Gaya Hidup PSK di Negeri Syariat Kota Banda Aceh Cut Putri Widya Fonna, Firdaus Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah Email :[email protected] ABSTRAK Meningkatnya jumlah pekerja seks komersial merupakan fenomena sosial tersendiri yang harus dicermati bersama, tanpa disadari prostitusi secara tidak langsung berdampak bagi masyarakat.Masyarakat bisa saja menjadi korban dari prostitusi, terancam terkena penyakit menular seksual, retaknya rumah tangga, berkembangnya pemikiran hedonisme yang membuat mereka mudah melakukan perbuatan maksiat.Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gaya hidup Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terdapat di Negeri Syariat Kota Banda Aceh dan mengetahui cara berinteraksi PSK dengan masyarakat di Negeri Syariat Kota Banda Aceh. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah eskriptif kualitatif.Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah para PSK yang berada disekitaran daerah Gampong Peunayong Kota Banda Aceh yang dipilih secara snowball untuk mengeksplorasi pengalamannya.Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Observasi, interview, dan dokumentasi.Adapun teknik pengolahan dan analisis data dilakukan secara interaktif yang terdiri dari tiga hal utama yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan dan verifikasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang melatar belakangi seseorang untuk menjadi PSK berawal dari keluarga yang tidak mampu membiayai kehidupannya, disamping itu juga gaya hidup para PSK yang bersifat hedonis. Interaksi antara PSK dengan warga terjalin secara baik. Pertentangan antar PSK dengan warga belum pernah terjadi, interaksi tersebut lebih kepada individu-individu yaitu saling tidak peduli urusan antara satu dan yang lain, banyak juga tetangga yang tidak mengetahui pekerjaan asli mereka termasuk keluarganya, sehingga seluruh bantuan yang PSK berikan (berupa materi) dengan mudah diterima oleh keluarga. Dari hasilpenelitian, peneliti dapat memberikan saran bagi PSK agar lebih memiliki pertimbanganpertimbangan dalam menentukan suatu keputusan. Karena berdasarkan keputusan-keputusan tersebut yang nantinya akan menentukan perjalanan hidup seseorang. Dapat menjaga hubungan baik dengan keluarga, karena bagaimanapun juga keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan.Selain itu hendaknya para perempuan selalu waspada terhadap pihak-pihak yang berusaha menjerumus-kan untuk menjadi PSK. Kata kunci: Gaya Hidup, PSK, Negeri Syariat 1 ABSTRACT The increasing number of commercial sex workers is a separate social phenomenon that must be examined together, without realizing prostitution indirectly affect the community. Communities may be victims of prostitution, threatened with sexually transmitted diseases, household cracks, the development of hedonistic ideas that make them easy to commit immoral acts. Specifically this study aims to reveal the lifestyle of Commercial Sex Workers (CSWs) located in Banda Aceh City Sharia and know how to interact with prostitutes in the State Sharia Banda Aceh. The approach taken in this research is qualitative escalation. The informants used in this research were the prostitutes who were in the area of Gampong Peunayong Kota Banda Aceh which was chosen by snowball to explore their experience. The methods used in data collection are observation, interview, and documentation. The processing techniques and data analysis is done interactively consisting of three main things are data collection, data reduction, presentation of data withdrawal and verification. The results showed that the background of a person to become a prostitute originated from families who can not afford to finance their lives, in addition to the lifestyle of the prostitutes who are hedonic. The interaction between CSWs and citizens is well established. The conflict between the CSWs and the citizens has never happened, the interaction is more to the individuals that are mutually ignorant of the affairs between one and the other, many neighbors who do not know their original work including their families, so that all the help that PSK give (in the form of material) with Easily accepted by the family. From the results of the research, researchers can provide advice for CSWs to have more considerations in determining a decision. Because based on those decisions that will determine the journey of one's life. Can maintain good relationships with family, because after all the family has a very important role in life. In addition, women should always be vigilant against those who try to menjerumus to become prostitutes. Keywords: Lifestyle, CSW, Sharia State PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah pekerja seks komersial merupakan fenomena sosial tersendiri yang harus dicermati bersama, tanpa disadari prostitusi secara tidak langsung berdampak bagi masyarakat.Masyarakat bisa saja menjadi korban dari prostitusi, terancam terkena penyakit menular seksual, retaknya rumah tangga, berkembangnya pemikiran hedonisme yang membuat mereka mudah melakukan perbuatan maksiat. Menurut hasil penelitian, Febri Yanti (2016) mengatakan bahwa gaya hidup hedonis sudah ditiru oleh remaja-remaja di Kota Banda Aceh. Sebagai contoh, peneliti terdahulu mendapati perilaku hedonis setelah melakukan observasi awal terhadap dua remaja berstatus mahasiswa yang bermukim di Gampong L, Kota Banda Aceh. 2 Fenomena tersebut menunjukkan bahwa adanya remaja di Kota Banda Aceh yang sudah berperilaku gaya hidup hedonis yang dapat dengan mudah ditemui seperti sikap yang berfoya-foya, banyaknya remaja menjadi pengunjung di tempat keramaian serta maraknya seks bebas. Berkembangnya gaya hidup hedonisme ini juga menyebabkan munculnya permasalahan lain seperti krisis moral kalangan generasi penerus bangsa. Pada saat ini, bebasnya pergaulan akibat gaya hidup hedonis dapat dilihat dari munculnya kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak mencirikan kebudayaan, bahkan pekerjaan yang tidak mencirikan kebudayaan syariat islam yang telah diterapkan di Aceh, seperti PSK. Gaya hidup hedonis dan pekerja seks komersial yang mulai menjangkiti remaja seperti yang telah dijelaskan di atas tentu saja bertolak belakang dengan budaya, norma dan agama yang dianut mayoritas masyarakat di Aceh saat ini. Syariat Islam yang dilaksanakan di Aceh meliputi bidang aqidah, syariat, dan akhlak.Syariat Islam tersebut meliputi ibadah, ahwal alsyakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum perdata), jinayah (hukum pidana), qadha’ (peradilan), tarbiyah (pendidikan), dakwah, syiar, dan pembelaan Islam yang diatur dalam Qanun No. 8 Tahun 2014 tentang Pokok-Pokok Syariat. Fenomena prostitusi hingga kini masih menjadi masalah yang belum terselesaikan.Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah, baik upaya preventif maupun upaya yang bersifat represif untuk menanggulanginya belum menampakkan hasil maksimal hingga kini.Belum adanya satu program terpadu dari pemerintah untuk mengatasi masalah prostitusi menyebabkan fenomena wanita pekerja seks komersial terus tumbuh dengan subur, yang dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah wanita pekerja seks komersial setiap tahunnya. Tanpa disadari prostitusi secara tidak langsung berdampak bagi masyarakat.Masyarakat bisa saja menjadi korban dari prostitusi, terancam terkena penyakit menular seksual, retaknya rumah tangga, berkembangnya pemikiran hedonisme yang membuat mereka mudah melakukan perbuatan maksiat. Pemerintah kurang tegas dalam mengatasi kasus prostitusi, hal itu tercermin pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang tidak ditujukan kepada pelacur akan tetapi ditujukan kepada germo dan calo, sedangkan germo dan calo tersebut tidak diambil tindakan. Pemerintah Aceh juga sudah mengesahkan Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang khalwat (mesum) untuk melindungi masyarakat dari berbagai bentuk perbuatan zina serta meningkatkan peran masyarakat dalam mencegah dan memberantas terjadinya perbuatan khalwat (mesum), (Widyanto, 2013:15).Tetapi itu juga tidak bisa jadi solusi yang begitu baik karena masih adanya PSK yang melakukan bisnis prostitusi. Peregangan agama dalam diri sendiri yang kurang menyebabkan PSK melakukan bisnis prostitusi, namun disayangkan prostitusi ini terjadi di kota yang telah menerapkan syariat Islam. Fakta mengenai PSK yang ada di kota Banda Aceh didukung oleh beberapa pendapat, antara lain pendapat Ibu Illiza Sa'aduddin Djamal yang menjabat sebagai Walikota Banda Aceh, dalam koran Serambi (2014) beliau mengatakan “Sejumlah lokasi yang dijadikan tempat mangkal dan transaksi 3 seksual di antaranya kawasan Peunayong, jalan Merduati, Simpang Surabaya dan beberapa penginapan bahkan hingga hotel berbintang”. Informasi Selanjutnya didatangkan dari koran Prohaba Aceh (2013) yang berisi “Petugas Satpol PP dan Wilayatul Hisbah (WH) Banda Aceh, menyegel dua salon kecantikan di kawasan Peunayong” dan terakhir pendapat Afif, dari situs Merdeka.com (2014) yang mengatakan “Sebuah gang sempit hanya berukuran 2 meter yang dihimpit pertokoan, menghubungkan satu antar jalan di kawasan Gampong Peunayong Banda Aceh, Itulah gang mabuk. Gang yang banyak berkeliaran wanita malam menjajakan pelayanan seks untuk pria hidung belang yang mencari kepuasan seks sesaat”. TINJAUAN TEORI Teorisasi Gaya Hidup George Simmel dan filosofi uang Uang muncul sebagai sebuah alat universal yang ditujukan untuk semua pemakaian.Uang membuka berbagai kemungkinan tindakan baru, dan memungkinkan masing-masing orang merealisasikan tujuan akhir yang khas. Pemakaian uang akan memberi masalah pada makna mendalam seperti yang di berikan kepada kehidupan. Pertama uang memperkuat perkembangan kalkulasi dan intelektualitas. Selanjutnya sebagai alat, uang akan menjadi tujuan dan pada tataran kedua akan mengasingkan tujuan lain seperti keluarga dan agama. Kedua, penggunaan uang juga akan mendukung munculnya kecenderungan psikologis yang memiliki karakteristik seperti tamak, angkuh, kikir, suka berfoya-foya atau hedonis, miskin dan kekurangan. Uang menjadikan segala benda bisa diperbandingkan. Terakhir, uang ikut berpartisipasi dalam pembentukan gaya hidup masyarakat yang oleh Simmel diberikan tiga buah konsep, yaitu jarak, ritme, dan simetri. Karakter uang yang bersifat mobile dan impersonal cenderung mendukung terjadinya asosiasi yang berjarak dan berada dalam kepentingan yang sangat terbatas.Uang memungkinkan terjadinya koeksistensi daerah-daerah aglomerasi yang besar, dimana orang tidak perlu melibatkan seluruh personalitasnya dalam pertukaran-pertukaran sosial. Di sisi lain uang cenderung mempercepat dan mengatur ritme masyarakat, terutama dalam masalah ekonomi karena pembentukan sistem moneter akan mempercepat terjadinya pertukaran. Eratnya kaitan gaya hidup dengan uang di lihat pada kehidupan seharihari. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak wanita yang bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan uang guna memenuhi gaya hidup hedonis mereka. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Febri Yanti (2016), memenuhi gaya hidup hedonis remaja dengan memiliki smartphone terbaru, remaja tersebut akan melakukan apa saja termasuk seks bebas berbayar sehingga semua kebutuhan dan keinginannya dapat dimiliki. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Manusia yang memiliki pandangan ini menganggap bahwa tujuan hidup mereka ialah untuk bersenang-senang, seorang hedonis bisa merasa senang, puas, dan bahagia ketika ia membeli barang-barang kesukannya, terutama dari brand ternama. 4 Dalam hal ini, materi punya peran penting untuk mewujudkannya. Sedapat mungkin untuk menghindari hal-hal yang menyakitkan hati juga menjadi salah satu prinsip yang dipegang teguh oleh hedonis, karena tujuan hidupnya adalah materi, sang hedonis tidak pernah memiliki rasa kepedulian terhadap kondisi atau peristiwa yang terjadi di sekitarnya jika tidak berhubungan dengan uang. Dewasa ini, hedonisme ini tidak lagi hanya menjadi sebuah pandangan, melainkan gaya hidup yang dipilih masyarakat urban. Sesungguhnya, gaya hidup ini dapat menimbulkan efek ekslusifitas yang membuat kesenjangan sosial antara satu individu dengan individu yang lain. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.Adapun informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah para PSK yang berada disekitaran daerah Gampong Peunayong Kota Banda Aceh yang dipilih secara snowball untuk mengeksplorasi pengalamannya. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Observasi, interview, dan dokumentasi. Teknik Analisis Data Adapun teknik pengolahan dan analisis data dilakukan secara interaktif yang terdiri dari tiga hal utama yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan dan verifikasi. Data sekunder diperoleh dari catatan, artikel, internet dan tulisan ilmiah yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan. Data sekunder dalam penelitian ini terkait dengan gaya hidup pekerja seks komersial di daerah Gampong Peunayong Kota Banda Aceh dari lembaga yang dilakukan penelitian oleh peneliti. Selain itu juga data sekunder diperoleh dari catatan, artikel, internet dan tulisan ilmiah yang terkait dengan teori yang dipakai oleh peneliti. Pada tahap reduksi data, peneliti memilih data primer yang terkait dengan gaya hidup pekerja seks komersial di daerah Gampong Peunayong Kota Banda Aceh dan data sekunder dari artikel, internet dan catatan ilmiah yang terkait dengan topik permasalahan yang diteliti. Selanjutnya, Penyajian data pada tahap ini, peneliti membandingkan data dari hasil studi lapangan dengan data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan untk memperoleh hasil yang relevan. Pada tahap ini peneliti menemukan bahwa data hasil studi lapangan berkaitan atau berjalan searah dengan hasil studi kepustakaan mengenai teori yang diungkapkan oleh beberapa ahli tentang pekerja seks komersial yang dijabarkan pada bab pembahasan. Tahap akhir dari proses pengumpulan data adalah verifikasi dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan bisa saja dilakukan saat proses pengumpulan data berlangsung, kemudian dilakukan reduksi dan penyajian data. Tetapi 5 kesimpulan yang dilakukan di awal akan menjadi kesimpulan awal belum menjadi kesimpulan final. Simpulan perlu diverifikasi agar data relevan dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.Oleh karena itu perlu dilakukan aktifitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan melakukan replikasi dalam satuan data yang lain. HASIL PENELITIAN Peneliti mendapat informan pertama bersumber dari informasi-informasi terdahulu, seperti informasi yang berasal dari surat kabar dalam surat kabar Serambi (2014), Ibu Illiza Sa'aduddin Djamal yang menjabat sebagai Walikota Banda Aceh mengatakan “Sejumlah lokasi yang dijadikan tempat mangkal dan transaksi seksual di antaranya kawasan Peunayong, jalan Merduati, Simpang Surabaya dan beberapa penginapan bahkan hingga hotel berbintang”. Informasi Selanjutnya dari surat kabar Prohaba Aceh (2013) yang berisi “Petugas Satpol PP dan Wilayatul Hisbah (WH) Banda Aceh, menyegel dua salon kecantikan di kawasan Peunayong” dan terakhir pendapat Afif, dari situs Merdeka.com (2014) yang mengatakan “Sebuah gang sempit hanya berukuran 2 meter yang dihimpit pertokoan, menghubungkan satu antar jalan di kawasan Peunayong, Banda Aceh. Itulah gang mabuk.Gang yang banyak berkeliaran wanita malam menjajakan pelayanan seks untuk pria hidung belang yang mencari kepuasan seks sesaat”. Dari informasi di atas, maka peneliti menelusuri daerah sekitar peunayong dan memasuki sebuah salon yang ada di gampong tersebut bertujuan untuk menemukan informan pertama. Beberapa kali berada dalam salon tersebut maka peneliti menemukan informan pertama lalu dari informan pertamalah peneliti dapat berhubungan atau mewawancarai informan berikutnya yang total informan menjadi lima orang yang diwawancara langsung untuk mengeksplorasi pengalamannya. Setiap perbuatan pasti ada alasan yang melatar belakanginya, begitu pula dengan PSK.Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan mereka menjadi PSK.Faktor yang melatarbelakangi dapat berupa faktor internal dan juga faktor eksternal. Dari hasil wawancara peneliti terhadap lima orang wanita yang terlibat prostitusi, ada beberapa faktor yang dapat diungkapkan yang menjadi alasan mereka menjadi PSK. Faktor tersebut antara lain: a. Faktor Ekonomi b. Sulitnya Mencari Pekerjaan c. Penghasilan menjadi PSKTinggi d. Faktor Keluarga Di kawasan Gampong Peunayong banyak terdapat PSK. Baik itu tinggal sendiri, bersama keluarga, bersama pacar, dan lain sebagainya. Para PSK biasanya melakukan hubungan seks di hotel sekitar GampongPeunayong, tapi tidak jarang pula yang menggunakan tempatkos mereka untuk kumpul kebo, seperti yang diutarakan oleh informan, “Hampir sebagian besar perempuan di sini (Peunayong) adalah PSK,tempat tinggal saya itu kan rata-rata kerjanya seperti saya semua”.(AN, PekerjaSeks 6 Komersial, wawancara 1 September 2016). PSK di kawasan Gampong Peunayong ini mayoritas adalah kalangan menengah ke bawah.Cara bertransaksi PSK jenis ini berbeda dengan kelas menengah yang menjajakan dirinya di warung kopi, hotel atau tempat lainnya yang mewah.Pekerja seks komersial di kawasan Peunayong memilih tempat seperti warung kopi, salon, serta pinggir jalan untuk bertransaksi. Siang hari kondisi sekitar kawasan Peunayong penuh keramaian hingga larut malam aktivitas manusia juga masih tetap berinteraksi, hal ini di sebabkan karena banyaknya tempat makan (warung makan) berada dikawasan Gampong Peunayong seperti REX (salah satu tempat makan yang ada di kawasan Peunayong).Banyak orang yang berjualan di warung pinggir jalan, mulai penjual makanan, minuman, dan lain-lain.Keramaian yang terjadi di kawasan ini sangat menguntungkan, apalagi bagi PSK.Maka dari itu PSK tumbuh subur di kawasan yang strategis ini.Sesuai dengan informasi yang diberikan oleh AM, “Di kawasan ini ramai turis karena adanya warung makan dan salon.Di sekitar kawasan Gampong Peunayong terdapat beberapa salon yang menfasilitasi kegiatan tersebut”.(AM, Pekerja Seks Komersial, wawancara 20 September 2016). Selain memilih tempat yang ramai, beberapa PSK juga memilih tempat yang jauh dari tempat tinggal asalnya.Hal itu dikarenakan para PSK ini tidak ingin diketahui pekerjaannya oleh keluarga maupun teman dari daerah asalnya. Seperti yang dialami oleh DN, yang menyebutkan bahwa, “aku memilih beroperasi di sini karena di sini tempatnya ramai, selain itu jauh dari orang tua. Orang tua saya tidak tinggal bersama saya, jadi mereka nggak akan tahu tentang apa yang saya lakukan di sini. Orang di sekitar sini juga tidak pernah peduli dengan kegiatan-kegiatan saya.”(BN, Pekerja Seks Komersial, wawancara 9 September 2016). Untuk satu pelanggan saja PSK bisa mendapatkan uang lebih dari Rp 100.000,00.Jika dihitung dalam sebulan, tentunya mereka sudah mendapatkan banyak pelanggan serta mengumpulkan banyak uang. Seperti yang diungkapkan oleh DN berikut ini, “Sebelum bertemu kakak, aku jumpa dengan pelanggan terlebih dahulu untuk memperoleh uang jajan, lumayan kan aku dapat Rp 200.000,00.”(DN, Pekerja Seks Komersial, wawancara 9 September 2016). Uang yang dihasilkan PSK bisa dikatakan lumayan.Menurut Informal, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup berupa makan-makanan mewah, nongkrong setiap saat, dapat membeli baju dan make-up, handphone yang terbaru, pemenuhan biaya pendidikan, serta bantu keuangan keluarga. MW yang berkecimpung di dunia gelap ini mengungkapkan, “saya hanya lulusan SMP, lagipula saya tidak punya keterampilan apa-apa, sulit kalau mau cari kerja. Paling-paling jadi buruh. Dulu saya pernah kerja di warung makan, capek sekali dan hasilnya pun tidak mencukupi. Enakan seperti sekarang ini, kerja semaunyatidak ada yang mengatur, kalau butuh uang cepat dapatnya, bisa beli barang-barang mewah yang saya mau.”(MW, Pekerja Seks Komersial, wawancara 7 September 2016) Selama pola pemikiran PSK tetap ingin mendapatkan uang dengan 7 mudah demi untuk memenuhi gaya hidupnya yang bersifat hedonis yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan hidup adalah tujuan utama dari kehidupan, maka mereka sulit keluar dari pekerjaannya yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di agama dan masyarakat.Kehidupan mereka yang sekarang seolah-olah sudah menjadi kebiasaan hingga mendarah daging, sehingga sulit sekali merubahnya. Awalnya mereka merasa menyesal dan berat melakukan pekerjaan ini, namun sejalannya dengan waktu mereka menikmati pekerjaan dan dari sejumlah informal yang di dapat menyatakan belum ada niatan untuk menghentikan atau mencari pekerjaan yang lain. Perlu adanya program pemerintah yang jitu untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan PSK.Akar yang paling besar dari masalah ini adalah kemiskinan, sehingga kemiskinan harus segera dientaskan untuk menuju masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Interaksi PSK dengan Masyarakat di Negeri Syariat Kota Banda Aceh Kebanyakan dari PSK memilih menyewa rumah (kos kamar) sendiri dan terpisah dari keluarga agar lebih leluasa melaksanakan pekerjaannya. Di lingkungan kerja ia berhubungan dengan sesama PSK dan dengan para lelaki yang menjadi pelanggannya. Selain lingkungan kerja, PSK juga berhubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka, serta menjalin hubungan dengan keluarga sendiri. Hubungan AN dan keluarga memang cukup baik, hal itu dikarenakan keluarga dari daerah asalnya tidak mengetahui pekerjaan yang dijalani. Lain halnya dengan AN yang jauh dari keluarga, DN masih berstatus sebagai pelajar SMA tinggal di satu kota yang sama dengan keluarga lebih memilih untuk menyewa rumah (kos) di tempat yang jauh dari kediaman orang tuanya untuk melancarkan pekerjaannya. DN mengatakan, “aku disini tinggal sendiri ngekos, namun disekitar rumah kos ini banyak saudaraku juga, namun kalau malam tidak ada yang ngontrol juga. Keluargaku tidak tahu tentang pekerjaanku, yang mereka tahu aku seorang pelayan di cafe, itu tidak masalah bagi mereka.Uang yang aku hasilkan aku pakai untuk diriku sendiri, untuk memenuhi kebutuhan dan terkadang untuk membelikan baju lebaran buat adikku.”(DN, Pekerja Seks Komersial, wawancara 9 September 2016). Seperti manusia pada umumnya yang memiliki hubungan baik dan tidak, PSK pun begitu.Persaingan yang dialami PSK tidak berlangsung lama, tidak sampai menjadi pertikaian apalagi dendam.Mereka bersaing secara sehat untuk mendapatkan pelanggan.Dalam hubungannya dengan pelanggan, PSKrata-rata memiliki pelanggan yang tidak dikenal, jadi banyak orang yang datang dan pergi tiap harinya orang yang datang ke tempat itu berlainan orang.Hal itu membuat PSK tidak mengenal pelanggannya dan tidak berhubungan lebih lanjut setelah transaksi berakhir, istilahnya pelanggan hanya datang untuk sekedar numpang minum. Dari wawancara dengan beberapa informan yang peneliti peroleh menggambarkan hubungan yang terjalin antar PSK dengan pengguna jasa sebagian berjalan dengan baik.hal itu diperkuat dengan adanya PSK yang masih menerima tips (uang jajan) dari salah satu pelanggannya. 8 PSK di samping memiliki interaksi di dalam lingkungan kerja, juga memiliki interaksi dengan masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka. Interaksi yang terjalin antara PSK dengan warga terjalin secara baik. Menurut penuturan YN, bahwa masyarakat yang ada disekitarnya baik, yang terpenting saling menghormati satu sama lain. Tidak ada saling ikut campur, hal tersebut juga mungkin bisa terjadi karena ketidaktahuan masyarakat sekitar tentang pekerjaan yang dilakukannya. Pertentangan antar PSK dengan warga memang belum pernah terjadi, tetapi aparat Gampong Peunayong merasa resah dengan hadirnya PSK, sehingga mereka bekerja sama dengan pemerintahan, dan anggota Wilayatul Hisbah (WH), untuk menggeledah tempat-tempat yang dianggap sebagai transaksi (mangkal) oleh PSK di sekitar kawasan Peunayong, tim gabungan mengadakan razia untuk menciduk PSK yang ketahuan sedang mangkal. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh Peneliti, Kasi Perundang-undangan (WH), (wawancara 8 November 2016). Masyarakat tetap menjalin hubungan baik dengan PSK. Seperti halnya manusia lain yang melakukan interaksi dengan berkumpul bersama orang-orang yang tinggal di sekitarnya, selain masyarakat yang mencoba menjalin hubungan baik dengan PSK, PSK yang tinggal di lingkungan sekitar juga melakukan usaha untuk menjalin hubungan yang baik di masyarakat. PEMBAHASAN Penelitian ini memfokuskan kepada dua rumusan masalah yaitu tentang gaya hidup PSK di Negeri Syariat Kota Banda Aceh dan cara berinteraksi PSK dengan masyarakat sekitarnya. Dalam menjelaskan kedua permasalahan tersebut, penulis menggunakan teori gaya hidup yang telah diuraikan pada landasan teoritis. Gaya hidup bisa dikatakan sebagai tata cara yang dijalani orang dalam menjalani kehidupan seharihari, Menurut Kottler (dalam Sakinah, 2002:78) Ia menjelaskan bahwa, “Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya”. Eratnya kaitan gaya hidup dengan uang dapat di lihat pada kehidupan sehari-hari. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak orang yang bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan uang guna memenuhi gaya hidup hedonis mereka. Bebasnya pergaulan akibat gaya hidup dapat dilihat dari munculnya kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak mencirikan kebudayaan, bahkan pekerjaan yang tidak mencirikan kebudayaan syariat islam yang telah diterapkan di Aceh, seperti PSK. Pemerintahan Aceh dan Pemerintahan Kabupaten/Kota menjamin kebebasan, membina kerukunan, menghormati nilai-nilai agama yang dianut oleh umat beragama dan melindungi sesama umat beragama untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Namun¸ sesuai dengan visi misi Kota Banda Aceh yaitu “Banda Aceh Model Kota Madani” yang sangat familiar di kalangan masyarakat, setiap orang yang bertempat tinggal atau berada di Aceh wajib menghormati pelaksanaan syari’at Islam. Hal ini juga sesuai dengan Komitmen Dinas Syariat Islam yang memiliki visi misi “Motivator Pencapaian 9 Banda Aceh Model Kota Madani” yang salah satu membina dan menggerakkan seluruh potensi masyarakat untuk mengamalkan syariat Islam secara sempurna, termasuk juga mengenai masalah PSK yang juga terdapat di kota yang di sebut Serambi Mekkah ini. Dinas Syariat Islam juga telah memberlakukan Qanun No. 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat, yang di dalamnya tertera ancaman hukuman Uqubat Hudud cambuk 100 kali bagi orang yang berzina. Jika mengulangi perbuatannya, Uqubat Hudud cambuk 100 kali dan dapat ditambah dengan Uqubat Ta'zir denda paling banyak 120 gram emas murni atau Uqubat Ta'zir penjara paling lama 12 bulan. Selain itu juga hukum bagi yang berkhalwat (mesum) dihukum cambuk 10 kali atau denda 100 gram emas murni atau penjara 10 bulan. Serta Ikhtilath (bermesraan dan berciuman) dihukum cambuk paling banyak 30 kali atau denda paling banyak 300 gram emas murni atau penjara paling lama 30 bulan. Selain itu, sudah banyak cara yang dilakukan oleh Wilayatul Hisbah, antara lain dengan merazia tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat transaksi PSK, namun berbagai upaya tersebut belum sepenuhnya dapat menghilangkan pekerja tersebut dikarenakan berbagai macam cara yang dilakukan para pekerja. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada koresponden, hal yang memicu responden memilih kerjaan menjadi seorang PSK yaitu berawal darifaktor ekonomi, sempitnya lapangan pekerjaan, faktor pendidikan, penghasilan menjadi PSK tinggi, serta faktor keluarga dan disisi lain juga demi kelancaran pemenuhan yang begitu tinggi dalam kehidupannya. Selain itu, gaya hidup responden yang cenderung menjadi pengejar modernitas fisik dengan kebiasaan mengkoleksi barang-barang mewah dan bermerek terkenal serta memenuhi banyak keinginan spontan yang muncul akibat ketertarikan berlebihan terhadap barang-barang mewah yang terus bermunculan di pasaran membuat mereka tidak ingin untuk berganti pekerjaan atau melakukan pekerjaan halal karena lebih berfokus pada banyaknya uang (hasil akhir) yang bisa didapat dari pekerjaan seks komersial (PSK). Perilaku yang ditunjukkan PSK di Gampong Peunayong dengan melakukan operasi pada saat siang dan keseringannya malam hari. Siang hari PSK mudah ditemui dengan cara melakukan perjanjian terlebih dahulu untuk bertemu pada warung maupun kafe yang ditentukan, sedangkan malam harinya PSK mangkal di warung-warung pinggir jalan, salon remang-remang. Mereka melakukan transaksi lewat Handphone, baik itu dengan cara teleponan, SMS maupun melalui sosial media. Pendapatan paling banyak dari PSK dimiliki oleh PSK yang masih muda. Karena mereka tergolong masih dalam rentang usia kerja yang produktif. PSK yang sudah tua tidak lagi seproduktif saat mereka masih muda. Hal ini sesuai dengan prinsip perilaku yang dikemukakan Miftah Toha (2010: 36), bahwa manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak sama. Para PSK sebagian besar tidak tinggal di rumah sendiri, mereka lebih memilih menyewa rumah atau menyewa kamar (kos) demi kelancaran pekerjaan 10 yang mereka jalani. Artinya setiap PSK jauh dari keluarganya dan harus mampu bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat yang ada di sekelilingnya. Sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi (2006:53), yang menyatakan bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari hubungan satu dengan yang lainnya, ia menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk mewujudkan perilaku sosial diperlukan adanya interaksi sosial.Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku sosial PSK adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh pekerja seks komersial yang berkaitan dengan faktor-faktor dan aspek-aspek sosial yang meliputi perilaku dan interaksi.Syarat interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto (2006: 58), adalah kontak dan komunikasi. Kontak sosial secara konseptual dibagi menjadi dua yaitu kontak sosial primer dan kontak sosial sekunder (Soerjono Soekanto, 2006: 59). Kontak sosial primer terjadi apabila hubungan atau interaksi dilakukan tanpa menggunakan perantara dengan kata lain langsung bertatap muka. Dalam penelitian ini kontak terjadi antara PSK dengan PSK, PSK dengan pengguna jasa dan PSK dengan masyarakat disekelilingnya.Sedangkan kontak sekunder terjadi apabila hubungan atau interaksi dilakukan dengan menggunakan perantara atau handphone. Setiap manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan semuanya.Naluri ini merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya, seperti kebutuhan inklusi dan kebutuhan kontrol. Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilaksanakan melalui suatu proses yang disebut interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok dalam masyarakat. Interaksi ini bersifat dinamis atau selalu bergerak. Interaksi sosial harus digunakan dengan adanya pendekatan terlebih dahulu, Pendekatan ini yang dapat menghasilkan suatu tindakan dan membentuk suatu kelompok atau struktur yang baik.Seperti halnya yang dilakukan oleh PSK, adanya struktur sosial yang terjalin antara PSK dengan masyarakat disekelilingnya tergolong baik disebabkan oleh interaksi yang telah dilakukan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitianyang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa yang melatar belakangi seseorang untuk menjadi PSK berasal dari keluarga yang tidak mampu, namun dilain sisi banyak kebutuhan yang harus dipenuhi seperti pakaian yang mewah, handphone dan lain sebagainya demi untuk mempertahankan dan mewujudkan keingingan serta kebutuhan kehidupan para PSK. Gaya hidup pekerja seks komersial di Negeri Syariat Kota Banda Aceh yaitu bersifat hedonis dengan menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan hidup adalah tujuan utama dari kehidupan, adanya motif kemewahan yang dibangun untuk mendapatkan meteri dengan cara yang singkat demi kehidupan dimasa yang akan datang, serta kepuasan kebutuhan kehidupan glamor semata. Keputusan seseorang untuk menjadi PSK yang berada di kawasan ini 11 selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, juga dipengaruhi oleh keadaan dan lingkungan disekitarnya (sugestable). Seperti kepribadian yang lemah dan skill yang kurang, sehingga muncul perasaan cepat meniru, adanya perasaan iri terhadap teman sebaya yang statusnyasebagai PSK lebih sukses dalam bidang ekonomi (model PSK yang telah sukses). Interaksi sosial yang dilakukan oleh para PSK adanya terjalin hubungan yang baik antara PSK dan masyarakat, namun lebih kepada individu-individu yaitu saling tidak peduli urusan antara satu dan lainnya.Banyak juga para tetangga atau masyarakat yang tidak mengetahui pekerjaan asli para informan.Sebaliknya, tidak ada terjalin keharmonisan terhadap masyarakat yang mengetahui, karena menurut masyarakat tersebut hadirnya PSKdi sekitaran tempat tinggal mereka hanya membawa dampak buruk bagi lingkungan serta keluarga mereka sendiri. Saran Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah didapat dari hasilpenelitian diatas, dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Jurusan Perlunya pemberian fasilitas konseling bagi perempuan (konseling masyarakat), baik itu berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun bentuk organisasi lainnya yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan. 2. Bagi Dinas Terkait Perlu adanya berbagai upaya yang bersifat preventif dalam usaha mengantisipasi faktor penyebab perempuan menjadi PSK. 3. Bagi Perempuan yang Menjadi PSK Dilihat dari aspek psikologis, diharapkan bagi perempuan yang menjadi PSK agar lebih memiliki pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan suatu keputusan. Karena berdasarkan keputusan-keputusan tersebut yang nantinya akan menentukan perjalanan hidup seseorang. Dapat menjaga hubungan baik dengan keluarga, karena bagaimanapun juga keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan.Selain itu hendaknya para perempuan selalu waspada terhadap pihak-pihak yang berusaha menjerumus-kan untuk menjadi PSK. DAFTAR PUSTAKA Abubakar, Al Yasa’. 2013. Penerapan Syariat Islam di Aceh (Upaya Penyusunan Fiqih dalam Negara Bangsa). Dinas Syariat Islam: Banda Aceh. Featherstone, Mike. 2005. Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hamdani, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Darussalam: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala. Widyanto, Anton. 2013. Dilema Syariat di Negeri Syariat.Arraniry. Banda Aceh 12 Skripsi dan Majalah Henderina. 2012. Wanita Pekerja Seks Komersial. Skripsi. UniversitasHasanudin Makasar Supelli, Karlina. 2003. Instanisasi dan Hedonisme” dalam Pesona, Edisi November Tabloid KONTRAS Nomor:526. Tahun XI 28 Januari – 3 Febuari 2010 Jurnal Andartyastuti, dkk. 2015.Hubungan Antara Coping Strategy Dengan Subjective Well-Being Pekerja Seks Komersial Di Kota Bandung. Jurnal LPPMUISBA Vol. LPPM-UISBA Vol. 5, No. 1 Hutabarat, D.B. 2004.Penyesuaian Diri Perempuan Pekerja dalamKehidupan Sehari-hari.Arkhe.Vol 9. No 2. Halaman 70-81. Seks Sihombing.2011. Gambaran Kecemasan pada PSK di Bandung. Jurnal Kedokteran Maranatha, Vol. 11, No. 1. Yanti, Febri.2016. Dinamika Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis dan Perilaku Seks Bebas PadaRemaja Putri.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP UnsyiahVolume 1 No. 1 Qanun Qanun No. 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat Qanun No. 8 Tahun 2014 tentang Pokok-Pokok Syariat 13