perbedaan hasil belajar mata pelajaran ekonomi - e

advertisement
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA ANTARA
PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN GROUP INVESTIGATION
PADA SISWA KELAS X SMAN 5 PADANG DAN SMAN 2 GUNUNG TALANG
CICI NADIA PUTRI
88694/2007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisuda Periode Maret 2013
1
2
Perbedaan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Antara Penggunaan Model Kooperatif Tipe
Jigsaw Dengan Group Investigation Pada Siswa Kelas X SMAN 5 Padang dan SMAN 2 Gunung Talang
Cici Nadia Putri
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
([email protected])
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar
dengan model belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang diajar dengan model Group Investigation.
Penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran Ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 5 Padang dan SMA Negeri 2
Gunung Talang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian Quasi eksperimen. Populasi dari penelitian ini adalah siswa
kelas X SMA Negeri 5 Padang dan SMA Negeri 2 Gunung Talang. Teknik pengambilan sampel penelitian adalah
Purposive Sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara sengaja memilih sampel tertentu (mengabaikan
sampel-sampel lainnya). Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu tes awal (pre-test) dan tes akhir (posttest), kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji Z dengan α = 0,05. Dari hasil uji hipotesis diperoleh Zhit =
2,36 dan Ztab = 1,96 berarti Zhit > Ztab sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu
terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan model belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil
belajar siswa yang diajar dengan model Group Investigation pada mata pelajaran Ekonomi kelas X di SMA Negeri
5 Padang dengan SMA Negeri 2 Gunung Talang. Dimana penggunaan model belajar kooperatif tipe Jigsaw lebih
baik dibandingkan dengan model Group Investigation. Untuk itu disarankan kepada guru untuk dapat
mempertimbangkan model Jigsaw sebagai alternatif dalam proses pembelajaran, khususnya pada kompetensi dasar
mendeskripsikan kebijakan pemerintah dibidang ekonomi mikro dan makro.
Kata kunci: Model belajar kooperatif tipe Jigsaw, model belajar kooperatif tipe Group Investigation,
hasil belajar
ABSTRACT
This study aimed to determine whether there are differences in result learning between students who are taught
with cooperative learning model types Jigsaw with students who are taught by the model Group Investigation. The
research was conducted in the learning economy class X SMA Negeri 5 Padang and SMA Negeri 2 Mount Talang.
This study includes the type Quasi experimental research. The population of this study are students of class X SMA
Negeri 5 Padang and SMA Negeri 2 Mount Talang. Research sampling technique was purposive sampling is a
model of sample selection by means deliberately choosing a particular sample (ignoring the other samples). Types
of data used is primary data that the initial test (pre-test) and final test (post-test), then the data were analyzed by
using the Z test with α = 0.05. From the test results obtained hypothesis Ztab Zhit = 2.36 and = 1.96 means Zhit>
Ztab so the hypothesis proposed in this study can be accepted, ie there is a difference between learning outcomes of
students taught by cooperative learning model types Jigsaw with student learning outcomes Group Investigation
model taught in Economics subjects of class X in SMA Negeri 5 Padang with SMA Negeri 2 Mount Talang. Where
the use of cooperative learning model Jigsaw type is better than the model of Group Investigation. It is
recommended for teachers to be able to consider as an alternative to the Jigsaw model in the learning process,
especially on the basis of competency describes the government's policy in the field of micro and macro
economics.
Keywords: cooperative learning model types Jigsaw, cooperative learning model types Group Investigation,
Learning Outcomes
13
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk manusia
seutuhnya, serta ikut menunjang keberhasilan
pembangunan nasional. Menurut UndangUndang No. 20 Tahun 2004 Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mengembangkan segala potensi yang dimiliki
peserta didik melalui proses pembelajaran.
Pendidikan adalah suatu usaha membentuk
manusia seutuhnya dan dewasa. Maksudnya
membangun segala aspek dan dimensi yang
dimiliki oleh seseorang hingga tahap optimal
dari kemampuan orang tersebut. Dewasa di sini
bukanlah dewasa secara fisik tetapi dewasa
secara psikologis. Dewasa secara psikologis
mempunyai banyak ciri, seperti kemerdekaan
berpikir, independensi dan penalaran moral
yang baik.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan
suatu upaya mewariskan nilai yang akan
menjadi penolong dan penentu umat manusia
dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus
untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat
manusia. Tanpa pendidikan, manusia sekarang
tidak berbeda dengan generasi manusia masa
lampau, yang sangat tertinggal baik kualitas
kehidupan
maupun
proses-proses
pemberdayaannya. Secara ekstrim bahkan dapat
dikatakan bahwa, maju mundurnya, baik
buruknya peradaban suatu masayarakat, suatu
bangsa, akan ditentukan oleh kualitas
pendidikan yang ada pada negara
yang
bersangkutan.
Berdasarkan hasil observasi
awal,
penulis melihat bahwa kurang bervariasinya
metode pembelajaran yang digunakan guru
dalam proses belajar. Metode yang digunakan
masih berpusat pada guru (teacher centered).
Guru adalah sumber informasi, kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran hanya mendengar
dan mencatat informasi yang diberikan sehingga
siswa cenderung pasif, tidak memiliki aktivitas
selama pembelajaran berlangsung sehingga
suasana kelas tidak hidup. Dalam jangka waktu
lama siswa menjadi bosan sehingga minat siswa
untuk belajar Ekonomi mulai berkurang
Kurangnya minat siswa terhadap mata
pelajaran Ekonomi sebagai akibat penggunaan
model pembelajaran yang kurang bervariasi
berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Penulis menduga rendahnya pencapaian
kompetensi mata pelajaran Ekonomi disebabkan
oleh pemilihan model pembelajaran yang
kurang bervariasi dan tidak mengaktifkan siswa
dalam
proses
pembelajaran.
Hal
ini
menyebabkan ide-ide, gagasan dan kreativitas
siswa dalam belajar tidak tersalurkan dengan
baik yang berakibat siswa cepat bosan dan tidak
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
sehingga berdampak pada rendahnya hasil
belajar yang diperoleh siswa.
Banyak faktor yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa diantaranya
kurang tepatnya metode pembelajaran yang
digunakan, pembelajaran yang didominasi guru,
kurangnya interaksi belajar siswa dan sumber
belajar yang dimiliki siswa. Salah satu cara
yang
dapat
dilakukan
dalam
upaya
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan
melaksanakan program pembelajaran yang lebih
menarik yang mampu merangsang keaktifan
siswa dan terlibat langsung dalam pembelajaran
sehingga penguasaan konsep ekonomi siswa
akan menjadi lebih baik. Model belajar
kooperatif learning tipe (Jigsaw) adalah salah
model
yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Model belajar aktif didesain agar siswa dapat
bekerja dengan sesama siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak
24
kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta
memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dalam membantu siswa
mengaktifkan skemata tersebut agar bahan
pelajaran lebih bermakna menghidupkan
suasana kelas, meningkatkan keterampilan dan
partisipasi siswa dalam proses belajar sehingga
pembelajaran akan lebih menyenangkan yang
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Model belajar Kooperatif tipe Jigsaw dan
Group Investigation menuntut siswa untuk
berfikir
tentang
apa
yang
dipelajari,
berkesempatan berdiskusi dengan teman,
bertanya dan berbagi pengetahuan yang
diperoleh kepada yang lainnya. Model belajar
kooperatif tipe Group Investigation merupakan
suatu model atau strategi pembelajaran yang di
dalamnya siswa melakukan penyelidikan serta
percobaan
dengan
tujuan
memperoleh
pemecahan-pemecahan masalah yang tengah
dihadapinya secara berkelompok.
Pada model belajar kooperatif tipe Group
Investigation
siswa
diharapkan
mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
lebih aktif belajar dan memberikan kesempatan
untuk berkomunikasi ekonomi sehingga
pemahaman dan kemampuan komunikasi
ekonomi yang dimiliki siswa serta prestasi
siswa khususnya dapat meningkat. .
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan
melakukan pembuktian secara empiris yaitu:
“apakah terdapat perbedaan hasil belajar mata
pelajaran ekonomi menggunakan model belajar
kooperatif tipe Jigsaw dengan Group
Investigation pada siswa kelas X SMAN 5
Padang dan SMAN 2 Gunung Talang”.
Dari hasil pengamatan peneliti selama
ini di SMA Negeri 5 Padang dan SMA Negeri 2
Gunung Talang, hasil belajar Ekonomi siswa
pada umumnya masih rendah. Rendahnya hasil
belajar siswa terlihat dari hasil ujian mid
semester 1 tahun ajaran 2011-2012
yang
dilakukan penulis sebelum dilakukan penelitian.
Dari hasil ujian tersebut masih banyak
siswa yang belum tuntas yang nilainya dibawah
KKM di mana KKM yang ditetapkan di SMA
Negeri 5 Padang dan SMA Negeri 2 Gunung
Talang adalah 75.
Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar
Ekonomi siswa dalam pelajaran Ekonomi maka
perlu usaha pemberian variasi model, metode
atau strategi pembelajaran yang bersifat
cooperative learning yang menarik atau
menyenangkan, yang melibatkan siswa, yang
meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab
siswa sehingga siswa mengalami sendiri
pembelajaran
yang
dilakukannya
dan
diharapkan materi yang yang diajarkan dapat
diterima dengan baik untuk tujuan pencapaian
hasil belajar yang lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Model
pembelajaran
kooperatif
merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang banyak melibatkan siswa. Siswa
dibagi kedalam kelompok- kelompok kecil,
biasanya terdiri dari 3 atau 4 orang yang
diberikan tanggung jawab dan saling membantu
untuk mencapai ketuntasan belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja
sama dalam kelompok kecil dan saling
membantu untuk mempelajari suatu materi.
Tujuan pembelajaran kelompok menurut
Dimyanti dan Mudjiono (2002:166) adalah: (1)
Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah secara rasional. (2) Mengembangkan
sikap sosial dan semangat gotong royang dala
kehidupan. (3) Menimbulkan rasa tanggung
jawab pada setiap anggota kelompok. (4)
Mengembangkan kemampuan kepemimpinan
pada tiap- tiap anggota kelompok.
35
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan temanteman di Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins (dalam Trianto,
2009:73). Menurut pendapat Slavin (2005:31)
“Pembelajaran tipe Jigsaw merupakan salah
satu bentuk pembelajaran cooperative learning
(Pembelajaran Kooperatif) yang mengupayakan
seorang siswa untuk membaca bagian-bagian
yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman
yang satu timnya. Ini memang berguna untuk
membantu para ahli menguasai informasi yang
unik, sehingga membuat tim sangat menghargai
kontribusi tiap anggotanya. Misalnya dalam unit
tentang Chile, satu siswa mungkin saja memiliki
informasi tentang ekonomi Chile, yang lainnya
tentang geografinya, yang ketiga tentang sejarah
dan seterusnya. Untuk mengetahi segala sesuatu
tentang Chile, siswa harus bergantung terhadap
teman satu timnya”.
Menurut Trianto (2009:73) langkah-langkah
pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut: (a)
Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap
kelompok anggotanya 5 – 6 orang). (b)Materi
pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk
teks yang telah dibagi-bagi dalam bentuk sub
bab. (c) Setiap anggota kelompok membaca sub
bab yang di tugaskan dan bertanggung jawab
untuk mempelajarinya. (d) Anggota dari
kelompok lain yang telah mempelajari sub bab
yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok
ahli untuk mendiskusikannya. (e) Setiap
kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya
bertugas mengajar teman-temannya. (f) Pada
pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswasiswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
Pembelajaran kooperatif lain adalah Tipe
Group Investigation yang dapat membantu
guru mengatasi kesulitan siswa dalam belajar,
karena disini siswa juga dituntut untuk bekerja
dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan
untuk mengolah informasi. Menurut Trianto
(2009:78) “tipe Group Investigation merupakan
pembelajaran kooperatif yang siswa terlibat
dalam perencanaan baik topik yang dipelajari
dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka”.
Menurut Suprijono (2010:93).
Pembelajaran dengan menggunakan metode
Group Investigation di mulai dengan pembagian
kelompok. Selanjutnya peserta didik memilih
topik-topik tertentu dengan permasalahanpermasalahan yang dapat dikembangkan dari topiktopik itu. Sesudah topik beserta permasalahannya di
sepakati, peserta didik beserta guru menentukan
metode penelitian yang dikembangkan untuk
memecahkan masalah. Setiap kelompok bekerja
berdasarkan metode investigasi yang telah mereka
rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan
sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data,
sintesis, hingga menarik kesimpulan. Langkah
berikutnya adalah presentasi hasil oleh masingmasing kelompok dan di ahkhiri dengan evaluasi.
Menurut
Trianto
(2009:79),
Dalam
implementasi tipe Group Investigasi kelompok guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan
anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini
dapat
dibentuk
dengan
mempertimbangkan
keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam
topik tetentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya siswa
menyiapkan dan mempersentasikan laporan kepada
seluruh kelas.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan masalah yang telah penulis
kemukakan di atas, maka penelitian yang penulis
lakukan adalah penelitian eksperimen. Jenis
penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen.
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X
SMAN 5 Padang dan SMAN 2 Gunung Talang
tahun ajaran 2011/2012. Jumlah siswa setiap kelas
46
dapat di lihat pada tabel. Data ini akan digunakan
untuk pemilihan sampel penelitian.
Tabel 1: Populasi Penelitian
No
Kelas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Jumlah
siswa
33 orang
36 orang
36 orang
36 orang
37 orang
38 orang
34 orang
34 orang
36 orang
40 orang
Nilai Ratarata
68,18
68,18
67,50
68,97
66,85
81,36
65,61
65,00
65,80
68,80
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
356
orang
Sumber : Guru Bidang Studi Ekonomi SMA N 5
Padang
Tabel 2. Populasi Penelitian
No
1
2
3
4
Kelas
X1
X2
X3
X4
Jumlah
Jumlah
siswa
34 orang
34 orang
30 orang
35 orang
133 orang
Nilai Ratarata
72,15
72,00
73,41
71,08
Sumber : Guru Ekonomi Kelas X SMA N 2 Gunung
Talang
Sampel adalah bagian dari wakil populasi
yang akan diteliti “Purposive Sampling” yaitu
dengan cara pemilihan sampel yang sengaja
dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
atau tujuan tertentu yaitu karena sampel ini
memiliki nilai rata-rata hampir sama dan samasama tidak tuntas, sehingga dapat dikatakan
bahwa kedua kelas
sampel
memiliki
kemampuan yang hampir sama. Dimana satu
kelas ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan
satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol.
Berdasarkan nilai rata-rata ujian yang relatif
homogen, untuk itu dipilih dua kelas sampel,
yaitu kelas X4 sebagai kelas eksperimen dan
kelas X10 sebagai kelas kontrol.
Untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan, perlu disusun prosedur yang
sistematis. Dimana alur dari penelitian ini
adalah.
Tahap Persiapan (a) Menetapkan jadwal
penelitian. (b) Menyusun silabus, instrument
penilaian, dan mempersiapkan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan
materi yang akan di ajarkan untuk masingmasing kelas eksperimen dan kelas kontrol. (c)
Mempersiapkan materi pelajaran ekonomi yang
di ambil dari berbagai sumber buku ekonomi
dan sumber lainnya. (d) Menyiapkan soal tes
akhir dan melakukan uji coba
Tahap Pelaksanaan. Pelaksanaan proses
pembelajaran untuk kedua kelas tidak sama.
Kelas
eksperimen
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelas
kontrol menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation.
Tahap Pelaksanaan tes akhir. Setelah
selesai mempelajari satu kompetensi dasar,
maka pada pertemuan ketiga pada kedua
kelompok sampel akan diberi tugas akhir berupa
tes objektif. Pada tahap pelaksanaan tes akhir ini
penulis mengadakan tes akhir. Setelah satu
kompetensi dasar selesai maka siswa akan
diberi tes akhir berupa tes objektif untuk melihat
hasil belajar kedua kelas eksperimen dan
kontrol.
Data yang diambil adalah data berupa skor
yang diperoleh dari hasil belajar siswa dengan
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh
guru. Hasil belajar digunakan untuk melihat
apakah ada perbedaan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dengan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Group
Investigation.
57
Instrument yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah soal tes tertulis berbentuk
objektif yang di gunakan untuk memperoleh
data hasil belajar pada ranah kognitif. Di
berikan
pada
akhir
penelitian
untuk
mendapatkan soal tes yang baik maka di
lakukan uji validitas, daya pembeda, reliabilitas
, indeks kesukaran.
Agar tes menjadi instrument/alat ukur
yang baik maka perlu di lakukan langkahlangkah (a) Membuat kisi-kisi soal tes akhir. (b)
Menyusun tes akhir berdasarkan kisi-kisi yang
telah di buat. (c) Melakukan uji coba soal tes
sebanyak 30. Menganalisis hasil uji coba soal
tes akhir untuk menentukan soal yang layak di
pakai untuk tes akhir. Menurut Suharsimi
(2005:207), ”Analisis soal antara lain bertujuan
untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang
baik dan jelek.”
Analisis data yang di lakukan bertujuan
untuk menguji kebenaran hipotesis yang di
ajukan dalam penelitian. Teknik analisis data
yang di gunakan adalah uji kesamaan dua ratarata (uji Z) karena sampel penelitian >30. Untuk
dapat melakukan uji Z, maka kedua sampel
harus berasal dari distribusi populasi yang
berdistribusi normal dan kedua sampel harus
mempunyai variansi yang homogen. Oleh
karena itu, sebelum melakukan uji Z, terlebih
dahulu uji normalitas dan homogenitas.
Analisis data dilakukan setelah semua
data terkumpul. Proses analisis data dimulai
dengan menelaah data yang tersedia dari
berbagai sumber. Selanjutnya dari hasil analisis
tersebut
dideskripsikan
ada
tidaknya
peningkatan hasil belajar Ekonomi siswa
dengan pembelajaran kooperatif melalui model
kooperatif tipe Jigsaw, dengan melihat nilai
rata-rata hasil belajar Ekonomi antara kedua
kelas sampel.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini merupakan data
primer yaitu data hasil belajar siswa yang
diperoleh setelah diadakan tes akhir yang
dilakukan pada kedua kelas sampel setelah
kedua kelas sampel tersebut diberikan
perlakuan. Sebelumnya peneliti merancang soal
untuk dijadikan instrument penelitian dengan
memperhatikan kisi-kisi soal yang sesuai
dengan silabus dan kurikulum mata pelajaran
Ekonomi. Soal yang dirancang berbentuk soal
objektif sebanyak 30 butir soal dengan 5
pilihan.
Setelah soal selesai dibuat langkah
selanjutnya yang peneliti lakukan adalah uji
coba penelitian. Uji coba penelitian ini peneliti
lakukan di SMA pembangunan, tepatnya di
kelas Xa, siswa yang mengikuti tes berjumlah
32 siswa. Setelah melakukan tes uji coba
terdapat 4 soal yang di perbaiki. Setelah itu
dilakukan penelitian pada sekolah SMAN 5
Padang dan SMAN 2 Gunung Talang kelas X4
sebagai kelas kontrol dan X10 sebagai kelas
eksperimen.
Pada pertemuan terakhir dilakukan post
test pada kedua kelas sampel, hasil jawaban
untuk soal post tes pada kedua kelas sampel
dapat dilihat pada tabel berikut: .
Tabel 3 : Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Nilai
Eksperimen
Rata-rata (Mean)
43.53
Median
43
Modus
40
Standar Deviasi
9.80
Varians
96.10
Nilai Maksimum
60
Nilai Minimum
23
Sumber : Data Olahan, 2012
Kontrol
40.29
43
43, 47
8.05
64.85
57
23
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat
dilihat
perbedaan nilai pre-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol, nilai rata-rata
68
kelas eksperimen adalah 43,53 lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol yang
memperoleh nilai rata-rata 40,29 dengan selisih
nilainya adalah 3,24. Untuk kelas eksperimen
nilai tengah (median) yaitu 43 yang berarti
bahwa 50% dari siswa kelas eksperimen
memperoleh nilai di atas 43 dan 50% dari siswa
kelas eksperimen memperoleh nilai di bawah
43. Median untuk kelas kontrol adalah 43 yang
berarti 50% dari siswa kelas kontrol
memperoleh nilai di atas 43 dan 50% dari siswa
kelas kontrol memperoleh nilai di bawah 43.
Nilai yang paling banyak muncul (modus) untuk
kelas eksperimen adalah 40, sedangkan modus
pada kelas kontrol adalah 43, 47.
Standar deviasi atau penyimpangan
untuk kelas eksperimen yaitu 9,80 artinya
bahwa tingkat penyimpangan masing- masing
nilai siswa kelas eksperimen dari nilai rata ratanya pada pretest adalah 9,80. Sedangkan
pada kelas kontrol adalah sebesar 8,05, artinya
bahwa tingkat penyimpangan masing-masing
nilai siswa kelas kontrol dari nilai rata-ratanya
pada pre-tes adalah 8,05.
Dari Tabel tersebut dapat dilihat, pada
kelas eksperimen nilai terendah yang diperoleh
siswa adalah 23 dan nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 60, sedangkan pada
kelas kontrol nilai terendah yang diperoleh
siswa adalah 23 nilai tertinggi yang diperoleh
siswa adalah 57. Pada kelas eksperimen ataupun
kelas kontrol dalam pre-test ini belum ada yang
mencapai Kriteria Kentuntasan Minimum
(KKM) yang telah ditetapkan oleh masingmasing sekolah yaitu tujuh puluh (75) untuk
mata pelajaran Ekonomi.
Tabel 4. Nilai Post-Test Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Eksperimen
nilai
nilai
Kontrol
Mean
83.38
78.43
Mean
Median
83
Median
77
Modus
87, 90
Modus
73
Std
7.99
Std
9.90
Max
100
Max
97
Min
70
Sumber: Data Olahan 2012
63
Min
Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat
dilihat bahwa terlihat perbedaan hasil belajar
ekonomi siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol, kelas eksperimen diperoleh nilai siswa
adalah 70 dan nilai tertinggi yang diperoleh
siswa adalah 100. Sedangkan pada kelas kontrol
nilai terrendah yang diperoleh siswa adalah 63
dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah
70. Untuk rata-rata kelas pada kelas eksperimen
adalah 83.38. Sedangkan untuk kelas kontrol
adalah 78.43. Jika dilihat secara keseluruhan
maka kelas eksperiman dan kelas kontrol telah
melewati batas yang ditetapkan, karena KKM
yang ditetapkan sekolah adalah 75.
Standar deviasi atau penyimpangan
untuk kelas eksperimen yaitu 8.00 artinya
bahwa tingkat penyimpangan masing- masing
nilai siswa kelas eksperimen dari nilai rataratanya pada posttest adalah 8.00. Dan pada
kelas kontrol yaitu 9,90 artinya bahwa tingkat
penyimpangan masing- masing nilai siswa kelas
kontrol dari nilai rata- ratanya pada posttest
adalah 9,90.
Nilai tengah (median) pada kelas
eksperimen yaitu 83, artinya bahwa 50% dari 40
siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai
dibawah 83, dan 50% lainnya dari 40 siswa
memperoleh nilai diatas 83. Sedangkan nilai
tengah (median) pada kelas kontrol yaitu 77,
artinya bahwa 50% dari 35 siswa kelas kontrol
79
memperoleh nilai di bawah 77, dan 50% lainnya
dari 35 siswa memperoleh nilai diatas 77.
= 0,05, seperti yang terlihat pada Tabel 6
berikut ini :
Untuk nilai yang sering muncul (modus)
pada kelas eksperimen adalah 93,90 artinya
siswa pada kelas eksperimen saat posttest
banyak memperoleh nilai 93,90. Sedangkan
pada kelas kontrol nilai yang sering muncul
(modus) adalah 73, artinya siswa pada kelas
kontrol saat posttest banyak memperoleh nilai
73.
Tabel 6 : Uji Normalitas Untuk Nilai PostTest
Untuk menarik kesimpulan dari hasil
penelitian dilakukan uji hipotesis secara
statistik. Sebelum melakukan uji hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas terhadap hasil belajar tes awal
(pre-test) dan tes akhir (post-test). (a) Uji
Normalitas uji normalitas ini bertujuan untuk
mengetahui apakah kelompok sampel berasal
dari populasi yang terdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas dilakukan dengan uji
Lilliefors.
Tabel 5: Uji Normalitas Untuk Nilai PreTest
Kelas
Eksperimen
Kontrol
N
40
35
Lo
0.091
0.116
Ltabel
0,140
0,150
Keteranga
n
Normal
Normal
Kelas
Eksperimen
Kontrol
N
40
35
Lo Ltab
0.1 0,1
el
03 0,1
40
0.1
38
50
Sumber : Pengolahan Data Tahun 2012
Keterangan
Normal
Normal
Dari perbandingan antara Lo dan Ltabel
dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen
didapat Lo (Lhitung) = 0,103 < Ltabel = 0,140, hal
ini berarti bahwa dari data posttest menyatakan
kelas eksperimen berasal dari populasi yang
terdistribusi normal. Pada kelas kontrol didapat
Lo (Lhitung) = 0.138< Ltabel = 0,150, hal ini berarti
bahwa dari data posttest menyatakan kelas
kontrol berasal dari populasi yang terdistribusi
normal. b) Uji homogenitas bertujuan untuk
mengetahui apakah kedua kelompok data
mempunyai varians yang homogen atau
tidak.Hasil perhitungan homogenitas pretest
dapat dilihat pada Tabel 7 berikut
Tabel 7 : Uji Homogenitas Untuk Pretest Kedua
Kelas Sampel
Test
Pretest
Fhit
1,48
Ftab
1,75
Kesimpulan
Homogen
Sumber : Pengolahan Data 2012
Sumber : Pengolahan Data Tahun 2012
Dari perbandingan antara Lo dan Ltabel
dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen
didapat Lo (Lhitung) = 0,091 < Ltabel = 0,140, hal
ini berarti bahwa dari data pretest menyatakan
kelas eksperimen berasal dari populasi yang
terdistribusi normal. Kelas kontrol didapat Lo
(Lhitung) = 0.116< Ltabel = 0,150, hal ini berarti
bahwa dari data pretest menyatakan kelas
kontrol berasal dari populasi yang terdistribusi
normal.
Dari uji homogenitas varians yang dilakukan
terhadap sampel nyata diperoleh harga Fhitung =
1,45 dengan taraf nyata α= 0,05 dengan dk
pembilang 40 – 1 = 39 dan dk penyebut 35 –
1 = 34 dari daftar distribusi didapat F(1- )(n1-1)(n21) = F(0.95)(30.33) = 1,48. Dengan demikian Fhitung <
Ftabel yang berarti kelompok data mempunyai
varians yang homogen. Hasil perhitungan
homogenitas posttest dapat dilihat pada Tabel 8
berikut :
Dari uji normalitas yang dilakukan maka
didapatkan harga Lo dan Ltabel pada taraf nyata α
810
Tabel 8: Uji Homogenitas Posttest Untuk Kedua
Kelas Sampel
Test
Post test
Fhit
1,53
Ftab
1,75
Kesimpulan
Homogen
Sumber : Pengolahan Data 2012
Dari uji homogenitas varians yang
dilakukan terhadap sampel nyata diperoleh
harga Fhitung = 1,04 dengan taraf nyata α= 0,05
dengan dk pembilang
40 – 1 = 39 dan dk penyebut 35 – 1 = 34 dari
daftar distribusi didapat F(1- )(n1-1)(n2-1) =
F(0.95)(30.33) = 1.53. Dengan demikian Fhitung <
Ftabel yang berarti kelompok data mempunyai
varians yang homogen. c.)Uji Hipotesis, Untuk
menentukan apakah terdapat perbedaan yang
berarti antara hasil belajar ekonomi siswa
menggunakan model belajar kooperatif tipe
Jigsaw dengan model Group Investigation
digunakan Uji Z. Uji Z ini digunakan apabila
memiliki jumlah sampel besar dari
Tabel 9: Uji Hipotesis Kedua Kelas Sampel
Kategori Test
Zhit
Ztab
Pre Test
1,56
1,96
Post Test
2,36
1,96
Sumber : Data Olahan 2012
Kesimpulan
H0 diterima
H0 ditolak
Berdasarkan perhitungan uji Z dengan
= 0,05, untuk pretest diperoleh Zhit = 1,56 dan
Ztab = 1,96 sehingga Zhit < Ztab artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan hasil belajar pretest
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Hal ini menunjukkan bahwa sebelum perlakuan
diberikan kemampuan kedua kelas sampel
adalah relatif sama. Sedangkan uji Z pada
posttest diperoleh Zhit = 2,36 dan Ztab = 1,96
sehingga Zhit
Ztab maka Ha diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
berarti antara hasil belajar Ekonomi posttest
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Untuk menguji hipotesis hasil belajar
siswa dari pretest berbeda dengan hasil belajar
siswa posttest dilakukan uji hipotesis dengan
mengambil rata- rata pretest dan posttest dari ke
dua kelas sampel. Dari hasil perhitungan didapat
Zhit = 2,36 dan Ztab = 1,96 sehingga Zhit > Ztab
maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar pretest
siswa dengan hasil belajar posttest siswa.
Berdasarkan instrumen penelitian, telah
didapatkan soal yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya, sehingga soal tersebut dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan
kepada siswa di kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh nilai rata-rata pre-test kelas
eksperimen sebesar 43.78 dan kelas kontrol
sebesar 40,29. Hal ini menunjukkan nilai pretest pada kedua kelas sampel tidak mempunyai
perbedaan yang signifikan. Ini berarti kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki
kemampuan yang sama sebelum diberikan
perlakuan.
Setelah tes awal dilakukan kepada
kedua kelas sampel, peneliti mulai melakukan
perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas
sampel dalam proses pembelajaran. Kelas
eksperimen belajar menggunakan model belajar
kooperatif tipe Jigsaw sedangkan kelas kontrol
menggunakan model belajar kooperatif tipe
Group Investigation Dilihat dari persiapan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dalam proses
pembelajaran, sudah disiapkan dengan baik. Ini
pun sudah terencana melalui tahap-tahap yang
akan menuntun siswa untuk menggali lebih jauh
tentang konsep Ekonomi yang dipelajarinya.
Disamping itu juga siswa mempunyai
kemampuan menarik kesimpulan sendiri
terhadap materi yang dipelajari, sehingga siswa
menjadi lebih paham dan mengerti serta dapat
mengerjakan soal dengan baik dan benar.
911
Pembelajaran dengan model belajar
kooperatif tipe Jigsaw telah menuntut siswa
untuk aktif dan guru telah memberi pengarahan,
fasilitas dan mendorong siswa dalam belajar
sehingga pembelajaran dengan kooperatif tipe
Jigsaw ini benar-benar dapat memberikan
masukan
yang
berarti
dalam
upaya
meningkatkan hasil belajar Ekonomi siswa,
meskipun dalam pelaksanaannya dibutuhkan
usaha bersama antara siswa dan guru, tanpa
adanya kemauan atau motivasi dari siswa dalam
belajar dengan model ini.
Model yang
digunakan guru dalam mengajar akan
mempengaruhi pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan. Sesuai dengan pendapat
Sagala (2003:201) yang mengatakan bahwa
tujuan untuk mendidik anak agar sanggup
memecahkan
masalah-masalah
dalam
belajaranya, memerlukan suatu model dalam
proses pembelajaran.
Wahab (2007:86) mengatakan bahwa
memlilih dan menggunakan model mengajar
adalah kiat guru berdasarkan pengetahuan
metodologisnya serta pengalaman mengajarnya
yang sebenarnya telah menyatu dengan dirinya.
Oleh sebab itu pada akhirnya tentu yang terbaik
adalah mengombinasikan berbagai metode dan
teknik mengajar disesuaikan dengan tuntunan
kebutuhan dan keadaan siswa serta karakteristik
materi pelajaran yang akan disampaikan. Dalam
hal ini model mengajar yang baik adalah metode
yang paling dikuasi guru.
Pada pembelajaran model kooperatif
Jigsaw siswa lebih aktif untuk mengeluarkan
pendapat mengenai tugas yang diberikan oleh
guru di awal pembelajaran terkait dengan
materi yang dipelajarinya. Pada saat diskusi
kelas berlangsung siswa berani tampil dalam
kelompok masing-masing menyampaikan
informasi yang telah di diskusikan pada
kelompok ahli terhadap keloompok asal
sebelumnya. Sehingga pada saat guru
menyimpulkan pelajaran, siswa tersebut dapat
secara langsung menghubungkan materi yang
telah disampaikan guru dengan tugas yang
telah mereka bahas sebelumnya.
Pada model pembelajaran Jigsaw ini
tanggung jawab yang diberikan adalah
memahami dan menyelesaikan suatu tugas
secara pribadi. Namun pada dasarnya kedua
model pembelajaran ini dari pendekatan
pembelajaran kooperatif tersebut dapat
merangsang siswa terlibat secara aktif untuk
bekerjasama, berdiskusi dan saling membantu
antar anggota kelompok dalam belajar
sehingga mereka dapat mengkonstruk sendiri
pemahaman mereka secara bersama-sama. Hal
ini sejalan dengan prinsip belajar yang
dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2002:42)
bahwa “belajar harus dilakukan sendiri oleh
siswa, tidak dapat dilimpahkan kepada orang
lain. Dalam belajar siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi harus
menghayati dan terlibat langsung dalam
perbuatan dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya”. Sehubung dengan itu Sardiman
(2009:20) juga mengemukakan bahwa “belajar
akan lebih baik kalau subjek belajar itu
mengalami atau melakukannya sendiri, jadi
tidak verbalistik”.
Sedangkan pada kelas kontrol, proses
pembelajaran dilakukan dengan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Group
Investigation.
Tipe Group Investigation
ditandai dengan adanya struktur tugas mengacu
pada cara pembelajaran itu di organisasi dan
jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa di
dalam kelas. Sedangkan tujuan kooperatifnya
terjadi jika siswa mencapai tujuan mereka yang
dengan bekerja sama dalam kelompok dan
selain itu peserta didik akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep
yang sulit yang dapat mereka diskusikan
dengan siswa yang lain. Siswa yang aktif
1012
0
dalam Kegiatan Belajar Mengajar cenderung
lebih aktif dalam bertanya dan menggali
informasi dari guru maupun sumber belajar
yang lain.
Model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dan model kooperatif tipe Group
Investigation, cocok digunakan untuk materi
yang dijadikan pokok bahasan dalam penelitian
ini yaitu Memahami kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi mikro dan makro. Pada
kompetensi Memahami kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi mikro dan makro, siswa
diminta aktif untuk menjelaskan konsep
ekonomi mikro dan ekonomi makro, perbedaan
ekonomi mikro dan makro,pengertian ekonomi
mikro dan ekonomi makro, contoh ekonomi
mikro dan makro di masyarakat, masalahmasalah yang dihadapi pemerintah di bidang
ekonomi, serta mencari pemecahan masalah
yang dihadapi pemerintah dibidang ekonomi.
Selain aktif menjelaskan, pada model ini siswa
dituntut berfikir kritis dalam memecahkan
berbagai masalah yang timbul, sehingga tujuan
dan indikator pembelajaran yang tercantum
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dapat
tercapai dengan maksimal.
Dalam kedua model pembelajaran
tersebut, siswa yang biasanya belajar secara
individu, tanpa kompetisi dan penghargaan
dicoba dikondisikan dengan adanya kompetisi
dan penghargaan yang menjadi motivasi bagi
keberhasilan belajar mereka, serta suasana
pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan
bervariasi. Kedua pembelajaran ini juga dapat
menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar
yang baik, karena siswa tidak cepat merasa
bosan dalam belajar dan dapat meningkatkan
rasa percaya diri tiap siswa karena siswa dilatih
untuk aktif berpendapat, menghargai perbedaan
pendapat dan termotivasi untuk meningkatkan
prestasinya karena adanya persaingan dan
penghargaan yang diberikan.
Hal ini sejalan dengan prinsip belajar
yang dikemukakan Dimyati dan Mudjiono
(2002:42) bahwa “belajar harus dilakukan
sendiri oleh siswa, tidak dapat dilimpahkan
kepada orang lain. Dalam belajar siswa tidak
sekedar mengamati secara langsung tetapi
harus menghayati dan terlibat langsung dalam
perbuatan dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya”. Sehubung dengan itu Sardiman
(2009:20) juga mengemukakan bahwa “belajar
akan lebih baik kalau subjek belajar itu
mengalami atau melakukannya sendiri, jadi
tidak verbalistik”.
Setelah kedua kelas sampel mendapat
perlakuan yang berbeda, kemudian kedua
kelompok diberi tes hasil belajar. Dari hasil
belajar tersebut, didapatkan rata-rata nilai post
test kelas Jigsaw sebesar 83.38 dan kelas
Group Investigation sebesar 78.43. Rata-rata
nilai post test tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan
antara kelas Jigsaw dengan kelas Group
Investigation. Nilai rata-rata kelas Jigsaw lebih
tinggi dari nilai rata-rata kelas Group
Investigation.
Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan
model kooperatif tipe Group Investigation
pembagian
kelompok
dibentuk
dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan
atau minat yang sama dalam topik tertentu
karena itu pembagian kelompok diserahkan
kepada siswa sehingga siswa cenderung
memilih-milih teman untuk dijadikan anggota
kelompok sedangkan pembagian kelompok
pada model Jigsaw dipilih secara acak oleh
guru. Pada model Jigsaw siswa bertanggung
jawab secara individu terhadap pertanyaan yang
diberikan oleh guru sedangkan pada model
Group Investigation pertanyaan yang diberikan
oleh guru merupakan tanggung jawab
kelompok, sehingga cenderung siswa yang
mengerjakan tugas tersebut hanya 1 atau 2
1113
0
orang saja, dan anggota kelompok lainnya
banyak mengerjakan pekerjaan lain yang tidak
berhubungan dengan pembelajaran pada saat
itu.
Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan
hasil belajar siswa dari segi model mengajar,
bahwa model belajar kooperatif tipe Jigsaw
lebih baik dari model belajar kooperatif tipe
Group Investigation.. Ini sesuai dengan
penelitian Efi (2007), bahwa dengan penerapan
model belajar kooperatif tipe Jigsaw hasil
belajar siswa meningkat. Selama penelitian
berlangsung ada beberapa hambatan yang
ditemukan. Hal ini terjadi karena peneliti belum
memiliki banyak pengalaman dalam proses
belajar mengajar. Adapun hambatan yang
ditemui peneliti pada saat melakukan penelitian
adalah (1) Pada awalnya cukup sulit
membangkitkan semangat dan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran baik di kelas Jigsaw
maupun di kelas Group Investigation. (2) Sulit
untuk
membentuk
kelompok
secara
heterogenitas karena siswa cenderung memilihmilih teman untuk dijadikan anggota kelompok.
(3) Kurangnya sumber pembelajaran seperti
buku paket yang dimiliki oleh siswa sehingga
siswa mengalami kesulitan dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh temannya. (4)
Kendala utama yaitu penggunaan waktu yang
kurang efektif dan efisien, waktu dalam proses
pembelajaran tersita karena penataan kelas
sebelum proses pembelajaran dimulai.
siswa yang menggunakan pembelajaran Group
Investigation,dimana
pembelajaran
menggunakan model belajar kooperatif tipe
Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar Ekonomi
siswa yang menggunakan pembelajaran Group
Investigation.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat
untuk meningkatkan hasil belajar siswa (1)
Dalam proses pembelajaran, guru bidang studi
dapat menggunakan model Kooperatif tipe
Jigsaw sebagai alternatif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya pada standar
kompetensi memahami kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi mikro dan makro (2)
Dalam mencapai peningkatan hasil belajar siswa
perlu adanya partisipasi dari berbagai pihak
yang berkaitan terutama kepala sekolah. Untuk
itu
kepala
sekolah
agar
dapat
mempertimbangkan melakukan sosialisasi atau
pelatihan mengenai model Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
Ekonomi siswa yang menggunakan model
belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan Group
Investigation. Hasil belajar Ekonomi siswa yang
menggunakan model belajar kooperatif tipe
Jigsaw berbeda dengan hasil belajar Ekonomi
1214
0
DAFTAR PUSTAKA.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Revisi V
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT Grafindo
Persada.
Irianto, Agus.2007. Statistik Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Jakarta: Prenada Media
Group.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning:
Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT
Grasindo.
Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative learning:
Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Bumi Aksara.
Slavin, R. E. 2005. Cooperative learning:
teori, riset dan praktik. Bandung: PT
Penerbit Nusa Media.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar.
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Trianto.2007. Model Pembelajaran Terpadu
dalam Teori dan Praktek. Prestasi
Pustaka: Jakarta.
Universitas Negeri Padang. 2007. Buku
Panduan Penulisan Skripsi. Padang.
Wahab, Abdul Azis. 2007, Metode dan Modelmodel Mengajar. Bandung : Alfa
Sari Devi Anggun. 2003. Pengaruh Model
Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa Kelas X Semester
Ganjil SMA Negeri 7 Padang Dan SMA
Negeri 8 Padang. (Skripsi) Universitas
Negeri Padang.
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada..
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan:
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian
Pendidikan. PT. Bumi Aksara: Jakarta
Supriyani Feriyati . 2008. Studi Komparasi
Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw
Dan Group Investigation (Gi) Ditinjau
Dari Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar Siswa. (Skripsi) Universitas
Sebelas Maret Surakarta
1315
0
Download