegangan sumber adalah sinusoidal dan kondisi steady state. Dalam operasi real ditemui permasalahan tegangan sumber yang tidak sinusoidal dan terjadi perubahan beban. Oleh karrna itu Seminar Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika Mei 2011 dibutuhkan model lain yang lebih fleksibel untuk menganalisis motor induksi yaitu model motor induksi dalam koordinat d-q-n. persamaan tegangan motor induksi dengan tegangan simetri dalam koordinat d-q-n dinyatakan sbb [7] : 𝑑 𝑣𝑞𝑠 = 𝑅𝑠 𝑖𝑞𝑠 + 𝜔𝜆𝑑𝑠 + 𝜆𝑞𝑠 (1) 𝑣𝑑𝑠 = 𝑅𝑠 𝑖𝑑𝑠 − 𝜔𝜆𝑞𝑠 + 𝑑𝑡 𝑑 𝑑𝑡 𝜆𝑑𝑠 (2) 𝑣𝑞𝑟 = 𝑅𝑟 𝑖𝑞𝑟 + (𝜔𝑔 − 𝜔𝑟 )𝜆𝑑𝑟 + 𝑣𝑑𝑟 = 𝑅𝑟 𝑖𝑑𝑟 − (𝜔𝑔 − 𝜔𝑟 )𝜆𝑞𝑟 + 𝑑 𝑑𝑡 𝑑 𝑑𝑡 𝜆𝑞𝑟 (3) 𝜆𝑑𝑟 (4) 2 𝐾 −1 𝑑𝑞0 𝑐𝑜𝑠𝜃 2𝜋 𝑐𝑜𝑠 (𝜃 − ) =[ 𝑐𝑜𝑠 (𝜃 + 3 2𝜋 3 ) −𝑠𝑖𝑛𝜃 1 2𝜋 −𝑠𝑖𝑛 (𝜃 − ) 1] 3 2𝜋 −𝑠𝑖𝑛 (𝜃 + ) 1 (12) 3 Diagram dari model d-q motor induksi tiga phasa dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini. Fluksi yang tercakup dalam kumparan adalah : 𝜆𝑞𝑠 = 𝐿𝑙𝑠 𝑖𝑞𝑠 + 𝐿𝑀 (𝑖𝑞𝑠 − 𝑖𝑞𝑟 ) (5) 𝜆𝑑𝑠 = 𝐿𝑙𝑠 𝑖𝑑𝑠 + 𝐿𝑀 (𝑖𝑑𝑠 + 𝑖𝑑𝑟 ) (6) 𝜆𝑞𝑟 = 𝐿𝑙𝑟 𝑖𝑞𝑟 + 𝐿𝑀 (𝑖𝑞𝑠 + 𝑖𝑞𝑟 ) (7) 𝜆𝑑𝑟 = 𝐿𝑙𝑟 𝑖𝑑𝑟 + 𝐿𝑀 (𝑖𝑑𝑠 + 𝑖𝑑𝑟 ) (8) Torka elektromagnetik motor induksi dapat ditentukan dengan: 3 𝑷 𝑇𝑒 = ( ) (𝜆𝑑𝑠 𝑖𝑞𝑠 − 𝜆𝑞𝑠 𝑖𝑑𝑠 ) (9) 2 2 Dan persamaan dinamis dari motor induksi dinyatakan oleh : 𝑇𝑒 − 𝐵𝑚 𝜔𝑟 − 𝑇𝐿 = 𝑑 2𝐽 𝑑𝜔𝑟 = 𝜔𝑟 (𝑡) Dimana : 𝑇𝐿 : torka beban 𝑇𝑒 : torka elektromagnetik J : momen inersia (kg.m2) P : jumlah kutub 𝜔𝑟 : kecepatan angular rotor (rad/detik) 𝐵𝑚 : koefisien gesekan (N.m.det/rad) 𝜃𝑟 : posisi sudut (rad) (11) Persamaan (1 s/d 11) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi : 𝜔𝐿𝑠 𝑅𝑠 + 𝑝𝐿𝑠 (𝜔𝑔 − 𝜔𝑟 )𝐿𝑀 𝑝𝐿𝑀 −𝜔𝐿𝑀 𝑅𝑟 + 𝑝𝐿𝑟 𝑝𝐿𝑀 (𝜔𝑔 − 𝜔𝑟 )𝐿𝑟 𝜔𝐿𝑀 𝑖𝑞𝑠 𝑝𝐿𝑀 𝑖𝑑𝑠 [ (𝜔𝑔 − 𝜔𝑟 )𝐿𝑟 𝑖𝑞𝑟 ] 𝑅𝑟 + 𝑝𝐿𝑟 ] 𝑖𝑑𝑟 Untuk lebih memudahkan dalam menghitung arus dan tegangan dalam bentuk d-q dan sebaliknya kita dapat menggunakan transformasi matriks kombinasi ClarkePark yakni: 𝐾𝑑𝑞0 = 2 3 [ 2𝜋 −𝑠𝑖𝑛𝜃 −𝑠𝑖𝑛 (𝜃 − ) 3 2𝜋 3 𝑐𝑜𝑠 (𝜃 + 2𝜋 ) −𝑠𝑖𝑛 (𝜃 + 1 1 1 2 2 2 Dari model matematika diatas, persamaan-persamaan tersebut dapat disederhanakan untuk memperoleh persamaan keadaa (state space) yang kemudian digambarkan dalam bentuk vector matriks persamaan keadaan. Selanjutnya dari persamaan keadaan akan didapatkan diagram keadaan yang akan membantu kita dalam menentukan diagram blok sistem nantinya. Pertama persamaan yang harus diuraikan adalah persamaan tegangan acuan masukan (1) dan (4): 𝑑 𝑖 (𝑡) 𝑑𝑡 𝑑𝑠 𝑑 𝑖 (𝑡) 𝑑𝑡 𝑞𝑠 𝑑 𝑑𝑡 𝑑 1 𝑉 (𝑡) 𝜎𝐿𝑠 𝑑𝑠 1 + 𝑉 (𝑡) 𝜎𝐿 𝑞𝑠 = 𝛽𝑛𝑝 𝜔𝑚 (𝑡)𝜆𝑞𝑟 + 𝜂𝛽𝜆𝑑𝑟 + 𝛾𝑖𝑑𝑠 (𝑡) + = −𝛽𝑛𝑝 𝜔𝑚 (𝑡)𝜆𝑑𝑟 + 𝜂𝛽𝜆𝑞𝑟 − 𝛾𝑖𝑞𝑠 (𝑡) 𝑠 (13) (14) 𝑖𝑑𝑟 (𝑡) = −𝑛𝑝 𝜔𝑚 (𝑡)𝜆𝑞𝑟 − 𝜂𝜆𝑑𝑟 + 𝜂𝐿𝑚 𝑖𝑑𝑟 (𝑡) (15) 𝑖𝑞𝑟 (𝑡) = 𝑛𝑝 𝜔𝑚 (𝑡)𝜆𝑑𝑟 − 𝜂𝜆𝑞𝑟 + 𝜂𝐿𝑚 𝑖𝑞𝑟 (𝑡) (16) Dari persamaan (9) dan (11) kita dapatkan : Dimana Ls dan Lr adalah induktansi sendiri untuk stator dan rotor dan Lm adalah induktansi bersama antara stator dan rotor. 𝑐𝑜𝑠 (𝜃 − Persamaan Ruang Keadaan dan Diagram Keadaan Motor Induksi 𝑑𝑡 Dengan 𝐿𝑠 = 𝐿𝑙𝑠 + 𝐿𝑀 dan 𝐿𝑟 = 𝐿𝑙𝑟 + 𝐿𝑀 𝑐𝑜𝑠𝜃 Sumber : Toh Chuen Ling, Implementation of DTC of Induction Machines, UTM, 2005 (10) 𝑃 𝑑𝑡 𝜃 (𝑡) 𝑑𝑡 𝑟 𝑅𝑠 + 𝑝𝐿𝑠 𝑉𝑞𝑠 −𝜔𝐿𝑠 𝑉𝑑𝑠 = 𝑝𝐿𝑀 𝑉𝑞𝑟 [𝑉𝑑𝑟 ] [−(𝜔𝑔 − 𝜔𝑟 )𝐿𝑀 Gambar 2. Rangkaian ekivalen d-q dinamik motor induksi (a) rangkaian d-axis, (b) rangkaian q-axis 3 𝜔𝑚 (𝑡) = 𝑛𝑝 𝐿𝑚 (𝜆𝑑𝑟 𝑖𝑞𝑠 (𝑡)−𝜆𝑞𝑟 𝑖𝑑𝑠 (𝑡)) 𝐿𝑟 𝐽 − 𝐵𝑚 𝐽 𝜔𝑚 (𝑡) − 𝑇𝐿 (𝑡) 𝐽 (17) Dimana : 𝑅𝑟 𝐿2𝑚 𝐿𝑚 𝜂= ; 𝜎 =1− ; 𝛽= 𝐿𝑟 𝐿𝑟 𝐿𝑠 𝜎𝐿𝑟 𝐿𝑠 𝐿 𝑅 𝐿 𝛾 = 𝑚 2 + 𝑠 dan 𝜇 = 𝑛𝑝 𝑚 𝜎𝐿𝑎 𝐿𝑟 𝜎𝐿𝑠 𝐽𝐿𝑟 Dari persamaan diatas kita dapatkan vector matriks persamaan ruang keadaan (state space) berikut ini : ) 3 2𝜋 𝑑 𝑑𝑡 (11) ) ] Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Elektro UNHAS No.Stambuk P2700209049 Seminar Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika Mei 2011 d .n p . m dt isd (t ) d i (t ) - .n p . m -. dt sq - n p . m d rd (t ) n p . m - dt = d rq (t ) .isq (t ) - .isd (t ) dt 0 d 0 m (t ) dt d m (t ) dt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 / J 0 0 0 - 0 Lm 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Lm 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 B - m J 1 0 0 0 0 0 0 Untuk mendapatkan fungsi alihnya, maka kita membandingkan antara 𝜔𝑚 (𝑡) sebagai keluaran dan 𝑉𝑑𝑠 (𝑡) dan 𝑉𝑞𝑠 (𝑡)sebagai masukan dua koordinat orthogonal dan polar, direct-quadrature (d-q). untuk mendapatkan fungsi alih, maka salah satu dari tegangan acuan masukan dan 𝑇𝐿 (𝑡) harus sama dengan nol. Dari Persamaan (10) diatas : (𝐽𝑠 + 𝐵𝑚 )𝜔𝑚 (𝑡) = 𝑇𝑒𝑚 (𝑡) − 𝑇𝐿 (𝑡) r rq . 0 0 m (t ) 𝑇 (𝑠) 𝑒𝑚 𝜔𝑚 (𝑠) = (𝐽𝑠+𝐵 𝑚) 0 0 0 x 0 0 0 Untuk memudahkan memperoleh diagram keadaan dan diagram blok dari persamaan diatas maka perlu penyederhanaan terhadap matriks pers. (18) diatas, dengan mengambil bagian yang dianggap perlu dideskripsikan : - 0 d Lm Rs 0 dt isd (t ) .Ls .Lr 2 .Ls Lm R d i (t ) 0 - s 2 dt sq .Ls . L . L s r d rq (t ) 0 0 dt 0 isd (t ) Vsd (t ) 1 x isq (t ) Vsq (t ) . .Ls - rq (t ) 0 isd (t ) Vsd (t ) 1 Rr Lm x isq (t ) Vsq (t ) . 2 .Ls .Ls .Lr Rr (t ) 0 Ls rq 0 𝑛𝑝 𝐿𝑚 (𝜆𝑑𝑟 𝑖𝑞𝑠 (𝑠)−𝜆𝑞𝑟 𝑖𝑑𝑠 (𝑠)) (21) 𝐿𝑟 (𝐽𝑠+𝐵𝑚 ) 𝑅𝑟 𝐿𝑚 𝐿𝑚 𝑅𝑠 𝜆 ) +( + ) 𝑖 (𝑡) 𝐿𝑟 𝑑𝑟 𝜎𝐿𝑠 𝐿𝑟 𝜎𝐿𝑠 𝐿2𝑟 𝜎𝐿𝑠 𝑑𝑠 𝑑 + 𝑖𝑑𝑠 (𝑡)𝜎𝐿𝑠 𝑑𝑡 𝐿𝑚 𝑅𝑟 𝐿𝑚 𝐿𝑚 𝑉𝑑𝑠 (𝑡) = 𝑛𝑝 𝜔 (𝑠)𝜆𝑞𝑟 + 2 𝜆𝑑𝑟 + ( + 𝑅𝑠 + 𝜎𝐿𝑠 𝑠) 𝑖𝑑𝑠 (𝑠) 𝐿𝑟 𝑚 𝐿𝑟 𝐿𝑟 𝑉𝑑𝑠 (𝑡) = (𝑛𝑝 𝜔𝑚 (𝑡)𝜆𝑞𝑟 + (18) 0 = Dari persamaan (13): 𝑉𝑑𝑠 (𝑡) = 𝑛𝑝 𝛽𝜔𝑚 (𝑡)𝜆𝑞𝑟 + 𝜂𝛽𝜆𝑑𝑟 + 𝛾𝑖𝑑𝑠 (𝑡)𝜎𝐿𝑠 Jika 𝛽, 𝜂 dan 𝛾 disubtitusikan : isd (t ) Vsd (t ) i (t ) V (t ) 1 sq sq .Ls ird (t ) 0 + 0 i ( t ) rq 0 0 0 0 . TL (t ) d dt isd (t ) d i (t ) 0 dt sq d rq (t ) dt 0 3 (19) Maka persamaan persamaan fungsi alih motor induksi adalah : 𝑛𝑝 𝐿𝑚 (𝜆𝑑𝑟 𝑖𝑞𝑠 (𝑠) − 𝜆𝑞𝑟 𝑖𝑑𝑠 (𝑠)) 𝜔𝑚 (𝑠) 𝐿𝑟 (𝐽𝑠 + 𝐵𝑚 ) = 𝑉𝑑𝑠 (𝑠) 𝑛 𝐿𝑚 𝜔 (𝑠)𝜆 + 𝑅𝑟 𝐿𝑚 𝜆 + (𝐿𝑚 + 𝑅 + 𝜎𝐿 𝑠) 𝑖 (𝑠) 𝑝 𝐿 𝑚 𝑞𝑟 𝑠 𝑠 𝑑𝑠 𝐿𝑟 𝐿2𝑟 𝑑𝑟 𝑟 (22) 𝑛𝑝 𝐿𝑚 (𝜆𝑑𝑟 𝑖𝑞𝑠 (𝑠) − 𝜆𝑞𝑟 𝑖𝑑𝑠 (𝑠)) 𝐿𝑟 = 𝑛𝑝2 𝐿2𝑚 𝐿 𝑅 𝐿 𝑚 𝑟 𝐽𝜎𝐿𝑠 𝑠 2𝑖𝑑𝑠 (𝑠) + ((𝑅𝑠 + 2 ) 𝑖𝑑𝑠 (𝑠) + 2 𝑚 𝜆𝑑𝑟 ) 𝐽𝑠 + 2 (𝜆𝑑𝑟 𝑖𝑞𝑠 (𝑠) − 𝜆𝑞𝑟 𝑖𝑑𝑠 (𝑠)) 𝐿𝑟 𝐿𝑟 𝐿𝑟 Diperoleh diagram blok motor induksi : (20) Sehingga dari vektor matriks diatas didapatkan diagram keaadan motor induksi : Gambar 4. Diagram blok Motor Induksi dq --> abc d ia 1 q ib ia 2 ic ib 3 Demux abc --> dq sumber 3 fasa [theta_da] Va theta_da ic Vb vs_dq -K- vs_dq Vc Va,Vb,Vc=380 volt f=50 hz theta_da f l_rd lambda --> i inv[M] is_dq fl_s_dq 1 s is_dq -KDemux f l_rd Demux K*u irdq theta_da 1 s [theta_da] Wd 0 Pers. stator_flux -KTerminator fl_rq 1 s WdA=s*Wd f l_rd Scope2 Wm p/2 Wmech Inertia -K- Torque -Kxo Torsi 1 s Put_Motor To Workspace Wmech_0 Scope1 Gambar 5. Model Simulasi Motor Induksi Gambar 3. Diagram Keadaan Motor Induksi Sumber : Liu-Kong-Chao, Speed Estimation of Induction Motor Using Non Linear Identification Technique, 1999 Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Elektro UNHAS No.Stambuk P2700209049 Model simulasi motor induksi seperti pada gambar (5) diatas di verifikasi dengan memberikan input suplai tegangan 3 fasa (380 volt), respon kecepatan putar motor seperti pada gambar (6) : Seminar Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika Mei 2011 2 𝜆𝑠 = √(𝜆𝑞𝑠 ) + (𝜆𝑑𝑠 )2 ∠𝜃𝑠 Grafik Verifikasi model motor induksi 160 𝜃𝑠 = tan−1 ( 140 120 Putaran [ra/detik] 4 𝜆𝑞𝑠 𝜆𝑑𝑠 (8) ) (9) Frekuensi listrik dihitung dengan mendiffrensialkan sudut vector fluks rotor yaitu : 100 80 𝜃𝑟 = 𝑡𝑎𝑛−1 ( 60 40 20 0 𝜆𝑞𝑠 𝜆𝑑𝑠 ) (10) Persamaan turunan dari (10) adalah : 𝜆 𝜆̇ −𝜆 𝜆̇ 𝜃̇𝑟 = 𝜔𝑒 = 𝑑𝑠 𝑞𝑠 2 𝑞𝑠 𝑑𝑠 (11) Dan persamaan kecepatan rotornya adalah : 𝑇 𝜔𝑟 = 𝑃 (𝜔𝑒 − 𝑅𝑟 𝑒2) (12) 𝜆𝑠 -20 0 1 3 2 4 5 6 8 7 time[detik] 𝜆𝑟 Gambar 6. Respon Motor induksi Tanpa DTC Fluks Stator Dari gambar (6) kita lihat bahwa motor masih mengalami goncangan-goncangan pada saat start awal dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi putaran steady-state cukup lama (tss=2,248 detik, 𝜔=156,4 rad/detik). 1 v_abc Zero-Order Hold1 0 = 𝑅𝑟 𝑖̅𝑟 + − 𝑗𝜔𝑟 𝜆̅𝑟 (2) 𝑑𝑡 ′ 𝜆̅𝑠 = 𝐿𝑠 𝑖̅𝑠 + 𝐿𝑚 𝑖̅𝑟 (3) 𝜆̅𝑟 = 𝐿𝑟 𝑖̅𝑟 + 𝐿𝑚 𝑖̅𝑠 (4) Sehingga : 𝜆̅𝑠 = ∫(𝑣̅𝑠 − 𝑅𝑠 𝑖̅𝑠 )𝑑𝑡 (5) Dengan demikian fluks lingkages dalam koordinat stator reference frame dihitung berdasarkan 𝜆̅𝑞𝑠 = ∫(𝑣̅𝑞𝑠 − 𝑅𝑠 𝑖̅𝑞𝑠 )𝑑𝑡 (6) ̅ 𝜆𝑑𝑠 = ∫(𝑣̅𝑑𝑠 − 𝑅𝑠 𝑖̅𝑑𝑠 )𝑑𝑡 (7) Sehingga besarnya fluks stator adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Elektro UNHAS No.Stambuk P2700209049 fl_s_est ang_fl_s atan2(u(2),u(1)) 2 abc alfabeta f(u) f l_r_ab -K- 2 ang_f l_ssector Sector Tem 3 Tem_est Lr/Lm Rs f(u) f l_r_ab Zero-Order Hold2 -K- f l_r^2 atan2(u(2),u(1)) -K- Wslip_elec Wm_est theta_rW r_elec 4 (2/p) Wmech_est Zero-Order Hold3 Gambar 7. Blok diagram DTC Respon putaran motor terhadap kecepatan referensi dan perubahan beban dengan Direct Torque Control seperti pada gambar (8), terlihat bahwa kecepatan putaran motor akan mengikuti putaran referensi motor yang telah disetting (𝜔𝑟𝑒𝑓 =68,57 rad/detik), tampak bahwa waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan steady state cukup cepat dibanding respon motor tanpa DTC (tss = 0,1674 detik), adanya perubahan beban (torsi) sebesar 17,57 N.m menyebabkan putaran motor akan turun menjadi 51,3 rad/detik atau sebesar 25,43% dari kecepatan motor yang kita inginkan (kecepatan referensi). Respon Putaran MOTOR terhadap beban dengan DTC 80 Putaran (rad/det) atau Torsi Beban (N.m) 70 60 50 40 Kec.Motor.Aktual (rad/det) Kec.Motor ref.(rad/det) Torsi(N.m) 30 20 10 0 -10 (1) 1 f l_s Ls*sigma Direct Torque Control pertama kali dikembangkan oleh Takahasi dan Noguchi tahun 1986. Dasar dari metode DTC adalah perubahan torsi sebanding dengan slip antara fluks stator dan fluks rotor pada kondisi fluks bocor stator tetap [4]. Pada motor induksi dengan tipe rotor sangkar untuk waktu tetap rotor menjadi sangat besar, fluks bocor berubah perlahan dibanding dengan perubahan fluks bocor stator. Oleh karena itu pada keadaan perubahan cepat fluks rotor cenderung tidak berubah. Perubahan cepat dari torsi elektromagnetik dapat dihasilkan dari putaran fluks stator, sebagai arah torsi. Dengan kata lain fluks stator dapat seketika mempercepat atau memperlambat dengan menggunakn vektor tegangan stator yang sesuai. Torsi dan fluks kontrol bersama-sama dan decouple dicapai dengan pengaturan langsung dari tegangan stator, dari error respon torsi dan fluks. DTC biasanya digunakan sesuai vector tegangan dalam hal ini untuk memelihara torsi dan fluks stator dengan dua daerah histerisis. Untuk menentukan putaran motor dapat digunakan persamaan rangkaian dan arus motor diukur pada reference frame yang dapat dipilih dalam stator frame, persamaan tegangan stator dalam kerangka stator referensi diberikan [1] dengan persamaan : 𝑑𝑡 ̅𝑟 𝑑𝜆 f(u) Discrete-Time Integrator 3. Direct Torque Control (DTC) ̅𝑠 𝑑𝜆 f l_s_ab z-1 angle to sector no. i_abc 𝑣̅𝑠 = 𝑅𝑠 𝑖̅𝑠 + K Ts abc alfabeta 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 time[detik] Gambar 8. Respon Motor terhadap kecepatn referensi dan perubahan beban dengan DTC 4. Space Vektor PWM Space vector modulation (SVM) adalah teknik modulasi yang dikembangkan melalui space vector (vector ruang) yang akan menjadi tegangan acuan dengan periode sampling tertentu ke inverter, dengan menggunakan dua tegangan acuan yaitu Vd dan Vq dan sudut. Teknik SVPWM dapat digunakan untuk membangkitkan pola switching inverter 3 phasa jenis sumber tegangan (VSI). Seminar Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika Mei 2011 5 Bila tegangan acuan 3 phasa diberikan dalam bentuk Va, Vb dan Vc maka diperlukan transformasi dari 3 phasa ke 2 phasa. Space vector dengan persamaan 3 phasa dapat dinyatakan Va(t), Vb(t) dan Vc(t) yang masing-masing mempunyai pergeseran phasa sebesar 120 derajat. Persamaan dalam vektor dapat dinyatakan sebagai berikut[3] : 2 𝑉̅ (𝑡) = (𝑉𝑎 (𝑡) + 𝑉𝑏 (𝑡)𝑎 + 𝑉𝑐 (𝑡)𝑎2 ) (1) 3 Dimana : 2𝜋 2𝜋 Sector 2 V010 V110 Sector 1 Sector 3 Vref tb V000 V011 V100 ta V111 Sector 4 Sector 6 2𝜋 𝑎 = 𝑒 𝑗 3 = 𝑐𝑜𝑠 ( ) + 𝑗𝑠𝑖𝑛 ( ) = 0,5 + 𝑗0,8667 4𝜋 3 4𝜋 3 4𝜋 3 3 V001 𝑎2 = 𝑒 𝑗 3 = 𝑐𝑜𝑠 ( ) + 𝑗𝑠𝑖𝑛 ( ) = −0,5 − 𝑗0,8667 V101 Sector 5 Persamaan ini juga berlaku untuk arus dan fluks. Gambar 10. Space vector voltage 5. Sliding Mode Control (SMC) Sumber teg. D1 D3 D5 tiga phasa a b c D4 D6 D2 T1 T R RR Cf T3 a T4 Dioda Bridge Regenerating Link Rectifier Circuit Filter T5 b c T6 MI T2 PWM Inverter Gambar 9. Rangkaian Daya penggerak Motor Induksi tiga phasa Pada inverter tiga phasa (gambar 9) dapat dibuat beberapa kombinasi switching yang akan menghasilkan vector tegangan yang berbeda. Jika T 1 on dan T4 off (dilambangkan dengan Sa=1) maka pada Va timbul tegangan sebesar Vdc. Demikain juga halnya pada Sb dan Sc. Ada 8 jenis switching yang berbeda yang dapat dibuat dari kombinasi Sa, Sb dan Sc seperti kita lihat pada tabel 1. Vektor tegangan yang terjadi untuk tegangan line to line berlaku : 𝑣𝑎𝑏 = 𝑣𝑎 − 𝑣𝑏 𝑣𝑏𝑐 = 𝑣𝑏 − 𝑣𝑐 } (2) 𝑣𝑐𝑎 = 𝑣𝑐 − 𝑣𝑎 Sehingga output tegangan inverter dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan matriks berikut: 𝑉𝑎 2 −1 −1 𝑎 1 [𝑉𝑏 ] = 𝑉𝑑𝑐 [−1 2 −1] [𝑏 ] (3) 3 𝑉𝑐 −1 −1 2 𝑐 Tabel 1. Kondisi switching inverter Sector On Device Va Vb Vc 0 0 0 2/3𝑣𝑑𝑐 −1/3𝑣𝑑𝑐 −1/3𝑣𝑑𝑐 1/3𝑣𝑑𝑐 1/3𝑣𝑑𝑐 −2/3𝑣𝑑𝑐 −1/3𝑣𝑑𝑐 2/3𝑣𝑑𝑐 −1/3𝑣𝑑𝑐 −2/3𝑣𝑑𝑐 1/3𝑣𝑑𝑐 1/3𝑣𝑑𝑐 −1/3𝑣𝑑𝑐 −1/3𝑣𝑑𝑐 2/3𝑣𝑑𝑐 Space Voltage Vector 0 1 2 3 4 5 T2,T4,T6 T1,T4,T6 T1,T3,T6 T3,T2,T6 T2,T3,T5 T2,T4,T5 6 T1,T4,T5 1/3𝑣𝑑𝑐 −2/3𝑣𝑑𝑐 1/3𝑣𝑑𝑐 V6(101) 7 T1,T3,T5 0 0 0 V7(111) V0(000) V1(100) V2(110) V3(010) V4(011) V5(001) Untuk meningkatkan performa putaran motor induksi 3 phasa pada kondisi ada gangguan, maka kontrol putaran menggunakan Sliding mode control (SMC). Jenis control SMC sangat kokoh (robust) pada saat terjadi gangguan dengan variasi parameter dan torka beban berubah. Pada gambar 1 ditunjukkan blok diagram sistem yang dimaksud. Persamaan umum torka elektromekanik pada motor induksi adalah [11] : 𝐽 𝑑𝜔𝑚 𝑑𝑡 + 𝐵𝜔𝑚 + 𝑇𝐿 = 𝑇𝑒 (1) dimana : J dan B adalah konstanta inersia dan koefisien gesekan dari motor. TL adalah torka beban dan ωm adalah putaran sudut mekanik rotor. T e adalah torka elektromagnetik motor induksi dengan persamaan : 𝑃 𝑇𝑒 = 1,5 (𝜆𝑑𝑠 𝑖𝑞𝑠 − 𝜆𝑞𝑠 𝑖𝑑𝑠 ) 2 Persamaan elektromekanik (1) dapat diubah menjadi: 𝐵 𝑇𝐿 𝐽 𝐽 𝜔̇ 𝑚 + 𝜔𝑚 + apabila 𝑎 = 𝐵 𝐽 1 = 𝑇𝑒 (3) 𝐽 1 𝑇𝐿 𝐽 𝐽 ;𝑏 = ;𝑑 = maka persamaan (3) diatas jika kondisi gangguan persamaannya menjadi : 𝜔̇ 𝑚 = −(𝑎 + Δ𝑎)𝜔𝑚 − (𝑑 + Δ𝑑) + (𝑏 + Δ𝑏)𝑇𝑒 (4) Δ𝑎, Δ𝑏 dan Δ𝑑 adalah kondisi taktentu dari parameter a, b dan d sebagai pernyataan parameter J dan B. Untuk menentukan error putaran motor digunakan persamaan: ∗ 𝑒(𝑡) = 𝜔𝑚 (𝑡) − 𝜔𝑚 (𝑡) (5) ∗ dengan 𝜔𝑚 (𝑡) adalah putaran acuan (referensi). Jika kita differensialkan persamaan (5) kita dapatkan persamaan : ∗ (𝑡) = −𝑎𝑒(𝑡) + 𝑓(𝑡) + 𝑥(𝑡) (6) 𝑒̇ (𝑡) = 𝜔̇ 𝑚 (𝑡) − 𝜔̇ 𝑚 Dengan memisahkan komponen 𝑓(𝑡) dan 𝑥(𝑡) dari persamaan (6) kita peroleh : ∗ ∗ 𝑓(𝑡) = 𝑏𝑇𝑒 (𝑡) − 𝑎𝜔𝑚 − 𝑑(𝑡) − 𝜔̇ 𝑚 (7) 𝑥(𝑡) merupakan perubahan yang terjadi dan diberikan dalam persamaan : ∗ 𝑥(𝑡) = 𝑏𝑇𝑒 (𝑡) − Δ𝑎𝜔𝑚 − Δ𝑑(𝑡) − Δ𝑏𝑇𝑒 (𝑡) (8) Variable silidng mode control dengan komponen integral diberikan dalam persamaan : 𝑡 𝑆(𝑡) = 𝑒(𝑡) − ∫0 (ℎ − 𝑎)𝑒(𝜏)𝑑𝜏 Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Elektro UNHAS No.Stambuk P2700209049 (2) (9) Seminar Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika Mei 2011 Dimana h menyatakan konstanta penguat. Untuk menentukan alur putaran (speed trajectory tracking), digunakan asumsi dan persamaan berikut : Asumsi 1 : harga h dipilih sehingga (h-a) menjadi positip dan h>0, kemudian sliding surface diberikan dengan persamaan: 𝑡 𝑆(𝑡) = 𝑒(𝑡) − ∫0 (ℎ − 𝑎)𝑒(𝜏)𝑑𝜏 = 0 (10) Agar control switching dijamin berada di sliding mode, maka kontrol putarannya diberikan dengan persamaan : 𝑓(𝑡) = ℎ𝑒(𝑡) − 𝛽𝑠𝑔𝑛(𝑆(𝑡)) (11) 𝛽 merupakan konstanta penguat switch . S(t) adalah variable sliding yang ditentukan melalui persamaan (8) dan sgn(.) adalah fungsi signum yang didifinisikan sebagai berikut : +1 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑆(𝑡) > 0 𝑠𝑔𝑛(𝑆(𝑡)) = { (12) −1 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑆(𝑡) < 0 Asumsi 2. Penguat 𝛽 dipilih sehingga 𝛽 ≥ |𝑥(𝑡)| untuk semua kondisi. Ketika sliding mode terjadi pada sliding surface persamaan (9), 𝑆(𝑡) = 𝑆̇(𝑡) = 0, dan tracking error 𝑒(𝑡) bergerak konvergen secara eksponen menuju 𝒙̇ nol. trayektori chattering x xd(t) Surface sliding S=0 Gambar 11. Diagram fasa trayektori status Sumber : Slotine and Li, 1991 Sesuai dengan parameter motor induksi dari persamaan (4), bila asumsi 1 dan asumsi 2 dibuktikan sebagai batasan putaran persamaan (11) akan mendahului putaran mekanik 𝜔𝑚 sehingga tracking kesalahan ∗ putaran 𝑒(𝑡) = 𝜔𝑚 (𝑡) − 𝜔̇ 𝑚 (𝑡) cenderung menuju ketitik nol sehingga menuju kondisi tak berhingga. Pembuktian dari teorema diatas dapat menggunakan teori stabilitas Lyapunov. Fungsi Lyapunov adalah[12] 1 𝑉(𝑡) = 𝑆(𝑡)𝑆(𝑡) 2 (13) ̇ 𝑉̇ (𝑡) = 𝑆(𝑡)𝑆(𝑡) (14) Dengan menggunakan persamaan (14) maka kita dapatkan : ̇ 𝑉̇ (𝑡) = 𝑆(𝑡)𝑆(𝑡) = 𝑆[𝑒̇ − (ℎ − 𝑎)𝑒] = 𝑆[(−𝑎𝑒 + 𝑓 + 𝑥) − (ℎ𝑒 − 𝑎𝑒)]` = 𝑆[𝑓 + 𝑥 − ℎ𝑒] = 𝑆[ℎ𝑒 − 𝛽𝑠𝑔𝑛(𝑆(𝑡)) + 𝑥 − ℎ𝑒] 6 Selanjutnya untuk menentukan nilai 𝛽 (beta) dan h digunakan metode optimasi Algoritma Genetika. GA diharapkan dapat menyesuaikan nilai 𝛽 dan h agar error menuju nilai konvergen pada setiap ada perubahan. Akhirnya torka referensi 𝑇𝑒∗ dapat ditentukan dengan mensubtitusikan persamaan (7) ke persamaan (11), kita peroleh : 1 ∗ + 𝜔̇ ∗ + 𝑑] (13) 𝑇𝑒∗ = [ℎ𝑒(𝑡) − 𝛽𝑠𝑔𝑛(𝑆(𝑡)) + 𝑎𝜔𝑚 𝑚 𝑏 1 e(t) Delta Wem* 2 Beta Beta 3 Tem* Out1 1 Tem* Zero-Order Hold h h SMC Gambar 12. Diagram simulink SMC 6. Hasil Simulasi Hasil yang diperoleh secara simulasi dengan menggunakan simulink/Matlab dengan data sebagai berikut : sampling time 100s, fluks referensi diambil pada harga nominal. Data lengkap parameter motor induksi dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini : Tabel 2. Parameter-paramter Motor induksi Daya 7,5 HP/kW 5,6 kW Tegangan, V 380 Volt(LL,rms) Fasa (F) 3 phasa Tahanan Stator, Rs 1,77 Ohm Tahanan Rotor, Rr 1,34 Ohm Reaktansi Stator, Xs 5,25 Ohm Reaktansi Rotor, Xr 4,57 Ohm Reaktansi Gandeng, Xm 1,39 Ohm Momen Inersia Motor, J 0.025 Kg.m2 Jumlah kutub, P 4 buah Frekuensi,f 50 Hertz Slip, S 3 Persen Koefisien gesek,B 0.01 N.m.sec/rad Arus beban Penuh, I 4 Ampere Slip beban penuh (s) 1,72 Ohm Sumber : Arman Jaya, “Pengaturan kecepatan motor induksi tanpa sensor tegangan stator Delta Wem* kec motor referensi Beta Tem* h volt Delta Tem* qa va va ia -3.547 Delta Flux Demux qb vb vb ib volt1 3.271 qc vc vc ic Switch signal Sliding Mode Control Sector fl_s_0 Drive signal Demux 0.2762 Torsi beban Wmech Inverter Flux_referensi ia ib arus stator ic ampere Motor Induksi fl_s_est h Arus Stator v_abc 76.2 Sector Beta Demux Tem_est Algoritma Genetika i_abc 76.18 0 Va Torsi Beban 1 1/s time Integrator Waktu TIMER Wmotor ref. Torsi beban N.m DTC Estimator Constant Wmotor rad/detik Wmech_est Demux Vb Vc Putaran rotor Wmotor Wmotorref workspace tegangan Torsi Ia workspace Demux Ib Ic workspace Arus = 𝑆[𝑥 − 𝛽𝑠𝑔𝑛(𝑆(𝑡))] Sehingga 𝛽𝑠𝑔𝑛(𝑆(𝑡)) ≤ 0 Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Elektro UNHAS No.Stambuk P2700209049 Gambar 13. Diagram Sistem Simulasi SMC Motor Induksi Seminar Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika Mei 2011 Gambar 14 : merupakan respon putaran motor saat start, perubahan referensi kecepatan dan perubahan beban, Over-shoot yang dihasilkan pada saat start, perubahan referensi kecepatan dan perubahan beban serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state dapat dilihat pada table berikut : Tabel 3. Respon Putaran Motor Parameter terukur Kondisi Overshoot (iss) Start Perubahan referensi kecepatan Perubahan beban (torsi) 9,43 rad/det 15,74 rad/det. 4,85 rad/det. Respon Putaran MOTOR terhadap Perubahan Torsi Beban dan Perubahan Referensi 80 70 Putaran (rad/det) atau Torsi Beban (N.m) Simulasi diatur pada kondisi start, steady state dan perubahan referensi putaran dan bila terjad perubahan beban. Dari optimasi GA diperoleh nilai h=300 dan 𝛽 = 35, 7 Wm.Aktual (rad/det) Wm.ref.(rad/det) Torsi(N.m) 60 50 40 30 20 10 0 -10 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 time[detik] Gambar 14. Respon Putaran Motor untuk setiap kondisi Arus Sekunder Motor 40 0,12 0,12 0,12 Ia 30 Ib Ic t1 20 t2 t3 38,09 rad/det. 38,09 rad/det. 76,18 rad/det. 5,10 A 5,10 A 8,2 A 0 -10 -20 -30 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 time[detik] Gambar 15. Arus Stator untuk setiap kondisi Tegangan Motor 500 Va (Volt) t1 t2 t3 Ampere 10 Gambar 15 merupakan arus stator pada setiap kondisi perubahan yang terjadi, daerah t1 menunjukkan saat putaran 38,09 rad/detik pada saat beban nol (motor tanpa beban), daerah t2 menunjukkan saat putaran motor 76,18 rad/detik pada beban nol, dan daerah t3 menunjukkan saat putaran 76,18 rad/detik untuk beban penuh 31,63 N.m. Tabel 4. Respon arus stator Parameter terukur Daerah Putaran Arus 0 -500 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 time[detik] 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Gambar 16. Merupakan output tengangan inverter yang menjadi input tegangan bagi motor induksi 3 phasa, Tabel 3. Respon Tegangan Motor Parameter terukur Putaran Periode (T) Vm 38,09 rad/det. (t=0 s/d 0,3 dtk) 76,18 rad/det. (t=0,3 s/d 1 dtk 0,091 detik 0,044 detik 466,6 466,6 0 -500 500 Vc (Volt) Untuk kondisi transient dan perubahan referensi kecepatan overshoot arus yang terjadi sebesar 40, 29 Ampere dan 10,5 ampere Vb (Volt) 500 0 -500 Gambar 16. Tegangan Motor pada saat perubahan referensi kecepatan dan Torsi beban Respon Error Torsi, Torsi Reference dan Torsi Estimasi 400 300 Terlihat bahwa pada saat perubahan referensi kecepatan menjadi lebih cepat frekuensi tegangan motor juga 1 semakin besar (𝑓 = ) DT Te Tr 200 100 𝑇 0 Gambar 17. Merupakan respon dari torka elektromagnetik dimana pada saat start dan perubahan setting kecepatan terjadi ripple torka sebesar 310 N,m dan 280 N.m -100 -200 -300 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 4 x 10 Gambar 17. Torka Elektromagnetik Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Elektro UNHAS No.Stambuk P2700209049 Seminar Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika Mei 2011 8 Daftar Pustaka [1] Soebagio, Model mesin AC pada koordinat d-qn, Gambar 18. Fluks stator terhadap koordinat sumbu d dan q 7. Penutup Dari hasil simulasi yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu : 1. Pada saat start motor dengan beban nol dan putaran 0,5 putaran nominal (38,09 rad/det) terjadi overshoot 9,43 rad.det(19,84%), rise time 0,007875 detik dan settling time 0,12 detik. 2. Pada saat motor terjadi perubahan putaran referensi naik 100% menjadi 76,18 rad/det. dengan beban nol terjadi overshoot 15,74 rad.det(17,12%), rise time 0,0094 detik dan settling time 0,12 detik. 3. Pada saat motor diberi beban penuh 31,63 N.m dan putaran (76,18 rad/det) terjadi overshoot 4,45 rad.det(5,51%), rise time 0, detik peak time 0,0086 detik dan settling time 0,12 detik. 4. Dari gambar 10 kita lihat bahwa sistem kokoh (robust) untuk perubahan beban yang terjadi. Ucapan Terima kasih Ucapan terima Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Elektro UNHAS No.Stambuk P2700209049 Materi Kuliah Mesin Listrik Lanjut, ITS, 2006 [2] D. Casadei, G. Serra, A. Tani, and L.Zarri, “Assessment of direct torque control for induction motor drives”, Buletin of the Polish academy of science tech. sciences, vol. 54, No.3, 2006. [3] Bimal Kr. Bose, Modern Power Electronics and AC drives, Prentice Hall PTR, 2002. [4] D. Casadei, Giovanni Serra, “FOC and DTC: two variable scheme for induction motors torque control”, Trans. On Power Electronics, Vol. 17, No. 5, September 2002. [5] I. Takahashi, T. Noguchi,” A new quick-response and high-efficiency control strategy of an induction motor”, IEEE, Trans. Ind. Appl., IA-22(5): 820-827, 1996. [6] M. Abid, Y. Ramdani, A. Aissaoui, A. Zeblah,”Sliding mode speed and flux control of an induction machine”, Journal of Cybernetics and Informatics, ISSN: 1336-4774, vol. 6, 2006. [7] Paul C. Krause,” Analysis of Electric Machinery”, McGraw-Hill, 1987. [8] Ned mohan,” Advance electric drives analysis, control and modeling using simulink”, MNPERE, Minneapolis, 2001. [9] O. Barambones, A. J. Garrido, F.J. Maseda. “A robust field oriented control of induction motor with flux observer and speed adaptation”. Proc. IEEE-ATFA, 2003. [10] Petar R. Matic, Branko D. Blanus, Slobodan N Vukosavic,“A novel direct torque control and flux control algorithm for the induction motor”,IEEE, 2003. [11] T. Brahmananda Reddy, D. Subbarayudu, J. Amarnath,” Robust sliding mode speed controller for hybrid SVPWM base direct torque control of induction motor”, World Jurnal of Modelling and Simulation, ISSN 1 746-7233, England, vol 3, 2007. [12] Wilfrid Perruquetti, Jean Pierre Barbot,” Sliding mode control in Engineering”, Marcel and Dekker, Inc. New York-Basel, 2002. [13] Arman Jaya, Mauridhi Heri Purnomo, Soebagio, “Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tanpa Sensor Kecepatan Menggunakan Metode Fuzzy Sliding Mode Control Berbasis Direct Torque Control”, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, ITS. 2009. [14] Ching-Chang Wong, Shih-Yu Chang, “Parameter Selection in the Sliding Mode Control Design Using Genetic Algorithms, Tamkang Journal of Science and Engineering, Vol. 1, No. 2, pp. 115-122, 1998 [15] T. Cao-Minh Ta, C. Chakraborty, Y. Hori, Efficiency Maximization of Induction Motor Drives for Electric Vehicles Based on Actual Measurement of Input Power, Department of Electrical Engineering, University of Tokyo, Japan Seminar Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika Mei 2011 Oktavianus Kati, dilahirkan di Makassar 26 Oktober 1976, Menamatkan Pendidikan Dasar pada SD Negeri Inpres Bertingkat Rappo Jawa Makassar tahun 1988, Pendidikan Menengah pada SMP Negeri 4 Makassar tahun 1991, SMA Negeri 4 Surabaya tahun 1994, dan Sarjana pada Universitas Hasanuddin (Konsentrasi Teknik Energi) pada tahun 1999. Dari tahun 2000-2002 aktif sebagai tenaga ahli pada PT. Wesitan Konsultan Pembangunan Wamena, tahun 2003 terangkat sebagai tenaga Edukatif (PNS) pada Universitas Cenderawasih (UNCEN) JayapuraPapua. Dari tahun 2005-2007 aktif sebagai kepala Lab pada Laboratorium Mesin-mesin Listrik UNCEN. Dan dari tahun 2007-2009 menjabat ketua Program Studi D3 Teknik Elektro UNCEN, tahun 2009 hingga sekarang tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana pada Program Studi Teknik Elektro konsentrasi Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika Universitas Hasanuddin Makassar. Email : [email protected] Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Elektro UNHAS No.Stambuk P2700209049 9