BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Kemarahan merupakan satu bentuk emosi negatif yang tercermin dari adanya tindakan menyakiti akibat rasa tak senang yang dialaminya sehingga menyebabkan adanya suatu usaha untuk membalasnya. Penelitian ini mengambil data dari film A Raisin in the Sun dan The Help yang merupakan representasi kehidupan sosial masyrakat Amerika Serikat pada tahun 1960an sebelum adanya persamaan hak. Berdasarkan pemaparan hasil analisis terhadap tiga permasalahan dalam penelitian ini, diperoleh sejumlah kesimpulan mengenai ungkapan kemarahan masyarakat Amerika yang tercermin dalam kedua film tersebut. Yang pertama, berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa ungkapan kemarahan para tokoh dalam film A Raisin in the Sun dan The Help dituturkan empat modus kalimat, yaitu modus kalimat imperatif positif dan negatif, deklaratif positif dan negatif, interogatif informatif dan ya/ tidak serta kalimat ekslamatif. Ungkapan dengan kalimat imperatif positif ditandai dengan kemunculan kata kerja dasar diawal kalimat atau kalimat imperatif dengan subyek. Tidak ditemukan ungkapan kemarahan dengan kalimat imperatif positif yang menggunakan kata let’s karena memang tidak ada ungkapan kemarahan yang berupa ajakan untuk melakukan sesuatu. Sementara itu, ungkapan dengan kalimat imperatif negatif ditandai dengan munculnya kata kerja bantu 121 122 penanda negatif don’t atau not. Selanjutnya, ungkapan kemarahan dengan kalimat deklaratif positif ditandai dengan munculnya kalimat majemuk sekurang-kurangnya subyek dan kata kerja dasar, sedangkan kalimat deklaratif negatif ditandai dengan munculnya negasi not setelah kata kerja bantu. Selanjutnya, kalimat interogatif yang digunakan merupakan kalimat interogatif informatif dengan kata tanya (kalimat pertanyaan 5W 1H), serta kalimat interogatif ya/tidak. Semenara itu, kemunculan kalimat seru dalam ungkapan kemarahan direalisasikan dengan ditemukannya katakata makian dan peneriakkan nama. Kemunculan ungkapan kemarahan bukan semata-mata hanya untuk menunjukkan emosi kemarahan saja, namun mengandung berbagai maksud lain. Dari aneka maksud tersebut muncullah beberapa variasi ekspresi dalam mengungkapkan kemarahan. Setidaknya terdapat sembilan variasi ekspresi ungkapan kemarahan oleh penutur yaitu, 1) menghina, 2) memerintah, 3) mengancam 4) mengungkapkan kekesalan, 5) menyangkal, 6) melarang, (7) menantang, (8) menuduh dan (9) menegaskan sesuatu. Faktor-faktor sosial yang telah diungkapkan Hymes (1974) memiliki peranan penting dalam munculnya sebuah ungkapan kemarahan. Beberapa faktor yang perannya sangat menonjol adalah setting, peserta tutur, tujuan tutur, warna emosi dan norma sosial. Faktor-faktor tersebut membuat ungkapan kemarahan sangat bervariasi antara satu penutur dengan penutur lainnya. Pada faktor setting,yang sangat membedakan adalah di ranah mana penutur mengungkapkan kemarahannya. Sementara itu, faktor peserta tutur juga menunjukkan pengaruhnya dalam 123 membedakan tuturan berdasarkan umur, jenis kelamin, status sosial dan tingkat keakraban penutur dengan lawan tutur. Pada faktor tujuan tutur, tuturan dalam ungkapan keamarahan akan berbeda-beda berdasarkan maksud yang hendak dicapai penutur, misalnya ungkapan dengan maksud memerintah akan menggunakan kalimat imperatif, ungkapan dengan maksud menghina akan menggunakan kata-kata kasar atau kata makian di dalamnya dan lain-lain. Faktor key atau warna emosi dalam ungkapan kemarahan menunjukkan adanya perbedaan ungkapan kemarahan yang bersifat agresif dan pasif. Terakhir, faktor norma sosial dapat dikatakan merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam pemilihan tuturan untuk mengungkapkan kemarahan, khususnya bagi warga kulit hitam. Norma sosial yang berlaku di masyarakat pada saat itu adalah hukum Jim Crow yang mengatur bagaimana seorang kulit berwarna harus bertindak dan bertutur kata. 5.2 Saran Dari hasil penelitian ini, penulis masih merasa ada banyak kekurangan selama proses penelitian. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti di massa yang akan datang terutama yang berkaitan dengan penelitian sosiopragmatik dan ungkapan kemarahan. Penelitian ini merupakan penelitian sosiopragmatik yang obyeknya adalah film yang merepresentasikan kehidupan sosial masyrakat Amerika Serikat pada tahun 1960an, sebelum adanya persamaan hak. Peneliti berharap, akan ada peneliti lain yang mengadakan penelitian lanjutan mengenai ungkapan kemarahan masyrakat Amerika Serikat pada masa 124 sekarang. Perbedaan kurun waktu serta perbedaan norma-norma dan kondisi sosial jelas akan berpengaruh pada hasil penelitian sehingga akan terlihat perbedaan ungkapan kemarahan masyarakat tutur Amerika Serikat pada kurun waktu tertentu. Yang kedua, penelitian mendatang dapat mengambil data secara langsung atau menggunakan media film atau karya sastra yang lebih banyak merepresentasikan ungkapan kemarahan sehingga data yang diperoleh dapat bervariasi. Yang terakhir, penelitian di masa mendatang diharapkan dapat mengaitkan kemunculan ungkapan kemarahan ditinjau dari berbagai berbagai sudut keilmuan, seperti etnolinguistik atau sosiolonguitik sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih mendalam