Membendung Kebencian terhadap Lian dan Aksi Kekerasan di

advertisement
BNPT
POLICY BRIEF
Membendung Kebencian
terhadap Lian dan Aksi Kekerasan di Jawa Barat
Euis Nurlaelawati
Pendahuluan
Seperti banyak dikutip di berbagai temuan penelitian, Jawa
Barat merupakan provinsi yang memegang catatan tertinggi
dalam aksi-aksi kekerasan atas dasar agama. Kesimpulan ini
telah menggeser keyakinan dan penilaian masyarakat bahwa
Jawa Barat merupakan provinsi yang kaya akan nilai-nilai
tradisional yang semestinya membawa Jawa Barat itu sendiri
pada sebuah keadaan yang menentramkan dan mendamaikan.
Simaklah bahwa masyarakat Jawa Barat dikenal memiliki
nilai-nilai tradisional dan falsafah-falsafah yang sangat berarti,
seperti silih asih, silih asah, silih asuh (saling mengasihi, saling
memberi pengetahuan, dan saling mengasuh di antara warga
masyarakat). Selain itu, terdapat masih banyak pepatah terkait
prinsip hidup masyarakat Sunda, seperti herang caina beunang
laukna (menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah
baru atau prinsip saling menguntungkan), ulah unggut
kalinduan, ulah gedag kaanginan (konsisten dan konsekuen
terhadap kebenaran), dan sing katepi ku ati sing kahontal ku akal
(sebelum bertindak tetapkan dulu dalam hati dan pikiran
secara seksama). Nilai-nilai dan falsafah-falsafah ini sarat akan
pesan moral yang menekankan pada ketentraman, tanggung
jawab dan kasih sayang. Namun demikian, sejarah
membuktikan sebaliknya. Jawa Barat menjadi provinsi yang
menorehkan sejarah kelam gerakan anti-negara dan sejumlah
aksi kekerasan terjadi di provinsi ini.
Jawa Barat dan Islamisme
Sejumlah konflik intoleransi keagamaan, kekerasan agama,
hingga radikalisme Islam kerap terjadi di Jawa Barat. Hal ini
sangat ironis, mengingat Jawa Barat mengklaim “menciptakan
kehidupan beragama yang rukun, toleran dan penuh
kesejukan, serta memelihara dan mengembangkan budaya
yang mengedepankan kearifan lokal.” Sebaliknya, fakta
menjelaskan bahwa Jawa Barat menjadi daerah dengan tingkat
pelanggaran kebebasan beragama dan intoleransi tertinggi.
Bahkan kasus-kasus intoleransi dan kekerasan terus
meningkat dalam tahun-tahun belakangan ini. Tren
peningkatan ini dengan jelas menunjukkan bahwa
konservatisme keagamaan di Jawa Barat terus mengalami
pertumbuhan. Sikap konservatisme ini beriringan dengan
sikap eksklusif dan intoleran di kalangan masyarakat.
Ringkasan Eksekutif
Di Jawa Barat, narasi Islamisme sangat jelas
terungkap dan digelorakan oleh kelompok
Muslim tertentu. Meskipun, beberapa faktor
dianggap mampu menghadang penyebaran
narasi Islamisme di kalangan masyarakat
Muslim di Bandung, narasi islamisme dapat
berkembang melalui bacaan-bacaan dan
kegiatan-kegiatan kajian keagamaan di
kalangan eksklusif. Kehasan karakter
Bandung secara historis dan keterbukaan
masyarakat Bandung terhadap berbagai ide
mendukung tingkat penyebaran narasi
I s l a m i s m e. C a t a t a n ke b i j a k a n i n i
mengungkapkan bagaimana secara umum
Islamisme berkembang di Jawa Barat dan
bagaimana narasi Islamisme dikembangkan
secara jelas dan melibatkan beberapa isu-isu
nasional yang dikaitkan dengan agama
(Islam) serta cara-cara dan pola penyebaran
narasi. Catatan ini juga menyajikan beberapa
rancangan kegiatan yang dapat dilakukan
oleh pihak berkepentingan, BNPT dan
FKPT, untuk membendung transmisi
Islamisme, utamanya yang cenderung
menebar kebencian terhadap kelompok di
luar Islam dan mengajarkan kekerasan.
Penelitian yang dilakukan Setara, Elsam, dan
lembaga penelitian lainnya mengerucut pada satu
kesimpulan bahwa tingkat pelanggaran atas
kebebasan beragama/berkeyakinan tertinggi
terjadi di Jawa Barat. Jawa Barat disimpulkan
menjadi tempat yang paling tidak toleran. Aksi
penyerangan dan kekerasan terhadap komunitas
Ahmadiyah di sejumlah daerah di Jawa Barat,
seperti di Manis Lor, Tasikmalaya, Garut,
Ciaruteun, dan Majalengka, merupakan beberapa
bukti meningkatnya intoleransi dan konservatisme.
1
BNPT
Memang perlu penjelasan lebih komprehensif
untuk menegaskan secara pasti apakah persitiwaperistiwa itu menunjukan bahwa masyarakat Muslim
Jawa Barat merupakan muslim radikal. Jika kita melihat
ke belakang untuk mencari benih-benih Islamisme, kita
memang bisa menemukan beberapa fakta yang
mengarah pada kesimpulan bahwa Jawa Barat menjadi
titik panas gerakan kelompok radikal.
Persis yang berdiri pada 1920an merupakan salah
satu benih radikalisasi di Jawa Barat. Persis didirikan
bertujuan untuk menegakkan akidah Islam yang lebih
sesuai dengan dasar-dasar yang diajarkan oleh al-Quran
dan Sunnah, dan untuk meningkatkan kegiatan
dakwah. Persis menjadi salah satu organisasi Islam
paling berpengaruh di Jawa Barat. Selain Persis,
terdapat benih lain yang dapat menumbuhkan
Islamisme di kalangan masyarakat Jawa Barat, yaitu ide
pendirian Darul Islam, yang muncul pada 1948 melalui
sebuah pemberontakan di Jawa Barat di bawah
pimpinan Soekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Pemberontakan ini kemudian menjadi awal kali
terjadinya beberapa aksi-aksi kekerasan di Jawa Barat
yang melibatkan beberapa tokoh Muslim puritan yang
menggelorakan penerapan syariat Islam.
Resonansi narasi Islamisme di Jawa Barat sangat
terkait dengan fenomena munculnya gerakan Islam di
Indonesia pada era 1970-an sampai 1980-an yang
popular dengan nama gerakan tarbiyah. Gerakan ini
disebut juga gerakan dakwah yang bertujuan
memperkuat nilai-nilai Islam dalam individu, keluarga,
dan masyarakat. Di Jawa Barat, Bandung terutama,
sebuah masjid yang berdiri di kampus ITB, yaitu Masjid
Salman, mempunyai peran yang kuat dalam diseminasi
narasi Islamisme.
Ketiga hal di atas merupakan akar historis
kemunculan radikalisme Islam di Jawa Barat.
Keterikatan historis dan genealogis melahirkan banyak
pendukung dan aktor radikalisme Islam, hingga
terorisme di wilayah ini. Sebagian dari mereka
memainkan peran penting dalam pergerakan Islam
radikal di Indonesia.
Narasi Islamisme: Isu-isu Utama
Terdapat beberapa isu penting yang menjadi
mencirikan narasi islamisme. Isu pertama adalah terkait
dengan kelompok yang dianggap sebagai sumber
ancaman bagi Islam. Dalam konteks ini, Kristen dan
Yahudi kerap diasosiasikan sebagai musuh Islam.
Sejalan dengan narasi itu, Yahudi dan Kristen akan
terus memusuhi Islam dan tidak akan rela melihat
2
POLICY BRIEF
kemajuan umat Islam. Untuk itu, Kristen dan Yahudi
mempeng ar uhi masyarakat Muslim untuk
menghancurkan Islam, salah satunya dengan menuduh
sekelompok Muslim, utamanya Jaringan Islam Liberal,
sebagai perpanjangan tangan Yahudi dan Kristen guna
menghancurkan Islam dari dalam; yakni dengan
menawarkan pemikiran-pemikirian ke-Islaman yang
menyimpang.
Isu penyimpangan dan penodaan agama juga
menjadi narasi yang menandai islamisme di Jawa Barat.
Ahmadiyah dan Syiah menjadi target utama narasi ini.
Ahmadiyah dan Syiah dipandang sudah keluar dari
ajaran dasar Islam. Mereka juga menuduh bahwa dua
kelompok ini tidak menginginkan berkembangnya
Sunni di Indonesia. Bahkan, Ahmadiyah dianggap
bukan agama, karena itu harus dikeluarkan dari Islam.
Isu penerapan syariat Islam secara formal
merupakan isu lain yang mencirikan islamisme. Alihalih menuduh hukum Islam gagal diterapkan karena
sistem demokrasi dan Pancasila, sebagian kalangan
menilai hukum Islam harus secara formal diterapkan di
Indonesia dan harus didukung oleh negara. Demokrasi
dinilai sebagai sistem yang salah. Sebaliknya, syuro
seperti dicontohkan Nabi Muhammad adalah solusi
dalam mengelola negara. Meski beberapa kalangan
menyadari bahwa Indonesia telah berusaha
mengakomodir syariat Islam, tetapi mereka menilai
sikap akomodatif tersebut belum-lah cukup. Sikap
akomodatif negara sama artinya dengan menerapkan
hukum Islam secara parsial dan belum sempurna.
Absennya hukum pidana Islam, seperti potong tangan
bagi pelaku kejahatan pencurian, kerap dijadikan
contoh parsialitas penerapan hukum Islam di
Indonesia. Padahal, bagi beberapa segmen di Jawa
Barat, syariat Islam dipandang sebagai solusi terbaik
yang akan menyelesaikan berbagai persoalan bangsa
dan akan memajukan bangsa.
Isu lain yang mencirikan Islamisme adalah isu
aksi kekerasan dan terorisme. Terkait dengan aksi
kekerasan, beberapa segmen di Jawa Barat mengadopsi
pandangan bahwa aksi tersebut disebabkan kelalaian
aparat penegak hukum dalam mengamankan dan
menjamin kehidupan dalam masyarakat berjalan
dengan tenang dan tentram. Berlindung di balik
argumen ini, mereka mendukung adanya aksi
kekerasan, seperti sweeping, yang dilakukan oleh
beberapa kelompok Muslim. Meski mereka
mengatakan bahwa aksi itu tidak boleh dilakukan
secara spontan dan sporadis, tetapi didahului dengan
peringatan, dukungan mereka terhadap aksi kekerasan
BNPT
tersebut sangat jelas terbaca. Mereka menganggap
bahwa masyarakat Muslim Indonesia telah sakit secara
moral dan agama, tetapi negara diam tidak melakukan
pembenahan dan penyembuhan terhadap penyakit
masyarakat tersebut.
Meski terkesan mendukung aksi kekerasan, aksi
terorisme tidak memperoleh dukungan. Aksi terorisme
dinilai telah mencoreng Islam. Ini menunjukan bahwa
narasi Islamisme yang berkembang di Jawa Barat tidak
kuat dalam peta terorisme dan untuk itu menegaskan
bahwa narasi-narasi Islamisme tidak berpotensi pada
tindakan nyata dalam bentuk teror.
Bagaimana Narasi Tersebar dan Direspon:
Pengalaman Personal dan Peran Buku serta
Pengajian Keagamaan
Beberapa cara teridentifikasi efektif dalam
penyebaran narasi islamisme. Meskipun terdapat
beberapa cara yang membuat narasi-narasi Islamisme
tersebar, pengalaman pribadi menjadi salah satu alasan
awal dan kuat mengapa narasi-narasi terungkap.
Seperti dijelaskan dalam penelitian Tim FKPT Jawa
Barat, beberapa responden mengaku bahwa mereka
mempunyai pengalaman personal yang mempengaruhi
ketertarikan mereka terhadap isu-isu ke-Islaman.
Pengalaman personal yang buruk, seperti kenakalan
yang pernah dialami dan dilakukan, membuat mereka
ingin memperbaiki diri mereka, dan memutuskan
untuk mempelajari islam. Islam kemudian dipandang
sebagai solusi untuk keluar dari jurang kenakalan.
Sayang, niat baik mereka untuk berubah malah
membuat mereka menjadi kelompok yang keras dan
mempunyai pemikiran Islam yang berpotensi
merugikan orang lain. Hal itu terjadi karena mereka
mempelajari Islam pada kelompok Muslim yang keras
dan dari buku-buku yang penuh dengan pemikiran
radikal. Pemahaman yang rendah pada awalnya
terhadap Islam membuat mereka tidak mampu
membedakan ajaran mana yang mereka harus terapkan
dan mereka fahami. Mereka cenderung mengikuti
diskusi-diskusi yang mengarah pada ektremisme dan
militansi. Bermula dari buku, narasi Islamisme
kemudian ditransfer melalui diskusi-diskusi yang
mereka galakkan, utamanya di kalangan remaja dan
pemuda di Jawa Barat.
POLICY BRIEF
? Untuk menekan dan membendung arus kebencian
dan intoleransi di kalangan masyarakat Muslim di
Jawa Barat, BNPT dan FKPT perlu melakukan
secara lebih intensif penyebaran prinsip-prinsip
perdamaian dan Hak Asasi Manuisa melalui
kegiatan penyuluhan dan pengajian dengan
melibatkan tokoh-tokoh agama Jawa Barat dengan
merujuk pada buku-buku dengan pemikiran
moderat;
? Untuk menghidupkan kembali nilai-nilai lokal yang
beresonansi pada penciptaan kehidupan yang
harmonis dan penuh kasih sayang, kegiatankegiatan kebudayaan yang melibatkan masyarakat
secara umum di Jawa Barat, BNPT dan FKPT
dapat melakukan kerjasama dengan lembagalembaga budaya lokal dan lembaga pemerintah
lainnya guna mengadakan kegiatan-kegiatan yang
relevan, seperti pentas budaya dan seni;
? BNPT dan FKPT dapat melakukan kerjasama
dengan lembaga-lembaga keagamaan, baik kampus
maupun luar kampus. Kegiatan tersebut
seyogyanya melibatkan dua atau lebih kelompok
keagamaan yang berseberangan faham tentang
beberapa isu, misalnya dalam persoalan kebebasan
beragama dan hak asasi manusia.
Referensi
Malik, Andi Bahruddin, Studi Lektur Keagamaan pada
Kelompok Keagamaan di ITB Bandung, dalam Tim
Puslitbang Lektur Keagamaan, Kajian Pemetaan Bukubuku Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat
DEPAG, 2006.
International Crisis Group (ICG), Recycling Militants
in Indonesia: Darul Islam and the Australian
Embassy Bombing, Crisis Group Asia Report, No. 92,
(22 February 2005).
Bruinessen, Martin van, “Genealogies of Islamic
Radicalism in Post-Suharto Indonesia,” South East
Asia Research 10 no. 2 (2002).
Rekomendasi
Dari catatan-catatan penelitian, beberapa kegiatan
perlu diupayakan oleh pihak yang berkepentingan.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan adalah:
3
BNPT
POLICY BRIEF
Kerjasama:
BNPT
4
Download