BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alvin Toffler dalam The Third Wave (1980) dan John Naisbitt dalam Megatrends (1982) menyatakan peradaban manusia saat ini telah bergeser dari era industri menuju era informasi. Pada era informasi ini, perkembangan teknologi informasi sangatlah cepat. Kecepatan konstan berkembangnya teknologi informasi bahkan telah menjadi hukum yang dianut oleh dunia industri. Hukum Moore sejak dinyatakan tahun 1965 dan direvisi tahun 1975, menyebutkan bahwa kepadatan sirkuit elektronik sebuah mikroprosesor akan meningkat dua kali lipat tiap 24 bulan (Mollick, 2006). Hukum ini terus bertahan sebagai kenyataan hingga sekarang. Kecepatan perkembangan unit pemroses pada komputer yang bersifat eksponensial ini diiringi dengan perkembangan kapasitas media penyimpanan. Hukum Kryder menyatakan bahwa dalam satu setengah dekade, kapasitas hard disk meningkat seribu kali lipat (Walter, 2005). Perkembangan perangkat keras yang pesat mengakibatkan kecepatan pengolahan data oleh komputer. Pakar keamanan Phil Zimmermann, pencipta Pretty Good Privacy (PGP), menyatakan bahwa kemampuan komputer melacak suatu informasi berlipat dua setiap 18 bulan (Malik, 2013). Besarnya peran teknologi informasi dan komunikasi dalam proses bisnis organisasi, membuat banyak organisasi berlomba untuk mengimplementasikan sistem informasi (Istiyanto & Sutanta, 2012). Seiring perkembangannya, sistem informasi diimplementasikan dalam bentuk, lingkup, dan tujuan yang beragam. Pengembangan sistem informasi yang beragam dan terpisah dari tiap organisasi mengakibatkan terciptanya pulau-pulau informasi yang tersebar (Departemen Komunikasi dan Informatika, 2008). Dengan tidak adanya komunikasi dan integrasi sistem informasi, informasi yang sudah tersedia di satu organisasi tidak dapat langsung diakses oleh organisasi lain, begitu pula sebaliknya. 1 2 Organisasi yang berada pada pulau-pulau informasi yang terpisah dapat mengupayakan proses pertukaran data. Masalah perbedaan platform sistem operasi, basis data, dan bahasa pengembangan dapat diatasi dengan cara menyesuaikan aplikasi dan basis data yang digunakan. Penyesuaian aplikasi dan basis data memerlukan waktu yang lama dan sumber daya yang besar. Selain menyesuaikan aplikasi dan basis data yang digunakan, pertukaran data dapat pula dilakukan dengan jalan membangun web sevice. Pembangunan web service menjadi pilihan yang yang lebih mudah dan efisien dalam mengupayakan proses pertukaran data (Lucky, 2008). Salah satu masalah dalam pemenuhan data lintas sektoral atau organisasi adalah tidak semua organisasi bersedia membuka detil aplikasinya kepada pihak lain (Nugroho, 2008 disitasi oleh Istiyanto & Sutanta, 2012). Teknologi web service memungkinkan pengambilan data dari sistem yang berbeda tanpa harus mendapatkan akses setiap saat ke tingkat basis data (Lucky, 2008). Kendala tidak dibukanya basis data oleh pembuat suatu aplikasi kepada pembuat aplikasi yang lain dapat diatasi dengan web service. Web service memungkinkan pertukaran data dari sistem yang berbeda platform sistem operasi, basis data, dan bahasa pengembangan (Departemen Komunikasi dan Informatika, 2008). Terbentuknya pulau-pulau informasi juga terjadi pada Palang Merah Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PMI DIY), sebuah organisasi nirlaba yang menyediakan pelayanan darah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan dari pengaturan pelayanan darah yang tercantum pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pelayanan Darah adalah : a) memenuhi ketersediaan darah yang aman untuk kebutuhan pelayan kesehatan, b) memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan darah, c) memudahkan akses memperoleh darah untuk penyebuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, dan d) memudahkan akses memperoleh informasi tentang ketersediaan darah. 3 Sebagai bentuk upaya memudahkan akses memperoleh informasi tentang ketersediaan darah di Daerah Istimewa Yogyakarta, PMI DIY melakukan publikasi ke berbagai macam bentuk media massa meliputi surat kabar, siaran radio, dan news ticker pada siaran televisi lokal. Mengikuti perkembangan teknologi informasi dan kondisi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta yang semakin banyak menggunakan media sosial, PMI DIY menginformasikan stok darah melalui jejaring media sosial Twitter dengan akun @pmi_diy twitter dan hashtag #Stokdarahjogja. Menurut Ketua PMI DIY, Herry Zuhdianto, sebagaimana terdapat pada situs PMI DIY (http://www.pmi-diy.or.id/program/55website-pmi-mudahkan-masyarakat-ketahui-stok-darah.html), upaya penyebaran informasi stok darah melalui beragam cara perlu dilakukan untuk mengantisipasi munculnya calo darah akibat keterbatasan stok darah di PMI DIY. Informasi stok darah pada Twitter dengan akun @pmi_diy dan hashtag #Stokdarahjogja ditampilkan pula secara otomatis pada status Facebook PMI DIY. Hal ini dapat diakses pada alamat https://www.facebook.com/pmidiy. Pengguna internet yang dapat mengakses situs tersebut terbatas pada pengguna Facebook saja karena pengguna harus login terlebih dahulu sebagai pengguna Facebook agar bisa mengakses konten status pada situs tersebut. Setelah dilakukan studi pendahuluan ke PMI DIY, didapatkan keterangan bahwa penyebaran informasi stok darah pada situs web PMI DIY yang pernah dilakukan saat ini tidak lagi berjalan karena pengelola web merasa cara memasukkan informasi stok darah ke web tidak semudah menginformasikan stok darah melalui Twitter. Proses menginformasikan stok darah melalui Twitter dirasa lebih mudah dan dapat dilakukan secara fleksibel menggunakan perangkat mobile. Ketiadaan sistem yang dapat mengekstraksi data dari sistem Twitter, kemudian secara otomatis menampilkan pada web mengakibatkan harus dilakukannya double entry data stok darah yang sudah dimasukkan oleh petugas melalui sistem Twitter. Proses double entry ini dirasakan menambah beban kerja petugas. Meskipun sama-sama berbasis pada teknologi internet, sistem yang ada pada Twitter memang berbeda dan terpisah dengan sistem pada situs web PMI DIY. 4 Pada studi pendahuluan didapatkan pula bahwa upaya untuk menampilkan informasi stok darah juga dilakukan oleh organisasi lain yang berafiliasi dengan PMI DIY yaitu Korps Sukarela (KSR) PMI Unit 8 Kota Yogyakarta. Upaya ini terkendala dengan masalah memasukkan kembali data terkini tentang stok darah dari Twitter PMI DIY ke situs web KSR PMI Unit 8 Kota Yogyakarta (http://ksr.umby.info/). Proses memasukkan data stok darah PMI DIY terkini didasarkan pada informasi pada Twitter PMI DIY yang meskipun muncul rutin setiap hari tetapi pada jam yang tidak tentu sehingga pengelola situs web KSR PMI Unit 8 Kota Yogyakarta harus sering mengecek terlebih dahulu apakah ada informasi terbaru atau tidak. Proses memasukkan ulang data stok darah dari Twitter ke situs web KSR PMI Unit 8 Kota Yogyakarta tersebut menjadi beban kerja yang dirasa berat bagi pengelola situs web KSR PMI Unit 8 Kota Yogyakarta. Kelambatan memasukkan data mengakibatkan informasi yang disajikan menjadi tidak aktual, yang artinya informasi yang disajikan tidak lagi valid. Beban kerja update data dan penyajian informasi yang terlambat mengakibatkan pengelola situs web KSR PMI Unit 8 Kota Yogyakarta tidak lagi menampilkan halaman tentang informasi stok darah agar tidak menyesatkan pengaksesnya. Upaya pengembangan sistem informasi bank darah terjadi di banyak tempat lain di dunia ini. Sistem informasi bank darah dapat meliputi modul pendonor, modul aftap, modul uji darah, modul distribusi hingga interkoneksi dengan pihak lain. Di Macau, pengembangan sistem informasi bank darah telah dikembangkan oleh Institute of Systems and Computer Engineering of Macau (INESC-Macau) bekerjasama dengan Macau Blood Transfusion Center (CTS-Macau) sejak 1999 (Li et al., 2007). Sistem informasi bernama Sistema Integrado de Bancos de Sangue (SIBAS) tersebut dikembangkan menggunakan basis data Oracle. Pada desain sistem informasi SIBAS, informasi stok darah pada sistem informasi bank darah terhubung ke informasi stok pada modul bank darah pada sistem informasi rumah sakit menggunakan antarmuka Electronic Data Interchange (EDI). 5 Pertumbuhan dan perkembangan internet memicu pengembangan sistem informasi berbasis web. Dengan perkembangan dunia informasi dan komunikasi saat ini, informasi berkait pelayanan darah di India bisa didapatkan secara cepat hanya dengan menekan tombol-tombol saja (Kulshreshtha & Maheshwari, 2011). Penelitian selanjutnya menyatakan pengembangan sistem informasi bank darah memberikan keuntungan kepada pendonor, pencari donor, dan pihak bank darah. Sistem yang dikembangkan membantu mengurangi keberadaan kertas sehingga lebih efisien (Kulshreshtha & Maheshwari, 2012). Pengembangan sistem informasi manajemen darah pada Direktori Donor Darah Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada memberikan kemudahan penerapan dan mudah dipelajari oleh petugas pengelolanya. Fasilitas broadcast pesan Short Message Service (SMS) pengingat pendonor darah terbukti bermanfaat dalam penyampaian informasi kepada pendonor darah. Fasilitas broadcast SMS ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan media yang lain (Rahmanti et al., 2014). Pengembangan sistem informasi dapat dilakukan dengan berbagai model pengembangan. Model klasik yang banyak digunakan adalah model Waterfall yang dikemukakan oleh Royce (1970). Model ini menggunakan banyak dokumentasi pada setiap tahapnya. Setelah pernyataan Agile Manifesto tahun 2001, pengembangan sistem secara tangkas (Agile Development) banyak digunakan pada berbagai organisasi, termasuk organisasi kesehatan. Kane et al. (2006) meneliti implementasi Agile Development pada 6 institusi kesehatan. Van Mierlo et al. (2014) menganalisis aplikasi mHealth yang dikembangkan dengan Agile Development untuk mengajak pemuda Quebec, Kanada untuk meninggalkan rokok. Salah satu model pengembangan tangkas adalah Scrum. Keuntungan penggunaan Scrum dalam pengembangan sistem informasi adalah efisiensi waktu dan adaptif terhadap perubahan selama pengembangan berlangsung. Scrum dapat digunakan untuk mengembangkan ketersediaan informasi stok darah yang dipublikasikan melalui Twitter PMI DIY agar dapat diekstrak dan selanjutnya ditampilkan pada situs web afiliasinya. Dengan tersedianya informasi stok darah melalui situs web lokal afiliasi PMI DIY diharapkan penyebaran informasi stok darah PMI DIY dapat meningkat. 6 B. Perumusan Masalah Memudahkan akses memperoleh informasi tentang ketersediaan darah merupakan salah satu tujuan dari Pemerintah Indonesia dalam pelayanan darah sebagaimana tercantum pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pelayanan Darah. Informasi stok darah PMI DIY telah dipublikasikan melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik. Informasi stok darah yang disajikan melalui media cetak koran lokal DIY berisi informasi agregat stok darah berdasar golongan darah saja tanpa dijabarkan secara lengkap jumlah tiap-tiap komponennya. Informasi stok darah yang rutin dipublikasi di internet melalui Twitter telah menyebutkan informasi stok komponen darah. Meskipun demikian, format tampilan informasi satu pesan Twitter hanya menyajikan informasi stok darah di satu kabupaten/kota saja dari 5 kabupaten/kota di DIY. Hal ini mengakibatkan pengakses harus mencari satu persatu data terakhir dari wilayah yang dibutuhkan. KSR PMI Unit 8 Kota Yogyakarta merupakan organisasi yang berafiliasi dengan PMI DIY. KSR PMI Unit 8 Kota Yogyakarta berupaya pula menyebarkan informasi tentang stok darah. Informasi yang dipublikasikan melalui Twitter PMI DIY tidak dapat diekstrak oleh pengelola web untuk kemudian ditampilkan pada situs web KSR PMI Unit 8 Kota Yogyakarta. Beban kerja dan keterlambatan memasukkan ulang data dari Twitter mengakibatkan informasi stok darah di situs web KSR PMI Unit 8 Kota Yogyakarta tidak valid sehingga akhirnya diambil keputusan untuk menghapus halaman situs yang memuat informasi stok darah tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimana meningkatkan interoperabilitas informasi stok darah PMI DIY sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak lain guna mendukung penyebaran informasi stok darah di Daerah Istimewa Yogyakarta “. 7 C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan interoperabilitas informasi stok darah di PMI DIY sehingga penyebaran informasi stok darah di Daerah Istimewa Yogyakarta melalui media internet dapat lebih mudah untuk diterapkan. Secara khusus penelitian ini bertujuan : 1. Mengidentifikasi detil informasi apa saja yang perlu ditampilkan dalam situs web berkaitan dengan informasi stok darah. 2. Menentukan format penyajian informasi stok darah pada situs web. 3. Menyediakan web service informasi stok darah yang mengekstrak informasi stok dari Twitter PMI DIY dengan metode Scrum. 4. Membandingkan pengembangan menggunakan metode Scrum dengan model klasik Waterfall sebagai dasar justifikasi pemilihan metode Scrum yang diasumsikan lebih efisien. 5. Mengetahui tingkat kepuasan pengguna internet terhadap informasi persediaan darah yang disediakan oleh situs web afiliasi PMI DIY berdasar informasi dari Twitter PMI DIY. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat : 1. Menyediakan data aktual informasi stok darah dari PMI DIY secara lengkap dan detil hingga tingkat komponen darah, yang dapat diakses oleh sistem informasi organisasi lain dan berdampak pada kepuasan pengguna informasi stok darah. 2. Meniadakan proses pemasukkan ulang informasi stok darah dari PMI DIY secara manual sehingga menghilangkan salah ketik dan meringankan beban kerja pihak yang akan memanfaatkan informasi stok darah dari PMI DIY untuk di ditampilkan pada sistemnya. 3. Mempermudah pemanfaatan data stok darah yang tersedia dari Twitter PMI DIY sehingga diharapkan penyebaran informasi stok darah PMI DIY dapat semakin luas. 8 E. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis ini belum pernah dilakukan di lingkungan PMI DIY. Terdapat beberapa kajian dan penelitian yang berkaitan dengan interoperabilitas, sistem informasi pelayanan darah, maupun pengembangan aplikasi kesehatan dengan metode Scrum yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain : 1. Marcos et al. (2015) melakukan penelitian terkait interoperabilitas rekam medis Solving the interoperability challenge of a distributed complex patient guidance system: A data integrator based on HL7's Virtual Medical Record standard menyimpulkan bahwa penggunaan pesan yang terstandar adalah wajib untuk memastikan interoperabilitas terjadi. Standar HL7 vMR telah terbukti berhasil menjadi standar ini. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah melakukan implementasi interoperabilitas berbasis Extensible Markup Language (XML) dan protokol HyperText Transfer Protocol (HTTP). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian Marcos et al. (2015) menggunakan data rekam medis dan basis data XML (BaseX) sementara penelitian yang dilakukan menggunakan data stok darah dan basis data relasional (MySQL). 2. Frey et al. (2015) melakukan penelitian interoperabilitas Virtualization of Open-Source Secure Web Services to Support Data Exchange in a Pediatric Critical Care Research Network yang menyimpulkan bahwa solusi teknologi yang kompleks seperti web service mudah dan cepat diterapkan dengan menggunakan virtutalisasi dan perangkat lunak open source (picuGrid). Penelitian ini menghubungkan 8 Collaborative Pediatric Critical Care Research Network (CPCCRN) menggunakan picuGrid VMs dengan waktu deployment tiap rumah sakit berkisar 3 jam. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah penggunaan teknologi web service untuk berbagi data. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada penelitian Frey et al. (2015) mengevaluasi konsistensi dan kualitas data sementara penelitian yang dilakukan mengevaluasi kepuasan pengguna. 9 3. Winahyu (2015) melakukan penelitian “Analisis Dan Desain Interoperabilitas Data Rekam Medis Elektronik Antar Sistem Informasi Rumah Sakit Berbasis Web Service Menggunakan Agile Development” yang membuktikan Agile Development dapat digunakan untuk membangun interoperabilitas rekam medis antar sistem informasi rumah sakit secara cepat (20 hari). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah penggunaan konsep Agile Development dalam membangun interoperabilitas berbasis teknologi web service. Perbedaan penelitian Winahyu (2015) dengan penelitian yang dilakukan adalah pada penelitian yang dilakukan menggunakan Agile Development secara lebih spesifik yakni metode Scrum dan evaluasi yang dilakukan sampai pada pengguna akhir dengan menggunakan survei End User Computing Satisfaction (EUCS). 4. Rahmanti et al. (2014) melakukan penelitian tentang “Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pendonor Darah” yang menyimpulkan bahwa aplikasi sistem pendonoran darah di Unit Direktori Donor Darah Fakultas Kedokteran UGM mudah diterapkan dan dipelajari oleh petugas. Fasilitas broadcast pesan Short Message Service (SMS) pengingat pendonor darah terbukti bermanfaat dalam penyampaian informasi kepada pendonor darah. Fasilitas broadcast SMS ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan media yang lain. Persamaaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Rahmanti et al. (2014) adalah berbentuk action research dalam 4 tahap pengembangan sistem atau aplikasi kesehatan berkaitan dengan pelayanan darah. Persamaan yang lain adalah penggunaan basis data relasional MySQL. Penelitian Rahmanti et al. (2014) bertempat di di Unit Direktori Donor Darah Fakultas Kedokteran UGM sedangkan penelitian yang dilakukan bertempat di PMI DIY. Penelitian yang dilakukan berfokus pada interoperabilitas stok darah sementara penelitian Rahmanti et al. (2014) berfokus pada manajemen pendonoran darah. 10 5. Place et al. (2013) melakukan penelitian DiAs Web Monitoring: A RealTime Remote Monitoring System Designed for Artificial Pancreas Outpatient Trials membuktikan bahwa aplikasi pemantauan percobaan pankreas buatan bagi pasien rawat jalan dari jarak jauh secara realtime berhasil dibangun dengan menggunakan metode pengembangan Scrum. Place et al. (2013) melakukan pengamatan sistem yang berjalan, mengadakan wawancara dengan tim klinis, membuat daftar fitur, dan menggambar antarmuka pengguna. Persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Place et al. (2013) dengan penelitian yang dilakukan adalah penerapan metode Scrum dan penggunaan basis data MySQL. Penelitian Place et al. (2013) menggunakan bahasa pemrograman Android, Java, dan Django (sebuah framework bahasa phyton) sedangkan pada penelitian yang dilakukan pengembangan sistem dilakukan dengan bahasa pemrograman Hypertext Preprocessor (PHP).