Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PENGANTAR KEBIJAKAN DEREGULASI SEPTEMBER 2015 Oktober 2015 PELUANG INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL Pertumbuhan ekonomi global masih melambat meskipun ekonomi USA telah pulih, namun beberapa maju tahun 2016 akan tumbuh mendekati rata-rata pertumbuhannya dalam 10 tahun terakhir, sehingga menjadi peluang bagi ekspansi ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang utama berada di bawah rata-rata angka pertumbuhan 10 tahun terakhir Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional terkoreksi sebesar 4,7% untuk tahun 2015, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2% karena pertumbuhan output riil melambat menjadi 4,7% yoy pada kuartal pertama 2015, laju pertumbuhan paling lambat sejak 2009, namun diperkirakan pertumbuhan tahun 2015 dapat mencapai 4,9% - 5%, dan apabila kebijakan deregulasi cepat efektif maka pertubuhan mulai tahun 2016 akan meningkat signifikan 2 PERBANDINGAN KONDISI EKONOMI INDONESIA 1998, 2008, dan 2015 URAIAN 1998 (13,1) 16.000,0 78,0 60 - 70 127,0 250,0 23,0 PDB (%) Nilai Tukar (Rp/USD) Inflasi (%) Suku Bunga Simpanan Bank (%) Rasio Utang Luar Negeri atas PDB (%) IHSG Cadangan Devisa (USD Milyar) INFLASI (%) PDB (%) 4.7 2008 2015 4,7 14.300,0 7,2 4-8 33,0 4.500,0 107,0 NILAI TUKAR Rp/USD 16,000.0 78.0 4.2 1998 2008 4,2 10.500,0 11,1 6-9 40,0 2.000,0 50,0 14,300.0 2015 10,500.0 11.1 7.2 1998 (13.1) CADANGAN DEVISA (USD MILYAR) 2008 2015 1998 2008 IHSG RASIO UTANG LUAR NEGERI ATAS PDB (%) 4,500.0 127.0 2,000.0 107.0 40.0 23.0 33.0 50.0 1998 2008 2015 2015 1998 2008 2015 250.0 1998 2008 Sumber: Artikel Elba Damhuri ”Menakar Kekuatan Ekonomi Indonesia”, Harian Republika 14 September 2015 *) untuk inflasi 2015 memakai data YoY Agustus 2014 ke Agustus 2015. Inflasi Januari - Agustus 2015 baru menyentuh 2% 2015 3 PERSENTASE DEPRESIASI MATA UANG DUNIA TERHADAP DOLAR AMERIKA (1 JANUARI – 28 SEPTEMBER 2015) 0 -10 -8.1 -9.8 -11.2 -20 -12.2 -12.4 -14 -18.9 -30 -19.2 -20.1 -21.9 -24.1 -26.5 -40 -32.9 -35 -35.9 -50 -60 -64.3 -70 RUSIA BRAZIL MALAYSIA TURKEY NORWAY MEXICO S. AFRICA INDONESIA CANADA AUSTRALIA NZ S. KOREA SINGAPORE THAILAND EU JAPAN INDIA -80 -67.9 Sumber: http://ksp.go.id/ 4 PERINGKAT HUTANG PERKAPITA Posisi Hutang Indonesia Relatif Aman, Namun Perlu Mewaspadai Hutang Swasta dan perlu mengambangkan trade financing untuk mendorong ekspansi ekspor dan membiayai kegiatan impor 5 PENURUNAN DAYA BELI MASYARAKAT DALAM KONSUMSI SWASTA MENGKONTRIBUSI PERLAMBATAN EKONOMI Konsumsi masyarakat QI/2015 tumbuh 4,7% yoy, menurun dibandingkan dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 5,3% tahun lalu. Padahal porsi kontribusi konsumsi masyarakat sebesar 55%, sehingga menjadi mesin penggerak perekonomian Indonesia. Indeks Harga Konsumen (IHK) 2014 - Juni 2015 (2012=100) 122.00 120.00 118.00 116.00 114.00 112.00 110.00 108.00 106.00 104.00 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), 2014 - Juni 2015 125 120 115 110 105 100 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun • • Indeks harga konsumen (IHK) adalah indeks dari harga yang dibayar konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Pada Juni 2015 IHK adalah 120,14 artinya sejak tahun 2012 sudah ada perubahan sebesar 20,14%. • • IKK digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari keyakinan konsumen terutama berupa pengeluaran konsumsi rumah tangga. Selama Jan-Jun 2015 IKK turun sebesar 7%. Sumber: BI dan BPS 6 RESPON TERHADAP PERLAMBATAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DEPRESIASI RUPIAH I Ditengah melemahnya perekonomian dunia yang berdampak kepada perekonomian nasional, pemerintah telah dan akan terus melakukan upaya menggerakkan ekonomi nasional melalui berbagai paket kebijakan ekonomi: I. Mengembangkan Ekonomi Makro yang Kondusif Pemerintah bersama-sama dengan Otoritas Moneter (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan langkah-langkah dalam upaya menciptakan kondisi ekonomi makro yang kondusif, yaitu: 1. Stabilisasi Fiskal dan Moneter (Termasuk Pengendalian Inflasi) 2. Percepatan Belanja 3. Penguatan Neraca Pembayaran II. Menggerakkan Ekonomi Nasional Pemerintah melakukan serangkaian kebijakan deregulasi, debirokratisasi dan memberikan insentif fiskal dalam rangka menggerakan perekonomian nasional (sektor riil). Pada tahap I meliputi: 1. Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal) 2. Mempercepat Proyek Strategis Nasional 3. Meningkatkan Investasi di Sektor Properti III. Melindungi Masyarakat Berpendapatan Rendah dan Menggerakan Ekonomi Pedesaan Pemerintah melakukan langkah-langkah untuk melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan masyarakat pedesaan dari dampak melemahnya ekonomi nasional: 1. Stabilisasi Harga Pangan 2. Percepatan Pencairan Dana Desa*) 3. Penambahan Rastera 13 dan 14*) *) Dikoordinasikan oleh Menko PMK 7 MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL Perlunya deregulasi untuk melepas tambahan beban bagi industri, percepatan penyelesaian gap daya saing industri, dan inisiatif baru untuk mendorong keunggulan industri nasional di pasar domestik maupun pasar global. MENURUNNYA PORSI PERAN INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.04 3.36 1.63 2.85 Pertambangan dan Penggalian 1.63 3.8 Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas 14.33 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi 3.82 8.06 3.48 3.11 4.69 20.91 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi 13.26 Real Estate 9.86 1.16 0.07 *) Preliminary; **) Very Preliminary 1. Source: Indonesian Statistics Bureau (BPS); http://www.bps.go.id/li nkTabelStatis/view/id/1 202 (accessed 04 October 2015) 2. Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Industri pengolahan memilki peran terbesar pada pembentukan PDB nasional di setiap tahunnya namun terus menurun dimana pada tahun 2005 porsi peran Industri sebesar 28,09% sedangkan pada bulan Mei 2015 menjadi 20.91%. Subsektor Industri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB selama 5 tahun terakhir (2011-2015) secara berurutan adalah: Industri Makanan dan Minuman, Industri Barang Logam, Industri Alat Angkutan, Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional dan Industri Tekstil dan Pakaian Jadi. 9 TREND PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS UTAMA RELATIF MENURUN 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 -5.00 -10.00 Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Industri Alat Angkutan Industri Makanan dan Minuman Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 2011 2012 2013 2014 Semester I 2014 Semester I 2015 8.79 11.64 9.22 2.92 0.06 8.91 8.66 6.37 10.98 6.49 12.78 4.26 10.33 6.04 5.10 14.95 4.07 6.58 3.89 3.94 9.54 1.53 4.43 3.01 10.17 2.83 7.78 2.65 8.45 -4.09 Sumber : BPS diolah Kemenperin 10 PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS SEMESTER I TAHUN 2015 10 8.91 8.46 7.78 8 7.54 6.55 6.18 1 Industri Makanan dan Minuman 2 Industri Pengolahan Tembakau 3 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 4 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 6 5 4.6 3.99 6 4 Nilai 2.69 2.65 2.55 1.81 2 0 1 2 3 4 5 -0.4 6 -2 -2.04 -4 -4.09 -6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 7 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 8 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 9 Industri Barang Galian bukan Logam 10 Industri Logam Dasar 11 Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik 12 Industri Mesin dan Perlengkapan 13 Industri Alat Angkutan 14 Industri Furnitur 15 Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan Sumber : BPS diolah Kemenperin Pertumbuhan sektor industri non-migas Indonesia pada SM-I/2015 sebesar 5,26% menurun 0,29% jika dibandingkan dengan semester yang sama pada tahun 2014, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri Barang logam sebesar 8.91%, industri makanan dan minuman sebesar 8.45%, industri kimia farmasi sebsar 7.78% serta industri logam dasar sebesar 7.54%. Sedangkan cabang yang mengalami penurunan adalah Industri Furniture, Kertas, dan Tekstil dan Pakaian Jadi. 11 PERKEMBANGAN UTILISASI INDUSTRI 2010-2013 NO LAPANGAN USAHA 1 INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN 2 INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU 3 INDUSTRI TEKSTIL DAN PAKAIAN JADI 4 5 6 INDUSTRI KULIT, BARANG DARI KULIT DAN ALAS KAKI INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU DAN GABUS (TIDAK TERMASUK FURNITUR) INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS NILAI PRODUKSI KAPASITAS TERPASANG 769,992,617,135 1,052,790,707,858 164,160,209,682 244,335,564,311 185,634,515,084 230,003,083,675 45,927,707,561 55,727,737,990 39,996,495,087 58,013,503,150 104,519,302,570 122,925,559,578 7 INDUSTRI KIMIA, FARMASI DAN OBAT TRADISIONAL 375,702,504,646 469,359,938,196 8 INDUSTRI KARET, BARANG DAIRI KARET DAN PLASTIK 128,526,367,503 170,674,079,703 9 INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM 84,524,266,808 105,120,678,560 10 INDUSTRI LOGAM DASAR 101,653,758,571 158,876,529,557 11 INDUSTRI BARANG LOGAM, KOMPUTER DAN PERALATAN LISTRIK 202,275,016,960 268,652,870,776 12 INDUSTRI MESIN DAN PERLENGKAPAN 13 INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA 14 INDUSTRI FURNITUR 15 INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA Sumber : Kemenperin 25,695,212,555 29,883,269,438 208,306,528,994 261,447,931,295 15,570,236,156 21,427,680,361 23,170,502,656 33,787,940,233 UTILISASI (%) 73.14 67.19 80.71 82.41 68.94 85.03 80.05 75.31 80.41 63.98 75.29 85.99 79.67 Sampai dengan tahun 2013 umumnya utilisasi kapasitas industri relatif baik (diatas 60%), dimana cabang industri yang tinggi utilisasinya adalah: • Industri Mesin dan Perlengkapan dengan tingkat utilisasi 85,99%; • Industri kertas dan barang dari kertas, tetapi pada semester I 2015 pertumbuhannya menurun -2,04; • Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki dengan tingkat utilisasi mencapai 82,41%; • Industri tekstil dan pakaian jadi dengan utilisasi sebesar 80,71%, tetapi pertumbuhannya menurun 4,09%. Dengan menurunnya impor bahan baku dan barang modal sampai dengan Semester I 2015masing-masing sebesar -18,69% dan -16,24%, maka diperkirakan utilisasi kapasitas industri akan jauh menurun. 72.66 68.58 12 SEBARAN INDUSTRI Jumlah Industri Besar dan Sedang di Jawa dan Luar Jawa Tahun 2001-2013* Jumlah Industri 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Luar Jawa Jawa Total 2001 3989 17413 21396 *) Angka Sementara Sumber Data: BPS 2002 4028 17118 21146 2003 3717 16607 20234 2004 3717 16901 20685 2005 3734 16995 20729 2006 5120 24348 29468 2007 4931 23067 27998 2008 4487 21207 25694 2009 4071 20397 24468 2010 3816 19529 23345 2011 3930 19440 23370 2012 4038 19554 23592 2013* 4168 19773 23941 Persentase Jumlah Industri Pengolahan Besar & Sedang Tahun 2013* Luar Jawa : 4.168 (17,41%) *) Angka Sementara Sumber Data: BPS Jawa : 19.773 (82,59%) 13 GAMBARAN PERTUMBUHAN INDUSTRI DAN EKONOMI SERTA INVESTASI DAN EKSPOR SEKTOR INDUSTRI 120.00 100.00 PERSENTASE 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 -20.00 -40.00 EKONOMI INDUSTRI EKSPOR*) IMPOR *) INVESTASI PMDN *) INVESTASI PMA *) 2011 6.17 7.46 24.00 24.71 50.45 102.08 Keterangan: *) s/d Mei 2015 Data pertumbuhan ekonomi dan industri berbasis data dasar 2010 Sumber : BPS diolah Kemenperin 2012 6.03 6.98 -4.94 10.80 29.48 73.34 2013 5.58 5.45 -2.69 -5.95 2.57 34.75 2014 5.02 5.61 3.80 -5.77 15.36 -17.91 Perlu kebijakan yang meningkatkan peranan industri terhadap ekspor, investasi, dan pertumbuhan ekonomi. 14 PENYEBAB MENURUNNYA KINERJA INDUSTRI 1. Struktur Industri yang tergantung impor 2. Ketertinggalan teknologi 3. Kelemahan infrastruktur, listrik, energi, air, dan kepastian ketersediaan lahan 4. Ketidakterhubungan antara kegiatan industri dan bahan baku 5. Inefisiensi biaya logistik dan biaya administrasi (selling and general administration expenses) 6. Kapasitas, produktivitas, dan hubungan industrial ketenagakerjaan 7. Beban regulasi, birokrasi, dan penegakan hukum yang menjadi penghambat pengembangan investasi, efisiensi produksi, kelancaran distribusi, dan kepastian bahan baku 8. Masalah akses dan beban pembiayaan 9. Gangguan impor 15 PERANAN INDUSTRI TERHADAP EKSPOR Deregulasi mendorong pengembangan produk dan pasar baru bagi ekspor hasil industri yang berdaya saing dengan memberikan kelancaran dan efisiensi pengadaan bahan baku dan distribusi ekspor. EKSPOR MELAMBAT 450,000 400,000 350,000 (USD Juta) 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 (50,000) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ekspor 71,582 85,660 100,799 114,101 137,020 116,510 157,779 203,497 190,020 182,552 176,293 Impor 46,525 61,065 74,473 129,473 129,244 96,829 135,663 177,436 191,690 186,629 178,179 Neraca 25,058 24,594 26,325 (15,373) 7,776 19,681 22,116 26,061 (1,669) (4,077) (1,886) TOTAL 118,107 146,725 175,272 243,574 266,264 213,339 293,442 380,932 381,710 369,181 354,471 Pertumbuhan perdagangan Indonesia relatif simultan dengan perdagangan dunia, tetapi neraca perdagangan Indonesia tidak flat, artinya pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia tidak seimbang dan tidak meningkatkan volume perdagangan Indonesia, sehingga kelihatan kebijakan ekspor dan impor tidak simultan untuk mendorong peningkatan volume perdagangan Share volume perdagangan Indonesia sejak dulu masih rata-rata 1% dari volume dunia. perdagangan 17 MENURUNNYA PERANAN EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Rasio Ekspor Terhadap PDB Indonesia (%) 32.10 34.10 31.00 29.40 2004 2005 2006 2007 29.80 2008 24.14 24.58 2009 2010 26.36 2011 24.59 23.98 2012 2013 23,78 2014 Sumber : BPS diolah Kemenko Perekonomian 18 PERANAN EKSPOR TERHADAP NERACA DAN VOLUME PERDAGANGAN Ekspor tidak berperan banyak dalam surplus perdagangan, bahkan trend neraca perdagangan non migas selama 2010-2014 adalah -21,17%. Ekspor juga tidak berperan dalam meningkatkan volume perdagangan karena trend volume perdagangan sebesar 3,53% lebih banyak dikontribusi oleh trend impor sebesar 6,14%. Ekspor menurun relatif tajam selama semester pertama 2015 sebesar -11,86% (yoy), sehingga kenaikan surplus perdagangan pada semester pertama sebesar USD 4,35 Milyar atau meningkat 485,34% (yoy) disebabkan oleh tingginya penurunan impor pada periode yang sama sebesar -17,81% (yoy). Pertumbuhan perdagangan Indonesia relatif simultan dengan perdagangan dunia, tetapi share volume perdagangan Indonesia sejak dulu masih rata-rata 1% dari volume perdagangan dunia. Kelihatan kebijakan ekspor dan impor tidak mendorong peningkatan volume perdagangan. 19 KOMPOSISI PRODUK EKSPOR NON MIGAS INDONESIA Juta USD NO Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 5.165,80 5.569,20 5.713,00 5.770,60 3,94 3.131,20 3.131,80 0,02 3,99 I. PERTANIAN II. INDUSTRY 98.010,60 122.187,70 116.123,30 113.029,70 117.329,50 2,86 68.506,30 63.316,70 -7,58 80,73 III. MINING 26.712,60 34.652,00 31.329,90 31.159,50 22.850,00 -4,1 13.122,50 11.966,10 -8,81 15,26 3,02 11,3 61,14 0,01 1,59 84.767,20 78.426,30 -7,48 100 OTHERS TOTAL EKSPOR NON-MIGAS 5.001,90 Jan-Jul Trend(%) Perub.(%) Peran.( 20102014 2015 2015/2014 %) 2015 2014 9,9 13 18,7 16,3 10,3 129.739,50 162.019,60 153.043,00 149.918,80 145.960,80 7 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan Rata-rata ekspor produk industri selama 5 tahun (2010-2014) adalah 113 Miliar USD atau 76,5% dari total ekspor non migas Indonesia selama periode tersebut, dengan trend 2,86% tetapi selama Januari-Juli 2015 ekspor produk industri menurun -7,58% (yoy). 20 PERKEMBANGAN PRODUK EKSPOR UTAMA NON MIGAS INDONESIA Juta USD NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 HS/SEKTOR 15 LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI 27 BAHAN BAKAR MINERAL 85 MESIN/PERLATAN LISTRIK 71 PERHIAASAN/PERMATA 40 KARET DAN BARANG DARI KARET 87 KENDARAAN DAN BAGIANNYA 84 MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK 64 ALAS KAKI 44 KAYU, BARANG DARI KAYU 62 PAKAIAN JADI BUKAN RAJUTAN 48 KERTAS/KARTON 26 BIJIH, KERAK, DAN ABU LOGAM 61 BARANG-BARANG RAJUTAN 38 BERBAGAI PRODUK KIMIA 39 PLASTIK DAN BARANG DARI PLASTIK 55 SERAT STAFEL BUATAN 29 BAHAN KIMIA ORGANIK 03 IKAN DAN UDANG 73 BENDA-BENDA DARI BESI DAN BAJA 94 PERABOT, PENERANGAN RUMAH LAIN-LAIN TOTAL EKSPOR NON MIGAS 2010 2011 16.286,40 18.499,90 10.373,20 1.425,10 9.339,70 2.899,90 4.986,70 2.501,80 2.935,40 3.611,00 4.186,20 8.139,70 2.889,90 1.806,50 2.150,10 21.607,20 27.230,70 11.145,40 2.561,70 14.321,10 3.328,60 5.749,50 3.301,90 3.374,70 4.149,70 4.169,40 7.330,90 3.541,10 3.577,40 2.513,70 2.075,20 2.690,10 1.687,20 1.468,00 2.545,90 3.815,90 2.045,20 1.905,80 2012 2013 21.229,60 19.181,40 26.184,20 24.519,00 10.764,80 10.438,40 3.204,90 2.725,50 10.456,00 9.381,10 4.856,90 4.567,20 6.103,10 5.968,50 3.524,60 3.860,40 3.448,50 3.633,00 3.749,20 3.906,20 3.937,20 3.756,60 5.054,80 6.526,30 3.439,80 3.481,40 3.751,90 3.710,60 2.487,30 2.602,80 2.260,90 2.811,50 2.201,80 2.042,40 2.327,80 2.760,20 2.389,80 2.152,00 Trend(%) Perub.(%) Jan-Jul Peran.( 2014 20102015/201 %) 2015 2014 2015 2014 4 21.037,00 4,01 12.166,30 11.210,60 -7,86 14,29 20.843,70 1,35 12.752,00 9.967,60 -21,84 12,71 9.745,70 -1,89 5.620,50 4.939,00 -12,12 6,3 4.619,40 27,3 2.905,60 3.609,70 24,23 4,6 7.088,30 -9,29 4.435,30 3.500,40 -21,08 4,46 5.213,70 16,06 2.790,60 3.153,90 13,02 4,02 5.969,10 4,05 3.476,30 2.995,00 -13,85 3,82 4.108,40 12,17 2.359,70 2.623,00 11,16 3,34 4.070,50 7,55 2.367,30 2.330,60 -1,55 2,97 3.932,40 1,11 2.399,30 2.329,90 -2,89 2,97 3.743,80 -3,22 2.166,50 2.112,50 -2,49 2,69 1.906,00 -26,06 325,2 1.944,80 498,02 2,48 3.428,30 3,3 2.075,40 1.925,70 -7,22 2,46 4.060,60 18,02 2.491,00 1.575,80 -36,74 2,01 2.760,30 5,49 1.595,60 1.367,30 -14,31 1,74 2.331,50 3.158,20 2.620,20 2.232,90 2.021,90 1.822,20 1.899,40 1.873,60 1.902,10 27.761,20 31.980,40 29.632,00 30.157,00 31.188,30 129.739,50 162.019,60 153.043,00 149.918,80 145.960,80 1,44 -0,03 10,92 10,08 1.340,60 2.034,30 1.452,20 1.335,90 1.338,80 1.324,00 1.231,00 1.129,10 -0,13 -34,92 -15,23 -15,48 1,71 1,69 1,57 1,44 -0,94 1.129,00 1.078,30 12,34 17.547,80 16.739,40 1,59 84.767,20 78.426,30 -4,49 -8,08 -7,48 1,37 21,34 100 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan Tidak ada perkembangan produk ekspor baru Indonesia selama 5 tahun dalam komposisi produk utama ekspor Indonesia. 21 KINERJA EKSPOR PRODUK INDUSTRI Juta USD NO HS/KOMODITAS 2010 2011 2012 2013 2014 Trend(%) 2010-2014 Jan-Jul 2014 1 15 LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI 16.286,40 21.607,20 21.229,60 19.181,40 21.037,00 2 85 MESIN/PERLATAN LISTRIK 10.373,20 11.145,40 10.764,80 10.438,40 9.745,70 -1,89 5.620,50 3 71 PERHIAASAN/PERMATA 1.425,10 2.561,70 3.204,90 2.725,50 4.619,40 27,3 4 40 KARET DAN BARANG DARI KARET 9.339,70 14.321,10 10.456,00 9.381,10 7.088,30 5 87 KENDARAAN DAN BAGIANNYA 2.899,90 3.328,60 4.856,90 4.567,20 6 84 MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK 4.986,70 5.749,50 6.103,10 7 64 ALAS KAKI 2.501,80 3.301,90 8 44 KAYU, BARANG DARI KAYU 2.935,40 9 62 PAKAIAN JADI BUKAN RAJUTAN 2015 4,01 12.166,30 11.210,60 Perub.(%) Peran.(%) 2015/2014 2015 -7,86 17,71 4.939,00 -12,12 7,80 2.905,60 3.609,70 24,23 5,70 -9,29 4.435,30 3.500,40 -21,08 5,53 5.213,70 16,06 2.790,60 3.153,90 13,02 4,98 5.968,50 5.969,10 4,05 3.476,30 2.995,00 -13,85 4,73 3.524,60 3.860,40 4.108,40 12,17 2.359,70 2.623,00 11,16 4,14 3.374,70 3.448,50 3.633,00 4.070,50 7,55 2.367,30 2.330,60 -1,55 3,68 3.611,00 4.149,70 3.749,20 3.906,20 3.932,40 1,11 2.399,30 2.329,90 -2,89 3,68 10 48 KERTAS/KARTON 4.186,20 4.169,40 3.937,20 3.756,60 3.743,80 -3,22 2.166,50 2.112,50 -2,49 3,34 LAIN-LAIN 39.465,40 48.478,40 44.848,40 45.611,60 47.801,30 21,12 27.818,40 24.512,60 -11,88 38,71 INDUSTRY 98.010,60 122.187,70 116.123,30 113.029,70 117.329,50 2,86 68.506,30 63.316,70 -7,58 80,73 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan Umumnya ekspor produk utama industri mengalami penurunan selama Januari-Juli 2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, kecuali alas kaki dan kendaraan bermotor. 22 PERBANDINGAN PERAN EKSPOR INDONESIA 10.0% Gambaran Peran Sektor Manufaktur terhadap Kinerja Ekspor Indonesia 9.0% 8.0% 7.0% 3.9% 6.0% 3.9% 4.0% 4.0% 3.4% 2010 58.420 2011 68.418 2012 67.645 2013 67.871 2014 70.951 Total eskpor Indonesia 157.779 203.497 190.032 182.552 176.293 37% 34% 36% 37% 40% Share ekspor manufaktur 5.0% 4.0% Keterangan Ekspor manufaktur Indonesia 2.6% 3.0% 2.2% 2.2% 2.2% 2.2% 0.5% 0.5% 0.5% 0.6% 1.5% 2.0% 1.8% 1.8% 1.7% 2010 2011 2012 2013 2014 1.9% 2.0% 1.5% 1.0% 0.4% 1.1% 0.5% 0.0% 2009 Indonesia Philippina Sumber : Trademap Thailand Singapura Share Manufaktur Indonesia Terhadap Impor Manufaktur Dunia Keterangan Ekspor manufaktur Indonesia Impor Manufaktur Dunia Share Manufaktur Indonesia Sumber: WTO 2010 58.420 2013 67.871 2014 70.951 10.353.577 11.978.791 11.999.173 12.399.604 12.788.420 1% 2011 68.418 1% 2012 67.645 1% 1% 1% (Juta USD) Peran sektor industri terlihat kecil, karena perbedaan definisi antara klasifikasi WTO tentang produk manufaktur dengan BPS untuk produk industri. Namun demikian, pangsa ekspor manufaktur Indonesia tidak berkembang di kisaran 1% dari total impor dunia terhadap produk manufaktur. 23 KECILNYA PERAN PRODUK UNGGULAN INDONESIA TERHADAP IMPOR DUNIA Share ekspor Indonesia relatif kecil terhadap impor dunia. Beberapa komoditi utama Indonesia sangat sensitif terhadap harga komoditi tersebut di pasaran Internasional, seperti komoditi pertanian dan pertambangan sehingga diperlukan peningkatan peran lembaga lindung nilai (hedging) dan bursa komoditi untuk menjamin kepastian harga yang diterima petani dan penambang. 2014 EKSPOR INDONESIA (RIBU USD) SHARE EKSPOR IMPOR DUNIA INDONESIA TERHADAP (RIBU USD) IMPOR DUNIA KODE HS DESKRIPSI '2701 Coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal 18.697.800 113.234.229 17% '1511 Palm oil & its fraction 17.464.905 35.398.365 49% '2711 Petroleum gases 17.180.283 447.067.462 4% '2709 Crude petroleum oils 9.271.214 1.502.034.440 1% '4001 Natural rubber,balata,gutta-percha etc 4.744.753 18.124.040 26% '8703 Cars (incl. station wagon) 2.641.590 698.781.623 0% '1513 Coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions 2.484.350 6.234.379 40% '4412 Plywood, veneered panels and similar laminated wood 2.372.471 14.777.695 16% '3823 '2713 Binders for foundry molds or cores; chemical products and residuals 2.367.121 9.284.953 25% 2.309.578 20.974.846 11% Petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils Sumber : Trademap 24 BELUM BERKEMBANGNYA JENIS PRODUK EKSPOR INDONESIA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN IMPOR DUNIA Jumlah Komoditi Ekspor Indonesia di pasar dunia sekitar 88%... Jumlah Komoditi (HS Code 4 Digit) Di dunia yang Diekspor Indonesia Thn 2010 HS Code yang Tidak Diekspor Indonesia 10% HS Code yang Diekspor Indonesia 90% Jumlah Komoditi (HS Code 4 Digit) Di dunia yang Diekspor Indonesia Thn 2014 HS Code yang Tidak Diekspor Indonesia 12% HS Code yang Diekspor Indonesia 88% Sumber : Trademap 25 MENURUNNYA KONTRIBUSI DAERAH UTAMA TERHADAP EKSPOR NON MIGAS NASIONAL (dalam juta USD) Sumber : BPS yang telah diolah oleh Kementerian Perdagangan 26 PERANAN INDUSTRI TERHADAP INVESTASI Deregulasi bertujuan untuk mempermudah investasi sektor industri baik untuk pengembangan cabang-cabang industri maupun untuk meningkatkan ekspor dan penyerapan tenaga kerja. INVESTASI ASING SEKTOR INDUSTRI MENURUN PMDN NO SEKTOR Mei 2014 P PMA Mei 2015 I P % (I) I Mei 2014 P Mei 2015 I P % (I) I 201,2 -84,37 81,9 304 195 70,6 -13,76 1. 2. Industri Makanan Industri Tekstil 3. Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 1 - 6 5,4 100 37 17,5 55 55,4 -215,67 4. Industri Kayu 2 2,7 25 28,7 952,11 23 2,7 12,3 360,47 5. Ind. Kertas & Percetakan 12 1.446,6 32 655,8 -54,67 31 21,4 134,3 528 6. 7. 8. Ind. Kimia dan Farmasi Ind. Karet dan Plastik Ind. Mineral Non Logam 26 2.510,9 95 7.043,6 180,53 170 468,1 412,8 -11,83 41 1.171,3 89 1.333,6 13,86 89 239,6 174,4 -27,23 14 1.436,0 50 2.772,5 93,07 47 164,3 27 54 193 158 62 456,0 177,50 9. Ind. Logam, Mesin & Elektronik 26 366,8 110 3.337,3 809,95 275 460,4 541 609,9 32,47 2 2,6 - -100 3 - 1 - - 3 11,4 27 701,7 6063,92 126 421,6 206 373,4 -11,44 - 4.928,9 18 22,6 100 70 90 8,7 -83,85 264 12.067,6 811 53,9 3.218,6 1.886 2.508,9 10. 11. 12. Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain Industri Lainnya Jumlah P : Jumlah Izin Usaha; 120 4.928,9 292 7.972,8 61,76 271 1.287,1 17 190,4 64 1.688,7 786,78 89 I : Nilai Realisasi Investasi 3 25.562,8 111,83 1,231 -22,05 Sumber : BKPM diolah Kemenperin Nilai investasi PMDN sektor industri s.d Mei 2015 sebesar Rp 25,56 triliun atau tumbuh sebesar 111,83% dibanding Mei Tahun 2014 sebesar Rp 12,06 triliun. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 59,54% dari total investasi PMDN s.d Mei 2015 sebesar Rp 42,93 triliun. Tetapi nilai investasi PMA sektor industri s.d Mei 2015 mencapai USD 2,50 milyar atau menurun sebesar 22,05% dibandingkan Mei 2014 sebesar USD 3,21 milyar. Investasi PMA sektor industri memberikan kontribusi sebesar 34,03% dari total investasi PMA s.d Mei 2015 sebesar USD 7,37 milyar. 28 PENYERAPAN TENAGA KERJA MENURUN DALAM INVESTASI SEKTOR INDUSTRI Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Untuk Sektor Industri 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Industri PMDN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Industri PMA Sumber: BKPM • PMDN, terjadi penurunan penyerapan TKI dari sebesar 279.099 tahun 2012 menjadi hanya 124.135 tahun 2014 (turun sebesar 56%). • PMA, terjadi penurunan penyerapan TKI dari sebesar 510.540 tahun 2012 menjadi hanya 222.345 tahun 2014 (turun sebesar 56%). 29 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia www.ekon.go.id 2015