Hatorangan Sub Thema GKPS Tahun 2017 Sub Thema: “Perlengkapilah Jemaat Menjadi Pelayan yang Berhikmat, Beriman dan Berhati Tulus Agar Semakin Sempurna serta Membawa Kesejahteraan dan Kebaikan bagi Gereja,Masyarakat dan Negara” (2 Petrus 1:5; Epesus 4:13-15) PENGANTAR Ada tahapan-tahapan rencana strategis (renstra) per lima tahun untuk mencapai visi GKPS 2030 “Gabe Gareja Siboan Pasu-pasu janah Sari”. Mulai tahun 2016 lalu kita memasuki rencana strategis (renstra) tahap II (2016-2020) yang berfokus kepada capaian “Memperkokoh Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kepemimpinan” yang diikat dengan tema “Ibohali Manghobaskon Horja na Madear” (Diperlengkapi untuk Melakukan Perbuatan Baik). PENGANTAR Tahun lalu kita sudah menjalani “Tahun Penatalayanan GKPS” yaitu tahun pertama pelaksanaan renstra tahap II. Pada tahun 2016 diharapkan sudah pada capaian “kuria na atur janah banjei anjaha marbanggal ibagas haporsayaon, pangarapan ampa holong na humbani Kristus Jesus” Seperti yang diformulasi bani sub temanya. Pada Tahun 2017 ini, kita memasuki tahun kedua pelaksanaan renstra GKPS tahap II yang disebut “Tahun Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkualitas”, dimana fokus capaian utamanya adalah “mambohali kuria in ase gabe Sipangidangi na “berkualitas”. TAHUN PENINGKATAN SDM YANG BERKUALITAS Ada tiga Kata kunci dalam formulasi tema tahun 2017 GKPS, Pertama: Kata “peningkatan”. Kata “peningkatan” memaknai sebuah proses usaha, cara, kegiatan atau perbuatan meningkatkan. Kata ini menegaskon upaya yang dinamis, bergerak maju kearah yang lebih baik (untuk lebih baik). Jangan ada istilah “puas” atau “cukup sampai di sini saja”. Tapi harus ada sikap yang terus berbenah diri semakin baik. Kedua: Kata “Sumber Daya Manusia” (SDM). Kata SDM mengandaikan sebuah potensi atau kekayaan yang dimiliki atau berasal dari manusia itu sendiri (human resources) yang dapat dimanfaatkan mau menghasilkan sesuatu, hal yang baik dalam hidupnya, dan bermanfaat kepada masyarakat sekitarnya. Potensi ke-manusi-an inilah yang perlu ditingkatkan dengan menemukembangkan potensi-potensi lahiriah dan rohaniah supaya menjadi pribadi utuh yang berkarater baik. TAHUN PENINGKATAN SDM YANG BERKUALITAS Selanjutnya kata kunci ketiga, kata “yang berkualitas”. SDM yang meningkat adalah SDM yang berkualitas, yang memiliki kadar atau derajat kepandaian, kecakapan atau kemampuan yang dapat diukur (terukur) tingkat baik dan buruknya. Penekanannya : SDM yang diharapkan adalah yang memiliki kualitas atau mutu yang baik, yang dapat memberi contoh (teladan) yang menjadi modal dasar untuk menjadi Pelayan (Sipangidangi) dan Pemimpin yang baik dan berkualitas. Dalam hal ini, timbul keyakinan bahwa kalau SDM seseorang itu ‘baik’ (berkualitas) niscayalah kepelayanan dan kepemimpinannya juga baik. GEREJA YANG MELAYANI Ada tiga tugas Gereja di dunia ini: 1. Bersekutu - marhasadaon (koinonia), 2. Bersaksi - marsaksi (marturia), 3. Melayani - mangidangi (diakonia). Bersekutu dalam Yesus Kristus, bersaksi melalui perkataan dan perbuatan, dan melayani sesuai dengan teladan Yesus Kristus. Warga jemaat adalah “orang”-nya gereja. Dalam Tata Gereja GKPS disebut: “Setiap Anggota GKPS, sesuai dengan imamat am orang percaya, terpanggil untuk melayani” (TTG GKPS 4 pasal 9 ayat 1, 1 Petrus 2:9). Kita ketahui bahwa dari “Anggota GKPS” itu ada yang terpanggil menerima jabatan pelayan di GKPS aima Pendeta, Penginjil, Sintua, Syamas pakon Guru Sekolah Minggu (bdk. TG pasal 9 ayat 2). Jadi, pada dua konteks elemen kepelayanan (warga jemaat/kaum awam dan pelayan GKPS) inilah pembekalan yang berhubungan dengan kualitas SDM yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan. GEREJA YANG MELAYANI Berkenaan dengan Subtema, ada tiga kualifikasi yang diharapkan nampak nyata dari pelayan GKPS, yaitu: “Menjadi Pelayan yang Berhikmat (na marhapentaron), Beriman (na marhaporsayaon) dan Berhati tulus (na marbulus ni uhur”. Melalui tahun Peningkatan SDM yang Berkualitas ini, kiranya semakin nampak arah kualitas SDM pelayan yang diharapkan dengan upaya bersama di tengah-tengah jemaat. Ketiga hal kualifikasi ini mengarah kepada “kualifikasi batin”. Peningkatan sumber daya yang diharapkan menyangkut perkara batiniah-rohaniah (spiritual) dalam rangka ke-hikmat-an, ke-iman-an dan ketulus-an hati. SIPANGIDANGI NA MARHAPENTARAN Amsal 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Allah adalah sumber hikmat, jadi upaya untuk menerima hikmat adalah “menghampiri Tuhan” dengan sikap hormat, merendah hati dan taat kepada aturan dan hukumNya. Pelayan “yang takut akan Tuhan” merupakan langkah awal untuk menjadi pelayan yang berhikmat. Perlu juga kita sadari bahwa pelayanan gereja bukan hanya berorientasi pada hasil (product oriented), tapi justru lebih berfokus pada orientasi proses pencapaian hasil (process oriented) Jadi kita pertanyakan apakah pelayanan itu sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Kualitas pelayanan kita kerjakan dengan hapentaron (hikmat dan kecerdikan) dari Tuhan, sikap yang takut akan Tuhan; bukan dengan kelicikan manusia. Mentalitas dan spiritualitas ‘yang takut akan Tuhan’ adalah SDM yang berkualitas. Kebebasan dalam arti hidup sewenang-wenang tanpa tanggungjawab apapun tak ada dalam pengertian Alkitab. SIPANGIDANGI NA MARHAPORSAYAON Dalam Roma 10: 17 disebut: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (“Ai humbani na manangar ambilan do roh ni haporsayaon, anjaha ambilan ai roh humbani hata ni Kristus”) Dalam hal ini, kita sadari bahwa pelayan yang beriman adalah pelayanan yang suka (selalu) mendengar Firman. Kualitas keberimanan jemaat dapaat diukur dari kesediaannya mendengar Firman Tuhan dan memberitakan Firman tersebut. Iman (Haporsayaon) merupakan sebuah hasil permenungan dan pengalaman yang hidup didalam kehendak dan Firman Tuhan. Firman Tuhan lah yang menjadi ukuran hidup benar dan sejahtera, bukan dari laba (keuntungan, bdk. Psalmen 119:36). Ungkapan “back to the Bible” (kembalilah kepada Alkitab) mengingatkan kita supaya kembali kepada Alkitab yang menjadi dasar dan sumber kehidupan dan ajaran gereja (lihat: Tata Gereja GKPS Bab II pasal 4 ayat 3). SIPANGIDANGI NA MARHAPORSAYAON Firman Tuhan merupakan pedoman kehidupan manusia untuk hidup dalam jalan kebenaran dan kehendak Tuhan. Hidup didalam ketaatan yang sempurna dalam Firman Tuhan. Jauhkan sikap kristen situasional, yang mengkondisikan atau melokalisasi kebenaran Tuhan. Contoh: “Anggo i gareja sintua ma diri, tapi anggo i kantor seng tarbahen gabe sintua diri”, nini sada sintuanta. Ungkapan on pataridahkon terblokirnya harosuh ni Naibata bani horja atap goluh siganup ari. Terkesan bahwa harosuh ni Tuhan pitah berlaku i gareja, hape anggo i kantor harosuh ni “BOS” ma sidalankonon ampa sitangionkon. Tontu sikap na sisonon seng pataridahkon kualitas iman na dear. Dear ma ase totalitas kehidupanta pitah untuk dan bagi Tuhan. SIPANGIDANGI NA MARBULUS NI UHUR “Pelayan yang berhati tulus”. Tulus hati (atau hati yang tulus) merupakan karakter na positif. Beberapa tokoh Alkitab yang berhati tulus (na pintor uhur ) dikategorihon sebagai “orang baik” yang disukai manusia dan yang takut akan Tuhan, antara lain: Jusuf, suami Maria (Mat 1:19), Si Kornelius, kepala tentara pasukan Italia (Lahoan 10:22), Jemaat yang mula-mula (Kis 2:46), dlsb. Bahkan Jesus Kristus merekomendasihon para muridNya supaya memiliki “ketulusan” (bujur) seperti merpati dalam menghadapi pergumulan dunia yang dikelilingi “serigala” (Mat 10:16). Apostel Paulus juga mengingatkan Timoteus dan Titus supaya tulus hati selaku pelayan jemaat (1 Tim 1:5, Titus 2:10), demikian juga kepada orang-orang yang berstatus pekerja atau hamba (Ep 6:5, Kol 3:22). Kualitas karakter “tulus hati” inilah yang menjamin terselenggaranya rencana/program dengan baik. PANGKORHON NI SIPANGIDANGI NA BERKUALITAS Berkenaan dengan subtema: “Perlengkapilah Jemaat Menjadi Pelayan yang Berhikmat, Beriman dan Berhati Tulus Agar Semakin Sempurna serta Membawa Kesejahteraan dan Kebaikan bagi Gereja,Masyarakat dan Negara” (2 Petrus 1:5; Efesus 4:13-15) Yang menjadi dampak, luaran (output), kalaulah tercipta SDM yang berkualitas berbasis hikmat, iman dan hati yang tulus berlandaskan kepada Firman Tuhan, adalah: “Kuria na lambin torsa, hadoharon ampa hadearon bani masyarakat, gereja ampa negara. Ai do tongon, anggo kualitas warga jemaat pakon parhorjani mumpuni pasti ma mampangkorhon bani kualitas na dear homa bani kehadiran pakon pelayananni”. PANGKORHON NI SIPANGIDANGI NA BERKUALITAS Tuhan Allah telah memanggil dan menyuruh kita supaya menghasilkan yang baik, menjadi Garam dan Terang yang berkualitas untuk dunia. Hapentaron na humbani Naibata, haporsayaon na toguh bani Jesus Kristus ampa bujur ni uhur bani horja, merupakan modal utama (SDM yang berkualitas) dari warga jemaat dan para pelayan untuk melaksanakan tugas bersekutu, bersaksi dan melayani. Marhiteihon kualitas sisonon ma homa lambin terbuka janah doras ni ma GKPS pataridahkon janah mengaplikasihon perananni gabe gereja siboan pasupasu janah sari (bdk. Visi-Misi GKPS Menuju 2030). PENUTUP Untuk memujudkan “peningkatan”, dibutuhkan upaya atau usaha (effort). Juga dalam kehidupan jemaat dibutuhkan peningkatan SDM yang semakin berkualitas. Gereja (dalam arti lembaga) dan warganya (dalam arti anggotanya) harus mau dibekali dan dibangun supaya semakin berkualitas SDMnya; Termasuk kualitas iman, harus tetap ditumbuhkembangkon supaya tetap terlihat iman yang nyata dalam perbuatan (faith in action). Apostel Petrus paingatkon ase upaya ai iharinggashon humbani sagala gogoh (harus dengan sungguh-sungguh, 2 Petrus 1:5), “ase das hita haganup hu hasadaon ni haporsayaon ampa habotohon bani Anak ni Naibata” (Epesus 4:13). Sai ra ma hita ibohali, janah sai ra ma hita marlajar laho maningkathon kualitas SDM-ta ganup. Marlajar humbani hata ni Tuhan, janah maniru bujur ni uhur ni Jesus na “pambalosi ronsi matei” (Pilippi 4:5,8).