Sistim Komunikasi dan Media Baru Widodo Agus Setianto

advertisement
Sistim Komunikasi dan Media Baru
Widodo Agus Setianto
Pengantar
Media online atau internet merupakan media baru, dapat dikatakan sebagai media
yang paling fenomenal dalam sejarah penemuan dan perkembangan teknologi
komunikasi manusia. Penemuan telepon yang memungkinkan seseorang dapat
berkomunikasi secara personal dengan orang lainnya dalam jarak yang jauh, dan
penemuan radio yang memungkinkan penyebarluasan informasi dan hiburan secara
massif dengan jangkauan yang luas, telah menjadikan dua media komunikasi ini
menjadi media yang cukup fenomenal bagi masyarakat di jamannya. Demikian pula
dengan penemuan televisi sebagai media pandang dengar yang dipandang lebih
fenomenal. Namun penemuan internet atau media online sebagai media baru (new
media) tampaknya memiliki karakteristiknya tersendiri yang membedakan dan
menjadikan media ini sebagai media yang paling fenomenal di antara media-media
lain yang pernah ada.
Kalau boleh dikatakan, saat ini mungkin internet merupakan suatu bentuk capaian
tertinggi yang pernah dicapai manusia yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya,
atau bahkan mungkin capaian terakhir perkembangan teknologi komunikasi manusia
(?). Pendapat ini mungkin terlalu berlebihan, mengingat akal dan budi daya manusia
tidak akan pernah berhenti dalam mengembangkan kebudayaannya. Manusia
memiliki dinamika terkait dengan kehidupan dan lingkungannya, demikian pula
dengan perangkat-perangkat kehidupan yang harus dikembangkannya. Oleh
karenanya berbagai penelitian dan percobaan terus dilakukan oleh para saintis dan
teknolog untuk menyempurnakan dan mengembangkan berbagai perangkat
teknologi komunikasi yang ada.
Namun apapun argumentasinya, hingga saat ini internet merupakan bentuk capaian
tertinggi dalam pengembangan teknologi komunikasi. Setidaknya hingga saat ini
belum terdapat gambaran tentang konsep penemuan dan perkembangan teknologi
komunikasi masa depan kecuali menghimpun teknologi yang sudah ada pada satu
media komunikasi yang kecil berbasis sistim komputer yang sangat kompaktibel
dalam menjalankan semua fungsi komunikasi yang ada (Kurzweil, 1999 : 5). Namun
secara prinsipil semua bertumpu pada sistim komputasi dengan interconnection
networking-nya.
Dengan demikian internet menempati stratum teratas dalam pencapaian teknologi
komunikasi yang memberikan dampak yang revolusioner dalam kehidupan manusia.
Internet bukan hanya mempengaruhi pola pikir dan perilaku individu, namun lebih
1
dari itu adalah keseluruhan aspek dalam kehidupan manusia baik mancakup aspek
sosial, budaya, politik, ekonomi, pertahanan keamanan, hubungan antar pribadi, lintas
bangsa, agama dan negara. Hal ini tentu memberikan implikasi yang sangat luas pada
pola relasi hubungan kemasyarakatan dan sistim komunikasi yang berlaku. Dalam
konteks ini internet dapat berkembang dan menjalankan fungsinya pada dimensi
yang luas sesuai dengan domain kepentingan dari para pemangku kepentingan. Pada
modul 9 ini akan diuraikan mengenai dinamika media baru yang menyangkut
kehadiran internet sebagai media baru dan hubungannya dengan media-media lain
yang terlebih dahulu ada, sejarah internet, pengertian dan sistim kerjanya, serta
dinamikanya dalam sistim komunikasi yang ada.
Dinamika Media Baru
Media Baru VS Media Tradisional
Dalam sejarah perkembangan media, internet merupakan perkembangan terakhir dari
invensi teknologi telekomunikasi. Irfin Fang dan Christina Ross membagi sejarah
perkembangan media berdasarkan pada jenis bentuk medianya, yang terdiri dari
early media, print media, electrical media, mass media dan digital media.1 Early
media merupakan media awal yang digunakan dalam peradaban manusia yakni oral
dan scribal (tulisan). Peradaban komunikasi manusia kemudian beralih pada print
media, yang di dalamnya tercakup printing, publishing, journalism, photography,
advertising dan comics. Perkembangan fase ke tiga dalam invensi teknologi
komunikasi adalah pada electrical media, yang di dalamnya terdapat telegraphy,
telephony, recorded music dan video game. Fase lebih lanjut adalah mass media
yang terdiri dari radio, film dan televisi. Dan jenis bentuk media yang terakhir adalah
digital media, yang di dalamnya terdapat computing dan internet (interconnection
networking).
Sementara Marshal McLuhan membagi sejarah perkembangan media dalam empat
periode masa, yakni ; The Tribal Age,The Age of Literacy, The Print Age, dan The
Electronic Age (Griffin, 2003 : 345-349). The Tribal Age merupakan masa-masa
awal sejarah perkembangan media manusia pada masa pra sejarah hingga
ditemukannya artefak-artefak tertulis yang menandai masa sejarah manusia.
Dikatakan The Tribal Age karena sifat komunalisme masyarakat ketika itu yang
mendasarkan atas entitas kesukuan. McLuhan mengatakannya sebagai an acoustic
community, yakni komunitas masyarakat yang mengandalkan pada kemampuan lisan
dan pendengaran dalam berkomunikasi. Menurut Marshal McLuhan, masyarakat
tribal mengandalkan kemampuan akustik dengan mengembangkan kemampuan
mendengar, menyentuh, merasakan, dan membaui dibandingkan dengan
1
Irving Fang and Kristina Ross . Media History : Timeline by Chronology (1996).
www.mediahistory.umn.edu/time/century.htm/ dinukil tanggal 14 Desember 2010.
2
mengembangkan kemampuan visualisasi. Artinya masyarakat tribal lebih
memberdayakan otak bagian kanan yang mendominasi otak bagian kiri. Indera
pendengaran adalah raja, mendengarkan adalah kepercayaan. Anggota masyarakat
dari budaya oral yang demikian ini tentu saja tidak memiliki kemampuan untuk
mengambil peran sebagai pengamat yang lepas. Pada umumnya mereka bertindak dan
bereaksi secara emotional pada waktu yang sama. Kesesuaian pada kelompok
menjadi norma tanpa pengecualian. Ini merupakan ciri masyarakat primitif yang oleh
McLuhan dikatakan memiliki kehidupan yang lebih kompleks daripada keturunan
mereka yang berbudaya literacy karena pendengaran tidak sama dengan penglihatan,
dan tentu tidak memiliki kemampuan untuk memilih stimuli sebagaimana yang
dapat diamati secara visual.
Peralihan dari masa masyarakat tribal ke masa masyarakat literasi ditandai dengan
ditemukannya phonetic alphabet yang digunakan masyarakat dalam berkomunikasi.
McLuhan menandai masa peralihan tersebut berlangsung selama 500 tahun dari 2000
SM sampai 1500 SM. Di sinilah masyarakat mulai mengembangkan kemampuan
visualnya dalam berkomunikasi dengan menggunakan phonetic alphabet dan
melahirkan apa yang oleh McLuhan dikatakannya sebagai The Age of Literacy.
Penemuan phonetic alphabet melahirkan budaya baru dalam berkomunikasi melalui
kegiatan menulis dan membaca. Pada masyarakat literacy kemampuan mendengar
bertukar dengan kemampuan membaca dengan mengamati objek-objek visual dalam
bentuk alphabet phonetic melalui pandangan mata. Dengan demikian otak bagian kiri
dapat berkembang dalam masyarakat visual. Literacy memungkinkan orang keluar
dari kolektifitas masyarakat tribal dan melibatkan diri dalam kehidupan pribadi yang
bebas dan berbudaya, yang tetap dapat mengakses informasi tanpa harus terkungkung
dalam norma kelompok tribalisme.
Abad 15 M tampaknya menjadi tonggak baru dalam perkembangan sejarah peradaban
manusia khususnya di tahun 1450 M di Jerman ketika Gutenberg menemukan
mesin cetak untuk mencetak pesan-pesan tertulis. Melalui mesin cetak inilah pesanpesan tertulis dapat digandakan dalam jumlah besar dan dapat didistribusikan secara
masif sehingga dapat menjangkau khalayak dalam jumlah yang lebih besar dan lebih
luas. McLuhan menyebutkannya sebagai The Print Age atau era media tercetak yang
melahirkan terbitan–terbitan dan juga pers tercetak yang menurutnya merupakan
prototype dari revolusi industri. The Print Age ini pada akhirnya melahirkan varianvarian keluarannya dalam bentuk percetakan dan penerbitan, jurnalisme, fotografi,
periklanan, dan komik.
Meski masa-masa media tercetak ini telah melahirkan banyak karya-karya tertulis
yang terdokumentasikan dengan baik dan terdistribuskan dengan luas, namun masamasa kejayaan media tercetak segera saja berlalu dengan ditemukannya perangkat
pengirim pesan elektronik oleh Samual Morse pada tahun 1850 M. McLuhan
mengatakan :” the power of the printed word is over : ...had its obituary tapped out
3
by the telegraph”. Telegraph telah menandai masuknya era baru dalam peradaban
masyarakat ke masyarakat berbasis media elektronik. McLuhan menyebutnya
dengan The Electronic Age. Penemuan telegraph segera saja diikuti oleh penemuanpenemuan lainnya di bidang media elektronik lainnya seperti Telephone, Radio, Film
Projector, Phonograph, Television, Photocopier, Answering Machine, Computer,
VCR, Compact Disc, Holograph, Celluler Phone, Fax, DVD, Modem, dan Internet
hingga pada abad 21 ini (Griffin, 2003 : 347).
Dari sequence sejarah invensi teknologi komunikasi baik yang dikemukakan oleh
Irfin Fang, Cristina Ross dan juga Marshal McLuhan, tampak bahwa internet
merupakan invensi teknologi komunikasi yang terakhir dari serangkaian invensi
teknologi komunikasi yang pernah ada, setidaknya hingga untuk saat sekarang ini.
Penemuan internet sebagai media baru tak pelak telah memberikan pengaruh pada
konstelasi dinamika perkembangan media dan menempatkan internet sebagai
kompetitor utama dari media-media yang sebelumnya ada. Hadirnya internet sebagai
media baru telah mengubah konstelasi pola perilaku media audiens, baik dari
distribusi penggunaan media yang semakin tersebar maupun waktu yang diberikan
untuk masing-masing media. Meskipun media televisi masih menduduki peringkat
pertama dalam pola perilaku media audiens, namun tidak dapat dipungkiri bahwa
preferensi dan waktu yang diberikan audiens untuk melihat televisi semakin
berkurang. Joe Mandese dalam tulisannya : “TV's Still The 'Greatest,' But Digital
Technology Is Altering Media Preferences” (2004), menyatakan meski televisi masih
merupakan yang terbesar dari seluruh pengalaman media konsumen dengan
perbandingan 2 : 1 dengan internet, namun apabila ditanya medium yang paling
dipilih, pada umumnya konsumen akan memilih internet.
Dari hasil survey yang dilakukan Insight Express terhadap 500 responden secara
online pada tanggal 17 September 2004 didapatkan data sebagai berikut :
Consumer Preferences By Media Attribute
Provides
Is The
Gives Me
Is The
Is The
MEDIA
Greatest
Most
Greatest
First
Esiest
Experience Informative
Control
I Turn On
To Use
TV
46%
20%
22%
40%
42%
Magazines
3%
5%
3%
1%
3%
Newspapers
3%
23%
9%
12%
7%
Internet
27%
37%
49%
34%
24%
Radio
3%
4%
2%
9%
7%
All Are Equal
18%
11%
15%
5%
17%
Dinukil dari : http://www.mediapost.com/dtls_dsp_news. Tanggal 28 April 2008
4
Dari data tersebut tampak bahwa audiens memilih televisi karena memberikan
pengalaman terbesar dan paling mudah menggunakannya. Sementara audiens
menggunakan internet karena merupakan medium paling informatif dan memberikan
keleluasaan kepada audiens dalam mengontrol penggunaannya. Tetapi secara umum
pengunaan internet sangat kompetitif terhadap televisi dibandingkan dengan mediamedia lainnya.
Dari segi waktu penggunaannyapun bahkan menurut studi yang dilakukan oleh IDC
menunjukkan bahwa waktu penggunaan internet lebih besar daripada waktu yang
digunakan untuk menonton televisi (Sachoff, 2008). Pengguna internet menghabiskan
waktu sebanyak 32,7 jam perminggu, sedangkan pemirsa televisi hanya 16,4 jam
perminggu. Pembaca surat kabar dan majalah terhitung hanya 3,9 jam perminggu,
dan untuk seluruh media lainnya 70,6 jam perminggu.
Penawaran ataupun transaksi yang terjadi melalui internet dengan berbagai variannya
menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini sangat dimungkinkan
karena internet merupakan media yang unik, media untuk audiens global, dan
memberikan keuntungan bagi pemasar dengan biaya yang rendah dan distribusi
informasi yang dapat diakses setiap waktu oleh banyak konsumen di seluruh dunia.
Keunikan internet sebagaimana yang dikatakan oleh Deborah Fallows dan Lee Rainie
(2004), internet mampu menjadi sumber berita, image, dan keperluan lain yang tidak
dapat ditemukan di media yang menjadi mainstream selama ini. Melalui internet
pemasar dapat menjangkau audiens yang luas dengan anggaran pemasaran yang
lebih kecil, dan konsumen secara mandiri dapat mencermati dan membeli produk
maupun pelayanan yang tepat bagi kebutuhan mereka.
Internet
mampu
menghadirkan pesan-pesan penawaran organisasi perusahaan secara tepat dihadapan
konsumen kapanpun mereka menginginkan. Dengan konstelasi dinamika yang
demikian, maka internet hadir vis a vis dengan media-media populer yang
sebelumnya ada, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa internet sebagai media baru
hadir dan berhadapan dengan media-media populer yang kemudian menjadi
tradisional setelah kehadiran internet.
Latar Belakang Keberadaan Internet
Penemuan internet dalam sejarahnya tidak terlepas dari situasi dan kondisi yang
melatar belakanginya. Hampir semua temuan teknologi dilatarbelakangi oleh
tantangan atau kebutuhan masyarakat pada zamannya. Kehadiran internet tidak bisa
dilepaskan dari situasi perang dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dengan
sekutu baratnya melawan Uni Soviet dan rekan-rekannya dari blok komunis sosialis.
Berakhirnya Perang Dunia II menempatkan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai
dua kekuatan raksasa yang saling bersaing dalam menghegemoni dunia. Masingmasing berupaya untuk menancapkan pengaruhnya dalam konstelasi politik
5
internasional, dan berperan sebagai negara super power. Persaingan dalam
memperebutkan supremasi dunia menempatkan Amerika Serikat dan Uni Soviet
dalam berbagai bentuk perlombaan, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi maupun
persenjataan. Uni Soviet berhasil mengembangkan dan meluncurkan satelit Sputnik
dengan roketnya, dan menempatkannya di orbit bumi pada tahun 1957. Ini
merupakan perkembangan teknologi ruang angkasa Uni Soviet yang cukup
menyentak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Keberhasilan Uni Soviet
merupakan bentuk ancaman yang cukup serius terhadap negara-negara barat (Hook,
2007 : 3).
Sebagai respon atas perkembangan teknologi ruang angkasa Uni Soviet, tahun 1958
Amerika Serikat mendirikan Advance Research Project Agency (ARPA) yang berada
di bawah naungan Departemen Pertahanan Amerika Serikat. ARPA didirikan untuk
tujuan militer melalui program-program pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Salah satu riset yang dikembangkan adalah teknologi komputer. Atas
pemikiran J.C.R Licklider tentang sebuah jaringan komputer yang dapat
dihubungkan secara global, maka pada tahun 1962 RAND Corporation mulai
mengembangkan riset jaringan komputer terdistribusi, yang oleh ARPA pada
akhirnya hasil riset ini digunakan bagi kepentingan militer. Jaringan komputer
terdistribusi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, sehingga
apabila terjadi peperangan, sistim informasi dengan jaringan komputer terdistribusi
ini tidak mudah untuk dihancurkan.
Sebagai uji coba terhadap jaringan komputer terdistribusi itu, ARPA
memperkenalkan "Cooperative Networking of Time-sharing Computers" di tahun
1969 dengan ARPANETnya. Jaringan komputer terdistribusi ini melibatkan empat
buah host komputer yang saling terhubung di empat perguruan tinggi di Amerika
yakni University of California Los Angeles, University of California Santa Barbara,
University of Utah dan Standford Research Institute ( Tyrell, 2002 : 2). Tahun 1971
anggota jaringan ARPANET
bertambah menjadi 23. Tahun 1972 ARPA
dikembangkan dan berganti nama dengan The Defence Advance Research Projects
Agency (DARPA). Dan tahun 1973 mulai dikembangkan jaringan dengan beberapa
universitas di luar Amerika seperti di Inggris (University College of London) dan
Norwegia (Royal Radar Establishment). Perkembangan jaringan komputer di bawah
ARPANET ini berkembang pesat, hingga awal tahun 1980 tercatat ARPANET telah
memiliki anggota hingga 213 host yang terhubung (Hook, 2007 : 3). Hal ini tentu
menyulitkan ARPANET dalam melakukan pengaturannya. Untuk itulah ARPANET
dalam perjalanannya pada tahun 1984 dipecah menjadi dua, MILNET bagi keperluan
militer, dan ARPANET bagi kepentingan non militer2. Gabungan kedua jaringan ini
kemudian dikenal dengan nama DARPA Internet.
2
Dave Kristula. The History of the Internet. http://www.davesite.com/webstation/net-history3.shtml.
Diakses tanggal 19 Maret 2010.
6
Kini internet telah merambah seluruh belahan dunia, menjadi teknologi komunikasi
paling populer dan banyak diminati karena berbagai fasilitas dan kemudahannya.
Dalam waktu sembilan tahun terakhir jumlah pengguna internet meningkat cukup
tinggi. Akhir Desember 2000 jumlah pengguna internet dunia baru mencapai
360.985.492 pengguna. Namun pada akhir September 2009 telah meningkat menjadi
1.733.933.741 pengguna dari 6.767.805.208 jumlah penduduk dunia. Ini berarti telah
mengalami peningkatan lebih dari 380 %.3 Pengguna internet dunia menunjukkan
kecenderungan yang akan terus meningkat. Indikasinya dapat dilihat dari tingkat
penetrasi yang juga terus meningkat, yang pada negara-negara industri tingkat
penetrasinya rata-rata melebihi 50 % (antara 51,7 % - 77,3 %). Sebagai contoh Korea
Selatan yang mencapai 77,3 % dari jumlah penduduk, Inggris 76,4 %, Jepang 75,5 %,
Amerika Serikat 74,1 %, Prancis 69,3 %, Jerman 65,9 %. Sementara negara-negara
berkembang secara perlahan juga terus mengalami peningkatan yang dalam sembilan
tahun terakhir telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan seperti halnya Iran
yang mengalami peningkatan 12.780 %, Vietnam 10.881.6 %, India 1.520 %, China
1.500 %, Indonesia 1.400 %, Rusia 1.359,7 %, Brazil 1.250,2 %. Meski
dibandingkan dengan jumlah prosentase penduduknya masih relatif sedikit (rata-rata
kurang dari 30 %, bahkan Indonesia hanya 12, 5 % dari jumlah penduduk), namun
demikian secara kuantitatif merupakan jumlah pengguna internet terbesar di dunia
yakni 738.257.230 pengguna. Pada September 2010 data statistik pengguna internet
di dunia sebagaimana yang dirilis oleh internetworldstat telah meningkat menjadi
1.966.514.816 dari 6.845.609.960 penduduk dunia4.
Pengertian Internet dan Sistim Kerjanya
Internet biasa juga disebut dengan “Net” merupakan sekumpulan komputer dalam
jaringan global yang dapat diakses oleh siapa saja melalui fasilitas komputer dan
modem (Tyrell, 2002 : 1). Yang membedakan internet dengan jaringan komputer
dalam suatu organisasi adalah bahwa jaringan komputer merupakan sistem yang
terdiri atas komputer dan perangkat jaringan lainnya yang bekerja bersama-sama
untuk mencapai suatu tujuan yang sama dalam satu organisasi, sedangkan jaringan
komputer di internet bekerja dalam jaringan yang saling terhubung di seluruh dunia.
Kata internet sendiri berasal dari akronim atau singkatan Interconection Networking,
yakni hubungan komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan
yang terhubung satu sama lainnya di seluruh dunia. Hubungan antar komputer ini
dilakukan melalui jaringan telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan
lainnya.
3
World Internet Usage and Population Statistics. http://www.internetworldstats.com/stats.htm dinukil
tanggal 20 April 2010.
4
Ibid. dinukil tanggal 10 Pebruari 2011.
7
Internet bukan hanya menyangkut teknologi yang digunakan untuk pemeliharaan
hubungan antara sistim komputer, akan tetapi juga struktur bahasa yang digunakan
oleh komputer pada internet tersebut. Untuk memungkinkan terjadinya komunikasi
antar komputer dalam sistim jaringan, maka harus terdapat kesamaan bahasa dalam
sistim jaringan komputer atau protocol, sehingga masing-masing komputer dapat
memahami pesan-pesan yang ditransmisikan dan yang diterima. Protocol yang
digunakan oleh internet adalah apa yang dikenal dengan TCP/IP. Jadi TCP/IP
mengatur integrasi dan komunikasi jaringan komputer pada internet. TCP/IP
bukanlah merupakan protocol tunggal, melainkan terdiri dari dua protocol yang
terpisah, yakni TCP dan IP. TCP singkatan dari Transmission Control Protocol,
merupakan protocol yang bertugas untuk memastikan bahwa semua hubungan
bekerja dengan benar. Dan IP singkatan dari Internet Protocol yang bertugas
mentransmisikan data dari satu komputer ke komputer lain.
TCP digunakan untuk mengatur paket yang dikirim menggunakan protokol internet
(IP), merinci ukuran masing-masing paket, jumlah paket yang diharapkan dan urutan
di mana paket tersebut harus diatur. Juga memeriksa keutuhan paket dan meminta
pengiriman ulang dari pengirim jika menerima paket rusak. Tujuan TCP / IP adalah
membuat komunikasi melalui internet menjadi kuat dan efisien. Penggunaan paket
kecil informasi membuat lebih efisien penggunaan bandwith yang tersedia, karena
banyak paket kecil informasi dapat masuk ke dalam ruang terbatas dengan lebih
mudah dari pada sejumlah kecil paket besar. Masing-masing paket informasi
memiliki otonomi dan menemukan rutenya sendiri antara pengirim dan penerima,
Komunikasi internet memberikan ketahanan yang tidak ditemukan dalam jaringan
komputer tradisional. Dengan kata lain TPC/IP secara umum berfungsi memilih rute
terbaik transmisi data, memilih rute alternatif jika suatu rute tidak dapat di gunakan,
mengatur dan mengirimkan paket-paket pengiriman data.
Untuk dapat menggunakan internet, maka harus memiliki link atau hubungan kepada
penyelenggara jasa internet. Penyelenggara jasa internet (PJI) atau Internet Service
Provider (ISP) adalah badan yang menyelengarakan jasa sambungan internet dan jasa
lainnya yang berhubungan baik domestik maupun internasional.
Karena
penyelenggaraan jasa internet berhubungan dengan penyelenggaraan jasa
telekomunikasi, maka
kebanyakan penyelenggara jasa internet adalah juga
penyelenggaran jasa telekomunikasi yang merupakan perusahaan-perusahaan yang
bergerak di bidang telekomunikasi. Melalui jaringan telekomunikasi ini maka
penyelenggaraan internet dapat berlangsung dan terhubung ke jaringan internet di
seluruh dunia. Jaringan telekomunikasi di sini berfungsi sebagai media transmisi
yang mengalirkan data, wujudnya dapat berupa kabel dengan fasilitas modem, radio
maupun VSAT.
Kabel merupakan sarana penghubung yang mentransmisikan sinyal dari satu tempat
ke tempat lain. Jenisnya dapat berupa kabel tembaga, kabel koaksial, maupun kabel
8
serat optic. Agar sinyal yang dikirimkan dapat diubah menjadi data atau pesan, maka
diperlukan fasilitas lain yang disebut dengan Modem. Modem merupakan singkatan
dari Modulator Demodulator, yang mencerminkan satu perangkat dengan dua sisi
atau fungsi. Modulator merupakan sisi perangkat yang berfungsi mengubah sinyal
informasi menjadi sinyal pembawa yang siap untuk dikirimkan. Sedangkan
Demodulator merupakan sisi perangkat yang berfungsi memisahkan sinyal informasi
dari sinyal pembawa sehingga informasi dapat diterima dengan baik. Cara kerjanya
adalah mengubah data dari komputer yang berbentuk sinyal digital menjadi sinyal
analog. Sinyal analog ini kemudian ditransmisikan melalui jaringan telekomunikasi
baik melalui radio maupun telepon. Modem tujuan menerima sinyal analog yang
dikirimkan ini, dan kemudian mengubahnya menjadi sinyal digital yang dikirimkan
pada komputer. Jadi intinya, yang namanya modem merupakan alat pengirim dan
penerima sinyal yang mengubah sinyal menjadi informasi, sehingga dapat
berlangsung komunikasi dua arah.
Selain melalui kabel, sinyal juga dapat dikirimkan melalui radio dan VSAT.
Pengiriman sinyal melalui radio dilakukan dengan cara modulasi dan radiasi
elektomagnetik. Modulasi dan radiasi elektromagnetik merupakan gelombang yang
merambat melalui udara juga ruang hampa udara. Sementara VSAT (Very Small
Aperture Terminal) merupakan stasiun penerima sinyal yang dikirimkan dari satelit
dengan menggunakan antena penerima yang berbentuk piringan. Fungsi VSAT
adalah menerima dan mengirim sinyal ke satelit, yang oleh satelit sinyal tersebut
dikirimkan kembali ke titik penerima lain di atas bumi.
Di Indonesia sendiri penyelenggara jasa internet (PJI) (Internet Service Provider –
ISP) menggunakan tiga saluran pengirim dan penerima sinyal baik kabel, radio
maupun VSAT dengan satelitnya. Atau secara sistim dibedakan menjadi dua yakni
jalur kabel (dial-up) dengan menggunakan modem melalui jalur telepon biasa, atau
jalur non kabel (jalur lebar /broadband) dengan menggunakan satelit, DSL (Digital
Subscriber Line)5 dan sebagainya. Penyelenggara jasa internet di Indonesia diwadahi
dalam organisasi APJI atau Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet. Lembaga yang
tercatat sebagai perintis dalam bidang penyelenggaraan jasa internet adalah IndoNet,
yang merupakan ISP komersial pertama di Indonesia. Saat ini telah terdapat banyak
penyelenggara jasa internet, yang paling dikenal di antaranya adalah TelkomNet,
Wasantara, IndoNet, Indosat, Speedy dan sebagainya.
Saat ini internet telah berkembang menjadi media komunikasi global dan menjadi
sumber informasi global yang diciptakan dan dipelihara oleh komunitas internet.
Tujuannya adalah untuk kepentingan pertukaran dan penyebar luasan informasi. Ada
dua cara yang dapat digunakan untuk kepentingan pertukaran dan penyebar luasan
5
Digital Subscriber Line adalah satu set teknologi yang menyediakan penghantar data digital melewati
kabel yang digunakan dalam jarak dekat dari jaringan telepon setempat.
9
informasi melalui internet ke seluruh jaringan yang ada. Masing-masing cara
memiliki sedikit perbedaan dalam penyampaian informasinya Dua cara ini
merupakan “protocol” utama dan menonjol pada internet yakni “e-mail dan World
Wide Web (Web atau WWW)”.
E-Mail
Merupakan singkatan dari Electronic Mail yang didefinisikan sebagai “ is
electronically transmitted mail via computer (Frehner, 1978 : 21)”. Email merupakan
sebuah sarana dalam media internet yang digunakan untuk menerima, menyimpan
dan mengirim pesan pada/dari pemakai komputer lain yang saling terhubung di
internet. Melalui email dapat pula disertakan file sebagai lampiran (attachment). Ada
dua cara untuk mengakses surat elektronik.
1. Dengan cara menggunakan 'web mail” atau “web brouwser”', yakni email
yang diakses melalui situs web seperti dengan menggunakan Internet
Explorer atau Firefox untuk mengakses akun email. Metode ini disebut
sebagai web-based, artinya kita menggunakan media web sebagai perantara ke
kotak surat elektronik. Contoh: Yahoo!Mail dan Gmail. Untuk
menggunakannya, pengguna haruslah dalam keadaan online. Layanan surat
elektronik berbasis web biasanya disediakan oleh penyelenggara layanan
email gratis.
2. Menggunakan Mail Client. Mail Client adalah perangkat lunak yang
berfungsi untuk mengatur dan mengelola email secara langsung melalui
komputer tanpa perlu mengakesnya melalui web brouwser, seperti: Eudora
Mail, Outlook Express, Windows Mail, Mozilla Thunderbird, dan Mutt.
Program Mail Client dapat dilakukan
apabila seseorang mengetahui
konfigurasi dari ISP. Keuntungan dengan menggunakan program ini adalah
dapat membaca surat elektronik tanpa perlu terhubung secara terus-menerus
dengan internet, dan puluhan surat elektronik dapat diterima dan dikirimkan
secara bersama-sama sekaligus. Kelebihan yang lainnya adalah perangkat
lunak ini menyediakan fungsi-fungsi penyuntingan dan pembacaan email
secara offline. Dengan demikian biaya koneksi ke internet dapat dihemat
(Studio, 2010: 87-90).
World Wide Web
WWW (World Wide Web), merupakan kumpulan web server dari seluruh dunia yang
berfungsi menyediakan data dan informasi untuk dapat digunakan bersama (Ukar,
2006). WWW atau biasa disebut web adalah bagian yang paling menarik dari
Internet. Melalui web, dapat mengakses informasi-informasi yang tidak hanya berupa
teks tetapi bisa juga berupa gambar, suara, video dan animasi.
10
Fasilitas ini tergolong masih baru dibandingkan email, sebenarnya WWW merupakan
kumpulan dokumen-dokumen yang sangat banyak yang berada pada komputer server
(web server), di mana server-server ini tersebar di lima benua termasuk Indonesia,
dan terhubung menjadi satu melalui jaringan Internet. Dokumen-dokumen informasi
ini disimpan atau dibuat dengan format HTML (Hypertext Markup Language). Suatu
halaman dokumen informasi dapat terdiri atas teks yang saling terkait dengan teks
lainnya atau bahkan dengan dokumen lain. Keterkaitan halaman lewat teks ini disebut
hypertext. Dokumen infomasi ini tidak hanya terdiri dari teks tetapi dapat juga berupa
gambar, mengandung suara bahkan klip video. Kaitan antar-dokumen yang seperti itu
biasa disebut hypermedia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa WWW adalah sekelompok dokumen multimedia yang
saling terkoneksi menggunakan hyperteks link. Dengan mengklik hyperlink, maka
bisa berpindah dari satu dokumen ke dokumen lainnya.
Selain E-mail dan WWW (World Wide Web), terdapat istilah-istilah lain yang sering
digunakan dalam mengakses internet, di antaranya adalah :






Web Site (Situs Web), merupakan tempat penyimpanan data dan informasi
dengan berdasarkan pada topik tertentu. Diumpamakan situs Web ini adalah
sebuah buku yang berisi topik tertentu.
Web Pages (Halaman Web), merupakan sebuah halaman khusus dari situs Web
tertentu. Diumpamakan halaman Web ini adalah sebuah halaman khusus buku
dari situs Web tertentu.
Homepage, merupakan halaman awal dari suatu Web Site, atau sampul halaman
yang berisi daftar isi atau menu dari sebuah situs Web.
Browser (Web Brouwser), merupakan program aplikasi atau perangkat lunak
yang digunakan untuk membuka Web Site dengan cara mengisi alamat situs
tersebut pada kotak address.
HTML merupakan singkatan dari Hyper Text Markup Language, merupakan
bahasa atau kode yang ditulis di text editor untuk ditampilkan pada Web
Brouwser.
HTTP merupakan singkatan dari Hyper Text Transfer Protocol, merupakan
protocol transfer yang memungkinkan untuk mentransfer dan menghubungkan
halaman-halaman web. (Kuswayatno, 2006 : 65-69)
Rangkuman
Internet merupakan media baru, dan dapat dikatakan sebagai media yang paling
fenomenal dalam sejarah penemuan dan perkembangan teknologi komunikasi
manusia. Kehadiran internet telah menggeser peran dari media-media yang terlebih
dahulu ada. Peran internet bukan hanya mempengaruhi pola pikir dan perilaku
11
individu, namun lebih dari itu adalah keseluruhan aspek dalam kehidupan manusia
baik mancakup aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, pertahanan keamanan,
hubungan antar pribadi, lintas bangsa, agama dan negara. Hal ini tentu memberikan
implikasi yang sangat luas pada pola relasi hubungan kemasyarakatan dan sistim
komunikasi yang berlaku.
Internet disebut juga dengan “Net” adalah singkatan dari Interconection Networking,
merupakan sekumpulan komputer dalam jaringan global yang dapat diakses oleh
siapa saja melalui fasilitas komputer dan modem dengan fasilitias pengiriman sinyal
melalui jaringan telekomunikasi.
Yang membedakan internet dengan jaringan
komputer dalam suatu organisasi adalah bahwa jaringan komputer merupakan
sistem yang terdiri atas komputer dan perangkat jaringan lainnya yang bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama dalam organisasi, sedangkan
jaringan komputer di internet bekerja dalam jaringan yang saling terhubung di
seluruh dunia yang dapat diakses secara bebas.
Untuk dapat menggunakan internet, harus memiliki link atau hubungan kepada
penyelenggara jasa internet. Penyelenggara jasa internet (PJI) atau Internet Service
Provider (ISP) adalah badan yang menyelengarakan jasa sambungan internet dan jasa
lainnya yang berhubungan baik domestik maupun internasional. Penyelenggara jasa
internet biasanya mengenakan tarif bulanan kepada pengguna jasa internet. Saat ini
terdapat banyak penyelenggara jasa internet, dan yang menjadi perintis dan
penyelenggara jasa internet komersial pertama adalah IndoNet. Penyelenggara jasa
internet yang paling dikenal saat ini di antaranya adalah TelkomNet, Wasantara,
IndoNet, Indosat, Speedy dan sebagainya.
12
Ikhtisar Sistim Komunikasi Indonesia dan Dinamika Media Baru
Re-Konfigurasi dalam Menghadapi Media Baru
Kehadiran internet sebagai media baru telah menyebabkan terjadinya perubahan
pada konfigurasi peran dan bisnis media. Media-media yang sebelumnya telah
memiliki konfigurasi peran dan bisnis yang mapan seperti televisi, radio, surat kabar,
dan majalah harus merumuskan kembali langkah bisnisnya terkait dengan persaingan
yang ada. Bukan hanya dengan sesama media massa konvensional, akan tetapi
dengan media baru yang bernama internet. Oleh karenanya media massa
konvensional pada dekade 80 an mulai merapatkan barisan mengonsolidasikan diri
dalam kerangka re-konfigurasi untuk menetapkan posisi, peran dan prospek bisnis
menghadapi perubahan yang ada.
Di industri media massa massa kebijakan konsolidasi internal dalam menghadapi
perubahan adalah dengan membentuk konglomerasi media. Konsolidasi internal /
merger/akuisisi pada dasarnya dilakukan untuk memperkuat posisi perusahaan media
massa agar tidak tersingkir dari berbagai perubahan yang terjadi dan persaingan
bisnis di antara pelaku-pelaku bisnis media lainnya. Selain itu juga untuk efisiensi
dan optimalisasi berbagai sumber daya yang ada dalam rangka peningkatan
produktifitas dan pencapaian keuntungan yang maksimal. Meski dampak dari
konglomerasi media dalam bentuk terkonsentrasinya kekuasaan industri media pada
pengusaha atau kelompok pengusaha tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya
distorsi fungsi dan isi media telah jauh hari disadari, namun hal tersebut merupakan
keniscayaan yang memang harus terjadi dalam arus perubahan global yang demikian
cepat dalam atmosfir ekonomi yang liberal kapitalistik. Sehingga kecenderungan
kekuasaan media yang memusat untuk melayani kepentingan-kepentingan ekonomi
dan politik pemilik kapital tidaklah terhindarkan (Altschull, 1984).
Merger/akuisisi kepemilikan industri media yang memusat pada satu pengusaha atau
sekelompok pengusaha bukan hanya menjadi fenomena di negara-negara industri
maju seperti Amerika Serikat misalnya, akan tetapi sudah menjadi perilaku bisnis dari
banyak pengusaha media di berbagai belahan dunia. Severin dan Tankard (2001)
memberikan ilustrasi bagaimana merger atau akuisisi terjadi di perusahaanperusahaan media di Amerika. Tahun 1985 Radio Corporation of America (RCA)
dibeli oleh General Electric seharga 6,28 Milyar Dollar Amerika, dan kemudia RCA
membeli National Broadcasting Corporation (NBC) beserta tujuh stasiun televisi di
kota-kota besar dan juga beberapa penerbitan. Dengan membeli media-media
tersebut, pada tahun 1993 General Electric membukukan pendapatan terbesar ketiga
13
secara nasional dalam penghasilan komunikasi elektronik, yakni senilai 3,1 Milyar
Dollar Amerika.
Tahun 1985 jaringan televisi terbesar ke tiga di Amerika yakni ABC dibeli oleh
Capital Cities Communication senilai 3,5 Milyar Dollar Amerika. Pada saat itu ABC
memiliki 5 stasiun televisi di kota-kota besar, 12 stasiun radio, satu penerbitan, dan
satu perusahaan film dengan pendapatan tahun 1984 sebesar 3,7 Milyar Dollar
Amerika. Sementara Capital Cities Communication pada tahun yang sama adalah
pemilik dari 7 stasiun televisi, 12 stasiun radio, 8 penerbitan surat kabar harian, 9
surat kabar mingguan, dan beberapa stasiun televisi kabel. Namun pada tahun 1995
Walt Disney mengambil alih kepemilikan Capital Cities Communication/ABC
dengan harga sebesar 19 Milyar Dollar Amerika dan menjadikannya sebagai
perusahaan media dan hiburan terkuat di dunia.
Tahun 1985 Westinghouse mengambil alih kepemilikan CBS dengan harga 5,4
Milyar Dollar Amerika. Pembelian CBS oleh Westinghouse ini mengakibatkan
mergernya 16 stasiun televisi, 21 stasiun radio FM dan 18 stasiun radio AM yang
sebelumnya berada di bawah CBS. Pada tahun 1999 CBS yang berada di bawah
Westinghouse merger dengan Viacom yang dalam sejarah tercatat sebagai merger
terbesar dengan nilai 37, 3 Milyar Dollar Amerika. Merger dengan Viacom ini
dimaksudkan untuk menjadi perusahaan media terbesar kedua di dunia setelah TimeWarner.
Tahun 1989 Time Inc. sebuah perusahaan penerbitan terbesar melaksanakan merger
dengan Waner Communication. Dengan merger ini menjadikan Time Inc/Warner
Communication menjadi perusahaan media terbesar di dunia, perusahaan video
terbesar di dunia, dan perusahaan televisi kabel terbesar kedua di dunia yang
beroperasi di lima benua. Time Inc. tidak hanya menerbitkan majalah Time, Fortune,
Sport, Money, dan People, akan tetapi juga menerbitkan buku-buku, surat kabar
mingguan; juga merambah pada bisnis film, siaran televisi, televisi kabel, investasi,
bubur kertas, dan sebagainya. Tahun 1995 Time Inc. dan Warner Communication
membeli Turner Broadcasting sebesar 7,5 Milyar Dollar Amerika dalam kerangka
ambisinya untuk menjadikannya sebagai sarana hiburan terbesar di dunia.
Di industri surat kabar, jaringan surat kabar terbesar di Amerika “Gannet”, selain
menerbitkan USA Today juga menerbitkan 86 media harian, mingguan, dan dua
mingguan lainnya. Selain itu juga memiliki stasiun televisi, radio, stasiun kabel,
sindikasi televisi, dan perusahaan periklanan outdoor terbesar di Amerika Utara.
“Knight Ridder” jaringan surat kabar lainnya di Amerika memperluas bidang
usahanya dengan membeli 4 media harian lainnya meski sebelumnya telah memiliki
dan mengelola 27 surat kabar harian. Masih banyak contoh-contoh lain tentang
praktek penguasaan industri media melalui merger dan akuisisi yang terjadi di bisnis
media, sebagai salah satu bentuk kebijakan perusahaan untuk mempertahankan,
14
meningkatkan, memenangkan dan mengembangkan bisnisnya di tengah perubahan
lingkungan bisnis dan persaingan global.
Namun demikian, kehadiran internet sebagai media baru tetaplah merupakan
ancaman yang sangat potensial dalam menggusur dan merebut peluang bisnis media
massa sebagai media konvensional. Meskipun pemilik media massa telah melakukan
penguasaan struktur kepemilikan dengan pengambil alihan berbagai media, namun
internet merupakan spesies lain dari media yang sangat berbeda dalam hal spesifikasi
maupun karakteristiknya. Mengabaikan atau bersaing secara vis a vis dengan media
internet merupakan suatu pengingkaran terhadap keniscayaan keunggulan invensi
teknologi dan dinamika kehidupan yang mengiringinya. Sehingga diperlukan
kebijakan yang memungkinkan media massa dapat berjalan bersinergi dengan media
baru ini.
Pada waktu sebelumnya mungkin tidak terpikirkan untuk menyinergikan media
massa dengan internet, mengingat keterbatasan perangkat lunak pendukung dan
tingginya biaya dalam pengoperasionalannya di banding dengan nilai komersialnya.
Akan tetapi seiring dengan perkembangan teknologi yang menyertainya, serta
pesatnya lonjakan pertumbuhan pengguna internet sejak tahun 2000, maka internet
berkembang menjadi media yang memiliki nilai komersial yang tinggi. Tak
mengherankan kalau kemudian sejak tahun 2000 banyak upaya dilakukan untuk
menyinergikan media massa dengan internet melalui pentransmisian konten media
massa secara online melalui media internet.
Kurun waktu 2000-2005 adalah menjadi kurun waktu penjajagan, konsolidasi, dan
diseminasi bagi banyak industri media untuk menggunakan internet sebagai media
alternatif perluasan cakupan media yang dimiliki. Pada kurun waktu inilah banyak
bermunculan portal-portal suratkabar, radio online, video online, televisi online yang
menjadi suatu aktifitas populer di dunia. Tidak kurang dari 1 milyar pengguna
internet pada tahun 2006 mengakses program video dan acara televisi secara online6
Situs utama semacam Shockinghumor, YouTube, MSN Video, Yahoo dan Google
banyak digunakan sebagai vendor sarana pembawa program dan pesan perluasan
cakupan industri media. Pada waktu yang sama berkembang jaringan televisi seperti
The Vine Broadband Channel, MTV yang berpartner dengan YouTube, NBC, ABC,
Discovery Channel dan sebagainya.
Kecenderungan global yang terjadi tidak hanya mengimbas pada pemain-pemain
utama dalam arus globalisasi, namun juga pada seluruh komponen bangsa dan negara
di seluruh dunia. Indonesia merupakan negara yang berada dalam pusaran arus
globalisasi di antara pemain-pemain utamanya. Dengan potensi alam yang berlimpah
dan potensi sumber daya manusia yang besar, Indonesia adalah pasar yang potensial
6
http://www.onlinetvblog.com/2008/03/29/a-brief-history-of-online-video-streaming/.
15
bagi berbagai komoditas penopang perekonomian negara-negara industri maju.
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah
Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia adalah lebih besar dari
2/3 jumlah keseluruhan penduduk Amerika Serikat atau negara-negara yang
tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa. Indonesia adalah negara dengan
jumlah pengguna internet ke 14 terbesar dari 20 pengguna internet terbesar di dunia,
dan ke 4 terbesar dari 35 negara pengguna internet di Asia. Indonesia adalah salah
satu negara dari 10 negara dengan pertumbuhan belanja iklan terbesar di dunia.
Semua menggambarkan besarnya potensi Indonesia sebagai pasar berbagai
kepentingan yang potensinya masih akan terus berkembang. Dengan demikian
banyak kepentingan-kepentingan strategis yang ditanamkan negara-negara industri
maju dalam kaitannya dengan hegemoni dan dominasi ekonomi politik melalui
berbagai wacana dan infrastruktur penopang kehidupan masyarakatnya.
Media dan iklan merupakan infra struktur penopang kehidupan masyarakat yang
sangat strategis bagi pengembangan wacana ekonomi politik dan idiologi konsumsi
masyarakat. Fenomena yang terjadi sebagaimana halnya trend yang terjadi di negaranegara industri maju juga mengimbas dan menunjukkan tanda-tandanya terjadi di
Indonesia.
Konvergensi Media
Hadirnya internet sebagai media baru tidak seharusnya disikapi secara ”vis a vis”
sebagai pesaing yang mengancam eksistensi media massa konvensional dalam
mendapatkan kue iklan. Setiap media memiliki keunggulan dan kelemahannya, dan
memiliki responsibility dan accountability masing-masing dalam kaitannya dengan
digital divide atau kesenjangan antara yang memiliki akses dan kontrol kepada
teknologi baru dengan mereka yang tidak memilikinya (Norris, 2001). Fokus
pelayanan dari media adalah penyajian berbagai informasi kepada publik dengan
menggunakan berbagai saluran yang memungkinkan setiap publik dapat mengakses
informasi yang diperlukannya dengan perlakuan dan hak yang sama di setiap saat di
setiap waktu. Diseminasi informasi melalui berbagai saluran media memungkinkan
bagi publik untuk dapat mengakses dan melengkapi berbagai informasi yang
diperlukannya dalam kerangka memenuhi kebutuhannya akan informasi atau
pengetahuan tertentu. Pada sisi lainnya, penggunaan berbagai saluran informasi oleh
institusi media atau penyampai informasi akan menjamin bagi konsistensi isi pesan
yang disampaikan, yang pada tingkat tertentu akan menciptakan efek yang integratif
pada bingkai pengetahuan dan pengalaman publik. Hal ini memungkinkan
tumbuhnya hegemoni media atas wacana tertentu yang menjadi agenda penyajian
informasi. Oleh karenanya kehadiran media baru seharusnyalah ditempatkan dalam
kerangka lebih luas, yakni sebagai media yang secara bersama-sama menjadi wahana
16
bagi penyebaran informasi kepada publik dengan akses seluas-luasnya demi menjaga
dan menegakkan demokrasi bagi kebebasan
mengemukakan pendapat dan
mendapatkan informasi, dan secara fungsional menjadi sarana menghimpun opini
publik atas wacana-wacana tertentu.
Dengan kehadiran media baru dan tuntutan dinamika kebutuhan publik akan
informasi yang semakin komprehensif, maka media massa yang selama ini menjadi
media utama dalam penyebaran informasi dan penyampai pesan-pesan periklanan
dituntut keniscayaannya untuk melakukan konvergensi dengan media lain.
Konvergensi media merupakan hal yang tak terelakkan untuk menjamin eksistensi
dari masing-masing media yang ada dan dalam kerangka memenuhi aspirasi
pengguna media yang semakin berkembang. Konvergensi media adalah kerja
bersama ketika media massa tradisional seperti media cetak, radio, televisi, dan film
bersinergi, berkalaborasi, dikombinasikan dengan teknologi baru seperti televisi
kabel, internet, mobile phone dan data base. Dengan konvergensi media ini maka
selain fungsi pelayanan sebagai penyampai informasi menjadi semakin compactible
dan komprehensif, distribusi informasinya juga semakin cepat dan semakin luas
menjangkau seluruh segmen publik.
Meski diyakini tidak akan ada satupun jenis media yang akan membunuh jenis media
lainnya, karena masing-masing memiliki karakter berbeda, menjadikan masingmasing media ketat dengan karakternya justru akan mengurangi kemampuan media
itu dalam memberikan pelayanannya kepada publik. Publik akan lebih memilih media
yang lebih aspiratif terhadap kepentingan dirinya, baik dari segi isi informasi maupun
kemudahan dan keleluasaan dalam menggunakan atau mengaksesnya. Menjamurnya
media online atau portal berita dari sejumlah penerbitan surat kabar ataupun siaran
televisi yang dapat diakses melalui media virtual, ataupun penggunaan pola-pola
liputan pada media virtual yang diterapkan oleh media televisi dalam meng “up date”
berbagai informasi yang ditayangkan, menunjukan bahwa konvergensi media
menjadi pilihan cerdas dalam menyikapi hadirnya media baru dan dalam
memperluas kanal atau jalur lalu lintas informasi kepada publik. Konvergensi media
bukan saja memperkaya informasi yang disajikan, melainkan juga memberi pilihan
kepada khalayak untuk memilih informasi yang sesuai dengan selera mereka.
Konvergensi media memberikan kesempatan baru yang radikal dalam penanganan,
penyediaan, penyebaran dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik yang bersifat
visual, audio, data dan sebagainya (Preston: 2001).
Sebagaimana dikemukakan oleh M. Gunawan Alif (2008), tantangan media dan
periklanan yang didorong oleh perkembangan cepat teknologi komunikasi dan
informasi adalah pada konvergensi media. Media baru telah menyebabkan terjadinya
perubahan pada media habit dan pola konsumsi media masyarakat. Kondisi ini
mendorong sejumlah industri media seperti industri penerbitan melakukan investasi
untuk mendidik pembaca agar masih mau membaca penerbitan mereka. Ini
17
memerlukan kecerdasan dalam mengelola kandungan isi yang dapat menarik
perhatian konsumen dalam jumlah besar, selain juga dengan melakukan perkawinan
dengan berbagai media baru yang ada. Melalui konvergensi, kedalaman isi
suratkabar, drama televisi, dan kekuatan (data) dari internet, dapat dipadukan menjadi
satu. Masing-masing media tetap memproduksi isi (berita) dengan bentuk dan gaya
mereka. Kerja bersama mereka dikumpulkan, disesuaikan, dan ditampilkan melalui
teknologi komunikasi yang paling baru.
Melalui konvergensi, industri media menjadi industri komunikasi, dengan penekanan
pada “informasi itu milik masyarakat”. Dengan sendirinya, konvergensi tersebut juga
ikut mengubah seluruh hakekat, corak, dan cara penyampaian berita secara
menyeluruh. Demikian pula iklan sebagai salah satu dari isi media, tampilannyapun
juga bergerak sejalan dengan pergerakkan dari media penyampainya. Selain dengan
menggunakan media-media tradisional sebagaimana yang dikenal selama ini,
keberadaan media baru melahirkan sebuah kebutuhan untuk menjangkau khalayak
yang sesuai dengan karakter dari para pengguna media baru yang bersifat virtual
tersebut. Hakekat dari periklanan adalah menjangkau konsumen sebanyak-banyaknya
dengan membuka berbagai saluran informasi yang memungkinkan pengiklan dapat
berkomunikasi dengan calon konsumennya. Hanya melalui konvergensi medialah
maka iklan akan dapat mencapai tujuan ini.
Media dan iklan merupakan infrastruktur penopang kehidupan masyarakat yang
sangat strategis bagi pengembangan wacana ekonomi politik dan ideologi konsumsi
masyarakat. Fenomena yang terjadi sebagaimana halnya kecenderungan yang terjadi
di negara-negara industri maju juga mengimbas dan menunjukkan tanda-tandanya
terjadi di Indonesia sebagai akibat dari perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi yang memunculkan media baru dan kecenderungan terjadinya konvergensi
di antara media yang ada.
Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki pertumbuhan cukup tinggi dari
10 negara dengan pertumbuhan belanja iklan tertinggi yakni 85,4 %. Belanja iklan
pada tahun 2007 sebagaimana yang dikemukakan Nielsen Media Research Indonesia
tercatat sekitar Rp 35,1 triliun (Bisnis Indonesia, 25/01/2008). Tahun 2006 Rp.
30,026 triliun, tahun 2005 Rp 25,58 triliun, tahun 2004 Rp 22,212 triliun, tahun
2003 Rp 16,801 triliun, tahun 2002 Rp 12,368 triliun, tahun 2001 Rp 9,084 triliun,
dan tahun 2000 belanja iklan tercatat Rp 7,123 triliun (Cakram, 12/2006). Perolehan
belanja iklan masih didominasi oleh media utama khususnya televisi dengan media
share 60 %, suratkabar 30 %, majalah 4 %, dan sisanya untuk media lainnya. Internet
masih belum mampu menggeser media utama dalam perolehan belanja iklan. Akan
tetapi jumlah pengguna internet yang terus meningkat tentu akan merupakan pasar
iklan yang potensial, yang bisa mengancam eksistensi pasar iklan media cetak,
bahkan ke depan pasar iklan televisi bisa tersaingi.
18
Indra Abidin selaku Presiden Asosiasi Periklanan Internasional (IAA) menyatakan
bahwa belanja iklan di internet akan mengalami peningkatan cukup pesat. Sepanjang
tahun 2007 saja pertumbuhan belanja iklan di media generasi baru ini telah mencapai
45 % lebih, sementara televisi mengalami pertumbuhan 12 % dan media surat kabar
17 %. Dalam sepuluh tahun mendatang, kue iklan di media internet diperkirakan
mencapai 10 hingga 15% dari total belanja iklan nasional (Abidin, 2008). Memang
untuk Indonesia, potensi seperti di atas masih perlu menunggu waktu, belum saatnya
untuk membandingkan nilai finansial di antara keduanya (Aryani, 2006).
Bertambahnya jumlah media iklan dengan kehadiran media baru yang bersifat virtual
tidak seharusnya disikapi sebagai pesaing yang akan merebut dan mematikan media
konvensional yang sebelumnya ada. Justru kehadiran media baru seharusnya disikapi
sebagai mitra yang bekerja bersama-sama untuk membangun pengaruh dalam
kerangka menciptakan marketing influence bagi produk-produk yang diiklankan.
Untuk itu perlu suatu jalinan strategis di antara media periklanan yang ada dengan
mengembangkan sebuah kalaborasi media melalui konvergensi di antara media
periklanan yang ada.
Ikhtisar Sistim Komunikasi Indonesia
Dari serangkaian uraian yang dikemukakan, nampak bahwa Indonesia menempati
posisi yang unik dalam kaitannya dengan sistim komunikasi dan kondisi sosial yang
melingkupinya. Berbeda dengan negara-negara industri yang telah lebih dulu
mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya, perkembangan teknologi
komunikasi berjalan seiring dengan perkembangan masyarakatnya. Jadi
perkembangan teknologi di negara-negara industri maju berjalan konstan dan linier
seiring dengan perkembangan kondisi sosial budaya masyarakat pendukungnya. Pada
perspektif fungsionalisme sebagaimana dikemukakan oleh Robert K. Merton,
perkembangan masyarakat di negara-negara maju terjadi secara evolutif, meski tidak
menuruti ketetapan garis waktu pada periodesasi yang sama. Namun pergerakkan
perubahan masyarakat terus berjalan. Hal ini bisa dibuktikan misalnya dengan
sejarah perkembangan media yang ditulis oleh Irfin Fang dan Kristina Ross melalui
tulisannya yang berjudul Media History : Timeline by Chronology (1996).
Irfin Fang dan Kristina Ross membuat kronologi sejarah perkembangan media
menurut garis waktu. Dimulai dari 75.000 tahun sebelum masehi hingga dekade
pertama pada milenium ketiga ini. Untuk mencapai perkembangan kebudayaan
manusia dalam hal teknologi komunikasi sampai pada media cetak paling tidak
memerlukan perjalanan waktu sekitar 76.500 tahun, setelah sebelumnya kebudayaan
manusia menemukan perangkat komunikasi lisan dalam bentuk huruf dan alphabet
phonetic serta media tulis lainnya. Namun beranjak pada era masyarakat modern
dengan berkembangnya media elektronik, maka telah terjadi percepatan
19
perkembangan teknologi dengan lompatan-lompatan teknologi yang terjadi demikian
cepat. Misalnya saja ketika ditemukan telegraph elektronik oleh Samuel Morse pada
tahun 1837, hal ini dengan serta merta mendorong terjadinya percepatan penemuanpenemuan lain di bidang teknologi komunikasi. Dengan mengadopsi sistimatika
invensi teknologi komunikasi yang disusun McLuhan, secara berurutan dapat
diidentifikasi berbagai invensi teknologi komunikasi yang berkembang sejak
pertengahan abad ke 19 hingga akhir abad ke 20 sebagai berikut :
Invensi teknologi
Inventor
Telegraph
Samuel Morse
Telephone
Elisha Grey dan Alexander Graham Bell
Phonograph
Thomas Edison
Radio/Catredal Radio
Marconi
Film Projector
Charles Francis Jenkins & Thomas Armat.
Television
Philo T. Fransworth
Photocopier
Chester F. Carlson
Answering Machine
Willy Muller
Computer
Harles Paulson Ginsberg
Compact Disc
James Rusell
Holography
Stephen A. Benton
Cellular Phone
Martin Coper
Modem
Dennis Hayes and Dale Heatherington
Faximile
Xerox
DVD
Konsorsium (Toshiba, Sony, Matshusita,etc)
Internet Service Provider The ARPANET
Adaptasi invensi teknologi McLuhan (Griffin, 2003)
Tahun
1835
1870
1877
1895
1895
1922
1930
1935
1952
1956
1968
1973
1977
1980
1980
1980
Lompatan-lompatan invensi teknologi komunikasi terjadi dengan jarak waktu dalam
hitungan puluhan tahun. Namun semakin mendekati titik akhir abad ke 20, invensi
teknologi berlangsung semakin cepat, lompatan invensinya hanya dalam hitungan
bilangan tahun bahkan dalam tahun yang sama dapat muncul beberapa invensi
teknologi sekaligus sebagaimana terdapat dalam nukilan berikut ini :
Innovations
Atanasoff–Berry Computer - electronic digital computer - 1939
Z3 - first general-purpose digital computer - 1941
ENIAC general purpose electronic digital computer - 1946
Earliest form of the Internet - 1969
Personal Computer - late 1970s
Email - 1971
World Wide Web - 1989
Laptop - 1990's
Cellular phones -1984, mainstreamed late 1990s and early 2000s
Webcams 1990s mainstreamed 2000s
20
Digital Television 1990s mainstreamed 2000s
Broadband mainstreamed 2000s
Wireless networking - early 2000s
Wireless Headphones - early 2000s
Online gaming communities 2000s
GPS mainstreamed mid-2000s
Satellite radio - circa 2003
Bluetooth - early-to-mid 2000s
DAB -Digital Radio 2004
Digital Audio Player - mainstreamed early 2000s
Digital Video Recorders (c. 1999) mainstreamed early-to-mid-2000s
HDTV mainstreamed early-to-mid 2000s
Dinukil dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Information Age , 8 April 2010
Data-data di atas menunjukkan akselerasi dalam hal teknologi komunikasi dan
informasi yang membawa manusia pada peradaban baru, peradaban post industrial
atau peradaban masyarakat informasi. Demikian perubahan sosial yang terjadi di
negara-negara barat yang berlangsung secara evolutif, perkembangan masyarakat
berjalan seiring dengan perkembangan teknologi yang menopang kehidupannya.
Hal yang berbeda dialami oleh Indonesia dan negara-negara lain yang termasuk
dalam negara dunia ketiga atau negara-negara yang sedang membangun. Negaranegara dunia ketiga pada dasarnya merupakan negara-negara baru yang terbentuk
pasca kolonialisme khususnya setelah berakhirnya Perang Dunia II. Secara sosiologis
negara-negara dunia ketiga ini masih berada pada fase pertama perkembangan
peradaban masyarakatnya, yakni fase peradaban masyarakat agraris. Sementara
negara-negara lain khususnya yang termasuk dalam negara-negara barat telah
memasuki fase ketiga perkembangan masyarakatnya yakni fase peradaban
masyarakat informasi setelah sebelumnya mencapai fase peradaban masyarakat
industrial.
Upaya untuk mengejar ketertinggalan agar menjadi sejajar dengan negara-negara
maju lainnya, menjadikan negara-negara dunia ketiga melakukan percepatan
pembangunan di semua lini kehidupan
masyarakat melalui modernisasi
pembangunan. Modernisasi pembangunan pada akhirnya memerlukan perangkat
teknologi yang dikembangkan oleh negara-negara maju. Hal ini menyebabkan
negara-negara dunia ketiga menjadi pasar bagi berbagai teknologi dan hasil industri
yang dikembangkan oleh negara-negara barat, tak terkecuali teknologi komunikaasi
dan informasi. Situasi yang demikian ini menempatkan masyarakat negara-negara
dunia ketiga pada situasi anomie dimana masyarakat berada pada nilai-nilai yang
berbeda dari tiga fase peradaban yang berlangsung pada satu fase periode waktu.
Artinya pada fase waktu atau kurun waktu yang sama, masyarakat dihadapkan pada
tiga fase peradaban sekaligus, yakni peradaban masyarakat agraris, peradaban
masyarakat industrial, dan peradaban masyarakat informasi. Tidak mengherankan
kalau kemudian di negara-negara dunia ketiga dengan mudahnya kita dapatkan
21
tipologi dari tiga representasi peradaban ini di masyarakat ataupun pada
percampurannya.
Indonesia sebagai salah satu negara dunia ketiga, tidak terlepas dari gambaran
tipologi masyarakat semacam ini. Oleh karenanya sistim komunikasinyapun dapat
dikatakan memiliki keunikan sebagai akibat dari bauran tiga fase peradaban yang
melanda masyarakat Indonesia dalam satu fase waktu yang bersamaan. Di satu sisi,
masyarakat Indonesia masih berada pada fase pertama peradaban masyarakat, yakni
fase masyarakat agraris. Sistim komunikasi pada masyarakat agraris adalah sistim
komunikasi bercorak tradisional baik dengan menggunakan oral (komunikasi
lisan/bahasa tutur) maupun dengan menggunakan media tradisi lainnya. Pada sisi
lainnya, kita dapatkan masyarakat pada fase peradaban yang kedua dan ketiga yakni
masyarakt industrial dan masyarakat informasi khususnya untuk masyarakat
Indonesia yang tinggal di perkotaan. Sistim komunikasinya, sudah barang tentu
merupakan komunikasi modern dengan menggunakan media hasil pengembangan
teknologi. Dengan demikian sistim komunikasi di Idonesia pada dasarnya dibangun
atas dua unsur sistim komunikasi, yakni sistim komunikasi tradisional dan sistim
komunikasi modern.
Sistim komunikasi tradisional merupakan sistim komunikasi yang bersifat asli
menggunakan faktor diri. Pada komunikasi tradisional biasanya menggunakan bahasa
lisan sehingga disebut juga dengan komunikasi lisan. Komunikasi lisan merupakan
komunikasi yang paling alami yang dimiliki manusia dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari proses kehidupan manusia sejak lahir. Inilah komunikasi yang
pertama-tama dan yang utama dikenal manusia sebelum mereka mampu
menggunakan simbol yang lebih rumit dan beraneka ragam yang membantunya
dalam menggunakan alat-alat komunikasi yang lebih canggih seperti media massa
maupun media interaktif. Ranah dari sistim komunikasi lisan mencakup pada
keseluruhan sistim yang dikembangkan oleh Talcot Parson baik pada level individu
(organisma perilaku) dalam sistim komunikasi intra dan antar persona; sistim
kepribadian melalui sistim komunikasi organisasinya; sistim sosial melalui sistim
komunikasi sosial; dan sistim budaya melalui sistim komunikasi budaya.
Salah satu bagian dari sistem komunikasi Indonesia yang sangat penting saat ini
adalah sistem komunikasi modern. Sistem ini tidak meniadakan sistem komunikasi
lisan tradisional, tetapi bahkan dapat melengkapi dan mendinamisasi sistem
komunikasi tradisional yang ada seperti misalnya dengan format ulang media rakyat
yang dapat menggunakan media modern untuk memperluas jangkauan sistem
komunikasi tradisional. Semisal, seni tradisi dalam komunikasi lisan menggunakan
medium televisi seperti wayang kulit, ketoprak, wayang golek ditampilkan melalui
televisi atau bahkan radio. Sistim komunikasi modern merupakan sistim komunikasi
hasil pengembangan teknologi komunikasi yang menggunakan perangkat media
massa. Perangkat media massa dalam sistim komunikasi modern yang dikenal saat ini
selain media massa konvensional seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film,
22
juga internet yang merupakan media baru. Ciri dari sistim komunikasi modern adalah
pada massifitas informasi yang disampaikan dan kecepatannya dalam menjangkau
khalayak dalam waktu yang relatif cepat dan singkat.
Meski berada pada kesatuan filosofi dalam sistim komunikasi Indonesia, namun
masing-masing perangkat media komunikasi modern yang ada memiliki peran dan
fungsi yang dapat dibedakan berdasarkan pada undang-undang yang
mengaturnya.Berdasarkan pada undang-undang yang berlaku, maka sistim
komunikasi Indonesia dibangun atas empat sistim komunikasi, yakni :
1
2
3
4
Sistim pers Indonesia, yang dibangun atas empat perundang-undangan yang
pernah berlaku tentang Undang-Undang Pokok Pers, yakni : UU No. 11/1966,
UU No. 4/1967, UU No. 21/1982, dan UU No. 40/1999 tentang Pers. Dari
undang-undang yang ada maka sistim pers Indonesia pada masa orde lama dan
orde baru adalah sistim pers yang bercorak otoritarianisme, dan pada paska
reformasi sistim pers Indonesia bercorak liberalisme.
Sistim komunikasi penyiaran. Sistem penyiaran baru memperoleh kejelasan
bentuk ketika DPR akhirnya mengesahkan UU Penyiaran di akhir tahun 2002.
Undang-undang yang kemudian lebih dikenal sebagai UU No 32 tahun 2002
tentang Penyiaran secara eksplisit mengatur tentang sistem penyiaran Indonesia
yang mencakup penyiaran radio dan televisi. 24 Tgun 1997
Sistim Film. Kuatnya peran pemerintah dalam industri film dapat dilihat dari
konteks idiologi dalam sistim komunikasi Indonesia. Idiologi Pancasila yang
dianut di Indonesia merupakan idiologi pertengahan yang memgakomodir
kebebasan dalam sistim kapitalis liberal tetapi juga tanggung jawab sosial. Oleh
karenanya semangat yang menjiwai pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman menempatkan
film sebagai pranata sosial yang bertanggung jawab pada pengembangan budaya
bangsa sebagai salah satu aspek peningkatan ketahanan nasional dalam
pembangunan nasional. Dalam hal ini film menjadi sub sistem dari sistem
kemasyarakatan yang ada di bawah regulasi atau pembinaan dari pemerintah
sebagai supra struktur dalam sistim kemasyarakatan
Sistim informasi dan transaksi elektronik. Sistim informasi dan transaksi
elektronik mencakup aktifitas komunikasi yang dilakukan di dunia maya dengan
menggunakan internet. Aktifitas komunikasi dengan menggunakan media ini
diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE). Dalam undang-undang ini secara mendetail diatur
bagaimana aturan hidup di dunia maya dan transaksi yang terjadi didalamnya.
Total terdapat 13 Bab dan 54 Pasal yang mengupas masalah pengaturan tersebut,
baik yang menyangkut Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan,
Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebencian dan Permusuhan),
Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakut-nakuti), Pasal 30 (Akses Komputer
23
Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking), Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan,
Penghilangan Informasi), Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka
Informasi Rahasia), Pasal 33 (Virus, Membuat Sistem Tidak Bekerja), dan Pasal
35 (Menjadikan Seolah Dokumen Otentik).
Rangkuman
Kehadiran media baru yang bernama internet menyebabkan media-media lain yang
terlebih dahulu ada harus melakukan rekonfigurasi dalam kerangka menetapkan
posisi, peran dan prospek bisnis menghadapi perubahan yang ada. Di industri media
massa kebijakan konsolidasi internal dalam menghadapi perubahan adalah dengan
membentuk konglomerasi media. Konsolidasi internal / merger/akuisisi pada
dasarnya dilakukan untuk memperkuat posisi perusahaan media massa agar tidak
tersingkir dari berbagai perubahan yang terjadi dan persaingan bisnis di antara
pelaku-pelaku bisnis media lainnya. Selain itu juga untuk efisiensi dan optimalisasi
berbagai sumber daya yang ada dalam rangka peningkatan produktifitas dan
pencapaian keuntungan yang maksimal.
Selain konsolidasi internal, dalam rangka memenuhi tuntutan dinamika kebutuhan
publik akan informasi yang semakin komprehensif, maka media massa yang selama
ini menjadi media utama dalam penyebaran informasi dan penyampai pesan-pesan
periklanan dituntut keniscayaannya untuk melakukan konvergensi dengan media lain.
Konvergensi media merupakan hal yang tak terelakkan untuk menjamin eksistensi
dari masing-masing media yang ada dan dalam kerangka memenuhi aspirasi
pengguna media yang semakin berkembang. Konvergensi media adalah kerja
bersama ketika media massa tradisional seperti media cetak, radio, televisi, dan film
bersinergi, berkalaborasi, dikombinasikan dengan teknologi baru seperti televisi
kabel, internet, mobile phone dan data base. Dengan konvergensi media ini maka
selain fungsi pelayanan sebagai penyampai informasi menjadi semakin compactible
dan komprehensif, distribusi informasinya juga semakin cepat dan semakin luas
menjangkau seluruh segmen publik.
Indonesia merupakan negara yang berada pada tiga irisan peradaban, yakni peradaban
masyarakat agraris, peradaban masyarakat industrial dan peradaban masyarakat
informasi. Sistim komunikasi pada masyarakat agraris adalah sistim komunikasi
bercorak tradisional baik dengan menggunakan oral (komunikasi lisan/bahasa tutur)
maupun dengan menggunakan media tradisi lainnya. Sedangkan pada masyarakat
industrial dan masyarakat informasi sistim komunikasinya merupakan sistim
komunikasi modern dengan menggunakan media hasil pengembangan teknologi.
Dengan demikian sistim komunikasi di Indonesia pada dasarnya dibangun atas dua
unsur sistim komunikasi, yakni sistim komunikasi tradisional dan sistim komunikasi
modern.
24
Referensi
Frehner, Carmen (1978). Email, SMS, MMS : The Linguistic Creativity of
Asynchronous Discourse in the New Media Age. Bern, Peter Long AG. International
Academic Publisher.
Griffin, E. M. (2003). A First Look At Communication Theory. 7th ed. New York.
McGraw-Hill.
Hock, Randolph (2007). The Extreme Searcher’s Internet Handbook : A
Guide for the Serious Searcher’s. 2 nd ed. New Jersey. Cyber Age Books.
Kuswayatno, Lia dkk (2006). Mahir Berkomputer. Jakarta. Grafindo Media
Pratama.
Kurzweil, Ray (1999). “The age of Spiritual Machines: When Computers Exceed
Human Intelligence”. United Kingdom. Viking Penguin, a Division of Penguin
Putnam Inc.
Ritzer, George & Goodman, Douglas J. (2003). Modern Sociological Theory. 6th
edition. Mc.Graw Hill. 2003. Alih bahasa : Alimandan (2008). Jakarta. Kencana
Prenada Media Group.
Tyrrell, Stuart (2002). Using the Internet in Healthcare. 2nd ed. Oxon United
Kingdom. Radcliffe Medical Press Ltd.
Ukar, Kurweni. (2006). Student Guide Series Pengenalan Komputer. Elex Media
Komputindo..
Irving Fang and Kristina Ross . Media History : Timeline by Chronology (1996).
www.mediahistory.umn.edu/time/century.htm/
Dave Kristula. The History of the Internet. http://www.davesite.com/webstation/nethistory3.shtml. Diakses tanggal 19 Maret 2010.
World Internet Usage and Population Statistics.
http://www.internetworldstats.com/stats.htm dinukil tanggal 20 April 2010.
25
26
Download