BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
hiperglikemia
yang
disebabkan
dari
ketidakmampuan
tubuh
untuk
W
D
K
U
menggunakan glukosa darah sebagai energi (ADA, 2013)
Pada tahun 2014, 9% orang dewasa di dunia yang berusia 18 tahun
keatas menderita diabetes. Pada tahun 2012, diabetes menyebabkan 1.5 juta
kematian di dunia. Lebih dari 80 % dari kematian akibat diabetes terjadi di
negara yang memiliki pendapatan menengah ke bawah termasuk Indonesia
(WHO, 2015).
Prevalensi diabetes melitus di dunia dengan penduduk usia 20-79
©
tahun pada tahun 2013 mencapai 381,8 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun
2035 angka ini akan meningkat sebesar 55% dengan jumlah penderita
Diabetes Melitus mencapai 591,9 juta jiwa (IDF, 2013).
Kejadian diabetes melitus dengan rentang usia 20-79 tahun di
Indonesia pada tahun 2014 mencapai 9.116.000 penderita, dengan angka
kematian yang terjadi akibat diabetes sebesar 175.936 pasien. Sedangkan
kasus diabetes melitus yang tidak terdeteksi di Indonesia hampir mendekati 5
juta kasus di tahun 2014 (IDF, 2013).
Menurut perkeni tahun 2011, diperkirakan sekitar 50% penyandang
diabetes yang belum terdiagnosis di Indonesia, dan hanya dua pertiga yang
1
2
terdiagnosis menjalani pengobatan, baik non farmakologis maupun
farmakologis. Dari yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya
saja yang terkendali dengan baik.
Pemeriksaan
hemoglobin
terglikosilasi
(HbA1C)
merupakan
pemeriksaan untuk memantau kontrol glikemik yang menjadi tolak ukur
dalam pengendalian diabetes melitus (WHO, 2011). Pengendalian diabetes
W
D
K
U
melitus yang buruk ditunjukkan dengan pemeriksaan HbA1c >8% (Perkeni,
2006).
Bila terdapat gangguan pada metabolisme karbohidrat, absorbsi
karbohidrat dalam tubuh atau jumlah karbohidrat yang tak adekuat terdapat
dalam diet, tubuh akan melakukan kompensasi dengan meningkatkan jumlah
metabolisme asam lemak. Peningkatan terjadinya metabolisme lemak akan
menghasilkan produk sisa yaitu badan keton yang muncul dalam darah dan
©
akibatnya akan terekskresi melalui urin (Khan, 2011).
Pemantauan keton dalam urin penting terutama pada penyandang
diabetes melitus tipe 2 yang terkendali buruk (Perkeni, 2011).
Kondisi
dimana banyak jumlah keton dan glukosa di dalam darah dengan disertai
pemecahan lemak secara terus menerus akibat ketidak mampuan tubuh untuk
menggunakan glukosa akan menyebabkan adanya penumpukan asam lemak
bebas dan benda keton secara berlebihan. Akumulasi produksi benda keton
oleh sel hati dapat menyebabkan kondisi kegawatdaruratan juga berupa
metabolik asidosis yang dapat berdampak kematian (Soewondo, 2009).
3
Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melihat adanya keton
dalam urin pasien dengan diabetes melitus tipe 2 yang tak terkontrol yang
ditunjukan HbA1c ≥ 8%.Adanya ketonuria dapat menjadi pertanda
pengelolaan pasien diabetes melitus yang tidak memenuhi target terapi dan
sekaligus memberikan tanda waspada bagi dokter serta pasien dari kejadian
diabetes ketoasidosis.
W
D
K
U
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah terdapat hubungan kadar HbA1C dengan angka kejadian
ketonuria pada pasien diabetes melitus tipe 2 ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
1.3.1.1.
Mengetahui
©
hubungankadar
HbA1C
terhadap
angka
kejadian ketonuria pada pasiendiabetes melitus tipe 2.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.
Mengetahui kadar HbA1C dengan angka kejadian ketonuria
pada pasien diabetes melitus tipe 2.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1.4.1.1.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi untuk pengembangan ilmu kedokteran umum
terkait pengelolaan dan penanganan pada pasien dengan
4
diabetes melitus tipe 2 di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
1.5. Manfaat Praktis
1.5.1.1.
Bagi Rumah sakit
1.5.1.1.1.
Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan
W
D
K
U
pengelolaan pada pasien dengan diabetes melitus.
1.5.1.2.
Bagi Tenaga Medis
1.5.1.2.1.
Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan
kewaspadaan terhadap pengelolaan pasien dengan diabetes
melitus tipe 2 lanjut.
1.5.1.2.2.
©
Sebagai bahan masukan untuk menentukan tindakan
terapi yang tepat.
1.5.1.2.3.
Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan
terapi medikasi.
1.5.1.3.
Bagi Penulis
1.5.1.3.1.
Sebagai
sarana
belajar
dan
mengembangkan
keterampilan dalam hal penulisan karya ilmiah.
5
1.6. Keaslian Penelitian
Berikut adalah penelitian lain yang berhubungan dengan judul
penelitian mengenai Hubungan Kadar HbA1C Terhadap Angka Kejadian
Ketonuria Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta.
No
.
1
2
3
W
D
K
U
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Peneliti, Judul
Tahun
Dwija
Hubungan Kadar
Suarjana, Ketonuria Dengan
Made,
Kadar
1999
Dislipidemia Pada
Penderita
Diabetes Melitus
Tipe 2
Firdaus, Identifikasi Badan
Ruby,
Keton Pada Urin
2014
Penderita
Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Rumah
Sakit
Umum
Pusat Haji Adam
Malik Medan
Chairuni Gambaran hasil
sa, 2014 pemeriksaan keton
urindengan metode
gerhard pada
pasien diabetes
mellitusdi rsud dr.
Doris Sylvanus
Palangka Raya
©
Desain
Penelitian
Cross
Sectional
Hasil
Cross
Sectional
Mayoritas tidak
ditemukan badan
keton pada urin
penderita DM tipe
2.
Cross
sectional
Perbedaan
HbA1C
Memperhitungkan
meningkat maka tanda infeksi dari
benda
keton suhu > 37,5 saja
dalam urin juga
meningkat
(p< 0,014).
Tidak
dilakukan
pemeriksaan
HbA1C
sebagai
tolak ukur kendali
DM
Durasi lama DM
tak diketahui
13,3 % pada Penelitian
sampel terdapat deskriptif
keton pada urin
6
Berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya penelitian ini akan
dilakukan secara cross sectional dengan pendekatan analitik melalui
pemeriksaan keton dalam urin dan pemeriksaan HbA1C. Pengambilan sampel
penelitianakan dilakukan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
©
W
D
K
U
Download