problem solving - perpus iain salatiga

advertisement
PENGARUH POSITIVE THINKING TERHADAP
KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH
(PROBLEM SOLVING) PADA SISWA KELAS II
MADRASAH ALIYAH MA’ARIF CEPOGO,
BOYOLALI TAHUN 2010
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk
Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh:
ARINI HIDAYATI
111 06 083
JURUSAH TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2010
KEMENTRIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Stadion 03 Phone. 0298 323706 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
NOTA PEMBIMBING
Hal
: Pengajuan naskah skripsi
Lampiran : 4 lembar
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di tempat
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama
: Arini Hidayati
NIM
: 11106083
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul
: Pengaruh Positive Thinking Terhadap Kemampuan
Menyelesaikan Masalah ( Problem Solving ) Pada Siswa Kelas II
Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo Tahun 2010
Telah kami setujui untuk di munaqosahkan
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Salatiga,9 Agustus 2010
Pembimbing
Dra. Hj.Lilik Sriyanti M,Si
NIP:19660814 199103 2 003
ii
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Arini Hidayati
NIM
: 11106083
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 9 Agustus 2010
Yang Menyatakan
Arini Hidayati
NIM 11106083
iv
MOTTO
♥ Think Positive, Do Positive
( Berpikir positif, Bertindak positif)
♥ Segala Sesuatu Tidak Akan Pernah Selesai Jika Kita Hanya Diam Tanpa
Berusaha Untuk Menyelesaikannya.
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Allah SWT yang selalu memberi pertolongan setiap ku merasa
kesulitan.
2. Ayah dan bundaku tercinta, Tanwirul Qulub dan Siti Asiyah yang
senantiasa mencurahkan kasih sayang, bimbingan, dorongan, motivasi
dan segalanya untukku.
3. Adik-adikku tercinta, atoel dan rizqi yang selalu membangkitkan
semangatku.
4. Someoene yang special buatku, yang telah memberiku semangat selama
ini.
5. Teman-teman kostku, yang telah menjadi keluargaku selama aku hidup
di salatiga, Atin, Indah, Penyu, Yunita, Mb Hasna, Mb Yuli, Mb Uma,
Mb Ana. Makasih atas kebersamaan, kebaikan , senyum dan moment
moment indah yang telah kita lewati.
6. my best friend alphi, sepupuku inoel, dan temanku move_it yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya kelas C. I love u all…..
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
8. Allah SWT yang selalu memberi pertolongan setiap ku merasa
kesulitan.
9. Ayah dan bundaku tercinta, Tanwirul Qulub dan Siti Asiyah yang
senantiasa mencurahkan kasih sayang, bimbingan, dorongan, motivasi
dan segalanya untukku.
10. Adik-adikku tercinta, atoel dan rizqi yang selalu membangkitkan
semangatku.
11. Someoene yang special buatku, yang telah memberiku semangat selama
ini.
12. Teman-teman kostku, yang telah menjadi keluargaku selama aku hidup
di salatiga, Atin, Indah, Penyu, Yunita, Mb Hasna, Mb Yuli, Mb Uma,
Mb Ana. Makasih atas kebersamaan, kebaikan , senyum dan moment
moment indah yang telah kita lewati.
13. my best friend alphi, sepupuku inoel, dan temanku move_it yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
14. Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya kelas C.
i love u all…..
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya. Shalawat dan salam penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Positive Thinking Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Masalah (
Problem Solving ) pada Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tahun
2010” dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun
spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapn terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1.
Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.
2.
Bapak Suwardi, M.Pd, selaku ketua jurusan tarbiyah.
3.
Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si, selaku ketua program studi PAI.
4.
Ibu Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan-arahan, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
5.
Bapak / Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga, yang telah membantu
dalam proses penyusunan skripsi ini.
vii
6.
Bapak Sofwan, S.Pd.i, selaku kepala Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo yang
telah memberikan ijin dalam penelitian ini. Serta guru, karyawan dan siswa –
siswi Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, yang telah berpartisipasi dalam
penelitian ini.
7.
Ayahku Tanwirul Qulub, S.Pd.I dan bunda tercinta Siti Asiyah, A.Ma.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 31 Agustus 2010
Penulis
viii
ABSTRAK
Hidayati, Arini, 2010. Pengaruh Positive Thinking Terhadap Kemampuan
Problem Solving Pada Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo.
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga.
Pembimbing: Lilik Sriyanti M, Si.
Kata kunci : Positive thinking, problem solving
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tingkat positive thinking
terhadap kemampuan problem solving pada siswa di Madrasah Aliyah Ma’arif
Cepogo. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana variasi positive thinking siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. 2.
Bagaimana kemampuan Problem solving siswa di Madrasah Aliyah Ma’arif
Cepogo
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik angket, metode
dokumentasi, dan metode observasi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, sebanyak 40 siswa.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat positive thinking siswa di
Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tergolong sedang sebanyak 42,5% ( sebanyak
17 siswa). Sedangkan kemampuan problem solving siswa sebagian besar
tergolong dalam kategori sedang yaitu sebanyak 50% ( Sebanyak 20 siswa).
Setelah dianalisis menggunakan product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0.484
lebih besar dari r tabel sebear 0.403, pada taraf signifikansi 1% Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara positive thinking
dan kemampuan problem solving di Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo.
ix
DAFTAR ISI
JUDUL .........................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang masalah ..........................................................
1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................
6
C.
Tujuan penelitian.....................................................................
7
D.
Hipotesis Penelitian................................................................
8
E.
Kegunaan penelitian................................................................
7
F.
Definisi Operasional................................................................
4
G.
Metode penelitian....................................................................
9
1. Pendekatan dan rancangan penelitian ...............................
9
2. Lokasi Penelitian............................................................... 10
3. Populasi dan Sampel ......................................................... 10
x
4. Metode pengumpulan data ................................................ 11
5. Instrumen Penelitian.......................................................... 12
6. Analisa Data ...................................................................... 12
H.
Sistematika penulisan Skripsi……………………… ............. 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Positive Thinking........................................................................ 15
1. Pengertian Berpikir .............................................................. 15
2. Bentuk-Bentuk Berpikir ....................................................... 18
3. Tingkat-tingkat Berpikir ...................................................... 19
4. Berpikir dan Inteligensia ..................................................... 21
5. Pegertian Positive Thinking.................................................. 23
6. Ciri-ciri orang yang berpikir positif .................................... 27
7. Aplikasi Positive Thinking……............................................. 30
B. Problem Solving ......................................................................... 32
1. Pengertian Problem Solving................................................. 32
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan problem
solving .................................................................................. 32
3. Langkah-langkah pemecahan masalah ................................ 36
C. Pengaruh Positive Thinking Terhadap Kemampuan Problem
Solving........................................................................................ 40
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo................ 44
1. Sejarah Berdirinya ............................................................... 44
xi
2. Struktur Organisasi .............................................................. 46
3. Visi Misi Madrasah .............................................................. 46
4. Keadaan Guru dan Karyawan .............................................. 47
5. Keadaan Siswa .................................................................... 48
6. Keadaan Ekstra Kurikuler ................................................... 49
7. Sarana Prasarana .................................................................. 49
B. Hasil Jawaban Angket................................................................ 51
1. Daftar Nama Responden ...................................................... 51
2. Hasil Jawaban Angket.......................................................... 52
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Deskriptif ..................................................................... 56
1. Analisis Data Positive Thinking............................................. 56
2. Analisis Data Problem Solving .............................................. 60
B. Analisis Uji Hipotesis ................................................................ 64
C. Pembahasan................................................................................ 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 67
B. Saran........................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Data Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo
Tabel 2
Data Keadaan Guru
Tabel 3
Data Keadaan Karyawan
Tabel 4
Data Keadaan Siswa
Tabel 5
Data Keadaan Ekstrakurikuler Siswa
Tabel 6
Data Sarana Fisik Madrasah
Tabel 7
Data Nama Responden
Tabel 8
Data Jawaban Angket Variabel Positive Thinking
Tabel 9
Data Jawaban Angket Variabel Kemampuan Problem Solving
Tabel 10
Data Nilai dan Nominasi Positive Thinking Siswa Kelas II
Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo
Tabel 11
Data Frekuensi Tingkat Positive Thinking Siswa Kelas II Madrasah
Aliyah Ma’arif Cepogo
Tabel 12
Data Nilai dan Nominasi Kemampuan Problem Solving
Tabel 13
Data Frekuensi Tingkat Kemampuan Problem Solving
Tabel 14
Data Tabel Kerja Product Moment antara Positive Thinking
Terhadap Kemampuan Problem Solving
Tabel 15
Data Nilai Product Moment N = 40
-
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia dalam setiap denyut hidupnya tidak akan pernah lepas dari
masalah. Hanya saja, besar dan kecil, rumit dan sederhana, penting dan tidak
penting suatu masalah masing-masing orang sangat bervariasi, bergantung
dari bagaimana keterampilan mereka mengelola masalah dan keterampilan
yang dimiliki untuk memecahkan sebuah masalah.
Hidup adalah serangkaian masalah, apakah kita akan meratapinya
atau ingin menyelesaikannya? Sebagian besar manusia tidak melihat
kebenaran bahwa hidup itu tidak mudah. Mereka meratap tiada henti, ribut
pada besarnya masalah yang dihadapi, pada beban-beban kesulitan mereka,
seolah-olah dengan mereka meratap mereka sudah membuat hidup lebih
mudah, atau harusnya bisa menjadi lebih mudah. Mereka meyakini, baik
terang-terangan atau tidak, kalau kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan
penderitaan itu seharusnya tidak terjadi, tidak menimpa mereka (Peck, 2007:
8).
Yang membuat hidup itu sulit adalah proses menghadapi dan
menyelesaikan masalah bisa menimbulkan kepedihan dan rasa terluka.
Berbagai masalah akan membuat frustasi, sedih, kesepian, rasa bersalah, atau
penyasalan. Bisa juga berupa kemarahan, ketakutan, kecemasan, atau
keputusasaan yang mendalam (Peck, 2007: 8). Melihat masalah-masalah
sebagai hal yang wajar mau tidak mau akan mengurangi tingkat
1
2
keparahannya. Kita mengalami masalah-masalah itu secara serius, tetapi kita
menerimanya dan melihatnya secara realistis dan positif (Yeo, 1994: 23).
Allah SWT menciptakan manusia dengan menawarkan pilihan dalam
menghadapi tantangan setelah membekali akal dan naluri yang bersifat
fitrawi. Islam mewajibkan umatnya untuk menggunakan pikirannya dalam
menghadapi tantangan tersebut. Dalam konteks
psikologi hal itu
diinterpretasikan dengan problem solving.
Pemecahan masalah menyangkut diambilnya suatu tindakan korektif
untuk
menutup
kesenjangan
masalah
dengan
menghilangkan
atau
memindahkan penyebab masalah. Oleh karena itu untuk mencapai
pemecahan masalah yang tuntas diperlukan identifikasi semua penyebab dari
masalah. Identifikasi dari masalah ini antara lain meliputi mencari informasi
yang dibutuhkan dari masalah yang dihadapi, opsinya, konsekwensi positif
dan negatif, dan faktor yang berpengaruh di dalamnya.
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam marespon
suatu masalah. Baik buruknya suatu pandangan sangat terkait dengan frame
masing-masing, positive thinking atau negative thinking. Misalnya, setiap
siswa memiliki pandangan yang berbeda ketika merespon fenomena
ketidaklulusan mereka dalam ujian nasional. Bagi anak yang mau berpikir
positif, peristiwa tersebut akan mendorongnya belajar lebih giat, lebih aktif,
dan lebih intens. Sementara siswa yang menggunakan frame negative
thinking akan terpuruk dalam kekecewaan yang mendalam, frustasi dan
putus asa (Asmani, 2009: 17).
3
Tingkatan suatu masalah menentukan proses pemecahanya, tidak
semua masalah sama tingkat kesukarannya, dan tidak setiap masalah dapat
dipecahkan dengan cara yang sama. Dari bermacam-macam masalah,
adapula bermacam-macam cara pemecahannya antara lain, dengan instink,
dengan kebiasaan, dan dengan aktivitas berpikir (Ahmadi, 1983: 112).
Masa usia sekolah merupakan masa remaja, termasuk pada siswa
siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. Pada masa ini merupakan suatu
kehidupan yang penuh dengan masalah, baik itu permasalahan pribadi
maupun sosialnya. Keadaan psikologi yang belum matang membuat
kemampuannya menghadapi masalah masih kurang. Dalam menghadapi
suatu permasalahan di butuhkan adanya optimisme, positif thinking dan rasa
percaya diri. Akan tetapi dari beberapa kasus yang ada mereka kurang
percaya akan kemampuannya untuk menghadapi dan memecahkan masalah
yang dihadapi. Hal ini akan berpengaruh pada sikap yang berdampak negatif
pada kepribadian, yaitu menghilangkan kemampuan, pasrah, dan putus asa,
sehingga berusaha menghindar dari permasalahan yang dihadapi.
Percaya diri adalah kekuatan keyakinan mental atas kemampuan
kondisi dirinya. Tingkat positif thinking seseorang mempunyai peranan
penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam menghadapi suatu
masalah. Orang yang tingkat berpikir positifnya tinggi umumnya cenderung
lebih berani dalam mengatasi suatu masalah dan persoalan yang dihadapi
dengan memanfaatkan kemampuan yang ada pada dirinya. Sebaliknya orang
yang berpikiran negatif, maka yang terjadi adalah mereka merasa tidak
4
mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang mereka
hadapi.
Dari berbagai persoalan diatas, penulis tertarik untuk melakukan
suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Positive Thinking terhadap
kemampuan menyelesaikan masalah (Problem Solving) pada siswa kelas
II Madrasah Aliyah Maarif (MAM) Cepogo, Boyolali, Tahun 2010”
B.
Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
pokok-pokok masalah penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah tingkat positive thinking pada siswa kelas II Madrasah
Aliyah Ma’arif (MAM), Cepogo, Boyolali, Tahun 2010?
2. Bagaimanakah kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving)
pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif (MAM) Cepogo, Boyolali,
Tahun 2010?
3. Adakah pengaruh antara positive thinking terhadap kemampuan
menyelesaikan masalah (problem solving) pada siswa kelas II Madrasah
Aliyah Ma’arif (MAM) Cepogo, Boyolali, Tahun 2010?
C.
Tujuan Penelitian
Sebagai konsekuensi permasalahan pokok, maka tujuan penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat positive thinking pada siswa kelas II Madrasah
Aliyah Ma’arif , Cepogo, Boyolali, Tahun 2010.
5
2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan menyelesaikan masalah
(problem solving) pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif, Cepogo,
Boyolali, Tahun 2010.
3. Untuk mengetahui pengaruh positive thinking terhadap kemampuan
menyelesaikan masalah (problem solving) pada siswa kelas II Madrasah
Aliyah Ma’arif (MAM) Cepogo, Boyolali, Tahun 2010.
D.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah “Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 1997:67). Kemudian Sutrisno Hadi dalam bukunya Metodologi
Research mengenai hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar,
atau mungkin juga salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan
diterima apabila fakta-fakta membenarkan (Hadi, 1981: 63).
Hipotesis ini akan diterima jika benar, dan akan ditolak jika salah.
Kemudian melihat berbagai realita yang ada, penulis mengajukan hipotesa,
“Ada pengaruh antara positive thinking terhadap kemampuan menyelesaikan
masalah (problem solving)”. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat
positive thinking siswa, maka semakin tinggi kemampuan menyelesaikan
masalah (problem solving.
Dalam penelitian ini penulis mengajukan dua hipotesis yaitu:
6
1. Hipotesis Kerja (Ha).
“Ada pengaruh antara positive thinking terhadap kemampuan problem
solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali,
Tahun 2010.
2. Hipotesis Nol ( Ho ).
“ Tidak ada pengaruh antara positive thinking terhadap kemampuan
problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo,
Boyolali, Tahun 2010.
E.
Kegunaan Penelitian
1.
Secara praktis, Bagi siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo dapat
memperoleh pemahaman tentang arti pentingnya sikap positive
thinking. Bagi guru, dapat mengetahui bagaimana pola pikir anak
didiknya. Jika masih terdapat kesalahan dalam pola pikir siswa, maka
guru dapat mengarahkan pola pikir siswa ke arah yang benar. Dan jika
pola pikir mereka sudah benar, maka guru bisa mengembangkan pola
pikir mereka menjadi lebih baik. Bagi peneliti, untuk menambah
pengetahuan yang dapat dijadikan bekal pada waktu terjun langsung ke
masyarakat sebagai seorang pendidik, sehingga nantinya ketika penulis
menjadi
seorang
pendidik
mampu
memberikan
arahan-arahan
bagaimana cara berpikir yang baik, untuk menyelesaikan suatu
masalah.
7
2.
Secara teoritik, diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan ilmu bagi peneliti, seluruh pembaca pada umumnya, dan
bagi Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo pada khususya.
F.
Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang
berbeda, maka penulis menjelaskan istilah-istilah dan hal-hal yang berkaitan
dengan judul diatas:
1. Positive Thinking.
Positive Thinking berasal dari bahasa inggris yang berarti berpikir
positif.
a. Berpikir
Berpikir berasal dari kata pikir yang berarti akal budi,
ingatan,dan angan-angan. Berpikir berarti menggunakan akal budi
untuk mempertimbangkan, dan memutuskan sesuatu (Purwodarminto,
2006:891). Sedangkan menurut Edward De Bono (1990:36), berpikir
merupakan ketrampilan operasional yang memungkinkan intelegensi
bekerja atas dasar pengalaman.
b. Positif
Positif adalah tentu, pasti, tegas (Purwodarminto, 2006:908).
Positif thinking menurut Norman Vincent Peale (1996) adalah suatu
aplikasi langsung yang praktis dari teknik spiritual untuk mengatasi
kekalahan
kesenangan.
dan
memenangkan
kepercayaan, keberhasilan,
dan
8
Adapun indikator dari positive thinking adalah:
1. Selalu optimis dalam menghadapi masalah.
2. Percaya pada kemampuan diri sendiri.
3. Melihat masalah sebagai suatu tantangan.
4. Mengenyahkan pikiran negatif segera.
5. Terbuka untuk menerima saran dan ide.
6. Percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
7. Tidak mudah putus asa.
2. Kemampuan Menyelesaikan Masalah (problem solving).
a. Kemampuan
Kemampuan
adalah
kuasa,
sanggup
melakukan
sesuatu
(Purwodarminto, 2006:742).
b. Menyelesaikan masalah (problem solving)
Menyelesaikan
adalah
menyudahkan,
menamatkan,
membereskan. Sedangkan masalah adalah sesuatu yang harus
dipecahkan (Purwodarminto 2006:297). Menurut Edward De Bono
(2007:297), masalah adalah gangguan, rintangan, atau penghalang atas
perjalanan mulus yang dihadapi.
Jadi kemampuan menyelesaikan masalah menurut penulis adalah
suatu kesanggupan dalam membereskan permasalahan-permasalahan yang
menjadi gangguan atas perjalanan mulus yang dijalani dalam hidupnya.
Adapun indikator kemampuan menyelesaikan masalah (Problem
Solving) adalah:
9
1. Dapat mengantisipasi sebab munculnya masalah.
2. Dapat mengidentifikasi pokok permasalahan.
3. Dapat membangun solusi atas berbagai masalah.
4. Dapat memilih alternatif pemecahan yang terbaik berdasarkan
pertimbangan segi positif dan negatif.
5. Dapat merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan ditempuh dalam
menyelesaikan masalah.
6. Dapat berpikir dalam mencari pemecahan suatu masalah.
7. Mempunyai keberanian untuk memecah tugas yang amat berat
menjadi tugas kecil yang mudah ditangani (Goleman, 1996 :122).
G. Metode Penelitian
Dalam membicarakan mengenai metodologi, maka dibahas beberapa
komponen meliputi objek penelitian yang mencakup populasi dan sampel,
teknik sampling, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data, yang
mana akan dibahas sebagai berikut:
1. Pendekatan dan rancangan penelitian.
Penelitian ini,menggunakan pendekatan lapangan (Field Research),
dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara langsung di
lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengenai studi yang
mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga
menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai unit
sosial tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuntitatif. Dipilih dimaksudkan untuk mengidentifikasi
10
pengaruh positive thinking terhadap kemampuan problem solving pada
siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tahun 2010.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian.
a. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Kabupaten
Boyolali, pada tahun 2010
Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian diantaranya:
1)
Letaknya strategis
2) Mudah di jangkau dengan alat transportasi, baik umum maupun
pribadi.
b. Waktu penelitian pada tanggal 01 juni sampai tanggal 31 juli 2010 (2
bulan).
3. Populasi dan Sampel.
a. Populasi
Populasi adalah “Keseluruhan objek penelitian” (Arikunto,
1997:108). Populasi ini mencakup seluruh siswa kelas II Madrasah
Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali, Tahun 2010.
b. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1997), sampel adalah bagian dari
populasi yang merupakan wakil dari populasi yang diselidiki (Arikunto,
1997:109). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah semua
siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif, Cepogo, Boyolali, yang
berjumlah 40 siswa.
11
Kemudian
teknik
pengambilan
sampel
adalah
dengan
menggunakan populasi yang melibatkan seluruh siswa kelas II
Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tahun 2010.
4. Metode pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data baik tentang positive thingking maupun
kemampuan menyelesaikan masalah siswa, maka penulis menggunakan
teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang
hendak dicapai, yaitu sebagai berikut:
a. Metode Angket
Teknik angket yakni suatu metode melalui pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,
1997:188). Teknik ini digunakan untuk mengukur variabel
positive
thinking dan variabel kemampuan menyelesaikan masalah.
b. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto,
1998:236 ). Bahan bahan yang dijadikan dokumentasi pada penelitian
ini seperti arsip-arsip tentang sejarah berdirinya, letak geografis,
keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana dan
berbagai hal yang berhubungan dengan Madrasah Aliyah Ma’arif,
Cepogo, Boyolali .
12
c. Metode Observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi,1989
:136).
5. Instrumen Penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrument
penelitian, yaitu:
a. Angket, instrument ini diberikan kepada siswa yang digunakan sebagai
alat untuk mengetahui tingkat positive thinking dan kemampuan
problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo.
b. Dokumen, instrument ini digunakan sebagai alat untuk mengetahui
keadaan secara global Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, diantaranya
keadaan guru, siswa, dan gedung.
c. Observasi, instrumen ini digunakan untuk melengkapi data-data tentang
tingkat positive thinking dan kemampuan problem solving pada siswa
kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo.
6. Teknik analisa data
Pada analisa data ini penulis menggunakan teknik statistik, untuk
mencari ada tidaknya pengaruh positive thinking terhadap kemampuan
menyelesaikan masalah (problem solving) dengan menggunakan statistik
dengan rumus prosentase dan rumus product moment sebagai berikut:
13
Rumus prosentase yakni:
Keterangan :
P
: Frekuensi: presentase
F
: jawaban responden
N : Jumlah Responden
Kemudian rumus product moment :
r xy =
N .∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N .∑ X
2
− (∑ X )
2
}{N .∑ Y
2
− (∑ Y )
2
}
Keterangan:
r xy : Koefisien korelasi variabel
X
: Variabel pengaruh ( Positive thinking)
Y
: Variabel terpengaruh (kemampuan menyelesaikan masalah problem
solving )
XY : Pengaruh antara variabel x dan y
N
: Jumlah sampel
H. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
hipotesis
penelitian,
kegunaan
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
penulisan skripsi.
14
BAB II : KAJIAN PUSTAKA.
Berisi tentang teori teori yang menjadi landasan teoritik
yang
berkaitan dengan variabel penelitian yaitu pengertian berpikir,
bentuk-bentuk berpikir, berpikir dan intelegensia, pengertian
positive thinking, ciri-ciri orang yang berpikir positif, aplikasi
positive thinking, pengertian problem solving, tahap-tahap problem
solving, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan problem
solving, langkah-langkah pemecahan masalah, pengaruh positive
thinking terhadap kemampuan problem solving.
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN
Berisi tentang gambaran umum Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo,
antara lain, sejarah berdirinya, visi dan misi madrasah, letak
geografis, keadaan guru, keadaan karyawan, keadaan sarana dan
prasarana sekolah, struktur organisasi, data responden, daftar hasil
jawaban angket.
BAB IV : ANALISA DATA.
Berisi tentang, analisa data deskriptif, pengujian hipotesis dan
pembahasan.
BAB V : PENUTUP.
Berisi tentang, kesimpulan dan saran-saran.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Positif Thinking
1.
Pengertian Berpikir
Berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar
dalam mencapai suatu tujuan (Bono, 1990 :30). Berpikir didefinisikan
sebagai tindakan pikiran seseorang menghasilkan pikiran, pemikiran ini
bisa negatif bisa positif. Pemikiran positif diarahkan kepada perilaku
penyelesaian masalah. Pemikiran negatif menemukan ekspresinya dalam
permintaan maaaf atas kegagalan atau upaya menghindari perilaku
menyelesaian masalah. Orang yang berpikir negatif disebut pesimis.
Sementara orang yang berpikir positif disebut orang optimis ( Abraham,
2008:46).
Tujuan
itu
mungkin
berbentuk
pemahaman,
pengambilan
keputusan, perencanaan, pemecahan masalah, penilaian, tindakan dan
sebagainya. Berpikir juga merupakan keterampilan operasional yang
memungkinkan inteligensi bekerja atas dasar pengalaman. Dalam hal ini
ego merupakan bagian pertama dari pengalaman itu, pada tingkatan ini
“berpikir” terasa sebagai apa yang berlangsung dalam pikiran dan tidak
berkaitan dengan situasi langsung. Berpikir adalah sejenis permainan yang
terpampang pada layar pikiran dari pengalaman masa lalu atau masa
datang, tujuan lebih pada kenikmatan atau pemuas hasrat (Bono,1990: 30 ).
15
16
Tri tunggal pendidikan ialah, pengetahuan, kecerdasan dan berpikir.
Kecerdasan adalah suatu kualitas bawaan yang mungkin tergantung pada
gen, lingkungan dimasa kecil atau perpaduan dari keduanya, semua itu
tidak masalah. Suatu saat nanti kita mungkin akan menemukan bahwa apa
yang kita anggap sebagai kecerdasan itu tidak lain adalah kecepatan reaksi
pengolahan dalam otak, yang memberikan kepada orang-orang yang
cerdas. Suatu wawasan yang lebih luas dalam jangka waktu yang lama.
Kecerdasan mungkin tergantung pada kecepatan hancurnya enzim tertentu,
pada suatu sisi dari jaringan sel syaraf. Berpikir merupakan ketrampilan
operasional
yang
memungkinkan
inteligensi
bekerja
atas
dasar
pengalaman. Pengetahuan atau informasi merupakan bahan dasar dari
proses berpikir (Bono, 1990 :36).
Kecerdasan dan kemampuan bepikir merupakan dua hal yang
sangat berkaitan. Menyamakan kecerdasan dan kemampuan berpikir akan
memunculkan dua simpulan yang merugikan dalam dunia pendidikan,
yaitu:
a.
Tidak perlu melakukan apa-apa lagi terhadap murid-murid yang
memiliki kecerdasan yang sangat tinggi karena mereka secara otomatis
juga seorang pemikir yang baik.
b.
Tidak ada yang bisa dilakukan pada murid yang tidak memiliki
kecerdasan yang tinggi karena mereka tidak akan pernah menjadi
pemikir yang baik
( De bono, 2007: 24)
17
Hubungan antara kecerdasan dan kemampuan berpikir hampir sama
dengan hubungan mobil dengan pengendaranya. Sebuah mobil yang hebat
bisa jadi dikendarai dengan buruk, sedangkan mobil yang tidak begitu
hebat bisa dikendarai dengan baik. Kehebatan si mobil adalah potensi
untuk mobil itu, kecerdasan juga merupakan potensi. Ketrampilan
mengendarai menentukan bagaimana mobil itu dipakai, ketrampilan
berpikir menentukan bagaimana kecerdasan digunakan (Bono, 2007:24).
Mengenai soal berpikir ini, terdapat adanya beberapa macam,
diantaranya ada yang menganggap berpikir sebagai proses asosiasi saja,
pandangan ini dikemukakan oleh kaum assosiasionist. Adapula yang
memandang berpikir sebagai
suatu proses penguatan hubungan antara
stimulus dan respon, pandangan ini yang dikemukakan oleh kaum
Fungsionalist. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir
merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan anatra dua obyek
atau lebih. Dan hubungan ini dapat dicari melalui berpikir (Walgito,
1997:122).
Drever mengemukakan masalah berpikir sebagi berikut , “ thinking:
Any course or train of ideas ; in the nerrower and stricter sense, a course
of ideas initiated by a problem” (Walgito, 1997:122).
Dengan demikian, dari pernyataan tersebut dapat dikemukakan
bahwa berpikir bertitik tolak dari adanya persoalan atau problem yang
dihadapi oleh individu. Dalam proses berpikir orang menghubungkan
18
pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan
pemecahan masalah yang dihadapi. Pengertian-pengertian itu merupakan
bahan atau materi yang digunakan dalam proses berpikir. Pengertian itu
dapat dinyatakan dengan kata-kata, gambar, simbol-simbol atau bentukbentuk lain (Walgito, 1997:123).
2.
Bentuk-bentuk Berpikir
a.
Berpikir Dengan Pengalaman ( routine thinking ).
Dalam bentuk berpikir ini kita lebih banyak menghimpun
berbagai pengalaman. Dari berbagai pengalaman pemecahan masalah
yang kita hadapi. Kadang-kadang satu pengalaman dipercaya atau
dilengkapi dengan pengalaman-pengalaman yang lain (Ahmadi,
1983:124).
b.
Berpikir Representatif
Dengan berpikir representatif, kita sangat bergantung pada
ingatan-ingatan dan tanggapan saja. Tanggapan-tanggpan dan ingataningatan tersebut kita gunakan untuk memecahkan masalah yang kita
hadapi.
c.
Berpikir Kreatif
Dengan berpikir kreatif, kita dapat menghasilkan sesuatu yang
baru, menghasilkan penemuan-penemuan baru. jika kegiatan berpikir
kita untuk menghasilkan sesuatu dengan metode-metode yang telah
dikenal, maka dikatakan berpikir produktif, bukan berpikir kreatif.
19
d.
Berpikir Reproduktif
Dengan berpikir ini, kita tidak menghasilkan sesuatu yang baru
tetapi hanya sekedar memikirkan kembali dan mencocokkan dengan
sesuatu yang telah dipikirkan sebelumnya.
e.
Berpikir Rasional
Untuk menghadapi suatu situasi dan memecahkan masalah
digunakanlah cara-cara berpikir logis. Untuk berpikir ini tidak hanya
mengumpulkan pengalaman dan membandingkan hasil berpikir yang
telah ada, melainkan dengan keaktifan akal kita memecahkan masalah
( Ahmadi, 1983 : 125).
3.
Tingkat-tingkat Berpikir
Aktivitas berpikir tidak pernah lepas dari suatu situasi atau masalah.
Gejala berpikir tidak berdiri sendiri, dalam aktivitasnya membutuhkan
gejala jiwa-jiwa yang lain. Misalnya pengamatan, tanggapan, ingatan, dan
sebagainya.
Aktivitas berpikir sendiri adalah abstrak. Namun demikian dalam
praktek sering kita jumpai bahwa tidak semua masalah dapat dipecahkan
secara abstrak. Dalam menghadapi masalah-masalah yang sangat pelik,
kadang-kadang kita membutuhkan upaya-upaya agar persoalan yang kita
hadapi lebih konkrit. Sehubungan dengan hal ini memang ada beberapa
tingkatan berpikir, diantaranya:
a.
Berpikir Konkrit
20
Dalam tingkatan ini kegiatan berpikir masih memerlukan
situasi-situasi yang nyata atau konkrit. Berpikir membutuhkan
pengertian. Sedangkan pengertian yang dibutuhkan pada tingkat ini
adalah pengertian yang konkrit. Tingkat berpikir ini umumnya dimiliki
oleh anak-anak kecil, Konsekuensi didaktif pelajaran hendaknya
disajikan dengan peragaan langsung.
b.
Berpikir Skematis
Sebelum meningkat kepada bagian yang abstrak, memecahkan
masalah dibantu dengan penyajian bahan-bahan, skema-skema,
coretan-coretan, diagram, simbol, dan sebagainya. Walaupun pada
tingkat ini kita tidak berhadapan pada situasi nyata, konkrit, tetapi
dengan
pertolongan
bagan
bagan.
Coretan-coretan
ini
dapat
memperlihatkan hubungan persoalan yang satu dengan yang lain, dan
terlihat
pula
masalah-masalah
yang
dihadapi
sebagai
suatu
keseluruhan. Dengan pertolongan bagan-bagan tersebut situasi yang
dihadapi tidak benar benar konkrit, pun benar benar abstrak. (Ahmadi,
1983:126 ).
c.
Berpikir Abstrak.
Kita berhadapan dengan situasi dan masalah yang tidak
berwujud. Akal pikiran kita bergerak bebas dalam alam abstrak. Baik
situasi situasi nyata maupun bagan bagan, simbol-simbol, gambargambar skematis, tidak membantunya. Disamping itu kecerdasan pikir
21
sendirilah yang berperanan memecahkan masalah. Maka tingkat ini
dikatakan tingkat berpikir yang tertinggi. Orang-orang dewasa
biasanya telah memiliki kemampuan berpikir abstrak ini.
Kemampuan berpikir manusia selalu mengalami perkembangan
sebagaimana diterangkan diatas. Pada anak-anak masih didalam tingkat
yang konkrit, makin maju perkembangan psikisnya, kemampuan
berpikirnya berkembang setapak demi setapak, meningkat pada hal-hal
yang abstrak, yakni tingkat bagan/skematis. Dari tingkat bagan makin lama
makin berkembanglah kemampuan abstraksinya. Makin tinggi tingkat
abstraksinya, hal-hal yang konkrit makin ditinggalkan (Ahmadi, 1983:126)
4.
Berpikir dan Intelligensia
Salah satu hal yang berkaitan dengan proses berpikir adalah
inteligensia.
Inteligensi
merupakan
kecerdasan
pikir
yang
akan
mempengaruhi kualitas berpikir seseorang.
Inteligensi adalah kecerdasan pikiran. Dengan inteligensi, fungsi
pikir dapat dengan cepat dan tepat digunakan untuk mengatasi suatu situasi
untuk memecahkan masalah. Dengan kata lain, kata inteligensi adalah
suatu kecerdasan pikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (inteligen). Pada
umumnya inteligen ini dapat dilihat dari kesanggupannya bersikap dan
berbuat cepat dengan situasi yang sedang berubah, dengan keadaan diluar
dirinya yang biasa maupun yang baru. Jadi perbuatan cerdas dicirikan
dengan adanya kesanggupan bereaksi terhadap situasi dengan kelakuan
22
baru yang sesuai dengan keadaan baru (Ahmadi, 1983:127).
Perkataan inteligensi berasal dari kata latin “inteligere” yang berarti
menggabungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to
be together). Inteligensi juga dapat diartikan sebagai daya penyesuaian diri
dengan mempergunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya (Walgito,
1997:133).
Orang dianggap inteligen apabila responnya merupakan respon yang
baik terhadap stimulus yang diterimannya. Jadi individu itu adalah
intelligen jika respon yang diberikan itu sesuai dengan stimulus yang
diterimanya. Untuk memberikan respon yang tepat, organisme harus
memberikan stimulus dan respon, dan hal tersebut dapat diperoleh dari
hasil pengalaman yang diperolehnya dan hasil-hasil respon yang telah lalu.
Sedangkan freeman, memberikan pendapatnya mengenai inteligensi
sebagai berilkut, “The ability to carry on abstract thinking”. Freeman
membedakan adanya ability yang berhubungan dengan hal hal yang
konkrit, dan ability yang berhubungan dengan hal hal yang abstrak. Orang
itu inteligen apabila dapat berpikir secara abstrak yang baik.
Freeman memandang inteligensi sebagai:
a. A capacity ti integrate experience and to meet a new situation by means
of appropriate and adaptive responses.
b. Capacity to learn
c. Capacity to perform and task regarded by psychologist and intelectual.
d. Capacity to carry on abstract thinking (Walgito, 1997 :134).
23
5.
Pengertian Positive Thinking
Positive thinking merupakan cara berpikir yang berangkat dari halhal yang mampu menyulut semangat perubahan menuju taraf hidup yang
lebih baik (Asmani, 2009:15). Menurut Norman Vincent Peale (1996),
yang dimaksud positive thinking adalah aplikasi langsung yang praktis dari
teknik
spiritual
untuk
mengatasi
kekalahan
dan
memenangkan
kepercayaan, keberhasilan, dan kesenangan.
Positive thinking telah menjadi sebuah sistem berpikir yang
mengarahkan dan membimbing seseorang untuk meninggalkan hal-hal
yang negatif yang bisa melemahkan semangat perubahan dalam jiwanya.
Manusia selalu bergerak dari satu titik ke titik yang lain, dari satu
paradigma ke paradigma yang lain, dari satu form ke form lain. Perubahan
ini sangat alami, tidak direkayasa, karena potensi manusia sangat dinamis
dan fluktuatif, sehingga sulit ditebak dan dibatasi.
Pikiranlah yang menentukan perilaku dan kesuksesan kita dimasa
depan. Sebab, kesedihan dan kebahagiaan kita bermula dari pikiran. Jika
pikiran kita selalu positif dalam memandang apapun realitas yang terjadi,
maka perjalanan hidup kita akan senantiasa diwarnai ketentraman,
kenyamanan, dan kebahagiaan lahir batin. Sebaliknya, jika pikiran kita
selalu negatif memandang realitas, maka kesedihan, kecemasan dan
kekhawatiran akan nasib buruk akan selalu menghantui kita. Jika sudah
demikian akut, maka kita akan kalah sebelum bertanding.
24
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam marespon
suatu masalah. Baik buruknya suatu pandangan sangat terkait dengan frame
masing-masing, positive thinking atau negative thinking. Misalnya, setiap
siswa memiliki pandangan yang berbeda ketika merespon fenomena
ketidaklulusan mereka dalam ujian nasional. Bagi anak yang mau berpikir
positif, peristiwa tersebut akan mendorongnya belajar lebih giat, lebih aktif,
dan lebih intens. Sementara siswa yang menggunakan frame negative
thinking akan terpuruk dalam kekecewaan yang mendalam, frustasi dan
putus asa. (Asmani,2009 :17)
Dari sini jelas, positive thinking mampu menjadi sumber energi untuk
membangun hidup dengan keyakinan dan harapan besar. Lain halnya
dengan negatif thinking yang menyebabkan manusia semakin tergelincir
dalam jurang kehancuran, menjadikannya penuh kecemasan, ketakutan dan
kekalutan yang dapat membunuh masa depan.
Menurut Jim Dorman dan John Maxwell (1996) mengatakan bahwa
keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri. Perbedaan antara
orang-orang yang sukses dengan orang yang tidak sukses dalam hidup
adalah, kehidupan orang-orang yang sukses senantiasa diatur oleh pikiranpikiran tentang saat-saat yang terbaik mereka, Rasa optimistis yang tinggi,
serta pengalaman terbaik mereka. Sementara kehidupan orang-orang tidak
sukses diatur dan dibayangi oleh rasa ragu serta kegagalan-kegagalan
mereka dimasa lampau.
25
Maltbie De Babcock juga pernah mengatakan:
“ Salah satu kekeliruan yang paling sering terjadi dan amat
diinginkan adalah pendapat bahwa keberhasilan hanya diperoleh
berkat bantuan dari orang-orang yang jenius, keajaiban atau hal-hal
lain yang tidak ada pada diri sendiri”. Padahal anda semua pun
mampu meraih kesuksesan dengan apa yang anda miliki sendiri.
Tinggi rendahnya keberhasilan yang anda raih bergantung dari cara
anda berpikir dari pada faktor-faktor lainnya (Asmani, 2009:18)
Dari pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa kesuksesan dan
kebahagiaan seseorang itu bukanlah berasal dari orang lain, tetapi berasal
dari diri meraka sendiri. Cara berpikir seseorang akan sangat menentukan
keberhasilan dan kesuksesan mereka.
Berpikir positif itu menyimpan kekuatan yang luar biasa. Seseorang
yang mampu berpikir pisitif tidak akan pernah mau pikiran negatif
mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Orang-orang yang senantiasa
berpikir positif akan mampu melihat segala sesuatu dari sudut oandang
yang benar, sehingga ia tetap menjaga kesehatan dan kecerdasan emosional
secara seimbang. Mereka tidak akan membiasakan diri larut dalam
kekecewaan dan kemarahan berkepanjangan (Asmani, 2009:21). Mereka
akan berusaha menyingkirkan rasa dendam dan sulit memaafkan, meski
setiap orang pasti pernah sakit hati (Asmani, 2009:22).
Di dalam QS. Al-Insyiroh ayat 1-8 yang berbunyi:
ü“Ï%©!$# ∩⊄∪ x8u‘ø—Íρ šΖtã $uΖ÷è|Êuρuρ ∩⊇∪ x8u‘ô‰|¹ y7s9 ÷yuŽô³nΣ óΟs9r&
¨βÎ) ∩∈∪ #—Žô£ç„ Ύô£ãèø9$# yìtΒ ¨βÎ*sù ∩⊆∪ x8tø.ÏŒ y7s9 $uΖ÷èsùu‘uρ ∩⊂∪ x8tôγsß uÙs)Ρr&
26
∩∇∪ =xîö‘$$sù y7În/u‘ 4’n<Î)uρ ∩∠∪ ó=|ÁΡ$$sù |Møîtsù #sŒÎ*sù ∩∉∪ #ZŽô£ç„ Ύô£ãèø9$# yìtΒ
Artinya: Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu. Dan kami
rtelah menghilangkan untukmu bebanmu, yang memberatkan
punggungmu. Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itui ada kemudahan. maka
apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) Kerjakanlah
urusan yang lain. Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap ( QS. Al Insyiroh : 1-8).
Dalam ayat diatas terkandung adanya makna tentang berpikir positif
dan larangan berputus asa. Bahwa Allah akan senantiasa menolong kita
ketika kita mengalami kesulitan-kesulitan yang menimpa kita, Allah akan
senantiasa melapangkan dada kita dalam menghadapi kesulitan-kesulitan
itu. Maka untuk apa kita berputus asa, karena Allah akan selalu menolong
kita jika kita mau berjuang dan berusaha dengan iklas dan tawakkal untuk
menghilangkan kesusahan-kesusahan itu. Hendaknya kita selalu berpikir
positif bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan dan selalu
menggantungkan harapan kepada Allah semata, karena dengan pikiran
seperti itu, kita akan terhindar dari perasaan putus asa.
27
6.
Ciri-ciri orang yang berpikir positif
a.
Percaya diri
Apabila seseorang memiliki pikiran yang positif, dia akan yakin
pada dirinya sendiri dan orang lain. Berkat pikiran yang positif ini,
seseorang menjadi lebih berkeinginan untuk mencoba hal yang baru
serta mencoba berbagai kesempatan. Hal ini tentu saja akan
menyebabkan lebih banyak pula hasil yang diperoleh. Selain itu,
seorang yang mempunyai pikiran positif juga akan memiliki
kemampuan untuk mendorong dirinya sendiri untuk maju semaksimal
mungkin (Asmani, 2009:27)
b.
Inisiatif
Percaya diri juga menjadikan seseorang sebagai pribadi yang
penuh inisiatif. Keyakinan bahwa hidup ini positif dapat menimbulkan
keinginan kuat dalam diri seseorang untuk mencoba hal-hal yang baru.
Orang yang yakin bahwa hidup ini negatif akan selalu menunggu dan
berharap agar hal-hal yang buruk tidak terjadi pada diri mereka.
Sedangkan orang yang berpikir positif, senantiasa bergerak untuk
mencoba pengalaman-pengalaman baru serta mewujudkan hal-hal
yang baik.( Asmani, 2007:27 )
c.
Ketekunan
Bila seseorang yakin bahwa hal-hal yang positif akan terjadi
pada dirinya,maka seseorang tersebut akan tetap tekun berusaha
28
hingga hal-hal positif itu benar-benar muncul. Bahkan, bila ada
berbagai halangan sekalipun, orang tersebut akan tetap pantang
mundur. Sebab, orang tersebut yakin akan keberhasilannya, dan tidak
akan menghindar dari masalahnya.
d.
Kreativitas.
Sang jenius Albert Einstein pernah mengatakan, “ Menurut
pengalaman, suatu hasil karya kreatif yang terbaik tidak pernah
tercipta ketika seseorang sedang merasa sedih”. Ini merupakan suatu
pandangan yang bijaksana dari seorang pemikir brilian di abad ini. Jika
pikiran kita tertuju pada hal-hal positif, maka akan tumbuh keinginan
besar pada diri kita untuk terus menyelidiki, bertanya, serta mencari
tantangan-tantangan baru.Bila anda adalah seorang yang positif, maka
anda akan melihat bahwa dunia ini penuh dengan kemungkinankemungkinan yang tiada batas (Asmani, 009:28)
e.
Kepemimpinan.
Belajar untuk menjadi pemimpin yang besar membutuhkan
proses yang lama, Namun ini bisa dimulai dari hubungan dengan orang
lain. Orang tidak akan mengikuti seseorang yang tidak mereka suka,
kalaupun ikut, tentunya tidak untuk jangka waktu yang lama, dan
jarang sekali dijumpai orang-orang yang negatif.
Jenderal Napoleon Bonaparte, seorang revolusioner perancis,
pernah berkata, “Seorang pemimpin yang baik adalah yang bisa
29
membesarkan semangat dan harapan-harapan yang baik kepada anakanak buahnya”. Ini berarti, kalau anda ingin menjadi pemimpin yang
baik, maka anda harus mampu menanamkan suatu harapan-harapan
pada orang-orang disekitar anda bahwa anda bisa sukses. Anda juga
harus bisa menanamkan kepercayaan diri kepada mereka, serta harus
bisa memotivasi orang untuk bisa meraih cita-cita mereka .
f.
Perkembangan
Jika seseorang bersikap positif, banyak pintu terbuka lebar
baginya. Salah satu yang paling utama adalah pintu peluang untuk
tumbuh berkembang. Sikap yang baik membuat seseorang haus akan
perkembangan. Dan pada kenyataanya, perkembangan yang terus
berkesinambungan merupakan salah satu sifat yang umumnya
dijumpai pada sebagian besar orang-orang sukses ( Asmani, 2009:29 ).
g.
Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu.
WW. Ziege pernah berkata :
“ Takkan ada yang dapat menghentikan orang yang bermental
positif untuk mencapai tujuannya, sebaliknya, tak ada suatupun
didunia ini yang dapat membantu seorang yang bermental
negatif”
Yang perlu digaris bawahi adalah jika anda seorang yang
berpikir positif, anda pasti mampu menghasilkan sesuatu. Jelasnya,
anda lebih berkonsentrasi berjuang mencapai tujuan-tujuan yang
positif daripada selalu memikirkan hal-hal yang negatif yang mungkin
30
saja terjadi didalam kehidupan anda sehari-hari (Asmani, 2009:30)
7.
Aplikasi positive thinking
Berpikir positif dapat digunakan untuk merespon segala masalah.
Sebagai sebuah cara berpikir. Positvef thinking merambah semua bidang
sesuai dengan fungsi pikiran itu sendiri. Dalam bidang pendidikan, aplikasi
positif thinking sangat diperlukan terutama bagi guru dan siswa.
a.
Aplikasi positve thinking bagi guru.
Dalam mengajar, kadang bisa menimbulkan rasa bosan bagi
guru. Anak didik dengan berbagai karakternya juga bisa menjadi salah
satu faktor timbulnya kejenuhan. Disinilah pentingnya positive
thinking untuk menetralisasi emosi guru, sehingga setiap saat seorang
guru bisa melakukan pendekatan psikologis.
Guru adalah sosok yang menjadi panutan bagi murid dan
masyarakat, sehingga perilakunya selalu menjadi cermin bagi
semuanya (Asmani, 2009:42). Dengan berpikir positif, guru akan
dengan mudah mengatasi tekanan emosionalnya dan mampu berpikir
jernih sebelum memutuskan sesuatu.
Kekuatan psikologis, spiritual, dan emosionalnya dapat
melunturkan setiap penghalang. Kesabaran dan hidup penuh harapan
membuatnuya tidak pernah mundur dari medan pengabdian. Dengan
berpikir positif, ia dapat memberikan kemampuan terbaik bagi
perbaikan moral dan peningkatan intelektual bangsa, khususnya kader
31
mudanya.
Positif
thinking
menuntunnya
untuk
terus
maju
mengembangkan dunia pendidikan dan menikmatinya secara lahir
batin sebagai bentuk dedikasi sosial yang luhur dan agung (Asmani,
2009:43).
b.
Aplikasi positive thinking bagi siswa.
Mata pelajaran yang begitu banyak membuat sebagian pelajar
merasa stres. Jika mereka tidak mampu mengelola emosi, mereka
dikhawatirkan melakukan hal-hal yang berada diluar batas kewajaran,
seperti, bolos, pergaulan bebas, dan terlibat kasus miras, narkoba serta
free seks. Karena itu, dengan menanamkan positive thinking pada
kepribadian mereka, semua persoalan tersebut akan mudah diatasi.
Bahkan para pelajar dapat lebih aktif dalam kegiatan dan lebih intens
dalam belajar. Ia sulit menghadapi pelajaran laksana bermain bola
yang mengharuskan untuk berjuang agar bisa memasukkan bola. Ia
tidakpeduli betapa sulitnya menembus pertahanan, ia yakin bahwa dia
mampu melaksanakannya.
Lebih dari itu, manfaat positve thinking dalam konteks belajar
adalah
menjadikan
pelajar
semakin
rajin
mengeksplorasi
kemampuannya. Berpikir positif dapat mengarahkan pelajar menuju
cita-cita idealnya dimasa depan, cita-cita yang akan mengharumkan
nama bangsanya (Asmani, 2009:47).
Jelas sekali bahwa pikiran adalah pusat manusia dalam menghadapi
32
persoalan. Jika pikirannya selalu positif, maka responnya juga positif, jika
pikirannya negatif, maka responnya juga negatif (Asmani, 2009:51).
B.
Problem Solving
1.
Pengertian Problem Solving
Secara bahasa, Problem dan Solving berasal dari bahasa inggris.
Problem artinya masalah, sementara solving ( kata dasarnya to solve)
artinya pemecahan. Dengan demikian problem solving dapat diartikan
sebagai pemecahan masalah. Dr. Walter A. Shewhart mengatakan bahwa
problem solving merupakan siklus proses yang terdiri dari empat tahap,
yaitu rencana (plan), melakukan (do), memeriksa (chek) dan aksi (act).
Rencana merupakan proses untuk mendefinisikan dan mengidentifikasi
solusi potensial dari masalah (www.uinsuka.info)
2.
Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Proses Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional dan
personal. Faktor-faktor situasional terjadi, misalnya, pada stimulus yang
menimbulkan masalah, pada sifat-sifat masalah, sulit – mudah, baru –
lama, penting – kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah
lain.
Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh faktor-faktor
biologis dan sosio-psikologis terhadap proses pemecahan masalah.
Manusia yang kurang tidur mengalami penurunan kemampuan berfikir;
33
begitu pula apabila ia terlalu lelah. Faktor-faktor sosio-psikologis misalnya;
a.
Pemfokusan
Dengan pemfokusan, seseorang dapat memecahkan masalah
tanpa membuatnya kompleks. Terkadang tidak terbetik dalam hati
seseorang bahwa ketidak fokusan itu dapat menyebabkan dan
membuat masalah membesar. Yang lebih penting dari itu adalah tidak
ada seorangpun yang yang mengakui ketidakmampuanya untuk
memfokuskan diri kecuali manusia yang jujur dengan dirinya sendiri.
Jika seseorang memfokuskan perhatiannya pada beragam
masalah, maka tindakan menceburkan diri kedalam masalah itu
merupakan salah satu sebab membesarnya masalah. Melibatkan diri
kedalam masalah-masalah orang lain itu lebih buruk hasilnya dari yang
diharapkan.
Hilangkan kebiasaan anda turut campur dalam hal apapun.
Ketika anda melakukan sikap tersebut, kehidupan anda akan menjadi
mudah dan anda akan menjadi lebih mampu secara kejiwaan dan moral
untuk menghadapi masalah-masalah dengan sederhana, mudah, dan
benar ( Uqshori, 2006:58 ).
b.
Motivasi
Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian, sedang motivasi
yang tinggi membatasi fleksibilitas. Kepercayaan dan sikap yang salah
Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya
34
bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan kekayaan material, kita
akan mengalami kesulitan ketika memecahkan penderitaan batin kita.
Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektifitas
pemecahan masalah. Sikap yang defensive, (misalnya, kurang
kepercayaan pada diri sendiri), akan cenderung menolak informasi
baru, merasionalisasikan kekeliruan dan mempersukar penyelesaian
(www. multiply.com)
c.
Kebiasaan
Kecenderungan untuk mempertahankan pola berfikir tertentu,
atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang
berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, menghambat
pemecahan masalah yang efisien.
d.
Emosi
Emosi mewarnai cara berfikir kita. Kita tidak pernah dapat
berfikir betul-betul obyektif. Sebagai manusia yang utuh, kita tidak
dapat mengesampingkan emosi. Sampai disitu emosi sudah mencapai
intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stres, barulah kita
menjadi sulit berpikir efisien (www.multiply.com).
Sebagian orang melihat emosi itu sebagai keadaan tegang yang
diiringi
oleh perubahan fisiologi internal dan bentuk-bentuk
pengungkapan tubuh eksternal yang biasanya mengungkapkan suatu
jenis emosi ini. Sementara sebagian psikolog mengatakan bahwa
35
emosi itu tidak lain adalah bentuk-bentuk dari reaksi tertentu (Uqshari,
2006:43).
Menurut Yusuf Al-Uqsori (200:45), mengatakan bahwa emosiemosi yang tidak normal yang disebabkan oleh suatu keadaan atau
masalah yang dihadapi manusia dapat didefinisikan sebagai kondisi
kejiwaan yang bersifat sangat kacau pada diri seseorang.
Menghadapi masalah dengan cara mengontrol emosi adalah
sesuatu yang amat tepat dan baik. Ada beberapa dasar dari prinsip
tentang bagaimana mengendalikan emosi dan kita semua dapat
mengikuti dasar dan prinsip tersebut.
Dasar dan prinsip itu diantaranya adalah keharusan mengetahui
informasi-informasi dan pengetahuan-pengetahuan tentang hal-hal
yang menyebabkan kita emosi dan hal ini akan membawa kepada
berkurangnya emosi (Uqshari, 2006:46)
Yang paling penting adalah kita tidak boleh mengeluarkan
penlaian atau mengambil keputusan untuk hal-hal yang penting disaat
kita sedang dalam keadaan emosi. Emosi yang normal dan sederhana
itu tidak mengandung bahaya dan dinilai sebagai suatu keniscayaan
bagi kehidupan, karena sebagian emosi menjadi celah untuk
mengeluarkan ide-ide diri, namun emosi yang berlebihan akan
merusak daya tangkap kita. Karena orang yang emosi itu hanya
melihat kekurangan-kekurangan dari musuhnya dan hanya mendengar
36
kata-kata permusuhan dalam ucapannya. Sebagaimana halnya emosiemosi yang berlebihan juga menghalangi proses berpikir dan
mengganggunya, Serta mengurangi kemampuan manusia untuk
berkonsentrasi.
Emosi juga akan mengurangi kemampuan mengantarkan
kepada ketidakmampuan untuk bertindak dalam kondisi yang berbedabeda, serta tidak mampu untuk menghadapi masalah-masalahnya atau
berpikir jernih dalam mencari solusinya. Oleh karena itu kita harus
mengendalikan emosi agar kemampuan kita untuk memecahkan
masalah dapat kita lakukan sebaik mungkin (Uqshari, 2006:48)
3.
Langkah-langkah pemecahan masalah
Menurut Richard Y Chang dan P Keith Kelly (2003), membagi
langkah-langkah pemecahan masalah menjadi 6 langkah, yaitu:
a.
Mendefinisikan masalah
Langkah pertama untuk berhasil memecahkan suatu masalah
adalah mendefinisikannya sedemikian rupa hingga masalah itu dapat
dipecahkan. Ada dua hal yang harus dilakukan agar berhasil
mendefinisikan masalah yaitu menyusun pertanyaan masalah dan
mengidentifikasikan
keadaan
yang
diinginkan
(Chang,
Kelly,
2003:13).
Brainsford dan Stein dalam bukunya The Ideal Problem Solver
mengemukakan:
37
The second aspect of problem solving is defining and
representing the problem as possible. We noted earlier that
boundaries between various stages of problem solving are
fuzzy rather than sharp, nevertheless, there are important
differences between problem identification and problem
definition” (Brainsford, Stein, 1984:15).
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu
aspek yang sangat penting dalam proses pemecahan masalah adalah
mendefinisikan masalah dengan hati-hati dan tepat. Meskipun ada
perbedaan tingkatan proses pemecahan masalah antara masalah yang
jelas dan tidak jelas, tetapi, mendefinisikan masalah sangat diperlukan
agar masalah tersebut menjadi jelas. Namun, dalam hal ini
mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan masalah merupakan
suatu hal yang berbeda.
b.
Analisis sebab-sebab masalah.
Menganalisis sebab-sebab potensial adalah tahap pemecahan
masalah ke arah mana pertanyaan perlu diajukan dan informasi apa
yang perlu dikumpulkan dan disaring. Menganalisis sebab-sebab
potensial secara efektif paling baik dilakukan dengan sublangkah
sebagai berikut:
1)
Identifikasi sebab-sebab potensial.
2) Menentukan sebab-sebab yang paling memungkinkan.
3) Identifikasi akar penyebab yang sesungguhnya (Chang, 2003:23)
38
c.
Identifikasi kemungkinan solusi.
Bila sebab-sebab permasalahan telah teridentifikasi, penting
untuk membangkitkan gagasan dan alternatif (bahkan beberapa
gagasan dan alternatif yang liar sekalipun) untuk memecahkan
masalah. Bagian ini merupakan tahapan dalam proses pemecahan
masalah
yang
mensyaratkan
tingkat
kreatifitas
maksimum.
Identifikasi solusi merupakan proses yang terdiri dari dua bagian
yaitu membuat daftar kemungkinan solusi dan menentukan solusi
terbaik (Chang, kelly, 2003:39)
d.
Memilih solusi yang terbaik.
Pada langkah ini, keputusan harus dibuat, solusi mana yang
harus dipilih. Dalam banyak situasi pemecahan masalah, faktorfaktor atau kriteria yang berbeda, yang digunakan individu untuk
membuat keputusan mereka sering tidak jelas atau tidak pernah
diutarakan. Hal ini dapat dan pasti membawa kesalahpahaman dan
kekeliruan dalam menafsirkan alasan orang lain. Dalam bagian ini,
ada tiga hal yang harus dilakukan yaitu:
1) Mengembangkan dan memberikan bobot pada kriteria.
2) Mengimplementasikan kriteria.
3) Memilih solusi terbaik ( Chang, Kelly, 2003:47)
e.
Menyusun rencana tindakan
Pada poin ini ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu:
39
1) Membuat solusi menjadi tugas-tugas yang berurutan.
2) Menyusun rencana kemungkinan( Chang, kelly, 2003:57).
f.
Mengimplementasikan solusi dan mengevaluasi perkembangan.
Seseorang seharusnya siap memodifikasi rencana tindakan
yang diperlukan, untuk menanggung kejadian yang tidak diharapkan.
Langkah
proses
pendekatan
pemecahan
terstruktur
masalah
sebagai
suatu
inilah
yang
“lingkaran
membuat
penutup”.
Pentingnya pendekatan “ lingkaran tertutup” untuk memecahkan
masalah menjadi jelas ketika anda menyadari bahwa keadaan, situasi,
orang dan prefensi berubah sesuai dengan berjalannya waktu. Dengan
mengikuti
implementasi
rencana
tindakan
dan
mengevaluasi
perkembangan, anda bisa memastikan bahwa solusi diterapkan
sekalipun dengan macam-macam perubahan tersebut. Ada tiga
langkah yang harus dilakukan, agar tahapan pemecahan masalah ini
bekerja dengan berhasil.
1) Mengumpulkan data sesuai dengan rencana tindakan.
2) Mengimplementasikan rencana kemungkinan.
3) Mengevaluasi hasil-hasilnya (Chang, Kelly, 2003:65)
Sedangkan menurut John D Bransford dan Barry S Stein
membagi langkah-langkah problem solving menjadi lima tahap yaitu:
1) Identifying problem
2) Define and represent the problem
40
3) Explore possible strategies.
4) Act on strategies.
5) Look back and evaluate the effect of your activities (Bransford,
Stein, 1984:12)
C.
Pengaruh positive thinking terhadap kemampuan problem solving.
Manusia selalu berpikir, bahkan berpikir merupakan hal utama yang kita
lakukan. Dari saat bangun tidur, kita mulai berpikir, sepanjang jam kerja, kita
berpikir. Kita tidak dapat melepaskan diri dari proses berpikir. Proses berpikir
senantiasa terjadi dalam kepala seseorang saat menjalani hidup, mengolah
perasaan-perasaan, membentuk tindakan-tindakan seseorang (Eldem, 2009: 22)
Masalahnya adalah bahwa pikiran manusia kerap kali tidak sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada. Sebagian tindakan kita terkadang muncul dari
alasan-alasan yang salah. Karena itulah masalah-masalah dalam berpikir sering
memunculkan banyak masalah dalam kehidupan, seperti, konflik, peperangan,
rasa sakit, frustasi, kejahatan, dan penderitaan (Eldem, Paul, 2009:23).
Semua manusia pasti pernah, bahkan acapkali mengalami masalahmasalah yang dapat membuat manusia semakin dewasa, matang, dan cerdas bila
dihadapi
dengan
positive
thinking.
Namun
bila
negative
thinking
yangdigunakan, masalah dapat membawa petaka. Disinilah pentingnya positive
thinking dalam menghadapi setiap masalah. Bagi orang yang berpikir positif,
setiap masalah selalu ada solusi. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya.
Dengan berpikir positif, ide-ide kreatif akan terus bermunculan untuk merespon
41
problem. Positive thinking mendorong seseorang berpikir dan bergerak kedepan
(Asmani , 2009:5).
Dalam sebuah hadist disebutkan:
‫ﺤ ِﻲ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ ﻗﹶﺎﻝ‬ ‫ﺳﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻰ ﺍﷲ‬ ‫ﻠ‬‫ﻮ ﹸﻝ ﺍﷲ ﺻ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ َﹶﻛَﺎ ﹶﻥ‬: ‫ﺮ ﹶﺓ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻦ ﹶﺃِﺑ‬ ‫ﻋ‬
(‫ﺮ ﹶﺓ )ﺭﻭﻩ ﺍﺑﻦ ﳎﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻩ ﹶﻃِﺒ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻜ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬
‫ﺤ‬
 ‫َﺍﹾﻟ ﹶﻔﹶﺄ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ‬
“Dari abi huroiroh RA berkata : Rosulullah SAW bersabda : ”Allah
menyukai sikap optimis dan membenci sikap pesimis (HR. Ibnu Majah)
Dari hadist diatas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kalaupun sepanjang
hidup kita di dunia selalu dalam kesulitan dan kesempitan, kita tetap berpikir positif
bahwa kelimpahan dan kenikmatan akan Allah berikan kepada kita di Hari Akhirat.
Maka orang yang bisa berpikir positif seperti itu, tetap tersenyum bahagia dalam
menjalankan kehidupan sulitnya di dunia. Maka bersikaplah optimis karena Allah
mencintai sikap optimis dan orang-orang yang bersikap optimis.
Orang yang terbiasa berpikir positif tidak akan menyerah terhadap belitan
masalah
yang
menimpanya.
Ia
akan
berusaha
semaksimal
mungkin
menyelesaikan masalah dengan cerdas. Kekuatan keyakinan dan harapan
membuatnya survive dan memenangkan kompetisi. Dia tidak akan pernah putus
asa, menyalahkan diri sendiri, dan kehilangan kesabaran. Sebab, semua
persoalan itu kerap melandanya itu dilihat dari sebuah proses yang terus berjalan
sesuai
hukum alam atau sunnatulah (Asmani, 2009 :6).
42
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam merespon suatu
masalah. Baik buruknya setiap pandangan sangat terkait dengan frame masingmasing, apakah positive thinking ataukah negative thinking. Misalnya, setiap
siswa memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap ujian nasional. Bagi
anak yang mau berpikir positif, peristiwa "tragis" tersebut akan mendorongnya
untuk belajar lebih giat, lebih aktif dan lebih intens. Sementara siswa yang
menggunakan frame negative thinking akan terpuruk dalam kekecewaan yang
mendalam dan putus asa.
Di dalam Al-Qur’an telah disebutkan tentang positif thinking dan
larangan berputus asa seperti dalam surat Yusuf ayat 87.
ÏΒ (#θÝ¡t↔÷ƒ($s? Ÿωuρ ϵŠÅzr&uρ y#ß™θムÏΒ (#θÝ¡¡¡ystFsù (#θç7yδøŒ$# 
¢ Í_t7≈tƒ
∩∇∠∪ tβρãÏ%≈s3ø9$# ãΠöθs)ø9$# āωÎ) «!$# Çy÷ρ§‘ ÏΒ ß§t↔÷ƒ($tƒ Ÿω …çµ‾ΡÎ) ( «!$# Çy÷ρ§‘
Artinya : Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang yusuf
dan saudara-saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari
rahmad Allah, melainkan kaum yang kafir.( Qs. Yusuf : 87)
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpilan bahwa , Allah menganjurkan
bahkan memerintahkan kita untuk senantiasa bersamangat dalam menjalankan
tugas dan melarang kita untuk berputus asa. Karena berputus asa hanyalah
perbuatan orang-orang kafir.
Dalam sebuah hadist juga disebutkan:
43
“ Aku (Allah) berada dalam prasangka hamba-KU mengenai-Ku. Aku
bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Demi Allah, Allah lebih bergembira
dengan tobat hambanya seperti bergemabiranya salah satu dari kalian bila
menemukan binatang kendaraanya yang telah hilang di bukit sahara.
Barang siapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan
mendekat padanya satu depa, dan bila seorang hamba datang kapada-Ku
dengan berjalan, maka aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil.
(HR. Bukhori Muslim).
Dapat di simpulkan bahwa, Allah selalu bersama hamba-hambaNya yang
selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT, Allah akan selalu mendekat
dengan hamba-hamba yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya yang yakin
akan pertolongan Allah, karena Allah adalah Maha menolong setiap hambahambanya yang membutuhkan pertolongan.
Dari sini jelas, bahwa positive thinking mampu menjadi sumber energi
untuk membangun hidup dengan keyakinan dan harapan besar. Lain halnya
dengan negative thinking yang menyebabkan manusia semakin tergelincir dalam
jurang kehancuran, menjadikannya penuh kecemasan, ketakutan, dan kekalutan
yang bisa membunuh masa depan (Asmani, 2009:17).
44
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo.
1. Sejarah Berdirinya.
Tujuan nasional yang tercantum dalam UUD 1945 ialah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan atas
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam hal ini, untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa maka penulis berpendapat perlu sekali didirikan
sekolah-sekolah termasuk Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo sebagai
wadah bagi anak-anak untuk meningkatkan belajar dan untuk menambah
pengetahuan.
Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur yang merata material maupun spiritual berdasarkan
pancasila didalam wadah NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tertib, dan
damai. Adapun hakikat pembangunan nasional dalah pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME, kecerdasan, ketrampilan
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal
semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
44
45
pembangunan yang dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Dengan demikian, tepatlah kiranya bahwa dengan pendidikan
diharapkan akan dapat mendidik kader pembangunan yang merupakan
masalah pokok bagi pembangunan masyarakat , untuk itu penting sekali
adanya lembaga pendidikan di seluruh tanah air. Kemudian dalam hal ini,
para pemuka agama di daerah Gunung Wijil dan sekitarnya berkeinginan
untuk menciptakan keder-kader pembangunan di daerah ini yang sesuai
dengan yang diharapkan. Maka Bapak Ky. Abdullah Rosyad mulai
melakukan pengajaran kepada para penduduk di daerah ini yang di awali
dengan pengajaran ilmu agama seperti yang dilakukan di pondok
pesantren.
Kemudian dengan pertumbuhan peradaban yang diakibatkan dari
perubahan zaman, maka sistem pendidikan yang dilakukan oleh Ky.
Abdullah Rosyad tersebut mulai dirubah menjadi system madrasah, baik
Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, maupun Madrasah Aliyah.
Madrasah Aliyah Ma’arif adalah suatu Madrasah Aliyah yang
terletak di wilayah kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali. Madrasah ini
berdiri diatas tanan 3000 m², dengan luas bangunan 622 m², yang
mempunyai sejarah pertumbuhan dan perkembangan tersendiri . Kegiatan
pendidikan di Madrasah ini diselenggarakan oleh yayasan Sabilurrosyad.
Pada tahun 1989 madrasah ini berdiri atas prakarsa lembaga Al-Ma’arif
46
yang diasuh oleh Ky. Abdullah Rosyad. Kemudian pada tahun 1999
Madrasah ini berstatus diakui dengan adanya akreditasi.
2. Strukrur Organisasi
Adapun stuktur organisasi Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tahun
ajaran 2009/2010 adalah seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini:
Tabel 1
Struktur Organisasi Madrasah
Nama
Jabatan
No.
1.
Sofwan, S.Pd.I
Kepala Sekolah
2.
Dra. Umi Faizah
Waka Kurikulum
3.
Aris Hermawan. SE
Waka Kesiswaan
4.
Muh. Masrukhan, S.Pd.I
Waka Humas
5.
Supriyanto, S.Ag
Waka Sarana dan Prasarana
6.
Suhartini, S.Pd
Wali Kelas I
7
Eko Hartanto, SE
Wali Kelas II
8.
Ngafiyah, S.Pd
Wali Kelas III
Sumber data: TU Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo
3. Visi dan Misi Madrasah
a. Visi Madrasah
Islami yang Anggun, Moralitas yang tinggi Berwawasan IMTAQ dan
IPTEK mandiri dalam profesional.
b. Misi Madrasah
1) Pemahaman dan pengamalan
2) Pembiasan yang obyektif
3) Peningkatan skill/ketrampilan
4) Peningkatan mutu tenaga pendidikan
5) Peningkatan fasilitas secara maksimal.
47
4. Keadaan Guru dan Karyawan.
Madrasah Aliyah Ma’arif cepogo mempunyai jumlah guru sebanyak
15 orang yang terdiri dari 3 guru berstatus PNS dan 12 guru yang berstatus
non PNS. Adapun guru yang berstatus non PNS terdiri dari 11 orang guru
tetap yayasan dan 2 orang guru tidak tetap yayasan. Sedangkan karyawan
madrasah ini berjumlah 3 0rang, dalam hal ini ada pembagian tugas yang
diberikan kepadanya, dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Untuk
lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2
Data Keadaan Guru
No.
1.
2.
3.
3.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Nama Guru
Keterangan
Bidang Study
Sofwan,S.Ag
Qur’an Hadist
GT
Dra. Umi Faizah
MTK,Fisika,Kimia
GT
Drs. Muridi
Mulok, B. Arab
GT
Supriyanto, S.Pd
PKN
GT Yayasan
Yeni Rahmani, S.Ag
Geografi, Sejarah
GT Yayasan
M. Masrukhan, S.Pd.I
Aqidah, SKI,Fiqih
GT Yayasan
Dra. Marsiti
A. Indonesia
GT Yayasan
Eko Hartanto, SE
Ekonomi, Akuntansi
GT Yayasan
Ngafiyah, S.Pd
MTK
GT Yayasan
Muh. Rif’an, S.pd
TIK
GT Yayasan
Aris Hermawan, SE
Sosiologi
GT Yayasan
Sakroni
Penjaskes
GT Yayasan
Drs. Hery Cristiono
Biologi
GT Yayasan
Suhartini, S.Pd
B.inggris
GT Yayasan
Aji Muh Sri Sarwo
B.jawa
GT Yayasan
Adi, S.pd
Sumber Data : TU Madrasah Aliyah Maarif Cepogo
Keterangan:
GT
: Guru Tetap
GT Yayasan :Guru Tetap Yayasan
48
Tabel 3
Data Keadaan Karyawan
No.
Nama Karyawan
Tugas
1.
Supriyanto S,pd
Kepala TU
2.
Sri Wahyuni
Staf TU
3.
Siti Mukarromah
pegawai Koperasi
Sumber Data : TU Madrasah Aliyah Maarif Cepogo
Ket
TT
TTT
TTT
Keterangan:
TT : Tenaga Tetap
TTT
: Tenaga Tidak Tetap
5. Keadaan Siswa.
Jumlah siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo pada tahun ajaran
2009/2010 seluruhnya berjumlah 105 anak yang terdiri dari 47 putra dan
58 putri yang mana terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas 1, kelas 2, dan
kelas 3, yang masing masing kelas terdiri dari satu ruang kelas. Keadaan
siswa Madrasah Aliyah Ma’arif cepogo dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4
Data Keadaan Siswa
No
Kelas
X
Jumlah Siswa
Putra
Putri
19
18
Rombongan
belajar
Total Siswa
1
37
Kelas
17
23
1
XI
Kelas
11
17
1
XII
Jumlah
47
58
3
Sumber Data : TU Madrasah Aliyah Maarif Cepogo
40
28
105
49
6. Kegiatan Ekstrakulikuler
Dalam upaya menunjang kegiatan belajar mengajar, Madrasah
Aliyah Ma’arif Cepogo melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang
bertujuan mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat dan minat
siswa. Berikut ini tabel tentang data kegiatan ekstra kurikuler siswa di
Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo:
Tabel 5
Data Kegiatan Ekstrakulikuler Siswa
No Nama kegiatan
Petugas
Keterangan
1. Pramuka
Supriyanto, Spd
Seminggu 1 kali
2. Komputer
Ngafiyah S.Pd
Seminggu 2 kali
3. Bela Diri INKAI Masrukhan S, PdI Seminggu 2 kali
Sumber data ; TU Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo
3. Keadaan Sarana dan Prasarana.
Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo teletak di jalan baru Boyolali
Cepogo kilometer 5, tepatnya terletak di desa Gunung Wijil, kelurahan
Bakulan, kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali.
Madrasah ini mempunyai luas tanah 3210 m² yang diatasnya
dibangun sekolah Madrasah Aliyah ini, dan didalamnya terdapat sarana
fisik sekolah sebagai media pendidikan dan alat peraga untuk
memperlancar proses belajar mengajar di sekolah ini, seperti yang
diuraikan sebagai berikut:
50
a. Sarana Fisik Sekolah
Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo ini mempunyai beberapa
sarana dan prasarana yang berbentuk fisik sebagai penunjang
terlaksanannya proses belajar mengajar di madrasah ini sebagaimana
yang tercantum dalam tabel dibawah ini:
Tabel 6
Data Sarana Fisik Madrasah
No.
Jenis sarana fisik
Jumlah
Keterangan
1.
Ruang kepala sekolah
1 Unit
Baik
2.
Ruang kelas
6 Unit
Baik
3.
Ruang kantor TU
1 Unit
Baik
4.
Ruang perpustakaan
1 Unit
Baik
5.
Ruang tamu
1 Unit
Baik
6.
Ruang guru
1 Unit
Baik
7.
Ruang Lab.komputer
1 Unit
Baik
8.
Lapangan upacara
1 Unit
Baik
6.
Gudang
1 Unit
Baik
7.
Kamar mandi / wc
1 Unit
Baik
8.
Aula
1 Unit
Baik
9.
Ruang UKS
1 Unit
Baik
10. Ruang osis/pramuka
1 Unit
Baik
11. Ruang BK
1 Unit
Baik
12. Ruang koperasi
1 Unit
Baik
13. Ruang ganti
1 Unit
Baik
Sumber data :TU Madrasah Aliyah Maarif Cepogo tahun 2010
b. Media Pendidikan
Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo selain memiliki sarana fisik
seperti yang tercantum dalam tabel diatas, juga memiliki sarana
penunjang lainnya yaitu media pendidikan dan alat peraga seperti
yang tercantum dalam tabel dibawah ini:
51
Tabel 7
Data Media Pendidikan dan Alat Peraga.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis sarana fisik
Komputer
Tape recorder
Mesin ketik
Megaphone
TV
Jumlah
17 unit
1 unit
3 buah
1 buah
1 buah
Keterangan
Bagus
Bagus
Bagus
Bagus
Bagus
B. Hasil Jawaban Angket
1. Data Responden
Responden yang diambil adalah siswa kelas II, yang berjumlah 40
orang. Seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 8
Daftar Nama Responden
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Nama Siswa
AYB
ANR
AS
BS
CA
DS
DA
EA
EA
KF
MK
MK
MM
MM
MN
MNH
MR
MSA
M
M
M
Kelas
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
Jenis Kelamin
L
L
L
L
L
L
L
L
P
P
L
L
L
L
L
L
L
L
P
L
L
52
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36
37..
38.
39.
40.
NZN
RF
RY
S
S
SF
SFF
SMA
SMB
SA
SI
SU
SW
TD
U
U
WSL
W
WA
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
P
P
L
L
L
P
P
P
P
P
P
P
P
L
L
P
P
P
L
2. Daftar Hasil Jawaban Angket.
Dalam pengumpulan data tentang korelasi antara positive thinking
dan kemampuan problem solving siswa, penulis mendistribusikan angket
kepada siswa kelas II yang berjumlah 40 siswa baik laki-laki maupun
perempuan. Penulis memberikan pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan, yang
terdiri dari 10 pertanyaan mengenai positive thinking dan 10 pertanyaan
mengenai kemampuan problem solving.
Setiap pertanyaan terdiri dari 3 alternatif jawaban a, b, dan c,
dengan skor yang berbeda, penulis membuat skor sebagai berikut:
a. jawaban a dengan skor 3.
b. jawaban b dengan skor 2.
c. jawaban c dengan skor 1.
53
Adapun hasil dari angket yang diisi oleh responden adalah sebagai
berikut:
Tabel 9
Data Jawaban Angket Variabel
Positive Thinking
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11
12
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
17.
18.
19.
30.
31.
32.
33.
34.
Jawaban
Nama Responden
AYB
ANR
AS
BS
CA
DS
DA
EA
EA
KF
MK
MK
MM
MM
MN
MNH
MR
MSA
M
M
M
NZN
RF
RY
S
S
SF
SFF
SMA
SMB
SA
SI
SU
SW
a
7
8
5
7
7
8
3
3
5
6
6
7
6
6
6
7
5
6
5
5
2
7
6
8
8
4
3
7
4
4
4
4
5
6
b
3
1
5
3
2
2
7
7
4
4
2
3
3
4
4
3
4
3
5
4
8
3
3
2
2
4
4
2
6
6
3
5
4
3
Skor
c
1
1
1
2
1
1
1
1
2
3
1
3
1
1
1
3
21
24
15
21
21
24
9
9
15
18
18
21
18
18
18
21
15
18
15
15
6
21
18
24
24
12
9
21
12
12
12
12
15
18
2
6
2
10
6
4
4
14
14
8
8
4
6
6
8
8
6
8
6
10
8
16
6
6
4
4
8
8
4
12
12
6
10
8
6
Jml
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
3
1
3
1
1
1
27
27
25
27
26
28
23
23
24
26
26
27
25
26
26
27
24
25
25
24
22
27
25
28
28
22
20
26
24
24
21
23
24
25
54
35.
36.
37.
38.
39.
40
TD
U
U
WSL
W
WA
5
4
2
6
8
4
3
4
8
4
2
3
2
2
3
15
12
6
18
24
12
6
8
16
8
4
6
2
2
3
23
22
22
26
28
21
Adapun hasil jawaban angket untuk variable kemampuan problem
solving adalah sebagai berikut:
Tabel XI
Data Jawaban Angket Variable Kemampuan
Problem Solving
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Jawaban
Skor
Jml
Nama Responden
AYB
ANR
AS
BS
CA
DS
DA
EA
EA
KF
MK
MK
MM
MM
MN
MNH
MR
MSA
M
M
M
NZN
RF
RY
S
S
a
7
8
5
4
7
8
3
3
4
4
4
7
9
4
4
5
6
3
2
3
3
3
6
8
3
4
b
3
2
5
6
2
2
7
7
6
6
6
3
1
6
3
5
4
7
4
4
5
7
4
1
7
6
c
1
3
4
3
2
1
1
-
3
21
24
15
12
21
24
9
9
12
12
12
21
27
12
12
15
18
9
6
9
9
9
18
24
9
12
2
6
4
10
12
4
4
14
14
12
12
12
6
2
12
6
10
8
14
8
8
12
14
8
2
14
12
1
1
3
4
3
3
1
-
27
28
25
26
26
28
23
23
24
24
24
27
29
26
21
25
26
25
18
20
21
23
26
27
23
24
55
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40
SF
SFF
SMA
SMB
SA
SI
SU
SW
TD
U
U
WSL
W
WA
3
2
3
3
3
3
4
2
4
3
1
6
7
6
7
8
7
7
4
6
6
8
1
5
9
4
3
4
3
1
5
2
-
9
6
9
9
9
9
12
6
12
9
3
18
21
18
14
16
14
14
8
12
12
16
2
10
18
8
6
8
3
5
5
2
-
23
22
23
23
20
22
24
22
19
22
21
26
27
26
BAB IV
ANALISA DATA
Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul sehingga
diketahui ada atau tidaknya korelasi antara positive thinking terhadap kemampuan
problem solving pada siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo Boyolali tahun
2010. Analisis ini digunakan untuk mengetahui tujuan penelitian dengan
menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun tahapan-tahapan analisis
akan diuraikan sebagai berikut:
A. Analisis Pendahuluan.
Pada analisis pendahuluan ini penulis bermaksud mencari jawaban
dari tujuan yang pertama, adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1. Memberikan penilaian berjenjang pada tiap-tiap responden.
2. Mencari lebar interval.
3. Menentukan klasifikasi pada variable pertama.
4. Menentukan prosentase frekuensi dan interpretasi.
1. Analisis Data Positive Thinking.
Mengawali analisis pendahuluan, penulis akan menyajikan analisis
data untuk mengetahui kategori positive thinking pada siswa Madrasah
Aliyah Ma’arif Cepogo.
Untuk angket positive thinking, dengan jumlah pertanyaan 10 item
maka diperoleh hasil nilai tertinggi dari jawaban yang diberikan oleh
responden adalah 28, sedangkan hasil nilai terendah adalah 20. Rentangan
56
57
data ini adalah 28 – 20 = 8, dan data ini dikelompokkan menjadi 3 kelas,
jadi 8 : 3 = 2,67, meliputi semua bilangan (data dalam hal ini lebar kelas
ditetapkan 3).
Dari hasil perhitungan lebar interval maka hasil angket untuk
tingkat positive thinking dapat diketahui lebar interval sebagai berikut:
a. Kategori tinggi
: 26-28 dengan nominasi A
b. Kategori sedang
: 23 -25 dengan nominasi B
c. Kategori rendah
: 20 -22 dengan nominasi C
Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai dan nominasi
responden, penulis menyajikan data tentang nilai dan nominasi tingkat
positive thinking pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo.
Tabel 12
Data Nilai dan Nominasi Tingkat Positive Thinking Siswa Kelas II
Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo
No. responden
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Nilai
27
27
25
27
26
28
23
23
24
26
24
27
25
26
26
27
24
25
25
Kategori
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
58
No. responden
20.
21.
22.
23.
24
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40
Nilai
24
22
27
25
28
28
22
20
26
24
24
21
23
24
25
23
22
22
26
28
21
Kategori
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tentang tingkat positive
thinking pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo adalah,
kategori tinggi (A ) ada 16 orang, kategori sedang (B ) ada 17 orang dan
kategori rendah ( C) ada 7 orang.
Untuk mengetahui berapa persen kategori tinggi, sedang dan
rendah, maka perhitungan persen menggunakan rumus prosentase sebagai
berikut:
P=
F
x100%
N
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden
59
1. Positive thinking yang berada pada kategori tinggi, sebanyak 16 orang:
F
x100%
N
16
P=
x100%
40
P=
P = 40 %
2. Positive thinking yangberada pada kategori sedang, sebanyak 17 orang:
F
x100%
N
17
P=
x100%
40
P=
P = 42,5%
3. Positive thinking yang berada pada kategori rendah, sebanyak 7 orang :
F
x100%
N
7
P=
x100%
40
P=
P = 17,5 %
Oleh karena itu hasil kuantitatif prosentase variabel tingkat
positive thinking pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo
tertera dalam tabel berikut:
Tabel 13
Frekuensi Tingkat Positive Thinking Siswa Kelas II Madrasah
Aliyah Ma’arif Cepogo
No.
Kategori
Interval
frekuensi
prosentase
1.
Tinggi
26 -28
16
40 %
2.
Sedang
23 -25
17
42,5%
3.
Rendah
20 -22
7
17,5%
40
100%
Jumlah
60
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat
positive thinking pada siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo berada
dalam kategori tinggi yaitu 40 %, kategori sedang yaitu 42,5% dan
kategori rendah yaitu 17,5 %.
2. Analisis Data Kemampuan Problem Solving.
Dalam hal analisis kedua ini, penulis akan menyajikan analisis
data untuk mengetahui kategori kemampuan problem solving pada siswa
Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo.
Untuk angket problem solving dengan jumlah pertanyaan 10 item
maka diperoleh hasil nilai tertinggi dari jawaban yang diberikan oleh
responden adalah 29, dan nilai terendah adalah 18. Rentangan data ini
adalah 29 – 18 = 11, dan data ini dikelompokkan menjadi 3 kelas. Jadi,
11 : 3 = 3,67 meliputi semua bilangan (data dalam hal ini lebar kelas
ditetapkan 4).
Dari hasil perhitungan lebar interval maka hasil angket untuk
tingkat kemampuan problem solving dapat diketahui lebar interval sebagai
berikut:
a. Kategori tinggi
: 26-29 dengan nominasi A
b. Kategori sedang
: 22 -25 dengan nominasi B
c. Kategori rendah
: 18 -21 dengan nominasi C
Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai dan nominasi
responden, penulis menyajikan data tentang nilai dan nominasi tentang
61
tingkat kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah
Ma’arif Cepogo
Tabel 14
Data Nilai dan Nominasi Kemampuan Problem Solving
No. responden
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
Nilai
27
28
25
24
26
28
23
23
24
24
24
27
29
24
21
25
26
23
18
20
21
23
26
27
23
24
23
23
23
20
20
22
24
22
19
20
29
Kategori
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
62
No. responden
38.
39.
40
Berdasarkan
tabel
Nilai
26
27
26
diatas
dapat
Kategori
Tinggi
Tinggi
Tinggi
diketahui
tentang
tingkat
kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif
Cepogo adalah, kategori tinggi (A ) ada 13 orang, kategori sedang (B ) ada
20 orang dan kategori rendah ( C) ada 7 orang.
Untuk mengetahui berapa persen kategori tinggi, sedang dan
rendah, maka perhitungan persen menggunakan rumus prosentase sebagai
berikut:
F
x100%
N
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden
P=
1. Kemampuan problem solving yang berada pada kategori tinggi,
sebanyak 13 orang:
F
x100%
N
13
P=
x100%
40
P=
P = 32,5 %
2. Kemampuan problem solving yang berada pada kategori sedang
sebanyak 20 orang:
F
x100%
N
20
P=
x100%
40
P=
63
P = 50 %
3. Kemampuan problem solving yang berada pada kategori rendah,
sebanyak 7 orang:
F
x100%
N
7
P=
x100%
40
P = 17,5 %
P=
Oleh karena itu hasil kuantitatif prosentase variable tingkat
kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif
Cepogo tertera dalam tabel berikut:
Tabel 15
Frekuensi Tingkat Kemampuan Problem Solving Pada Siswa Kelas
II Madrasah Aliyah Ma’ari Cepogo.
No.
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
1.
Tinggi
26 -29
13
32,5 %
2.
Sedang
22 -25
20
50 %
3.
Rendah
18 – 21
7
17, 5%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat
problem solving pada siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo berada
dalam taraf tinggi yaitu 32,5 %, taraf sedang yaitu 50% dan taraf rendah
yaitu 17,5 %.
64
B. Analisis Uji Hipotesis
Untuk menghitung korelasi antara positive thinking terhadap
kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif
Cepogo, Boyolali dapat terurai sebagai berikut:
Tabel 16
Tabel Kerja Product Moment Korelasi antara Positive Thinking terhadap
Kemampuan Problem Solving pada Siswa Kelas II Madrasah Aliyah
Ma’arif Cepogo
No.
responden
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24
25.
26.
27.
28.
29.
30.
X
Y
X²
Y²
XY
27
27
25
27
26
28
23
23
24
26
24
27
25
26
26
27
24
25
25
24
22
27
25
28
28
22
20
26
24
24
27
28
25
24
26
28
23
23
24
24
24
27
29
24
21
25
26
23
18
20
21
23
26
27
23
24
23
23
23
20
729
729
625
729
676
784
529
529
576
676
576
729
625
676
676
729
576
625
625
576
484
729
625
784
784
484
400
676
576
576
729
784
625
576
676
784
529
529
576
576
576
729
841
576
441
625
676
529
324
400
441
529
676
729
529
576
529
576
529
529
729
756
625
648
676
784
529
529
576
624
576
729
725
624
546
675
624
575
450
480
462
621
650
756
644
528
460
624
552
552
65
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
∑
21
23
24
25
23
22
22
26
28
21
20
22
24
22
19
20
29
26
27
26
990
961
441
529
576
625
529
484
484
676
784
441
400
484
576
484
361
400
841
676
729
676
420
506
576
550
437
460
638
676
756
546
24.682 23.371 23.894
Dari tabel diatas maka diketahui:
∑X
∑Y
∑X²
∑Y²
∑XY
= 990
= 961
= 24.682
= 23.371
= 23.894
Sehingga perhitungan product moment dari korelasi antara positive
thinking terhadap kemampuan problem solving adalah:
rxy =
rxy =
rxy =
N .∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N .∑ X
2
− (∑ X )
2
}{N .∑ Y
2
− (∑ Y )
2
(40 x23.894) − (990 x961)
{40 x24.682 − 990 }{40 x23.371 − 961 }
2
2
(40 x23.894) − (990 x961)
{40 x 24.682 − 9801`00}{40 x 23.371 − 923521}
955760 − 951390
{987280 − 980100}{934840 − 923521}
4370
rxy =
7180 x11319
4370
rxy =
81270420
4370
rxy =
9016,0108
rxy = 0,484
rxy =
}
66
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, hasil r hitung
adalah 0,484
berada di atas table product moment pada taraf signifikansi 1% = 0,403 dengan
N = 40, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa ada korelasi antara
variable x dan y yang sangat signifikan , berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan koefisien korelasi product moment dalam tabel, dapat
diketahui bahwa r hitung = 0,484 dimana ro berada di atas r table signifikansi
1% yaitu 0,403. Perincian lebih lengkap sebagaimana dalam tabel berikut ini:
Tabel 17
Nilai Product Moment N = 45
N
40
Taraf Signifikansi
5%
1%
0,312
0,403
Dengan demikian dapat diketahui bahwa taraf signifikansi 1% dengan
perbandingan sebagai berikut:
rt = 0, 403
ro = 0,484
Hal ini diartikan bahwa ro > rt 1%
Mencermati hasil di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa ada korelasi yang sangat signifikan antara positive thinking terhadap
kemampuan problem solving.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Merujuk dari hasil penelitian sebagaimana telah dijabarkan pada babbab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat positive thinking pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif
Cepogo, Boyolali berada pada tingkat sedang yaitu 17 siswa (42,5%) dari
40 responden berdasarkan analisis data.
2. Tingkat kemampuan problem solving pada siswa Madrasah Aliyah Ma’arif
Cepogo, Boyolali berada pada tingkat sedang yaitu 20 siswa (50%) dari 40
responden berdasarkan analisis data.
3. Ada pengaruh antara positive thinking
terhadap kemampuan problem
solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali.
Hal ini diperoleh dari hasil perhitungan product moment yakni 0,484 lebih
besar dari r table product moment pada taraf signifikansi 1% 0,403 dengan
N = 40. Dengan demikian ro > rt yang diperoleh dari hasil 0,484 > 0,403
dengan N = 40.
Dengan demikian, hipotesa yang penulis ajukan dapat diterima bahwa
ada pengaruh antara positif thinking ternadap kemampuan problem solving
pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali tahun 2010,
yang mana diperoleh dari perhitungan product moment yaitu 0,484 yang
67
68
berada diatas tabel product moment pada taraf signifikansi 1 % = 0, 403
dengan N = 40.
B. Saran-saran
Setelah penulis mengadakan penelitian di lokasi penelitian tersebut,
maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Siswa.
Diharapkan dengan adanya cara berpikir yang positif dapat
mempersiapkan mental siswa dalam menghadapi sebuah permasalahan
sehingga siswa tersebut dapat terhindar dari rasa frustasi dan putus asa.
Dengan adanya positif thinking di harapkan siswa mampu menghadapi
tantangan dan tetap bersemangat dalam mempersiapkan masa depan.
2. Guru.
Guru sebagai seorang pendidik harus menanamkan cara berpikir
positif bagi anak didiknya, agar mereka menjadi pribadi yang semangat
dan pantang menyerah. Selain itu guru juga perlu memberikan motivasi
kepada anak didiknya ketika mengalami kegagalan. Dengan pemberian
motivasi yang rutin, siswa akan menjadi terbiasa berpikir positif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1983 . Psikologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu.
Al- Uqshori, Yusuf, 2006. Hadapi Masalah Anda. Jakarta: Gema Insani Pers.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. The Law Of Positive Thinking.Yogyakarta::
Gara Ilmu.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek;
Edisi Revisi IV. Jakarta : Rineka Cipta.
Brainsford, D john dan Barry S. Stein, 1984. The Ideal Problem Solver.
United States Of Amerika: W.H Freeman and Company.
Chang, dan Richard Y. 2003. Step by Step Problem Solving. Jakarta : PPM.
Darajat, Zakiyah. dkk. 1999. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
De bono, Edward. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung : Kaifa Mizan Pustaka.
_______________1990. Mengajar Berpikir. Jakarta: Erlangga.
Eldem, Linda, Richard Paul, 2009, 25 Hari Menciptakan Pikiran Positif dan
Menyenangkan, Yogyakarta : Think.
Goleman, Daniel. 1996. Emotional Inteligence. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Gunarsa. 1981. Psikologi untuk Membimbing. Jakarta : Gunung Mulia.
Hadi Sutrisno. 1981. Metodologi
raesearch 1. Yogyakarta : Yayasan
Penerbitan Fak Psikologi UGM.
Peck, Scott. 2007. The Road Less Traveled; Psikologi Baru Pengembangan
Diri. Yogyakarta : Pustaka Baca.
Peale, Norman Vincent. 1996. Berpikir Positif. Jakarta: Binarupa Aksara.
Poerwadarminta, WJS, 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Walgito, Bimo, 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi offset.
www.multiply.com, 21 juli 2010.
www.uinsuka.info, 21 juli 2010.
Yeo, Antony. 1994. Konseling; Suatu Pendekatan Pemecahan Masalah.
Jakarta: Gunung Mulia.
ANGKET
I. Identitas Responden
Nama
:
Jenis Kelamin
:
II. Petunjuk Pengisian
1. Tulislah nama dan jenis kelamin
2. Berilah tanda silang pada jawaban a, b, atau c, yang sesuai dengan yang
anda lakukan, anda alami, atau anda rasakan.
3. Jawablah dengan jujur, karena kerahasiaan jawaban anda terjamin.
III. Item pertanyaan tentang Positive Thinking
.
1. Bagaimana sikap Anda jika Anda dihadapkan pada suatu permasalahan?
a. Saya optimis bisa menghadapi dan menyelesaikan permasalahan itu
dengan baik.
b. Saya ragu, permasalahan tersebut bisa saya selesaikan dengan baik.
c. Saya bingung dan frustasi dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah tersebut.
2. Bagaimana kemampuan Anda dalam menyelesaikan tugas-tugas anda?
a. Saya mampu dalam menyelesaikan tugas-tugas saya.
b. Tergantung berat dan ringannya tugas tersebut.
c. Saya tidak yakin mampu menyelesaikan tugas tersebut, baik itu tugas
yang berat maupun ringan.
3. Bagaimana Anda memandang suatu permasalahan?
a. Masalah adalah suatu hal yang harus dihadapi sebagai proses
pendewasaan diri.
b. Masalah adalah hal yang biasa biasa saja, semua orang pasti
mengalaminya.
c. Masalah adalah suatu beban yang merusak ketenangan hidup saya.
4. Apa yang Anda lakukan jika hal-hal yang negatif muncul dalam pikiran
anda?
a. Berusaha menghilangkannya dan mengalihkannya ke hal-hal yang
positif
b. Pikiran itu lama-kelamaan akan hilang sendiri, sehingga saya tidak
perlu bersusah payah menghilangkannya.
c. Membiarkan pikiran saya berimajinasi kemanapun arahnya.
5. Bagaimana perasaan Anda jika mendapatkan suatu kritikan?
a. Saya senang, karena kritikan itu bersifat membangun bagi saya.
b. Selama kritikan itu tidak menyinggung dan menyakiti hati saya, saya
akan terima.
c. Saya tidak suka menerima kritikan.
6. Bagaimana sikap Anda jika anda mengalami kegagalan?
a. Bangkit kembali untuk meraih keberhasilan, karena kegagalan adalah
keberhasilan yang tertunda.
b. Masalah adalah suatu hal yang wajar dialami semua manusia.
c. Masalah adalah suatu beban yang sangat berat dalam hidup saya.
7. Bagaimana Anda memandang masa depan anda??
a. Optimis akan meraih masa depan yang cerah.
b. Saya belum mempunyai pandangan bagaimana masa depan saya kelak.
c. Saya pasrah, biarlah takdir yang menentukan.
8.
Bagaimana sikap Anda jika anda mendapat tantangan baru?
a. Saya berani menerima tantangan itu karena akan menambah
pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan saya.
b. Saya lebih senang dengan kehidupan yang mulus tanpa ada tantangan.
c. Bagi saya, tantangan hanya akan menyulitkan hidup saya.
9.
Bagaimana sikap Anda jika anda tidak lulus Ujian Nasional?
a. Tetap sabar dan terus berusaha agar kegagalan tersebut tidak terulang
kembali.
b. Saya tidak terlalu memikirkan hal itu, karena masih ada ujian paket C.
c. Saya merasa sedih, kecewa dan malu, sehingga saya tidak berani keluar
rumah.
10. Jika suatu saat Anda diuji oleh Allah dengan cobaan yang begitu berat,
bagaimana sikap anda?
a. Saya tetap tabah dan bersyukur, karena adanya cobaan itu, berarti
Allah masih menyayangi saya.
b. Sebagai seorang hamba Allah, wajar jika saya mengalami cobaan.
c. Saya mengeluh, kenapa Allah memberikan cobaan yang begitu berat
bagi saya.
IV. Pertanyaan tentang problem solving.
1. Bagaimana cara Anda dalam mengambil suatu keputusan?
a. Saya mempertimbangkan secara matang sebelum memutuskan.
b. Saya mengikuti saran orang-orang terdekat saya.
c. Saya membuat keputusan dengan terburu-buru, dari pada saya
kebingungan.
2. Bagaimanakah jika Anda mengalami suatu kesulitan-kesulitan kecil?
a. Kesulitan-kesulitan dengan mudah saya selesaikan.
b. Saya membutuhkan bantuan orang lain dalam menyelesaikan
kesulitan-kesulitan itu.
c. Meskipun kesulitan-kesulitan itu kecil., saya masih berusaha keras
untuk menyelesaikannya.
3. Apa yang Anda lakukan agar tidak timbul suatu masalah?
a. Melakukan dan mengerjakan sesuatu dengan hati-hati dan sesuai
dengan aturan.
b. Tidak melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan yang menimbulkan
masalah.
c. Lebih baik saya tidak melakukan apa-apa, saya memilih mencari
aman.
4. Dalam menyelesaikan suatu masalah, apakah Anda membutuhkan bantuan
orang lain?
a. Saya selalu berusaha sendiri dalam menghadapi masalah itu.
b. Saya membutuhkan bantuan sahabat-sahabat saya.
c. Saya pasrahkan kepada guru BK atau orang tua saya agar memberi
solusi atas masalah yang saya hadapi.
5. Bagaimana cara Anda menemukan solusi permasalahan yang anda hadapi?
a. Berdasarkan pemikiran dan pengalaman saya sendiri.
b. Saya meminta pendapat kepada sahabat-sahabat saya.
c. Saya meminta solusi dari guru BK atau orang tua saya.
6. Jika Anda dihadapkan pada pilihan-pilihan atas solusi masalah anda,
manakah yang anda pilih?
a. Saya selalu memilih yang terbaik bagi saya dan tidak merugikan bagi
semua pihak yang terkait.
b. Saya memilih solusi yang terbaik bagi diri saya sendiri.
c. Bagi saya yang penting masalah cepat selesai, tak peduli apakah itu
merugikan orang atau tidak.
7. kegiatan-kegiatan apa yang akan Anda lakukan untuk menyelesaikan suatu
masalah?
a. Meminta pendapat teman.
b. Mengeluh pada guru BK atau orang tua saya.
c. Saya menghindari masalah tersebut, dan berharap masalah itu hilang
ditelan waktu.
8. Bagaimana cara Anda untuk membuat masalah yang berat terasa menjadi
lebih ringan?
a. Mengubah cara pandang saya bahwa masalah bukanlah suatu beban,
dan mencoba rileks dalam menghadapi masalah tersebut.
b. Meminta bantuan.
c. Cuek terhadap masalah tersebut.
9. Jika Anda melakukan suatu kesalahan dan orang tua anda marah besar,
sehingga mendiamkan anda, apa yang anda lakukan?
a. Melakukan introspeksi diri, memperbaiki dan tidak mengulangi
kesalahan itu lagi.
b. Meminta maaf dan berharap orang tua memaafkan saya.
c. Saya pergi dari rumah, karena saya merasa tidak berguna.
10. Apa yang Anda lakukan jika anda susah memahami suatu pelajaran?
a. Segera menanyakan kepada guru atau teman yang lebih pintar.
b. Diam saja, karena saya tidak berani bertanya pada guru.
c. Tidur saja, sambil menunggu pelajaran usai.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
21 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 juli 1989, lahir seorang bayi mungil dari seorang wanita
bernama Siti Asiyah. Arini Hidayati, nama yang
yang akhirnya diberikan kepada bayi mungil itu yang tak lain
adalah aku pada saat itu oleh
oleh kedua orang tuaku Siti Asiyah dan Tanwirul Qulub, sebuah nama yang berarti
sebuah do’a yang diharapkan akan membawa kebaikan untukku dan keluargaku. Di kota kecil nan bersih
yang di juluki kota susu aku dilahirkan, ya, boyolali adalah kota kelahiranku, tempat aku dibesarkan , tempat
ku menghabiskan masa kecilku dan masa sekolahku. Masa kecilku yang menyenangkan kuhabiskan di TK
tarbiyatul Athfal di desaku sendiri
sendiri tepatnya di Gunung Wijil. Tahun 1994 aku mulai masuk ke Madrasah
Ibtidaiyah Gunung Wijil dan lulus tahun 2000. Setelah itu
itu aku mulai memasuki masa remajaku dan masuk di
MTsN Cepogo yang letaknya juga tak jauh dari rumahku dan tamat pada tahun
tahun 2003. Pendidikanku dari TK
sampain MTs kutempuh di desaku sendiri. Tapi setelah menginjak ke sekolah mene
menengah
ngah atas, aku masuk ke
Madrasah Aliyah Negeri Boyolali yang letaknya jauh dari rumahku. Dan akhirnya setelah aku tamat dari
MAN tahun 2006, akupun harus mulai membiasakan diri hidup jauh dari orang tuaku, karena saat iu aku
mulai kuliah di STAIN Salatiga, kota kecil yang berwarna karena banyak etnis yang terdapat disana. Banyak
pengalaman yang kudapat selama aku kuliah di salatiga aku mulai mendapatkan banyak ilmu, teman,dan
teman,dan
keluarga barun saat aku di pertemukan dengan orangorang-yang yeng begitu baik di beber
beberapa
erapa organisasi yang aku
ikuti..
ikuti.. aku mulai belajar halhal-hal baru selama aku kuliah. Dan insya Allah ilmu yang aku dapatkan akan
berguna untukku sendiri dan untuk masyarakat, serta agama dan juga sebagai bekalku meniti masa depan
yang cerah.
Download