kebijakan menekan angka pengangguran melalui program

advertisement
KEBIJAKAN MENEKAN ANGKA PENGANGGURAN MELALUI
PROGRAM PELATIHAN KERJA
DI DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN SOSIAL
KOTA MAGELANG
RINGKASAN SKRIPSI
OLEH :
IRMA ARFIANI
NIM. 10417141025
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
KEBIJAKAN MENEKAN ANGKA PENGANGGURAN MELALUI
PROGRAM PELATIHAN KERJA DI DINAS TENAGA KERJA,
TRANSMIGRASI DAN SOSIAL KOTA MAGELANG
Oleh:
Irma Arfiani dan Argo Pambudi, M.Si
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam dan mengetahui
gambaran penyelesaian masalah kemasyarakatan mengenai kebijakan menekan angka
pengangguran melalui program pelatihan kerja di Disnakertransos Kota Magelang
dan mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan maupun faktor penghambat
penyelenggaraan program tersebut.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subyek penelitian
ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan program pelatihan kerja,
sehingga dianggap mengetahui masalah secara mendalam dan dapat dipercaya, antara
lain tim pelaksana dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial Kota Magelang,
Instruktur Program Pelatihan Kerja tahun 2013, dan Peserta Program Pelatihan Kerja
tahun 2013. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Teknik pemeriksaan
keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kebijakan menekan
angka pengangguran melalui program pelatihan kerja ini telah berjalan optimal. Peran
Disnakertransos Kota Magelang ialah sebagai stabilisator, innovator, modernisator,
pelopor, dan pelaksana program pelatihan kerja. Terdapat 11 jenis pelatihan kerja
dengan jumlah peserta keseluruhan sebanyak 240 orang. Hal-hal terkait tujuan,
peserta, materi, metode, media dan manfaat pelatihan telah sesuai standard dan
prosedur yang ditetapkan, selain itu output telah benar-benar sampai ke kelompok
sasaran. Faktor penghambat dalam penyelenggaraan program yaitu berkaitan dengan
ketersediaan waktu, instruktur, dan fasilitas. Faktor-faktor tersebut dapat diselesaikan
dengan baik dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia.
Kata kunci: kebijakan, pengangguran, program pelatihan kerja
2
A. PENDAHULUAN
Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia
produktif antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena
jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran merupakan
masalah yang cukup pelik, bukan hanya menjadi masalah lokal atau regional tetapi
juga telah menjadi perhatian internasional. Hal ini terbukti dengan kepedulian ILO
dalam mengatasi masalah pengangguran dengan diterbitkannya Konvensi ILO No.
88 dan telah ditindaklanjuti pemerintah dengan meratifikasinya melalui Keppres
No. 36 Tahun 2002 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 88 mengenai lembaga
pelayanan penempatan tenaga kerja. Sehubungan dengan telah diratifikasinya
konvensi tersebut, pemerintah Indonesia dituntut untuk lebih meningkatkan
pelayanan kepada pencari kerja maupun pengguna tenaga kerja.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005 - 2025 menempatkan
peningkatan kualitas SDM Indonesia sebagai salah satu fokus Pembangunan
Jangka Menengah 2010 – 2014. Peningkatan kualitas SDM Indonesia, terutama
yang berkaitan dengan aspek pendidikan dan kompetensinya telah diatur dalam
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional dan UndangUndang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 menentukan bahwa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah
hal yang berhubungan dengan tenaga kerja sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja. Kedua Undang-undang tersebut mengamanatkan peningkatan kualitas SDM
berbasis kompetensi. Dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas SDM melalui
pelatihan kerja, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2006
Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional. Sistem Pelatihan Kerja Nasional ini
menggariskan prinsip-prinsip dasar pelatihan berbasis kompetensi. Sistem
Pelatihan Kerja Nasional, disusun dan dikembangkan sejalan dengan Rekomendasi
International Labor Organization (ILO) No.195 Tahun 2004 Tentang Human
Resource Development. Rekomendasi ILO tersebut juga menggariskan pentingnya
3
pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi yang bersifat ”Life long
learning”.
Berdasarkan pengamatan bidang ketenagakerjaan, penyebab pengangguran
di Kota Magelang ialah karena adanya ketidaksesuaian antara kualifikasi tenaga
kerja yang diminta perusahaan, jenis jabatan dan lokasi penempatan yang kurang
diminati oleh para pencari kerja, serta kompetensi tenaga kerja yang kurang sesuai
dangan jabatan yang tersedia. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota
Magelang sebagai salah satu instansi yang memberikan pelayanan publik bidang
ketenagakerjaan diharapkan memberikan kemudahan pelayanan informasi,
penyediaan fasilitas, serta melaksanakan program-program yang menunjang karier
mereka di masa depan.
Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Sosial Kota Magelang untuk menekan angka pengangguran ialah melalui
penyelenggaraan program pelatihan kerja. Program pelatihan kerja di Dinas
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang melibatkan masyarakat
sebagai sasaran utama yang harus diberdayakan secara maksimal karena program
tersebut mulai menunjukkan hasil yang signifikan untuk menekan angka
pengangguran di Kota Magelang, terbukti dengan rendahnya TPT Kota Magelang
tahun 2012, yaitu sebesar 8,71 persen. Meskipun demikian, penyelenggaraan
program tersebut masih kurang optimal. Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai penyelenggaraan program pelatihan kerja tahun 2013 sebagai
upaya Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam
meminimalisir jumlah pengangguran.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial
Departemen Tenaga Kerja sebagai suatu lembaga pemerintahan yang
melakukan pelayanan terhadap tenaga kerja dalam rangka mempersiapkan
tenaga kerja yang siap pakai sebagai hasil kerjasama dengan lembaga-lembaga
latihan yang ada. (Sendjun Manulang, 1990:31)
4
Soerjono Soekanto (1987:221) mengemukakan definisi peranan lebih
banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses,
jadi tepatnya adalah bahwa seseorang menduduki suatu posisi atau tempat
dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.
Peran pemerintah dalam pembangunan nasional dikemukakan oleh
Siagian (2000:142-150), pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam
proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah selaku stabilisator, innovator,
modernisator, pelopor, dan pelaksana suatu kegiatan pembangunan tertentu.
Secara lebih jelas, peran tersebut diuraikan sebagai berikut.
a. Stabilisator
Peran pemerintah adalah mewujudkan perubahan tidak berubah menjadi
suatu gejolak sosial, apalagi yang dapat menjadi ancaman bagi keutuhan
nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa.
b. Innovator
Dalam memainkan peran selaku innovator pemerintah sebagai
keseluruhan harus menjadi sumber dari hal-hal baru.
c. Modernisator
Melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi negara yang kuat,
mandiri, diperlakukan sederajat oleh negara-negara lain.
d. Pelopor
Selaku pelopor, pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi
seluruh masyarakat. Pelopor dalam bentuk hal-hal positif seperti
kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin, kepeloporan dalam
menegakkan keadilan dan kedisiplinan, kepeloporan dalam kepedulian
terhadap lingkungan, budaya dan sosial, dan kepeloporan dalam
berkorban demi kepentingan negara.
e. Pelaksana
Meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan
merupakan tanggungjawab nasional dan bukan menjadi beban
pemerintah semata karena berbagai pertimbangan seperti keselamatan
negara, modal terbatas, kemampuan yang belum memadai, karena tidak
diminati oleh masyarakat dan karena secara konstitusional merupakan
tugas pemerintah, sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan yang tidak
bisa diserahan kepada pihak swasta melainkan harus dilaksanakan sendiri
oleh pemerintah.
5
2. Kebijakan Publik
Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk
menunjuk perilaku seorang aktor (misal seorang pejabat, suatu kelompok
maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu. (Winarno, 2007:16)
Kebijaksanaan dalam mengatasi pengangguran ialah memperluas
kesempatan bekerja dan hal ini menjadi tugas penguasa. Jika penempatan
dalam lapangan pekerjaan ini dilakukan dengan memperhatikan kecakapan
mereka yang bersangkutan maka tertolonglah, tidak hanya sebagian besar para
pengangguran biasa dan pengangguran musiman tetapi juga apa yang biasanya
disebut setengah penganggur (Oemar Hamalik, 1990:50-51)
Pengangguran menurut Sadono Sukirno (2006:328), yaitu suatu keadaan
dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapat
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Berikut beberapa jenis
pengangguran yang akan digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
a. Pengangguran normal atau friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya
seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus
mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggure sebelum
mendapatkan pekerjaan lain tersebut.
b. Pengangguran siklikal
Kemerosotan permintaan agregat mengakibatkan perusahaan-perusahaan
mengurangi pekerja atau menutup perusahaannya, sehingga pengangguran
akan bertambah. Pengangguran dengan wujud tersebut dinamakan
pengangguran siklikal.
c. Penganggurean struktural
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang disebabkan karena
ketidakcocokan antara struktur pencari kerja sehubungan dengan
keterampilan, bidang keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur
permintaan tenaga kerja yang belum terisi.
d. Pengangguran teknologi
Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan
teknologi lainnya dinamakan pengangguran teknologi.
6
e. Pengangguran terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan
yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Jadi, mereka menganggur
secara nyata atau separuh waktu.
f. Pengangguran tersembunyi
Kelebihan tenaga kerja yang digunakan dalam suatu kegiatan ekonomi
digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.
g. Setengah menganggur
Seseorang yang terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu. Adapula yang
tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam mereka
jauh lebih rendah dari yang normal. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa
kerja seperti itu digolongkan sebagai setengah menganggur.
3. Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Pendidikan dan pelatihan merupakan dua hal yang hampir sama maksud
pelaksanaannya, namun ruang lingkupnya yang membedakan karakteristik
kedua kegiatan tersebut. Seperti yang dijelaskan Sastrohadiwiryo (2000:199),
yaitu:
“Pendidikan merupakan tugas untuk meningkatkan pengetahuan,
pengertian, atau sikap para tenaga kerja sehingga mereka dapat lebih
menyesuaikan dengan lingkungan kerja mereka. Pendidikan merupakan
suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan berpikir dari seorang
tenaga kerja. Sedangkan pelatihan merupakan pendidikan dalam arti yang
agak sempit, terutama dengan instruksi, tugas khusus, dan disiplin.
Pelatihan merupakan suatu proses aplikasi, terutama terhadap
peningkatan kecakapan.”
Pelatihan kerja yang merupakan hak setiap pekerja dalam rangka
meningkatkan dan mengembangkan keterampilan serta keahlian sesuai bakat,
minat, dan kemampuannya diselenggarakan oleh lembaga perwakilan
pemerintah, swasta, dan perusahaan. Penyelenggaraan pelatihan kerja wajib
memenuhi syarat-syarat seperti yang dijelaskan Sastrohadiwiryo (2005:16)
sebagai berikut:
a. Tersedianya tenaga pelatihan
b. Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraan
pelatihan kerja
7
c. Kurikulum
d. Akreditasi
e. Sarana dan prasarana pelatihan kerja
Menurut Hamalik (2005:35-36) dan Gomes (2003:206-208), pelaksanaan
program pelatihan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Tujuan pelatihan
Dalam merencanakan pendidikan dan latihan, hal pertama yang
harus diperhatikan adalah penentuan tujuan. Adanya tujuan
pendidikan dan pelatihan membuat kegiatannya dapat terarah.
b. Manfaat pelatihan
Setiap pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat memberikan
manfaat, baik untuk individu maupun organisasi. Adanya
manfaat bagi individu menjadikan orang termotivasi untuk selalu
meningkatkan kualitas sumber dayanya.
c. Peserta pelatihan
Penetapan peserta erat kaitannya dengan keberhasilan suatu
pelatihan, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi untuk
menentukan peserta agar memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan seperti:
1) Persyaratan akademik yang berupa jenjang pendidikan dan keahlian
2) Jabatan
3) Pengalaman kerja
4) Motivasi dan minat terhadap pekerjaannya
5) Tingkat intelektualitas yang diketahui melalui tes seleksi
d. Pelatih (instruktur)
Pelatih atau instruktur sebagai penyampai materi memegang
peranan penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program
pelatihan, maka pelatih yang terpilih harus ahli dan
berkualifikasi professional. Syarat pelatih yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan adalah:
1) Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam
spesialisasi tertentu
2) Memiliki kepribadian yang baik
3) Berasal dari dalam lingkungan organisasi itu sendiri
e. Waktu pelatihan
Lamanya pelatihan berdasarkan pertimbangan berikut:
1) Jumlah dan mutu kemampuan yang hendak dipelajari dalam
pelatihan tersebut lebih banyak dan lebih tinggi bermutu,
kemampuan yang ingin diperoleh mengakibatkan lebih lama
diperlukan latihan.
8
f.
g.
h.
i.
2) Kemampuan belajar para peserta dalam mengikuti kegiatan
pelatihan
3) Media pengajaran yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih.
Materi atau bahan pelatihan
Materi yang diberikan kepada peserta pendidikan dan pelatihan
harus disesuaikan dengan tujuan.
Fasilitas
Fasilitas yang diperlukan dalam pelatihan yang mendukung
kegiatan.
Model atau metode pelatihan
Penggunaan metode pelatihan tergantung dari tujuan dan sasaran
yang telah ditentukan. Model pelatihan adalah suatu bentuk
pelaksanaan pelatihan yang di dalamnya terdapat program
pelatihan dan tata caranya.
Media pelatihan
Media pelatihan adalah salah satu komponen yang berfungsi
sebagai unsur penunjang proses pelatihan, dan mengunggah
gairah motivasi belajar. Pemilihan dan penggunaan media ini
mempertimbangkan tujuan dan materi pelatihan, ketersediaan
media itu sendiri, serta kemampuan pelatih untuk
menggunakannya.
4. Penelitian yang Relevan
a. Penelitian yang dilakukan oleh Hayu Dyah Prawesti (2011) dengan judul
“Upaya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul dalam
Mengatasi pengangguran”.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kurnia Widyastuti (2013) dengan judul
“Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Institusional di UPT BLK
Kabupaten Sleman”.
9
5. Kerangka Berfikir
Tingginya Angka
Pengangguran
Peran Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Sosial
Kota Magelang
Kebijakan Menekan
Angka Pengangguran
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam
penyelenggaraan program
pelatihan:
tujuan, manfaat, peserta,
instruktur, waktu, materi,
fasilitas, metode, dan
media
Program Pelatihan Kerja
Ketercapaian
Tujuan dan Sasaran
Program
Hambatan dan Upaya
Penyelesaian
C. METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dilakukan di Kota Magelang yaitu dari tanggal 1 Desember 2013 hingga 28
Februari 2014. Subyek penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan program pelatihan kerja, antara lain tim pelaksana dari Dinas
Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial Kota Magelang, Instruktur Program
Pelatihan Kerja tahun 2013, dan Peserta Program Pelatihan Kerja tahun 2013.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan
adalah
wawancara,
observasi,
dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Teknik
pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber.
10
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial merupakan salah satu
lembaga pemerintahan yang terletak di Kota Magelang. Dinas tersebut
memiliki peran sebagai penyelenggara urusan Pemerintah Daerah Kota
Magelang, khususnya di Bidang Ketenagakerjaan. Seperti yang tercantum pada
visi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang
“Terwujudnya
Pelayanan
Ketenagakerjaan,
Ketransmigrasian,
yaitu
dan
Kesejahteraan Sosial yang mandiri, sejahtera, dan berkeadilan”. Dinas Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang berusaha mengoptimalkan
kualitas dan produktivitas tenaga kerja, salah satunya dengan memberdayakan
masyarakat lokal.
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang
mengadakan sebelas jenis pelatihan kerja pada tahun 2013. Program pelatihan
kerja tahun 2013 ini menggunakan dana dari APBD untuk TA.2012. Pelatihan
kerja tersebut adalah pelatihan berbasis masyarakat (Community Based
Training) dengan kurikulum pelatihan kerja yang dibuat oleh para instruktur
sesuai jenis pelatihan kerja. Berikut beberapa hal yang mendukung kelancaran
penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan Sosial Kota Magelang:
a. Tujuan Pelatihan Kerja
Pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang pada tahun 2013 memiliki tujuan
dan sasaran sebagai berikut:
Tujuan
a) Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan khususnya bagi
pengangguran;
11
b) Membangun atau menciptakan usaha baru yang bersifat produktif dan
mempunyai nilai tambah secara ekonomi, serta dibutuhkan oleh
masyarakat;
c) Melaksanakan kegiatan proses alih pengetahuan dan ketrampilan
teknis kepada masyarakat agar mampu mengolah bahan baku / bahan
mentah menjadi barang jadi melalui sentuhan teknologi tepat guna
dengan memanfaatkan sumber daya lokal;
d) Membentuk kelompok wirausaha baru dengan kegiatan ekonomi
produktif berkelanjutan;
e) Membuka lapangan kerja baru, serta kesempatan berusaha bagi warga
masyarakat perkotaan.
Sasaran
a) Mendayagunakan tenaga kerja, khususnya pengangguran;
b) Kelompok wirausaha yang sudah ada di Kota Magelang;
c) Kelompok home industri yang sudah ada di Kota Magelang.
b. Peserta Pelatihan Kerja
Mengingat
kedudukan
meningkatnya
peserta
dalam
animo
pendaftar,
penyelenggaraan
serta
pelatihan
pentingnya
kerja,
maka
dilaksanakan proses rekruitmen yang terdiri dari tahap pendaftaran, seleksi,
dan pengumuman penerimaan peserta pelatihan kerja. Terdapat 240 siswa
untuk mengisi 11 jenis pelatihan kerja yang dibuka Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang.
c. Materi Pelatihan Kerja
Pembagian jam pelajaran pelaksanaan program pelatihan kerja
didasarkan pada ketentuan pelaksanaan yaitu 25% teori dan 75% praktek.
Kegiatan pelatihan kerja ini mengacu pada kurikulum masing-masing jenis
pelatihan kerja yang telah dibuat oleh para instruktur berdasarkan analisis
kebutuhan masyarakat Kota Magelang akan pelatihan kerja dan analisis
12
kebutuhan industri/pasar kerja baik di Kota Magelang maupun lingkup
nasional.
d. Metode Pelatihan Kerja
Metode dasar yang digunakan dalam pelatihan kerja di Dinas Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang ini adalah pelatihan berbasis
masyarakat,
dengan
hasil
dari
pelatihan
tersebut
adalah
untuk
memberdayakan masyarakat itu sendiri. Demi terwujudnya tujuan tersebut,
pembelajaran di kelas lebih banyak digunakan untuk praktek kerja. Metode
pembelajaran dengan praktek kerja yaitu instruktur memberikan contoh
langsung pada bidang kerja yang tersedia, kemudian mempersilahkan
peserta untuk mengikuti langkah-langkah yang diajarkan. Beberapa jenis
pelatihan kerja juga didukung dengan adanya program pemagangan. Proses
pemagangan tersebut memberikan peluang atau kesempatan pada peserta
yang telah lolos mengikuti pelatihan kerja untuk dapat mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama masa pelatihan kerja
berlangsung, sehingga dapat menerapkan pada dunia kerja
yang
sesungguhnya.
e. Media Pelatihan Kerja
Untuk mendukung peserta menguasai materi baik teori maupun
praktek, maka akan disediakan alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai jenis
pelatihan kerja yang dilaksanakan. Instruktur juga akan memberikan modul
sebagai pedoman untuk memudahkan peserta dalam mengikuti materi yang
sedang diajarkan.
f. Manfaat Pelatihan Kerja
Manfaat positif yang diterima berupa peningkatan pengetahuan dan
keterampilan. Pelatihan kerja ini bermanfaat bagi organisasi juga bagi
individu, dalam hal ini ialah para peserta pelatihan kerja tahun 2013 yang
telah berhasil mengikuti program pemerintah tersebut dengan baik.
13
Selain unsur-unsur yang mendukung pelaksanaan program, terdapat
beberapa unsur yang menghambat atau menjadi kendala bagi keberlangsungan
program tersebut. Bidang Penta Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial
Kota Magelang dalam melaksanakan program pelatihan kerja menghadapi
beberapa hambatan sebagai berikut:
a. Waktu
Kegiatan pelatihan dilaksanakan enam hari dalam seminggu, libur pada Hari
Minggu kecuali pelatihan batik jumputan yang berdasar kesepakatan
diliburkan pada Hari Jumat. Waktu istirahat, shalat, dan makan setiap
harinya adalah pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00, sedangkan pada
Hari Jumat istirahat dimulai pukul 11.00 sampai dengan pukul 13.00. Ratarata jam pelajaran untuk masing-masing jenis pelatihan kerja mencapai
tujuh jam pelajaran per hari, dengan hitungan 45 menit untuk satu jam
pelajaran. Sehingga, pencapaian pelaksanaan pada setiap minggunya ialah
maksimal 42 jam pelajaran. Jam pelajaran tersebut belum mampu memenuhi
kebutuhan peserta akan pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan.
b. Instruktur
Instruktur berasal dari LPK, Universitas, maupun SMK baik yang berada di
wilayah Kota Magelang maupun di luar Kota Magelang. Belum ada syarat
pendidikan minimal secara khusus dalam pemilihan instruktur, hanya
merupakan penilaian sebagai pengajar yang berkualitas dan berkompeten,
dan sering diundang untuk memberikan pelatihan-pelatihan. Keterbatasan
instruktur dikarenakan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota
Magelang belum memiliki BLK sendiri untuk wilayah Kota Magelang,
sehingga tidak dapat menyediakan pengajar-pengajar yang direkrut melalui
tes CPNSD. Dengan demikian, instruktur juga tidak dapat diajukan untuk
mengikuti Diklat Dasar (Dikdas) yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat
untuk mengembangkan kompetensi instruktur.
14
c. Fasilitas
Fasilitas atau sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk pelaksanaan kegiatan
pelatihan kerja masih sangat terbatas. Fasilitas yang paling utama dan
sampai saat ini belum tersedia ialah gedung atau bangunan tempat
pelaksanaan pelatihan kerja. Jumlah peralatan yang tersedia untuk pelatihan
kerja tahun 2013 sudah memadai untuk menunjang siswa melaksanakan
pelatihan per individu, namun kondisi beberapa peralatan yang tersedia
terkadang menjadi kendala dalam kegiatan ini. Terdapat beberapa peralatan
yang berkarat atau mengalami kerusakan, namun untuk kegiatan pelatihan
kerja tahun berikutnya peralatan yang rusak tersebut akan diganti.
2. Pembahasan
Peran pemerintah dalam pembangunan nasional dikemukakan oleh
Siagian (2000:142-150), pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam
proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah selaku stabilisator, innovator,
modernisator, pelopor, dan pelaksana suatu kegiatan pembangunan tertentu.
Secara lebih jelas, peran tersebut diuraikan sebagai berikut.
a. Stabilisator
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang
berperan sebagai stabilisator dalam program pelatihan kerja, karena
bertujuan untuk menekan angka pengangguran sehingga diharapkan mampu
mewujudkan perubahan pada kondisi sosial masyarakat, supaya masalah
pengangguran tidak menjadi ancaman bagi kesejahteraan masyarakat. Peran
stabilisator tersebut dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah:
merencanakan jenis pelatihan kerja dengan menganalisa dan menyeleksi
kemampuan tenaga kerja dengan kebutuhan pasar kerja, serta mengajarkan
pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kerja secara bertahap dan
berkesinambungan.
15
b. Innovator
Dalam memainkan peran selaku innovator, Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai pencetus program-program
baru yang mendukung visi dan misi lembaga pemerintahan. Misi Dinas
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk meningkatkan
kualitas, kompetensi, dan produktivitas tenaga kerja, serta mewujudkan
kesejahteraan sosial melalui pencegahan dan pengendalian permasalahan
sosial telah mendukung perencanaan program pelatihan kerja yang bertujuan
untuk
menekan
angka
pengangguran.
Innovasi
dilakukan
dengan
merencanakan metode yang digunakan dalam penyelenggaraan program
pelatihan kerja.
c. Modernisator
Segala macam bentuk pembangunan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah Kota Magelang dilatarbelakangi karena pemerintah
menginginkan Kota Magelang menjadi kota yang kuat, mandiri, dan
diperlakukan baik oleh daerah-daerah lainnya. Untuk mewujudkan hal
tersebut, diperlukan adanya sumber daya manusia yang menguasai ilmu
pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran, sehingga mampu mengolah
sumber daya yang dimiliki. Dengan demikian, tenaga kerja dari Kota
Magelang mampu bersaing dengan tenaga kerja dari daerah-daerah lainnya
untuk mendapatkan posisi di pasar kerja, khususnya yang tersedia di Kota
Magelang.
d. Pelopor
Selaku pelopor, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota
Magelang menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat. Pelopor
yang dimaksud ialah dalam bentuk hal-hal positif yang diajarkan saat
program pelatihan kerja berlangsung, seperti memberikan panutan untuk
bekerja seproduktif mungkin, berlaku adil dan selalu mengajarkan
16
kedisiplinan kerja pada setiap peserta, serta membiasakan peserta untuk
peduli terhadap lingkungan.
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam
menjalankan perannya sebagai pelopor sudah cukup baik. Namun,
masyarakat kurang menyadari dan memahami tujuan pelatihan kerja
tersebut, sehingga rasa kedisiplinan dan kepedulian yang tertanam pada
masing-masing peserta pelatihan saat mengikuti kegiatan belajar mengajar
masih kurang. Sementara itu, masyarakat merupakan komponen pokok
dalam
penyelenggaraan
program,
sehingga
keberadaannya
akan
mempengaruhi kelancaran dari pencapaian tujuan program tersebut.
e. Pelaksana
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai
tim pelaksana dalam penyelenggaraan program pelatihan kerja bekerjasama
dengan pihak swasta karena Kota Magelang belum memiliki UPTD BLK
sebagai pelaksana teknis untuk kegiatan latihan kerja. Pihak swasta yang
mendukung program pelatihan kerja ini ialah LPK, perusahaan maupun
universitas swasta yang terdapat di Kota Magelang. Program pelatihan kerja
menggunakan dana dari APBD, Pemerintah Daerah Kota Magelang sebagai
penguasa dana dan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota
Magelang sebagai pengelola dana. Dalam penyelenggaraan program
pelatihan kerja, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota
Magelang bertanggungjawab untuk menyediakan seluruh fasilitas yang
diperlukan saat kegiatan pelatihan kerja berlangsung.
Berdasarkan penelitian, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial
Kota Magelang dalam menjalankan perannya sebagai pelaksana sudah
cukup baik. Secara umum, peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Sosial Kota Magelang dalam melaksanakan suatu kebijakan yang dibuat
telah sesuai petunjuk teknis dan standar operasional prosedur Dinas Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. Hanya saja, masih belum
17
didukung dengan ketersediaan UPTD BLK sehingga penyelenggaraan
kegiatan masih kurang efektif dan efisien.
Program pelatihan kerja tahun 2013 di Disnakertransos Kota Magelang
merupakan program pelatihan berbasis masyarakat yang dilaksanakan di
tingkat daerah. Program ini menggunakan dana APBD. Terdapat 11 jenis
pelatihan kerja yaitu: teknisi komputer, teknisi handphone, montir sepeda
motor, tata boga, tata rias, bahasa inggris, cenderamata fiber, batik jumputan,
batik kayu, bordir, dan menjahit. Jumlah peserta secara keseluruhan terdapat
240 orang, tempat dan waktu pelaksanaan menyesuaikan masing-masing jenis
pelatihan kerja. Dalam upaya penyelenggaraan program, terdapat hal-hal yang
perlu diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Tujuan pelatihan
Perumusan tujuan telah mampu memenuhi kriteria tujuan pendidikan dan
pelatihan yakni peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Pencapaian
tujuan tersebut telah dilaksanakan dengan memberikan pelatihan kerja
secara maksimal, dengan mendayagunakan seluruh kemampuan instruktur
dan fasilitas yang tersedia.
b. Peserta pelatihan
Pencari kerja adalah sasaran dari program pelatihan kerja, sehingga mampu
menentukan ketercapaian tujuan program. Kriteria penentuan peserta telah
memenuhi persyaratan melalui tes seleksi.
c. Materi pelatihan
Materi telah disesuaikan dengan tujuan pelatihan. Kegiatan praktek
memiliki komposisi yang lebih banyak karena diharapkan peserta
memperoleh pengalaman atau keterampilan praktis sehingga siap memasuki
dunia kerja.
18
d. Metode pelatihan
Instruktur menggunakan metode pelatihan campuran untuk menciptakan
sumber daya yang berkompeten, mengatasi keragaman latar belakang
pendidikan dan perbedaan motivasi mengikuti pelatihan kerja.
e. Media pelatihan
Pelatihan ini menggunakan media benda asli, gambar, papan tulis, dan
modul. Peserta menilai baik dari media yang digunakan.
f. Manfaat pelatihan
Terdapat manfaat positif yang diterima peserta maupun penyelenggara
berupa
peningkatan
pengetahuan,
keterampilan,
sikap
kerja,
dan
pengalaman mengoperasikan mesin maupun peralatan.
Perubahan selalu terjadi dan tidak dapat diprediksi, pemerintah pasti
menghadapi
berbagai
hambatan
yang
mengganggu
kelancaran
penyelenggaraan kegiatannya. Pelaksanaan program pelatihan kerja untuk
menekan angka pengangguran di wilayah Kota Magelang tersebut juga tidak
terlepas dari kendala yang harus dihadapi oleh pemerintah sebagai
penyelenggara program. Bidang Penta Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Sosial Kota Magelang dalam melaksanakan program pelatihan kerja
menghadapi beberapa hambatan sebagai berikut:
a. Waktu
Pencapaian target waktu pelaksanaan telah sesuai dengan ketepatan waktu
yang ditentukan, namun dengan ketersediaan waktu tersebut peserta belum
terpenuhi kebutuhannya secara keseluruhan mengingat kemampuan masingmasing peserta dalam memahami materi juga berbeda satu sama lain.
b. Instruktur
Belum tersedianya pengajar (instruktur) tetap untuk program pelatihan kerja
setiap tahunnya karena wilayah Kota Magelang belum memiliki BLK.
Solusi jangka pendek untuk mengatasi kekurangan instruktur tersebut selain
dengan mengkaryakan tim pelaksana dari Disnakertransos Kota Magelang
19
beserta pengajar dari LPK, Universitas, maupun SMK, juga dengan
mengajukan permohonan personel tenaga pengajar dari BLK Kabupaten
Magelang.
c. Keterbatasan Sarana dan Prasarana
Belum adanya tempat khusus yang digunakan untuk lokasi pelatihan kerja
dikarenakan wilayah Kota Magelang belum memiliki BLK sebagai UPT
dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. Untuk
mengatasi keterbatasan gedung yang diperlukan tersebut, Dinas Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang menyewa suatu tempat yang
dianggap layak untuk melaksanakan praktek kerja, maupun menyewa
ruangan di LPK yang telah ditunjuk.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang
sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Daerah Kota Magelang ialah
mempertahankan agar tidak adanya gejolak sosial masyarakat (stabilisator),
melakukan hal-hal baru yang berkaitan dengan program pelatihan kerja
(innovator), mengelola sumber daya yang dimiliki dengan berorientasi pada
masa depan (modernisator), menjadi panutan untuk bekerja seproduktif
mungkin (pelopor), dan sebagai pelaksana program pelatihan kerja.
Penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang tahun 2013 cukup optimal. Terdapat
11 jenis pelatihan kerja dengan jumlah peserta keseluruhan 240 orang. Dalam
upaya penyelenggaraan program, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya adalah tujuan pelatihan, peserta pelatihan, materi pelatihan, metode
pelatihan, media pelatihan, serta manfaat pelatihan. Hal-hal tersebut telah
sesuai standard dan prosedur yang ditetapkan, selain itu output telah benarbenar sampai ke kelompok sasaran yaitu masyarakat Kota Magelang.
20
Dalam pelaksanaan program pasti terdapat faktor penghambat yang
muncul dan mengganggu berjalannya penyelenggaraan suatu kegiatan. Faktor
yang menghambat program pelatihan kerja tersebut diantaranya adalah waktu,
instruktur, dan fasilitas. Namun, ketiga hambatan tersebut dapat diselesaikan
oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dengan
mengoptimalkan sumber daya yang tersedia.
2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan di atas, untuk
memperbaiki penyelenggaraan program pelatihan kerja di Disnakertransos
Kota Magelang sebagai upaya dalam menekan angka pengangguran, maka
peneliti merekomendasikan beberapa saran:
a. Program pelatihan kerja dapat didukung dengan diadakannya program
pelatihan keliling atau yang diselenggarakan dengan menggunakan sebuah
unit mobil yang berisi alat-alat praktek suatu jenis pelatihan kerja tertentu,
dengan tujuan agar sasaran yang akan dijangkau lebih merata.
b. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang perlu segera
mempersiapkan dan mengusulkan dibentuknya BLK.
c. Pemerintah Daerah perlu mempertimbangkan anggaran untuk peminjaman
modal usaha bagi para peserta pelatihan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Budi Winarno. 2007. Kebijakan Publik Teori & Proses. Yogyakarta:Media
Pressindo
Lexy Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya
Mathew B. Miles & A. Michael Hubberman. 2009. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta:UI Press.
Oemar
Hamalik. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional:Kejuruan,
Kewiraswastaan dan Manajemen. Bandung:PT Citra Aditya Bakti
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional.
Sadono Sukirno. 2006. Ekonomi pembangunan: proses, masalah, dan dasar
kebijaksanaan. Jakarta:Prenada Media Group
Siswanto Sastrohadiwiryo. 2000. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan
Administrastif dan Operasional. Jakarta:Bumi Aksara
Soeharsono Sagir. 1989. Membangun Manusia Karya:Masalah Ketenagakerjaan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Surabaya:Pustaka Sinar Harapan
Soerjono Soekanto. 1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung:Alfabeta
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
22
Download