Kehancuran Khilafah, Lahirnya Negara Saudi

advertisement
Kehancuran Khilafah, Lahirnya
Negara
Saudi-Wahabi
dan
Konsep Negara Sekuler
Khilafah
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku.
(Q.S Adz Dzariyat, 51:56)
Tujuan utama diciptakannya jin dan manusia adalah untuk
beribadah atau mengabdi hanya kepada Allah SWT semata. Ibadah
sendiri merupakan suatu sikap dan perbuatan yang merendahkan
diri kepada Allah karena kecintaan dan pengagungan dengan cara
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala laranganNya sesuai syariat-Nya melalui hati, lisan dan fisik.
Bagaimanapun, tanpa ditegakkannya syariat Islam, pelaksanaan
ibadah tidak akan tenang sebagaimana Rasulullah saw dan para
sahabat mendapat tekanan, ancaman dan penindasan dari kafir
quraisy. Ketika mendapat kekerasan dari kafir quraisy, turun
wahyu yang memerintahkan umat Islam untuk berhijrah. Saat
itulah Rasulullah saw berhijrah ke Madinah dan mendirikan
sebuah negara. Tanpa adanya negara, diin Allah tidak akan
tegak. Memang benar ada beberapa ibadah yang dapat
dilaksanakan tanpa menunggu berdirinya negara, misalnya
melaksanakan sholat, berpuasa, menikah, berdakwah, dll. Namun,
ibadah haji, membayar zakat, menerapkan hukum larangan riba,
larangan meminum minuman beralkohol, larangan berjudi,
larangan berzina serta hukum-hukum syariatnya tidak akan
sempurna tanpa mendirikan negara atau komunitas masyarakat
yang terorganisir. Untuk itulah Rasulullah saw mendirikan
negara Islam di Madinah berdasarkan konstitusi piagam Madinah.
Dengan mendirikan negara yang dipimpin sendiri oleh beliau,
penerapan diin Islam akan sempurna tanpa perlu takut mendapat
ancaman dari luar.
Setelah Rasulullah saw wafat, kepemimpinan umat digantikan
oleh Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra,
dan Ali bin Abi Thalib ra. Mereka berempat merupakan Khalifah
Rasulullah saw atau dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin. Dari
sinilah muncul istilah ‘Khilafah’.
Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa Khilafah adalah
sebuah negara dan pemerintahan yang tunduk kepada kewenangan
Allah SWT. Khilafah juga merupakan sistem kepemimpinan umat,
dengan menggunakan Islam sebagai ideologi serta undangundangnya mengacu kepada Al-Quran & Sunnah. Islam sendiri
merupakan patuh dan tunduk berserah diri sepenuhnya kepada
Allah SWT, tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT sebagai Al
Malik, Al Akbar, dan Al Hakam.
Al Malik adalah Sifat Dzat Allah yang berarti “Raja dari
segala Raja” atau “Yang Maha Penguasa” Yang memerintah seluruh
alam. Lahul Mulk, “Kedaulatan Hanya Milik-Nya”. Jika seorang
muslim mengakui sesuatu sebagai yang paling berdaulat selain
Allah, maka muslim tersebut telah meninggalkan Allah sebagai
Al Malik. Sedangkan Al Akbar adalah Yang Memiliki Kekuasaan
Tertinggi. Jika seorang muslim mengakui sesuatu paling
berkuasa atas dirinya selain Allah, maka muslim tersebut telah
meninggalkan Allah sebagai Al Akbar. Begitu pula dengan Al
Hakam, yang merupakan Yang Maha Menetapkan Hukum, tidak hanya
membuat Hukum, tetapi juga hukum-Nya merupakan Hukum
Tertinggi. Jika Allah SWT menetapkan sesuatu itu ‘haram’, maka
muslim harus menetapkan sesuatu itu ‘haram’. Begitu pula jika
Allah SWT menetapkan sesuatu itu ‘halal’, maka muslim juga
harus menetapkannya ‘halal’. Jadi siapapun yang tunduk dan
patuh pada hukum selain Hukum Allah SWT, sebagai Hukum
Tertinggi, berarti dia telah meninggalkan Allah sebagai Al
Hakam. Dalam terminologi politik Islam, hal tersebut disebut
“Syirik”.[1]
Islam mengakui Syirik sebagai dosa terbesar dan Al-Qur’an
menyatakan bahwa Syirik adalah satu-satunya dosa yang tidak
akan diampuni Allah SWT:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(Q.S An Nisā, 4: 48)
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain
syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia
telah tersesat sejauh-jauhnya.
(Q.S An Nisā, 4: 116)
Sesungguhnya telah ingkar (menolak kebenaran) orang-orang
yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera
Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani
Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti
Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang
penolongpun.
(Q.S Al Māidah, 5: 72)
Dengan begitu, siapapun yang mengakui bahwa negara yang
‘paling berdaulat’ di muka bumi ini, dan bukannya Kedaulatan
Allah (Al Malik), maka orang tersebut telah melakukan syirik.
Namun bentuk syirik lainnya juga dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Misalnya, ketika Fir’aun berkata kepada Musa as: “Akulah
tuhanmu yang paling tinggi,”(Q.S An Nāzi’āt, 79:24) dan dia
berkata kepada para pembesar kaumnya: “Hai pembesar kaumku,
aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku…”(Q.S Al Qasas,
28:38). Apa yang dilakukan Fir’aun adalah syirik, dan begitu
pula dengan kaumnya jika mereka menyembah Fir’aun serta
mematuhi, menaati, dan mengakui otoritasnya sebagai otoritas
yang paling tinggi, dan hukumnya sebagai hukum yang paling
tinggi di tanah Mesir. Menghalalkan apa yang Allah haramkan,
dan mengharamkan apa yang Allah halalkan.
Al-Qur’an telah berulang kali memberi peringatan kepada orangorang seperti Fir’aun, yang membuat Hukum, yakni pemerintahan,
hukum dan hakim yang berlandaskan sesuatu yang bertentangan
dengan Otoritas dan Hukum Allah.
… Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara (pemerintahan,
hukum, dll) menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang-orang yang kafir.
… Barangsiapa tidak memutuskan perkara (pemerintahan, hukum,
dll) menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang zalim.
… Barangsiapa tidak memutuskan perkara (pemerintahan, hukum,
dll) menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang fasik.
(Q.S Al Māidah, 5: 44, 45 dan 47)
Allah SWT telah memperingatkan mereka yang tidak mengindahkan
perintah tersebut dengan sebutan kafir, zalim dan fasik.
Di seluruh dunia saat ini, negara sekuler modern telah banyak
mengizinkan apa yang dilarang oleh Allah SWT, begitu pula
sebaliknya. Contoh yang paling jelas dari perbuatan syirik
tersebut adalah mengizinkan kegiatan pinjam-meminjam dengan
bunga dan melarang menggunakan koin emas (Dinar) dan perak
(Dirham) sebagai uang dalam perdagangan di pasar tradisional
maupun internasional. Perbuatan seperti ini juga terjadi pada
negara-negara Islam yang telah menghalalkan kegiatan pinjammeminjam dengan bunga, yakni dengan mengizinkan Bank
meminjamkan uang dengan bunga.
Hampir seluruh negara di dunia telah mengizinkan Bank
meminjamkan uang dengan bunga, bahkan negara-negara Barat
telah mengizinkan pernikahan sesama jenis. Negara yang tidak
menerapkan hukum tanpa didasari petunjuk agama ini disebut
negara sekuler. Definisi negara sekuler sendiri adalah negara
yang menerapkan konsep sekulerisme, di mana sebuah institusi
atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama. Umat
Islam di dunia saat ini berada dalam naungan sekulerisme sejak
hancurnya Khilafah Utsmaniyah dan dibubarkannya institusi
Khilafah pada tanggal 3 Maret 1924.
Lalu,
bagaimana
menghancurkan?
dihancurkan?
Khilafah
Kapan
dihancurkan?
Khilafah
Siapa
dihancurkan?
yang
Mengapa
Serangan Filsafat dan Ideologi
Hingga saat ini, umat Yahudi masih menanti-nantikan kedatangan
Al Masih dan zaman keemasan. Dan mereka masih meyakini bahwa
Tanah Suci (Yerusalem) adalah milik mereka, bukan milik orang
non-Yahudi. Untuk mewujudkan impian ini, mereka terlebih
dahulu harus merebut Yerusalem dari tangan umat Islam. Memang
dahulunya beberapa umat Yahudi tinggal di Tanah Suci, namun
mereka hidup di sana sebagai masyarakat dalam kekuasaan Islam,
bukan memiliki atau menguasainya.
Oleh karena itu, untuk mengklaim Yerusalem sebagai milik
mereka dan mendirikan Negara Bani Israil, mereka harus
menghancurkan Khilafah Utsmaniyah yang menguasai Tanah Suci.
Serangan pun dilancarkan untuk menghancurkan Khilafah. Namun
kali ini, mereka tidak melancarkan serangan fisik terlebih
dahulu, karena mereka tahu bahwa menyerang umat Islam secara
fisik akan gagal mengingat kekalahan mereka pada Perang Salib.
Pertama-tama mereka melancarkan serangan filosofi terhadap
umat Islam, yang sebelumnya telah menyerang umat Kristen
Eropa. Serangan filosofi tersebut adalah “Materialisme”, yakni
filsafat yang menyatakan bahwa “Tidak ada yang nyata di dunia
ini selain materi”.
Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala
sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di alam materi semata.
Dengan kata lain, paham materialisme menyatakan bahwa hal yang
dapat dikatakan benar-benar ada hanyalah materi.[2]
Materialisme tidak mengakui entitas-entitas non-material
seperti roh, hantu, setan dan malaikat.[3] Sesuatu yang nonmaterial tidak ada. Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati[4].
Setidaknya ada 5 dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan
paham ini:
1. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu
materi (ma’dah).
2. Tidak meyakini adanya alam ghaib.
3. Menjadikan panca indra sebagai satu-satunya alat
mencapai ilmu.
4. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam
peletakan hukum.
5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai
akhlak.
6. Adalah sebuah paham garis pemikiran, dimana manusia
sebagai nara sumber dan juga sebagai resolusi dari
tindakan yang sudah ada dengan jalan dialetis. [5]
Eropa pada abad pertengahan
Sekitar abad ke-13 sampai abad ke-17, terjadi perubahan
peradaban Eropa yang sebelumnya didasari dengan pondasi
keagamaan berubah menjadi peradaban yang tak bertuhan.
Perubahan peradaban Eropa tersebut dikarenakan terjadi gerakan
budaya yang disebut Renaissance. Renaissance merupakan
jembatan antara abad pertengahan dan zaman modern yang berarti
“kelahiran kembali”. Renaissance awalnya terjadi di Italia.
Selama abad 8-11, perdangangan di laut Mediterania dikuasai
oleh pedagang muslim. Sejak berlangsung perang salib (abad
11-13), pelabuhan di Italia menjadi ramai kembali untuk
memberangkatkan pasukan salib ke Yerusalem. Setelah perang
salib berakhir, pelabuhan tersebut berubah menjadi kota dagang
yang berhubungan kembali dengan dunia Timur. Di sana, muncul
Republik dagang seperti Genoa, Florence, Venesia, Pisa di
Milano, dll. Kota-kota ini dikuasai oleh para pengusaha serta
pemilik modal yang kaya raya yang dikenal sebagai borjuis,
seperti Medicci dari Florence.[6] Kemungkinan kuat pengusaha
dan pemilik modal itu adalah Yahudi Khazar yang berimigrasi ke
Eropa setelah kehancuran kerajaan mereka. Sebagaimana yang
kami sampaikan pada bab “Ya’juj dan Ma’juj” bahwa para
bangsawan Khazar berimigrasi ke Eropa Barat sedangkan rakyat
biasa mereka berimigrasi ke Eropa Timur.
Renaissance terjadi setelah Abad Pertengahan, di mana
Abad
Pertengahan merupakan zaman suram bagi orang-orang Eropa.
Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasi
gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama
Kristen Katolik sangat mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh
para raja. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja,
dan hal-hal yang merugikan gereja akan mendapat balasan yang
sangat kejam. Misalnya, inkuisi (peradilan untuk perbuatan
bid’ah menurut Kristen) terhadap Nicolaus Copernicus
(1473-1543) karena teori tata suryanya yang menyebutkan bahwa
matahari adalah pusat dari galaksi. Penelitian astronominya
menghasilkan otoritas astronomi tradisional yang didominasi
oleh teori Aristoteles dan Ptolemaeus yang menolak bahwa bumi
adalah pusat semesta. Copernicus dijatuhi hukuman mati oleh
gereja.[7]
Adapun sebab utama lahirnya Renaissance adalah karena
keterkejutan orang-orang Eropa menyaksikan Kekaisara Romawi
Timur ditaklukkan oleh Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1453.
Romawi Timur adalah Kerajaan Eropa yang besar dan maju, yang
merupakan lambang supremasi Kaum Nasrani Eropa. Jatuhnya
Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium di Konstantinopel
membangkitkan semangat orang-orang Eropa. Sebelumnya mereka
hampir putus asa setelah Konstantinopel diserang bangsa
Mongol, ditambah dengan dikuasainya Spanyol dan Portugal oleh
umat Islam, lalu menyusul penaklukkan Utsmaniyah atas
Bulgaria, Yugoslavia, Rumania dan seluruh Balkan.[8]
Melalui Renaissance, seluruh kebudayaan Barat seolah-olah
lahir kembali setelah tidur nyenyak pada abad pertengahan.
Tiga faktor yang mempercepat Renaissance adalah tiga penemuan:
mesiu, seni cetak dan kompas. Mesiu menyebabkan runtuhnya
kekuasaan feodal di mana senjata dapat dimiliki oleh kaum
Proletariat[9]. Mesiu sendiri ditemukan oleh bangsa China dan
digunakan untuk melawan invasi Mongol. Namun, catatan formula
(rumus) mesiu tersebut muncul dalam bentuk naskah pada masa
Dinasti Song abad ke-11. Sedangkan ‘seni cetak’ berarti bahwa
pengetahuan tidak lagi dimiliki secara khusus oleh kaum elit,
melainkan terbuka untuk semua orang. Kompas berarti navigasi
telah aman dan memungkinkan orang-orang Eropa untuk berlayar
dan memperluas kekuasaan.
Pada abad Renaissance, orang Eropa menemukan kesadaran akan
dua hal, yakni dunia dan dirinya sendiri. Pengenalan diri
berarti sadar akan nilai pribadi dan kekuatan individual. Ahli
waris gerakan Renaissance adalah humanisme. Dan dari humanisme
inilah muncul filsafat baru yang disebut materialisme.
Istilah-istilah filsafat yang diciptakan Eropa dan bangsa
Romawi sungguh banyak, seperti Humanisme, Materialisme,
Idealisme, Positivisme, dan lain-lain. Padahal definisi di
antara semuanya hanya berbeda sedikit. Namun yang menariknya,
dalam agama Islam, filsafat tersebut disebut sebagai penyakit
wahn, yakni cinta dunia dan takut mati. Penyakit inilah yang
telah menyerang umat Islam saat ini. Namun perlu ditekankan
bahwa Islam tidak melarang ilmu pengetahuan dan sains. Bahkan
ilmu pengetahuan teknologi dan sains yang ada di zaman modern
ini sudah ada sejak diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai Rasul
Allah. Sebagaimana yang dinyatakan oleh R. Briffault dalam
bukunya yang berjudul ‘The Making of Humanity’, “Sains sebelum
Islam tidak ilmiah. Dunia tidak mengetahui sains sebelum
datangnya Islam.”
Menurut Maulana Fazlur Rahman Ansari (rahimahullah), dasar
ilmu pengetahuan alam didasarkan pada tiga prinsip, yakni
kesatuan umat manusia, kesatuan pengetahuan, dan kesatuan
alamiah. Orang pertama yang memberikan prinsip-prinsip
kesatuan ini (tawhīd) adalah Nabi Muhammad saw. Bahkan 3/4
ayat-ayat Al-Qur’an mengacu pada fenomena alam.[10]
Saat ini, beberapa Muslim berfikir bahwa seorang a’lim adalah
orang yang mempelajari Fiqh, Tafsīr, dan Ḥadīth. Betapa
kelirunya mereka! Tahukah anda bahwa Imām Abū Hanīfa menulis
sebuah risalah sains dengan persamaan matematika? Persamaan
tersebut dapat ditemukan di Perpustakaan Internasional di
Perancis.[11] Jabir ibn Hayyan yang merupakan ahli kimia
menemukan senyawa asam yang sangat penting seperti sulfur dan
nitrat pada abad ke-8. Ibn a-Haytham yang mengamati cahaya
yang datang dari lubang kecil di jendela dalam keadaan gelap,
kemudian menghasilkan gambar terbalik di dinding, dan hal
inilah yang merupakan dasar-dasar teknologi kamera saat
ini.[12] Masih banyak ilmuan Islam lainnya seperti Imām
Ghazzālī, Imām Fakhruddīn al-Rāzī, Imām Syāfi’ī dan
cendekiawan hebat lainnya dalam beberapa bidang ilmu
pengetahuan dan mereka adalah orang-orang yang saleh.
Rasulullah saw bersabda tentang ilmu pengetahuan:
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.”[13]
Segala macam kendaraan modern yang diciptakan orang-orang
Barat saat ini, yang mana belum ada di zaman Rasulullah saw,
juga telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.
dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar
kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah
menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
(Q.S An Nahl, 16: 8)
Dalam Islam tidak ada pembagian pengetahuan sakral dan
duniawi, dan karena itu, menuntut ilmu pengetahuan alam
merupakan sebuah tindakan ‘ibadah’. Memang benar bahwa level
tertinggi dari pengetahuan adalah pengetahuan dīn (agama),
tapi dalam proses pengetahuan tersebut, seseorang tidak bisa
memahami tingkat tertinggi pengetahuan kecuali orang tersebut
menaklukkan level yang paling rendah, yakni hawa nafsu.[14]
Menurut
Maulana
Fazlur
Rahman
Ansari
(rahimahullah),
penaklukkan terdiri dari tiga jenis, yakni menaklukkan diri
sendiri, menaklukkan lingkungan sekitar, dan menaklukkan
alam.[15] Namun sebelum menaklukkan ketiganya, seorang Muslim
harus menaklukkan hawa nafsunya terlebih dahulu. Dengan cara
apa? Jawabannya adalah Tazkiyah (pemurnian atau pensucian).
Awalnya, Tazkiyah berarti ‘memangkas tanaman, untuk
menghilangkan sesuatu yang membahayakan pertumbuhan tanaman
tersebut’. Jadi tazkiyah adalah untuk memurnikan diri demi
perkembangan karakter. Ketika hal tersebut diterapkan pada
kepribadian manusia, maka itu berarti untuk mempercantik dan
menghapus dari semua bekas kejelekan dan penyakit spritual
yang menghambat diri kita untuk merasakan keberadaan Allah
SWT.[16] Ketika pemurnian ini selesai dilakukan, maka
kepribadian manusia akan berfungsi di bawah perintah bagian
diri yang lebih tinggi. Tazkiyah ini merupakan bagian dari Al
Ihsan.
Bagian diri yang paling rendah (nafs) berfungsi pada dasar
naluri, yakni naluri rasa lapar, seks, penghasilan, hasrat
untuk menjadi kaya dan tuntutan diri sendiri. Bagian diri yang
lebih tinggi, bagaimanapun, mendambakan nilai-nilai kebenaran,
keindahan, kesucian, keharmonisan dan terakhir hubungan erat
dengan Allah SWT. Kecuali kalau jasmani diri ini (nafs)
mengendalikan bagian diri yang lebih tinggi dari seseorang,
meskipun manusia, dia akan bertingkah seperti binatang.[17]
Perjuangan menaklukkan bagian diri yang paling rendah ini (alnafs al-ammārah) merupakan perjuangan yang besar (jihād alakbar). Jadi, semua pengabdian keagamaan, latihan spritual dan
pembelajaran ini diarahkan menuju jihād atau perjuangan untuk
menjinakkan duniawi diri dan untuk berfungsi di bawah perintah
bagian diri yang lebih tinggi. Hal ini akan memungkinkan semua
perilaku untuk memiliki sebuah etika dan bukannya sebuah dasar
naluriah. Naluri diri tersebut adalah hasrat hendak menjadi
kaya, kuat dan kesenangan. Kadang naluri diri muncul dalam
bentuk badai yang sedang mengamuk; kemudian manusia tersebut
akan berperilaku brutal. Memperhatikan manusia manapun yang
sedang marah di luar kendali, terlihat seperti seseorang yang
berperilaku seperti binatang.[18]
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia (jika dia masih
juga berhasrat) ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh;
maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
(Q.S At Tiin, 95: 4-6)
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
(Q.S Asy Syams, 91: 7-10)
Di zaman kemunduran ini, kita diajarkan bahwa pengetahuan
hanyalah tiga jenis, yaitu Fiqh, Tafsīr, dan Ḥadīth. Siapapun
yang mempelajari selain tiga hal tersebut akan menjadi setan.
Ini dinyatakan oleh orang yang disebut Muslim yang saleh. Tapi
mereka berkata: “Kita ingin menciptakan Negara Islam sekali
lagi.” Bagaimana? Dengan apa? Dengan membaca ribuan tasbīh
sehari semalam tanpa henti? Ketika musuh Islam menjadi kuat
dan superpower dengan dukungan senjata berteknologi canggih,
sementara umat Islam menjadi lemah tak berdaya dan hancur
dalam serangan yang dilancarkan musuh seperti efek domino.
Ketika runtuh, umat Islam menjadi budak, bahkan non-Muslim
yang lemah pun menjadi budak mereka yang kini menguasai
peradaban barat modern.
Semua ini berawal ketika orang-orang Eropa, yang telah
disusupi Yahudi Khazar, mengusir umat Islam dari Spanyol dan
menaklukkan Baghdad. Mereka mencuri penemuan-penemuan Ulama
Islam terdahulu dan kemudian menggunakannya pada zaman
Renaissance. Sementara umat Islam jauh tertinggal, bahkan
hampir sebagian dari Muslim menjadi bodoh hingga kita tidak
tahu bahwa ekonomi saat ini telah banyak menerapkan Riba. Jika
kondisi umat Islam masih seperti ini, maka Islam hanya akan
menjadi kenangan masa lalu.
Kembali pada fisafat ciptaan Eropa yang menyerang umat Islam,
yakni Humanisme dan Materialisme Barat yang menyebabkan
manusia merasa bebas dari doktrin tradisi dan agama. Perlahanlahan kaum humanis telah melepaskan tujuan akhirat dan
menerima batas-batas dunia yang dihadapinya. Kemudian dari
filsafat “humanisme” dan “materialisme”, lahir ideologi
politik baru, yakni “sekulerisme”.
Sejarah sekuler sudah ada sejak masa Abad Pertengahan yang
merupakan masa paling suram bagi orang Eropa. Marthin Luther
dan John Calvin adalah sumber awal yang secara tidak langsung
menimbulkan adanya seruan untuk menjadi sekuler. Pada masa
kegelapan di Eropa, Agamawan menjadi penguasa Negara yang
Korup. Marthin menemukan berbagai macam kesalahan yang
dilakukan oleh gereja mengenai Injil, inkuisi gereja terhadap
manusia-manusia seperti Nicolaus Copernicus dan Gallileo
Galilei sebagai seorang ilmuan yang dianggap menentang
kekuatan gereja.
Namun ideologi sekuler masih sebatas dalam kalangan penentang
gereja hingga akhirnya Perancis menjadi negara yang pertama
kali menerapkan ideologi sekulerisme secara resmi setelah
terjadinya revolusi pada tahun 1789. Revolusi Perancis
merupakan revolusi yang sengaja dirancang oleh organisasi
Illuminati yang dibiayai Rothshcild demi terciptanya negara
sekuler. Rothschild sangat senang ketika revolusi Perancis
terjadi, karena konstitusi baru tercipta dan meloloskan
undang-undang yang melarang Gereja Roma dari pengadaan
persepuluhan (pajak) dan juga menghilangkan pembebasan Gereja
dari pajak.[19]
Ideologi sekuler inilah yang kemudian menyerang dunia Islam di
zaman Khilafah Utsmaniyah. Sejak sekulerisme menyebar ke
seluruh dunia, khususnya dunia Islam, negara tidak lagi
mengakui kedaulatan Tuhan. Bahkan hukum-hukum agama tidak lagi
diterapkan dalam negara, dan hukum agama digantikan oleh hukum
manusia, karena manusia tidak lagi bergantung pada hal-hal
yang bersifat agama sejak filsafat humanisme dan materialisme
menyerang.
Di zaman modern ini, mereka menyatakan dalam Piagam PBB
Artikel 24 dan 25, bahwa “Dewan Keamanan PBB memiliki
kewenangan tertinggi di dunia yang berkaitan dengan perdamaian
dan keamanan dunia.” Ini jelas adalah syirik!
Chapter V: The Security Council[20]
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahibnya
sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga) Al Masih putra Maryam;
padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang
mereka persekutukan”
(Q.S At Taubah, 9: 31)
Adi bin Hatim ra berkata: Saya mendatangi Rasulullah saw
dengan mengenakan kalung salib dari perak di leherku.
Rasulullah saw bersabda, “Wahai Adi, lemparkanlah patung itu
dari lehermu.” Kemudian saya melemparkannya. Setelah itu,
Beliau membaca ayat ini: Ittakhadzû ahbârahum wa ruhbânahum
min dûni Allâh, hingga selesai. Saya berkata, “Sesungguhnya
kami tidak menyembah mereka.” Beliau bersabda: “Bukankah para
pendeta dan rahib itu mengharamkan apa yang dihalalkan Allah,
lalu kalian mengharamkannya; menghalalkan apa yang diharamkan
Allah, lalu kalian menghalalkannya.” Aku menjawab, “Memang
begitulah.” Beliau bersabda, “Itulah ibadah (penyembahan)
mereka kepada pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka.”[21]
Jika para rahib dan pendeta menghalalkan apa yang Allah SWT
haramkan adalah perbuatan syirik, apakah jika pemerintah
melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan para rahib dan
pendeta itu bukan syirik?
Jadi, dengan serangan filsafat “materialisme” dan ideologi
sekulerisme itulah orang Eropa menyerang Khilafah Utsmaniyah
sebelum melakukan serangan militer. Lalu mereka mengirim agen
mata-mata (Al Jassasah) untuk menyusupi pusat pemerintahan
Khilafah Utsmaniyah di Istanbul, dan menciptakan gerakan yang
dikenal dengan “Young Turks”. Kemudian gerakan ini mendirikan
sebuah partai politik yang bernama “Komite Persatuan dan
Perkembangan” atau “Committee of Union and Progress”. Komite
ini dibentuk pada tahun 1889 di Istanbul oleh ilmuan dan
cendekiawan Turki, yakni Ibrahim Temo, Mehmed Reshid, Abdullah
Cevdet, Behaeddin Shakir, Ali bey Huseynzade, dan lain-lain.
Kemudian Komite tersebut dipindahkan ke Jenewa tahun 1891, dan
dipindahkan lagi ke Paris, kemudian ke Tesalonika tahun 1906
di mana mendapat dukungan dari Yahudi dan Freemason di sana
yang merupakan elemen penting dalam penduduk pelabuhan besar
Mecedonia.[22]
Mustafa Kemal Atatürk
Satu tahun kemudian, 1907, Mustafa Kemal Atatürk, seorang
letnan Turki ditempatkan di tanah kelahirannya, Tesalonika dan
kemudian bergabung dengan Komite Persatuan dan Pembangunan.
Sebelumnya, Mustafa ditempatkan di Damaskus, di mana setelah
itu bergabung dengan sebuah kelompok rahasia kecil yang
terdiri dari perwira-perwira yang menginginkan pembaruan yang
disebut Vatan ve Hürriyet (Tanah Air dan Kemerdekaan), dan
menjadi penentang aktif Khilafah Utsmaniyah.
Tahun 1908, gerakan Turki Muda melancarkan revolusi dan
berhasil mengendalikan pemerintahan Utsmaniyah. Mereka
menuntut untuk dibentuk kembali Konstitusi Parlemen. Tiga
dekade sebelumnya, tahun 1876, Konstitusi Parlemen sempat
berlaku selama 2 tahun hingga akhirnya dibubarkan oleh Sultan
Abdul Hamid II, dan dia menggantinya dengan Monarki Absolut.
Revolusi ini tidak hanya mengubah Khilafah Utsmaniyah, tapi
juga memainkan peran penting dalam reformasi di Timur Tengah
dan Balkan, dan kemudian menjadi pemicu penciptaan politik
agama modern.[23]
Setelah kekuatannya bangkit, gerakan Turki Muda melalui Partai
Persatuan dan Perkembangan memperkenalkan program-program yang
memodernisasikan Khilafah Utsmaniyah dan semangat Nasionalisme
Turki. Mereka juga merupakan reformis Utsmaniyah pertama yang
mempromosikan Industrialisasi. Selain itu, gerakan Turki Muda
mensekulerkan sistem hukum dan memberikan pendidikan kepada
kaum perempuan. Gerakan Turki Muda menggeser kekuasaan dalam
berbagai kelompok agama dan etnis Utsmaniyah yang pernah aktif
sebagai organisasi politik oposisi sebelum revolusi.[24]
Menjelang Perang Dunia I, Pemerintah Utsmaniyah memiliki
hubungan dekat dengan dua kekuatan regional, yakni Inggris
yang merupakan pelindung utama dari ekspansi Rusia, dan Jerman
yang memiliki kepentingan ekonomi yang semakin besar di Timur
Tengah, termasuk kereta api Berlin ke Baghdad. Prusia
(sekarang Jerman) telah diberikan tanggung jawab untuk melatih
Angkatan Darat Utsmaniyah pada awal 1822 dan pemerintah yang
baru mempertahankan hubungan ini. Pada tahun 1913, Jenderal
Jerman Otto Liman von Sanders tiba di Konstantinopel sebagai
kepala misi militer negaranya, dia juga merupakan Kepala Staf
militer Utsmaniyah.
Untuk menyeimbangkan kekuatan, gerakan Turki Muda mengundang
Inggris untuk meningkatkan Angkatan Laut mereka. Mereka
memesan dua kapal perang Dreadnoughts yang akan dibuat di
Inggris.[25]
Setelah berhasil menyerang dengan filsafat Materialisme,
barulah mereka mulai merancang skenario untuk menyerang
Khilafah Utsmaniyah dari segi militer. Namun mereka harus
merencanakannya dengan sangat matang dan dengan bantuan dana
dan politik yang sangat besar. Jauh sebelum itu, mereka telah
menghasilkan banyak dana dengan cara ‘Riba’, seperti yang
dilakukan Keluarga Rothschild di Eropa. Bahkan kekayaan
Rothschild meningkat pesat setelah mereka merancang peperangan
antara Inggris dan Perancis.
Hal aneh lainnya juga terjadi, kekayaan mereka meningkat pesat
setelah ditemukannya berlian (Kimberly Diamond) di Afrika
Selatan pada pertengahan abad ke-19. Tahun 1866, Erasmus
Jacobs, anak seorang petani yang berumur 15 tahun menemukan
berlian Afrika pertama di dekat Sungai Orange, Hopetown.
Kemudian tahun 1869, seorang gembala Griqua di Hopetown
menemukan Dudley Diamond (Bintang Afrika Selatan) 83,5 karat
berlian kasar. Hal ini memicu perburuan perburuan berlian
pertama. Tahun 1870 saat berumur 17 tahun, Cecil Rhodes tiba
di Afrika Selatan, dan kemudian menyelamatkan uangnya dengan
cara menjual es pada para penambang yang bekerja di bawah
terik matahari Afrika. Melalui perusahaannya De Beers yang
didirkan tahun 1888 dan didanai oleh Rothschild, dia menguasai
kawasan tersebut dan menjual berlian itu dengan harga yang
sangat tinggi, karena mereka telah menguasai pasar
Internasional dan menciptakan monopoli melalui aliansi De
Beers. Peristiwa ini tidak lah terjadi kebutulan. Rasulullah
saw bersabda:
“Dan ia (dajjal) melalui hutan rimba, dan ia berkata
kepadanya: Keluarkanlah kekayaanmu, maka kekayaaan rimba itu
mengikuti dia, bagaikan lebah mengikuti ratunya”[26]
Juga pada saat yang sama, hal aneh lainnya juga terjadi, yakni
“Revolusi Industri” (sains & teknologi) di Inggris pada abad
ke 18-19, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Dengan
teknologi yang luar biasa, mereka dengan mudahnya mengeruk
kekayaan yang ada di bumi dan dimanfaatkan demi agenda mereka.
Perang Dunia Pertama
Dengan kekayaan yang sudah melimpah, saatnya bagi mereka
melancarkan serangan militer terhadap Kesultanan Utsmaniyah
dan mengendalikan dunia. Sesuai rencana yang dirancang Albert
Pike, Perang Dunia dilancarkan untuk menghancurkan Tsar Rusia,
terutama Khilafah Utsmaniyah, sebab Khilafah Utsmaniyah adalah
imperium yang sangat kuat yang mampu memobilisasi umat Islam
dalam sekejap dengan mendeklarasikan “Jihad”.
Untuk melancarkan perang fisik, terlebih dahulu mereka harus
merancang sebuah konspirasi. Saat itu terdapat 6 kekuatan
besar Eropa, yakni Britania Raya, Kekaisaran Jerman,
Kekaisaran Austria-Hongaria, Kesultanan Utsmaniyah, Kekaisaran
Russia, dan Republik Perancis.
Pembunuhan Franz Ferdinand
Konspirasi pun di rancang dengan kasus “Pembunuhan Putra
Mahkota Pewaris Tahta Austria-Hongaria” Franz Ferdinand Carl
Ludwig Joseph Maria pada tanggal 28 Juni 1914. Pembunuhan yang
meletuskan Perang Dunia Pertama ini dilakukan oleh Gavrilo
Princip, anggota Young Bosnia dan Crna Ruka (Tangan Hitam)
yang berambisi mendirikan negara Yugoslavia dan bebas dari
intervensi Austria-Hongaria.[27] Meskipun pembunuhan ini
meletuskan Perang Dunia I, namun hal ini bukanlah satu-satunya
alasan terjadinya perang. Ada masalah yang lebih serius yang
terjadi beberapa tahun sebelumnya.
Otto von Bismarck
Tahun 1870-1871, Prussia (sekarang Jerman) mengalahkan
Perancis pada pertempuran Franco-Prussian War dan menyebabkan
berdirinya Kekaisaran Jerman melalui Unification of Germany.
Meskipun Kekaisaran Jerman saat itu dipimpin oleh Kaisar
Wilhelm I, namun Wilhelm I lebih suka menyerahkan urusan
pemerintahannya kepada Kanselir Jerman (Perdana Menteri),
yakni Otto von Bismarck. Bismarck yang terkenal dengan
kejeniusannya dalam berpolitik menginginkan agar Jerman
sejahtera melalui kestabilan politik luar negeri. Untuk
mencapai tujuannya itu, dia merumuskan kebijakan politik luar
negeriniya dalam 4 poin:
1. Dari semua negara tetangga, Perancis lah yang sangat
dendam kepada Jerman. Bukan hanya karena kalah dalam
pertempuran Franco-Prussian War, Jerman juga merebut 2
provinsi Perancis, yakni Alsace dan Lorraine. Oleh
karena itu, Bismarck segera mengisolasi Perancis,
mengintervensi ekonominya dan mencegah Perancis untuk
tidak bersekutu dengan negara Eropa yang kuat.
2. Salah satu tetangga Jerman yang paling dekat adalah
Austria-Hongaria. Dengan begitu, Bismarck segera
mendekati Austria-Hongaria untuk menjadi sekutu Jerman.
3. Negara tetangga di bagian timur, Jerman mendekati
Kekaisaran Rusia yang berpenduduk ratusan juta lebih.
Bismarck tahu bahwa jika Jerman berperang melawan Rusia,
Jerman akan hancur. Bismarck merasa bahwa Jerman
membutuhkan sumber daya alam Rusia, begitu pun Rusia
membutuhkan barang berteknologi dari Jerman. Oleh karena
itu, Jerman bekerja sama dengan Rusia dalam bidang
ekonomi dan militer.
4. Di seberang lautan, ada kekuatan kolonial terbesar di
dunia, yakni Britania Raya. Hubungan antara JermanBritania tidak terlalu dekat, hanya sebatas persaingan
ekonomi. Ekonomi Jerman juga bergantung pada kapal
ekspor-impor yang melewati perairan Britania. Bismarck
merasa bahwa Jerman jangan sampai mengganggu Britania,
karena seandainya Britania membantu Perancis, eksporimpor Jerman tidak akan bisa dilakukan lewat laut.
Tahun 1873, Bismarck berhasil membentuk persekutuan antara
Kekaisaran Jerman, Kekaisaran Rusia dan Austria-Hongaria,
dikenal sebagai League of the Three Emperors. Tujuan Bismarck
adalah menciptakan Eropa yang damai dan menyeimbangkan
kekuatan.[29] Bismarck sering memimpin Liga tersebut karena
tujuannya untuk menjaga keseimbangan kekuasaan di antara
negara yang terlibat dan Eropa pada umumnya. Filsafat politik
Bismarck ini melestarikan status quo dan menghindari
peperangan. Meskipun Perancis diisolasi, Bismarck tidak mau
memusuhi dan menyerang Perancis, dan hanya sekedar membatasi
kekuasaannya.[30]
Tahun 1878, terjadi perselisihan politik antara AustriaHongaria dan Rusia di mana Rusia menancapkan pengaruhnya di
Balkan dan mendukung Serbia. Tahun 1887, Rusia memisahkan diri
dari League of the Three Emperors karena konflik kepentingan
antara Austria-Hongaria dan Rusia di Balkan, dan posisi Rusia
digantikan oleh Italia. Untuk menghindari perselisihan dengan
Rusia, Bismarck berusaha meyakinkannya bahwa Jerman tidak akan
menghalangi kepentingan Rusia di Balkan, dan secara diam-diam,
Rusia-Jerman menandatangani perjanjian rahasia yang dikenal
sebagai Reinsurance Treaty. Perjanjian ini menjamin adanya
sikap netral Jerman dan Rusia selama tiga tahun jika terjadi
Perang Eropa. Akan tetapi, perjanjian tidak berlaku jika
terjadi serangan Jerman terhadap Perancis dan serangan Rusia
terhadap Austria-Hongaria. Dalam perjanjian rahasia ini Jerman
menyetujui pengaruh Rusia di Bulgaria dan Rumelia Timur
(sekarang bagian dari Bulgaria Selatan) dan setuju untuk
mendukung aksi Rusia dalam mengontrol Laut Hitam sebagai
bagian dari kekuasaannya.[31]
Tahun 1888, Kaisar Wilhelm II naik tahta. Berbeda dengan
kakeknya Wilhelm I yang menyerahkan urusan negara kepada
Bismarck, Wilhelm II memiliki ambisi besar akan militerisme.
Bismarck yang selama ini ingin Jerman damai, mulai dianggap
sebagai penghalang bagi Kaisar baru, dan kemudian perlahanlahan Wilhelm II mengurangi pengaruh politik Bismarck. Pada
akhirnya, Bismarck mengundurkan diri pada 20 Maret 1890.[32]
Pada tahun tersebut, Rusia menemui pihak Jerman untuk
memperpanjang Reinsurance Treaty, tapi Wilhelm II menolak
untuk memperpanjangnya karena Wilhelm II ingin melebarkan
pengaruh Jerman ke daerah Timur Tengah, yang juga menjadi
sasaran Rusia. Hal ini menyebabkan Rusia dengan cepat
bergabung dengan Perancis dalam Franco-Russian Military
Convention.[33] Wilhelm II juga berusaha menigkatkan armada
lautnya, dan ini membuat Inggris merasa terancam.
Setahun sebelum kematiannya, 1897, Bismarck meramalkan bahwa,
“Suatu hari akan ada perang hebat yang menimpa seluruh Eropa
karena kebodohan di daerah Balkan.”[34] Tepat seperti yang
diprediksi Bismarck, perang besar terjadi 17 tahun kemudian.
Fashoda IncidentWilhelm II merasa bahwa Inggris tidak akan mau
memusuhi Jerman, karena saat itu Inggris dan Perancis sedang
memperebutkan wilayah jajahan di Afrika dalam krisis Fashoda
Incident, belum lagi Inggris dan Rusia juga sedang
memperebutkan wilayah jajahan di Asia Tengah (The Great Game).
Namun, ternyata Wilhelm II salah perhitungan. Inggris
menganggap persaingan wilayah jajahan di Afrika dan Asia
Tengah tidak lebih penting dari ancaman terhadap tanah air
sendiri oleh kapal-kapal perang Jerman.
Fashoda Incident
Akhirnya, 8 April 1904 Inggris dan Perancis menandatangani
kesepakatan yang dikenal sebagai Entente Cordiale untuk
menyelesaikan masalah wilayah jajahan mereka dan membentuk
pemahaman diplomatik antar kedua negara.[35] Tahun 1907,
Inggris dan Kekaisaran Rusia juga melakukan hal yang serupa
dengan menandatangani kesepakatan serupa. Aliansi ini dikenal
dengan Triple Entente. Dengan begitu, Jerman dan AustriaHongaria praktis berhadapan dengan Inggris-Perancis-Rusia.[36]
Austria-Hungary, 1914
Semakin meningkatnya intensitas konflik antara AustriaHongaria di Balkan, ditambah lagi tebunuhnya Franz Ferdinand
oleh kaum nasionalis Serbia, menyebabkan ketegangan di Eropa
semakin meningkat. Pada bulan Juli 1914, terjadi manuver
politik di antara Austria-Hongaria, Jerman, Rusia, Perancis,
dan Inggris, yang disebut Krisis Juli. Karena juga ingin
menghentikan intervensi Serbia di Bosnia, Austria mengirimkan
Ultimatum ke Serbia, yaitu sepuluh permintaan yang sengaja
dibuat tidak masuk akal dengan tujuan memulai perang dengan
Serbia.[37] Tuntutan tersebut adalah:
1. Menghentikan semua propaganda anti Austria-Hongaria
2. Membubarkan organisasi “Narodna Odbrana” yang dipercaya
berada di balik pembunuhan ini
3. Menghilangkan semua materi anti Austria-Hongaria dari
buku pelajaran dan publikasi pemerintah
4. Memecat semua anggota militer dan pegawai pemerintah
yang terlibat kegiatan propaganda anti Austria-Hongaria
5. Menerima perwakilan kekaisaran Austria-Hongaria untuk
mengawasi kegiatan tuntutan atas propaganda terhadap
Austria-Hongaria
6. Mengadili semua orang yang diduga terlibat pembunuhan
putra mahkota di bawah pengawasan perwakilan AustriaHongaria.
7. Menangkap walikota Voija Tankositch dan pegawai
pemerintah yang bernama Milan Ciganovich, yang terlibat
dalam pembunuhan
8. Menghentikan dan mencegah penyelundupan senjata dari
wilayah Serbia.
9. Mengakui keterlibatan warga negara, pegawai pemerintah,
dan militer Serbia dalam pembunuhan tersebut.
10. Melapor kepada pemerintah Austria-Hongaria tentang semua
perkembangan terkait ultimatum ini.[38]
Ketika Serbia tidak sanggup menyetujui tuntutan nomor 6,
Austria-Hongaria akhirnya menyatakan perang pada tanggal 28
Juli 1914. Dengan segera, kekuatan besar Eropa ikut ke dalam
perang. Berikut ini urutan peristiwa yang membuat Perang Dunia
tidak bisa dihindari:
1. Austria-Hongaria, tidak puas dengan jawaban Serbia
terkait ultimatum nya dan menyatakan perang terhadap
Serbia pada 28 Juli 1914
2. Rusia terikat perjanjian dengan Serbia dan mengumumkan
mobilisasi tentara yang besar dalam pertahanannya. Namun
proses mobilisasi tersebut lambat dan akan memakan waktu
sekitar enam minggu.
3. Jerman bersekutu dengan Austria-Hungaria melalui
perjanjian, dan melihat mobilisasi Rusia sebagai
tindakan perang terhadap Austria-Hungaria, dan kemudian
menyatakan perang terhadap Rusia pada 1 Agustus 1914.
4. Perancis terikat oleh perjanjian dengan Rusia, dan
akhirnya berperang melawan Jerman. Perancis juga
menyatakan perang terhadap Austria-Hungaria. Jerman
dengan cepat menginvasi Belgia (negara netral) agar
mencapai Paris dengan rute yang sesingkat mungkin.
5. Inggris yang bersekutu dengan Perancis menyatakan perang
melawan Jerman pada tanggal 4 Agustus. Seperti Perancis,
Inggris juga berperang melawan Austria-Hungaria.
6. Dengan masuknya Inggris ke dalam perang, negara jajahan
menawarkan bantuan militer dan keuangan, termasuk
Australia, Kanada, India, Selandia Baru dan Uni Afrika
Selatan.
7. Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson menyatakan
kebijakan AS bersikap netral mutlak.
8. Jepang menghormati perjanjian militer dengan Inggris,
dan menyatakan perang terhadap Jerman pada tanggal 23
Agustus 1914. Dua hari kemudian Austria-Hungaria
menanggapinya dengan menyatakan perang terhadap Jepang.
9. Meskipun bersekutu dengan Jerman dan Austria-Hungaria,
Italia mampu menghindari peperangan. Singkatnya, Italia
berkomitmen untuk membela Jerman dan Austria-Hungaria
hanya dalam hal perang bertahan. Tahun berikutnya, pada
Mei 1915, Italia akhirnya bergabung ke dalam perang
dengan berpihak pada Sekutu (Inggris, Perancis, dll) dan
melawan dua mantan sekutunya (Jerman dan AustriaHongaria).[39]
the Triple Entente and the Triple Alliance
Ketika tahu bahwa Inggris akan ikut perang jika Jerman
menyerang Perancis, Kaisar Wilhelm II panik. Wilhelm II segera
menghubungi panglimanya, Helmuth von Moltke, untuk segera
merubah Schlieffen Plan dengan mengalihkan serangan ke Rusia.
Helmuth berkata bahwa itu mustahil, dan mendengar hal
tersebut, Wilhelm II berkata, “Pamanmu akan memberikan saya
jawaban yang berbeda.”[40] Hal tersebut jadi tidak mungkin
dikarenakan Schlieffen Plan. Apa itu Schlieffen Plan?
The Schlieffen Plan
Ketika ketegangan dimulai sejak 1890an, militer Jerman sudah
melakukan perencanaan darurat militer. Rencana tersebut adalah
Schlieffen Plan. Nama tersebut berasal dari nama Marsekal
Count Alfred von Schlieffen, seorang atase militer di Paris
1867 – 1869 dan panglima tentara Jerman hingga 1906. Rencana
ini adalah taktik militer darurat seandainya nanti Jerman akan
menghadapi perang melawan Perancis dan Rusia di saat
bersamaan. Inti rencana ini adalah memusatkan 90% tentara
Jerman untuk menerobos Belgia, lalu merebut Paris. Kemenangan
atas Perancis dalam enam minggu adalah penting untuk
memulihkan kembali kekuatan sebelum berperang melawan Rusia.
Setelah Paris direbut, Perancis akan menyerah, dan kemudian
tentara Jerman dikerahkan ke Timur untuk menyerang Rusia.[41]
Berdasarkan taktik darurat ini, pejabat militer Jerman sudah
dilatih sejak lama untuk mengeksekusi rencana ini. Schlieffen
Plan ini sudah terdoktrin dalam otak semua tentara Jerman.
Begitu Franz Ferdinand terbunuh, semua angkatan bersenjata
Jerman (karena Jerman bersekutu dengan Austria) langsung
melaksanakan Schlieffen Plan ini secepat mungkin, dari Jendral
tertinggi sampai kopral terendah. Semuanya bergerak dan tahu
apa yang harus dilakukan, tanpa perlu komando dari pusat. Oleh
karena itu akan membutuhkan waktu yang lama jika rencana ini
dihentikan atau dirubah, apalagi komunikasi yang paling
canggih saat itu hanyalah telegram. Juga, setiap tingkatan
militer Jerman akan kebingungan jika mendapat perintah untuk
pembatalan rencana, dan mereka akan meminta konfirmasi ulang
kepada setiap atasannya. Itukah kenapa Helmuth mengatakan
bahwa tidak mungkin untuk merubah rencana tersebut.[42]
kapal perang SMS Goeben dan kapal penjelajah SMS Breslau
Ketika perang berlangsung, Khilafah Utsmaniyah berusaha
ditarik ke dalam perang, tapi Khalifah di Istanbul tidak ingin
karena dia tahu betapa lemahnya pasukan Khilafah Utsmaniyah
dalam hal teknologi militer. Bulan Agustus 1914, Armada
Inggris berusaha mengejar Mittelmeerdivision Jerman di Laut
Mediterania yang terdiri dari kapal perang SMS Goeben dan
kapal penjelajah SMS Breslau. Kemudian kapal-kapal Jerman
menghindari armada Inggris dan melewati Dardanella untuk
mencapai Istanbul, di mana kedua kapal tersebut akhirnya
diserahkan kepada Kekaisaran Ottoman. Berganti nama menjadi
Yavuz Sultan Selim dan Midili, keduanya diperintahkan oleh
komandan Jerman, Admiral Wilhelm Souchon, untuk menyerang
posisi Rusia, dan hal ini menyebabkan Khilafah Utsmaniyah
masuk ke dalam perang di sisi Blok Sentral (Jerman dan
Austria-Hongaria).[43] Meskipun tindakan komandan Jerman
tersebut tanpa izin pemerintah Utsmaniyah, namun Khalifah di
Istanbul membiarkan kesan tersebut dan tidak membantah aksi
komandan itu. Karena alasan hubungan buruk dengan Kekaisaran
Russia, tidak mau bergabung dengan Inggris yang sering
melanggar janji, dan tidak ingin kehilangan persekutuan dengan
Jerman lah yang membuat Khalifah membiarkannya.
Europe 1914
Pada akhirnya, keputusan pemerintah Utsmaniyah untuk membantu
Jerman dalam Perang Dunia I harus dibayar sangat mahal dengan
runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Khilafah Utsmaniyah dikalahkan
oleh diplomasi dan serangan militer Inggris melalui agen matamata (Al Jassasah) dan Jendral mereka. Agen mata-mata dan
Jendral Inggris tersebut adalah T.E. Lawrence dan Sir Edmund
Allenby.
Perbandingan wilayah Kesultanan Ottoman sebelum
terlibat perang (kiri) – dibandingkan perpecahan
wilayah timur tengah paska perang dunia 1 (kanan)
Inggris melalui agennya menancapkan pengaruhnya di Semenanjung
Arab dengan membujuk Husain bin Ali, selaku Syarif Mekkah,
untuk memberontak melawan Khilafah Utsmaniyah. Mereka membayar
Husain sebesar 6.000.000 pounds dan membantu pasukan Husain
dalam mengalahkan pasukan Utsmaniyah di Hijaz.[44] Pada
tanngal 27 Juni 1916, mengeluarkan proklamasi di mana ia
mengumumkan dirinya, sebagai keturunan langsung dari Muhammad
saw, dan sebagai pemimpin sejati dari iman Islam. Dalam hal
ini ia secara efektif berusaha untuk menggulingkan Khalifah
Utsmaniyah Mehmed V sebagai pemimpin spiritual, yang dianggap
sebagai boneka pemerintahan Turki Muda. Tujuan Hussein dalam
memulai Revolusi di Arab adalah mendirikan negara Arab tunggal
yang merdeka dan terpadu yang terbentang dari Aleppo (Suriah)
sampai Aden (Yaman), berdasarkan tradisi kuno dan budaya
orang-orang Arab.[45] Dengan begitu Khilafah kehilangan
legitimasinya, seorang Khalifah (Amir) tidak lagi bisa
menunaikan ibadah haji semaunya, sebab yang menguasai haramain
berada dalam genggaman otoritas lain.
T.E. Lawrence adalah seorang pakar arkeolog, petualang, ahli
strategi militer, dan penulis buku “The Seven Pillars of
Wisdom (1927)”. Tahun 1911, Lawrence berada di Suriah dan ikut
serta dalam sebuah ekspedisi arkeologi yang menggali situs Het
Karkemis di Efrat. Dia bekerja di Mesir menjadi bawahan Sir
Flinders Petrie yang juga merupakan arkeolog. Selama beberapa
tahun Lawrence memperoleh pengetahuan tentang bahasa dan
kebiasaan orang-orang Arab. Setelah pecahnya Perang Dunia I,
ia ditugaskan menjadi mata-mata sebagai orang yang ahli di
Arab. Pada tahun 1916 ia bergabung dengan pasukan Sheikh Arab
Faisal I bin Hussein, anak dari Husain bin Ali. Dalam The
Seven Pillars, Lawrence menjelaskan pertemuan pertamanya
dengan Faisal:
Selama Paris Peace Conference of 1919. Kiri ke Kanan; Rustum
Haidar, Nuri as-Said, Pangeran Faisal, Captain Pisani
(dibelakang Faisal), T. E. Lawrence, tidak diketahui, Captain
Tahsin Kadry
“Pada padangan pertama itu saya merasa bahwa dialah alasan
saya datang ke Arab ini – pemimpin yang akan membawa Revolusi
Arab untuk kemuliaan penuh. Faisal tampak sangat tinggi dan
pilarnya seperti, sangat ramping, jubah sutra putih yang
panjang dan kain kepalanya yang cokelatnya … Kelopak matanya
yang jatuh; dan jenggot hitam dan wajahnya berwarna seperti
topeng …”[46]
(Q.S At Tiin, 95: 4-5)
T.E Lawrence alias Lawrence of Arabia, agen Inggris yang
bertugas sebagai penghubung kepada Ibn. Saud (Saudi), Raja
Faisal (Irak) dan Raja Husein (Transjordan) dalam rangka
pasokan uang dan senjata dari Inggris.
Dengan berpakaian Arab, ia mulai bekerja dengan Faisal untuk
meluncurkan pemberontakan skala penuh dari suku-suku. Dengan
segera Lawrence menjadi seorang tokoh berpengaruh dalam
pasukan Arab. Terutama dalam perang gerilyanya yang terbukti
berhasil dalam merusak pasukan Utsmaniyah-Jerman. Dia merebut
pelabuhan Akaba pada bulan Juli tahun 1917, dan memimpin
pasukan Arab ke dalam padang pasir, kemudian mengganggu
Utsmaniyah ketika tentara Inggris mulai menginvasi Palestina
dan Suriah.[47]
Kemenangan Jend Allenby 11 Desember 1917
Pada bulan Oktober 1917, pasukan Inggris mulai menginvasi
Yerusalem hingga akhirnya ditaklukkan pada tanggal 9 Desember
1917 dibawah kepemimpinan Jendral Edmund Allenby. Ketika
memasuki Yerusalem, Allenby menyatakan, “perang salib sudah
berakhir sekarang.”[48] Pernyataan Allenby ini menandakan
bahwa diplomasi Inggris telah berhasil menaklukkan Semenanjung
Arabia, dan hal ini tidak diragukan lagi.
Apa yang dimaksud Allenby adalah Islam kini menjadi harimau
tanpa taring yang tidak berdaya dan tidak mampu membalas
kekalahannya di Yerusalem. Tidak sama seperti yang dilakukan
Salahuddin Al Ayyubi yang merebut kembali Yerusalem dari
tangan pasukan salib. Bangsa Arab dan punjabi turut membantu
Allenby dalam menaklukkan Yerusalem dan melakukan revolusi
sambil menunggu kehancuran Khilafah Utsmaniyah.
Allenby
dan
Raja
Faisal
(Suriah)
Namun, alasan apa yang membuat Inggris ingin menaklukkan
Yerusalem? Mengapa Inggris menyerahkan Yerusalem kepada orang
Yahudi?
Tahun 1906, Pemimpin Organisasi Zionis Dunia Dr. Chaim
Weizmann, yang juga seorang Teknik Kimia dan dosen senior
Universitas Manchester, pergi menemui Arthur James Balfour
yang sedang berkampanye untuk menjadi Perdana Menteri
Inggris.[49] Saat itu Balfour mendukung apa yang ingin dicapai
oleh gerakan zionis, konsep Tanah Air Yahudi dan kemudian
hendak memberikan wilayah jajahan di Afrika, Uganda kepada
gerakan Zionisme. Namun Weizmann menolak dan ingin meminta
Palestina.
Arthur James Balfour: “Mengapa Palestina dan hanya Palestina
saja yang diinginkan menjadi basis Zionisme ? Semua tempat
yang lain akan menjadi pemberhalaan”
Dr. Chaim Weizmann: “Tuan Balfour, andai saya menawarkan Anda
Paris sebagai ganti London, akankah Anda mengambilnya?”
Arthur James Balfour: “Namun Dr. Weizmann, kami memiliki
London”
Dr. Chaim Weizmann: “Itu benar, namun kami memiliki Yerusalem
dulu saat London masih rawa-rawa.”
Arthur James Balfour: “Berapa banyak Yahudi yang berpikir
seperti anda?”
Dr. Chaim Weizmann: “Saya membicarakan pikiran jutaan orang
Yahudi”[50]
Dr. Chaim Weizmann dan Faisal I bin Husain
Pada awal Perang Dunia I, dunia dikejutkan dengan kapal selam
Jerman (U-Boot) yang menyapu semua konvoi Angkatan Laut Sekutu
di Samudra Atlantik. Saat itu Jerman benar-benar sangat kuat,
bahkan tidak ada satu tembakan pun yang masuk ke wilayah
Jerman. Kemudian, 12 Desember 1916, Jerman dan sekutunya
menawarkan perjanjian damai. Mereka menawarkan Inggris dan
sekutu sebuah negosiasi perdamaian yang disebut para pengacara
sebagai status quo ante basis, yang berarti “mari sudahi
perang, dan biarkan segala sesuatunya seperti sediakala
sebelum perang.”[51]
Barisan Dreadnaughts Inggris di Pertempuran Jutland
Saat itu lah zionis memainkan kekuatan lobinya. Zionis di
Jerman, yang mewakili Zionis di Eropa Timur, pergi ke Kabinet
Perang Inggris. Dan mereka mengatakan, “Lihat disini, sekarang
kalian dapat memenangkan perang ini. Kalian tidak harus
menyerah, kalian tidak harus menerima negosiasi perdamamaian
yang ditawarkan Jerman. Kalian dapat memenangkan perang ini
jika Amerika Serikat bergabung sebagai sekutu kalian.” Mereka
berkata kepada Inggris, “Kita akan menjamin Amerika Serikat
masuk ke dalam perang sebagai sekutu kalian. Untuk bertempur
bersama kalian, jika kalian menjanjikan kami Palestina setelah
kalian memenangkan peperangan ini.”[52]
Benar apa yang dikatakan zionis tentang jaminan Amerika
Serikat akan memasuki perang. Pada tanggal 7 Mei 1915, kapal
pesiar (penumpang) Inggris RMS Lusitania ditenggelamkan oleh
kapal-U Jerman yang juga menewaskan 128 warga negara Amerika
Serikat. Namun, ternyata kapal tersebut juga membawa sejumlah
besar amunisi, bahan peledak, dan material perang lainnya
untuk tentara Inggris dan Perancis, dan hal ini bertentangan
dengan peraturan internasional (Konvensi Den Haag dan
Peraturan Kapal penjelajah).[53]
Sebagaimana G. Edward Griffin menulis dalam The Creature Dari
Jekyll Island, “… kapal itu [The Lusitania] membawa amunisi
yang mengapung.” Ini berarti bahwa kapal itu tidak akan
memiliki status sebagai kapal non-militer dan bisa ditembaki
tanpa PERINGATAN. Secara luas diketahui bahwa Lusitania
dimasukkan ke dalam armada Admiralty, dan didaftarkan sebagai
Kapal penjelajah tambahan bersenjata dan dicantumkan dalam
Pertempuran Kapal Jane dan dalam Angkatan Laut Tahunan.[54]
Jerman tahu bahwa Kapal Lusitania membawa perlengkapan militer
menuju musuh di Front Barat. Kedutaan Jerman di Washington
bahkan mengambil langkah pengamanan dengan menempatkan iklan
peringatan di 50 surat kabar warga sipil AS untuk tidak
berlayar di Lusitania. Karena intervensi dari Departemen Luar
Negeri, sebagian besar pemberitahuan tidak dipublikasikan.
Namun, Des Moines Register menerbitkan iklan berikut yang
ditempatkan di samping sebuah iklan untuk Lusitania.[55]
Ketika RMS Lusitania berangkat dari New York pada tanggal 1
Mei 1915, J P Morgan, seorang Ashkenazi Yahudi yang juga mitra
dan agen Rothschild, menduga bahwa jika kapal itu
ditenggelamkan oleh kapal selam Jerman, kehebohan yang
dihasilkan pasti akan membawa Amerika ke dalam perang di sisi
Sekutu. Enam hari kemudian, Lusitania tiba diperairan Irlandia
selatan. Winston Churchill, Panglima Angkatan Laut Inggris,
tahu bahwa kapal selam Jerman U-Boot, sedang beroperasi di
daerah tersebut, di mana sudah menenggelamkan 3 kapal dua hari
sebelumnya. Namun Churchill memerintahkan pengawal Lusitania,
yakni kapal penghancur Juno, untuk kembali ke pelabuhan
Queenstown. Sebelumnya, Lusitania juga diperintahkan untuk
mengurangi kecepatannya dengan mematikan salah satu dari 4
boilernya (dengan dalih untuk menghemat batu bara). Lusitania
berjalan seperti bebek dan semua AL Inggris tahu. Paling tidak
anak buah Churchill, Komandan Joseph Kenworthy, menulis dalam
bukunya The Freedom of the Seas (1927), “Kapal Lusitania
dikirim, dengan kecepatan yang jauh berkurang dan
pengawalannya ditarik, ke suatu daerah di mana U-boat telah
menunggu.”[56]
Pada akhirnya, Kapal Lusitania ditembak oleh torpedo U-Boot
Jerman yang dipimpin Kapten Letnan Walther Schwieger. Kapal
Lusitania meledak dengan sangat dahsyat dikarenakan amunisi
dan bahan peledak yang dibawanya. Namun Presiden Woodrow
Wilson meresponsnya dengan menyatatakan bahwa “Amerika Serikat
terlalu bangga untuk berperang”, tetapi menuntut berakhirnya
serangan terhadap kapal penumpang. Jerman patuh dan
mengumumkan kebijakan kapal selamnya tanggal 4 Mei 1916.[57]
“Saya mengatakan bahwa Amerika Serikat dulunya hampir total
Pro Jerman karena Koran di sini dikendalikan oleh Yahudi, dan
mereka para Yahudi, dulunya pro Jerman. Mereka mendukung
Jerman karena banyak dari mereka berasal dari Jerman, dan
mereka juga ingin melihat Jerman mengalahkan Tzar. Kaum
Yahudi tidak menyukai Tzar, dan mereka tidak ingin Rusia
memenangkan peperangan ini. Para Bankir Yahudi-Jerman ini,
seperti Kuhn Loeb and Bank besar lainnya di Amerika Serikat
menolak membiayai Perancis atau Inggris. Mereka bersikeras
dan berkata. ‘Selama Prancis dan Inggris bergabung bersama
Rusia, Tidak sesenpun akan masuk ke kantong mereka!’ Tetapi
mereka mengalirkan uang mereka ke Jerman, mereka bertempur
bersama Jerman melawan Rusia, mencoba mengalahkan rezim Tzar.
Sekarang para Yahudi yang sama, ketika mereka melihat
kemungkinan untuk mendapatkan Palestina, pergi ke Inggris dan
mereka membuat perjanjian ini. Pada waktu itu semuanya tibatiba menjadi berubah, seperti lampu lalu lintas yang berubah
dari merah ke hijau. Yang dulunya semua koran mendukung
Jerman, di mana mereka mengatakan kepada rakyat tentang
kesulitan yang sedang dihadapi Jerman melawan Inggris Raya
dengan segala respek, tetapi tiba-tiba Jerman menjadi tidak
terlalu baik. Mereka adalah para bajingan, mereka adalah
binatang, mereka menembak perawat dari palang merah, pemotong
tangan bayi, pada intinya mereka tidak baik. Tidak lama
setelah itu, Presiden Wilson menyatakan perang terhadap
Jerman.
Para Zionis di London mengirim telegram ke Amerika Serikat,
kepada hakim Brandeis, ‘Kerjalah kepada Presiden Wilson, Kita
telah mendapat apa yang kita inginkan dari Inggris. Sekarang
bekerjalah dengan presiden Wilson, dan bawa Amerika Serikat
ke dalam Perang,’ Begitulah sehingga Amerika Serikat
berangkat ke dalam perang. Kita tidak punya kepentingan di
dalamnya, kita tidak punya hak apapun di dalamnya, lebih
daripada hak untuk pergi melihat bulan malam ini daripada
berada di dalam ruangan ini. Tidak ada sama sekali alasan
bahwa perang dunia pertama menjadi perang kita. Kita digiring
ke dalam – jika tidak terlalu vulgar, kita ditipu ke dalam –
perang tersebut hanyalah agar Zionis sedunia bisa mendapat
Palestina. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah dikatakan
kepada rakyat Amerika. Mereka tidak pernah tahu mengapa
mereka terjun ke dalam perang dunia pertama.”[58]
Benjamin H Freedman
Pada tanggal 31 Januari 1917, Jerman melanjutkan perang kapal
selam tanpa batasnya, menyadari bahwa Amerika Serikat kelak
ikut dalam perang. Menteri Luar Negeri Jerman, dalam Telegram
Zimmermann, mengundang Meksiko bergabung sebagai sekutu Jerman
melawan Amerika Serikat. Sebagai imbalannya, Jerman akan
mendanai perang Meksiko dan membantu mereka mencaplok kembali
teritori Texas, New Mexico, dan Arizona.[59] Wilson merilis
telegram Zimmerman ke publik, dan warga AS memandangnya
sebagai casus belli—penyebab perang. Wilson meminta elemenelemen antiperang untuk mengakhiri semua perang dengan
memenangkan yang satu ini dan menghapus militerisme dari
dunia. Ia berpendapat bahwa perang begitu penting sehingga
A.S. harus punya suara dalam konferensi perdamaian.[60] Pada
tanggal 6 April 1917, Amerika Serikat menyatakan perang kepada
Jerman.
“Setelah kita (AS) masuk ke dalam perang, para Zionis pergi
ke Inggris Raya dan berkata ‘Kami telah melakukan bagian kami
dalam perjanjian, Mari kita buat perjanjian tertulis yang
menunjukan kepada kami bahwa kalian menjaga penawaran kalian
dan memberikan Palestina setelah memenangkan peperangan.’
Mereka tidak tahu apakah perang akan berakhir akhir tahun ini
atau 10 tahun lagi. Mereka mulai saja langsung meminta tanda
terima, Tanda terima ini berbentuk sebuah surat, yang ditulis
dalam bahasa kryptik (rahasia) sehingga tidak diketahui dunia
secara luas tidak akan tahu tentang apa yang ada dibalik
semua itu. Dan itulah yang disebut dengan Deklarasi
Balfour.”[61]
Benjamin H. Freedman
Itulah mengapa Perang Dunia I terjadi dan membuat Inggris
menginvasi Palestina. Selama proses penyerangan di Palestina,
pada tanggal 2 November 1917, Arthur James Balfour yang saat
itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, mengirimkan surat
kepada Walter Rothschild selaku pemimpin komunitas Yahudi
Inggris, untuk dikirimkan kepada Federasi Zionis. Surat itu
menyatakan posisi pemerintah Inggris mendukung rencana-rencana
Zionis merebut dan menguasai Tanah Suci. Inggris bersedia
memberikan Tanah Suci kepada gerakan zionisme ketika mereka
berhasil menaklukkannya. Surat tersebut dikenal dengan nama
“Deklarasi Balofour”.
Pada tanggal 30 Oktober 1918, pertempuran di Timur Tengah
Perang Dunia I antara kesultanan Utsmaniyah melawan sekutu
berakhir melalui Gencatan Senjata Mudros yang ditandatangani
oleh Rauf Bey dan laksamana Britania, Somerset Arthur GoughCalthorpe, di atas kapal HMS Agamemnon di pelabuhan Mudros,
pulau Lemnos, Yunani. Tanggal 13 November 1918 Konstantinopel
berhasil diduduki oleh sekutu, dan dengan Perjanjian Sèvres,
pemecahan Kesultanan Utsmaniyah menjadi resmi.
Pada saat Utsmaniyah terpecah-pecah, Pasukan Yunani menyerang
ibu kota Anatolia, dan warga Utsmaniyah saat itu ketakutan
karena orang Yunani sangat dendam kepada mereka sejak lama.
Agen mereka, Mustafa Kemal Atatürk muncul kepermukaan bagaikan
pahlawan dengan menyatakan bahwa dia akan menyelamatkan
Utsmaniyah dari amukan pasukan Yunani dan mengalahkan pasukan
Inggris. Kemal kemudian mengorganisir kekuatan nasionalis di
Anatolia mengusir divisi Sekutu dari Konstantinopel. Marah
dengan ketentuan Perjanjian Sevres – yang secara efektif
mengurangi wilayah Utsmaniyah itu sendiri – Kemal mengumumkan
pembentukan pemerintahan sementara. Dengan begitu, dia
berkuasa secara de facto.
Pada 1 November 1922, Kesultanan
dibubarkan dan Sultan
terakhirnya, Mehmed VI (berkuasa 1918–22), meninggalkan negara
ini pada 17 November 1922. Tanggal 29 Oktober 1923, Majelis
Agung Nasional Turki mendeklarasikan Republik Turki.[62]
Namun saat itu Mustafa Kemal mengetahui bahwa Rakyat Turki
mencintai sang Khalifah/Sultan, karena itu dia merubah status
Khalifah menjadi seorang “Paus” seperti halnya di Eropa.
Dengan kata lain, Khalifah tidak lagi bisa ikut serta dalam
pemerintahan Republik Turki. Lembaga-lembaga Khilafah saat itu
menurun statusnya menjadi lembaga di bawah pemerintah Republik
Turki.
Mustafa Kemal
Ketika menjadi presiden, juga diktator, Kemal secara ekstrim
mengubah sosial, politik dan hukum Turki, dan menerapkan
standar Barat (sekularisme) dalam berpakaian, merubah
bahasanya dengan alfabet Latin, dan mesekulerkan industri
Turki.[63]
Inggris masih belum puas dan segera mendesak Mustafa Kemal
untuk menghapus Khilafah serta lembaga-lembaganya.
Pertanyaannya adalah mengapa Inggris melakukan hal itu,
padahal Tanah Suci sudah berhasil ditaklukkan dan Republik
Turki sudah didirikan? Jawabannya ada di India!
Muhammad Ali Jauhar
Saat Utsmaniyah terpecah-pecah dalam Perjanjian Sèvres, ulamaulama Islam India yang saat itu paling berpengaruh di dunia,
seperti Mohammad Ali Jouhar, Maulana Shaukat Ali, Maulana Syed
Sulaiman Nadvi, Mufti Kifayatullah Dihlawi, dan orang-orang
yang tidak hanya mengerti Islam, tapi juga hidup secara Islam,
memimpin umat Islam di India untuk menghilangkan dominasi
Inggris di India dan menciptakan pemerintahan Islam melalui
“Gerakan Khiafah”.Gerakan tersebut mulai memobilisasi umat
Islam untuk berjuang mengembalikan Khilafah di Istanbul.
Maulana Shaukat Ali
Para petinggi Hindu India kemudian sadar, bahwa mereka
memiliki keinginan yang sama dengan umat Islam untuk mengusir
dominasi Inggris dari India. Mereka juga ingin mengembalikan
pemerintahan Hindu atas umat Hindu itu sendiri. Maka Mahatma
Gandhi mendekati pemimpin “Gerakan Khilafah” agar bisa
bergabung dengan gerakan tersebut. Pemimpin “Gerakan Khilafah”
menerima ajakan tersebut dan menjadi sekutu mereka, gerakan
tersebut menjadi koalisi Hindu-Muslim. Pemerintahan Islam atas
umat Islam, dan pemerintahan Hindu atas umat Hindu.
Hal ini membuat Inggris ketar ketir karena sangat mengancam
peradaban Eropa Barat, sebab mereka ingin memusnahkan segala
bentuk pemerintahan yang berdasarkan agama dan menggantinya
dengan konsep negara sekuler. Oleh karena itu, mereka
memanfaatkan Sir Sultan Muhammed Shah (Aga Khan III) yang
berpaham sekluer untuk membentuk ‘gerakan tandingan’ yang
bernama Liga Muslim India (All-India Musliim League).
Konsentrasi umat Islam jadi terpecah belah. Pada 3 Maret 1924,
Kekhalifahan dibubarkan tanggal 3 Maret 1924. Pupus sudah
harapan kebangkitan Khilafah.
Ketika Khilafah sudah hilang pada tanggal 3 Maret 1924,
Syarief Husain akhirnya menyadari bahwa nasibnya dalam bahaya
besar, sebab Khilafah telah hancur total. Empat hari kemudian,
7 Maret 1924, dia memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah.
Oleh karena itu, Inggris kemudian memberikan “lampu hijau”
kepada Abdul Aziz ibn Saud untuk merebut Hijaz dari kekuasaan
Husain, serta menjadikannya seorang Raja di Arab. Dalam 6
bulan, pasukan Abdul Aziz berhasil menaklukkan Mekkah, dan
Husain lari ke Jeddah. Pada akhirnya Inggris menyediakan
tempat pengasingan yang nyaman di Siprus untuk Husain. Dan
segera setelah itu, Madinah dan Jeddah pun berada di bawah
kekuasaan Saudi-Wahabi.
“Di antara tujuan utama politik dan militer Inggris dala
perang adalah penaklukkan Islam sebagai kekuatan dunia,
merebut Yerusalem, dan mendirikan tanah air bangsa Yahudi di
Palestina. Mereka ingin mendirikan tanah air di Tanah Suci
dan menjadikannya sebagai negara superpower seperti Negara
Suci Israel yang dipimpin Daud as dan Sulaiman as. Hal itu
dilakukan agar Dajjal dapat membuat klaim yang meyakinkan
sebagai Al Masih asli.”[64]
Imran N. Hosein
Inilah hasil permainan cantik diplomasi Inggris. Mereka
bekerjasama dengan Husain dan Abdul Aziz ibnu Saud, dan
kemudian membenturkan keduanya agar tujuan mereka tercapai.
Mereka juga membayar Abdul Aziz ibn Saud sebesar 350.000
pounds dengan tarif 5.000 pounds per bulan sebagai imbalan
(penyuapan) atas sikap netralnya yang menguntungkan ketika
terjadi pemberontakan Husain melawan Khalifah, dan keberadaan
militer Inggris di semenanjung Arab melawan Khilafah
Utsmaniyah. Abdul Aziz ibn Saud dengan liciknya dia
menjelaskan uang tersebut sebagai jizyah (pajak yang
dibayarkan warga non-Muslim yang tinggal di wilayah Darul
Islam).[65]
Pada tahun 1800an, persekutuan Saudi-Wahabi telah berhasil
menembus pertahanan Thaif dan Mekkah, kemudian terjadi
pertumpahan darah yang sangat mencengangkan. Wahabi, dengan
semangat fanatik, menganggap umat Islam yang tinggal di Hijaz
sebagai Musyrikun dan sebagai akibatnya memperbolehkan
membunuh mereka. Khalifah di Istanbul memerintahkan Mamluke
Khedive Mesir, Muhammad Ali Pasha al-Mas’ud ibn Agha, untuk
mengutus pasukan ke Hijaz di bawah kepemimpinan anaknya
Ismail. Pasukan Saudi-Wahabi langsung diusir dari Hijaz ke
gurun pasir. Seabad kemudian sudah tidak ada lagi Khalifah dan
semua komunitas muslim yang kuat berada di bawah kekuasaan
penjajah Barat. Dengan demikian tidak ada kemungkinan
pengusiran pasukan Saudi-Wahabi dari Haramain dan Hijaz.[66]
Meskipun Ibnu Saud dengan selamat menguasai Hijaz, dia masih
menghadapi masalah besar pada awal kekuasaannya di Hijaz pada
tahun 1924. Yaitu dia harus merancang strategi agar bisa
menghindari kemungkinan jangka panjang terulangnya bencana
yang dialami penguasa Saudi-Wahabi yang menguasai Hijaz
sebelumnya. Tampaknya, pertama-tama dia berpikir tentang
kebijakan berdamai dengan umat Muslim non-Wahabi dan
menggunakan kekuasaannya atas Hijaz lebih jauh demi bersatunya
Umat Islam. Maka segera setelah mendapatkan kekuasaan atas
Mekah dan menerima pengakuan dari penduduknya sebagai Sultan
Hijaz, dia mengumumkan proklamasi kepada seluruh dunia Islam
bahwa Hijaz, dan Haramain, adalah milik seluruh dunia Islam
dan dia, Ibnu Saud, memerintah Hijaz hanya menjalankan mandat
kepercayaan, dan demi kepentingan seluruh dunia Islam.[67]
Kemudian dia melanjutkan dengan mengundang seluruh dunia Islam
agar mengutus wakilnya ke Mekah sehingga, dengan dasar Syura
(musyawarah) dan Ijma (konsensus), pemerintah yang adil,
efisien, dan representatif bisa didirikan di Hijaz.[68]
Bagaimana perasaan umat Islam di Pakistan, India, Bangladesh
atau Bengali jika mengetahui kalau Ibnu Saud pernah mengatakan
demikian, betapa sakitnya hati mereka jika mengetahuinya.
Sebab mereka dikumpulkan seperti anjing jalanan, dimasukkan
truk karena masa berlaku visanya habis.
Tidak itu saja, Inggris melindungi tahta Kerajaan Abdul Aziz
ibn Saud dengan bantuan militer agar Arab Saudi tidak mampu
ditaklukkan oleh umat Islam yang hendak mendirikan Khilafah.
Oleh karena itu, umat Islam tidak akan bisa mendirikan
Khilafah selama Inggris dan Amerika Serikat melindungi tahta
Kerajaan Arab Saudi.
Pertemuan Abdul Aziz Ibn Saud (Tengah) dengan Franklin D.
Roosebelt (kanan) pasca PD2 di geladak kapal penghancur AS USS
Murphy membahas peralihan protektor Arab Saudi dari Inggris
kepada USA (Negara Adi Kuasa yang baru). Hasil pertemuan
antara lain pendirian pangkalan militer AS di Dhahran Arab
Saudi.
Alasan Abdul Aziz ibn Saud mengumumkan proklamasi bahwa dia
memerintah Hijaz hanya mandat kepercayaan adalah karena
Universitas Al Azhar menanggapi keruntuhan Khilafah pada bulan
April 1924. Dua puluh dua hari setelah pasal hukum Majelis
Agung Nasional Turki diterbitkan, Rektor Universitas Al-Azhar
di Kairo melakukan pertemuan dengan pimpinan ulama universitas
dan negeri Mesir kemudian membuat pernyataan mengenai
Khilafah:
“Imam menjadi Imam berdasarkan sumpah setia (bai’at) dengan
kekuasaan untuk ‘melepas dan mengikat’ (ahl al-halli walaqd)[69] atau dipilih oleh pendahulunya untuk meneruskan
kepemimpinannya. Imamah bisa juga didapat dengan penaklukkan
yakni jika golongan lain mengalahkan Khalifah dan merebut
kedudukannya, Khalifah kehilangan kedudukannya. Kadang-kadang
akuisisi dengan penaklukan diterapkan selain pemberian janji
setia atau dengan pilihan Khalifah sebelumnya sebagaimana
kasus yang terjadi pada mayoritas Khalifah pada masa
lalu.”[70]
Bahkan Al Azhar menyatakan bahwa Khilafah merupakam bagian
dasar dari agama dan menghapusnya adalah Bid’ah dan Haram.”
Kemudian Al Azhar mengadakan “Muktamar/Konferensi” melalui
musyawarah dan penunjukan Khalifah baru. Setelah Al Azhar
mengeluarkan pengumuman itu, anda bisa tahu bagaimana kalang
kabutnya Inggris saat itu.
Oleh karena itu Inggris menekan Raja Mesir, Fuad I, untuk
menunda konferensinya.[71] Pada akhirnya konferensi baru bisa
diadakan pada bulan Mei 1926. Inggris juga menggunakan
strategi lainnya untuk mengacaukannya. Inggris mendatangi
Abdul Aziz di Mekkah agar mengadakan konferensi juga untuk
umat Islam seluruh dunia di Mekkah pada saat ibadah haji
berlangsung, bulan Juni-Juli 1926. Mereka menamakan kongres
tersebut dengan nama Muktamar al-Alam al-Islami (Kongres
Muslim Sedunia).
Pada delegasi yang hadir pada Kongres Khilafah di Kairo adalah
Mesir, Libya, Tunisia, Maroko, Afrika Selatan, Hindia Belanda
(sekarang Indonesia), Yaman, Hijaz, Palestina, Irak dan
Polandia. Sangat menarik perhatian tidak hadirnya delegasi
dari banyak masyarakat dan negeri Islam penting, seperti
Turki, Persia (sekarang Iran), Afganistan, Najd (sekarang Arab
Saudi) dan masyarakat Muslim Rusia, Cina dan India.[72]
Turki menolak undangan dengan jawaban dingin bahwa negaranya
tidak memiliki masalah Khilafah. Persia, negeri Syiah, jelas
tidak tertarik dengan Kongres Khilafah Sunni. Muslim Uni
Soviet, Cina dan India, sebagai minoritas yang tinggal di
lingkungan musuh, menerapkan sikap yang sama. Tapi pada
dasarnya mereka tidak hadir karena konferensi tandingan telah
diatur oleh pihak yang punya kekuatan riil, Abdul Aziz ibn
Saud. Dan kongres Khilafah di Mekkah benar-benar sukses yang
dihadiri oleh perwakilan yang berkualitas. Apalagi Konferensi
di Mekkah ini berdekatan dengan ibadah Haji yang membuat kota
Mekkah dihadiri oleh banyak Muslim. Semua komunitas penting
Islam dan semua Negeri Islam merdeka (kecuali Persia) hadir.
Contohnya, Sayid Sulaiman Nadvi mengepalai delegasi mewakili
Gerakan Khilafah India. Tiga anggota delegasi lainnya yaitu
Maulana Muhammad Ali Jauhar, saudaranya, Maulana Shaukat Ali,
dan menantunya, Syuaib Quraisyi. Ada delegasi yang dikepalai
Sayid Muhammad Kifayatullah mewakili Asosiasi ulama India dan
delegasi lain dikepalai oleh Sheikh Sanaullah mewakili Ulama
Ahl al-Hadits India. Inggris benar-benar bekerja keras untuk
yang satu ini.
Anehnya pada tanggal 2 Juli 1926, dalam konferensi tersebut,
sang Raja Abdul Aziz berusaha mencapai tujuan gerakan Wahabi,
yakni meminta dunia Islam agar mengakui kekuasaan Saudi-Wahabi
atas Hijaz. Dan Kongres terebut tidak pernah sekalipun
membahas Khilafah dalam agenda konferensi mereka, melainkan
membahas masalah syariah, yakni menyingkirkan semua bid’ah dan
syirik.
Ketika Abdul Aziz meminta agar mengakui kekuasaan Saudi-Wahabi
atas Hijaz, pemimpin delegasi Muslim India berdiri dan angkat
bicara. Namanya adalah Maulana Mohammad Ali Jouhar, dia
berdiri dan berkata: “Enyahlah, kami tidak akan pernah
melakukannya!” Itulah kekuatan orang yang mengerti Islam dan
hidup secara Islam. Namun, delegasi lainnya hanya diam dan
tidak ingin terlalu menekan Abdul Aziz. Sehingga konferensi
menghasilkan kesepatakan, yakni diakuinya kekuasaan SaudiWahabi atas Hijaz. Mereka memutuskan akan ada pertemuan
selanjutnya setiap tahun, tapi nyatanya itu menjadi pertemuan
terakhir.
Pada tahun 1931, Grand Mufti Yerusalem, Amin al-Husseini,
mengatakan bahwa peningkatan ancaman kaum Yahudi di Tanah Suci
membutuhkan tanggapan dari dunia Islam. Mohammad Ali Jouhar,
Maulana Shaukat Ali dan Haji Amin al-Hussaini menimbang
perlunya mengadakan sebuah konferensi lagi. Konferensi itu
diberi dengan nama Konferensi Al Aqsa. Konferensi juga
diadakan pada tahun 1933, tapi karena konferensi diadakan di
wilayah yang sedang dikuasai zionis, maka hasil dari
konferensi tersebut tidak berdampak apapun terhadap dunia
Islam.
Sejak saat itu sampai detik ini, tidak ada lagi usaha yang
signifikan dari dunia Islam untuk mengembalikan Khilafah.
Kenapa?
“Selama Inggris dan Amerika Serikat menjaga keamanan Hijaz
(Arab Saudi), Kita Tidak Akan Pernah Bisa Mengembalikan
Khilafah!!”
Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah saw pernah memanjatkan
do’a, “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan Yaman kami.” Para
sahabat berkata, “Juga untuk Najd kami.” Beliau kembali
berdo’a, “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan Yaman kami.”
Para sahabat berkata lagi, “Juga untuk Najd kami.” Lalu
Rasulullah saw bersabda, “Di sanalah akan terjadi bencana dan
fitnah, dan di sana akan muncul tanduk setan.”[73]
Setelah Khilafah Utsmaniyah hancur dan negara Arab Saudi
lahir, Negara Israel berdiri pada tahun 1948. Banyak pihak
khususnya negara-negara Arab yang menentang kemerdekaan Negara
Israel tersebut. Bahkan, Negara Israel juga ditentang oleh
kelompok Yahudi Ortodoks. Kelompok Yahudi Ortodoks menuding
bahwa Talmud adalah kitab iblis yang telah ‘mencemari
kesucian’ Taurat yang diturunkan Tuhan kepada Musa as.
Ada kemiripan antara Arab Saudi dan Negara Israel. Pertama,
keduanya akan terancam jika Khilafah berdiri kembali. Kedua,
keduanya sama-sama menguasai Kota Suci, yakni Mekkah, Madinah,
dan Yerusalem (Masjid Al Aqsa). Ketiga, keduanya membatasi
umat Islam untuk melaksanakan ibadah, yakni ibadah Haji dan
sholat di Masjid Al Aqsa.
Apakah saat ini umat Islam yang bukan kewarganegaraan Arab
Saudi bisa melaksanakan ibadah Haji tanpa mengajukan
permohonan ‘visa?’ Padahal di masa Khilafah, hal ini tidak
berlaku, umat Islam cukup mengucapkan Syahadat jika hendak
memasuki Hijaz.
Maka dari itu, konsep negara sekuler yang menggantikan
Khilafah membuat umat Islam terpecah belah. Negara sekuler
menawarkan konsep yang sejatinya syirik, walaupun mayoritas
rakyatnya Muslim, di mana jika Pemimpin dan Pemerintah suatu
negara sekuler menghalalkan apa yang Allah SWT haramkan, atau
sebaliknya. Dan jika anda mengakui apa yang dilakukan
pemerintah tersebut, maka anda pun akan terkena dosa syirik,
seperti halnya anda mengikuti “Pemilu”.
1. Imran N. Hosein, Khilafah, Hijaz, dan Negara-Bangsa
Saudi-Wahabi, trj Ikhya Ulumuddien. San Fernando,
Trinidad dan Tobago: Masjid Jami’ah, 2003, hlm 11-21
2. Lorens Bagus. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2000, hlm 593-600
3. N. Drijarkara, Pertjikan Filsafat. Jakarta: PT
Pembangunan Djakarta, 1966, hal 57-59
4. Adikodrati adalah sebutan untuk kejadian yang tidak
bisa dijelaskan dengan hukum alam, atau berada di atas
dan di luar alam.
5. N. Drijarkara,
Pertjikan
Filsafat.
Jakarta:
PT
Pembangunan Djakarta. , 1966, hlm 57-59
6. Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat II.
Yogyakarta: Kanisius, 1989, hlm 12-13
7. Milton K Munitz, The Way of Philosophy, New York: Mac
Millan Publishing Co, 1972, hlm 212
8. John Hale, The Civiliation of Europe in the Renaissance,
New York: New York Press, 1994, hlm 648
9. Proletariat adalah istilah yang digunakan
untuk
mengidentifikasikan orang yang memiliki kelas sosial
rendah.
10. Fazlur Rahman Ansari, Islam To The Modern Mind. Karachi,
Paarl Print, 2002, hlm 29
11. Ibid, hlm 31
12. Salim T.S Al Hassani, 1001 Inventions The Enduring
Legacy of Muslim Civilization. Washington: National
Geographic Society
13. Sunan Ibnu Majah, 1 Kitab: Mukadimah » Bab 38. Keutamaan
ulama dan dorongan untuk menuntut ilmu
14. Ansari, Islam To The Modern Mind. hlm 31
15. Ibid. hlm 23
16. Ibid. hlm 24
17. Ibid
18. Ibid
19. Andrew Carrington Hitchock, The Synagogue of Satan: The
Secret History of Jewish World Domination. London:
Rivercrest Publishing, 2006, hlm 9
20. http://www.un.org/en/sections/un-charter/chapter-v/
21. Sunan Tirmidzi, 47 Kitab: Tafsir Al-Qur’an » Bab 1776.
Di antara surat At Taubah
22. William Miller, The Ottoman Empire. 1801-1913,
Cambridge: University of Cambridge Press, 1913, hlm 474
23. Walter S. Zapotoczny, TThe Influence of the Young Turks
Revolution. hlm 1
24. Ibid, hlm 7
25. Ibid, hlm 8
26. Misykat, hlm 473
27. P. Willmott, World War I. New York: Dorling Kindersley,
2003, hlm 26
28. Gary Sheffield, All About History First World War. West
Midlands: Aaron Asadi, 2005, hlm 10-11
29. Raymond James Sontag, European Diplomatic History
1871-1932. Appleton -Century-Crofts, Inc, 1933, hlm 3-58
30. Ruth Beatrice Henig, The Origins of the First World War.
London: Psychology Press, 2002, hlm 3
31. Michael Duffy, Primary Documents – Reinsurance Treaty,
18
June
1887.
http://www.firstworldwar.com/source/reinsurancetreaty.ht
m. Diakses tanggal 1 April 2017
32. M i c h a e l D u f f y , W h o ’ s W h o – K a i s e r W i l h e l m I I ,
http://www.firstworldwar.com/bio/wilhelmii.htm. Diakses
tanggal 1 April 2017
33. Michael Duffy, Primary Documents – Franco-Russian
Military
Convention,
18
August
1892,
http://www.firstworldwar.com/source/francorussianmilitar
yconvention.htm. Diakses tanggal 1 April 2017
34. Colin Bingham, Wit and Wisdom: A Public Affairs
Miscellany. Melbourne: Melbourne University. 1982, hlm
118
35. Michael Duffy, Primary Documents – Entente Cordiale, 8
April
1904,
http://www.firstworldwar.com/source/ententecordiale1904.
htm. Diakses tanggal 1 April 2017
36. Michael Duffy, Alliances – Entente and Central Powers,
http://www.firstworldwar.com/atoz/alliances.htm. Diakses
tanggal 1 April 2017
37. P. Willmott, World War I, New York: Dorling Kindersley.
2003, hlm 27
38. Michael Duffy, Primary Documents – Austrian Ultimatum to
Serbia,
23
July
1914,
http://www.firstworldwar.com/source/austrianultimatum.ht
m. Diakses tanggal 1 April 2017
39. M i c h a e l D u f f y , T h e C a u s e s o f W o r l d W a r O n e ,
http://www.firstworldwar.com/origins/causes.htm. Diakses
tanggal 1 April 2017
40. Ludwig, Emil, Wilhelm Hohenzollern: The Last of the
Kaisers. New York: GP Putnam’s Sons, 1927, hlm 453
41. A.S Grenville, A History of the World in the 20th
Century. Cambridge: Harvard University Press, 2000, hlm
21
42. J o h n
Godl,
The
Planning
of
the
War,
http://www.firstworldwar.com/features/plans.htm. Diakses
tanggal 2 April 2017
43. Tuchman, Barbara W. The Guns of August. New York:
44.
45.
46.
47.
Macmillan, 1962, hm 187
Arnold J. Toynbee, The Survey of International Affairs
1920-1923. Oxford: Oxford University Press, 1925, hlm
272
Michael Duffy, Sharif Hussein’s Proclamation of
Independence from Turkey, 27 June 1916. Diakses tanggal
3 April 2017
Petri Liukkonen, Who’s Who – T.E. Lawrence,
http://www.firstworldwar.com/bio/lawrencete.htm. Diakses
tanggal 2 April 2017
Michael Duffy, Sharif Hussein’s Proclamation of
Independence from Turkey, 27 June 1916
48. Wasif Jawhariyyeh, The Storyteller of Jerusalem.
Massachusetts: Olive Branch Press, 2014, hlm 353.
49. Chaim Weizmann, Trial and Error, The Autobiography of
Chaim Weizmann. London: Hamish Hamilton, 1949, hlm
93-109
50. Ibid, hlm 111
51. Proposals for Peace Negotiations Made by Germany, in:
Scott, James Brown (ed.): Official Statements of War
Aims and Peace Proposals, Washington 1921, hlm. 2
52. Benjamin Freedman’s historic speech at the Willard Hotel
Washington DC in 1961
53. Gabriel Donohoe, The Sinking of The Lusitania, America’s
Entry into World War I, A Bonanza for Wall Street.
http://www.globalresearch.ca/the-sinking-the-lusitania-a
mericas-entry-into-world-war-i-a-bonanza-for-wallstreet/5381121. Diakses tanggal 4 April 2017
54. Ibid
55. Ibid
56. Ibid
57. Henry William Brands, T. R.: The Last Romantic. New
York: Basic Books, 1997, hlm. 756
58. Benjamin Freedman’s historic speech at the Willard Hotel
Washington DC in 1961
59. Barbara Wertheim Tuchman, The Zimmerman Telegram (2nd
ed.), New York: Macmillan, 1966
60. Walter Karp, The politics of war : the story of two wars
which altered forever the political life of the American
Republic (1890-1920). New York: Harper & Row, 1979
61. Benjamin Freedman’s historic speech at the Willard Hotel
Washington DC in 1961
62. Hakan Ozoglu, From Caliphate to Secular State: Power
Struggle in the Early Turkish Republic, ABC-CLIO, 2011,
hlm 8
63. Michael Duffy, Who’s Who – Mustafa Kemal Pasha,
http://www.firstworldwar.com/bio/kemal.htm.
Diakses
tanggal 2 April 2017
64. Imran N. Hosein, Khilafah, Hijaz, dan Negara-Bangsa
65.
66.
67.
68.
69.
70.
Saudi-Wahabi, hlm 48
Arnold J. Toynbee, The Survey of International Affairs
1920-1923. hlm 273
Imran N. Hosein, Khilafah, Hijaz, dan Negara-Bangsa
Saudi-Wahabi, hlm 41
Arnold J. Toynbee, The Survey of International Affairs
1920-1923.
Imran N. Hosein, Khilafah, Hijaz, dan Negara-Bangsa
Saudi-Wahabi, hlm 42
Kelompok ini diharapkan mengangkat pemilihan sebenarnya
dalam model klasik Islam. Meskipun demikian, melalui
sejarah Islam, hampir selalu tetap itu hanya konstruksi
teoritis dan tidak memainkan peran apa pun dalam proses
pembuatan keputusan tertinggi.
Arnold J. Toynbee, The Survey of International Affairs
1920-1923. hlm 576-578
71. Ibid, 241-244
72. Imran N. Hosein, Khilafah, Hijaz, dan Negara-Bangsa
Saudi-Wahabi, hlm 60
73. Shahih Bukhari, 72 Kitab: Fitnah » Bab 3724. Sabda Nabi
saw “Fitnah muncul dari sebelah timur”
Download