Gaya Hidup PSK di Negeri Syariat Kota Banda Aceh Cut Putri Widya

advertisement
Gaya Hidup PSK
di Negeri Syariat Kota Banda Aceh
Cut Putri Widya Fonna, Firdaus
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah
Email :[email protected]
ABSTRAK
Meningkatnya jumlah pekerja seks komersial merupakan fenomena sosial
tersendiri yang harus dicermati bersama, tanpa disadari prostitusi secara tidak
langsung berdampak bagi masyarakat.Masyarakat bisa saja menjadi korban dari
prostitusi, terancam terkena penyakit menular seksual, retaknya rumah tangga,
berkembangnya pemikiran hedonisme yang membuat mereka mudah melakukan
perbuatan maksiat.Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
gaya hidup Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terdapat di Negeri Syariat Kota
Banda Aceh dan mengetahui cara berinteraksi PSK dengan masyarakat di Negeri
Syariat Kota Banda Aceh. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
eskriptif kualitatif.Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah para PSK
yang berada disekitaran daerah Gampong Peunayong Kota Banda Aceh yang
dipilih secara snowball untuk mengeksplorasi pengalamannya.Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah Observasi, interview, dan
dokumentasi.Adapun teknik pengolahan dan analisis data dilakukan secara
interaktif yang terdiri dari tiga hal utama yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data penarikan kesimpulan dan verifikasi.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa yang melatar belakangi seseorang untuk menjadi PSK berawal dari
keluarga yang tidak mampu membiayai kehidupannya, disamping itu juga gaya
hidup para PSK yang bersifat hedonis. Interaksi antara PSK dengan warga terjalin
secara baik. Pertentangan antar PSK dengan warga belum pernah terjadi, interaksi
tersebut lebih kepada individu-individu yaitu saling tidak peduli urusan antara
satu dan yang lain, banyak juga tetangga yang tidak mengetahui pekerjaan asli
mereka termasuk keluarganya, sehingga seluruh bantuan yang PSK berikan
(berupa materi) dengan mudah diterima oleh keluarga. Dari hasilpenelitian,
peneliti dapat memberikan saran bagi PSK agar lebih memiliki pertimbanganpertimbangan dalam menentukan suatu keputusan. Karena berdasarkan
keputusan-keputusan tersebut yang nantinya akan menentukan perjalanan hidup
seseorang. Dapat menjaga hubungan baik dengan keluarga, karena bagaimanapun
juga keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan.Selain itu
hendaknya para perempuan selalu waspada terhadap pihak-pihak yang berusaha
menjerumus-kan untuk menjadi PSK.
Kata kunci: Gaya Hidup, PSK, Negeri Syariat
1
ABSTRACT
The increasing number of commercial sex workers is a separate social
phenomenon that must be examined together, without realizing prostitution
indirectly affect the community. Communities may be victims of prostitution,
threatened with sexually transmitted diseases, household cracks, the development
of hedonistic ideas that make them easy to commit immoral acts. Specifically this
study aims to reveal the lifestyle of Commercial Sex Workers (CSWs) located in
Banda Aceh City Sharia and know how to interact with prostitutes in the State
Sharia Banda Aceh. The approach taken in this research is qualitative escalation.
The informants used in this research were the prostitutes who were in the area of
Gampong Peunayong Kota Banda Aceh which was chosen by snowball to explore
their experience. The methods used in data collection are observation, interview,
and documentation. The processing techniques and data analysis is done
interactively consisting of three main things are data collection, data reduction,
presentation of data withdrawal and verification. The results showed that the
background of a person to become a prostitute originated from families who can
not afford to finance their lives, in addition to the lifestyle of the prostitutes who
are hedonic. The interaction between CSWs and citizens is well established. The
conflict between the CSWs and the citizens has never happened, the interaction is
more to the individuals that are mutually ignorant of the affairs between one and
the other, many neighbors who do not know their original work including their
families, so that all the help that PSK give (in the form of material) with Easily
accepted by the family. From the results of the research, researchers can provide
advice for CSWs to have more considerations in determining a decision. Because
based on those decisions that will determine the journey of one's life. Can
maintain good relationships with family, because after all the family has a very
important role in life. In addition, women should always be vigilant against those
who try to menjerumus to become prostitutes.
Keywords: Lifestyle, CSW, Sharia State
PENDAHULUAN
Meningkatnya jumlah pekerja seks komersial merupakan fenomena sosial
tersendiri yang harus dicermati bersama, tanpa disadari prostitusi secara tidak
langsung berdampak bagi masyarakat.Masyarakat bisa saja menjadi korban dari
prostitusi, terancam terkena penyakit menular seksual, retaknya rumah tangga,
berkembangnya pemikiran hedonisme yang membuat mereka mudah melakukan
perbuatan maksiat.
Menurut hasil penelitian, Febri Yanti (2016) mengatakan bahwa gaya
hidup hedonis sudah ditiru oleh remaja-remaja di Kota Banda Aceh. Sebagai
contoh, peneliti terdahulu mendapati perilaku hedonis setelah melakukan
observasi awal terhadap dua remaja berstatus mahasiswa yang bermukim di
Gampong L, Kota Banda Aceh.
2
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa adanya remaja di Kota Banda
Aceh yang sudah berperilaku gaya hidup hedonis yang dapat dengan mudah
ditemui seperti sikap yang berfoya-foya, banyaknya remaja menjadi pengunjung
di tempat keramaian serta maraknya seks bebas. Berkembangnya gaya hidup
hedonisme ini juga menyebabkan munculnya permasalahan lain seperti krisis
moral kalangan generasi penerus bangsa.
Pada saat ini, bebasnya pergaulan akibat gaya hidup hedonis dapat dilihat
dari munculnya kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak mencirikan kebudayaan,
bahkan pekerjaan yang tidak mencirikan kebudayaan syariat islam yang telah
diterapkan di Aceh, seperti PSK. Gaya hidup hedonis dan pekerja seks komersial
yang mulai menjangkiti remaja seperti yang telah dijelaskan di atas tentu saja
bertolak belakang dengan budaya, norma dan agama yang dianut mayoritas
masyarakat di Aceh saat ini.
Syariat Islam yang dilaksanakan di Aceh meliputi bidang aqidah, syariat,
dan akhlak.Syariat Islam tersebut meliputi ibadah, ahwal alsyakhshiyah (hukum
keluarga), muamalah (hukum perdata), jinayah (hukum pidana), qadha’
(peradilan), tarbiyah (pendidikan), dakwah, syiar, dan pembelaan Islam yang
diatur dalam Qanun No. 8 Tahun 2014 tentang Pokok-Pokok Syariat.
Fenomena prostitusi hingga kini masih menjadi masalah yang belum
terselesaikan.Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah, baik upaya preventif
maupun upaya yang bersifat represif untuk menanggulanginya belum
menampakkan hasil maksimal hingga kini.Belum adanya satu program terpadu
dari pemerintah untuk mengatasi masalah prostitusi menyebabkan fenomena
wanita pekerja seks komersial terus tumbuh dengan subur, yang dibuktikan
dengan semakin meningkatnya jumlah wanita pekerja seks komersial setiap
tahunnya.
Tanpa disadari prostitusi secara tidak langsung berdampak bagi
masyarakat.Masyarakat bisa saja menjadi korban dari prostitusi, terancam terkena
penyakit menular seksual, retaknya rumah tangga, berkembangnya pemikiran
hedonisme yang membuat mereka mudah melakukan perbuatan maksiat.
Pemerintah kurang tegas dalam mengatasi kasus prostitusi, hal itu tercermin pada
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang tidak ditujukan kepada
pelacur akan tetapi ditujukan kepada germo dan calo, sedangkan germo dan calo
tersebut tidak diambil tindakan.
Pemerintah Aceh juga sudah mengesahkan Qanun No. 14 Tahun 2003
tentang khalwat (mesum) untuk melindungi masyarakat dari berbagai bentuk
perbuatan zina serta meningkatkan peran masyarakat dalam mencegah dan
memberantas terjadinya perbuatan khalwat (mesum), (Widyanto, 2013:15).Tetapi
itu juga tidak bisa jadi solusi yang begitu baik karena masih adanya PSK yang
melakukan bisnis prostitusi. Peregangan agama dalam diri sendiri yang kurang
menyebabkan PSK melakukan bisnis prostitusi, namun disayangkan prostitusi ini
terjadi di kota yang telah menerapkan syariat Islam.
Fakta mengenai PSK yang ada di kota Banda Aceh didukung oleh
beberapa pendapat, antara lain pendapat Ibu Illiza Sa'aduddin Djamal yang
menjabat sebagai Walikota Banda Aceh, dalam koran Serambi (2014) beliau
mengatakan “Sejumlah lokasi yang dijadikan tempat mangkal dan transaksi
3
seksual di antaranya kawasan Peunayong, jalan Merduati, Simpang Surabaya dan
beberapa penginapan bahkan hingga hotel berbintang”. Informasi Selanjutnya
didatangkan dari koran Prohaba Aceh (2013) yang berisi “Petugas Satpol PP dan
Wilayatul Hisbah (WH) Banda Aceh, menyegel dua salon kecantikan di kawasan
Peunayong” dan terakhir pendapat Afif, dari situs Merdeka.com (2014) yang
mengatakan “Sebuah gang sempit hanya berukuran 2 meter yang dihimpit
pertokoan, menghubungkan satu antar jalan di kawasan Gampong Peunayong
Banda Aceh, Itulah gang mabuk. Gang yang banyak berkeliaran wanita malam
menjajakan pelayanan seks untuk pria hidung belang yang mencari kepuasan seks
sesaat”.
TINJAUAN TEORI
Teorisasi Gaya Hidup
George Simmel dan filosofi uang
Uang muncul sebagai sebuah alat universal yang ditujukan untuk semua
pemakaian.Uang membuka berbagai kemungkinan tindakan baru, dan
memungkinkan masing-masing orang merealisasikan tujuan akhir yang khas.
Pemakaian uang akan memberi masalah pada makna mendalam seperti yang di
berikan kepada kehidupan.
Pertama uang memperkuat perkembangan kalkulasi dan intelektualitas.
Selanjutnya sebagai alat, uang akan menjadi tujuan dan pada tataran kedua akan
mengasingkan tujuan lain seperti keluarga dan agama. Kedua, penggunaan uang
juga akan mendukung munculnya kecenderungan psikologis yang memiliki
karakteristik seperti tamak, angkuh, kikir, suka berfoya-foya atau hedonis, miskin
dan kekurangan. Uang menjadikan segala benda bisa diperbandingkan.
Terakhir, uang ikut berpartisipasi dalam pembentukan gaya hidup
masyarakat yang oleh Simmel diberikan tiga buah konsep, yaitu jarak, ritme, dan
simetri. Karakter uang yang bersifat mobile dan impersonal cenderung
mendukung terjadinya asosiasi yang berjarak dan berada dalam kepentingan yang
sangat terbatas.Uang memungkinkan terjadinya koeksistensi daerah-daerah
aglomerasi yang besar, dimana orang tidak perlu melibatkan seluruh
personalitasnya dalam pertukaran-pertukaran sosial. Di sisi lain uang cenderung
mempercepat dan mengatur ritme masyarakat, terutama dalam masalah ekonomi
karena pembentukan sistem moneter akan mempercepat terjadinya pertukaran.
Eratnya kaitan gaya hidup dengan uang di lihat pada kehidupan seharihari. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak wanita yang bersedia
melakukan apa saja untuk mendapatkan uang guna memenuhi gaya hidup hedonis
mereka. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Febri Yanti
(2016), memenuhi gaya hidup hedonis remaja dengan memiliki smartphone
terbaru, remaja tersebut akan melakukan apa saja termasuk seks bebas berbayar
sehingga semua kebutuhan dan keinginannya dapat dimiliki.
Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau
kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Manusia yang
memiliki pandangan ini menganggap bahwa tujuan hidup mereka ialah untuk
bersenang-senang, seorang hedonis bisa merasa senang, puas, dan bahagia ketika
ia membeli barang-barang kesukannya, terutama dari brand ternama.
4
Dalam hal ini, materi punya peran penting untuk mewujudkannya. Sedapat
mungkin untuk menghindari hal-hal yang menyakitkan hati juga menjadi salah
satu prinsip yang dipegang teguh oleh hedonis, karena tujuan hidupnya adalah
materi, sang hedonis tidak pernah memiliki rasa kepedulian terhadap kondisi atau
peristiwa yang terjadi di sekitarnya jika tidak berhubungan dengan uang. Dewasa
ini, hedonisme ini tidak lagi hanya menjadi sebuah pandangan, melainkan gaya
hidup yang dipilih masyarakat urban. Sesungguhnya, gaya hidup ini dapat
menimbulkan efek ekslusifitas yang membuat kesenjangan sosial antara satu
individu dengan individu yang lain.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif.Adapun informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah para PSK
yang berada disekitaran daerah Gampong Peunayong Kota Banda Aceh yang
dipilih secara snowball untuk mengeksplorasi pengalamannya.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Observasi,
interview, dan dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Adapun teknik pengolahan dan analisis data dilakukan secara interaktif
yang terdiri dari tiga hal utama yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Data sekunder diperoleh dari catatan, artikel, internet dan tulisan ilmiah
yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan. Data sekunder dalam
penelitian ini terkait dengan gaya hidup pekerja seks komersial di daerah
Gampong Peunayong Kota Banda Aceh dari lembaga yang dilakukan penelitian
oleh peneliti. Selain itu juga data sekunder diperoleh dari catatan, artikel, internet
dan tulisan ilmiah yang terkait dengan teori yang dipakai oleh peneliti.
Pada tahap reduksi data, peneliti memilih data primer yang terkait dengan
gaya hidup pekerja seks komersial di daerah Gampong Peunayong Kota Banda
Aceh dan data sekunder dari artikel, internet dan catatan ilmiah yang terkait
dengan topik permasalahan yang diteliti. Selanjutnya, Penyajian data pada tahap
ini, peneliti membandingkan data dari hasil studi lapangan dengan data yang
diperoleh dari hasil studi kepustakaan untk memperoleh hasil yang relevan.
Pada tahap ini peneliti menemukan bahwa data hasil studi lapangan
berkaitan atau berjalan searah dengan hasil studi kepustakaan mengenai teori yang
diungkapkan oleh beberapa ahli tentang pekerja seks komersial yang dijabarkan
pada bab pembahasan.
Tahap akhir dari proses pengumpulan data adalah verifikasi dan penarikan
kesimpulan. Penarikan kesimpulan bisa saja dilakukan saat proses pengumpulan
data berlangsung, kemudian dilakukan reduksi dan penyajian data. Tetapi
5
kesimpulan yang dilakukan di awal akan menjadi kesimpulan awal belum menjadi
kesimpulan final. Simpulan perlu diverifikasi agar data relevan dan benar-benar
bisa dipertanggungjawabkan.Oleh karena itu perlu dilakukan aktifitas
pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat.
Verifikasi juga dapat dilakukan dengan melakukan replikasi dalam satuan data
yang lain.
HASIL PENELITIAN
Peneliti mendapat informan pertama bersumber dari informasi-informasi
terdahulu, seperti informasi yang berasal dari surat kabar dalam surat kabar
Serambi (2014), Ibu Illiza Sa'aduddin Djamal yang menjabat sebagai Walikota
Banda Aceh mengatakan “Sejumlah lokasi yang dijadikan tempat mangkal dan
transaksi seksual di antaranya kawasan Peunayong, jalan Merduati, Simpang
Surabaya dan beberapa penginapan bahkan hingga hotel berbintang”. Informasi
Selanjutnya dari surat kabar Prohaba Aceh (2013) yang berisi “Petugas Satpol PP
dan Wilayatul Hisbah (WH) Banda Aceh, menyegel dua salon kecantikan di
kawasan Peunayong” dan terakhir pendapat Afif, dari situs Merdeka.com (2014)
yang mengatakan “Sebuah gang sempit hanya berukuran 2 meter yang dihimpit
pertokoan, menghubungkan satu antar jalan di kawasan Peunayong, Banda Aceh.
Itulah gang mabuk.Gang yang banyak berkeliaran wanita malam menjajakan
pelayanan seks untuk pria hidung belang yang mencari kepuasan seks sesaat”.
Dari informasi di atas, maka peneliti menelusuri daerah sekitar peunayong
dan memasuki sebuah salon yang ada di gampong tersebut bertujuan untuk
menemukan informan pertama. Beberapa kali berada dalam salon tersebut maka
peneliti menemukan informan pertama lalu dari informan pertamalah peneliti
dapat berhubungan atau mewawancarai informan berikutnya yang total informan
menjadi lima orang yang diwawancara langsung untuk mengeksplorasi
pengalamannya.
Setiap perbuatan pasti ada alasan yang melatar belakanginya, begitu pula
dengan PSK.Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan mereka menjadi
PSK.Faktor yang melatarbelakangi dapat berupa faktor internal dan juga faktor
eksternal. Dari hasil wawancara peneliti terhadap lima orang wanita yang terlibat
prostitusi, ada beberapa faktor yang dapat diungkapkan yang menjadi alasan
mereka menjadi PSK. Faktor tersebut antara lain:
a. Faktor Ekonomi
b. Sulitnya Mencari Pekerjaan
c. Penghasilan menjadi PSKTinggi
d. Faktor Keluarga
Di kawasan Gampong Peunayong banyak terdapat PSK. Baik itu tinggal
sendiri, bersama keluarga, bersama pacar, dan lain sebagainya. Para PSK
biasanya melakukan hubungan seks di hotel sekitar GampongPeunayong, tapi
tidak jarang pula yang menggunakan tempatkos mereka untuk kumpul kebo,
seperti yang diutarakan oleh informan,
“Hampir sebagian besar perempuan di sini (Peunayong) adalah PSK,tempat
tinggal saya itu kan rata-rata kerjanya seperti saya semua”.(AN, PekerjaSeks
6
Komersial, wawancara 1 September 2016).
PSK di kawasan Gampong Peunayong ini mayoritas adalah kalangan
menengah ke bawah.Cara bertransaksi PSK jenis ini berbeda dengan kelas
menengah yang menjajakan dirinya di warung kopi, hotel atau tempat lainnya
yang mewah.Pekerja seks komersial di kawasan Peunayong memilih tempat
seperti warung kopi, salon, serta pinggir jalan untuk bertransaksi.
Siang hari kondisi sekitar kawasan Peunayong penuh keramaian hingga
larut malam aktivitas manusia juga masih tetap berinteraksi, hal ini di sebabkan
karena banyaknya tempat makan (warung makan) berada dikawasan Gampong
Peunayong seperti REX (salah satu tempat makan yang ada di kawasan
Peunayong).Banyak orang yang berjualan di warung pinggir jalan, mulai penjual
makanan, minuman, dan lain-lain.Keramaian yang terjadi di kawasan ini sangat
menguntungkan, apalagi bagi PSK.Maka dari itu PSK tumbuh subur di kawasan
yang strategis ini.Sesuai dengan informasi yang diberikan oleh AM,
“Di kawasan ini ramai turis karena adanya warung makan dan salon.Di
sekitar kawasan Gampong Peunayong terdapat beberapa salon yang
menfasilitasi kegiatan tersebut”.(AM, Pekerja Seks Komersial, wawancara
20 September 2016).
Selain memilih tempat yang ramai, beberapa PSK juga memilih tempat
yang jauh dari tempat tinggal asalnya.Hal itu dikarenakan para PSK ini tidak
ingin diketahui pekerjaannya oleh keluarga maupun teman dari daerah asalnya.
Seperti yang dialami oleh DN, yang menyebutkan bahwa,
“aku memilih beroperasi di sini karena di sini tempatnya ramai, selain itu
jauh dari orang tua. Orang tua saya tidak tinggal bersama saya, jadi mereka
nggak akan tahu tentang apa yang saya lakukan di sini. Orang di sekitar
sini juga tidak pernah peduli dengan kegiatan-kegiatan saya.”(BN, Pekerja
Seks Komersial, wawancara 9 September 2016).
Untuk satu pelanggan saja PSK bisa mendapatkan uang lebih dari
Rp 100.000,00.Jika dihitung dalam sebulan, tentunya mereka sudah
mendapatkan banyak pelanggan serta mengumpulkan banyak uang. Seperti yang
diungkapkan oleh DN berikut ini,
“Sebelum bertemu kakak, aku jumpa dengan pelanggan terlebih dahulu
untuk memperoleh uang jajan, lumayan kan aku dapat Rp
200.000,00.”(DN, Pekerja Seks Komersial, wawancara 9 September 2016).
Uang yang dihasilkan PSK bisa dikatakan lumayan.Menurut Informal,
mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup berupa makan-makanan mewah,
nongkrong setiap saat, dapat membeli baju dan make-up, handphone yang terbaru,
pemenuhan biaya pendidikan, serta bantu keuangan keluarga.
MW yang berkecimpung di dunia gelap ini mengungkapkan,
“saya hanya lulusan SMP, lagipula saya tidak punya keterampilan apa-apa,
sulit kalau mau cari kerja. Paling-paling jadi buruh. Dulu saya pernah kerja
di warung makan, capek sekali dan hasilnya pun tidak mencukupi. Enakan
seperti sekarang ini, kerja semaunyatidak ada yang mengatur, kalau butuh
uang cepat dapatnya, bisa beli barang-barang mewah yang saya
mau.”(MW, Pekerja Seks Komersial, wawancara 7 September 2016)
Selama pola pemikiran PSK tetap ingin mendapatkan uang dengan
7
mudah demi untuk memenuhi gaya hidupnya yang bersifat hedonis yaitu
pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan hidup
adalah tujuan utama dari kehidupan, maka mereka sulit keluar dari pekerjaannya
yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di agama dan
masyarakat.Kehidupan mereka yang sekarang seolah-olah sudah menjadi
kebiasaan hingga mendarah daging, sehingga sulit sekali merubahnya. Awalnya
mereka merasa menyesal dan berat melakukan pekerjaan ini, namun sejalannya
dengan waktu mereka menikmati pekerjaan dan dari sejumlah informal yang di
dapat menyatakan belum ada niatan untuk menghentikan atau mencari pekerjaan
yang lain. Perlu adanya program pemerintah yang jitu untuk menekan
pertumbuhan dan perkembangan PSK.Akar yang paling besar dari masalah ini
adalah kemiskinan, sehingga kemiskinan harus segera dientaskan untuk menuju
masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.
Interaksi PSK dengan Masyarakat di Negeri Syariat Kota Banda Aceh
Kebanyakan dari PSK memilih menyewa rumah (kos kamar) sendiri dan
terpisah dari keluarga agar lebih leluasa melaksanakan pekerjaannya. Di
lingkungan kerja ia berhubungan dengan sesama PSK dan dengan para lelaki
yang menjadi pelanggannya. Selain lingkungan kerja, PSK juga berhubungan
dengan masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka, serta menjalin hubungan
dengan keluarga sendiri.
Hubungan AN dan keluarga memang cukup baik, hal itu dikarenakan
keluarga dari daerah asalnya tidak mengetahui pekerjaan yang dijalani. Lain
halnya dengan AN yang jauh dari keluarga, DN masih berstatus sebagai pelajar
SMA tinggal di satu kota yang sama dengan keluarga lebih memilih untuk
menyewa rumah (kos) di tempat yang jauh dari kediaman orang tuanya untuk
melancarkan pekerjaannya. DN mengatakan,
“aku disini tinggal sendiri ngekos, namun disekitar rumah kos ini banyak
saudaraku juga, namun kalau malam tidak ada yang ngontrol juga.
Keluargaku tidak tahu tentang pekerjaanku, yang mereka tahu aku seorang
pelayan di cafe, itu tidak masalah bagi mereka.Uang yang aku hasilkan aku
pakai untuk diriku sendiri, untuk memenuhi kebutuhan dan terkadang
untuk membelikan baju lebaran buat adikku.”(DN, Pekerja Seks
Komersial, wawancara 9 September 2016).
Seperti manusia pada umumnya yang memiliki hubungan baik dan tidak,
PSK pun begitu.Persaingan yang dialami PSK tidak berlangsung lama, tidak
sampai menjadi pertikaian apalagi dendam.Mereka bersaing secara sehat untuk
mendapatkan pelanggan.Dalam hubungannya dengan pelanggan, PSKrata-rata
memiliki pelanggan yang tidak dikenal, jadi banyak orang yang datang dan pergi
tiap harinya orang yang datang ke tempat itu berlainan orang.Hal itu membuat
PSK tidak mengenal pelanggannya dan tidak berhubungan lebih lanjut setelah
transaksi berakhir, istilahnya pelanggan hanya datang untuk sekedar numpang
minum.
Dari wawancara dengan beberapa informan yang peneliti peroleh
menggambarkan hubungan yang terjalin antar PSK dengan pengguna jasa
sebagian berjalan dengan baik.hal itu diperkuat dengan adanya PSK yang masih
menerima tips (uang jajan) dari salah satu pelanggannya.
8
PSK di samping memiliki interaksi di dalam lingkungan kerja, juga
memiliki interaksi dengan masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka. Interaksi
yang terjalin antara PSK dengan warga terjalin secara baik. Menurut penuturan
YN, bahwa masyarakat yang ada disekitarnya baik, yang terpenting saling
menghormati satu sama lain. Tidak ada saling ikut campur, hal tersebut juga
mungkin bisa terjadi karena ketidaktahuan masyarakat sekitar tentang pekerjaan
yang dilakukannya.
Pertentangan antar PSK dengan warga memang belum pernah terjadi,
tetapi aparat Gampong Peunayong merasa resah dengan hadirnya PSK, sehingga
mereka bekerja sama dengan pemerintahan, dan anggota Wilayatul Hisbah
(WH), untuk menggeledah tempat-tempat yang dianggap sebagai transaksi
(mangkal) oleh PSK di sekitar kawasan Peunayong, tim gabungan mengadakan
razia untuk menciduk PSK yang ketahuan sedang mangkal. Sesuai dengan hasil
wawancara yang dilakukan oleh Peneliti, Kasi Perundang-undangan (WH),
(wawancara 8 November 2016). Masyarakat tetap menjalin hubungan baik
dengan PSK.
Seperti halnya manusia lain yang melakukan interaksi dengan berkumpul
bersama orang-orang yang tinggal di sekitarnya, selain masyarakat yang mencoba
menjalin hubungan baik dengan PSK, PSK yang tinggal di lingkungan sekitar
juga melakukan usaha untuk menjalin hubungan yang baik di masyarakat.
PEMBAHASAN
Penelitian ini memfokuskan kepada dua rumusan masalah yaitu tentang
gaya hidup PSK di Negeri Syariat Kota Banda Aceh dan cara berinteraksi PSK
dengan masyarakat sekitarnya.
Dalam menjelaskan kedua permasalahan tersebut, penulis menggunakan
teori gaya hidup yang telah diuraikan pada landasan teoritis. Gaya hidup bisa
dikatakan sebagai tata cara yang dijalani orang dalam menjalani kehidupan seharihari, Menurut Kottler (dalam Sakinah, 2002:78) Ia menjelaskan bahwa, “Gaya
hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya”. Eratnya kaitan gaya hidup dengan uang dapat di lihat pada
kehidupan sehari-hari. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak orang
yang bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan uang guna memenuhi gaya
hidup hedonis mereka. Bebasnya pergaulan akibat gaya hidup dapat dilihat dari
munculnya kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak mencirikan kebudayaan, bahkan
pekerjaan yang tidak mencirikan kebudayaan syariat islam yang telah diterapkan
di Aceh, seperti PSK.
Pemerintahan Aceh dan Pemerintahan Kabupaten/Kota menjamin
kebebasan, membina kerukunan, menghormati nilai-nilai agama yang dianut
oleh umat beragama dan melindungi sesama umat beragama untuk menjalankan
ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Namun¸ sesuai dengan visi misi
Kota Banda Aceh yaitu “Banda Aceh Model Kota Madani” yang sangat familiar
di kalangan masyarakat, setiap orang yang bertempat tinggal atau berada di Aceh
wajib menghormati pelaksanaan syari’at Islam. Hal ini juga sesuai dengan
Komitmen Dinas Syariat Islam yang memiliki visi misi “Motivator Pencapaian
9
Banda Aceh Model Kota Madani” yang salah satu membina dan menggerakkan
seluruh potensi masyarakat untuk mengamalkan syariat Islam secara sempurna,
termasuk juga mengenai masalah PSK yang juga terdapat di kota yang di sebut
Serambi Mekkah ini.
Dinas Syariat Islam juga telah memberlakukan Qanun No. 6 Tahun
2014 tentang Hukum Jinayat, yang di dalamnya tertera ancaman hukuman
Uqubat Hudud cambuk 100 kali bagi orang yang berzina. Jika mengulangi
perbuatannya, Uqubat Hudud cambuk 100 kali dan dapat ditambah dengan
Uqubat Ta'zir denda paling banyak 120 gram emas murni atau Uqubat Ta'zir
penjara paling lama 12 bulan. Selain itu juga hukum bagi yang berkhalwat
(mesum) dihukum cambuk 10 kali atau denda 100 gram emas murni atau penjara
10 bulan. Serta Ikhtilath (bermesraan dan berciuman) dihukum cambuk paling
banyak 30 kali atau denda paling banyak 300 gram emas murni atau penjara
paling lama 30 bulan.
Selain itu, sudah banyak cara yang dilakukan oleh Wilayatul Hisbah,
antara lain dengan merazia tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat
transaksi PSK, namun berbagai upaya tersebut belum sepenuhnya dapat
menghilangkan pekerja tersebut dikarenakan berbagai macam cara yang
dilakukan para pekerja.
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada koresponden, hal yang
memicu responden memilih kerjaan menjadi seorang PSK yaitu berawal
darifaktor ekonomi, sempitnya lapangan pekerjaan, faktor pendidikan,
penghasilan menjadi PSK tinggi, serta faktor keluarga dan disisi lain juga demi
kelancaran pemenuhan yang begitu tinggi dalam kehidupannya.
Selain itu, gaya hidup responden yang cenderung menjadi pengejar
modernitas fisik dengan kebiasaan mengkoleksi barang-barang mewah dan
bermerek terkenal serta memenuhi banyak keinginan spontan yang muncul akibat
ketertarikan berlebihan terhadap barang-barang mewah yang terus bermunculan di
pasaran membuat mereka tidak ingin untuk berganti pekerjaan atau melakukan
pekerjaan halal karena lebih berfokus pada banyaknya uang (hasil akhir) yang
bisa didapat dari pekerjaan seks komersial (PSK).
Perilaku yang ditunjukkan PSK di Gampong Peunayong dengan
melakukan operasi pada saat siang dan keseringannya malam hari. Siang hari PSK
mudah ditemui dengan cara melakukan perjanjian terlebih dahulu untuk bertemu
pada warung maupun kafe yang ditentukan, sedangkan malam harinya PSK
mangkal di warung-warung pinggir jalan, salon remang-remang. Mereka
melakukan transaksi lewat Handphone, baik itu dengan cara teleponan, SMS
maupun melalui sosial media.
Pendapatan paling banyak dari PSK dimiliki oleh PSK yang masih
muda. Karena mereka tergolong masih dalam rentang usia kerja yang produktif.
PSK yang sudah tua tidak lagi seproduktif saat mereka masih muda. Hal ini
sesuai dengan prinsip perilaku yang dikemukakan Miftah Toha (2010: 36),
bahwa manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak sama.
Para PSK sebagian besar tidak tinggal di rumah sendiri, mereka lebih
memilih menyewa rumah atau menyewa kamar (kos) demi kelancaran pekerjaan
10
yang mereka jalani. Artinya setiap PSK jauh dari keluarganya dan harus mampu
bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat yang ada di sekelilingnya.
Sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi (2006:53), yang menyatakan
bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari hubungan satu dengan yang lainnya, ia
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk mewujudkan perilaku sosial
diperlukan adanya interaksi sosial.Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
perilaku sosial PSK adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh pekerja seks
komersial yang berkaitan dengan faktor-faktor dan aspek-aspek sosial yang
meliputi perilaku dan interaksi.Syarat interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto
(2006: 58), adalah kontak dan komunikasi.
Kontak sosial secara konseptual dibagi menjadi dua yaitu kontak sosial
primer dan kontak sosial sekunder (Soerjono Soekanto, 2006: 59). Kontak sosial
primer terjadi apabila hubungan atau interaksi dilakukan tanpa menggunakan
perantara dengan kata lain langsung bertatap muka. Dalam penelitian ini kontak
terjadi antara PSK dengan PSK, PSK dengan pengguna jasa dan PSK dengan
masyarakat disekelilingnya.Sedangkan kontak sekunder terjadi apabila hubungan
atau interaksi dilakukan dengan menggunakan perantara atau handphone.
Setiap manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan
semuanya.Naluri ini merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling
mendasar untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya, seperti kebutuhan inklusi
dan kebutuhan kontrol. Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya dilaksanakan melalui suatu proses yang disebut interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok dalam masyarakat.
Interaksi ini bersifat dinamis atau selalu bergerak. Interaksi sosial harus
digunakan dengan adanya pendekatan terlebih dahulu, Pendekatan ini yang dapat
menghasilkan suatu tindakan dan membentuk suatu kelompok atau struktur yang
baik.Seperti halnya yang dilakukan oleh PSK, adanya struktur sosial yang terjalin
antara PSK dengan masyarakat disekelilingnya tergolong baik disebabkan oleh
interaksi yang telah dilakukan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitianyang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa yang melatar belakangi seseorang untuk menjadi PSK
berasal dari keluarga yang tidak mampu, namun dilain sisi banyak kebutuhan
yang harus dipenuhi seperti pakaian yang mewah, handphone dan lain
sebagainya demi untuk mempertahankan dan mewujudkan keingingan serta
kebutuhan kehidupan para PSK.
Gaya hidup pekerja seks komersial di Negeri Syariat Kota Banda Aceh
yaitu bersifat hedonis dengan menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan
hidup adalah tujuan utama dari kehidupan, adanya motif kemewahan yang
dibangun untuk mendapatkan meteri dengan cara yang singkat demi kehidupan
dimasa yang akan datang, serta kepuasan kebutuhan kehidupan glamor semata.
Keputusan seseorang untuk menjadi PSK yang berada di kawasan ini
11
selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, juga dipengaruhi oleh keadaan
dan lingkungan disekitarnya (sugestable). Seperti kepribadian yang lemah dan
skill yang kurang, sehingga muncul perasaan cepat meniru, adanya perasaan iri
terhadap teman sebaya yang statusnyasebagai PSK lebih sukses dalam bidang
ekonomi (model PSK yang telah sukses).
Interaksi sosial yang dilakukan oleh para PSK adanya terjalin hubungan
yang baik antara PSK dan masyarakat, namun lebih kepada individu-individu
yaitu saling tidak peduli urusan antara satu dan lainnya.Banyak juga para
tetangga atau masyarakat yang tidak mengetahui pekerjaan asli para
informan.Sebaliknya, tidak ada terjalin keharmonisan terhadap masyarakat yang
mengetahui, karena menurut masyarakat tersebut hadirnya PSKdi sekitaran
tempat tinggal mereka hanya membawa dampak buruk bagi lingkungan serta
keluarga mereka sendiri.
Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah didapat dari
hasilpenelitian diatas, dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Jurusan
Perlunya pemberian fasilitas konseling bagi perempuan (konseling
masyarakat), baik itu berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun
bentuk organisasi lainnya yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan.
2. Bagi Dinas Terkait
Perlu adanya berbagai upaya yang bersifat preventif dalam usaha
mengantisipasi faktor penyebab perempuan menjadi PSK.
3. Bagi Perempuan yang Menjadi PSK
Dilihat dari aspek psikologis, diharapkan bagi perempuan yang menjadi
PSK agar lebih memiliki pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan suatu
keputusan. Karena berdasarkan keputusan-keputusan tersebut yang nantinya
akan menentukan perjalanan hidup seseorang. Dapat menjaga hubungan baik
dengan keluarga, karena bagaimanapun juga keluarga memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan.Selain itu hendaknya para perempuan selalu
waspada terhadap pihak-pihak yang berusaha menjerumus-kan untuk menjadi
PSK.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Al Yasa’. 2013. Penerapan Syariat Islam di Aceh (Upaya Penyusunan
Fiqih dalam Negara Bangsa). Dinas Syariat Islam: Banda Aceh.
Featherstone, Mike. 2005. Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Hamdani, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Darussalam: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala.
Widyanto, Anton. 2013. Dilema Syariat di Negeri Syariat.Arraniry. Banda Aceh
12
Skripsi dan Majalah
Henderina. 2012. Wanita Pekerja Seks Komersial. Skripsi. UniversitasHasanudin
Makasar
Supelli, Karlina. 2003. Instanisasi dan Hedonisme” dalam Pesona, Edisi
November
Tabloid KONTRAS Nomor:526. Tahun XI 28 Januari – 3 Febuari 2010
Jurnal
Andartyastuti, dkk. 2015.Hubungan Antara Coping Strategy Dengan Subjective
Well-Being Pekerja Seks Komersial Di Kota Bandung. Jurnal LPPMUISBA Vol. LPPM-UISBA Vol. 5, No. 1
Hutabarat, D.B. 2004.Penyesuaian Diri Perempuan Pekerja
dalamKehidupan Sehari-hari.Arkhe.Vol 9. No 2. Halaman 70-81.
Seks
Sihombing.2011. Gambaran Kecemasan pada PSK di Bandung. Jurnal
Kedokteran Maranatha, Vol. 11, No. 1.
Yanti, Febri.2016. Dinamika Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis dan Perilaku
Seks Bebas PadaRemaja Putri.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling FKIP UnsyiahVolume 1 No. 1
Qanun
Qanun No. 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat
Qanun No. 8 Tahun 2014 tentang Pokok-Pokok Syariat
13
Download