rancang tindak global kedua untuk sumber daya genetik tanaman

advertisement
RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA
UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK
PANGAN DAN PERTANIAN
KOMISI
SUMBER DAYA
GENETIK
UNTUK PANGAN DAN
PERTANIAN
RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA
UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK
PANGAN DAN PERTANIAN
D I A D O P S I O L E H D E W A N F A O, R O M A, I T A L I A, 2 9 N O V E M B E R 2 0 1 1
Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian
Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa
FAO, 2011
Judul yang dipergunakan dan penyajian materi dalam produk
informasi ini bukan merupakan pernyataan opini apapun dari pihak
Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization of the United Nations/FAO)
yang berkenaan dengan status hukum dan pengembangan negara, teritori, kota atau wilayah atau kekuasaannya, atau
berkenaan dengan penetapan batas-batas wilayahnya. Penyebutan perusahaan atau produk
dari produsen tertentu, baik yang telah dipatenkan ataupun tidak,
bukan berarti bahwa perusahaan atau produk tersebut didukung atau direkomendasikan oleh FAO dalam hal preferensi
kepada orang lain, yang sifatnya serupa namun tidak disebutkan.
Pandangan yang dinyatakan dalam produk informasi ini adalah berasal dari penulis dan tidak
mencerminkan pandangan dari FAO.
ISBN 978-92-5-107163-2
All rights reserved. FAO mendorong reproduksi dan diseminasi materi dalam
produk informasi ini. Penggunaan non-komersial akan diberi wewenang secara gratis,
berdasarkan permintaan. Reproduksi untuk penjualan kembali atau tujuan komersial lainnya, mencakup
tujuan pendidikan, mungkin dikenakan biaya. Permohonan untuk ijin reproduksi atau
mendiseminasikan materi hak cipta FAO, dan seluruh pertanyaan mengenai hak dan lisensi,
dapat ditujukan melalui email kepada
[email protected] atau kepada the Chief, Publishing Policy and Support Branch, Office of
Knowledge Exchange, Research and Extension, FAO,
Viale delle Terme di Caracalla, 00153 Rome, Italy.
© FAO 2012
KATA PENGANTAR
Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian,
yang disiapkan di bawah pengawasan Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian,
diadopsi oleh Dewan FAO pada tanggal 29 November 2011. Dokumen ini merupakan pemutakhiran
dari Rancang Tindak Global untuk Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman
untuk Pangan dan Pertanian yang Berkelanjutan, yang diadopsi pada tahun 1996 pada Konferensi
Teknis Internasional Ke-4 mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman.
Rancang Tindak Global Kedua ini merupakan respon terhadap kebutuhan dan prioritas yang
diidentifikasi dari the Second Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food
and Agriculture, suatu penilaian tingkat global yang dipublikasikan oleh FAO pada tahun 2010.
Dokumen ini disiapkan melalui serangkaian konsultasi regional, dengan partisipasi 131 negara dan
perwakilan dari kelompok penelitian internasional, sektor swasta dan masyarakat umum.
Kebutuhan untuk mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan keanekaragaman tanaman
dunia merupakan hal yang semakin penting. Keanekaragaman tanaman merupakan pondasi dari
ketahanan pangan, di dunia yang menghadapi banyak tantangan ini. Lebih dari satu milyar orang
menderita kelaparan kronis dan kekurangan gizi, sementara populasi dunia diperkirakan mencapai 9.2
milyar pada tahun 2050. Untuk memenuhi kecukupan pangan, dibutuhkan peningkatan produksi
pertanian sebesar 60%. Pada waktu yang sama, sumber daya utama juga diancam oleh pemanasan
global dan perubahan iklim, alih fungsi lahan pertanian dan sumber daya air, dan degradasi
lingkungan. Hilangnya dan berkurangnya keanekaragaman genetik tanaman secara terus-menerus,
membuat kita dan generasi mendatang mengalami keterbatasan dalam beradaptasi terhadap perubahan
tersebut dan dalam menjamin ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi dan perdamaian dunia.
Rancang Tindak Global Kedua menjabarkan serangkaian rancang dan tindak prioritas yang disepakati
yang dapat melindungi portofolio kekayaan keanekaragaman sumber daya genetik, juga menjamin
aliran varietas unggul yang berkelanjutan, dengan memanfaatkan sifat yang telah diperbaiki untuk
menghasilkan pangan yang lebih berkualitas, dalam jumlah yang cukup. Hanya dengan cara demikian,
kita dapat menghilangkan kerawanan pangan dan kemiskinan. Kerjasama internasional menjadi
semakin penting dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Sangat penting bagi kita bersama-sama
memperluas dan memperdalam upaya dalam mengkonservasi dan memanfaatkan keanekaragaman
tanaman secara berkelanjutan.
Adopsi Rancang Tindak Global Kedua merupakan cerminan dari konsensus internasional, dan
merupakan saksi dari kemauan politik untuk mengidentifikasi dan melaksanakan prioritas yang
disepakati untuk mencapai tujuan tersebut. Rancang Tindak ini berperan penting dalam kerangka
kebijakan ketahanan pangan global, sebagai komponen pendukung dari Traktat Internasional
mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, sebagai kontribusi penting
untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium, dan implementasi dari Rencana Strategis
Keanekaragaman Hayati 2011-2020.
Kesulitan dalam situasi ekonomi dunia saat ini, mau tidak mau kita harus melanjutkan dan
meningkatkan investasi nasional dan internasional dalam prioritas dan program-program yang telah
disepakati Pemerintah dalam Rancang Tindak Global Kedua. Hal ini mengharuskan adanya
peningkatan substansi dari aktivitas yang tengah berlangsung, dan keterlibatan aktif dari organisasi
regional dan internasional, penyandang dana, peneliti, petani, komunitas lokal dan adat, sektor swasta
dan publik, masyarakat umum, dan lembaga pendidikan dan penelitian. Implementasi menyeluruh dari
Rancang Tindak Global Kedua akan memerlukan kerjasama antar negara dan regional, dan dukungan
yang saling menguntungkan antar sektor pertanian, lingkungan dan pangan.
Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat kita tunda, atau hanya sebagian saja kita terima, tanpa
menempatkan lingkungan bumi dalam resiko, terutama dengan pesatnya perubahan iklim, dan tanpa
menggadaikan masa depan anak-anak kita. Sejauh ini, terutama sejak Rancang Tindak Global Pertama
diadopsi, beberapa strategi terbukti dapat mengatasi banyak hambatan, saat didukung oleh kemauan
politik dan sumber daya keuangan yang mencukupi. Sumber daya genetik tanaman merupakan
perhatian utama dalam kemanusiaan, dan ditinjau dari segi pengelolaan ekonomi maupun moral, perlu
untuk mengkonservasi sumber daya baik yang telah melalui proses evolusi selama milyaran tahun
ataupun yang telah dikembangkan oleh petani selama ribuan generasi, serta memanfaatkan sumber
daya tersebut secara berkelanjutan dan menguntungkan, sehingga menjamin ketercukupan pangan
generasi mendatang.
FAO berkomitmen dalam implementasi Rancang Tindak Global Kedua. Saya menyerukan kepada
seluruh negara, secara bersama-sama, untuk menggunakan waktu saat ini, dan memperkuat investasi
kita dalam pengelolaan sumber daya genetik tanaman warisan dunia, dengan melaksanakan Rancang
Tindak Global dengan realistis, kebulatan tekad dan komitmen.
José Graziano da Silva
Direktur Jenderal
Organisasi Pangan dan Pertanian
Perserikatan Bangsa-bangsa
Ringkasan Eksekutif
1.
Sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian merupakan dasar biologis bagi
produksi pertanian dan ketahanan pangan dunia. Sumber daya ini merupakan bahan mentah paling
penting bagi petani, yang memeliharanya, dan untuk para pemulia tanaman. Keanekaragaman genetik
dalam sumber daya ini memungkinkan tanaman dan varietas dapat beradaptasi dalam kondisi yang
selalu berubah dan mengatasi masalah yang disebabkan oleh hama, penyakit dan cekaman abiotik.
Sumber daya genetik tanaman merupakan hal yang penting bagi keberlanjutan produksi pertanian.
Tidak ada inkompatibilitas yang melekat antara konservasi dan pemanfaatan dari sumber daya ini.
Pada kenyataannya, akan menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa kedua kegiatan ini saling
melengkapi satu sama lain. Konservasi, pemanfaatan yang berkelanjutan dan pembagian keuntungan
yang adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya genetik merupakan perhatian utama di tingkat
internasional. Hal ini merupakan tujuan dari Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik
Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, yang juga sejalan dengan Konvensi Keanekaragaman Hayati.
Dalam konteks adanya hak kedaulatan suatu negara terhadap sumber daya hayatinya dan
ketergantungan antar negara dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian,
Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian
merupakan manifestasi yang sesuai bagi masyarakat internasional untuk terus peduli dan bertanggung
jawab terhadap bidang ini.
2.
Selama 15 tahun terakhir, Rancang Tindak Global merupakan dokumen referensi utama bagi
upaya di tingkat nasional, regional dan global untuk mengkonservasi dan memanfaatkan sumber daya
genetik tanaman untuk pangan dan pertanian secara berkelanjutan dan untuk berbagi keuntungan
secara adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya tersebut. Sebagai bagian dari Sistem Global
FAO untuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumber daya genetik tanaman untuk
pangan dan pertanian, Rancang Tindak Global telah menjadi kunci utama bagi Komisi Sumber Daya
Genetik untuk Pangan dan Pertanian FAO untuk memenuhi mandat terhadap sumber daya genetik
tanaman. Rancang Tindak Global juga menyediakan referensi penting bagi sektor sumber daya genetik
lainnya. Rancang Tindak Global telah membantu pemerintah dalam memformulasikan strategi dan
kebijakan nasional dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Rancang Tindak
Global juga telah digunakan oleh komunitas internasional untuk menentukan prioritas di tingkat
global, untuk meningkatkan upaya koordinasi dan untuk menjalin sinergi antar pemangku kepentingan
dalam sumber daya genetik. Rancang Tindak Global telah terbukti dapat menjadi perangkat dalam
reorientasi dan penentuan prioritas kegiatan penelitian dan pengembangan bagi organisasi
internasional yang bergerak dalam bidang sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian.
3.
Adopsi Rancang Tindak Global oleh 150 negara pada tahun 1996 di Liepzig merupakan
tonggak dalam pengembangan pengaturan internasional bagi sumber daya genetik tanaman untuk
pangan dan pertanian. Hal tersebut merupakan kesuksesan dalam negosisasi bagi Traktat Internasional
mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian di bawah Komisi Sumber Daya
Genetik untuk Pangan dan Pertanian FAO.
4.
Sejak diadopsi, telah berkembang beberapa hal utama berkenaan dengan konservasi dan
pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, yang disebut dengan
pemutakhiran dari Rancang Tindak Global. Publikasi terkini the Second Report on the State of the
World’s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture telah menjadi pondasi yang kuat bagi
proses pemutakhiran ini. Dunia sedang menghadapi kerawanan pangan yang meningkat, tercermin
antara lain dari harga pangan yang tinggi dan mudah berubah. Perubahan iklim, peningkatan
urbanisasi, kebutuhan dalam pertanian yang lebih berkelanjutan serta kebutuhan untuk menjaga
keanekaragaman genetik tanaman dan meminimalisasi erosi genetik, yang semua itu memerlukan
perhatian lebih besar dalam konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan
dan pertanian. Pada waktu yang sama, ada beberapa kesempatan baru yang penting yang dapat
meningkatkan pengelolaan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, termasuk
ketersediaan komunikasi dan teknologi informasi yang canggih dan luas, seperti halnya adanya
kemajuan bioteknologi yang pesat dan pengembangan bioproduk yang berasal dari pertanian.
Selanjutnya, kebijakan lingkungan telah berubah pesat selama 15 tahun terakhir, terutama dengan
masuknya Traktat Internasional mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan
Pertanian, dan yang lain diantaranya Protokol Kartagena dalam Keamanan Hayati serta adopsi
Rencana Strategis Keanekaragaman Hayati 2011-2020 dan Protokol Nagoya mengenai Akses terhadap
Sumber daya Genetik serta Pembagian Keuntungan yang Adil dan Merata dari Pemanfaatannya.
Dunia juga telah melihat adanya komitmen baru dalam pertanian dan termasuk kegiatan penelitian dan
pengembangan. Pemutakhiran Rancang Tindak Global diperlukan sebagai respon dan cerminan dari
perkembangan yang ada.
5.
Rancang Tindak Global Kedua membahas tantangan dan peluang baru dalam 18 Kegiatan
Prioritas. The Second Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and
Agriculture, serangkaian pertemuan konsultasi regional, dan masukan dari para ahli dunia merupakan
masukan yang diperlukan untuk membuat Rancang Tindak Global saat ini, masa depan dan yang
relevan dengan sudut pandang dan prioritas di tingkat global, regional dan nasional. Pemutakhiran
Rancang Tindak Global juga memperkuat perannya sebagai komponen pendukung bagi Traktat
Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian.
6.
Berdasarkan berbagai masukan di atas, memungkinkan untuk meringkas jumlah Kegiatan
Prioritas, dari 20 menjadi 18. Peringkasan tersebut meliputi penggabungan Kegiatan Prioritas 5 dan 8
yang lama (Mempertahankan koleksi ex situ yang ada dan Memperluas kegiatan konservasi ex situ)
menjadi Kegiatan Prioritas 6 yang baru, Mempertahankan dan memperluas konservasi ex situ plasma
nutfah. Kegiatan prioritas 12 yang lama (Mempromosikan pengembangan dan komersialisasi tanaman
dan spesies yang kurang dimanfaatkan) dan 14 yang lama (Pengembangan pasar baru untuk varietas
lokal dan produk kaya-diversitas) digabung menjadi Kegiatan Prioritas 11 yang baru, Mempromosikan
pengembangan dan komersialisasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies
yang kurang dimanfaatkan.
7.
Sebagai tambahan, fokus dari sejumlah Kegiatan Prioritas juga telah disesuaikan sehingga
dapat mengakomodasi definisi prioritas baru. Rancang Tindak Global Kedua memberikan penekanan
dan visibilitas lebih untuk pemuliaan, seperti yang tercermin dalam Kegiatan Prioritas 9, Mendukung
pemuliaan tanaman, pengkayaan genetik dan upaya perluasan latar belakang genetik. Suatu upaya
juga telah dilakukan, berdasarkan panduan dari konsultasi regional, untuk menyederhanakan dan
memperjelas dokumen ini.
DAFTAR ISI
Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan
Pertanian
Paragraf
Pendahuluan
1–23
Perlunya konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk
pangan dan pertanian yang berkelanjutan
Sejarah Rancang Tindak Global
Implementasi Rancang Tindak Global
Rasional Rancang Tindak Global
Tujuan dan strategi Rancang Tindak Global Kedua
Struktur dan organisasi Rancang Tindak Global Kedua
Kegiatan Prioritas
Konservasi In Situ dan Pengelolaannya
24–89
1. Survai dan inventori sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan
pertanian
2. Mendukung pengelolaan dan perbaikan sumber daya genetik tanaman
untuk pangan dan pertanian secara lekat-lahan
3. Membantu petani dalam situasi bencana untuk memulihkan sistem
pertanian
4. Mempromosikan konservasi dan pengelolaan secara in situ kerabat liar
tanaman dan tanaman pangan liar
Konservasi Ex Situ
90–141
5. Mendukung target pengkoleksian sumber daya genetik tanaman untuk
pangan dan pertanian
6. Mempertahankan dan memperluas konservasi ex situ plasma nutfah
7. Meregenerasikan dan memperbanyak aksesi secara ex situ
Pemanfaatan yang Berkelanjutan
8. Memperluas karakterisasi, evaluasi, dan pengembangan kelompok
koleksi khusus untuk memfasilitasi pemanfaatannya
9. Mendukung pemuliaan tanaman, pengkayaan genetik dan upaya
142–212
perluasan latar belakang genetik
10. Mempromosikan diversifikasi produksi pertanian dan perluasan
keanekaragaman tanaman untuk pertanian berkelanjutan
11. Mempromosikan pengembangan dan komersialiasi semua varietas,
terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan
12. Mendukung produksi dan distribusi benih
Pembangunan Kapasitas Lembaga dan Sumber Daya Manusia yang
Berkelanjutan
213–312
13. Membangun dan memperkuat program nasional
14. Mempromosikan dan memperkuat jejaring kerja sumber daya genetik
tanaman untuk pangan dan pertanian
15. Membangun dan memperkuat sistem informasi yang komprehensif
untuk sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian
16. Mengembangkan dan memperkuat sistem pengawasan dan
pemeliharaan keanekaragaman genetik dan pengurangan erosi genetik
sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian
17. Membangun dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia
18. Mempromosikan dan memperkuat kesadaran masyarakat tentang
pentingnya sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian
Implementasi dan Pendanaan Rancang Tindak Global Kedua
Daftar akronim dan singkatan
313–322
Pendahuluan
Perlunya konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan
pertanian yang berkelanjutan
1. Pertanian di abad 20 akan menghadapi banyak tantangan baru. Produksi dan pangan serat harus
ditingkatkan secara drastis untuk dapat memenuhi kebutuhan populasi yang terus tumbuh dan modern
dengan proporsi makin sedikit tenaga pedesaan. Perubahan kebiasaan dan pola makan juga akan
merubah sistem produksi tanaman dan ternak. Dihadapkan dengan ketahanan pangan global, energi
dan kebutuhan pembangunan yang berkelanjutan, negara harus dapat menjawab tantangan dan
kesempatan dalam produksi dan pemanfaatan biofuel. Di beberapa tempat di dunia, pengaruh
perubahan iklim juga memerlukan perubahan dalam kemampuan adaptasi dari banyak jenis tanaman
dan hijauan pakan, juga peningkatan ketergantungan antar negara dalam sumber daya genetik tanaman
untuk pangan dan pertanian (SDGTPP)/plant genetic resources for food and agriculture (PGRFA).
Perubahan iklim juga menyebabkan perubahan praktek dan areal produksi dan kemunculan hama dan
penyakit pada tanaman dan ternak. Pertanian perlu terus mengurangi dampak negatifnya terhadap
lingkungan dan keanekaragaman hayati serta untuk dapat mengadopsi praktek produksi yang efisien
dan berkelanjutan. Alih fungsi lahan akan membatasi area yang tersedia untuk pertanian dan
meningkatkan tekanan pada populasi kerabat liar tanaman (KLT)/crop wild relatives (CWR) dan
tanaman pangan liar.
2. SDGTPP mendukung kemampuan pertanian untuk mengatasi perubahan, baik lingkungan maupun
sosial ekonomi. Oleh karenanya SDGTPP harus berperan makin penting dalam menjamin perbaikan
secara berkelanjutan dalam produksi dan produktivitas pertanian, tidak hanya dengan menyediakan
gen baru untuk perbaikan varietas tanaman, namun juga berkontribusi dalam fungsi agro ekosistem
yang efektif dan pengembangan bioproduk. Di banyak wilayah pedesaan di dunia, SDGTPP
merupakan komponen penting sebagai strategi mata pencaharian masyarakat adat dan lokal.
Sejarah Rancang Tindak Global
3. Rancang Tindak Global (RTG)/Global Plan of Action (GPA) untuk Konservasi dan Pemanfaatan
Berkelanjutan SDGTPP diadopsi secara resmi pada tahun 1996 oleh perwakilan dari 150 negara
selama Konferensi Teknis Internasional Keempat mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman di
Liepzig, Jerman. Dalam konferensi tersebut juga diadopsi Deklarasi Liepzig, yang menggarisbawahi
pentingnya SDGTPP untuk ketahanan pangan dunia dan komitmen seluruh negara untuk
mengimplementasikan RTG. Lebih dari 150 negara, juga sektor publik dan swasta, berpartisipasi aktif
dalam menyiapkan RTG. FAO sendiri berkomitmen untuk memfasilitasi dan memantau implementasi
RTG, di bawah bimbingan Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian (Komisi)/the
Commission on Genetic Resources for Food and Agriculture (the Commission) antar negara sebagai
bagian dari Sistem Global FAO untuk Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman.
4. Pada Sesi Reguler Kedelapan di tahun 1999, Komisi tersebut menegaskan kembali bahwa FAO
seyogyanya menilai secara periodik status SDGTPP dunia untuk memfasilitasi analisis perubahan
dalam gap dan kebutuhan serta untuk berkontribusi dalam proses pemutakhiran RTG yang sedang
bergulir. Pada Sesi Reguler Kesepuluh di tahun 2004, Komisi sepakat untuk menerapkan pendekatan
baru dalam pemantauan implementasi RTG berdasarkan indikator-indikator yang disepakati secara
internasional, yang menyebabkan pembentukan Mekanisme Berbagi Informasi Nasional
(MBIN)/National Information Sharing Mechanisms (NISMs). Pada Sesi Reguler Keduabelas di tahun
2009, Komisi sebagai otoritas penilai dari sektor tersebut mendukung the Second Report on the State
of the World’s PGRFA (Second Report) dan meminta FAO untuk melakukan pemutakhiran RTG,
terutama berdasarkan Second Report, dan, khususnya, untuk gap dan kebutuhan yang teridentifikasi,
mempertimbangkan kontribusi lebih lanjut dari para pemerintah dan juga masukan yang diperoleh dari
pertemuan dan konsultasi regional. Komisi memutuskan bahwa RTG Kedua akan dipertimbangkan
dalam Sesi Reguler Ketigabelas.
5. Pada tahun 2001, Konferensi FAO mengadopsi Traktat Internasional mengenai Sumber Daya
Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (Traktat Internasional)/the International Treaty on
Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (the International Treaty), yang pada Pasal 14
mengakui RTG sebagai komponen pendukung. Pada tahun 2006, Badan Pengatur Traktat
Internasional memutuskan bahwa prioritas dalam RTG juga merupakan prioritas dalam Strategi
Pendanaan Traktat Internasional. Pada tahun 2009, Badan Pengatur memperhatikan kebutuhan untuk
meyakinkan kerjasama yang erat antara dirinya sendiri dan Komisi berkenaan dengan RTG dan
meminta Komisi, untuk memperbaiki RTG, dan mempertimbangkan isu khusus yang relevan dengan
Traktat Internasional dan untuk menunjukkan secara memadai ketentuan dari Traktat Internasional
dalam RTG Kedua.
Implementasi Rancang Tindak Global
6. Sejak formulasi RTG pertama, yang berdasarkan banyak informasi yang diperoleh selama proses
penyiapan the First Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and
Agriculture pada awal tahun 1990-an, kemajuan yang cukup besar telah dihasilkan dari implementasi
RTG di seluruh dunia. Hampir 20 persen lebih aksesi dikonservasi dalam bank gen yang tersebar di
dunia dibandingkan pada tahun 1996, dan mencapai 7.4 milyar di tahun 2010. Lebih dari 240 000
sampel baru telah dikoleksi dan ditambahkan dalam koleksi ex situ. Ada sebanyak 1 750 bank gen
diidentifikasi pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun 1996 yang hanya sekitar 1 450. Jumlah kebun
raya juga meningkat dari 1 500 pada tahun 1996 menjadi lebih dari 2 500 di tahun 2010. Jumlah
program SDGTPP nasional juga meningkat, seringkali dengan partisipasi pemangku kepentingan yang
lebih luas. Banyak negara sekarang telah mengadopsi atau merevisi peraturan nasional berkenaan
dengan SDGTPP dan sistem perbenihan. Aplikasi bioteknologi tanaman modern dalam konservasi dan
pemanfaatan SDGTPP juga terus tumbuh. Petani juga meningkat partisipasinya dalam program
pemuliaan, dan konservasi serta pemanfaatan KLT dan landrace juga meningkat. Peran penting
informasi dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP serta kemajuan teknologi di bidang ini
dicerminkan pada upaya perbaikan pengelolaan informasi di tingkat nasional, regional dan global.
7. Secara keseluruhan, kegiatan internasional dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan
SDGTPP telah meningkat. Traktat Internasional telah menyusun Strategi Pendanaan dengan kegiatan
RTG yang sedang bergulir sebagai prioritas. Banyak program dan jejaring kerja tanaman regional baru
yang terbentuk, yang sebagian besar merupakan respon terhadap kegiatan prioritas dalam RTG.
Jejaring kerja memegang peranan penting dalam mempromosikan kerjasama, berbagi pengetahuan,
informasi dan ide-ide, pertukaran plasma nutfah dan kolaborasi penelitian dan kegiatan lainnya.
Inisiatif, seperti the Global Crop Diversity Trust (the Trust), yang mempromosikan dan mendukung
konservasi ex situ secara lebih rasional khususnya untuk tanaman-tanaman yang termasuk dalam
Sistem Multilateral dalam Akses dan Pembagian Keuntungan (Sistem Multilateral)/Multilateral
System of Access and Benefit Sharing (Multilateral System) dari Traktat Internasional (Lampiran I),
dibangun atas dasar tipe jejaring kerja tersebut. Jejaring kerja internasional dalam koleksi ex situ
tanaman utama memegang peran penting dalam negoisasi dalam Traktat Internasional. Koleksikoleksi ini terus memperkuat tulang punggung Sistem Global FAO dalam Konservasi dan
Pemanfaatan Berkelanjutan SDGTPP. The Svalbard Global Seed Vault sekarang menyediakan
pengamanan tambahan bagi koleksi ex situ yang telah ada. selanjutnya, pengembangan portal global
mengenai data tingkat aksesi dan peluncuran sistem pengelolaan informasi bank gen yang canggih
merupakan tahap tambahan yang penting menuju penguatan dan pengoperasian yang lebih efektif dari
sistem global konservasi ex situ. Untuk melengkapi ini semua adalah pembentukan MBIN di lebih dari
65 negara untuk memfasilitasi akses terhadap informasi yang revelan, memonitor implementasi RTG
dan memperkuat proses pengambilan keputusan nasional serta kolaborasi antar pemangku
kepentingan. The Global Partnership Initiative on Plant Breeding Capacity Building (GIPB)
merupakan perwujudan dari upaya untuk mengisi gap yang penting dalam program nasional dengan
mengkaitkan konservasi SDGTPP dengan pemanfaatannya dalam perbaikan tanaman. Sebagai
tambahan, Mekanisme Fasilitatif RTG mengidentifikasi dan menyebarkan informasi mengenai
peluang pendanaan untuk semua kegiatan prioritas.
Rasional Rancang Tindak Global Kedua
8. Sejak RTG diformulasikan dan diadopsi, sejumlah perubahan mendasar telah terjadi dalam
konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, menyebabkan adanya tantangan dan kesempatan baru.
Pengembangan ini, yang telah diperhatikan dalam Second Report dan menonjol dalam diskusi di
konsultasi dan pertemuan regional, memberikan justifikasi dan rasional untuk pemutakhiran RTG.
9. Diantisipasi bahwa beberapa perkembangan dan kecenderungan dalam pertanian berikut ini
akan berdampak signifikan bagi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP:
a) Di banyak negara maju di dunia, sebagian besar pangan dipasok oleh sistem produksi pangan
yang terindustrialisasi, yang dikendalikan oleh permintaan kuat dari konsumen akan pangan
murah yang seragam dan berkualitas. Varietas tanaman dimuliakan untuk memenuhi
permintaan sistem tersebut dengan standar pasar yang ketat, yang seringkali berasal dari
tanaman sejenis dan sistem produksi monokultur, namun juga harus memiliki ketahanan
biotik, berkualitas nutrisinya dan stabil hasilnya. Pengembangan ini telah mempercepat
penurunan keanekaragaman genetik dan spesies di lahan petani.
b) Di negara berkembang, sebagian pangan masih diproduksi dengan sedikit, input kimia dan
kelebihan produksi pangan dari pertanian subsisten atau pekarangan dijual secara lokal. Jutaan
petani gurem di dunia tergantung pada SDGTPP lokal yang tersedia untuk mata pencaharian
dan kesejahteraannya.
c) Urbanisasi terus meningkat dan diperkirakan akan ada lebih dari 70 persen populasi dunia
yang hidup di kota pada tahun 2050 dibandingkan dengan saat ini yang hanya 50 persen.
Tingkat pendapatan diperkirakan terus naik sampai beberapa kali dari sekarang.1 Meskipun
demikian, kesenjangan pendapatan antara kaya dan miskin akan tetap sangat tinggi.
d) Telah ada peningkatan besar dalam perdagangan benih internasional, yang didominasi oleh
sedikit perusahaan benih multinasional yang besar.
e) Produksi dan pemasaran yang terus meningkat dari varietas produk rekayasa genetika untuk
beberapa tanaman yang terus bertambah, erat terkait dengan poin sebelumnya dan
memerlukan pemantauan yang ketat oleh komunitas sumber daya genetik.
f) Sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan nasional, akan ada peningkatan implementasi dari
Pasal 9 Traktat Internasional yaitu tentang Hak Petani dan pentingnya peran petani dalam
konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari SDGTPP.
10. Perubahan Iklim adalah ancaman tiba-tiba dan tidak terprediksi sebelumnya bagi mata
pencaharian dan ketahanan pangan dan akan menjadi penghalang utama untuk mencapai 70 persen
peningkatan produksi pangan global yang diperlukan di tahun 2050. Beberapa elemen strategis berikut
diperlukan untuk menjaga SDGTPP dan memanfaatkannya secara optimal untuk membantu mengatasi
perubahan iklim:
1

Perhatian lebih besar pada konservasi in situ dari populasi yang secara genetik sangat
beragam, khususnya KLT, sehingga evolusi tetap berjalan dan menjadikan generasi berikutnya
bersifat adaptif;

Program perluasan yang signifikan pada konservasi ex situ, khususnya KLT, untuk
memastikan pemeliharaan keanekaragaman spesies, populasi dan varietas, termasuk di
dalamnya yang adaptif terhadap kondisi ekstrem dan yang berasal dari daerah yang
diperkirakan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim;

Peningkatan penelitian dan perbaikan ketersediaan informasi tentang karakteristik material
yang dikonservasi secara ex situ yang akan bermanfaat bagi kondisi iklim baru;
FAO. 2009. How to feed the world in 2050.
http://www.fao.org/fileadmin/templates/wsfs/docs/expert_paper/How_to_Feed_the_World_in_2050.pdf

Peningkatan dukungan untuk akses dan perpindahan SDGTPP untuk memenuhi
ketergantungan yang makin besar antar negara akibat adanya kondisi lingkungan yang baru;

Dukungan yang lebih untuk pembangunan kapasitas dalam pemuliaan tanaman dan
pengelolaan sistem perbenihan yang akan membuat pemanfaatan SDGTPP menjadi efektif
dan berkelanjutan;

Peningkatan keterlibatan yang terencana dari petani dan kelompok tani di tingkat nasional dan
kegiatan perbaikan tanaman lokal, termasuk dukungan untuk penelitian dan pemuliaan
tanaman secara partisipatif.
11. Selama 15 tahun terakhir, telah tersedia banyak informasi mengenai tingkat dan sifat dari erosi dan
kerapuhan genetik SDGTPP. Erosi genetik dilaporkan terus berlanjut di banyak wilayah di dunia dan
kerapuhan genetik dari beberapa tanaman terus bertambah. Penyebab utama erosi diantaranya adalah
penggantian varietas petani/landrace, pembukaan lahan, eksploitasi yang berlebihan, berkurangnya
ketersediaan air, tekanan populasi, perubahan pola makan, degradasi lingkungan, perubahan sistem
pertanian, penggembalaan ternak yang berlebihan, kebijakan dan perundang-undangan, hama,
penyakit dan gulma. Perubahan dalam sektor perbenihan dan metode produksi juga berdampak pada
kerapuhan tanaman. Kerapuhan ini terjadi khususnya pada spesies yang kurang termanfaatkan yang
tidak banyak didukung penelitiannya, pemuliaannya dan/atau pengembangan pasarnya, dan juga
secara signifikan terus diabaikan oleh petani. Padahal spesies ini memiliki potensi yang besar dalam
konteks perubahan iklim, eko-pertanian, keanekaragaman pangan dan keberlanjutan sistem produksi
pertanian.
12. Banyak kemajuan dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi selama 15
tahun terakhir yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Kemajuan paling penting
adalah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)/Information and
Communication Technologies (ICT), mencakup Internet dan telepon seluler, pengelolaan dan analisis
informasi dan perkembangan dalam biologi molekuler.
a)
Pengelolaan informasi dan pertukaran teknologi telah berkembang pesat selama 15 tahun
terakhir. Akses terhadap informasi terbuka lebih besar sama halnya dengan meningkatnya
kemampuan analisis bagi para pekerja sumber daya genetik. Perkembangan selanjutnya
mencakup sistem informasi geografis (SIG)/Geographic Information System (GIS) dan metode
berbasis satelit seperti Global Positioning System (GPS) dan pengideraan jauh, yang
memungkinkan data SDGTPP dapat digabungkan dengan berbagai data lainnya dalam rangka
untuk menentukan lokasi spesifik dari keanekaragaman atau untuk mengidentifikasi materi dari
habitat tertentu.
b)
Kemajuan terkini dalam molekuler dan metode genomik saat ini telah memiliki dampak
besar pada bidang utama implementasi RTG. Metode ini memungkinkan diperolehnya
informasi tambahan dan jauh lebih detail mengenai tingkat dan distribusi keanekaragaman
genetik, yang dapat digunakan dalam pengembangan strategi konservasi dan pemanfaatan
SDGTPP. Di samping itu, teknologi yang telah diperbaiki untuk identifikasi dan transfer gen
antara yang terkait maupun tidak terkait spesiesnya, membuka cakrawala baru dalam
eksploitasi keragaman genetik.
c)
Sementara selama dekade terakhir, perkembangan yang relatif sedikit terjadi pada praktek dan
prosedur konservasi ex situ, informasi dan perangkat molekuler baru berpotensi dalam
menjadikan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP lebih efektif dan efisien. Banyak kegiatan
konservasi telah dilakukan secara in situ, baik untuk KLT dan tanaman pangan liar, dan pada
tingkat yang lebih besar, konservasi lekat-lahan. Pengalaman yang terkumpul dan pengetahuan
yang tercipta menghasilkan pengakuan pentingnya integrasi, pendekatan multidisiplin, di mana
petani dan masyarakat lokal dan adat menjadi bagian utamanya dan mata pencaharian serta
prespektif kesejahteraan tercermin penuh.
13. Telah ada pengembangan kebijakan utama terkait dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP.
Hal ini mencakup diadopsinya Program Kerja Keanekaragaman Pertanian oleh Konferensi Pihak-
pihak Konvensi Keanekaragaman Hayati (KKH)/the Convention on Biological Diversity (CBD) di
tahun 2000, adopsi Tujuan Pembangunan Milenium di tahun 2000, pembentukan Strategi Global
untuk Konservasi Tanaman di tahun 2002, pembentukan the Global Crop Diversity Trust di tahun
2004 dan adopsi oleh Komisi dalam Multi-Year Programme of Work (MYPOW), yang mencakup
kegiatan substansial dalam SDGTPP, di tahun 2007.
14. Tidak diragukan, perkembangan paling penting adalah berlakunya Traktat Internasional di tahun
2004. Pasal 14 dari Traktat mengakui pentingnya RTG yang sedang berjalan dan komitmen Para Pihak
untuk mempromosikan implementasi yang efektif, mencakup aksi secara nasional dan bila sesuai,
kerjasama internasional untuk menyediakan kerangka kerja yang koheren, antara satu dengan yang
lainnya, dalam pembangunan kapasitas, transfer teknologi dan pertukaran informasi, dengan
mempertimbangkan ketentuan dalam pembagian-keuntungan dalam Sistem Multilateral. Para Pihak
juga mengakui bahwa kemampuan - khususnya oleh negara berkembang dan negara yang bertransisi
ekonomi – untuk mengimplementasikan kegiatan prioritas, rencana dan program dalam SDGTPP,
melaksanakan RTG, akan sangat tergantung pada implementasi yang efektif dari Pasal 6 (Pemanfaatan
yang berkelanjutan dari SDGTPP) dan 13 (Pembagian-keuntungan dalam Sistem Multilateral) dan
Strategi Pendanaan dalam Pasal 18. Kerangka kerja RTG telah digunakan oleh Badan Pengatur dari
Traktat Internasional dalam menyusun prioritas dari Sumber dana Pembagian-keuntungan untuk
memungkinkan pemanfaatan strategi tersebut dalam mengkatalisasi konservasi dan pemanfaatan
keberlanjutan SDGTPP. RTG Kedua akan menjadi sumber penting untuk mengidentifikasi prioritas di
masa yang akan datang.
15. Pada pertemuan kesepuluh di tahun 2010, Konferensi dari Pihak-pihak KKH mengadopsi Rencana
Strategis untuk Keanekaragaman Hayati selama periode 2011-2010, dengan 20 Target. Target 13
“Target Keanekaragaman Hayati Aichi” adalah tujuan utama berkaitan dengan keanekaragaman
genetik: “Di tahun 2020, keanekaragaman genetik dari tanaman yang dibudidayakan dan hewan yang
diternakkan beserta kerabat liarnya, termasuk sosial-ekonomi lainnya seperti spesies yang bernilai
secara adat, dipelihara, dan strategi telah dikembangkan dan diimplementasikan untuk meminimalisasi
erosi genetik dan menjaga keanekaragaman genetiknya.” Sejumlah target lainnya juga terkait dengan
konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari sumber daya genetik tanaman.2 RTG Kedua memiliki
tujuan untuk berkontribusi secara signifikan terhadap pencapaian target-target ini. Kegiatan telah
diinisiasi pada indikator internasional terkait dengan target-target ini. Protokol Nagoya mengenai
Akses terhadap Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Merata dari
Pemanfaatannya, yang diadopsi di tahun 2010, jika iya, dan bila berlaku, juga memiliki implikasi
terhadap akses dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman tertentu.
16. RTG memberi mandat kepada Komisi untuk mengembangkan prosedur dalam meninjau kembali
RTG. Peninjauan kembali tersebut harus mengikuti kemajuan yang tercapai di tingkat nasional,
regional, dan internasional dalam implementasi, elaborasi dan penyesuaian yang diperlukan, dari
RTG, sehingga menjadikannya rencana “berjalan” seperti yang direkomendasikan dalam Agenda 21.
2
Termasuk Target 2 (Di tahun 2020, selambat-lambatnya, nilai keanekaragaman hayati telah diintegrasikan ke dalam
pembangunan lokal dan nasional dan strategi pengurangan kelaparan dan proses perencanaan diinkorporasikan ke dalam
akunting nasional yang sesuai, dan sistem pelaporan), Target 5 (Di tahun 2020, tingkat kehilangan seluruh habitat alami ,
termasuk hutan, berkurang setidaknya separuhnya dan jika memungkinkan mendekati nol, dan degradasi serta fragmentasi
berkurang secara signifikan), Target 6 (Di tahun 2020 seluruh ikan dan invertebrata serta tanaman perairan dikelola dan
dipanen secara berkelanjutan, secara legal dan menggunakan pendekatan berbasis ekosistem, sehingga penangkapan ikan
yang berlebihan terhindari, pemulihan tanaman untuk semua spesies yang punah, perikanan tidak memiliki dampak yang
signifikan terhadap spesies yang terancam dan ekosistem yang rapuh dan dampak perikanan terhadap stocks, spesies dan
ekosistem masih dalam batas ekologi yang aman), Target 7 (Di tahun 2020 wilayah di bawah pertanian, akuakultur dan
kehutanan dikelola secara berkelanjutan, yang menjamin konservasi dari keanekaragaman hayatinya), Target 11 (Di tahun
2020, setidaknya 17 persen daratan dan perairan darat, dan 10 persen wilayah perairan dan lautan, khususnya wilayah yang
penting bagi keanekaragaman hayati dan ekosistem, dikonservasi secara efektif dan dikelola secara adil, representatif secara
ekologi dan memiliki hubungan sistem yang baik dengan kawasan lindung dan wilayah berbasis konservasi lainnya, serta
terintegrasi ke dalam landskap dan bentang laut yang lebih luas), Target 12 (Di tahun 2020 kepunahan dari spesies terancam
yang dikenali telah dicegah dan status konservasinya, khususnya yang paling banyak menurun, telah diperbaiki dan
diteruskan), Target 18 (Di tahun 2020, pengetahuan tradisional, inovasi dan praktik dari komunitas lokal dan adat yang
relevan dengan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari keanekaragaman hayati, dan penggunaan mereka terhadap
sumber daya hayati, dihormati, tunduk pada perundang-undangan nasional dan relevan dengan kewajiban internasional, dan
terintegrasi penuh serta tercermin dalam implementasi Konvensi dengan partisipasi aktif dan penuh dari masyarakat lokal dan
adat di semua tingkat).
Tujuan dan Strategi Rancang Tindak Global Kedua
17. Pada Sesi Reguler Keduabelas di tahun 2009, Komisi merekomendasikan bahwa RTG Kedua
harus fokus, untuk membantu penentuan prioritas, termasuk identifikasi prioritas untuk Strategi
Pendanaan dari Traktat Internasional. RTG Kedua didasarkan pada tujuan dan prinsip yang dinyatakan
secara ringkas dan jelas termasuk strategi dan informasi dari setiap kegiatan prioritas.
18. Tujuan utama dari RTG Kedua, seperti yang disepakati oleh Komisi pada Sesi Reguler
Ketigabelas dan diterima oleh Dewan FAO pada Sesi ke-143 di tahun 2011, yaitu:
a) untuk memperkuat implementasi Traktat Internasional;
b) untuk menjamin konservasi SDGTPP sebagai dasar ketahanan pangan, keberlanjutan
pertanian dan pengurangan kemiskinan dengan menyediakan pondasi bagi pemanfaatan di
masa kini dan yang akan datang;
c) untuk mempromosikan pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP, dalam rangka
mempercepat pembangunan ekonomi dan untuk mengurangi kelaparan dan kemiskinan,
khususnya di negara berkembang, juga untuk menyediakan pilihan bagi adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim, menjawab perubahan global dan respon terhadap pangan, pakan, dan
kebutuhan lainnya;
d) untuk mempromosikan pertukaran SDGTPP dan pembagian keuntungan yang adil dan merata
dari pemanfaatannya;
e) untuk membantu negara-negara, jika sesuai dan tunduk pada perundang-undangan
nasionalnya, untuk mengambil tindakan dalam melindungi dan mempromosikan Hak Petani,
seperti yang tercantum dalam Pasal 9 dari Traktat Internasional;
f) untuk membantu negara-negara, region-region, Badan Pengatur dari Traktat Internasional dan
lembaga lainnya yang bertanggung jawab kepada konservasi dan pemanfaatan SDGTPP untuk
mengidentifikasi aksi prioritas;
g) untuk menyusun dan memperkuat program nasional, untuk meningkatkan kerjasama regional
dan internasional, termasuk penelitian, pendidikan dan pelatihan dalam konservasi dan
pemanfaatan SDGTPP dan untuk memperkuat kapasitas lembaga;
h) untuk mempromosikan berbagi informasi mengenai SDGTPP antar dan di dalam region dan
negara;
i)
untuk menyusun dasar konseptual untuk pembangunan dan adopsi kebijakan dan legislasi
nasional, yang sesuai, untuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP;
j)
untuk mengurangi duplikasi aksi yang tidak diinginkan dan tidak diperlukan dalam rangka
mempromosikan efisiensi dan efektivitas biaya pada upaya global untuk konservasi dan
pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP.
19. RTG didasarkan pada kenyataan bahwa antar negara saling tergantung akan SDGTPP dan oleh
karenanya kerjasama regional dan internasional diperlukan untuk mencapai tujuan RTG secara efektif
dan efisien. Dalam konteks ini, RTG telah mengembangkan suatu strategi kerangka kerja yang luas
yang terdiri dari tujuh aspek dasar yang saling terkait:
a) Sejumlah SDGTPP yang besar dan penting, yang vital bagi ketahanan pangan dunia, disimpan
secara ex situ. Walaupun penanganan sumber daya genetik di dalam bank gen dan jejaringnya
mengikuti prosedur yang mapan di banyak negara, banyak dari koleksi yang ada memerlukan
pengembangan lebih lanjut dan penguatan. Mengamankan kondisi penyimpanan untuk materi
genetik yang telah dikoleksi dan melaksanakan regenerasi serta pengamanan duplikatnya
adalah kunci strategis elemen dari RTG. Secara umum, diperlukan penyusunan prosedur
operasional standar untuk seluruh operasional rutin dari bank gen.
b) Mengaitkan konservasi dengan pemanfaatan dan mengidentifikasi serta mengatasi hambatanhambatan dalam penerapan lebih luas dari konservasi SDGTPP adalah penting jika
keuntungan maksimal ingin diperoleh dari upaya konservasi. Pengelolaan informasi yang
efektif, termasuk berbagi informasi yang relevan secara luas dengan pengguna dengan
mengambil keuntungan penuh dari adanya kemajuan teknologi informasi, akan menjadi
prasyarat penting untuk mencapai tujuan ini. Hal ini akan meningkat termasuk informasi
molekuler dan genomik yang mana perlu untuk dikaitkan, dan dianalisis bersama dengan data
karakterisasi dan evaluasi dari karakter morfologi dan agronomi yang dikelola di dalam
database bank gen.
c) Memperkuat kapasitas di semua tingkat adalah kunci strategis dalam mendukung kegiatan
individual dalam RTG. RTG berusaha untuk mempromosikan pemanfaatan yang pragmatis
dan efisien dan pengembangan lembaga, kerjasama sumber daya manusia, dan mekanisme
pendanaan antara lain dengan memperkuat mobilitas sumber daya manusia dan finansial
sebagai kontribusi kepada pembentukan sistem global sesungguhnya dari SDGTPP. Lebih
lanjut, diperlukan penguatan hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi inovasi dan
aplikasinya untuk konservasi dan pemanfaatan SDGTPP.
d) Memperkuat upaya, dan kerjasama antara, pemulia sektor publik dan swasta untuk
mengkonservasi dan memanfaatkan SDGTPP adalah hal yang penting. Sebagai tambahan,
seleksi dan pemuliaan partisipatif, juga penelitian partisipatif secara umum, dengan petani
dan komunitas petani, perlu untuk diperkuat dan diakui secara luas sebagai suatu cara yang
sesuai untuk mencapai keberlanjutan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP dalam jangka
waktu yang panjang.
e) Konservasi in situ dan pengembangan SDGTPP terjadi dalam dua konteks: lekat-lahan dan
secara alami. Petani dan komunitas lokal dan adat berperan utama dalam dua hal ini.
Memperkuat kapasitas mereka dengan menghubungkannya pada agen penyuluh, sektor publik
dan swasta, lembaga swadaya masyarakat dan koperasi milik petani, juga melalui penyediaan
insentif bagi konservasi in situ, akan membantu mempromosikan ketahanan pangan,
adaptabilitas dan ketahanan, khususnya antar komunitas yang hidup di daerah dengan potensi
pertanian yang rendah.
f)
Mengingat pentingnya KLT untuk perbaikan tanaman dan kenyataan bahwa mereka tidak
mendapat perhatian yang memadai, konservasi khusus dan kegiatan pengelolaannya akan
diperlukan, termasuk perlindungan yang lebih baik melalui peningkatan praktek pemanfaatan
lahan, konservasi alam dan memperkuat keterlibatan komunitas lokal dan adat.
g) Strategi konservasi dan pemanfaatan komunitas, nasional, regional dan tingkat internasional
adalah yang paling efektif ketika mereka saling melengkapi dan terkoordinasi dengan baik.
Konservasi in situ, konservasi ex situ dan pemanfaatan berkelanjutan perlu sepenuhnya
terintegrasi pada semua tingkat.
20. Mobilisasi sumber daya yang memungkinkan implementasi elemen strategi di atas secara tepat
waktu dan memadai akan memerlukan perhatian dan upaya di semua tingkatan, termasuk koordinasi
dengan banyak inisiatif yang berlangsung di dalam negeri, regional dan global (KKH, the UN
Framework, Konvensi Perubahan Iklim, dll.).
Struktur dan Organisasi Rancang Tindak Global Kedua
21. RTG Kedua memiliki 18 kegiatan prioritas. Untuk tujuan pragmatis dan presentatif, kegiatan
prioritas tersebut dibagi ke dalam empat grup utama. Grup pertama adalah Konservasi In Situ dan
Pengelolaannya; yang kedua adalah Konservasi Ex Situ; yang ketiga adalah Pemanfaatan yang
Berkelanjutan; dan yang keempat adalah Pembangunan Kapasitas Lembaga dan Sumber Daya
Manusia yang Berkelanjutan. RTG adalah suatu set yang saling terintegrasi dan terkait satu sama
lain, penempatan aktivitas-aktivitas tersebut ke dalam empat grup dimaksudkan hanya untuk
mempermudah urutan penyajian dan memandu pembaca ke bidang minat tertentu. Banyak kegiatan
prioritas yang terkait dan relevan ke lebih dari satu grup.
22. Untuk setiap kegiatan prioritas, ada set dasar untuk bab atau bagian, dimaksudkan untuk
membantu peyajian dari bidang yang diusulkan. Dalam beberapa kasus, rekomendasi yang ada di
bawah satu bab mungkin lebih tepat ditempatkan di bawah bab yang lain. Meskipun tidak ada definisi
bagian yang baku yang diperlukan, beberapa catatan penjelasan berikut mungkin berguna:
a) Bagian Pendahuluan memaparkan rasional dari kegiatan prioritas dan ringkasan pencapaian
sejak tahun 1996, utamanya berdasarkan yang dilaporkan di Second Report
b) Bagian Tujuan menjabarkan tujuan akhir dan menengah yang harus dicapai dalam setiap
kegiatan prioritas. Artikulasi eksplisit dari tujuan dapat membantu masyarakat internasional
dalam menilai sejauh mana implementasi kegiatan prioritas dari waktu ke waktu.
c) Bagian Kebijakan/strategi menyarankan pendekatan strategi dan kebijakan nasional dan
internasional untuk mengimplementasikan tujuan dari kegiatan prioritas. Dalam beberapa
kasus, ada beberapa rekomendasi untuk kebijakan internasional yang baru; di kasus lainnya
ada usulan untuk merubah pendekatan, prioritas dan visi.
d) Bagian Kapasitas mengindikasikan kemampuan sumber daya manusia dan lembaga yang
seharusnya dikembangkan atau disediakan melalui implementasi kegiatan prioritas.
e) Bagian Penelitian/teknologi, yang mencakup transfer dan pengembangan teknologi,
mengidentifikasi bidang ilmu pengetahuan, metodologi atau penelitian atau aksi teknologi
yang relevan dengan implementasi kegiatan prioritas.
f)
Bagian Koordinasi/administrasi menjawab bagaimana isu-isu yang dapat didekati sebagai
kegiatan prioritas, direncanakan dan diimplementasikan. Fokus dari bagian ini utamanya
terbatas pada tingkat nasional untuk menghindari pengulangan, sebagai kebutuhan lebih
lanjut untuk memperkuat kolaborasi dengan organisasi internasional yang relevan dan pusat
penelitian pertanian dan untuk meningkatkan berbagi informasi antar seluruh organisasi dan
pemangku kepentingan yang ada di seluruh kegiatan prioritas. Kolaborasi internasional
sangat penting untuk mendapatkan keuntungan maksimal di bawah instrumen kebijakan
resmi seperti KKH dan Traktat Internasional dan untuk memenuhi kewajiban yang terkait.
23. Kadang kala, lembaga atau konstituen diidentifikasi secara spesifik dalam tubuh dari kegiatan
prioritas tertentu. Hal ini tidak berarti untuk menyiratkan pengecualiannya dari kegiatan di mana tidak
disebut. Referensi serupa digunakan untuk menyoroti suatu peranan yang secara khusus sangat penting
atau dalam kata lain harus dilihat lebih dalam, atau keduanya.
Konservasi In Situ dan Pengelolaannya
1. Survai dan inventori sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian
24. Latar Belakang: Rasional konservasi SDGTPP (in situ dan ex situ) dimulai dengan kegiatan
survai dan inventori, seperti yang dimuat dalam Pasal 5 Traktat Internasional. Dalam rangka
mengelaborasi kebijakan dan strategi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP secara berkelanjutan,
program nasional perlu mengetahui sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing negara, distribusi
sumber daya tersebut serta sejauh mana SDGTPP tersebut telah atau sedang dilestarikan. Negaranegara yang telah meratifikasi KKH telah menyadari tanggung jawab khusus dalam hal ini (misalnya
dalam Program Kerja Keanekaragaman Pertanian). Aksesibilitas yang lebih luas terhadap prasarana
georeferensi telah memfasilitasi kegiatan survai, dan pengembangan serta penerapan teknik biologi
molekuler modern telah membantu dalam penilaian tingkat keanekaragaman genetik dan, di beberapa
kasus erosi genetik. Selama dekade terakhir, mayoritas survai terbatas hanya pada tanaman tertentu
atau luasan area tertentu, meskipun di sisi lain terdapat beberapa kemajuan dalam inventori KLT serta
telah berhasil didirikannya situs khusus konservasi in situ. Meskipun demikian, upaya yang dilakukan
dalam rangka survai, inventori maupun konservasi SDGTPP ini tergolong sangat terbatas apabila
dibandingkan dengan yang telah dilakukan komponen lain dari keanekaragaman hayati. Beberapa
organisasi internasional telah memberikan kontribusi untuk memantau status konservasi tanaman liar
pertanian yang relevan secara regional maupun global, tetapi kemitraan yang lebih kuat dengan
organisasi di sektor lingkungan perlu lebih ditingkatkan, terutama di tingkat nasional.
25. Tujuan: Memfasilitasi pengembangan, implementasi dan pemantauan strategi konservasi yang
komplementer dan kebijakan nasional yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP
secara berkelanjutan. Untuk memperkuat hubungan antara kementerian pertanian dan lingkungan, dan
mempromosikan pemantauan status dan kecenderungan dalam SDGTPP serta menjamin konservasi
yang lebih memadai.
26. Untuk mengembangkan dan menerapkan metodologi survai dan inventori SDGTPP in situ dan ex
situ, termasuk SIG, metode berbasis satelit (misalnya GPS dan penginderaan jauh) dan penanda
molekuler. Untuk mengidentifikasi, melokalisasi, menginventori dan menduga ancaman terhadap
SDGTPP, terutama terhadap pemanfaatan-lahan dan perubahan iklim.
27. Kebijakan/strategi: Kemampuan untuk mengidentifikasi spesies, merupakan elemen kunci
kegiatan prioritas. Kegiatan survai dan inventori SDGTPP, sesuai kebutuhan, harus dijadikan langkah
awal dalam proses konservasi dan mengurangi laju kehilangan keanekaragaman hayati. Tanpa
kapasitas untuk melestarikan dan/atau menggunakan keanekaragaman hayati, maka seluruh kegiatan
akan menjadi tidak berarti. Dengan demikian, kegiatan survai dan inventori harus dikaitkan dengan
tujuan khusus dan rencana untuk konservasi in situ, koleksi, konservasi ex situ dan pemanfaatannya.
Standar definisi dan metode perlu dikembangkan untuk menilai secara langsung kerapuhan genetik
dan erosi genetik. Ada juga kebutuhan mendesak untuk mengembangkan indikator yang telah
ditingkatkan, termasuk indikator perwakilan, dari keanekaragaman, erosi dan kerapuhan genetik yang
dapat digunakan untuk menetapkan acuan dasar nasional, regional maupun global. Indikator-indikator
ini harus obyektif dan seimbang, dengan mempertimbangkan sistem yang digunakan di tingkat
nasional. Indikator tersebut tidak harus menetapkan tindakan hukum, juga tidak mempengaruhi
kedaulatan negara atas sumber daya genetik, maupun menerapkan sistem informasi tertentu.
Kesepakatan umum perlu ditelusuri pada desain dan pemanfaatan indikator tersebut.
28. Pengetahuan lokal dan masyarakat adat harus diakui sebagai komponen penting dari survai dan
inventori, dan harus dipertimbangkan serta didokumentasikan secara tepat dan dengan persetujuan
terlebih dahulu dari masyarakat adat dan lokal yang bersangkutan.
29. Kapasitas: Negara harus menyediakan, dan dapat mengambil manfaat dukungan keuangan dan
teknis terhadap survai dan inventori SDGTPP. Ada banyak halangan untuk survai dan inventori
SDGTPP, termasuk kurangnya staf yang cukup terlatih. Pelatihan dan peningkatan kapasitas harus
dilakukan di beberapa lokasi penelitian, termasuk identifikasi tanaman, biologi populasi, etnobotani,
pemanfaatan SIG dan GPS, dan perangkat molekuler. Kapasitas untuk mengukur dampak perubahan
iklim dan menilai adaptasi juga semakin relevan, terutama jika keanekaragaman genetik yang
dilestarikan secara in situ dipertahankan secara berkelanjutan dalam jangka panjang.
30. Penelitian/teknologi: Dukungan yang memadai harus diberikan untuk mengembangkan
metodologi yang lebih baik untuk mensurvai dan mengkaji keanekaragaman antar-dan intra-spesifik di
sistem agro-ekologi. Ada juga kebutuhan yang kuat untuk mengembangkan indikator ilmiah dan
mudah diimplementasikan untuk memantau status dan kecenderungan SDGTPP, terutama pada tingkat
genetik.
31. Ada penelitian spesifik yang diperlukan terkait dengan konservasi in situ SDGTPP. Inventori yang
lebih lengkap diperlukan untuk memungkinkan penargetan yang lebih baik dalam kegiatan konservasi
in situ. Jika inventori tersebut dikaitkan dengan data aktual atau perkiraan terhadap karakter/sifat
tertentu yang diinginkan, maka inventori tersebut akan memiliki nilai tambah dan akan memberikan
hubungan yang bermanfaat bagi konservasi ex situ dan pemanfaatannya. Sumber informasi yang ada
harus digunakan untuk menentukan sejauh mana eksistensi KLT di kawasan lindung.
32. Satu bidang penelitian yang sangat penting adalah pengembangan indikator yang dapat digunakan
untuk memantau perubahan tingkat dan distribusi keanekaragaman pada skala yang berbeda dan untuk
menggabungkan informasi pada spesies individu dan populasi. Penelitian ini secara material akan
memperkuat perencanaan konservasi nasional dan pengambilan keputusan.
33. Koordinasi/administrasi: Koordinasi harus dilakukan di dalam negeri antara departemen yang
berhubungan dengan pertanian, lingkungan, penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan regional,
mengingat bahwa spesies melintasi batas nasional. Koordinasi tingkat regional dan global dibutuhkan
untuk memperkuat hubungan antara konservasi ex situ dan in situ yang telah ada.
34. Hubungan yang kuat dengan jejaring nasional, regional dan jejaring tanaman serta dengan
pengguna SDGTPP (pemulia, peneliti dan petani) perlu ditetapkan dalam rangka menginformasikan,
mengarahkan dan memprioritaskan proses konservasi keseluruhan. Negara harus berkolaborasi dalam
kegiatan survai dan inventori dalam rangka pembangunan kapasitas.
2. Mendukung pengelolaan dan perbaikan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan
pertanian secara lekat-lahan
35. Latar Belakang: Pemuliaan tanaman terbukti membantu meningkatkan hasil panen, ketahanan
terhadap hama dan penyakit dan keanekaragaman dari kualitas produk pertanian dan makanan,
terutama di lingkungan yang menguntungkan. Petani memilih untuk menanam varietas unggul dengan
berbagai alasan, diantaranya karena permintaan pasar, keamanan pangan keluarga dan kelestarian
lingkungan. Meskipun kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya erosi genetik yang signifikan, pada
dua dekade terakhir ini telah terdapat bukti-bukti nyata yang menunjukkan bahwa banyak petani di
negara berkembang dan negara maju yang terus mempertahankan keanekaragaman genetik tanaman di
bidang mereka. Keanekaragaman ini merupakan elemen penting dalam strategi penghidupan petani
karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan marjinal atau heterogen.
Keanekaragaman tanaman juga dipertahankan untuk memenuhi perubahan kebutuhan pasar,
ketersediaan tenaga kerja dan faktor sosial ekonomi, serta untuk alasan budaya dan agama.
36. Berbagai bentuk inisiatif maupun pelatihan/praktek tersedia untuk membantu komunitas petani
dalam memperoleh keuntungan dari memelihara dan memanfaatkan keanekaragaman tanaman lokal
dalam sistem produksi mereka. Peningkatan kapasitas dan kepemimpinan dalam komunitas dan
lembaga lokal merupakan prasyarat untuk menerapkan berbagai inisiatif berbasis masyarakat.
Mempromosikan dan mendukung pengelolaan sumber daya genetik secara lekat-lahan telah menjadi
komponen kunci bagi mapannya strategi konservasi tanaman. Oleh karenanya, pengelolaan SDGTPP
lekat-lahan merupakan salah satu dari tiga prioritas pertama dari Pembagian Keuntungan dalam
Traktat Internasional.
37. Terlepas dari berbagai kemajuan yang dicapai, terdapat pertanyaan teknis dan metodologis yang
signifikan. Secara khusus, terdapat kesempatan untuk meningkatkan koordinasi antara pengelolaan
lekat-lahan dengan konservasi ex situ dan pemanfaatannya. Dalam rangka mewujudkan potensi
maksimal dari perbaikan lekat-lahan, praktek-praktek ini perlu sepenuhnya terintegrasi ke dalam
kebijakan pembangunan pedesaan.
38. Kekhawatiran tentang dampak perubahan iklim terhadap pertanian telah berkembang selama
dekade terakhir ini. Petani mungkin tidak lagi dapat menanam varietas tradisional maupun landrace
milik mereka sendiri pada kondisi perubahan iklim, oleh karena itu mereka akan memerlukan akses ke
plasma nutfah baru. Lebih jauh lagi, pertanian dapat dikatakan sebagai penghasil maupun pengurai
utama karbon di atmosfer. SDGTPP karenanya menjadi sangat penting untuk pengembangan sistem
pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim, mampu menangkap lebih banyak karbon dan
menghasilkan gas rumah kaca lebih sedikit. Petani akan mendukung pemuliaan varietas tanaman baru
yang beradaptasi dan yang akan dibutuhkan untuk pertanian untuk mengatasi kondisi lingkungan di
masa depan. Akan ada peningkatan kebutuhan untuk keterkaitan antara sistem benih lokal dan bank
gen serta jaringan untuk mengamankan plasma nutfah baru yang akan beradaptasi dengan perubahan
iklim.
39. Tujuan: Untuk memanfaatkan pengetahuan yang telah dihasilkan selama dua dekade terakhir
dalam rangka mempromosikan dan meningkatkan efektivitas dari konservasi lekat-lahan, pengelolaan,
perbaikan dan pemanfaatan SDGTPP. Untuk mencapai keseimbangan dan pengintegrasian yang lebih
baik antara konservasi ex situ dan in situ. Untuk mewujudkan Hak-hak Petani sebagaimana tercantum
dalam Pasal 9 Traktat Internasional di tingkat nasional dan daerah dan sesuai dengan legislasi dan
prioritas nasional. Untuk mempromosikan pembagian keuntungan yang adil dari hasil pemanfaatan
SDGTPP seperti yang disebut dalam Pasal 13 dari Traktat Internasional. Untuk mendorong masa
depan yang lebih baik bagi perusahaan benih publik dan swasta, serta perusahaan swasta yang
kooperatif khususnya yang memfasilitasi kebutuhan lokal sebagai ‘penampung’ hasil seleksi lekatlahan maupun pemuliaan tanaman. Untuk mempertahankan pertukaran benih tradisional dan sistem
pasokan, termasuk bank gen masyarakat, dan memperkuat pasar produk lokal, terutama bagi petani
skala kecil dan subsisten di negara berkembang serta dengan memperhatikan adanya kendala
fitosanitari. Untuk memperhitungkan peran perempuan dalam produksi pertanian di berbagai negara
berkembang, khususnya mengenai pengelolaan SDGTPP lekat-lahan. Untuk mendorong keberhasilan
seleksi dan pemuliaan terutama pada kondisi perubahan iklim.
40. Untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan tentang dinamika, metodologi, efek dan potensi
konservasi lekat-lahan dan perbaikan tanaman. Untuk membangun atau memperkuat program dan
jejaring bagi pengelolaan lekat-lahan terhadap varietas petani/landrace, KLT, tanaman liar maupun
kawasan sumber daya genetik, serta untuk mengintegrasikannya ke dalam kebijakan dan aktivitas
pembangunan pedesaan. Untuk memperpanjang peran bank gen nasional, regional dan internasional
serta jejaringnya dalam rangka menyertakan dukungan dan penyediaan bahan bagi program
peningkatan lekat-lahan secara lebih terintegrasi. Untuk membangun program lekat-lahan berdasarkan
sistem pengetahuan, kelembagaan dan pengelolaan yang bersifat lokal dan tradisional, dalam rangka
memastikan partisipasi lokal dalam perencanaan, pengelolaan maupun evaluasi. Untuk lebih
memfokuskan perhatian publik dan kalangan ilmiah yang lebih besar terhadap peranan yang beragam,
dimana jenis kelamin dan usia berperan dalam produksi dan pengelolaan sumber daya dalam rumah
tangga pedesaan.
41. Kebijakan/strategi: Meskipun kegiatan pengelolaan lekat-lahan sekarang telah mulai
dikembangkan dalam riset skala kecil melalui proyek-proyek metodologis, kegiatan ini masih perlu
diintegrasikan secara penuh ke dalam program konservasi yang lebih luas maupun strategi
pengembangan dan/atau rencana-rencana aksi. Kegiatan lekat-lahan melengkapi pengembangan
varietas tanaman yang lebih formal dan memperkuat sistem pasokan benih. Fleksibilitas kelembagaan
akan diperlukan ketika bekerja dengan masyarakat petani. Strategi khusus perlu dikembangkan untuk
konservasi SDGTPP in situ serta untuk mengelola keanekaragaman tanaman lekat-lahan maupun yang
ada di kawasan lindung. Perhatian khusus harus diberikan terhadap strategi pelestarian KLT di pusat
asal usul, pusat keanekaragaman dan hotspot keanekaragaman hayati. Praktek terbaik dalam
konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP harus disosialisasikan, agar mendukung dan
memelihara nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal dan adat serta meningkatkan
kualitas hidup. Hal ini akan tercapai dengan baik dengan cara melibatkan masyarakat di semua aspek
pengelolaan dan perbaikan SDGTPP lekat-lahan.
42. Pemerintah harus mempertimbangkan bagaimana agar produksi, insentif ekonomi dan kebijakan
lainnya, serta penyuluhan pertanian dan layanan penelitian dapat memfasilitasi dan mendorong
pengelolaan lekat-lahan dan perbaikan SDGTPP. Lebih jauh lagi, nilai konservasi perlu
didemonstrasikan dalam bentuk penyediaan fungsi layanan ekosistem yang berkelanjutan. Pentingnya
SDGTPP sebagai salah satu layanan ekosistem, hanya merupakan awal dari pengakuan dan untuk
mendokumentasikan ‘berharganya’ KLT maupun keanekaragaman landrace yang dalam hal ini harus
tetap berlanjut dan ditingkatkan upaya sepenuhnya.
43. Akan ada kebutuhan khusus untuk mengintegrasikan konservasi KLT dan landrace ke dalam
strategi konservasi yang telah ada dalam rangka memastikan bahwa keanekaragaman hayati pertanian
dan keanekaragaman hayati secara umum tidak ditujukan sebagai entitas yang terpisah. Hal ini akan
diperlukan dimana konservasi keanekaragaman hayati pertanian menjadi fitur inisiatif dan program
konservasi keanekaragaman hayati yang lebih luas di tingkat nasional, regional dan internasional.
44. Apabila diperlukan, kebijakan nasional harus ditujukan untuk memperkuat kapasitas masyarakat
adat dan lokal untuk berpartisipasi dalam upaya perbaikan tanaman. Desentralisasi, pendekatan
partisipatif dan pendekatan sensitifitas gender untuk perbaikan tanaman perlu diperkuat dalam rangka
menghasilkan varietas yang mampu beradaptasi secara khusus di lingkungan yang secara sosialekonomi kurang menguntungkan. Ini mungkin memerlukan kebijakan dan perundang-undangan baru termasuk perlindungan yang tepat, pelepasan varietas dan prosedur sertifikasi benih bagi multiplikasi
varietas melalui pemuliaan tanaman partisipatif - dalam rangka mempromosikan dan memperkuat
pemanfaatannya serta jaminan bahwa kebijakan/perundang-undangan tersebut telah termasuk dalam
strategi nasional pembangunan pertanian.
45. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan terhadap konservasi lekat-lahan dan pemanfaatan
spesies yang kurang termanfaatkan, karena banyak yang dapat memberikan kontribusi yang berharga
dalam hal pangan dan pendapatan. Dalam rangka menjangkau potensi pasar bagi tanaman tersebut,
harus ada kerjasama yang lebih besar di berbagai tahap rantai produksi: mulai dari pengembangan dan
pengujian varietas baru, hingga kegiatan untuk memberikan nilai tambah produk, dalam rangka
membuka peluang pasar baru.
46. Kapasitas: Dukungan yang memadai harus diberikan kepada organisasi berbasis masyarakat dan
kelompok pengguna yang menyediakan bantuan praktis bagi konservasi lekat-lahan dan kegiatan
perbaikan. Kemampuan petani, masyarakat adat dan lokal serta organisasi mereka, perlu diperkuat
sebagaimana halnya pada penyuluh dan pemangku kepentingan lainnya dalam hal mengelola
keanekaragaman hayati pertanian lekat-lahan yang berkelanjutan.
47. Untuk mendukung kegiatan perbaikan lekat-lahan, bank gen, jejaring dan organisasi nasional
maupun internasional, perlu dipertimbangkan upaya identifikasi varietas petani/landrace yang tepat
bagi kegiatan multiplikasi, dan/atau pengembangan populasi pemuliaan baru yang menggabungkan
sifat-sifat tertentu ke bahan lokal yang teradaptasi.
48. Program pelatihan interdisipliner harus dikembangkan bagi para penyuluh, organisasi nonpemerintah dan lainnya untuk memfasilitasi dan mengkatalisis kegiatan lekat-lahan, termasuk teknik
seleksi dan pemuliaan yang tepat guna melengkapi dan meningkatkan teknik yang sudah digunakan
oleh petani.
49. Program pelatihan harus difokuskan pada upaya membantu petani memperoleh pengetahuan dan
teknologi baru dan mengeksplorasi pasar-pasar baru bagi produk mereka serta membantu peneliti
menjadi fasilitator dan pendukung petani yang lebih baik. Pelatihan tersebut harus diarahkan pada
empat kelompok: para ilmuwan (termasuk para petani, peneliti dan ekonom pertanian), staf teknis
pendukung, penyuluh (termasuk organisasi non-pemerintah) dan petani. Dukungan untuk memperoleh
gelar maupun pekerjaan yang lebih tinggi harus mencakup pelatihan yang relevan dalam ilmu biologi
dan sosial. Pelatihan bagi penyuluh harus bertujuan meningkatkan keterampilan mereka dalam
etnobotani, seleksi dan pemuliaan partisipatif, pemeliharaan benih dan pemanfaatan alat-alat TIK.
50. Pelatihan petani harus dilakukan dalam konteks rantai produksi secara keseluruhan, terutama fokus
pada identifikasi sifat tanaman, seleksi/pemuliaan, pemanfaatan dan pemeliharaan tanaman lokal, serta
promosi penjualan produk. Hal ini penting untuk mengembangkan keterampilan petani dalam seleksi
tanaman pada tahap vegetatif dan bukan hanya pasca panen.
51. Program pelatihan harus dirancang dalam kerjasama yang erat dengan the National Agricultural
Research System (NARS), petani, organisasi petani dan pemangku kepentingan lainnya, dan harus
didasarkan pada kebutuhan mitra. Program tersebut tidak boleh mengabaikan peran sentral
wanita/perempuan dalam turut mempengaruhi dan mengarahkan evolusi tanaman. Program pelatihan
harus mempertimbangkan aspek perbedaan dalam hal pemanfaatan sumber daya hayati oleh
perempuan dan laki-laki, termasuk terhadap kecenderungan perempuan dalam memanfaatkan dan
mengolah tanaman secara berulang-ulang.
52. Penelitian/teknologi: Delapan kriteria penelitian ilmiah yang bersifat multidisiplin yang
diperlukan, antara lain:
a) penelitian lanjut tentang etnobotani dan sosial-ekonomi/sosiobudaya untuk memahami dan
menganalisis pengetahuan petani, seleksi/pemuliaan, pemanfaatan dan pengelolaan SDGTPP,
sesuai dengan persetujuan petani yang terlibat serta dengan persyaratan yang berlaku bagi
perlindungan pengetahuan dan teknologi;
b) populasi dan konservasi biologi dalam rangka memahami struktur dan dinamika
keanekaragaman genetik pada varietas petani/landrace lokal, termasuk diferensiasi populasi,
aliran gen introgresi, termasuk derajat perkawinan sedarah dan tekanan seleksi;
c) penelitian pemuliaan tanaman, termasuk pemuliaan partisipatif, sebagai cara untuk
meningkatkan hasil panen dan kehandalan tanpa menghilangkan keanekaragaman hayati lokal;
d) penelitian dan studi penyuluhan mengenai tanaman yang kurang dimanfaatkan, termasuk
produksi, pemasaran dan distribusi benih dan multiplikasi materi tanaman vegetatif;
e) studi tentang cara paling efektif untuk mengintegrasikan konservasi lekat-lahan dan ex situ,
dengan mempertimbangkan komplementaritas sistem perbenihan yang berbeda-beda;
f) studi tentang tingkat dan sifat ancaman yang mungkin terjadi terhadap keanekaragaman lekatlahan dan in situ, khususnya iklim dan alih fungsi lahan, termasuk pengaruhnya terhadap
organisme penyerbuk;
g) analisis spasial untuk mengidentifikasi varietas yang cenderung memiliki karakter beradaptasi
dengan iklim sebagai bantuan bagi pemuliaan tanaman;
h) penelitian untuk mengukur erosi genetik.
53. Penelitian ilmiah bila memungkinkan harus dikombinasikan dengan kegiatan lekat-lahan sehingga
konteks dan tujuan kegiatan yang dilakukan dapat sepenuhnya dievaluasi. Teknik fenotipe dapat
digunakan untuk mengkarakterisasi varietas petani/landrace dalam kaitannya dengan sifat khusus dan
kemampuan beradaptasi terhadap berbagai kondisi lapangan. Penelitian harus membantu kegiatan
pemantauan, evaluasi dan perbaikan lekat-lahan. Penelitian harus dilakukan secara partisipatif dan
kolaboratif untuk memperkuat interaksi dan kerjasama antar pemangku kepentingan, termasuk petani,
pemulia dan staf dari lembaga nasional. Lembaga lainnya harus dilibatkan bila diperlukan.
54. Metode harus dikembangkan dan bantuan diberikan untuk mengintegrasikan pengelolaan in situ
dan lekat-lahan serta konservasi SDGTPP dengan jejaring kerja bank gen nasional dan regional dan
lembaga penelitian.
55. Koordinasi/administrasi: Koordinasi harus mendorong inisiatif di tingkat masyarakat untuk
mendukung pengelolaan lekat-lahan dan perbaikan SDGTPP. Proyek-proyek kecil, atau yang bersifat
menjangkau hingga ke lapisan masyarakat bawah harus diprioritaskan untuk menerima dana dan
layanan pendukung. Pendanaan dan dukungan diutamakan diberikan untuk proyek-proyek teknis yang
diprakarsai petani yang mempromosikan keanekaragaman tanaman dan kolaborasi antara masyarakat
petani dan lembaga penelitian. Proyek-proyek tersebut harus berjangka cukup panjang (10 tahun atau
lebih) untuk menjamin hasil yang signifikan.
56. Hubungan antar organisasi terutama yang terkait dengan konservasi SDGTPP dan
pemanfaatannya di berbagai negara seringkali bersifat lemah atau bahkan tidak ada; dan karenanya
harus diperkuat.
3. Membantu petani dalam situasi bencana untuk memulihkan sistem pertanian
57. Latar Belakang: Bencana alam dan perselisihan sipil sering mengancam sistem ketahanan
tanaman, hal ini terutama mempengaruhi petani skala kecil dan subsisten di negara berkembang.
Keamanan benih adalah komponen kunci dari ketahanan. Dalam hal ini, bantuan benih dapat segera
membantu petani yang mengalami bencana, oleh karena itu, pendekatan yang lebih sistematis untuk
menegakkan kembali ketahanan benih dan sistem tanaman diperlukan dalam kasus bencana yang
parah. Secara khusus, telah muncul pengakuan adanya ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan
iklim terhadap ketahanan benih dan makanan; dan peran potensial SDGTPP dapat dwujudkan dalam
membantu pertanian agar tetap produktif dan kuat meskipun terjadi perubahan kondisi. Ketika terjadi
‘kehilangan‘ varietas tanaman dari ladang petani, re-introduksi seringkali mudah dilakukan kembali
kepada petani melalui dukungan maupun kegiatan tukar-menukar varietas antar petani dari waktu ke
waktu dengan petani yg berada disekitarnya maupun melalui pasar-pasar lokal. Mereka juga dapat
diperkenalkan kembali melalui jejaring kerja bank gen nasional, regional atau internasional. Namun,
aktivitas bank gen sendiri terkadang terganggu oleh adanya bencana alam dan ulah manusia, dalam hal
ini, kemampuan bank gen untuk mendukung pemulihan sistem pertanaman juga bergantung pada
kemampuan dalam mengakses materi yang dimiliki bank gen lainnya. Pasal 12 Traktat Internasional
menyediakan dasar yang kuat untuk meningkatkan dan memfasilitasi akses tersebut. Sistem informasi
nasional, regional dan global dibutuhkan untuk mendukung kegiatan restorasi tanaman.
58. Impor biji-bijian sebagai bentuk bantuan pangan sering digunakan sebagai benih dan sering tidak
mampu beradaptasi dengan kondisi setempat. Hal ini dapat mengakibatkan hasil panen berkurang
selama bertahun-tahun. Impor varietas benih yang kemampuan adaptasinya buruk juga akan berakibat
sama. Dalam jangka panjang, praktek-praktek bantuan bahan makanan dan benih yang tidak layak
justru akan memperburuk kelaparan, melemahkan ketahanan pangan, mendistorsi sistem perbenihan
lokal dan meningkatkan biaya bantuan. Diakui, terjadi perubahan pemikiran yang mendasar selama
dekade terakhir ini dan menuju pada terbentuknya kerangka ketahanan benih. Tujuan dari kerangka
kerja ini adalah untuk mengetahui fungsi sistem perbenihan dan memberikan gambaran dalam hal
ketersediaan, akses dan kualitas benih. Setelah mengalami bencana, petani biasanya mengalami
kesulitan mengakses benih varietas lokal, meskipun benih tersebut tersedia, karena para petani telah
kehilangan aset keuangan dan lainnya. Adanya pemikiran-pemikiran baru telah berhasil menciptakan
koordinasi yang lebih baik antara lembaga dan model baru intervensi benih melalui distribusi langsung
benih dan input lainnya kepada petani. Intervensi ini termasuk pendekatan berbasis pasar seperti
voucher benih dan bazar input, dan inisiatif masyarakat yang melakukan multiplikasi benih, baik benih
varietas petani maupun varietas unggul.
59. Tujuan: Merehabilitasi sistem tanaman yang terkena dampak, berdasarkan SDGTPP yang
diadaptasi secara lokal, termasuk pemulihan plasma nutfah secara tepat, dalam rangka mendukung
mata pencaharian masyarakat petani dan pertanian berkelanjutan.
60. Untuk mengembangkan kapasitas dalam menilai dan membangun ketahanan benih, termasuk
membantu petani dalam mengakses SDGTPP yang diadaptasi secara lokal.
61. Untuk membangun tanggung jawab kelembagaan dan mekanisme untuk mengidentifikasi,
memperoleh, memperbanyak dan menyalurkan SDGTPP yang tepat.
62. Untuk memperkuat kapasitas masyarakat pedesaan yang relevan dan petani dalam
mengidentifikasi dan mengakses SDGTPP ex situ.
63. Memastikan bahwa varietas yang disalurkan ke masyarakat adalah varietas yang mampu
beradaptasi dengan kondisi lokal.
64. Kebijakan/strategi: Pemerintah, bekerjasama dengan organisasi petani dan masyarakat yang
relevan, badan-badan PBB dan regional, organisasi antar pemerintah dan non-pemerintah seharusnya
menetapkan kebijakan di semua tingkatan, untuk mengimplementasikan kegiatan ketahanan benih
yang memadai dalam mengatasi bencana, termasuk perubahan iklim.
65. Pemerintah harus membuat kebijakan dan strategi perencanaan dan respon risiko bencana, yang
sepenuhnya mempertimbangkan masalah ketahanan benih dan ketahanan benih spseifik lokasi.
Termasuk mendorong penilaian ketahanan benih dan membuat pedoman praktek terbaik untuk
intervensi benih.
66. Diperlukan upaya untuk melestarikan varietas petani/landrace dan KLT sebelum varietas tersebut
hilang akibat perubahan iklim dan ancaman lainnya. Upaya-upaya khusus diperlukan untuk
mengidentifikasi spesies dan populasi yang paling berisiko dan yang berpotensi membawa sifat-sifat
penting.
67. Negara perlu membangun atau memperkuat sistem pemantauan erosi genetik, termasuk
pemanfaatan indikator yang mudah. Dukungan harus diberikan untuk mengumpulkan varietas
petani/landrace terutama di daerah rawan atau terancam, yang belum dikonservasi ex situ, sehingga
sumber daya genetik dapat diperbanyak untuk segera digunakan dan dilestarikan bagi pemanfaatan
masa depan. Koleksi bank gen nasional harus diduplikasi di luar negeri, misalnya di bank gen dari
negara tetangga, dan/atau di bank gen regional atau internasional. Untuk menghindari duplikasi yang
berlebihan, diperlukan penilaian global yang sistematis untuk mengetahui back-up/cadangan dari
koleksi yang ada.
68. Bank gen dan jejaring kerjanya harus menyediakan informasi karakterisasi dan evaluasi untuk
membantu dalam mengidentifikasi aksesi yang dapat digunakan untuk memulihkan sistem
pertanaman, sesuai perjanjian akses dan pembagian keuntungan. Sistem Multilateral dalam Traktat
Internasional harus memfasilitasi proses ini.
69. Kapasitas: Lembaga penelitian pertanian nasional dan internasional harus berkolaborasi dengan
FAO dan lembaga lain yang tepat untuk membentuk mekanisme yang cepat dalam memperoleh,
memperbanyak dan menyediakan SDGTPP ke negara-negara yang membutuhkan. Lembaga tersebut
harus memastikan bahwa mereka memiliki kapasitas yang memadai untuk tugasnya. Kerjasama antara
organisasi publik, swasta dan non-pemerintah merupakan kontribusi penting bagi upaya untuk
mendistribusikan plasma nutfah yang diadaptasi secara lokal di daerah yang sedang pemulihan dari
bencana.
70. Sistem informasi harus ditetapkan untuk mengidentifikasi, dan membantu dalam mendapatkan
plasma nutfah yang sesuai untuk restorasi atau reintroduksi.
71. Pemerintah dan lembaga darurat internasional harus mempertimbangkan untuk membuat dana
yang memadai yang tersedia untuk multiplikasi benih SDGTPP lokal dalam menghadapi permintaan
darurat saat bencana.
72. Respon intervensi dapat diantisipasi dengan insentif multiplikasi benih nasional atau oleh
masyarakat, dan pemerintah harus memperkuat kapasitas untuk mengatasi bencana dan mendukung
munculnya kembali jaringan pemasok benih lokal dan sistem pertanaman. Peran petani dalam
melestarikan varietas lokal/landrace harus mendapat pengakuan karena hal ini merupakan sumber
penting dari restorasi keanekaragaman genetik.
73. Penelitian/teknologi: Studi diperlukan dalam tingkat dan asal ancaman yang mungkin terjadi
pada keanekaragaman lekat-lahan maupun in situ. Pengalaman sebelumnya perlu dikaji ulang dan
pilihan dikembangkan untuk meningkatkan kesiapan bank gen dalam menyelamatkan koleksi ex situ
dan mengumpulkan benih dalam kondisi darurat, termasuk konflik sipil, kecelakaan industri serta
bencana alam. Upaya ini akan mendapatkan keuntungan dari kerjasama erat antara pemerintah negaranegara dipengaruhi, donor, organisasi non-pemerintah dan swasta, nasional, lembaga penelitian
pertanian regional dan internasional, jejaring kerja sumber daya genetik regional dan lembaga antar
pemerintah yang relevan. Penelitian tentang bagaimana masyarakat pedesaan dapat mengidentifikasi,
mendapatkan dan menggunakan SDGTPP secara ex situ juga perlu diselenggarakan.
74. Studi juga diperlukan pada produksi benih pra-bencana dan sistem pengiriman, termasuk agroekologi, kalender tanam, alur benih lokal, pasar benih dan stok benih. Informasi yang ada dapat
membantu perencanaan dalam mengurangi risiko bencana dan kurangnya tindakan responsif, terutama
mengenai antisipasi dampak dari perubahan iklim.
75. Koordinasi/administrasi: Pada tingkat nasional, terdapat kebutuhan koordinasi antara
kementerian pertanian dan lingkungan, serta lembaga yang terlibat dalam kesiapsiagaan dan respon
terhadap bencana. Organisasi non-pemerintah akan memiliki peran penting dalam hal ini. Upaya
penyadaran masyarakat diperlukan untuk menyadarkan masyarakat donor dan organisasi nonpemerintah terhadap pentingnya SDGTPP lokal dalam upaya bantuan dan rehabilitasi. Upaya tersebut
juga harus meningkatkan kesadaran akan perlunya duplikasi yang aman terhadap koleksi ex situ di
negara lain.
4. Mempromosikan konservasi dan pengelolaan secara in situ kerabat liar tanaman dan
tanaman pangan liar
76. Latar Belakang: Ekosistem alam mengandung SDGTPP penting, termasuk KLT yang telah
jarang, endemik maupun terancam serta tanaman pangan liar. Spesies ini menjadi semakin penting
sebagai sumber sifat baru dalam pemuliaan tanaman. Idealnya, KLT dan spesies liar dilindungi secara
in situ, di mana mereka dapat berkembang dalam kondisi alamiah. Populasi spesies yang unik dan
beragam ini harus dilindungi secara in situ ketika mengalami ancaman. Sebagian besar taman nasional
di dunia dan kawasan lindung lainnya, bagaimanapun, didirikan dengan hanya memberikan perhatian
kecil terhadap konservasi keanekaragaman genetik tanaman, apalagi pada KLT dan tanaman pangan
liar. Rencana pengelolaan untuk kawasan lindung tidak secara spesifik mempertimbangkan
keanekaragaman genetik dari spesies ini, tapi dapat dimodifikasi untuk melengkapi pendekatan
konservasi lainnya. Tidak dipungkiri bahwa, tindakan secara aktif melestarikan keanekaragaman
genetik KLT dalam jaringan kawasan lindung akan secara signifikan meningkatkan pemahaman akan
arti pentingnya layanan ekosistem, yang pada gilirannya akan mendukung ketahanan jangka panjang
dari kawasan lindung itu sendiri.
77. Banyak kawasan lindung berada dalam ancaman degradasi dan kehancuran. Perubahan iklim
merupakan tambahan ancaman yang serius. Oleh karena itu perlu melengkapi konservasi di kawasan
lindung dengan tindakan yang bertujuan melestarikan keanekaragaman genetik di luar kawasan
tersebut, termasuk melalui konservasi ex situ yang sesuai. Konservasi in situ memerlukan perencanaan
yang komprehensif, yang harus mempertimbangkan dan mengakomodasi kebutuhan yang seringkali
bertentangan antara perlindungan lingkungan, produksi pangan dan konservasi sumber daya genetik.
78. Tujuan: Untuk memanfaatkan sumber daya genetik dari KLT dan tanaman pangan liar secara
berkelanjutan, dan melestarikannya di kawasan lindung maupun di kawasan yang tidak secara eksplisit
terdaftar sebagai kawasan lindung.
79. Untuk mempromosikan praktek perencanaan dan pengelolaan dalam kawasan-kawasan yang
penting bagi konservasi in situ KLT dan tanaman pangan liar. Untuk menetapkan ancaman, dan status
konservasi, prioritas KLT dan tanaman pangan liar, serta mengembangkan rencana pengelolaan bagi
proteksi secara in situ. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman liar sebagai
sumber pendapatan dan makanan, khususnya oleh perempuan.
80. Untuk membuat pemahaman yang lebih baik terhadap kontribusi KLT dan tanaman liar bagi
ekonomi lokal, ketahanan pangan dan kesehatan lingkungan. Untuk meningkatkan pengelolaan dan
perencanaan, serta mendorong komplementaritas antara konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan
taman dan kawasan lindung, antara lain melalui peningkatan partisipasi masyarakat adat dan lokal
dalam menjamin konservasi aktif KLT dan keragaman genetik tanaman pangan liar.
81. Untuk membangun komunikasi dan koordinasi yang lebih baik para pihak yang terlibat dalam
konservasi in situ dan pengelolaan pemanfaatan lahan di tingkat nasional dan regional, terutama antara
sektor pertanian dan lingkungan.
82. Kebijakan/strategi: Pemerintah, sebagai pelaksana perundang-undangan nasional, bekerja sama
dengan pemangku kepentingan dan organisasi non-pemerintah, serta mempertimbangkan pandangan
petani dan masyarakat adat dan lokal, harus:
a) menyertakan, ke dalam tujuan dan prioritas dari taman nasional dan kawasan lindung,
konservasi SDGTPP, khususnya spesies hijauan, KLT dan spesies untuk pangan atau pakan di
alam, termasuk pusat-pusat keanekaragaman hayati dan reservasi genetik;
b) mengintegrasikan konservasi dan pengelolaan SDGTPP, terutama KLT dan tanaman pangan
liar, ke dalam rencana pemanfaatan lahan di sumber/pusat-pusat asalnya, pusat
keanekaragaman maupun hotspot keanekaragaman hayati. Pusat-pusat keanekaragaman
terutama yang terletak di negara berkembang, di mana sumber daya mungkin terbatas dan
diperlukan peningkatan kapasitas dan transfer teknologi. Strategi konservasi in situ harus
melengkapi strategi ex situ;
c) mendukung pembentukan pengelolaan kawasan lindung baik nasional maupun lokal melalui
partisipasi secara luas, yang melibatkan kelompok warga yang paling bergantung pada
tanaman pangan liar;
d) mendukung terciptanya kelompok penasihat yang memandu pengelolaan kawasan lindung.
Jika perlu, yang melibatkan petani, masyarakat adat dan lokal, para ilmuwan SDGTPP, pejabat
pemerintah daerah dari berbagai kementerian dan tokoh masyarakat, menurut perundangundang nasional;
e) mencatat hubungan erat antara sumber daya genetik dengan pengetahuan tradisional,
kemustahilan memisahkan alam dengan komunitas asli dan lokal, pentingnya pengetahuan
tradisional tentang SDGTPP dan bagi mata pencaharian yang berkelanjutan dari komunitas ini,
terutama di kawasan lindung, menurut peraturan nasional;
f) mengakui bahwa perempuan merupakan sumber informasi berharga tentang kelayakan praktek
konservasi in situ dan pengelolaannya;
g) mengadopsi tindakan yang diperbaiki untuk menghadapi ancaman spesies asing invasif yang
dapat berpengaruh negatif terhadap konservasi in situ KLT dan tanaman pangan liar;
h) mendukung upaya masyarakat adat dan lokal untuk mengelola KLT dan tanaman pangan liar
di kawasan lindung;
i) mengkaji ulang persyaratan-persyaratan yang telah ada untuk menyatakan dampak
lingkungan, dengan menyertakan penilaian kemungkinan efek yang ditimbulkan dari kegiatan
yang diusulkan terhadap keanekaragaman hayati lokal untuk pangan dan pertanian, terutama
pada KLT;
j) mengintegrasikan tujuan konservasi genetik ke dalam pengelolaan KLT dan tanaman pangan
liar di kawasan lindung dan kawasan pengelolaan sumber daya lainnya;
k) menyusun informasi tentang KLT dan tanaman pangan liar serta menyediakan informasi
melalui MBIN dan sistem informasi global khusus.
83. Pemerintah, bekerja sama dengan badan-badan PBB, regional, organisasi antar pemerintah dan
non-pemerintah, dan pertanian, masyarakat adat dan lokal yang tinggal di kawasan yang tidak
dilindungi harus mengupayakan, jika mungkin dan tepat untuk:
a) mengembangkan strategi nasional untuk pengelolaan KLT dengan mempertimbangkan
konservasi in situ dan ex situ serta pemanfaatan berkelanjutan;
b) mengambil tindakan untuk melestarikan keanekaragaman KLT dan tanaman pangan liar
sebagai komponen integral dari perencanaan pemanfaatan lahan;
c) mendorong masyarakat adat dan lokal untuk mengkonservasi dan mengelola KLT dan
tanaman pangan liar, serta memfasilitasi partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan konservasi lokal dan pengelolaannya.
84. Jika sesuai dan layak, kebijakan kawasan lindung harus mempromosikan dan mempertahankan
(bukan membatasi), kegiatan manusia yang mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman
genetik di dalam dan di antara spesies tanaman. Pendekatan partisipatif dalam pengelolaan kawasan
lindung dan kawasan sekitarnya juga harus didorong untuk mendamaikan konflik yang kadangkala
terjadi demi konservasi dan ketahanan mata-pencaharian lokal.
85. Sejalan dengan pendekatan nasional, terdapat juga kebutuhan yang komplemen dengan perspektif
global, yang fokus pada pengamanan konservasi in situ terhadap spesies KLT terpenting di dunia,
termasuk melalui pembentukan jejaring global bagi reservasi genetik. Meskipun diakui bahwa lokasi
utama untuk konservasi in situ KLT adalah di kawasan lindung yang ada, kemungkinan adanya
konservasi in situ KLT di luar kawasan lindung juga harus dievaluasi.
86. FAO harus mempromosikan adopsi dan pelaksanaan strategi global untuk pengelolaan KLT yang
dapat berfungsi sebagai panduan bagi tindakan pemerintah, mengingat bahwa terdapat persyaratan
bagi tindakan di tingkat nasional dan global.
87. Kapasitas: Pemerintah harus, bila memungkinkan, dan jika tepat:
a) mengembangkan rencana prioritas, terutama bagi ekosistem yang memiliki tingkat
keanekaragaman KLT tinggi dan di dalamnya juga ditemukan tanaman pangan liar, serta
melakukan kaji ulang-nasional untuk mengidentifikasi praktek-praktek pengelolaan yang
diperlukan dalam menjaga tingkat keanekaragaman genetik yang diinginkan dari KLT dan
tanaman pangan liar;
b) membantu masyarakat adat dan lokal dalam upaya mereka untuk mengidentifikasi,
mengelompokkan dan mengelola KLT dan spesies tanaman pangan liar;
c) memantau kepemilikan, distribusi dan keanekaragaman KLT dan tanaman pangan liar,
mengintegrasikan dan menghubungkan data dan informasi dari program-program konservasi
in situ dan ex situ, serta mendorong organisasi-organisasi swasta dan non pemerintah untuk
melakukan hal yang sama.
88. Penelitian/teknologi: Penelitian yang diperlukan yang berkaitan dengan pengelolaan in situ KLT
dan tanaman pangan liar meliputi:
a) studi tentang biologi reproduksi dan persyaratan ekologis;
b) klasifikasi dan identifikasi spesies dan etnobotani;
c) deskripsi ‘gene pool’ dan survai populasi, menggunakan perangkat molekuler sebagaimana
model yang biasa digunakan dalam membantu migrasi populasi KLT yang terancam di
habitat alaminya;
d) pemahaman nilai KLT secara in situ dan peranannya dalam layanan ekosistem.
89. Koordinasi/administrasi: Pemerintah harus, jika tepat:
a) menghubungkan perencanaan dan pengelolaan kawasan yang dilindungi, dengan organisasi
yang bertanggung jawab terhadap kegiatan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari
KLT dan tanaman pangan liar, antara lain: pusat sumber daya genetik tanaman, koordinator
sumber daya genetik nasional, manajer pengelola kawasan lindung nasional dan kebun raya,
termasuk organisasi yang terlibat di sektor lingkungan;
b) menunjuk focal point, yang tepat, untuk mengkatalisis koordinasi dalam program
perlindungan situ dan kerja sama dengan negara-negara lain;
c) membentuk mekanisme penelaahan secara berkala dan modifikasi rencana konservasi;
d) memasukkan informasi tentang KLT dalam sistem informasi global khusus untuk membantu
pertukaran dan penyebaran informasi.
Konservasi Ex Situ
5. Mendukung target pengkoleksian sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian
90. Latar belakang: Kekuatan motivasi utama untuk kebanyakan kegiatan koleksi adalah mengisi
gap, resiko kehilangan yang segera dan peluang untuk dimanfaatkan. Pada saat ini plasma nutfah yang
dikoleksi di bank gen tidak mencerminkan seluruh keanekaragaman dalam SDGTPP. Umumnya
kebanyakan tanaman-tanaman utama telah dikoleksi dengan baik, tetapi beberapa gap masih ada.
Kebanyakan koleksi dari daerah, yang minor, yang kurang dimanfaatkan, kurang lengkap. KLT,
bahkan tanaman-tanaman utama, menerima sedikit perhatian dibandingkan dengan pentingnya
potensi mereka dalam pemuliaan. Strategi tanaman global yang didukung oleh the Trust membantu
upaya identifikasi gap dalam kepemilikan global untuk beberapa tanaman pangan utama. Akan tetapi,
ketiadaan analisis yang menyeluruh dari seluruh keanekaragaman genetik yang diwakili di gen bank
dunia, kesimpulan-kesimpulan ini masih bersifat sementara. Sebagai tambahan, kegiatan
pengkoleksian yang dilaksanakan dengan metode yang tidak memadai mungkin tidak akan berhasil
mendapatkan sampel yang beanekaragam. Juga, tingkat dan distribusi dari keanekaragaman populasi
kerabat liar dan varietas petani, khususnya untuk tanaman-tanaman semusim, berubah dari waktu ke
waktu. Kondisi-kondisi yang sub-optimal dalam bank gen juga menyebabkan kehilangan materimateri yang dikoleksi.
91. Ancaman global terhadap SDGTPP in situ dan lekat-lahan telah meningkat selama 20 tahun
terakhir sebagai akibat dari dampak peningkatan aktivitas manusia. Ancaman terbesar terhadap
konservasi landrace dan KLT terkait dengan kurangnya dana dan merupakan dampak jangka panjang
dari kebijakan pertanian, dan juga penggantian varietas-varietas tersebut oleh varietas unggul,
perubahan iklim, invasi spesies asing dan perubahan pemanfaatan lahan, termasuk urbanisasi. Kajian
terakhir menunjukkan bahwa sampai 20 persen spesies mungkin terancam punah secara global.
Rasanya kecil kemungkinan bahwa angka tersebut rendah untuk KLT. Kebutuhan mendesak untuk
ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik, demikian juga untuk kandungan gizi dan sifat-sifat
lainnya, juga membenarkan upaya pengkoleksian lebih lanjut.
92. Tujuan: Untuk mengkoleksi dan mengkonservasi keanekaragaman SDGTPP dan mengasosiasikan
informasi yang fokus pada keanekaragaman yang hilang dari koleksi ex situ, terancam punah atau
diperkirakan akan berguna.
93. Untuk mengidentifikasi prioritas pengkoleksian yang bertarget dalam hal kehilangan
keanekaragaman, potensi kegunaan dan lingkungan yang terancam.
94. Kebijakan/strategi: Pembuat kebijakan harus dibuat sadar perlunya keberlanjutan untuk
memperluas keanekaragaman koleksi ex situ, termasuk KLT, varietas petani/landrace dan tanaman
pangan liar dan pakan ternak. Penerapan terbaik harus didokumetasikan dengan memperhatikan
tujuan-tujuan dan kewajiban-kewajiban yang diatur dalam KKH Pasal 5 dan 12.3 h dari Traktat
Internasional, sebagai contoh hak Para Pihak kepada KKH yang memerlukan persetujuan atas dasar
informasi awal sebelum menyediakan akses terhadap sumber daya genetik dan masyarakat lokal
sehubungan dengan konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman biologi yang berkelanjutan.
95. Kapasitas: Materi koleksi harus disimpan di dalam sarana penyimpanan yang memiliki
kemampuan untuk mengelolanya di negara asalnya, dan di mana saja untuk pengamanan duplikat,
yang disepakati oleh negara asalnya sebelum kegiatan pengkoleksian. Apabila fasilitas-fasilitas
tersebut tidak ada di negara asalnya, harus dikembangkan, jika tepat, dan, sementara itu materi-materi
dapat dikelola di negara-negara lain yang disepakati dengan negara asal sebelum kegiatan
pengkoleksian.
96. Pertimbangan penuh harus diberikan kepada kapasitas untuk mengkonservasi materi secara efektif
dan berkelanjutan sebelum pengkoleksian dimulai.
97. Pelatihan metode koleksi secara ilmiah untuk SDGTPP harus dilakukan, khususnya sehubungan
dengan pemanfaatan alat dan metode yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas koleksi, seperti
GPS, program modeling spasial dan survai ekogeografi.
98. Penelitian/teknologi: Penelitian diperlukan untuk mengidentifikasi gap yang ada dalam koleksi ex
situ untuk memastikan bahwa semua gene pool cukup diwakili; hal ini akan memerlukan akses
kepada dan ketersediaan paspor dan data lain yang akurat. Penggunaan SIG dan teknologi molekuler
dapat juga membantu untuk mengidentifikasi gap-gap dan memfasilitasi perencanaan kegiatan
pengkoleksian. Dalam kasus beberapa KLT, mungkin memerlukan penelitian taksonomi dan botani
dari spesies sasaran.
99. Koordinasi/administrasi: Koordinasi di negara yang bersangkutan, jika tepat, harus melibatkan
bank gen, herbarium dan lembaga dengan keahlian taksonomi. Koordinasi di tingkat regional dan
internasional mungkin diperlukan untuk menyediakan hubungan dengan koleksi ex situ tertentu dan
mengisi gap dan upaya regenerasi. Koordinasi demikian mungkin berhubungan dengan identifikasi
keperluan global atau keperluan nasional yang spesifik yang dapat dipenuhi oleh SDGTPP di negara
lain
100. Hubungan yang erat perlu dijalin dengan jejaring kerja tanaman regional dan dengan pengguna
SDGTPP (para pemulia, peneliti, dan petani) untuk menginformasikan, mengarahkan dan
memprioritaskan seluruh proses konservasi, termasuk survai, inventori dan pengkoleksian.
101. Mekanisme harus dikembangkan pada seluruh tingkatan untuk pengkoleksian darurat dari
SDGTPP, khususnya KLT yang terancam punah. Mekanisme ini harus memanfaatkan sepenuhnya,
dan karena itu harus terkait erat dengan, sistem informasi dan peringatan dini.
102. Pemerintah harus menunjuk focal point dalam program-program SDGTPP mereka untuk
mengelola permintaan koleksi.
6. Mempertahankan dan memperluas konservasi ex situ plasma nutfah
103. Latar belakang: Pada saat ini, bank gen benih, bank gen lapang dan konservasi in vitro
mengkonservasi kira-kira 7.4 juta aksesi plasma nutfah, sekitar seperempatnya diperkirakan
merupakan sampel yang berbeda yang diduplikasi dalam beberapa koleksi. Sampel-sampel ini
dilengkapi oleh lebih dari 2 500 kebun raya di seluruh dunia yang menanam lebih dari sepertiga dari
spesies tanaman yang dikenal dan memelihara herbarium penting dan koleksi carpological. Didorong
oleh peningkatan keperluan untuk diversifikasi, berkembang minat dalam mengkoleksi dan
mempertahankan koleksi tanaman yang kurang dimanfaatkan, spesies tanaman liar, pakan dan KLT;
tetapi, spesies tersebut cenderung lebih sulit untuk dikonservasi secara ex situ dibandingkan dengan
tanaman pangan utama atau tanaman pakan. Banyak spesies tanaman utama yang tidak menghasilkan
benih yang dapat disimpan dalam kondisi suhu dan kelembaban rendah, dan konservasi dari tanaman
seperti itu, benih rekalsitran atau tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, masih belum mendapat
perhatian yang cukup.
104. Secara global, pemerintah dan lembaga donor perlu untuk lebih berinvestasi dalam prasarana
konservasi, khususnya untuk spesies yang tidak dapat dikonservasi dalam bank gen benih, dengan
mempertimbangkan biaya pemeliharaan dalam jangka panjang. Hal ini akan menunda kerusakan yang
tetap dari banyak fasilitas dan meningkatkan kemampuan mereka untuk melakukan fungsi dasar
konservasi. Tingkat keparahan ancaman terhadap koleksi ex situ dicerminkan dari persentase yang
tinggi dari aksesi yang didentifikasi yang membutuhkan regenerasi yang muncul dalam country
reports3, demikian juga dalam daftar masalah-masalah teknik dan administrasi yang berasosiasi
dengan aktivitas pemeliharaan bank gen. The Trust bertujuan untuk mendukung perencanaan yang
lebih baik, lebih banyak koordinasi dan kerjasama dalam rangka membatasi pengulangan yang tidak
perlu dan mempromosikan rasionalisasi di tingkat global. Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya
konservasi secara keseluruhan dan menempatkan kegiatan-kegiatan bank gen secara ilmiah serta
berbasis pembiayaan yang berkelanjutan. Pilihan-pilihan perlu dieksplorasi lebih lanjut dalam
kaitannya dengan biaya konservasi yang lebih efektif dan rasional.
105. Kerjasama Regional dalam konservasi ex situ harus diperkuat
106. The Svalbard Global Seed Vault, yang dibuka pada tahun 2008, merupakan inisiatif internasional
yang baru untuk mengembangkan keamanan dari koleksi-koleksi benih ortodoks yang ada. Usaha
serupa belum direncanakan untuk spesies rekalsitran dan tanaman-tanaman yang diperbanyak secara
vegetatif.
107. Tujuan: Untuk mengembangkan sistem konservasi ex situ yang rasional, efisien, berorientasi
tujuan, efisien secara ekonomi dan berkelanjutan serta dapat digunakan untuk benih dan spesies yang
diperbanyak secara vegetatif.
108. Untuk mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja nasional, regional dan internasional,
termasuk Sistem Multilateral Traktat Internasional. Untuk mengembangkan kapasitas yang mencukupi
untuk memberikan pilihan kepada negara-negara untuk secara sukarela menyimpan materi genetik
yang bermanfaat dan duplikatnya. Untuk mengembangkan strategi pengelolaan konservasi ex situ dari
tanaman-tanaman yang diperbanyak secara vegetatif dan benih-benih non ortodoks, dan juga untuk
stok spesies dan genetik dan genomik yang telah diabaikan dalam aktivitas konservasi saat ini. Untuk
mempromosikan pengembangan dan transfer teknologi yang tepat untuk mengkonservasi tanaman
tersebut dan untuk mendorong dan memperkuat keterlibatan kebun raya dalam konservasi SDGTPP.
Untuk mempromosikan pertukaran informasi tentang SDGTPP dalam bank gen. Untuk menetapkan
prioritas konservasi dengan menggunakan data karakterisasi dan evaluasi yang lebih lengkap.
3
Diajukan untuk penyiapan Second Report.
109. Untuk mengurangi duplikat aksesi plasma nutfah yang tidak diperlukan dalam program
konservasi saat ini, memanfaatkan ruang penyimpanan plasma nutfah yang tersedia dan
mempromosikan pertukaran informasi tentang SDGTPP sejalan dengan prioritas dan peraturan
nasional dan perjanjian regional dan international yang relevan termasuk Traktat Internasional. Untuk
menyediakan replikasi yang terencana dan penyimpanan aman untuk materi yang saat ini tidak
diduplikasi dengan aman.
110. Kebijakan/strategi: Komunitas internasional berkepentingan dalam dan bertanggung jawab
untuk konservasi ex situ dari SDGTPP. Pemahaman ini menjadi dasar untuk rencana global yang
efektif, terintegrasi dan rasional untuk mempertahankan koleksi yang ada. Negara-negara memiliki
kedaulatan nasional, dan bertanggung jawab untuk SDGTPP yang mereka konservasi, meskipun
demikian, diperlukan rasionalisasi yang lebih besar dari sistem global dari koleksi ex situ.
111. Pemerintah, pusat-pusat penelitian internasional dan organisasi non-pemerintah dan lembaga
penyedia dana harus menyediakan dukungan yang cukup, tepat dan seimbang untuk konservasi
tanaman-tanaman yang diperbanyak secara vegetatif dan tanaman tanaman dengan benih-benih
rekalsitran sebagai tambahan untuk dukungan yang diberikan untuk mengkonservasi spesies dengan
benih-benih ortodoks. Dalam hal ini, kebun raya dan bank gen lapang harus diperkuat kapasitasnya
untuk mengkonservasi spesies yang kurang dimanfaatkan.
112. Fasilitas yang telah ada harus digunakan secara penuh, meliputi pusat-pusat nasional, regional
dan internasional. Materi-materi yang dikonservasi harus diulang dan disimpan dalam fasilitas
penyimpanan jangka panjang dan memenuhi standar internasional, sesuai dengan Traktat Internasional
yang berlaku. Duplikasi yang tidak diharapkan dan tidak diperlukan diantara koleksi-koleksi harus
dikurangi untuk mendukung usaha-usaha efisiensi biaya dan efektivitas dalam usaha konservasi
global. Negara-negara dapat dibantu dalam mengidentifikasi sumber daya genetik mana yang telah
disimpan dan diduplikasi dalam fasilitas penyimpanan jangka panjang.
113. FAO, bekerjasama dengan negara-negara dan lembaga-lembaga terkait, harus memfasilitasi
formalisasi perjanjian untuk melindungi keanekaragaman koleksi ex situ sesuai dengan perjanjian
regional atau internasional yang berlaku, termasuk Traktat Internasional. Hal ini akan memungkinkan
negara-negara tersebut untuk secara sukarela menempatkan koleksi-koleksi di dalam fasilitas-fasilitas
yang aman di luar batas negara mereka.
114. Kapasitas: Personil yang tepat harus dilatih pada semua tingkatan untuk melaksanakan dan
memantau kebijakan dan perjanjian yang digambarkan di atas. Lembaga-lembaga nasional harus
mengevaluasi praktek pengelolaan bank gen saat ini dengan tujuan untuk menciptakan sistem
konservasi ex situ yang lebih rasional, efisien dan berorientasi pengguna. Fasilitas yang tepat, sumber
daya manusia dan peralatan harus disediakan untuk program-progaram nasional SDGTPP.
115. Koleksi-koleksi SDGTPP yang ada harus diamankan. Perawatan khusus harus dilaksanakan
untuk menjaga koleksi dasar dalam koleksi yang terancam punah.
116. Dukungan harus diberikan untuk pelatihan teknik in vitro dan teknologi lain yang baru dan tepat.
Sesuai dengan keperluan dan prioritas nasional, subregional dan regional, dukungan harus diberikan
untuk membangun kapasitas dalam menggunakan teknologi tersebut.
117. Dukungan harus diberikan untuk membiayai pengeluaran yang terjadi oleh lembaga-lembaga
yang menyediakan tempat penyimpanan dan hal-hal yang berhubungan dengan konservasi dan
layanan penelitian/dokumentasi untuk negara lain. Dukungan ini dapat membantu memastikan bahwa
semua materi yang unik telah diidentifikasi, diduplikasi yang sesuai, disimpan dengan aman,
dikarakterisasi, diregenerasi, dievaluasi dan didokumentasi. Hal ini akan mencakup identifikasi
duplikat material yang tidak sesuai dan yang berlebihan. Materi-materi yang belum diduplikasi harus
diperbanyak dan disimpan dalam tempat penyimpanan yang aman, sesuai dengan Traktat
Internasional dan perundang-undangan nasional yang relevan. Tambahan duplikasi koleksi ex situ
akan dipertahankan atas dasar kebijakan negara. Pengembangan fasilitas penyimpanan yang ada dan
penyusunan fasilitas baru mungkin diinginkan di beberapa negara.
118. Penelitian/teknologi: Penelitian harus bertujuan untuk mengembangkan metode konservasi yang
telah diperbaiki, termasuk in vitro dan kriopreservasi, dan, khususnya, teknik-teknik berbiaya murah
yang tepat untuk kondisi operasional lokal. Teknologi dan metode kerja yang ditransfer dari negara
beriklim sedang mungkin tidak sesuai untuk kondisi di negara-negara tropik dan sebaliknya.
119. Penelitian berdasarkan dokumen yang telah ada di dalam RTG harus dilakukan untuk membantu
pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem yang rasional dan efektif. Penelitian seperti ini
mungkin termasuk, antara lain, mengidentifikasi plasma nutfah yang menjadi prioritas dan duplikasi,
mengembangkan metode untuk mengidentifikasi duplikat dan uji viabilitas aksesi, memperbaiki
prosedur untuk konservasi yang rasional dan duplikasi spesies yang diperbanyak secara vegetatif dan
memberdayakan modal dan teknologi untuk mengkonservasi gen, genotipe dan gen komplek.
120. Penelitian diperlukan dalam hal kondisi penyimpanan paling baik untuk benih ortodoks, benih
non-ortodoks dan materi vegetatif. Studi genomik dan fenotipik harus dilakukan yang menghubungkan
secara lebih baik antara data molekuler dengan data deskripsi fenotipe. Protokol-protokol diperlukan
untuk konservasi in vitro dan teknologi konservasi lain untuk tanaman-tanaman penting yang
diperbanyak secara vegetatif dan tanaman dengan benih non-ortodoks. Penilaian harus dibuat untuk
spesies tanaman pangan dan pertanian yang sedikit dikonservasi.
121. Koordinasi/administrasi: Koordinasi di dalam negeri untuk kegiatan prioritas ini harus
melibatkan seluruh pemangku kepentingan SDGTPP, termasuk bank gen nasional, kelompok kerja
tanaman nasional, para pemulia, peneliti, petani, dan organisasi non pemerintah. Hubungan yang erat
perlu dibentuk dengan jejaring kerja regional dan pusat-pusat internasional.
122. Tinjauan administratif dan teknik secara berkala harus didorong untuk menilai efektivitas setiap
insiatif di bawah kegiatan prioritas ini. Subyek tinjauan ini, termasuk juga ketentuan spesifik dari
perjanjian yang relevan, dukungan pembiayaan harus mendorong keamanan jangka panjang dan
memungkinkan perencanaan yang efisien.
123. NARS, jejaring tanaman regional dan organisasi kebun raya internasional yang relevan, dengan
dukungan dari pusat penelitian pertanian internasional dan organisasi regional, harus secara reguler
menilai keadaan dari konservasi tanaman-tanaman yang diperbanyak secara vegetatif dan tanamantanaman dengan benih non ortodoks dan membuat rekomendasi serta mengambil tindakan yang
diperlukan.
124. Kebun raya-kebun raya harus didorong untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan asosiasi
internasional. Hubungan harus diperkuat diantara organisasi-organisasi seperti Asosiasi Kebun Raya
Internasional dan Konservasi Kebun Raya Internasional dan organisasi-organisasi yang bertanggung
jawab untuk konservasi SDGTPP (sebagai contoh FAO, Bioversity International dan pusat pusat
penelitian pertanian lainnya). Hubungan yang serupa harus dibuat diantara organisasi-organisasi,
termasuk sektor swasta (seperti pedagang bibit tanaman), pada tingkat nasional. Kerjasama praktis
harus didorong sebagai prioritas.
7. Meregenerasikan dan memperbanyak aksesi secara ex situ
125. Latar belakang: Ketika suatu aksesi yang disimpan secara ex situ menurun viabilitasnya, baik
gen dan genotipe nya hilang. Bahkan dibawah kondisi penyimpanan ex situ yang optimal, seluruh
aksesi nantinya perlu diregenerasi. Kapasitas regenerasi sering tidak dipertimbangkan ketika
mengumpulkan koleksi dan menyebarkan aksesi, dengan konsekuensi yang tidak diharapkan bahwa
banyak materi yang dikoleksi di masa lalu tidak dapat dipelihara sebagaimana mestinya. Sebagai
akibatnya ada banyak materi simpanan memerlukan regenerasi. Jumlah sampel awal yang sedikit,
viabilitas yang rendah dan permintaan yang sering untuk sampel dari fasilitas penyimpanan jangka
panjang, dapat memperpendek siklus regenerasi. Tetapi, karena kondisi penyimpanan jangka panjang
yang tepat harus menghindari keperluan untuk regenerasi selama beberapa dekade (puluhan tahun),
menengah, rutin, keperluan regenerasi setiap tahun yang terus menerus (sebagai kebalikan dari
keperluan multiplikasi) jumlahnya kurang dari 10 persen dari aksesi yang dikonservasi. Meskipun
demikian, 55 persen negara melaporkan regenerasi kepada Mekanisme Berbagi Informasi Dunia pada
Pelaksanaan RTG (MBID)/the World Information Sharing Mechanism on GPA Implementation
(WISM) menunjukkan bahwa kapasitas telah menurun 20 persen dari bank gen nasional dan hal ini
menghasilkan sisa material regenerasi yang signifikan. Strategi tanaman global didukung oleh Trust
menunjukkan bahwa backlog regenerasi terjadi pada semua tanaman dan wilayah. Akan tetapi,
kemajuan signifikan telah dibuat, termasuk di tingkat global sebagai konsekuensi dari pembiayaan
yang disediakan kepada Pusat dari the Consultative Group on International Agricultural Research
(CGIAR) untuk proyek “Global Public Goods”, dan, pada tingkat nasional, sebagai hasil pembiayaan
dari the Trust. The Trust juga telah mendukung pengembangan pedoman regenerasi untuk sejumlah
tanaman yang tercantum pada Lampiran 1.
126. Untuk meregenerasi dan memperbanyak aksesi-aksesi ex situ untuk memenuhi kebutuhan
konservasi, distribusi dan duplikasi yang aman.
127. Untuk menentukan proses, kemitraan dan kapasitas yang diperlukan untuk regenerasi dan
multiplikasi koleksi-koleksi ex situ untuk memenuhi kebutuhan konservasi, distribusi dan duplikasi
yang aman
128. Kebijakan/strategi: Prioritas harus diberikan kepada:
a) meregenerasikan sampel-sampel yang sekarang ada dalam penyimpanan jangka panjang atau
dimaksudkan untuk disimpan dalam tempat penyimpanan jangka panjang dan sampel yang
mengalami kehilangan viabilitas ;
b) meregenerasikan sampel-sampel yang memenuhi kriteria unik secara global, terancam punah
dan memiliki potensi mempertahankan keanekaragaman dari sampel asli.
129. Input dari jejaring kerja tanaman regional harus dicari dalam menyempurnakan prioritas dan
mengidentifikasi prioritas plasma nutfah untuk regenerasi dan multiplikasi.
130. Identifikasi sampel spesifik untuk regenerasi dan multiplikasi harus dilaksanakan dalam
kerjasama dengan pemulia dan kurator program nasional, yang sering memiliki pengetahuan yang
mendalam dan terinci tentang koleksi dan ketersediaan materi serupa dari lokasi-lokasi in situ.
131.Regenerasi dan multiplikasi harus berupaya untuk memelihara keanekaragamaan alel dan
genotipe dan sifat adaptasi yang komplek dari sampel asli. Meminimalkan frekuensi regenerasi adalah
tujuan penting dan konsekuensi dari aktivitas-aktivitas lain dalam RTG.
132. Pemerintah, sektor swasta, organisasi internasional, termasuk CGIAR, dan organisasi nonpemerintah harus:
a) bekerja sama untuk memanfaatkan kapasitas yang ada dan untuk memastikan bahwa
regenerasi dan multiplikasi dapat berlangsung, kalau layak secara ilmiah, teknik dan
admisinistrasi, di tempat yang kondisinya kurang lebih seperti asal sampel dikoleksi.
b) mempromosikan dan memfasilitasi akses SDGTPP yang disimpan secara ex situ untuk
meminimalkan keperluan menyimpan sampel yang identik di beberapa lokasi dan
konsekuensi perlunya meregenenasi masing-masing sampel.
133. Karakterisasi harus dilakukan bersama-sama dengan regenerasi tanpa mengurangi efektivitas dan
kepentingan ilmiah dari pelaksanaan regenerasi. Karakterisasi harus dilaksanakan sejalan dengan
standar yang diterima secara global
134. Kapasitas: Fasilitas yang layak, sumber daya manusia yang cukup, teknologi yang tepat dan
peralatan yang diperlukan harus tersedia untuk program-program nasional dan organisasi internasional
yang terlibat dalam aktivitas regenerasi dan multiplikasi yang dilaksanakan sebagai bagian dari RTG.
Perhatian khusus harus diberikan untuk menetapkan atau menguatkan kapasitas untuk meregenerasi
dan memperbanyak spesies-spesies menyerbuk silang, diperbanyak secara vegetatif dan rekalsitran,
termasuk peningkatan kapasitas untuk duplikasinya yang aman. Pertimbangan juga harus diberikan
untuk melibatkan sektor swasta, petani dan organisasi non pemerintahan dalam aktivitasnya
135. Bank gen harus memastikan bahwa sudah ada sistem pemantauan dan harus dapat memastikan
status terkini dari aksesi-aksesi mereka dan untuk memprioritaskan aksesi mana yang perlu
diregenerasi dan diperbanyak.
136. Program-program pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam persyaratan
regenerasi dan multiplikasi diantara spesies-spesies.
137. Penelitian/teknologi: Pedoman untuk regenerasi, termasuk teknologi standar dan spesifik harus
terus dikembangkan, terutama untuk tanaman-tanaman menyerbuk silang, diperbanyak secara
vegetatif dan rekalsitran.
138. Ada kebutuhan untuk memperkuat penelitian perbaikan teknologi konservasi di berbagai bidang
kunci: pemanjangan interval waktu diantara siklus regenerasi (benih ortodoks); mekanisme fisiologi
terkait dengan toleran suhu rendah dan dehidrasi (benih rekalsitran); dan teknologi konservasi in vitro.
139. Penelitian harus dilaksanakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari usaha-usaha
regenerasi, termasuk metode untuk meminimalkan penyimpangan genetik, untuk mengidentifikasi
marka-marka yang berasosiasi dengan masa simpan benih untuk membantu merancang strategi
regenerasi, untuk mengembangkan pengertian tentang penyebab mutasi dalam konservasi plasma
nutfah dan untuk mengeliminasi hama-hama terbawa benih. Masih ada pertanyaan penting tentang
sistem pemuliaan, biologi reproduksi, mekanisme dormansi dan problem-problem teknik yang
berhubungan dengan praktek regenerasi.
140. Koordinasi dan administrasi: Keterlibatan yang aktif dari jejaring kerja tanaman regional
penting untuk keberhasilan usaha regenerasi dan multiplikasi, khususnya dalam mengidentifikasi dan
memprioritaskan plasma nutfah yang diregenerasi dan diperbayak. Perencanaan nasional untuk
regenerasi harus dirumuskan dengan bantuan mereka, khususnya dengan memperhatikan SDGTPP
prioritas nasional.
141. Harus ada pemantauan yang terus menerus tentang keperluan regenerasi dan multiplikasi, yang
harus berisikan pertimbangan perlunya duplikasi, pola penyimpanan spesies, kondisi penyimpanan dan
viabilitas individu aksesi.
Pemanfaatan yang Berkelanjutan
8. Memperluas karakterisasi, evaluasi, dan pengembangan kelompok koleksi khusus untuk
memfasilitasi pemanfaatannya
142. Latar belakang: koleksi-koleksi bank gen harus membantu pengguna untuk tanggap
terhadap tantangan baru dan kesempatan untuk memperbaiki produktivitas tanaman,
meningkatkan keberlanjutan dan tanggap perubahan-khususnya perubahan iklim dan ketahanan
terhadap hama-dan memenuhi keperluan manusia terkait dengan SDGTPP. Saat ini, koleksi
plasma nutfah tanaman pangan utama sangat beranekaragam yang akan diperlukan untuk
memenuhi tantangan ini. Agar para pemulia tanaman, peneliti dan pengguna SDGTPP lainnya
menggunakan koleksi paling efektif, mereka perlu secara cepat mengidentifikasi jumlah genotipe yang
dapat dikelola yang memiliki atau sekiranya memiliki berbagai macam sifat yang berbeda yang
diperlukan dalam program mereka. Perbaikan karakterisasi dan evaluasi dapat mendorong
pemanfaatan koleksi lebih besar dan lebih efisien. Memahami keragaman dan ekspresi genetik juga
penting untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman. Penetapan kumpulan materi
genetik yang terbatas-dengan dasar menangkap keanekaragaman total dalam sejumlah kecil aksesi
atau keragaman dalam sifat khusus-telah diketahui dapat meningkatkan pemanfaatan koleksi. Usahausaha ini memerlukan kerjasama yang erat diantara kurator plasma nutfah dan pemulia tanaman dalam
deliniasi subset koleksi yang dapat dikelola. Karakterisasi dan evaluasi juga dapat membantu
mengidentifikasi plasma nutfah yang potensial untuk pengembangan lebih lanjut oleh para pemulia
atau petani, maupun untuk pemanfaatan langsung oleh petani untuk produksi dan pemasaran.
143. Dalam dekade yang lalu, telah terjadi kemajuan yang nyata dalam karakterisasi dan evaluasi
koleksi-koleksi plasma nutfah tanaman. Banyak negara telah memiliki kapasitas untuk menggunakan
teknik molekuler dalam mengkarakterisasi plasma nutfah, suatu perkembangan yang penting untuk
menghasilkan data yang lebih lengkap dan dapat dipercaya. Usaha harus terus berlanjut dalam
pengembangan kapasitas yang memang diperlukan. Kemajuan yang nyata juga telah dibuat dalam
mengembangkan teknik fenotiping secara masal dan cepat dan infrastruktur terkait. Untuk
mengefisienkan karakterisasi dan evaluasi aksesi plasma nutfah dan materi pemuliaan untuk sifat-sifat
yang berasosiasi dengan adaptasi, mitigasi, pengaruh perubahan iklim, dan respon terhadap
permintaan konsumen, adalah sama pentingnya untuk melanjutkan pengembangan kapasitas
fenotiping.
144. Di samping kemajuan semua itu, masih ada kesenjangan data dan banyak data yang ada yang
tidak dapat diakses dengan mudah. Kurangnya data karakterisasi dan evaluasi yang memadai untuk
meregenerasi dan mengelolanya, merupakan kendala yang masih serius dalam menggunakan
kebanyakan koleksi plasma nutfah, khususnya yang mengandung spesies kurang dimanfaatkan dan
KLT. Dengan mengembangkan akses kepada teknik molekuler dan biologi komputasi, teknologi
informasi dan SIG, pemanfaatan koleksi SDGTPP dapat sangat ditingkatkan dengan meningkatkan
tipe dan volume data tersedia. Usaha harus sama-sama dilakukan dalam mengembangkan standar
deskriptor dan metode karakterisasi yang seragam untuk banyak tanaman dan spesies. Pendanaan yang
lebih besar dan pembangunan kapasitas akan membantu peningkatan luas dan dalamnya upaya
pengkarakterisasian plasma nutfah, membuatnya lebih mudah untuk mengambil sifat-sifat yang
diinginkan dari bank gen.
145. Tujuan: Untuk meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya genetik tanaman dalam
bank gen. Untuk mengidentifikasi nilai potensi plasma nutfah untuk penelitian dan pengembangan
tanaman dan untuk pemanfaatan langsung oleh petani dalam merehabilitasi ekosistem yang
terdegradasi dan bentuk-bentuk lain dari pemanfaatan langsung dalam agro-ekosistem.
146. Untuk mengembangkan kegiatan inovatif dalam karakterisasi dan evaluasi tanaman tertentu,
dengan pendekatan partisipatif yang sesuai, termasuk untuk spesies yang kurang dimanfaatkan, untuk
mengidentifikasi aksesi yang berpotensi bermanfaat dan gen-gen untuk meningkatkan produktivitas
dan keberlanjutan, khususnya dalam konteks perubahan iklim.
147. Untuk mengembangkan manfaat dari proses evaluasi dengan mengembangkan dan mengadaptasi
metode evaluasi secara masal dan cepat untuk mengidentifikasi aksesi-aksesi yang memiliki sifat-sifat
yang berharga. Metode ini meliputi pengujian secara cepat dengan komputer dari keanekaragaman
genetik dan kandungan metabolik, analisis biokimia yang baru dan metode baru untuk menangkap
dengan cepat keragaman morfologi dan struktur di lapangan menggunakan peralatan yang dapat
digenggam.
148. Untuk membentuk subset materi genetik termasuk koleksi dengan sifat khusus untuk tanaman
yang penting secara global.
149. Untuk memperbaiki dan memfasilitasi pertukaran dan akses pada kualitas data karakterisasi dan
evaluasi koleksi diantara bank gen, termasuk melalui sistem informasi nasional, regional dan global.
150. Kebijakan/strategi: Pemerintah, bekerja sama dengan badan PBB yang relevan dan regional,
antar pemerintah dan organisasi non-pemerintah, pusat penelitian pertanian internasional, jejaring
kerja regional dan sektor swasta, dan dengan mempertimbangkan pandangan dari komunitas ilmiah,
pemulia dan organisasi petani dan masyarakat setempat, sebaiknya:
a) menetapkan data karakterisasi dasar dan evaluasi, menetapkan prioritas dan menilai kemajuan
secara berkala dalam kaitannya dengan keperluan yang berbeda dari berbagai pengguna
SDGTPP, dengan penekanan pada identifikasi sifat-sifat yang membatasi produksi tanaman
pangan pokok dan tanaman yang memiliki kepentingan ekonomi nasional, dan juga tanaman
yang kurang dimanfaatkan dan tanaman dengan sifat yang diinginkan;
b) dukungan kerjasama dan saling melengkapi diantara para pemulia, peneliti, penyuluh, petani
dan bank gen;
c) mendorong pertukaran informasi karakterisasi dan evaluasi, termasuk melalui jejaring kerja
database bank gen di dalam dan antar negara;
d) memperhatikan bahwa akses SDGTPP terkena perjanjian regional atau internasional, seperti
Traktat Internasional. Untuk mentaati perjanjian tersebut, pengguna SDGTPP harus didorong
untuk menyetujui ketentuan untuk berbagi data evaluasi yang relevan dengan lembaga
sumber, memberi perhatian terhadap kebutuhan khusus dari pengguna komersial yang
menghendaki kerahasiaan;
e) menggunakan data karakterisasi dan evalusi untuk membantu meningkatkan pengelolaan
landrace secara in situ, KLT, tanaman pangan liar dan tanaman pakan;
f) memberikan dukungan dana yang sesuai untuk program-program karakterisasi dan evaluasi
untuk spesies tanaman yang sangat penting untuk ketahanan pangan, memberikan
pembiayaan yang penting untuk jangka menengah dan panjang, dan mendorong sinergi
dengan mekanisme pembiayaan yang ada (sebagai contoh Dana Pembagian Keuntungan dari
Traktat Internasional).
151. Jejaring kerja tanaman dan bank gen harus didorong untuk mengidentifikasi sifat-sifat yang
bermanfaat dan menetapkan sifat khusus dan koleksi kecil yang diminati pengguna dengan fokus
khusus adaptasi terhadap perubahan iklim, keberlanjutan dan ketahanan pangan. Karakterisasi dan
evaluasi harus dipekuat dan distandarisasi dan data diupayakan lebih dapat diakses melalui sistem
informasi yang telah diperbaiki.
152. Kapasitas: Dukungan harus diberikan untuk kelangsungan program-program karakterisasi dan
evaluasi plasma nutfah prioritas terpilih yang menjadi target. Proses karakterisasi dan evaluasi dimulai
dengan penilaian dari informasi saat ini dan usaha mengumpulkan, mengkoleksi,
mengkomputerisasikan dan menyediakan informasi yang terdapat dalam catatan, laporan-laporan,
kartu-kartu, dll. Banyak perkerjaan evaluasi perlu dilaksanakan dengan berorientasi pengguna, secara
spesifik lokasi.
153. Pemerintah dan organisasi-organisasi yang tepat harus mengidentifikasi lembaga-lembaga dan
perorangan yang mungkin memiliki kapasitas dan keahlian dalam mengkarakterisasi dan
mengevaluasi plasma nutfah untuk cekaman khusus dan mengembangkan portofolio nasional keahlian
tersebut, termasuk para pemulia, petani dalam wilayah-wilayah yang tinggi cekamannya yang dapat
melakukan evaluasi pendahuluan untuk mengidentifikasi subset dari aksesi-aksesi yang menjanjikan
untuk dievaluasi lebih lanjut secara lebih ilmiah. Efisiensi biaya dengan mengsubkontrakkan evaluasi
juga harus teliti juga kelayakan program-program kerjasama melibatkan program nasional dan sektor
swasta.
154. Staf program nasional harus dilatih dalam teknik karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah yang
berbasis tanaman tertentu. Pelatihan tersebut harus mulai dengan tanaman-tanaman yang penting
secara nasional dan yang saat ini direncanakan dalam program pemuliaan. Pembangunan kapasitas
harus ditujukan untuk personel yang kurang terlatih dalam pemanfaatan metode karakterisasi standar,
termasuk teknik biologi molekuler dan pengelolaan data menggunakan platform informasi modern.
155. Dukungan harus diberikan untuk melatih para pemulia dan petani yang berpartisipasi dalam
program evaluasi SDGTPP lekat-lahan. Penekanan harus pada pengetahuan yang luas yang dimiliki
para wanita tentang penggunaan dan manfaat dari tanaman, sebagai tanggung jawab mereka yang
sering terlibat dari multiplikasi, produksi dan pemanenan tanaman sampai pengolahan, penyimpanan
dan penyiapan pangan/pakan.
156. Pelajar dalam semua tingkatan harus dilatih dalam topik dasar yang berhubungan dengan
karakterisasi, evaluasi dan pemanfaatan SDGTPP.
157. Penelitian/teknologi: Berbagai jenis penelitian harus dilakukan terhadap koleksi sekarang ini dengan
biaya yang efektif. Menggunakan teknologi terkini, dan dengan dukungan dari pemuliaan tanaman,
penelitian harus berusaha untuk:
a) mengembangkan penggunaan metode molekuler dalam karakterisasi dan evaluasi untuk
mengidentifikasi gen-gen yang berguna dan mengerti ekspresi dan variasinya;
b) mengembangkan metode karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah menggunakan uji biokimia dan
fenotiping secara masal dan cepat, khususnya untuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan
iklim dan meningkatkan nilai nutrisi;
c) memperbaiki pertukaran data melalui pengembangan lebih lanjut dan harmonisasi standar untuk
data karakterisasi dan evaluasi.
158. Penelitian juga diperlukan untuk mengembangkan subset materi yang lebih berguna termasuk
core collections, mini- dan micro-cores dan koleksi dengan sifat-sifat/ciri khusus. Hal ini memerlukan
pengembangan sistematik dan uji prosedur pengambilan contoh yang berbeda, dan juga meningkatkan
ketersediaan data karakterisasi dan evaluasi melalui sistem dokumentasi yang telah berkembang.
Pekerjaan selanjutnya juga diperlukan untuk mengoptimalkan cara dimana subset tersebut digunakan
oleh para pemulia dengan mengakses materi-materi terbaik dari koleksi lengkapnya.
159. Koordinasi/administrasi: Usaha-usaha karakterisasi dan evaluasi harus direncanakan dan
diterapkan dengan partisipasi aktif dari program nasional, para pemulia tanaman dan jejaring kerja
tanaman dan regional. Jika sesuai, organisasi-organisasi pemulia dan petani, swasta dan perusahaan
publik dan perhimpunan terkait dan pemangku kepentingan yang relevan juga harus dilibatkan.
160. Terbatasnya koleksi yang menguntungkan pengguna seperti koleksi dengan ciri spesifik, core atau
micro-core collections harus dikembangkan dengan partisipasi aktif dari para pemulia dan pengguna
lain, demikian juga jejaring kerja tanaman yang relevan. Bekerja dalam koleksi seperti itu harus
terintegrasi dengan kuat dalam konteks upaya untuk meningkatkan pemanfaatan.
161. Kerjasama dan pertukaran informasi diperlukan, khususnya oleh bank gen di negara-negara
berkembang yang mengelola koleksi yang sangat beranekaragam tetapi tidak memiliki staf yang ahli
dalam semua spesies yang mereka konservasi.
9. Mendukung pemuliaan tanaman, pengkayaan genetik dan upaya perluasan latar belakang
genetik
162. Latar Belakang: Koleksi plasma nutfah dapat digunakan untuk mengidentifikasi alel-alel
spesifik yang berguna dalam mengembangkan varietas baru yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan baru, dan untuk memperluas latar belakang dasar-dasar genetik dalam program pemuliaan.
Sementara beberapa materi genetik dapat digunakan langsung oleh pemulia sebagai salah satu tujuan
tersebut, seperti pra-pemuliaan atau pengkayaan genetik sering diperlukan untuk menghasilkan bahan
genetik yang mudah dimanfaatkan dalam program pemuliaan. Varietas yang baru merupakan cara
untuk menyampaikan materi SDGTPP kepada petani
163. Tantangan pemanfaatan SDGTPP dipersulit dengan mandek atau berkurangnya kapasitas
pemuliaan di banyak negara. Ada kekurangan jumlah pemulia tanaman di sektor publik dan swasta
dan penurunan pendaftaran mata kuliah program pemuliaan tanaman konvensional di
universitas/sekolah pertanian dan lembaga lainnya, bahkan pelajar memilih jalur karir yang dilihat
sebagai ilmu yang lebih modern, seperti biologi molekuler. Ada kebutuhan mendesak untuk
memperbaiki situasi ini karena peran pemulia tanaman konvensional dalam pengembangan varietas
tanaman adalah tak tergantikan.
164. Tantangan global saat ini terutama perubahan iklim, sangat memerlukan program pemuliaan
tanaman yang lebih intensif. Penguatan kapasitas manusia dan infrastruktur diperlukan dalam program
pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas yang toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik
yang diperlukan untuk adaptasi perubahan iklim, serta untuk diversifikasi dan ketahanan pangan.
Peningkatan kapasitas tersebut harus disertai dengan memikirkan kembali strategi. Pemuliaan harus
didasarkan pada kebutuhan, dengan lebih mengintegrasikan perspektif petani dan pengguna lainnya
dalam menetapkan prioritas dan tujuan. Efisiensi kegiatan pemulia tanaman secara tradisional harus
ditingkatkan dengan mengintegrasikan secara bijaksana dengan bioteknologi baru berbiaya efektif dan
strategi fenotiping.
165. Pra-pemuliaan dan peningkatan genetik harus didorong, termasuk dengan menggabungkan
kurator plasma nutfah dan pemulia tanaman, sehingga plasma nutfah yang sesuai dapat diidentifikasi
dan digunakan dalam mencapai tujuan yang jelas. Penekanan lebih besar harus diberikan pada
perbaikan tanaman yang kurang dipelajari padahal merupakan makanan pokok di banyak bagian
dunia. KLT harus digunakan lebih sistematis untuk mengidentifikasikan gen yang diperlukan untuk
membuat varietas tanaman tahan perubahan yang diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan dalam
menghadapi perubahan iklim.
166. Meningkatkan keberlanjutan, ketahanan dan kemampuan beradaptasi produksi tanaman pangan
akan memerlukan pemanfaatan dan penyebaran tanaman dan varietas yang makin beranekaragam yang
tersedia bagi petani. Kontribusi penting dapat dilakukan melalui strategi perluasan latar belakang
genetik untuk memperluas keanekaragaman genetik dalam program pemuliaan tanaman dan produkproduk yang dihasilkan dari program tersebut.
167. Sebuah contoh upaya multilateral untuk meningkatkan kapasitas dalam pemuliaan adalah FAOGlobal Partnership Initiative for Plant Breeding Capacity Building (GIPB). Kemitraan dengan banyak
pemangku kepentingan dari sektor publik maupun swasta dari negara maju dan berkembang ini
dibentuk sebagai respon langsung terhadap Pasal 6 Traktat Internasional. GIPB bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas pemuliaan tanaman dan sistem pengiriman benih di negara berkembang dan
untuk meningkatkan produksi pertanian melalui pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP. Generation
Challenge Programme (GCP), sebuah inisiatif dari CGIAR yang bertujuan untuk menciptakan
tanaman unggul untuk petani kecil melalui kemitraan antar lembaga penelitian, adalah contoh lain dari
inisiatif banyak pemangku kepentingan yang mendorong pemanfaatan SDGTPP dalam perbaikan
tanaman. GCP memfokuskan pada pemanfaatan alat bioteknologi terbaru, termasuk genomik,
pemuliaan molekuler dan bioinformatika, untuk meningkatkan efisiensi dalam pengembangan varietas
tanaman.
168. Tujuan: Untuk berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan perbaikan mata pencaharian petani
melalui penyebaran tanaman yang beradaptasi dan pengembangan varietas tanaman yang tahan
perubahan yang menjamin hasil yang tinggi pada kondisi lingkungan yang buruk dan sistem pertanian
dengan input yang minimal. Untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya genetik, sehingga
merupakan cara yang nyata untuk melestarikannya.
169. Untuk mengurangi kerapuhan dengan meningkatkan keanekaragaman genetik dalam sistem
produksi serta dalam program pemuliaan tanaman melalui pemanfaatan KLT, varietas petani/landrace,
varietas unggul dan introduksi, yang sesuai. Untuk meningkatkan keberlanjutan sistem pertanian dan
kapasitas untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan kebutuhan yang muncul. Untuk
memperkuat kapasitas program pemuliaan tanaman nasional dan sektor lainnya, jika diperlukan dan
sesuai, dan untuk mendorong pemuliaan partisipatif. Untuk menyediakan alat dan sumber daya yang
dibutuhkan dalam meningkatkan keanekaragaman genetik yang digunakan dalam program pemuliaan
tanaman baik tanaman utama maupun minor, melalui pendekatan berbasis perluasan latar belakang
genetik dan pengkayaan genetik yang sesuai.
170. Kebijakan/Strategi : Pemerintah, organisasi non-pemerintah dan internasional, serta sumber
dana seharusnya :
a) mengakui pentingnya memberikan pendanaan jangka panjang dan dukungan logistik untuk
pemuliaan tanaman dan penelitian, pra-pemuliaan, dan kegiatan pengkayaan dan perluasan
genetik;
b) menyadari pentingnya memberikan dukungan yang memadai untuk pemanfaatan secara rutin
alat bioteknologi terbaru, biologi komputasi dan teknologi informasi dalam pengelolaan
SDGTPP, terutama dalam karakterisasi plasma nutfah dan memfasilitasi introgresi sifat yang
diinginkan ke materi pemuliaan;
c) mendorong pengembangan kemitraan publik-swasta dan lainnya yang membantu
perkembangan pendekatan partisipatif untuk menetapkan dan menerapkan prioritas dan
tujuan perbaikan tanaman;
d) mengembangkan kebijakan dan perundang-undangan yang mendukung pemuliaan
partisipatif, termasuk kerangka peraturan yang tepat untuk pengembangan varietas melalui
pemuliaan tanaman partisipatif;
e) mendorong partisipasi lembaga, pendekatan gender dan pemuda untuk melakukan pemuliaan
tanaman sebagai bagian dari strategi nasional SDGTPP dengan memfasilitasi adopsi varietas
tanaman baru;
f) membantu peningkatan akses bagi pemulia tanaman seluas mungkin terhadap
keanekaragaman genetik untuk mengidentifikasi sifat-sifat yang diperlukan dalam
pengembangan varietas tanaman yang beradaptasi dengan kondisi iklim baru, dan;
g) dalam merumuskan strategi nasional dan memupuk kerjasama, mestinya, sepenuhnya sadar
tentang ketentuan dalam Sistem Multilateral Traktat Internasional, yaitu material dapat
diakses "untuk tujuan pemanfaatan dan konservasi bagi penelitian, pemuliaan dan pelatihan
untuk pangan dan pertanian.”
171. Kapasitas: Dukungan harus diberikan kepada sistem nasional, jejaring kerja regional, pusatpusat penelitian pertanian internasional, organisasi non-pemerintah, universitas, program pemuliaan
dan organisasi terkait lainnya untuk melakukan pemuliaan tanaman, termasuk pengkayaan genetik dan
perluasan genetik. Prioritas harus diberikan untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi oleh jejaring
kerja tanaman dan regional, forum penelitian dan pengembangan regional, badan-badan ilmiah dan
lembaga yang kompeten dan, pemulia dan organisasi petani. Upaya harus dilakukan tidak hanya untuk
mengatasi masalah yang dihadapi tanaman pada Lampiran I dari Traktat Internasional tetapi juga
untuk memasukkan tanaman yang mendukung ketahanan pangan lokal di seluruh dunia.
172. Pembangunan kapasitas pada kegiatan ini harus memprioritaskan untuk menciptakan tenaga
terampil dalam teknik perbaikan genetik tanaman baik secara tradisional maupun modern. Selain itu,
kapasitas ini perlu diperkuat pada evaluasi di lapang dan laboratorium. Pembangunan kapasitas harus
disertai dengan insentif yang memadai-seperti peluang karir terstruktur-dalam rangka untuk
memfasilitasi daya tarik dan retensi staf yang berpengalaman. Kerjasama internasional yang lebih
besar-misalnya, dengan pusat-pusat unggulan regional-bisa membantu memotong biaya pelatihan
nasional dan mengurangi duplikasi investasi yang tidak perlu.
173. Penelitian/teknologi: Lembaga harus mengembangkan lebih jauh, mengadopsi dan
menggunakan dan bioteknologi yang meningkatkan efisiensi dan alat tambahan untuk pengkayaan
genetik. Lembaga harus memperluas kegiatan penelitian dan pengembangan yang mencakup upaya
peningkatan domestikasi dan optimalisasi pemanfaatan KLT dalam program pemuliaan. KLT
mengandung gen penting untuk ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik dan untuk
meningkatkan produktivitas dan menjadi penting untuk sumber perluasan latar belakang genetik.
Prosedur diperlukan untuk memperbaiki identifikasi dan transfer gen yang berguna.
174. Penelitian diperlukan untuk mengembangkan prosedur seleksi dan metode pemuliaan yang
mendukung perluasan latar belakang genetik dan perbaikan keberlanjutan sekaligus peningkatan
produktivitas. Hal ini meliputi penelitian tentang penyeleksian material dasar yang sesuai untuk
program pemuliaan dan prosedur pemuliaan populasi.
175. Koordinasi/administrasi: Kegiatan harus direncanakan dan dilaksanakan dengan kerjasama
yang erat dengan program nasional, jejaring kerja tanaman dan regional, badan ilmiah dan lembaga
lain dan organisasi pemulia dan petani. Komunikasi yang erat antara kurator bank gen, pemulia
tanaman dan ilmuwan lain baik di sektor publik dan swasta harus didorong. Jejaring kerja antar
komunitas praktisi pemuliaan harus didorong sebagai kendaraan untuk berguru dan bertukar ide. Kerja
sama para pemangku kepentingan utama dalam pengembangan rantai nilai tanaman pada tingkat
nasional merupakan cara lain yang efektif untuk mengkoordinasikan kegiatan dan upaya yang
diperlukan untuk memastikan kemajuan yang berkelanjutan dalam kegiatan prioritas ini.
10. Mempromosikan diversifikasi produksi pertanian dan perluasan keanekaragaman tanaman
untuk pertanian berkelanjutan
176. Latar belakang: Di samping kemajuan dalam diversifikasi produksi tanaman, berbagai sistem
produksi tanaman, yang semakin mendominasi sistem pertanian, dapat mengakibatkan kehilangan
hasil akibat hama, penyakit dan cekaman abiotik, serta kurangnya stabilitas dan ketahanannya.
Beberapa tantangan baru telah diketahui dalam dekade terakhir yang akan membutuhkan penguatan
diversifikasi. Ini termasuk kebutuhan untuk keberlanjutan jangka panjang dalam praktek pertanian,
tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh produksi dan pemanfaatan biofuel, ketahanan pangan
dan gizi dan pembangunan pedesaan, serta perubahan iklim.
177. Untuk mengatasi tantangan tersebut, sejumlah besar varietas tanaman dan spesies perlu
dimasukkan ke dalam sistem pertanian. Termasuk tanaman yang menghasilkan bahan baku untuk
agroindustri dan energi, tanaman yang saat ini kurang dimanfaatkan, tanaman liar dan pakan ternak.
Demikian pula, pemulia tanaman perlu memasukkan keanekaragaman yang lebih dalam program
perbaikannya. Evaluasi partisipatif, seleksi dan perbaikan varietas petani/landrace dan galur-galur
adalah tindakan yang bisa membawa tingkat keanekaragaman yang lebih tinggi, adaptasi dan stabilitas
tanaman. Diversifikasi pada tingkatan spesies dan genetik harus dilengkapi dengan diversifikasi sistem
produksi. Sistem produksi yang beragam akan memberikan peningkatan layanan ekosistem dan
mendapat manfaat yang lebih baik dari layanan yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Dengan
solusi lainnya seperti rotasi, campuran varietas dan multi galur, praktek-praktek ini akan membantu
dalam peningkatan ketahanan dan stabilitas sistem pertanian sehingga memastikan ketahanan pangan,
gizi dan penghasilan. Pengembangan varietas oleh pemulia lokal sangat relevan untuk adaptasi
pertanian terhadap perubahan lingkungan dan memenuhi tuntutan petani dan masyarakat. Ada
kebutuhan varietas yang disesuaikan dengan kebutuhan praktis dan lokal yang bergerak lebih cepat
karena perkembangan komersialisasi.
178. Tujuan: Untuk mempromosikan pertanian berkelanjutan melalui diversifikasi antar dan di dalam
tanaman.
179. Secara berkala meninjau kerapuhan genetik tanaman dan mendorong pemulia, dan kelompok
terkait lainnya untuk mengambil tindakan mitigasi yang diperlukan di tingkat nasional, regional dan
internasional.
180. Untuk mengembangkan model diversifikasi produksi yang konsisten dengan produktivitas yang
lebih tinggi dan stabilitas serta pertemuan preferensi konsumen.
181. Kebijakan/strategi: Pemerintah dan organisasi antar pemerintah yang relevan, bekerja sama
dengan jejaring kerja tanaman, lembaga penelitian, lembaga penyuluhan, sektor swasta, organisasi
petani dan organisasi non-pemerintah, harus:
a) secara teratur memonitor keanekaragaman genetik dan menilai kerapuhan tanaman;
b) mempromosikan kebijakan yang mendukung program diversifikasi dan masuknya spesies baru
dalam sistem produksi;
c) meningkatkan diversifikasi dengan menanam campuran varietas yang beradaptasi dan spesies
yang sesuai;
d) meningkatkan kesadaran di kalangan pembuat kebijakan, penyandang dana dan masyarakat
umum tentang nilai sistem produksi yang beanekaragam;
e) mendorong negara-negara untuk mengadopsi strategi yang tepat dan efektif, kebijakan,
kerangka hukum dan peraturan yang mempromosikan sistem produksi yang beranekaagam;
f) mendukung pengelolaan keanekaragaman oleh pemulia dan petani;
g) meningkatkan investasi dalam perbaikan tanaman yang kurang dimanfaatkan dan
pengembangannya serta pemanfaatan sifat utama dalam tanaman yang relevan dengan
kesehatan manusia dan lingkungan dan pengaruh perubahan iklim.
182. Lembaga donor harus didorong untuk terus memberikan dukungan kepada masyarakat adat dan
lokal, sistem nasional penelitian pertanian, pusat pertanian internasional, program perbenihan dan
badan-badan penelitian yang relevan dan organisasi non-pemerintah untuk pekerjaan yang bertujuan
meningkatkan tingkat keanekaragaman dalam sistem pertanian.
183. Kapasitas: Pemerintah dan sistem nasional penelitian pertanian, didukung oleh pusat-pusat
penelitian pertanian internasional dan organisasi penelitian dan penyuluhan lainnya harus:
a) meningkatkan kapasitas mereka untuk mengembangkan dan menggunakan multi galur,
varietas campuran dan sintetik;
b) meningkatkan kapasitas mereka untuk mengadopsi berbagai strategi pengelolaan hama yang
terpadu pada sistem produksi;
c) mengembangkan strategi untuk penyebaran dan pemanfaatan berbagai varietas;
d) menggali dan dalam keadaan tertentu, menggunakan strategi pemuliaan tanaman desentralisasi
dan partisipatif untuk mengembangkan varietas tanaman khususnya yang sesuai dengan
lingkungan setempat;
e) memanfaatkan teknik bioteknologi untuk memfasilitasi perluasan latar belakang genetik
tanaman, dan
f) memperkuat kemampuan petani, masyarakat adat dan lokal dan organisasi mereka, serta
penyuluh dan pemangku kepentingan lainnya, untuk mengelola keanekaragaman hayati
pertanian dan layanan ekosistem secara berkelanjutan.
184. Penelitian/teknologi: Dukungan terhadap upaya untuk mengidentifikasi pemuliaan tanaman dan
praktek-praktek agronomi yang mendorong diversifikasi produksi tanaman. Mungkin termasuk
meninjau rekam jejak berbagai praktek yang ada.
185. Penelitian diperlukan pada pembudidayaan spesies liar, peningkatan pemanfaatan tanaman
kurang dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman dan varietas yang disesuaikan dengan nilai gizi,
dan perubahan iklim.
186. Akan menjadi penting untuk mengembangkan alat yang lebih baik dan metodologi dalam menilai
kerapuhan genetik tanaman, penyediaan layanan agro-ekosistem, termasuk penyerbukan, dan
penerapan pendekatan ekosistem untuk pertanian berkelanjutan.
187. Koordinasi/administrasi: Ada kebutuhan kolaborasi yang erat antara kementerian pertanian dan
lingkungan dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan dan strategi diversifikasi produksi
tanaman untuk pertanian berkelanjutan. Kebijakan tersebut harus dikoordinasikan di tingkat regional
agar benar-benar efektif.
11. Mempromosikan pengembangan dan komersialiasi semua varietas, terutama varietas
petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan
188. Latar belakang: Produksi komersial semakin mendominasi dalam sistem pertanian. Dalam
sistem produksi yang komersial, beberapa tanaman utama menyediakan sebagian besar kebutuhan
global. Padahal, lebih banyak spesies, termasuk varietas petani/landrace baik itu tanaman utama dan
minor, yang digunakan oleh petani dan masyarakat adat dan lokal untuk memenuhi permintaan lokal
untuk pangan, serat dan pengobatan. Pengetahuan tentang pemanfaatan dan pengelolaan dari varietas
dan spesies seringkali bersifat lokal dan khusus. Keanekaragaman di tingkat spesies dan varietas ini
makin digantikan oleh keseragaman produk tertentu dalam pasar pertanian sebagai varietas yang
dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan produksi, industri pengolahan dan permintaan standar
pasar.
189. Spesies yang kurang dimanfaatkan, varietas petani/landrace dan varietas tanaman lainnya yang
tidak umum digunakan dalam sistem produksi pertanian, mulai hilang, bersamaan dengan pengetahuan
terkait. Meskipun telah ada sedikit peningkatan dalam upaya pelestarian spesies seperti ex situ, secara
keseluruhan, keanekaragamannya belum terwakili secara memadai dalam koleksi. Termasuk juga
banyak tanaman yang kurang dimanfaatkan yang termasuk dalam Lampiran I dari Traktat
Internasional. Padahal, banyak dari spesies dan varietas itu memiliki potensi besar untuk pemanfaatan
yang lebih luas, terutama dalam pemuliaan, dan bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk
mata pencaharian yang berkelanjutan melalui peningkatan pangan dan keamanan gizi, serta
peningkatan pendapatan dan mitigasi risiko.
190. Bagaimanapun juga, ada peningkatan pengakuan global terhadap nilai tanaman varietas
petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan dalam menghadapi iklim yang tidak menentu,
kekurangan gizi dan kemiskinan di pedesaan. Misalnya, ada bukti peningkatan kesadaran baik antara
masyarakat dan kalangan pembuat kebijakan tentang pentingnya sayuran tradisional dan buah-buahan
dan potensi tanaman energi baru. Yang disebut pasar "khas" atau "bernilai tinggi" tumbuh luas sejalan
dengan bertambahnya konsumen yang bersedia untuk membayar harga yang lebih tinggi untuk pangan
yang lebih berkualitas, pangan baru atau turun temurun dari sumber yang mereka kenal dan percaya.
Mekanisme hukum yang baru memungkinkan para petani untuk memasarkan varietas petani/landrace,
dan makin tersedia peraturan yang mendukung pemasaran produk indikasi geografis, yang juga
menjadi cara bagi petani untuk melestarikan dan memanfaatkan keanekaragaman genetik tanaman
lokalnya.
191. Untuk menangkap potensi nilai pasar varietas petani/landrace dan spesies yang kurang
dimanfaatkan, ada kebutuhan untuk lebih mengintegrasikan usaha individu dan lembaga dengan yang
terlibat di berbagai tahap rantai produksi. Secara khusus, keterlibatan masyarakat adat dan lokal sangat
penting dan sepenuhnya harus memperhitungkan sistem pengetahuan tradisional dan prakteknya.
192. Baru-baru ini, sebuah organisasi baru, Crops for the Future4, telah berdiri dengan upaya
mempromosikan pemanfaatan dan konservasi spesies tanaman yang kurang dimanfaatkan.
193. Tujuan: Untuk memberikan kontribusi pada mata pencaharian yang berkelanjutan, termasuk
peningkatan ketahanan pangan dan gizi, peningkatan pendapatan dan mitigasi risiko, melalui
pengelolaan yang berkelanjutan dari semua varietas, dengan fokus utama pada varietas
petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan.
194. Untuk merangsang permintaan kuat dan pasar yang lebih handal untuk semua varietas, terutama
varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, dan produk-produknya. Untuk
mempromosikan pengolahan lokal, komersialisasi dan distribusi produk-produk dari varietas
tersebut/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap nilai-nilai tersebut.
195. Kebijakan/strategi: Pemerintah dan sistem penelitian pertanian nasional, dengan dukungan
pusat penelitian pertanian internasional dan non-pemerintah, dan dengan mempertimbangkan
pandangan dari pemulia dan organisasi petani, produsen benih, masyarakat adat dan lokal dan sektor
benih swasta, didorong:
a) untuk mempromosikan kebijakan yang konsisten dengan pengelolaan, pemanfaatan dan
pengembangan spesies yang kurang dimanfaatkan, yang sesuai, identifikasi yang memiliki
potensi berkontribusi secara signifikan terhadap ekonomi lokal dan ketahanan pangan;
4
Crops for the Future berkembang dari penggabungan International Centre for Underutilized Crops dan Global Facilitation
Unit for Underutilized Species.
b) untuk mengembangkan dan mengadopsi kebijakan penyuluhan, pelatihan, harga, distribusi
input, pembangunan infrastruktur, kredit dan perpajakan yang akan menjadi insentif untuk
diversifikasi tanaman dan berbukanya pasar untuk produk pangan yang beranekaragam;
c) menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk pengelolaan dan pemantauan
keanekaragaman lokal dan pengembangan pasar lokal dan ekspor untuk berbagai jenis produk
tradisional dan baru yang berasal dari varietas tanaman, terutama varietas petani/landrace dan
spesies yang kurang dimanfaatkan;
d) mendorong kemitraan publik-swasta dan diatur dalam perundang-undangan untuk
mempromosikan pembagian keuntungan bagi petani yang ditargetkan dan penjaga unsur
tradisional.
196. Kapasitas: Pelatihan dan pengembangan kapasitas harus diberikan kepada para ilmuwan,
pemulia, dan spesialis, dan untuk produsen benih, petani, masyarakat adat dan lokal (dengan
penekanan khusus pada wanita) pada topik mendirikan, menjalankan dan mendorong usaha lokal skala
kecil yang berkaitan dengan komersialisasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan
spesies yang kurang dimanfaatkan. Pelatihan ini harus mencakup pelajaran:
a) mengidentifikasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang
dimanfaatkan, yang berpotensi untuk peningkatan komersialisasi dan pemanfaatan secara
berkelanjutan;
b) mengembangkan dan menerapkan praktik pengelolaan yang berkelanjutan untuk spesies yang
kurang dimanfaatkan yang penting untuk pangan dan pertanian;
c) mengembangkan atau mengadaptasi metode pengolahan pasca panen untuk varietas dan
spesies tersebut;
d) mengembangkan metode pemasaran untuk semua varietas, terutama varietas petani/landrace
dan spesies yang kurang dimanfaatkan, dan
e) mendokumentasikan pengetahuan lokal dan tradisional tentang varietas petani/landrace dan
spesies yang kurang dimanfaatkan.
197. Badan organisasi yang tepat, termasuk organisasi non-pemerintah, harus meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai nilai dari semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang
kurang dimanfaatkan, di berbagai media dan melalui mekanisme tambahan seperti pameran di jalan
dan inisiatif di sekolah.
198. Badan yang tepat harus mendorong kesadaran para pembuat kebijakan dan pengusaha tentang
nilai spesies dan varietas tersebut.
199. Penelitian/teknologi: Penelitian harus dilakukan untuk:
a) mengembangkan praktek pengelolaan yang berkelanjutan untuk semua varietas, terutama
varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, yang penting untuk pangan
dan pertanian;
b) mengkarakterisasi dan mengevaluasi varietas petani/landrace dan spesies yang kurang
dimanfaatkan;
c) mendokumentasikan informasi etnobotani varietas petani/landrace dan spesies yang kurang
dimanfaatkan;
d) mengembangkan pengolahan pasca panen dan metode lain untuk meningkatkan kemungkinan
pemasaran semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang
dimanfaatkan;
e) mengembangkan strategi pemasaran dan pengembangan merek untuk semua varietas, terutama
varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan.
200. Proses dan kegiatan komersialisasi yang diperkirakan sangat berdampak buruk terhadap
konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati pertanian harus diidentifikasi dan
dipantau dampaknya.
201. Koordinasi/administrasi: Koordinasi harus diperkuat antara bank gen, pemulia, petani dan
masyarakat adat dan lokal untuk mengidentifikasi materi potensial berharga. Jejaring kerja regional,
bersama dengan program nasional, dan bekerjasama dengan pusat penelitian pertanian internasional,
dan organisasi non-pemerintah dan lainnya yang terkait, harus secara teratur meninjau kembali status
semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, di daerah
mereka, untuk :
a) mengidentifikasi kemungkinan komersialisasi;
b) mengidentifikasi penelitian umum dan kebutuhan pengembangan, dan
c) memfasilitasi dan apabila diperlukan, mengkoordinasikan permintaan bantuan keuangan dan
teknis.
12. Mendukung produksi dan distribusi benih5
202. Latar Belakang: Harus ada sistem perbenihan yang efektif untuk menjamin bahwa petani
memiliki akses ke bahan tanam dalam jumlah cukup dan berkualitas, secara tepat waktu dan dengan
biaya yang wajar. Hanya dengan cara ini petani akan diuntungkan dari potensi varietas lokal dan
unggul untuk meningkatkan produksi pangan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim. Selama 20
tahun terakhir, sektor pertanian swasta telah tumbuh secara signifikan di negara-negara maju dan
berkembang, namun fokus utama yang menjadi perhatian yaitu produk bernilai tinggi, seperti jagung,
gandum, beras, minyak tanaman, tanaman kacang-kacangan dan tanaman sayuran. Perluasan
perdagangan benih selama dekade terakhir telah dibarengi dengan promosi dari harmonisasi peraturan
benih di tingkat regional dan subregional. Investasi oleh sektor publik dalam produksi benih, sudah
rendah di sebagian besar negara maju pada tahun 1996, juga telah menurun secara signifikan di
banyak negara berkembang, di mana akses ke varietas unggul dan benih bermutu masih terbatas. Di
banyak negara berkembang, sistem perbenihan petani tetap menjadi pemasok utama benih varietas
lokal dan bahkan varietas unggul. Sistem perbenihan yang berbeda sering beroperasi berdampingan,
dengan berbagai tingkat keberhasilan tergantung pada tanaman, zona agro-ekologi dan peluang pasar.
Oleh karena itu ada kebutuhan untuk mengembangkan pendekatan terpadu yang memperkuat sistem
perbenihan dan hubungan antar mereka untuk memastikan produksi dan distribusi benih varietas
tanaman yang berguna untuk sistem pertanian yang beragam dan berkembang.
203. Tujuan: Untuk meningkatkan ketersediaan benih berkualitas tinggi dari sejumlah besar varietas
tanaman, termasuk varietas unggul dan varietas petani/landrace.
204. Untuk berkontribusi pada maksimalisasi agrokeanekaragaman hayati dan produktivitas.
205. Untuk meningkatkan komplementaritas produksi dan distribusi benih di sektor publik dan swasta
serta antar sistem benih yang berbeda.
206. Untuk mengembangkan dan menggiatkan produksi benih dan sistem distribusi untuk varietas dan
tanaman yang penting bagi petani di tingkat lokal, termasuk petani skala kecil.
207. Untuk membuat varietas tanaman baru menjadi tersedia bagi petani dan penyimpanan plasma
nutfah secara ex situ tersedia untuk multiplikasi dan distribusi ke petani dalam memenuhi kebutuhan
mereka untuk produksi tanaman yang berkelanjutan.
208. Untuk mengembangkan/mengkaji ulang kerangka peraturan perbenihan yang memfasilitasi
pengembangan sistem perbenihan dan harmonisasi di tingkat regional, dengan mempertimbangkan
kekhususan sistem perbenihan yang berbeda-beda.
5
Dalam kegiatan prioritas ini definisi dari “benih” adalah untuk semua bahan tanam.
209. Kebijakan/strategi: Pemerintah, NARS dan produsen benih, sesuai dengan hukum dan peraturan
nasionalnya, dengan dukungan dari pusat-pusat penelitian pertanian internasional, program kerja sama
regional dan bilateral dan organisasi non-pemerintah, dan dengan mempertimbangkan pandangan dari
sektor swasta, petani dan organisasi masyarakat adat dan lokal, harus:
a) mengembangkan kebijakan yang tepat yang memungkinkan lingkungan untuk pengembangan
sistem perbenihan yang berbeda, termasuk usaha kecil perbenihan. Upaya pemerintah harus
fokus pada tanaman dan varietas yang dibutuhkan oleh petani miskin, khususnya perempuan.
Pendekatan seperti itu harus dilengkapi dengan kebijakan yang memfasilitasi pengembangan
perusahaan benih komersial untuk memenuhi kebutuhan yang lebih besar bagi petani skala
komersial. Pemerintah harus memprioritaskan tanaman utama dan minor yang tepat yang tidak
ditangani oleh sektor swasta. Kebijakan ini harus diintegrasikan dengan kebijakan umum
pertanian;
b) memperkuat hubungan antara bank gen, jejaring kerja, organisasi pemuliaan tanaman,
produsen benih dan produksi benih skala kecil dan perusahaan distribusi untuk memastikan
penggunaan secara luas plasma nutfah yang tersedia;
c) mempertimbangkan skema kontrol kualitas benih, terutama skema yang sesuai untuk usaha
kecil dan memungkinkan mereka memenuhi persyaratan kesehatan tanaman;
d) mengadopsi langkah-langkah legislatif yang menciptakan kondisi yang memadai untuk
mengaplikasikan semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang
dimanfaatkan, dalam sistem benih yang berbeda, dengan memperhatikan kekhususan mereka,
dan
e) mengembangkan perjanjian subregional/regional yang mengutamakan kontrol kualitas benih,
persyaratan sertifikasi tanaman, karantina dan standar lain untuk memfasilitasi pengembangan
perdagangan benih lintas batas.
210. Kapasitas: Pemerintah, sebagai pelaksana perundang-undangan regional, hukum nasional,
peraturan dan kebijakan, yang sesuai, dan dalam hubungannya dengan badan-badan bantuan
internasional, organisasi non-pemerintah dan perusahaan benih yang ada, harus:
a) membentuk/memperkuat sistem benih, berdasarkan kemitraan publik-swasta, untuk menjamin
pelaksanaan program pemuliaan tanaman untuk tanaman yang signifikan dan multiplikasi
benih generasi awal;
b) mendorong sistem produksi benih yang ada, di perusahaan-perusahaan benih tertentu, untuk
meningkatkan berbagai varietas yang mereka tawarkan, dengan memperkuat hubungan dengan
bank gen, jejaring kerja dan lembaga penelitian pertanian;
c) memperkuat kapasitas untuk menerapkan sistem mutu benih yang efisien;
d) menyediakan cara yang tepat untuk memfasilitasi munculnya perusahaan benih, jika layak,
setiap negara memberikan perhatian pada kebutuhan sektor pertanian kecil, perempuan dan
kelompok rentan atau terpinggirkan lainnya;
e) memberikan dukungan infrastruktur dan pelatihan terhadap pengusaha benih skala kecil di
bidang teknologi benih dan pengelolaan bisnis untuk memfasilitasi pembentukan sistem
pasokan benih berkualitas yang berkelanjutan;
f) meningkatkan hubungan antara organisasi pemulia dan petani dan produsen benih (publik atau
swasta) sehingga petani, khususnya perempuan dan kelompok rentan atau terpinggirkan
lainnya, dapat mengakses benih berkualitas tinggi dari varietas yang mereka butuhkan, dan
g) menyediakan pelatihan dan dukungan infrastruktur kepada petani tentang teknologi benih dan
konservasi dalam rangka meningkatkan kualitas fisik dan genetik benih.
211. Penelitian/teknologi: Pemerintah harus:
a) menilai insentif dan disinsentif saat ini serta kebutuhan dukungan produksi benih dan sistem
distribusi, termasuk skala kecil, upaya di tingkat petani, dan
b) mengembangkan pendekatan untuk mendukung skala kecil, distribusi benih tingkat petani,
merujuk pada pengalaman masyarakat dan perusahaan benih skala kecil yang sudah didirikan
di beberapa negara.
212. Koordinasi/administrasi: Pemerintah harus secara teratur memantau sejauh mana petani dapat
memperoleh benih yang sesuai. Koordinasi diperlukan dalam sektor benih di antara publik dan sektor
swasta dan petani untuk menjamin bahwa petani memiliki akses benih tanaman berkualitas tinggi dan
varietas yang mereka butuhkan untuk menjawab tantangan peningkatan produksi pangan.
Pembangunan Kapasitas Lembaga dan Sumber Daya Manusia yang Berkelanjutan
13. Membangun dan memperkuat program nasional
213. Latar belakang: Program nasional SDGTPP merupakan dasar upaya SDGTPP di tingkat
regional dan global, berkontribusi terhadap tujuan instrumen internasional seperti RTG, KKH dan
Traktat Internasional. Terutama dalam konteks perubahan iklim, program nasional merupakan kunci
untuk memaksimalkan kontribusi SDGTPP untuk ketahanan pangan, pembangunan pedesaan,
pengentasan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan. Program-program nasional yang kuat
diperlukan untuk berkontribusi penuh dan mengambil keuntungan sepenuhnya dari kerjasama
internasional dalam akses terhadap SDGTPP dan pembagian keuntungan yang adil dan merata yang
timbul dari pemanfaatannya. Program nasional efektif dan menyediakan kebijakan, strategi pendukung
dan rencana aksi konkret yang diperlukan dalam menetapkan tujuan yang baik dan jelas prioritasnya,
pengalokasian sumber daya, pembagian peran dan tanggung jawab dan mengidentifikasi dan
memperkuat hubungan antara seluruh pemangku kepentingan yang relevan. Program nasional yang
sukses membutuhkan komitmen dari pemerintah untuk menyediakan dana dan merancang kebijakan
pendukung dan kerangka hukum serta kelembagaan.
214. Kegiatan SDGTPP dilakukan oleh badan publik, perusahaan swasta, organisasi non-pemerintah,
kebun raya, petani, masyarakat adat dan lokal, dan individu dari sektor pertanian, lingkungan,
penelitian dan pengembangan. Integrasi pelaku SDGTPP yang berbeda dalam rangka program
nasional yang terpadu dan koheren memberikan kesempatan untuk menambah nilai terhadap berbagai
upaya mereka sehingga secara keseluruhan menjadi lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.
215. Selama satu dekade terakhir, kemajuan telah dibuat dalam membangun program nasional
SDGTPP dan peningkatan partisipasi pemangku kepentingan dalam strategi nasional dan rencana aksi,
khususnya yang berkaitan dengan sektor swasta, organisasi non-pemerintah, organisasi pemulia dan
petani, dan penelitian serta badan pendidikan. Komitmen ini terlihat juga pada kenyataan bahwa
beberapa perjanjian internasional penting yang berkaitan dengan SDGTPP telah dinegosiasikan,
diadopsi atau direvisi selama periode ini, termasuk Traktat Internasional, Konvensi Perlindungan
Tanaman Internasional, Protokol Kartagena mengenai Keamanan Hayati dan Protokol Nagoya
mengenai Akses terhadap Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Merata
dari Pemanfaatannya. Perundang-undangan nasional juga telah diberlakukan di banyak negara
sehubungan dengan peraturan fitosanitari, keamanan hayati, peraturan perbenihan, hak pemulia
tanaman dan Hak Petani seperti yang tercantum dalam Pasal 9 Traktat Internasional dan tunduk pada
perundang-undangan nasional.
216. Namun demikian, banyak negara masih kekurangan kebijakan yang memadai, strategi dan/atau
rencana aksi untuk SDGTPP. Banyak program nasional yang kekurangan dan tidak ada kepastian dana
dan dipisahkan dari kegiatan yang terkait. Bidang yang memerlukan perhatian khusus termasuk
penetapan prioritas, peningkatan kerjasama antara sektor publik dan swasta, kerjasama nasional dan
internasional, memperkuat hubungan antara konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, mengembangkan
sistem informasi dan database yang dapat diakses umum (misalnya MBIN yang merupakan
implementasi RTG), mengidentifikasi kesenjangan dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP
(termasuk KLT), meningkatkan kesadaran publik dan implementasi kebijakan nasional dan
perundang-undangan serta perjanjian dan konvensi internasional.
217. Sering kali, negara-negara yang kekurangan program-program nasional yang kuat dan fasilitas
konservasi jangka panjang yang memadai memiliki masalah keamanan pangan paling mendesak,
walaupun mereka kaya akan sumber-sumber SDGTPP. Lemahnya program nasional sering menjadi
keterbatasan dalam mengelola koleksi SDGTPP yang efisien.
218. Koleksi nasional ex situ merupakan bagian yang integral dari program-program nasional
SDGTPP. Bank gen bekerja dengan baik sebagai pusat dinamis yang mengintegrasikan konservasi,
dokumentasi dan pemanfaatannya. Penekanan yang berlebihan pada konservasi dapat mengurangi
pemanfaatan yang berkelanjutan, yang mendukung kemajuan di bidang pertanian bersamaan dengan
konservasi SDGTPP. Dampak perubahan iklim yang meningkat mendasari dukungan kegiatan
nasional yang berhubungan dengan adaptasi tanaman pangan, termasuk genetika, genom dan
pemuliaan. Kapasitas untuk melaksanakan adaptasi tanaman adalah penting untuk pengelolaan
SDGTPP yang efisien dan efektif. Sejak 1996, kemitraan antara umum-swasta dalam penelitian dan
pengembangan telah meningkat di sebagian besar negara, terutama pada bidang pemuliaan tanaman
dan bioteknologi. Namun, di negara-negara berkembang, organisasi masyarakat mengelola konservasi
dan pemuliaan secara mandiri, yang dapat mengakibatkan inefisiensi, mengurangi keuntungan,
kehilangan kesempatan.
219. Tujuan : Untuk memenuhi kebutuhan nasional akan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP
berkelanjutan melalui pendekatan yang rasional, efektif, terkoordinasi dan sesuai untuk kepentingan
generasi sekarang dan mendatang.
220. Untuk menetapkan kapasitas nasional yang memadai dalam semua aspek teknis dan politik dalam
konservasi, akses dan pemanfaatan SDGTPP, seperti halnya pembagian keuntungan yang adil dan
merata dari pemanfaatan SDGTPP tersebut.
221. Untuk membangun dan memperkuat unsur-unsur penting dari program nasional yang terintegrasi:
(i) status nasional yang diakui; (ii) kebijakan, kerangka kerja hukum dan lembaga yang sesuai,
termasuk mekanisme untuk koordinasi perencanaan dan tindakan; (iii) strategi program, termasuk
tujuan yang ditetapkan dengan baik, prioritas yang jelas dan dana yang berkesinambungan; (iv)
partisipasi yang tepat oleh seluruh pemangku kepentingan; dan (v) Jika layak, fasilitas konservasi dan
pemanfaatan yang efektif pada tingkat nasional dan/atau regional.
222. Untuk meningkatkan hubungan kelembagaan dan sektoral, meningkatkan sinergi di antara semua
pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan SDGTPP,
termasuk sistem benih, dan untuk memperkuat upaya integrasi kelembagaan dan komunitas.
223. Untuk mengembangkan, memperkuat dan memperbaharui kapasitas nasional secara teknis,
manajerial, hukum dan kebijakan.
224. Kebijakan/strategi: Program nasional harus memiliki status resmi diakui dan diberi prioritas
tinggi dalam agenda pembangunan nasional. Kontribusi program-program nasional pada tujuan
instrumen internasional, termasuk RTG, KKH dan Traktat Internasional, harus diperhatikan. Nilainilai ekologi, ekonomi, sosial dan budaya SDGTPP, termasuk pentingnya perbaikan tanaman untuk
meningkatkan ketahanan pangan, mitigasi perubahan iklim dan memenuhi tantangan global lainnya,
harus ada dalam perencanaan dan kebijakan nasional dan prioritasasi dan media penyebaran dan,
terutama, pendanaan jangka panjang dan sumber daya lainnya. Hal yang terakhir itu mencakup
dukungan keuangan untuk pelatihan dan retensi staf yang memenuhi syarat, bagi petani untuk menjaga
dan membuat varietas lokal dan bagi pemulia untuk perbaikannya. Alokasi pendanaan tertentu harus
dialokasikan untuk program-program SDGTP dalam proses anggaran pemerintah. Dalam hal ini,
kesadaran di kalangan pembuat kebijakan dan penyandang dana tentang nilai SDGTPP terhadap
pembangunan nasional harus ditonjolkan.
225. Komitmen pemerintah untuk menyediakan dana yang memadai dan berkelanjutan untuk
program-program nasional dan proyek-proyek sangat penting; Namun, dukungan regional atau
internasional diperlukan untuk melengkapi sumber daya domestik.
226. Tujuan dan prioritas yang jelas dalam program nasional harus ditetapkan dengan baik, termasuk
prioritas bantuan regional dan internasional untuk program pembangunan pertanian. Program-program
nasional harus memiliki kemampuan untuk menilai dan menentukan SDGTPP apa yang diperlukan
untuk memenuhi keperluan konservasi dan pembangunan nasional dan terkait dengan kewajiban
internasional. Program nasional juga seharusnya mendukung kebijakan dan strategi konservasi, akses
dan pemanfaatan SDGTPP, sebagaimana halnya pembagian keuntungan yang adil dan merata dari
pemanfaatannya. Program nasional harus menyediakan kebijakan dan strategi yang diperlukan yang
disesuaikan secara berkala. Program itu harus mengatur ketersediaan koleksi SDGTPP selengkap
mungkin untuk memenuhi kebutuhan para petani, pemulia dan pengguna lain untuk perbaikan
varietas, termasuk varietas petani/landrace. Pemerintah yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga
nasional, regional dan internasional, harus memantau perkembangan teknologi baru yang terkait
dengan konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP. Selain itu, adopsi dan
implementasi yang sesuai, tidak bertentangan dan saling melengkapi dengan perundang-undangan
nasional yang terkait dengan konservasi, pertukaran dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP, harus
dipelihara, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan perhatian semua pemangku kepentingan.
227. Program-program nasional harus menjalin atau memperkuat koordinasi dan hubungan di antara
semua individu yang relevan dan organisasi-organisasi yang terlibat dalam konservasi, perbaikan
tanaman, produksi benih dan distribusi benih. Program nasional harus terhubung dengan kegiatan
regional dan internasional, sedapat mungkin mencari sinergi dan kemungkinan untuk pembagian
tenaga kerja. Strategi nasional harus mencakup konservasi, pengembangan dan pemanfaatan SDGTPP,
termasuk sistem benih, dan harus berkoordinasi dengan organisasi-organisasi di sektor lingkungan dan
pertanian. Komite Nasional yang berbasis pemangku kepentingan yang luas akan membantu
organisasi dan koordinasi di sebagian besar negara.
228. Struktur dan organisasi dari sebuah program nasional akan bergantung pada ketersediaan
infrastruktur dan kapasitas di negara tersebut. Keputusan kebijakan akan menentukan strategi dan
modus operasi, khususnya yang berkaitan dengan kolaborasi internasional dan regional. Di negaranegara dengan kapasitas terbatas, strategi mungkin termasuk pemanfaatan fasilitas dan tenaga ahli dari
luar negeri.
229. Program-program yang ada harus mempertimbangkan pembentukan atau penguatan kemitraan
dengan usaha swasta, lembaga swadaya masyarakat, desa, masyarakat adat dan lokal, organisasi
pemulia dan petani, dan lembaga riset dan pendidikan. Hubungan lintas-sektoral harus dijalin dengan
badan-badan yang terlibat dalam perencanaan nasional dan program lain yang terlibat dalam pertanian,
reformasi lahan, dan perlindungan lingkungan.
230. Penciptaan atau penguatan hubungan harus dilakukan di antara lembaga-lembaga nasional dan
badan khusus dalam transfer teknologi, dalam rangka membantu badan nasional bernegosiasi
mengenai akuisisi teknologi yang diperlukan untuk melestarikan, mengkarakterisasi dan
menggunakan SDGTPP dan informasi yang terkait, yang sesuai dengan Traktat Internasional, KKH
dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI)/Intelectual Property Rights (IPR).
231. Kapasitas: Bantuan dari lembaga internasional dan regional harus diberikan berdasarkan
permintaan untuk memfasilitasi perencanaan nasional, penetapan prioritas dan koordinasi
penggalangan dana. Prioritas tinggi harus diberikan pada penilaian dan peningkatan praktek-praktek
pengelolaan dalam bank gen dan stasiun penelitian. Kapasitas petani, masyarakat adat dan lokal,
pemulia, penyuluh dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk pengusaha dan usaha skala kecil,
untuk mengelola dan menggunakan SDGTPP secara lestari harus diperkuat.
232. Penelitian/teknologi: Program nasional perlu melakukan penelitian mengenai pengelolaan lekatlahan, konservasi in situ dan ex situ, pemuliaan tanaman, termasuk pemuliaan tanaman partisipatif,
dan perbaikan tanaman. Juga diperlukan penelitian dalam pengelolaan program nasional SDGTPP,
termasuk pengujian kerangka kerja lembaga, evaluasi kebutuhan yang diperlukan, pengelolaan
database, efisiensi secara ekonomi dengan pendekatan yang berbeda untuk konservasi dan
pemanfaatannya, nilai SDGTPP, penguatan sistem informasi pasar pertanian, dan mengembangkan
tindakan yang tepat dan dapat diandalkan, standar, indikator dan database untuk pemantauan dan
penilaian peran tertentu SDGTPP dalam ketahanan pangan dan produksi pertanian yang berkelanjutan.
233. Kebijakan khusus, isu hukum dan kelembagaan serta yang terkait dengan kepemilikan, HAKI,
termasuk hak pemulia tanaman, akses dan pembagian keuntungan, Hak Petani, sesuai dengan
kebutuhan dan prioritas nasional, pengetahuan tradisional, pertukaran, transfer, keamanan hayati,
perdagangan dan kegiatan penyadaran, termasuk sistem perbenihan, semakin penting untuk program
nasional. Bantuan dari lembaga dunia seperti FAO dan Traktat Internasional untuk mengembangkan
kebijakan, strategi, perundang-undangan, peraturan dan langkah-langkah praktis di bidang ini sangat
dibutuhkan. Diperlukan koordinasi dalam menyediakan program-program nasional dengan informasi
tentang isu-isu tersebut, untuk menilai dampak perkembangan internasional dalam konservasi dan
pertukaran SDGTPP, dan untuk memasukkan perkembangan penelitian baru ke dalam sistem nasional
dan prakteknya.
234. Koordinasi/administrasi: Mekanisme koordinasi nasional harus dibentuk untuk menetapkan
prioritas dalam mengalokasikan keuangan dan sumber daya lainnya. Hubungan kuat harus dibentuk di
antara semua pemangku kepentingan yang relevan di suatu negara yang terlibat dalam konservasi,
pengembangan dan pemanfaatan SDGTPP, termasuk sistem perbenihan, serta antara sektor pertanian
dan lingkungan, dalam rangka memastikan sinergi dalam mengembangkan dan melaksanakan
kebijakan, strategi, perundang-undangan, peraturan dan kegiatan untuk mewujudkan potensi penuh
dari SDGTPP. Pemerintah harus secara berkala meninjau kebijakan untuk mengevaluasi efektivitas
dan menyesuaikan sebagaimana mestinya. Tindakan yang terkoordinasi dan terprioritas di tingkat
nasional harus dilengkapi dengan sistem internasional yang juga terkoordinasi dan terprioritas.
Organisasi internasional yang terlibat dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, produksi
pertanian, keberlanjutan dan ketahanan pangan, serta di bidang-bidang terkait seperti lingkungan dan
kesehatan, harus mengkoordinasikan usaha dan kegiatan mereka. Kolaborasi internasional diperlukan
di dunia di mana negara saling bergantung dan di mana ada kebutuhan untuk membangun secara
praktis, rasional dan ekonomis dalam arti untuk melestarikan SDGTPP, meningkatkan
pemanfaatannya, dan mendorong akses dan pembagian keuntungan. Jejaring kerja SDGTPP dan
forum internasional dan regional memberikan mekanisme berguna di mana negara melalui jejaring
kerja itu dapat mengkoordinasikan kegiatan dan menyetujui kebijakan umum, yang sesuai.
14. Mempromosikan dan memperkuat jejaring kerja sumber daya genetik tanaman untuk
pangan dan pertanian
235. Latar belakang: Tingkat ketergantungan antar negara sehubungan dengan kebutuhan mereka
untuk mengakses SDGTPP dan informasi yang dipunyai orang lain dirasakan lebih penting, karena
dunia dihadapkan pada kebutuhan peningkatan produksi bahan pangan, kondisi-kondisi lingkungan
yang baru, dan spektrum hama dan penyakit yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Jejaring kerja
tidak hanya memfasilitasi pertukaran SDGTPP, tetapi juga menyediakan platform untuk diskusi
ilmiah, berbagi informasi, kolaborasi penelitian dan transfer teknologi. Pengembangan strategi
tanaman regional dan global dengan dukungan dari Trust menunjukkan pentingnya jejaring kerja
dalam mengidentifikasi dan berbagi tanggung jawab untuk kegiatan pengumpulan, konservasi,
distribusi, evaluasi, pengkayaan genetik, dokumentasi, keselamatan duplikasi dan perbaikan tanaman.
Selain itu, jejaring kerja ini dapat membantu penetapan prioritas tindakan, pengembangan kebijakan
dan menyediakan sarana untuk menyampaikan pandangan khusus tanaman dan regional kepada
berbagai organisasi dan lembaga. Jejaring kerja internasional SDGTPP yang tercantum dalam Pasal 16
Traktat Internasional.
236. Banyak jejaring kerja regional, tanaman-spesifik dan tematik yang sudah beroperasi, beberapa di
antaranya telah dibentuk atau diperkuat secara signifikan selama dekade yang lalu. Setiap jejaring
kerja telah berperan penting dalam mendukung upaya koordinasi dan mempromosikan efisiensi dan
efektivitas biaya dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP. Hubungan sinergis
antara program nasional dengan jejaring kerja itu adalah kunci untuk keberlanjutan dari: jejaring kerja
yang mendukung program nasional dan program nasional yang mendukung jejaring kerja. Dengan
demikian, jejaring kerja sangat penting di wilayah di mana terdapat keterbatasan kapasitas nasional
dalam SDGTPP (misalnya, beberapa negara kurang berkembang dan negara kepulauan kecil) karena
memberikan kemudahan akses ke informasi, teknologi dan material, dan yang penting suara yang
lebih kuat dalam pengembangan kebijakan dan tindakan global. Jejaring kerja tanaman khusus
memiliki peran tertentu dalam mendekatkan konservasi dan pemanfaatannya. Jejaring kerja tematik
adalah cara yang efektif untuk menjalin kebersamaan antara pakar dan pihak yang berkepentingan
dalam hal yang sama, sehingga memperkuat koordinasi dan menghindari duplikasi kerja. Salah satu
tantangan yang dihadapi oleh semua jejaring kerja, adalah selalu menjaga ketersediaan sumber daya
dalam jangka panjang. Negara harus siap untuk berkontribusi dalam mendukung jejaring kerja secara
berkelanjutan.
237.Tujuan: Untuk mendorong kemitraan dan sinergi di antara negara untuk mengembangkan sistem
global secara lebih rasional dan hemat biaya dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP.
238. Untuk menjamin keberlanjutan jejaring kerja dengan menganalisis dan mengidentifikasi manfaat
dari partisipasi, memperhatikan kontribusi yang mereka buat untuk mencapai konservasi dan
pemanfaatan SDGTPP yang berkelanjutan di tingkat nasional, regional dan global.
239. Untuk memfasilitasi penetapan secara terintegrasi tujuan dan prioritas ekoregional, regional dan
tematik untuk konservasi dan pemanfaatan SDGTPP yang berkelanjutan.
240. Untuk mempromosikan partisipasi semua pemangku kepentingan dalam jejaring kerja, khususnya
petani wanita dan pemulia lokal, dan untuk memastikan keterlibatan kemitraan antara publik dan
swasta.
241. Kebijakan/strategi: Dalam hal kebijakan, pemerintah sebaiknya mendukung partisipasi aktif
dari lembaga-lembaga masyarakat dan swasta regional, tanaman dan jejaring kerja tematik. Partisipasi
sebaiknya dilihat sebagai hal yang menguntungkan negara dan merupakan cara bagi negara dalam
menghadapi tantangan serupa dengan menyatukan upaya dan berbagi manfaat. Kendala pendanaan
yang dialami oleh jejaring kerja memerlukan solusi inovatif dan berkelanjutan yang bermanfaat bagi
jejaring kerja. Di negara di mana hal itu diperlukan, studi harus dikembangkan dan informasi harus
dikumpulkan untuk menyoroti manfaat ini yang akan memperkuat dukungan pemerintah dan
membantu dalam mengakses dana. Untuk mendukung strategi pendanaan, diperlukan upaya yang
lebih besar untuk meningkatkan kesadaran tentang nilai SDGTPP di kalangan pembuat kebijakan dan
masyarakat umum, saling ketergantungan antara bangsa-bangsa yang berkaitan dengan SDGTPP dan
pentingnya mendukung kolaborasi internasional. Kontribusi dana tunai maupun dalam bentuk in-kind
oleh pemerintah untuk jejaring kerja harus dipertimbangkan sebagai prioritas.
242. Jejaring kerja memberikan cara untuk mengidentifikasi kesenjangan, mengembangkan sistem
kolaboratif dan memperkenalkan inisiatif baru. Mengingat bahwa pertukaran plasma nutfah secara
internasional merupakan kunci untuk motivasi bagi banyak jejaring kerja, perhatian tambahan
diperlukan baik untuk mempromosikan implementasi yang efektif dari Traktat Internasional dan
Sistem Multilateralnya maupun mengembangkan pengaturan tanaman yang saat ini tidak disertakan
dalam Sistem Multilateral tetapi jatuh dalam lingkup keseluruhan Traktat Internasional.
243. Kapasitas: Membangun jejaring kerja memerlukan tidak hanya keahlian teknis, tetapi juga
koordinasi substansial, keterampilan komunikasi dan organisasi. Sumber daya dan kapasitas harus
tersedia untuk kegiatan seperti perencanaan, komunikasi, perjalanan, pertemuan, jejaring kerja
publikasi seperti warta berita, laporan pertemuan, dan penguatan jejaring kerja, termasuk penyusunan
proposal yang baik untuk diserahkan kepada donor.
244. Dalam konteks regional, prioritas diberikan untuk memperkuat jejaring kerja regional yang ada.
Kolaborasi antar jejaring kerja juga membutuhkan peningkatan dan akan memiliki dampak yang
signifikan pada pembangunan kapasitas dan transfer teknologi. Nilai tambah dari tingkat kolaborasi ini
akan menyoroti pentingnya jejaring kerja dan menggambarkan bagaimana hal itu dapat digunakan
secara lebih efektif. Negara-negara yang mempunyai fasilitas SDGTPP dan program yang lebih maju
didorong untuk mendukung kegiatan jejaring kerja dengan berbagi keahlian dan menyediakan peluang
pengembangan kapasitas yang lebih besar.
245. Penelitian/teknologi: Jejaring kerja menjadi sarana untuk penelitian kolaboratif di bidang
prioritas yang disepakati bersama. Pendanaan yang diperoleh melalui proyek-proyek penelitian
menjadi dasar jejaring kerja dapat terus merekatkan hubungan dan mengembangkannya lebih lanjut.
Jika layak dan dapat dilaksanakan transfer penelitian, pelatihan dan teknologi dalam SDGTPP harus
direncanakan dan/atau diimplementasikan dalam kerjasama dengan jejaring kerja. Kemudahan
perencanaan dan implementasi menggunakan platform jejaring kerja adalah nyata terutama jika
jejaring kerja mencakup wilayah yang sangat terfragmentasi tetapi menghadapi tantangan yang sama.
246. Koordinasi/administrasi: Sumber daya harus diupayakan tersedia untuk meneruskan untuk
melayani jejaring kerja yang ada jika layak, dan mengorganisasikan serta memfasilitasi pengembangan
regional baru, jejaring kerja tanaman dan tematik yang sesuai. Pemanfaatan sumber daya secara efektif
sangat penting, dan juga, koordinasi tidak hanya diperlukan dalam jejaring kerja tetapi juga di antara
jejaring kerja untuk memastikan upaya tidak merupakan duplikasi dan sumber daya digunakan secara
efisien.
15. Membangun dan memperkuat sistem informasi yang komprehensif untuk sumber daya
genetik tanaman untuk pangan dan pertanian
247. Latar belakang: Pengambilan keputusan yang transparan dan rasional dalam konservasi dan
pemanfaatan SDGTPP yang berkelanjutan harus didasarkan pada informasi yang dapat diandalkan.
Bersamaan dengan revolusi sistem pengelolaan informasi dan komunikasi selama 15 tahun, sudah ada
perbaikan penting dalam ketersediaan dan aksesibilitas informasi SDGTPP. Beberapa keputusan
terkini Komisi telah ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas informasi SDGTPP,
termasuk pengembangan lebih lanjut WIEWS, adopsi indikator dan format pelaporan untuk memantau
implementasi RTG, pembentukan MBIN dan persiapan Second Report. Pertukaran informasi diberikan
prioritas tinggi di seluruh Traktat Internasional. Khususnya, hal ini dalam Pasal 17diakui sebagai salah
satu komponen pendukung Traktat Internasional, Sistem Informasi Global, dan merupakan salah satu
mekanisme utama untuk berbagi secara adil dan merata keuntungan yang berasal dari pemanfaatan
SDGTPP di bawah Sistem Multilateral.
248. Perkembangan terbaru ditujukan untuk menunjang pendokumentasian dan pertukaran informasi
bank gen termasuk peluncuran GRIN-Global, suatu sistem pengelolaan informasi bank gen yang
dibangun pada fitur jaringan, dan GENESYS, sebuah portal sumber daya genetik tanaman yang
memberikan pemulia dan peneliti akses tunggal ke informasi sekitar sepertiga aksesi bank gen di
dunia, termasuk koleksi internasional yang dikelola oleh CGIAR, The National Plant Germplasm of
The United State Departement of Agriculture and The European Internet Search Catalogue
(EURISCO).
249. Disamping itu, masih ada yang perlu dibenahi, yaitu kesenjangan yang signifikan dalam
pendokumentasian dan berbagi informasi SDGTPP, hal itu merupakan hambatan yang serius untuk
perencanaan yang efisien dan peningkatan pemanfaatan SDGTPP dalam perbaikan tanaman dan
penelitian. Banyak data yang masih tidak dapat diakses secara elektronik dan sedikit dokumentasi
sumber daya genetik lekat-lahan dan KLT. Ketidakseimbangan yang signifikan di antara kawasan dan
bahkan di antara negara-negara dalam kawasan yang berkaitan dengan kemampuan mereka untuk
mengakses, mengelola, dan menyebarluaskan informasi. Banyak negara yang masih kekurangan
strategi nasional dan/atau rencana tindakan dalam pengelolaan SDGTPP, atau tidak sepenuhnya
diimplementasikan, dan dengan demikian, mereka tidak dapat mempertahankan sistem informasi
nasional terpadu untuk SDGTPP. Situasi ini diperburuk oleh fakta bahwa, di tingkat nasional dan
kelembagaan, kegiatan pengelolaan data dan dokumentasi sering diberi prioritas rendah dalam alokasi
pendanaan.
250. Tujuan: Untuk memfasilitasi pengelolaan dan pemanfaatan SDGTPP menjadi lebih baik melalui
peningkatan akses dan pertukaran informasi, yang berkualitas tinggi dan terkini.
251. Untuk mengembangkan dan memperkuat sistem informasi nasional termasuk, namun tidak
terbatas pada, sistem informasi tingkat aksesi, untuk pengelolaan yang lebih baik SDGTPP dan
mendukung partisipasi dari negara-negara dalam sistem informasi global.
252. Untuk meningkatkan penggunaan sistem informasi regional dan global melalui perbaikan terusmenerus keseluruhan fungsi dan produktivitas interaksi bank gen pengguna.
253. Untuk memperkuat pertukaran dan penggunaan informasi dan keberlanjutan sistem informasi
terkini, dengan mempromosikan kompatibilitas dan kegunaan di antara kelompok data melalui
pembentukan dan adopsi deskriptor umum.
254. Untuk memantau efektivitas sistem informasi dan memastikan bahwa perbedaan antara sistem
ditujukan untuk memfasilitasi interoperabilitas dan mempromosikan penggunaannya.
255. Kebijakan/strategi: Prioritas tinggi sebaiknya diberikan di semua tingkatan untuk membangun,
menyusun kepegawaian dan menjaga sistem informasi dan dokumentasi SDGTPP yang ramah
pengguna yang didasarkan pada standar internasional. Sistem tersebut harus dapat berkontribusi pada
pengambilan keputusan, tidak hanya pada konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, tetapi juga pada
peran khusus SDGTPP dalam isu-isu yang lebih luas dari pengembangan pertanian dan ketahanan
pangan. Upaya harus dilakukan untuk mengembangkan standar dan indikator yang lebih akurat dan
tepercaya dan mengumpulkan data dasar untuk kelestarian dan ketahanan pangan yang akan
memungkinkan melakukan pemantauan dan penilaian kemajuan di wilayah yang lebih baik dan
kontribusi oleh SDGTPP untuk kemajuan tersebut.
256. Pengelolaan koleksi yang efektif dan peningkatan pemanfaatan plasma nutfah membutuhkan
penguatan dan penyelarasan dokumentasi, karakterisasi dan evaluasi, berdasarkan pada adopsi standar
umum untuk pertukaran data. Diperlukan sistem pengelolaan data dan informasi yang lebih baik, tidak
hanya untuk memfasilitasi akses, tetapi juga untuk mendukung transfer teknologi dan penilaian
SDGTPP secara global, regional dan nasional.
257. Informasi mengenai SDGTPP akan dapat diperoleh dan disebarkan sesuai dengan ketentuan Pasal
8(j) di KKH, mengenai pengetahuan, inovasi dan praktek-praktek yang berkaitan dengan konservasi in
situ oleh masyarakat adat dan lokal, dalam mewujudkan gaya hidup tradisional yang relevan dengan
konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan, dan Pasal 17 dari Traktat
Internasional.
258. Kapasitas: Bantuan perencanaan seharusnya diberikan kepada program-program nasional yang
sesuai dan program regional untuk mendorong pengembangan strategi yang rasional dan kompatibel
untuk pengelolaan informasi dan berbagi. Strategi seperti itu harus mempromosikan penggunaan
standar untuk interoperabilitas dan pertukaran antar sistem.
259. Meskipun ada peningkatan, sistem data dan informasi masih rentan dan tidak dapat diakses. Data
perlu diverifikasi dan disusun ke dalam bentuk yang bisa digunakan dan mudah diakses.
260. Akses oleh program-program nasional ke ilmu dasar, penelitian dan bibliografi, harus difasilitasi.
261. Bank gen/jejaring kerja nasional dan regional harus memiliki cukup personil untuk mengelola
informasi, dengan demikian meningkatkan aksesibilitas pengguna dan memastikan partisipasi dalam
sistem informasi global. Pelatihan yang sesuai pada pengelolaan data dan sistem informasi harus
didukung sebagai elemen penting untuk merasionalisasi kegiatan sumber daya genetik di tingkat
regional dan global.
262. Belajar sendiri dan/atau belajar melalui Internet yang sesuai dengan kebutuhan harus
dikembangkan. Dukungan teknis harus disediakan secara kontinu untuk meningkatkan pengelolaan
data dan informasi dan mendukung adopsi teknologi baru.
263. Penelitian/teknologi: Penelitian harus didukung untuk:
a). mengembangkan metodologi dan teknologi yang tepat dengan biaya rendah untuk kompilasi
dan pertukaran data;
b). mengembangkan metode untuk mengadaptasi teknologi tersebut ke tingkat lokal yang sesuai;
c). memfasilitasi kemudahan akses dan pemanfaatan data secara elektronik dan melalui Internet;
d). mengembangkan sarana dan metodologi untuk membuat informasi yang berguna menjadi
mudah dan segera tersedia bagi non-spesialis dan pemangku kepentingan, termasuk organisasi
non-pemerintah, oganisasi pemulia dan petani, masyarakat adat dan lokal;
e). mengembangkan deskriptor berdasarkan standar internasional untuk tanaman baru dan
tanaman yang kurang dimanfaatkan serta KLT.
264. Koordinasi/administrasi: Dengan pengembangan sistem informasi baru pada tingkat nasional,
regional dan global, maka koordinasi dan kolaborasi merupakan hal yang penting untuk memastikan
bahwa sistem tersebut kompatibel dan berguna. Harmonisasi deskriptor juga perluasannya yang
mencakup tanaman baru masih sangat penting.
265. Diperlukan penilaian regional dan global, pengawasan, perencanaan dan koordinasi untuk
mempromosikan efisiensi dan efektivitas biaya.
16. Mengembangkan dan memperkuat sistem pengawasan dan pemeliharaan keanekaragaman
genetik dan pengurangan erosi genetik sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan
pertanian
266. Latar belakang: Erosi SDGTPP terjadi di koleksi ex situ, di lahan petani dan di alam. Dengan
teknik genetika molekuler modern, dalam dekade terakhir, sudah memungkinkan untuk menghasilkan
beberapa data tentang tingkat dan sifat erosi genetik untuk tanaman tertentu di suatu daerah. Gambar
yang muncul sangat kompleks dan sulit untuk menarik kesimpulan yang jelas tentang besarnya efek
tersebut. Namun demikian, di banyak negara masih terus ada kekhawatiran terjadinya erosi genetik
dan kebutuhan untuk penyebaran keanekaragaman yang lebih besar. Diperlukan teknik dan indikator
yang lebih baik untuk memantau keanekaragaman genetik, untuk membuat data dasar dan pemantauan
kecenderungan.The Biodiversity Indicators Partnership telah menghimpun sejumlah besar organisasi
internasional untuk mengembangkan indikator yang relevan dengan target keanekaragaman hayati
2010 dari KKH, termasuk pemantauan kecenderungan keanekaragaman genetik tanaman. Namun,
sampai saat ini, pada kenyataannya belum tersedia indikator erosi genetik atau keragaman genetik
yang diterima secara praktek dan internasional; maka pengembangannya haruslah menjadi prioritas.
267. Berbagai faktor, baik itu fenomena alam maupun hasil perilaku manusia termasuk urbanisasi,
pembangunan pertanian, perselisihan sipil dan peperangan yang secara sejarah diakui sebagai pemicu
erosi SDGTPP. Hilangnya sumber daya genetik tanaman terjadi terutama sebagai hasil dari adopsi
varietas tanaman baru, dengan melupakan varietas tradisional tanpa mengambil langkah-langkah
konservasi yang tepat. Akhir-akhir ini, perubahan iklim dan preferensi makanan modern juga telah
dianggap sebagai ancaman. Di beberapa negara, ancaman spesies invasif asing juga harus
dipertimbangkan sebagai hal yang ikut berkontribusi dalam erosi genetik. Hilangnya SDGTPP
bervariasi dalam negara dan dari satu negara ke negara lainnya. Dukungan harus diberikan untuk
membuat mekanisme pemantauan di semua tingkatan.
268. Berdasarkan kajian ulang di tahun 1997 tentang aplikasi WIEWS untuk pencarian jarak jauh,
memperbarui dan melaporkan erosi genetik telah dipublikasikan di Internet. Baru-baru ini, ruang
lingkup informasi yang tercakup dalam WIEWS telah dikembangkan untuk MBIN, yang juga
membahas permasalahan yang terkait dengan erosi genetik.
269. Tujuan: Agar dapat secara efektif memantau keanekaragaman genetik dan penyebab erosi
genetik serta untuk mengimplementasikan perbaikan yang sesuai atau aksi pencegahan yang
diperlukan.
270. Untuk membuat dan melaksanakan mekanisme pemantauan dalam memastikan transfer informasi
tepat waktu untuk menghubungi pihak yang ditunjuk sebagai penanggung jawab analisis, koordinasi
dan tindakan. Untuk memperluas pemanfaatan teknologi canggih dalam memantau degradasi
keanekaragaman pada tanaman yang paling terancam terkena erosi genetik, dan spesies KLT juga
jenis tanaman pangan liar.
271. Kebijakan/strategi: Pemerintah harus secara berkala meninjau dan melaporkan situasi SDGTPP,
menunjuk focal point untuk menyampaikan informasi ini kepada FAO, dan apabila diperlukan kepada
Badan Pengatur Traktat Internasional, Konferensi Para Pihak KKH dan pihak terkait lainnya. Pasal 5
Traktat Internasional mengamanatkan Para Pihak untuk memantau SDGTPP, menilai ancaman dan
meminimalkan atau, jika memungkinkan menghapuskan ancaman. Upaya-upaya khusus diperlukan
untuk mengidentifikasi spesies dan populasi yang paling berisiko yang berkemungkinan besar dapat
menjadi alternatif pangan yang akan penting di masa depan, ini sangat penting berkaitan dengan
varietas petani/landrace dan KLT. Memperbaiki keterkaitan antara in situ dan ex situ sebagai strategi
konservasi yang akan mengurangi risiko hilangnya informasi biologi dan budaya.
272. Diperlukan indikator dan metode untuk menilai keanekaragaman genetik dari waktu ke waktu
sehingga dapat meminimalkan erosi genetik dan penyebabnya, sehingga dapat membangun data dasar
nasional, regional dan global untuk memantau keanekaragaman dan mengembangkan sistem
peringatan dini yang efektif. Berbagai upaya harus terus dilakukan agar dapat memastikan bahwa
informasi relevan yang diperoleh dari layanan penyuluhan, organisasi lokal non-pemerintah, sektor
benih dan masyarakat petani dapat dihubungkan dengan sistem peringatan dini di tingkat nasional dan
tingkat yang lebih tinggi. Alat TIK yang baru, termasuk telepon selular, sangat dapat memfasilitasi
pelaporan dan pengumpulan informasi dari sumber yang berbeda tersebut.
273. Kapasitas: Kapasitas yang lebih kuat diperlukan untuk pengumpulan dan menginterpretasikan
informasi pada SDGTPP-terutama dalam melakukan identifikasi spesies KLT tertentu-dan untuk
melaksanakan inventarisasi dan survai dengan menggunakan teknik molekular baru dan alat TIK serta
alat untuk menganalisis keanekaragaman spasial. Pelatihan tentang pemantauan sebaiknya diberikan
kepada pemulia, petani dan masyarakat adat dan lokal. Materi pelatihan, termasuk alat dan bahan
untuk belajar sendiri, jika diperlukan harus diproduksi dalam bahasa setempat.
274. Menyadari peran penting pemantauan global dan peringatan dini hilangnya SDGTPP, efisiensi,
tujuan dan nilai dari WIEWS harus dievaluasi kembali, dengan mempertimbangkan potensi peran
bahwa WIEWS bisa berperan sebagai bagian dari Sistem Informasi Global Sumber Daya Genetik
Tanaman, seperti yang tercantum dalam Pasal 17 dari Traktat Internasional.
275. Penelitian/teknologi: Penelitian dibutuhkan untuk memperbaiki metode survai SDGTPP, yang
akan berguna dalam pengembangan sistem pemantauan. Penelitian lanjutan diperlukan untuk
pengembangan indikator yang praktis dan informatif tentang erosi genetik atau keanekaragaman
genetik.
276. Tenaga ahli teknis, perwakilan dari program nasional, United Nations Environment Programme,
CGIAR dan lembaga internasional lain yang terlibat dalam konservasi SDGTPP, International Union
for Conservation of Nature, organisasi non-pemerintah dan sektor swasta harus diundang oleh FAO
untuk melanjutkan diskusi mengenai pengembangan sistem pemantauan untuk keanekaragaman
genetik tanaman dan meminimalkan erosi genetik.
277. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan teknologi SIG untuk memantau
keanekaragaman genetik dan untuk memperkirakan dan meminimalkan erosi genetik dan pada
penggabungan informasi yang dihasilkan ke dalam sistem informasi yang komprehensif. Penelitian
tambahan diperlukan untuk memahami sifat dan tingkat ancaman yang mungkin terhadap
keanekaragaman yang ada pada lekat-lahan dan in situ.
278. Koordinasi/administrasi: Kolaborasi dan koordinasi multisektoral harus diperkuat pada tingkat
nasional, terutama di kalangan pertanian, lingkungan dan sektor pembangunan. Program nasional
harus mempertimbangkan peringatan jejaring regional dan internasional tentang kapan dan di mana
ada risiko akan terjadi erosi genetik.
17. Membangun dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia
279. Latar Belakang: Peningkatan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP sangat tergantung pada
kemampuan sumber daya manusia dan pengembangan yang berkesinambungan. Donor pendanaan
bagi peningkatan kapasitas telah meningkat selama 15 tahun terakhir, yang telah menghasilkan
kolaborasi yang lebih kuat dalam pelatihan di antara organisasi-organisasi nasional, regional dan
internasional. Program pelatihan yang lebih sering dan materi pelatihan baru dan fasilitas baru telah
dikembangkan. Peluang pendidikan tinggi juga diperluas dan saat ini terdapat universitas yang
menawarkan kursus lebih lanjut yang jangkauannya lebih luas di bidang yang terkait dengan SDGTPP,
terutama dalam hal penerapan bioteknologi untuk konservasi dan perbaikan tanaman.
280. Walaupun sudah ada berbagai upaya diatas, namun kapasitas sumber daya manusia masih tidak
cukup memadai di hampir semua tingkat dan di semua disiplin ilmu yang berkaitan dengan konservasi
dan pemanfaatan SDGTPP. Di banyak negara, staf bank gen terlalu sedikit dan tidak cukup dilatih
untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, melestarikan, melakukan regenerasi, karakterisasi,
mendokumentasikan dan mendistribusikan SDGTPP. Kurangnya kapasitas merupakan ancaman yang
serius untuk membangun dan mengelola koleksi berharga SDGTPP. Terbatasnya taksonomi
pemuliaan tanaman dan kapasitas pra-pemuliaan di kebanyakan negara berkembang sangat membatasi
pemanfaatan SDGTPP secara efektif dan berkelanjutan. Dalam konteks lekat-lahan, layanan
penyuluhan dan organisasi non-pemerintah sering tidak memiliki personil berkualifikasi untuk
memberikan pelatihan yang sesuai untuk masyarakat petani. Terdapat juga kekurangan personil
berkualifikasi dalam hubungannya dengan produksi benih dan teknologi benih.
281. Tujuan: Untuk memastikan ketersediaan dalam jangka panjang kapasitas sumber daya manusia
yang memadai di semua bidang konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, termasuk pengelolaan, aspek
hukum dan kebijakan.
282. Pengembangan kemampuan nasional dan regional untuk memberikan pelatihan tentang SDGTPP
di semua tingkat dan untuk melaksanakan perencanaan kerjasama yang efektif antara organisasi di
negara maju dan berkembang untuk memperkuat dan secara teratur memperbaharui kapasitas seluruh
pemangku kepentingan SDGTPP. Mempertahankan kapasitas nasional yang memadai di kawasan
kritis dan untuk membendung hilangnya tenaga terlatih dari negara berkembang.
283. Untuk membuat kursus pelatihan dan materi pendidikan yang berkualitas bagi pendidikan dasar
dan menengah dalam mata pelajaran yang menjadi prioritas pada tingkat nasional, regional dan global.
Untuk mendorong lembaga pendidikan sarjana dan pascasarjana untuk menyertakan aspek SDGTPP
dalam kursus-kursus dan program, termasuk melalui penggunaan belajar secara elektronik dan
pendidikan jarak jauh.
284. Memfasilitasi akses untuk mendapatkan pelatihan eksternal bagi negara-negara yang tidak
memiliki kapasitas nasional. Mendorong lembaga maju yang mengelola SDGTPP untuk menawarkan
peluang dalam pengembangan kapasitas.
285. Untuk mengembangkan agenda penelitian yang layak untuk mengisi kesenjangan antara ilmu
SDGTPP dan aplikasi untuk pengelolaan dan aktivitas bank gen dan pemanfaatan secara berkelanjutan
SDGTPP, termasuk pemuliaan tanaman dan teknologi benih.
286. Untuk memperluas kesempatan pembelajaran langsung, pembimbingan dan pelatihan
kepemimpinan dalam penelitian dan pengembangan bidang kebijakan pada kebijakan dan organisasi
penelitian pada tingkat nasional, regional dan internasional.
287. Kebijakan/strategi: Pemerintah harus mengakui pentingnya memasukkan SDGTPP ke dalam
pendidikan dasar, menengah dan lanjutan. Dalam kerjasama dengan organisasi terkait, pemerintah
harus berkomitmen untuk memberikan pelatihan dan kesempatan pendidikan lanjutan bagi para
peneliti muda, teknisi dan para pekerja pembangunan, serta untuk secara teratur meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan staf yang ada. Kesempatan pelatihan dan program pendidikan lanjutan
harus mencakup semua aspek teknis dan ilmiah pertukaran, konservasi dan pemanfaatan SDGTPP
dalam kurikulum untuk biologi, pertanian, lingkungan, ekonomi dan kesehatan. Perhatian khusus
harus diberikan pada penyediaan pelatihan dalam biologi konservasi, terutama berkenaan dengan
keanekaragaman hayati pertanian.
288. Penilaian secara rutin kapasitas sumber daya manusia dan kebutuhannya harus dilakukan;
hasilnya harus membantu beberapa negara untuk mengembangkan pendidikan dan strategi pelatihan
pada tingkat nasional, regional dan global.
289. Kapasitas: Dukungan perlu diberikan untuk memungkinkan organisasi tingkat nasional dan
regional juga program untuk memperbarui kurikulum, menyediakan pendidikan lanjutan serta
memperkuat riset dan kapasitas teknis pada semua aspek yang berkaitan dengan konservasi dan
pemanfaatan SDGTPP. Dukungan juga seharusnya diberikan bagi mahasiswa di program sarjana dan
pascasarjana dan pelatihan yang profesional berkelanjutan. Kerjasama harus didukung antar lembaga
pendidikan di negara maju dan berkembang. Pada sektor swasta, harus didukung pula magang dan
pertukaran staf. Akses ke Internet akan menjadi sangat penting untuk mempromosikan belajar melalui
Internet, komunikasi, dan pertukaran data dan informasi.
290. Sebagai organisasi nasional dan regional yang kuat, kapasitas yang ada di negara maju sebaiknya
digunakan dan mendukung pembangunan kapasitas yang dibutuhkan negara berkembang.
291. Di samping upaya saat ini, pelatihan khusus, termasuk pelatihan praktek langsung dan program
pendampingan, harus dikembangkan dan rutin diselenggarakan di semua wilayah. Topik teknis,
termasuk hubungan antara konservasi dan pemanfaatannya, pengelolaan, hukum, kebijakan dan
penyadaran publik, harus ditangani untuk meningkatkan pemahaman tentang perjanjian dan
kesepakatan internasional.
292. Keahlian tentang transfer teknologi yang berhubungan dengan konservasi, karakterisasi,
pertukaran dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP harus ditingkatkan. Organisasi nasional di kedua
negara berkembang dan maju dan organisasi internasional harus berperan penting dalam memfasilitasi
peningkatan keahlian tersebut, terutama melalui pertukaran staf.
293. Perhatian harus diberikan untuk mempersiapkan bahan pendidikan yang dapat diterapkan secara
luas di berbagai wilayah, tetapi dapat memelihara fokus kekhususan wilayah. Jika mungkin, kursus
harus diberikan dalam bahasa yang paling sesuai untuk wilayah.
294. Perhatian khusus harus diberikan untuk integrasi gender, terutama pelatihan di lapangan bagi
perempuan pedesaan, karena mereka memainkan peran signifikan dalam memelihara dan
mengembangkan SDGTPP dan yang terkait dengan pengetahuan dan tradisi, yang kadang-kadang
kurang dihargai.
295. Kapasitas untuk membuat materi pelatihan dan menawarkan atau mengkoordinasikan program
pelatihan perlu terus ditingkatkan di tingkat internasional.
296. Penelitian/teknologi: Apabila memungkinkan, pelatihan harus dihubungkan dengan penelitian
dan pengembangan yang sedang berlangsung dalam organisasi pendidikan dan profesional dan
program nasional. Upaya harus dilakukan untuk melibatkan mahasiswa dan staf profesional di
kegiatan lapangan dan penelitian.
297. Koordinasi/administrasi: Kursus pelatihan harus dikembangkan dan ditawarkan dengan bekerja
sama yang erat dengan jejaring kerja internasional dan regional dan program nasional. Selain itu,
program lanjutan harus dipersiapkan bekerja sama dengan konsorsium akademik internasional dan
regional atau asosiasi yang relevan dalam menanggapi kebutuhan nasional.
18. Mempromosikan dan memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya sumber daya
genetik tanaman untuk pangan dan pertanian
298. Latar Belakang: Penyadaran publik adalah kunci untuk memobilisasi opini umum, serta
membangkitkan dan memelihara aksi politik nasional, regional dan internasional yang tepat. Salah
satu hal yang sangat penting untuk keberhasilan setiap program konservasi adalah
mengkomunikasikan secara efektif tentang banyaknya manfaat SDGTPP yang dapat membawa pada
ketahanan pangan dan mata pencaharian berkesinambungan. Pada beberapa tahun terakhir telah
terlihat pemahaman yang meningkat mengenai pentingnya SDGTPP dalam mengatasi tantangan yang
ditimbulkan oleh perubahan iklim. Minat terhadap spesies yang kurang dimanfaatkan ternyata
meningkat karena potensi mereka yang tetap produktif di bawah skenario iklim berbeda dan untuk
memberikan peluang sebagai tempat produk bernilai tinggi. Terdapat juga peningkatan pengakuan
oleh para ilmuwan dari potensi KLT yang berkontribusi pada intensifikasi produksi yang
berkelanjutan, tapi ini belum diketahui khalayak yang luas. Keprihatinan atas peningkatan penyakit
global yang berkaitan dengan gaya hidup, telah meningkatkan minat dalam hal manfaat nutrisi, yang
dapat diperoleh dari eksplorasi dan eksploitasi SDGTPP. Berbagai negara berusaha untuk mengurangi
biaya makanan impor dengan merevitalisasi produksi pangan lokal, yang seringkali memiliki nilai
budaya juga. Perangkat jejaring kerja sosial menyediakan cara-cara yang sangat efektif untuk
membuat pesan yang dapat sampai kepada beberapa orang secara signifikan, khususnya generasi
muda. Namun demikian, peningkatan kesadaran di kalangan pembuat kebijakan, donor dan
masyarakat umum akan nilai SDGTPP adalah tantangan yang terus berlanjut.
299. Program penyadaran publik yang bertarget dapat mendorong pengembangan hubungan
internasional dan mekanisme kerjasama seperti jejaring kerja, yang melibatkan berbagai sektor,
instansi dan pemangku kepentingan. Dalam negara, penyadaran masyarakat dapat mendukung upaya
untuk melibatkan sektor swasta, masyarakat adat dan lokal, dan organisasi lokal dan non-pemerintah
dalam kegiatan nasional sumber daya genetik, sehingga menjamin dasar yang lebih luas untuk
melestarikan dan menggunakan SDGTPP secara berkelanjutan. Kerjasama dengan media di tingkat
lokal dan nasional merupakan aspek penting dari peningkatan kesadaran. Penciptaan hubungan yang
kuat antara kampanye kesadaran publik yang dilaksanakan oleh organisasi internasional dan program
nasional dan organisasi dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi biaya. Program penyadaran
yang sukses dapat membawa keuntungan finansial, seperti dapat dilihat dalam hal Trust yang dibentuk
pada tahun 2004 sebagai dana khusus yang didedikasikan untuk mendukung konservasi SDGTPP dan
mempromosikan pemanfaatannya di seluruh dunia.
300. Tujuan: Untuk menjamin dukungan yang berkelanjutan bagi konservasi dan pemanfaatan
SDGTPP dari para pembuat kebijakan dan masyarakat umum.
301. Untuk mendukung dan memperkuat mekanisme, terutama di negara berkembang. Untuk
mengkoordinasikan kegiatan penyadaran publik yang melibatkan mentargetkan semua pemangku
kepentingan. Untuk mengintegrasikan sepenuhnya penyadaran masyarakat ke dalam kegiatan program
nasional, regional dan internasional.
302. Kebijakan/strategi: Upaya yang lebih besar diperlukan untuk memperkirakan nilai utuh dari
SDGTPP, untuk menilai dampak dari pemanfaatannya serta untuk membawa informasi tersebut untuk
mendapatkan perhatian dari para pembuat kebijakan dan masyarakat umum. Hal yang perlu
dipertimbangkan saat mengembangkan kegiatan SDGTPP adalah penyadaran masyarakat dan peran
sasaran target khusus yang dapat berperan dalam melestarikan sumber daya genetik tanaman.
303. Beberapa strategi nasional harus mengakui peran semua pemangku kepentingan SDGTPP dalam
mengembangkan kegiatan penyadaran publik. Pemerintah harus mengakui dan mendorong kegiatan
organisasi non-pemerintah dalam meningkatkan penyadaran publik, dan harus dilakukan upaya untuk
mendorong pengembangan kemitraan publik-swasta pada kampanye penyadaran publik. Peran penting
dari masyarakat adat dan lokal dalam usaha pengelolaan konservasi in situ atau lekat-lahan, dan sistem
pengetahuan tradisional dan praktek, harus sepenuhnya dipertimbangkan.
304. Materi penyadaran publik sebaiknya diproduksi dalam bahasa yang sesuai, untuk memfasilitasi
pemanfaatan yang luas di dalam negara dan harus memanfaatkan seluruh pilihan TIK yang tersedia.
305. Agar efektif dan memastikan jangkauan yang memadai, penyadaran publik harus cukup didukung
oleh sumber daya manusia dan keuangan.
306. Kapasitas: Program Nasional SDGTPP seharusnya memiliki focal point terlatih yang bekerja
sama dengan pengelola program dan mengembangkan alat yang sesuai untuk penyadaran publik. Jika
hal ini gagal, semua staf dalam program SDGTPP harus mengembangkan paling tidak kapasitas
tertentu untuk menyuarakan pentingnya tujuan program dan kegiatan pembangunan pertanian
berkelanjutan dan pengembangan dalam konteks yang lebih luas. Mereka harus bisa
mengkomunikasikan pesan mereka kepada semua pemangku kepentingan dengan menggunakan
peralatan yang tepat dan terus mengikuti pendekatan baru dan inovatif untuk meningkatkan kesadaran
publik.
307. Program Nasional SDGTPP seharusnya bekerjasama dengan orang terkenal dan berpengaruh
untuk meningkatkan akses media dan agar menarik perhatian. Upaya tersebut dibutuhkan untuk
mengembangkan dan memperkuat hubungan dengan media massa lokal dan mendorong mereka untuk
memuat isu SDGTPP secara rutin, juga mengikutsertakan mereka dalam lokakarya komunikasi dan
pertemuan untuk memperoleh pemahaman lebih baik tentang bidang yang disosialisasikan.
308. Program Nasional SDGTPP seharusnya memanfaatkan penyadaran masyarakat dan teknologi
yang dihasilkan di tingkat regional dan internasional untuk digunakan dalam upaya komunikasi
mereka sendiri. Perangkat ini dan informasi yang mereka sampaikan harus tepat dalam merefleksikan
situasi dan prioritas nasional. Informasi ini akan berguna dalam mendukung strategi dan kegiatan
penyadaran publik nasional. Menyesuaikannya dengan peralatan yang sudah ada akan cukup
mengurangi biaya untuk program nasional. Hal ini tidak bertentangan dengan kebutuhan untuk
meningkatkan kapasitas untuk menghasilkan materi penyadaran publik di tingkat nasional.
309. Kesadaran akan nilai SDGTPP dan peran ilmuwan, pemulia tanaman, petani, dan masyarakat
adat dan lokal dalam mempertahankan dan memperbaiki sumber daya yang berharga harus
dipromosikan di sekolah-sekolah pada semua tingkat pendidikan serta di lembaga penelitian khusus
bidang pertanian. Hal ini melibatkan produksi materi pendidikan dan pelatihan berdasarkan studi
kasus. Hal ini akan memerlukan hubungan kerja dengan lembaga pendidikan nasional. Peran penting
taman botani dalam menciptakan kesadaran juga harus dipertimbangkan dan dipromosikan oleh
komunitas SDGTPP.
310. Taman botani sederhana, arboretum dan bank gen lapangan yang terkait dengan universitas,
sekolah dan lembaga lainnya harus diperkuat dan didorong untuk mempromosikan pendidikan dan
kesadaran publik.
311. Penelitian/teknologi: Penelitian tentang kebutuhan informasi oleh audien target harus dilakukan
sebelum meluncurkan setiap inisiatif penyadaran masyarakat. Pembuat kebijakan menjadi target
penting untuk setiap kampanye kesadaran, dan penelitian diperlukan untuk mendukung promosi
kebijakan yang tepat untuk konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman genetik, termasuk penilaian
segi ekonomis dari SDGTPP. Pada tingkat internasional, penelitian harus dilakukan pada pemanfaatan
perangkat TIK untuk memenuhi kebutuhan penyadaran publik. Dampak dari materi promosi tidak
harus diasumsikan, ada kebutuhan analisis dampak terhadap produk penyadaran sehingga sumber daya
yang terbatas dapat digunakan dengan dampak yang maksimal.
312. Koordinasi/administrasi: Koordinasi dan fasilitasi diperlukan pada setiap tingkatan untuk
rasionalisasi dan mengakibatkan efisiensi biaya untuk kegiatan penyadaran publik. Program nasional
dan yang lainnya bisa mengambil keuntungan dari materi yang dikembangkan pada tingkat regional
dan internasional. Keterkaitan antara organisasi regional dan internasional, sektor benih swasta, dan
organisasi non-pemerintah akan memfasilitasi identifikasi peluang untuk kegiatan kolaboratif.
Pendekatan multisektoral dan multi-lembaga terkoordinasi dapat meningkatkan kekuatan pesan.
Implementasi dan Pendanaan Rancang Tindak Global Kedua
313. RTG Kedua menyediakan kerangka kerja yang disepakati secara internasional yang penting bagi
konservasi dan pemanfaatan SDGTPP secara berkelanjutan. RTG Kedua adalah komponen pendukung
Traktat Internasional sesuai Pasal 14 dan yang pelaksanaannya akan menjadi kontribusi penting untuk
mencapai tujuan dari Traktat Internasional. Ini juga akan memudahkan implementasi KKH di bidang
keanekaragaman pertanian dan membantu pencapaian target Rencana Strategis Keanekaragaman
Hayati 2011-2020.
314. Tindak lanjut proses penyeruan untuk adanya tindakan di tingkat lokal, nasional, regional dan
internasional dan harus melibatkan semua pihak terkait: pemerintah, otoritas lokal dan regional,
organisasi regional dan internasional, baik antar pemerintah dan non-pemerintah, komunitas ilmiah,
sektor swasta, masyarakat adat dan lokal, pemulia, petani dan produsen pertanian lainnya dan
asosiasinya.
315. Perkembangan secara keseluruhan pada pelaksanaan RTG Kedua yang bergulir dan proses tindak
lanjut yang terkait akan dipantau dan dibimbing oleh pemerintah dan Anggota FAO lain melalui
Komisi. Untuk melaksanakan fungsi ini, Komisi akan merencanakan penelaahan atas pelaksanaan
RTG Kedua serta penelaahan terhadap RTG Kedua sendiri dalam Program Kerja Multi-Tahun, bekerja
sama dengan Badan Pengatur Traktat Internasional. Penelaahan ini harus berkaitan dengan kemajuan
yang tercapai dalam pelaksanaan, elaborasi, dan penyesuaian RTG Kedua di tingkat nasional, regional
dan internasional, yang layak. Peninjauan pertama pelaksanaan RTG Kedua harus dilakukan oleh
Komisi pada Sidang Reguler Kelimabelas, termasuk penilaian terhadap pencapaiannya serta
kesenjangan dan keuangan dan kebutuhan lainnya untuk pelaksanaannya, sesuai dengan Resolusi
1/2011 dari Komisi.
316. Untuk tujuan ini, Komisi pada Sidang Reguler Keempat belas, akan menyepakati format untuk
laporan kemajuan serta kriteria dan indikator untuk memantau pelaksanaan RTG Kedua,
mengembangkan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh Komisi dalam pengembangan indikator
tersebut dan format pelaporan. Kesimpulan Komisi harus mendapatkan perhatian pemerintah terkait
dan lembaga internasional dalam mengisi kesenjangan, memperbaiki ketidakseimbangan atau
kurangnya koordinasi dan mempertimbangkan kegiatan atau inisiatif baru. Kesimpulan Komisi yang
memiliki dampak utama kebijakan akan menjadi perhatian Konferensi dan Dewan FAO, Badan
Pengatur Traktat Internasional dan Konferensi Para Pihak KKH dan/atau Komisi Pembangunan
Berkelanjutan untuk bertindak, memberi dukungan atau informasi, yang sesuai.
317. Penerapan penuh dari RTG Kedua memerlukan peningkatan yang signifikan dalam kegiatan
SDGTPP yang saat ini sedang berlangsung. RTG Kedua harus diimplementasikan secara progresif dan
didukung oleh sumber keuangan yang memadai serta harus dijalankan sesuai dengan lingkup RTG
Kedua. Setiap negara harus menentukan prioritas sendiri dalam bidang kegiatan prioritas yang
disepakati dalam RTG Kedua dan dalam rangka kebutuhan pembangunan pangan dan pertanian.
318. Sejauh ini, pendanaan yang paling signifikan untuk SDGTPP bagi sebagian besar wilayah telah
disediakan oleh pemerintah maupun sumber dana dalam negeri lainnya. Sumber dana yang besar
untuk SDGTPP juga termasuk sumber bilateral dan regional dan organisasi multilateral.
319. Mengingat pentingnya kontribusi sumber daya dari dalam negeri, baik sektor publik dan swasta,
masing-masing negara harus membuat usaha yang memungkinkan untuk menyediakan dana, sesuai
dengan kapasitasnya, dukungan keuangan sehubungan dengan kegiatan nasional tersebut yang
dimaksudkan untuk mencapai tujuan dari RTG Kedua yang sejalan dengan rencana, prioritas dan
program nasional.
320. Kerja sama internasional untuk konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP harus
diperkuat, khususnya untuk mendukung dan melengkapi upaya negara-negara berkembang dan negara
dengan ekonomi dalam transisi. Badan Pengatur Traktat Internasional akan memegang peran kunci
dalam hal ini. Sejauh mana negara-negara berkembang dan negara dengan ekonomi dalam transisi
secara efektif akan memenuhi komitmen mereka di bawah RTG Kedua akan sangat tergantung pada
pelaksanaan yang efektif dari Traktat Internasional dan Strategi Pendanaannya. Dua elemen yang
relevan dari Strategi Pendanaan yang akan mendukung pelaksanaan RTG Kedua adalah Dana
Pembagian-keuntungan dan Trust. Dana Pembagian-keuntungan berada di bawah kontrol langsung
dari Badan Pengatur dan digunakan oleh Badan Pengatur untuk memicu kerjasama internasional di
bidang SDGTPP, dengan mempertimbangkan RTG yang bergulir6. Trust merupakan elemen penting
dari Strategi Pembiayaan dan mempromosikan kegiatan konservasi hemat biaya dan efisien sesuai
dengan RTG. Segala upaya juga harus dilakukan untuk mencari sumber baru, tambahan dan inovatif
dari pendanaan dalam rangka pelaksanaan RTG Kedua.
321. Melalui pemantauan Strategi Pendanaan Traktat Internasional, Badan Pengatur akan dapat
memantau sumber daya yang tersedia untuk pelaksanaan RTG Kedua. Prioritas untuk dukungan
Strategi Pendanaan adalah kegiatan prioritas dari RTG yang telah berjalan. Pemantauan Strategi
Pendanaan sumber daya di bawah Dana Pembagian-keuntungan tidak di bawah kontrol langsung
Badan Pengatur itu.
322. Dalam rangka meminta partisipasi seluas-luasnya dan mendukung pelaksanaannya, RTG Kedua
harus dilaporkan kepada badan-badan utama internasional, regional dan nasional dan forum yang
berhubungan dengan pangan dan pertanian dan keanekaragaman hayati termasuk, Dewan FAO,
Konferensi Para Pihak KKH, Komisi Pembangunan Berkelanjutan, dan badan pengatur dari Program
Lingkungan Hidup PBB, Global Environment Facility, the United Nations Development Programme,
the International Fund for Agricultural Development, Bank Dunia, the Common Fund for
Commodities, Regional Development Bank, CGIAR, dan Trust, dan konstituen anggota mereka harus
diundang untuk mempromosikan dan mengambil bagian, yang sesuai, dalam pelaksanaan RTG Kedua.
6
Tiga bidang prioritas saat ini adalah: 1. Pertukaran informasi, transfer teknologi dan pembangunan kapasitas
(mencerminkan kegiatan prioritas 15 dan 19 dari RTG, kira-kira sesuai dengan kegiatan prioritas 13 dan 17 dari RTG
Kedua); 2. Mengelola dan menkonservasi sumber daya genetik tanaman secara lekat-lahan (mencerminkan kegiatan prioritas
2 dari RTG, kira-kira sesuai dengan kegiatan prioritas 2 dari RTG Kedua); dan 3. Pemanfaatan sumber daya genetik tanaman
secara berkelanjutan (mencerminkan kegiatan prioritas 9, 10, dan 11 dari RTG, kira-kira sesuai dengan kegiatan prioritas 8, 9
dan 10 dari RTG Kedua).
6
Tujuan dari Trust adalah untuk menjamin konservasi jangka panjang dan ketersediaan sumber daya genetik tanaman untuk
pangan dan pertanian dengan tujuan mencapai ketahanan pangan global dan keberlanjutan pertanian. Trust, sejalan dengan
Konstitusi harus terutama tanpa merugikan secara umum dari ketentuan sebelumnya, (a) berusaha keras menjaga koleksi
yang unik dan berharga dari sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian yang dikelola secara ex situ, dengan
prioritas diberikan kepada sumber daya genetik tanaman yang termasuk dalam Lampiran I Perjanjian Internasional atau
merujuk pada Pasal 15.1(b) Traktat Internasional; (b) mempromosikan efisiensi berorientasi tujuan, efisien secara ekonomi
dan keberlanjutan sistem global konservasi ex situ sejalan dengan Traktat Internasional dan Rancang Tindak Global untuk
Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian; (c)
mempromosikan regenerasi, karakterisasi, dokumentasi dan evaluasi sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan
pertanian, dan pertukaran informasi yang terkait; (d) mempromosikan ketersediaan sumber daya genetik tanaman untuk
pangan dan pertanian; (e) mempromosikan pembangunan kapasitas nasional dan regional, termasuk pelatihan personel kunci,
yang terkait dengan hal-hal di atas.
Daftar akronim dan singkatan
KKH
Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity/CBD)
CGIAR
Consultative Group on International Agricultural Research
KLT
Kerabat Liar Tanaman (Crop Wild Relatives/CWR)
EURISCO
European Internet Search Catalogue
FAO
Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture
Organization of the United Nations)
GCP
Generation Challenge Programme
GIPB
Global Partnership Initiative for Plant Breeding Capacity Building
SIG
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS)
RTG
Rancang Tindak Global (Global Plan of Action/GPA)
GPS
Global Positioning System
GRIN
Germplasm Resources Information Network
TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication
Technologies/ICT)
HAKI
Hak Atas Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights/IPR)
Sistem
Multilateral
Sistem Multilateral untuk Akses dan Pembagian Keuntungan (Multilateral System of
Access and Benefit Sharing/Multilateral System)
MYPOW
Multi-Year Programme of Work of the Commission
NARS
National Agricultural Research System
MBIN
Mekanisme Berbagi Informasi Nasional dalam Implementasi RTG (National
Information Sharing Mechanism on GPA implementation/NISM)
SDGTPP
Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (Plant Genetic Resources
for Food and Agriculture/PGRFA)
Second
Report
Second Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and
Agriculture
Komisi
Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian (the Commission on
Genetic Resources for Food and Agriculture/the Commission)
Traktat
Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan
Internasional Pertanian (the International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and
Agriculture/the International Treaty)
Trust
the Global Crop Diversity Trust
WIEWS
World Information and Early Warning System on PGRFA
MBID
Mekanisme Berbagi Informasi Dunia pada Pelaksanaan RTG (World Information
Sharing Mechanism on GPA Implementation/WISM)
Rancang Tindak Global (RTG) Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan dan Pertanian
diadopsi oleh Dewan FAO pada Sidang 143 pada tahun 2011. Ini adalah pemutakhiran Rancang
Tindak Global untuk Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan Sumber Daya Genetik Tanaman
yang diadopsi pada Konferensi Teknis Internasional Keempat tentang Sumber Daya Genetik Tanaman
yang diadakan di Leipzig pada tahun 1996.
Rancang Tindak Global Kedua membahas tantangan baru, seperti perubahan iklim dan kerawanan
pangan, serta peluang baru, termasuk metodologi informasi, komunikasi dan molekuler. Dokumen ini
berisi 18 kegiatan prioritas dikelompokkan dalam empat kelompok utama: Konservasi in situ dan
pengelolaannya; Konservasi ex situ; Pemanfaatan berkelanjutan; dan Pembangunan kapasitas lembaga
dan sumber daya manusia yang berkelanjutan.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi:
Divisi Produksi dan Perlindungan Tanaman
Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa
Viale delle Terme di Caracalla
00153, Roma, Italia
Fax: + 3906 570 56347
E-mail: [email protected]
Website: http://www.fao.org/agriculture/crops/agp-home/en
TIM PENTERJEMAH
Sutrisno
Andari Risliawati
Lina Herlina
Nurwita Dewi
Try Zulchi Prasetiyo Hariyadi
Higa Afza
Evy Juliantini
Download