analisis sinyal tegangan keluaran electro surgical

advertisement
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang
Volume 7 – ISSN: 2085-2347
ANALISIS SINYAL TEGANGAN KELUARAN ELECTRO SURGICAL
UNIT ( ESU ) PADA ALAT BEDAH MEDIS
Totok Winarno¹, Fathoni², Tundung Subali Padma³
¹² ³ Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Elektronika Negeri Malang
[email protected]
[email protected]
Abstrak
Electro Surgical Unit (ESU) adalah alat bedah medis menggunakan frekuensi tinggi dan tegangan tinggi dengan
tujuan pasien tidak mengalami pendarahan selama proses operasi. Dengan menggunakan kopling secara
magnetik transformator dan menfaatkan sumber pulsa frekuensi dari mikrokontroller. Dari sumber tegangan
220 volt disearahkan menjadi tegangan direct current (DC) 18 volt pada arus 7 ampere, tegangan DC ini
dikonversi menjadi tegangan AC dengan frekuensi 100 KHz sampai dengan 200 KHz. Hasil akhir adalah
Tegangan keluaran 1350 Vpp frekwensi 100 KHz dan 1130 Vpp frekwensi 200 KHz yang dinaikkan
menggunakan transformator step up selanjutnya dilewatkan pada tubuh pasien melalui pisau elektroda aktif.
Hasil penelitian ini membuat dan menganalisa frekuensi 100 KHz pada tegangan keluaran sebesar 1350 Vpp
dapat digunakan pada electro surgical dan dilakukan uji irisan pada kedalaman 1.5 mm dengan jarak antara
elektroda aktif dan daging sekitar 0.7 mm.
Kata Kunci – Tegangan ESU, Inverter, Alat Bedah
kapan saja dan dimana saja serta data level dapat
diketahui lebihcepat dan akurat.
1.Pendahuluan
Electro Surgical Unit (ESU) merupakan alat
bantu bedah medis yang digunakan dalam operasi
pasien. Dengan menggunakan alat ini diharapkan
selama proses operasi, pasien tidak mengalami
kehilangan banyak darah karena alat ini selain
dapat digunakan untuk melakukan pembedahan
juga dapat digunakan untuk menutup jaringan
setelah mengalami pembedahan. Sehingga proses
operasi dapat berlangsung dengan lebih bersih,
aman dan efisien jika dibangdingkan dengan bedah
medis secara konvensional (Bangkit Anggun,
2012).
Hampir semua Rumah Sakit ini memiliki kamar
bedah yang digunakan untuk tindakan operasi
pasien. Dengan demikian ketersediaan ESU dalam
tindakan operasi pasien sangat dibutuhkan. Semua
ESU yang ada merupakan alat-alat yang diimpor
dari luar negeri maka seluruh komponennya juga
berasal dari luar negeri, sehingga ketika terjadi
kerusakan alat harus mengganti komponen yang
diimport dibutuhkan biaya sangat mahal.
Untuk menanggulangi keterbatasan akan
ketersediaan ESU dan menekan biaya pengeluaran
untuk pengadaan alat ESU, maka pada penelitian
ini akan dirancang ESU yang menghasilkan
gelombang listrik frekuensi tinggi dan tegangan
tinggi. Gelombang listrik dihasilkan melalui
pembangkit sinyal frekuensi tinggi dan menaikkan
tegangannya mencapai 1000-2000 volt.
Dengan melakukan analisis sinyal tegangan
keluaran maka proses monitor dapat dilakukan
2. Dasar Teori
2.1Manfaat Frekwensi Tinggi
Semua jaringan biologis memiliki sifat
kelistrikan, begitu pula dengan tubuh manusia.
Beberapa sifat kelistrikan pada jaringan biologis
diantaranya resistansi, konduktansi, permitivitas,
dan kapasitansi. Dengan adanya sifat kelistrikan ini,
dapat diasumsikan bahwa tubuh manusia
merupakan campuran dari berbagai konduktor.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tubuh manusia
dapat dialiri arus listrik dan memiliki pengaruh
berbeda-beda tergantung pada nilai reistansi dan
kapasitansi masing-masing tubuh manusia.
Frekuensi rendah antara (20 Hz-100KHz) yang
mengalir ke dalam tubuh manusia mempunyai efek
merangsang saraf dan otot sehingga terjadi
kontraksi otot. Efek ini biasanya digunakan dalam
upaya kejut jantung agar terjadi kontraksi otot
jantung. Namun frekuensi tinggi diatas 100 KHz
tidak mempunyai sifat merangsang saraf motoris
atau saraf sensoris. Hal ini dikarenakan batas
ambang rangsangan pada saraf dan otot adalah 100
KHz (Covidien, 2008).
Arus yang berisolasi dengan frekuensi yang
sangat tinggi, dapat melewati tubuh manusia tanpa
terasa nyeri dan kejang. Penggunaan frekuensi
tinggi bertujuan agar tidak menstimulir jaringan
saraf dan otot yang bisa mengakibatkan keadaan
kejang yang tidak diinginkan untuk terjadi selama
tindakan operasi medis (Bangkit Anggun, 2012).
A-84
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang
Gambar 2.1 Jenis-jenis Kegunaan Frekuensi
*)sumber : Nader N Massarweh, Ned Cosgriff,
Douglas P Slakey (2006). The American Collage of
Surgeons, Amerika
Dengan mengalirkan gelombang
frekuensi tinggi ke dalam jaringan
mengakibatkan beberapa efek yang
mempengaruhi jaringan-jaringan biologis
tubuh.
Volume 7 – ISSN: 2085-2347
Gambar 2.2 Aliran Muatan Listrik pada Bedah
Elektro
*)sumber : Saudi Food and Drug Administration
Program (2008)
listrik
akan
dapat
pada
Rentang frekuensi tinggi antara 200 KHz
sampai dengan 3,3 MHz, dapat digunakan untuk
penanganan bedah medis yaitu cutting dan
coagulation. Dari penggunaan sinyal untuk
elekctrosurgery ini diharapkan selama proses
operasi pasien tidak mengalami kehilangan banyak
darah.
Cara kerja dari electrosurgery unit ini
adalah membangkitkan sinyal dengan frekuensi
tinggi yang disesuaikan dengan efek medis yang
diinginkan oleh dokter. Jenis-jenis sinyal ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan baik itu
berfungsi sebagai cutting atau coagulation seperti
Gambar 2.3.
2.2 Electro Surgical Unit (ESU)
ESU merupakan salah satu peralatan bedah
modern. Dengan ESU dokter ahli bedah dapat
membuat sayatan dengan cepat. Selain itu, ESU
juga dapat difungsikan untuk tujuan mengendalikan
perdarahan yang terjadi pada tindakan operasi,
karena pembuluh darah yang terbuka di sekitar luka
akibat sayatan dapat langsung tertutup. Teknik
bedah menggunakan ESU ini disebut dengan teknik
electrocutery.
Teknik electrocautery merupakan teknik
menggunakan tegangan (1000-2000) volt, dengan
frekuensi tinggi yang dibangkitkan oleh generator
pembangkit sinyal electro surgical. Arus dari
generator electro surgial akan mengalir melalui
ujung elektroda menuju ke resistansi atau tahanan
tubuh manusia dan kembali ke generator
pembangkit sinyal melalui pelat grounding. Arus
frekuensi yang sangat tinggi ini menghasilkan
pemanasan
dan
menguapkan
jaringan
mengakibatkan pemotongan dan pembekuan
jaringan (Megadyne, 2010).
Rangkaian listrik suatu unit bedah-elektro
terdiri atas generator listrik, dan elektroda aktif (alat
yang dipegang), pasien dan elektroda balik pasien
yang kadang-kadang disebut elektroda pasif atau
elektroda tanah (bantalan atau pelat pasien).
Elektron atau muatan listrik merambat dari
generator melalui elektroda aktif, menuju pasien
dan kembali ke generator lewat elektroda tanah
pasien, dan dengan demikian terbentuklah
rangkaian listrik lengkap (Covidien, 2008).
Gambar 2.3 Bentuk-Bentuk Sinyal Electro Surgical
Unit
*)sumber : Nader N Massarweh, Ned Cosgriff,
Douglas P Slakey (2006). The American Collage of
Surgeons, Amerika
Berbagai bentuk sinyal yang dikeluarkan oleh
ESU ini memiliki kegunaan yang berbeda, efek
sayatan terhadap jaringan dan otot juga memiliki
hasil yang berbeda pula. Bentuk sinyal yang kontan
seperti pure cut digunakan untuk memotong serta
menguapkan jaringan dan otot, sinyal yang seperti
ini akan dihasilkan panas sangat tinggi dengan
proses yang cepat.
Bentuk sinyal yang terpotong-potong, seperti
sinyal coagulation yang dihasilkan oleh ESU
dengan mengubah duty cycle akan menghasilkan
panas yang lebih rendah. Panas yang lebih rendah
A-85
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang
ini digunakan untuk menggumpalkan jaringan dan
otot. Sinyal blend yang berada diantara sinyal cut
dan coag dari pengaturan duty cycle yang berbeda.
Pengaturan duty cycle yang lebih panjang, akan
menghasilkan panas yang lebih sedikit. Pada sinyal
blend 1, digunakan untuk penguapan dengan
minimum hemostatis. Sedangkan pada blend 2 dan
3 digunakan untuk cutting dengan efektifitas yang
rendah namun memiliki maksimum hemostatis
(Covidien, 2008).
Volume 7 – ISSN: 2085-2347
atau kemampuan dilewati oleh garis gaya magnet
yang mencapai 1500-3000 H/m, hal ini dapat
menjaga arus magnetitasi untuk aplikasi
transformator dengan frekuensi tinggi (I. H. Dixon,
2001). Rugi-rugi daya yang diakibatkan oleh
pemindahan energi melalui inti ferrite juga sangat
rendah jika dibandingkan dengan inti besi.
2.4 Mikrokontroler
Mikrokontroller adalah suatu komponen
elektronika digital yang mempunyai masukan dan
keluaran serta kendali dengan program yang bisa
ditulis dan dihapus dengan cara khusus.
Mikrokontroller dapat dikatakan sebagai sebuah
komputer di dalam chip yang digunakan untuk
mengontrol peralatan elektronik. Mikrokontroller
memiliki kemampuan lebih jika dibandingkan
dengan sebuah mikroprosesor karena sudah
terdapat ROM (Read-Only Memory), RAM (ReadWrite Memory), beberapa pin masukan maupun
keluaran, dan beberapa peripheral seperti
pencacah/pewaktu, ADC (Analog to Digital
converter), DAC (Digital to Analog converter) dan
serial komunikasi (Ardhian dan Winahyu 2013).
Salah satu mikrokontroller yang banyak
digunakan saat ini adalah mikrokontroller AVR,
yaitu seri mikrokontroller Complementary Metal
Oxide Semiconductor (CMOS) 8 bit buatan Atmel
berbasis arsitektur RISC (Reduce Instruction Set
Computer) 8 bit berdasarkan arsitektur Havard.
Secara
umum,
mikrokontroller
dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu keluarga
AT90Sxx, ATMega, dan ATTiny. Yang
membedakan dari masing-masih kelompok ini
adalah memori, peripheral, dan fiturnya. AVR
mempunyai
32
register
general-purpose,
timer/counter fleksible dengan mode compare,
interrupt internal dan eksternal, serial UART,
programmable Wacthdog Timer, dan mode power
saving, memiliki ADC dan PWM internal. AVR
juga mempunyai In-Sistem Programmable (ISP)
Flash on-chip yang mengijinkan memori program
untuk diprogram ulang dalam sistem menggunakan
hubungan serial SPI (Serial Peripheral Interface).
2.3 Transformator Inti Ferit
Transformator adalah suatu alat listrik yang
dapat memindahkan dan mengubah energi listrik
dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian
listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet
dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
Prinsip kerja suatu transformator adalah
induksi bersama (mutual induction) antaradua
rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet.
Dalam bentuk yang sederhana, transformator
terdiri dari dua buah kumparan yang secara listrik
terpisah tetapi secara magnetdihubungkan oleh
suatu alur induksi. Kedua kumparan tersebut
mempunyai mutual induction yang tinggi. Jika
salah satu kumparan dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik timbul di
dalam inti yang dihubungkan dengan kumparan
yang lain menyebabkan atau menimbulkan ggl
induksi ( sesuai dengan induksi elektromagnet) dari
hukum faraday.
Transformator yang digunakan pada rangkian
inverter
frekuensi
tinggi,
biasanya
inti
transformator menggunakan inti ferrite. Inti ferrite
ini memiliki bentuk seperti inti besi namun tidak
berbentuk lempengan-lepengan besi melainkan
berbentuk seperti besi pejal. Inti ferrite ini dibuat
dari serbuk MnZn yang dicetak menjadi bentuk
sesuai dengan inti transformator pada umumnya.
Kebanyakan bentuk inti transformator yang dipakai
adalah bentuk EI atau E menyesuaikan dengan
tempat lilitan untuk kawal email. Gambar bentuk
dari inti ferrite dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Bentuk Inti Ferrite Transformator
*)Sumber : http://visforvoltage.org/forum/13629concepts-ebike-propulsion?page=3
Transformator inti ferrite ini banyak digunakan
pada rangkaian konverter dengan frekuensi di atas
20 KHz sampai dengan 2 MHz. Inti ferrite yang
terbuat dari bahan MnZn ini memiliki permeabilitas
Gambar 2.3 Rangkaian Mikrokontroler
A-86
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang
3. Perancangan Sistem
Secara teknis penelitian ini membahas
tentang bentuk sinyal, besar tegangan sinyal dan
frekwensi sinyal yang dihasilkan dari perancangan
alat ESU. Dalam perancangan sistem pembangkit
sinyal frekuensi tinggi dan tegangan tinggi yang
dapat digunakan dalam bedah medis, maka ESU
diimplementasi dalam bentuk diagram seperti
diperlihatkan pada gambar 3.1.
Volume 7 – ISSN: 2085-2347
3.2. Perancangan Push Pull Inverter
Perancangan push pull inverter ini, pemilihan
tegangan masukan didasarkan pada tegangan
keluaran transformator step up inti ferrite yang
dibebankan pada rangkaian ini. Sesuai dengan
spesifikasi alat bahwa tegangan keluaran sebesar
1350 Vpp. Dengan kemampuan menaikkan
tegangan dari transformator step up inti ferrite
sebesar 38 kali, maka diperlukan tegangan masukan
sebesar 18 volt DC dengan arus 7 ampere.
MASUKAN
5 VOLT DC
R2
1K Ohm
Gambar 3.1 Blok diagram system ESU
R3
470 Ohm
4K7
Ohm
R4
4K7
Ohm
R4
R3
470 Ohm
Terdapat dua bagian blok kerja utama yaitu
pada pembangkit frekwensi tinggi dan Inverter.
1. Pembangkit Frekwensi Tinggi
Mikrokontroller ATMega16 digunakan untuk
menghasilkan sinyal pulsa frekuensi tinggi
padav
tegngan
5Volt
memanfaatkan
mikrokontroller untuk menghasilkan pulsa
Pulse With Modulation (PWM) menggunakan
portD5. Sinyal pulsa frekuensi tinggi ini
dihasilkan dengan mencacah clock external
yang disambungkan pada kaki XTAL 1 dan
XTAL.
2. Inverter
Push pull inverter yang dirancang ini terdiri
dari dua buah penguat kelas B menggunakan
transistor BF459 dan 2N3055 yang dirangkai
seri. Sedangkan untuk kopling penguat daya
digunakan output transformator yang
dikontrol menggunakan transistor 2N2222
.
3.1. Rangkaian Kontrol Inverter
Rangkaian kontrol dalam push pull inverter
frekuensi tinggi dan tegangan tinggi ini
menggunakan transistor. Frekuensi yang digunakan
untuk mengaktifkan rangkaian kontrol berasal dari
sinyal pulsa frekuensi tinggi yang dibangkitkan
oleh mikrokontroller. Skema rangkaian kontrol
push pull inverter dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.3 Rangakain Push Pull Inverter
3.3. Perancangan Software
Pada penelitian perancangan sistem electro
surgical unit ini membutuhkan perancangan
software untuk membangkitkan sinyal pulsa
fekuensi tinggi dari mikrokontroller. Selain itu
pengaturan yang dilakukan menggunakan software
adalah pengaturan tombol switching untuk
pemilihan frekuensi sinyal keluaran yang
diinginkan serta sebagai tampilanl layar display
LCD. Diagram alir dalam perancangan software
pada sistem ini dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Start
Pilih Frequency
Tampilkan Frequency ke LCD
Keluarkan Frequency dan
Tegangan Kontrol dari
Mikrokontroller (PWM)
Aktifkan Tegangan Tinggi melalui
Pushpull Inverter
MASUKAN
5 VOLT DC
Kirim Ke Elektroda Surgical
End
Gambar 3.4. Flowchart ESU
Gambar 3.2 Rangkaian Kontrol
A-87
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang
Volume 7 – ISSN: 2085-2347
dihasilkan dapat dilihat dari periode (T) yang
dibutuhkan untuk satu gelombang penuh
4. Pengujian dan Analisa
Pengujian dari masing-masing blok sistem yang
sudah dibuat dan menganalisa untuk mengetahui
kinerja dari sistem. Pengujian ini terdiri dari
pengujian rangkaian dan analisa data hasil
pengukuran dari sistem yang telah terbentuk.
4.2 Rangkain Kopling Transformator
Pengujian rangkaian kontrol dan kopling ini
bertujuan untuk mengetahui sinyal frekuensi tinggi
yang
dihasilkan
oleh
kopling
magnetik
menggunakan output transformator.
4.1 Pengujian Sinyal Pulsa Frekuensi Tinggi
Pengujian pembangkit sinyal pulsa frekuensi
diperlukan untuk melihat sinyal pulsa yang
dihasilkan apakah sesuai dengan perancangan
bahwa dapat menghasilkan sinyal pulsa dengan
frekuensi 100 KHz dan 200KHz. Sinyal inilah yang
dijadikan sebagai acuan dalam menghasilkan
gelombang frekuensi tinggi dengan tegangan tinggi
yang dialirkan ke dalam tubuh manusia melalui
elektroda aktif. Berikut ini adalah sinyal pulsa yang
dihasilkan oleh mikrokontroller.
Gambar 4.3 Sinyal Freq 200 Khz
Analisis: Bentuk sinyal yang dihasilkan juga
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
mampu memiliki tegangan 20 volt AC dan
frekuensi yang dihasilkan mampu mencapai 200
KHz. Sinyal ini dihubungkan dengan penguat daya
push pull inverter
4.3 Pengujian switching Inverter
Switching push pull inverter ini bertujuan
untuk mengetahui apakah penguat daya push pull
inverter dapat berkerja pada frekuensi tinggi. Selain
itu, pengujian untuk mengetahui sampai pada
frekuensi mana penguat daya ini dapat bekerja
dengan normal. Hasil pengujian switching push pull
ditunjukkan pada Gambar 4.4
Gambar 4.1 Sinyal Freq 100 Khz
Gambar 4.2 Sinyal Freq 200 Khz
v/div= 20 volt, t/div= 5 μs
Tegangan keluaran = 40 volt
Periode satu gelombang sinyal pulsa = 10 μs
Analisis: Gambar 4.1 dan 4.2 dapat dilihat
bahwa mikrokontroller dapat menghasilkan sinyal
pulsa frekuensi yang sesuai perencanaan yaitu
sinyal pulsa dengan frekuensi 100 KHz dan 200
KHz. Untuk mengetahui besarnya frekuensi yang
Gambar 4.4 Sinyal Freq 200 Khz
A-88
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang
Volume 7 – ISSN: 2085-2347
v/div= 20 volt, t/div= 2.5 μs
Tegangan keluaran = 28 volt
Periode satu gelombang sinyal pulsa = 5 μs
Gambar 4.5 Sinyal Freq 200 Khz
Analisis: Pengujian kemampuan switching
dengan memberikan beban resistif berupa lampu
dengan tegangan VCC sebesar 40 volt. Kemudian
diukur mengguanakan osciloscop pada kaki
kolektor dan emitor dan hasilnya Gambar 4.4 pada
frekuensi trigger penguat daya diberi frekuensi 100
KHz, transistor dapat bekerja secara normal dengan
tegangan VCE sama dengan tegangan VCC yakni 40
volt. Pada Gambar 4.5 ketika diberi trrigger 200
KHz, transistor masih dapat melakukan switcing
secara normal namun tegangan VCE tidak sama
dengan tegangan VCC. Tegangan VCE hanya sebesar
28 volt. Dari pengujian ini dapat diketahui bahwa
performa optimal yang dapat dilakukan oleh
transistor penguat daya bekerja pada frekuensi 100
KHz.
Gambar 4.6 Tegangan Out pada Freq 100 Khz
Nilai ini sesuai dengan perencanaan untuk tegangan
masukan dari penguat daya dari transformator step
up adalah 18 volt dapat terbentuk tegangan
masukan sebesar 2x18 voltyaitu 36 Vpp. Dengan
pengali dari transformator step up sebesar 38 kali
maka dihasilkan tegangan keluaran sebesar 1368
Vpp. Terdapat selisih sekitar 18 Vpp, dikarenakan
rugi transformator kurang sempurna.
4.4 Pengujian Output Transformator Step Up
Pengujian keluaran transformator step up
merupakan sisi paling akhir dari seluruh sistem.
Tegangan dari transformator ini yang digunakan
untuk menyayat daging. Tegangan output dapat
dukur melalui keluaran pada sisi lilitan sekunder
transformator inti ferrite yang digunakan pada push
pull
inverter.
Hasil
pengujian
keluaran
transformator ini ferrite ini seperti Gambar 4.6
Analisis: Pada Gambar 4.6 dapat diketahui
tegangan maksimal yang dapat dihasilkan pada
tegangan tinggi ini sebesar 1350 Vpp lebih untuk
frekuensi 100 KHz.. Dengan v/divsebesar 100 volt,
maka dapat diketahui pada frekuensi 100 KHz
dapat menghasilkan tegangan melebihi 1350 Vpp.
5 Kesimpulan
Dari data hasil pengujian dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1 Mikrokontroller
ATMega16
dapat
digunakan untuk membangkitkan sinyal
pulsa frekuensi sebesar 100 KHz.
2 Menggunakan push pull inverter dari
transistor 2N3055 dan BF459 dapat
beroperasi pada frekuensi maksimal 100
KHz.
3 Kopling magnetik menggunakan output
transformator
dengan
perbandingan
jumlah lilitan adalah 1:1. Cukup baik
digunakan dalam switching frekuensi
padai 100 KHz.
4 Tegangan keluaran maksimum yang
dihasilkan sebesar 1350 Vpp pada
frekuensi 100 Khz.
5 Kedalaman maksimal hasil sayatan oleh
electro surgical pada sampel (daging
ayam) adalah 1.5 mm.
Skala:
v/div= 100 volt
t/div= 5 μs
Tegangan keluaran = 1350 Vpp
Periode satu gelombang sinyal pulsa = 10 μs
A-89
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang
Daftar Pustaka:
Bangkit Anggun, “Analisa Keandalan, Safety dan
ketidakpastian electro surgical unit di rumah
sakit Dr. Mohammad Soewandhie Surabaya”,
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Sepuluh Novenber, Surabaya,
2012.
Covidien, “Principle of
Elektrosurgery”,
http://www.covidien.com, Juni 2014.
Megadyne, “Principles of
Elektrosurgery”,
http://www.megadyne.com, Juni 2014
Ardhian, Winahyu, “Pengontrol Suhu dan
Pendeteksi Ph pada Alat Inokulasi dan
Fermentasi Dalam Proses Pembuatan Yoghurt
Berbasis Miktokontroller”, Jurusan Teknik
Elektro, Program Studi Teknik Elketronika,
Politeknik Negeri Malang, Malang, 2013.
Dody Ervant K, “Analisa Power Induktor Bentuk E
dengan Kawat Enamel pada Boost Converter”,
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 2012.
H. Dixon, “Magnetics Design for Switching Power
Supplies:
Section
2
Magnetic
Core
Characteristic”, Unitrode Magnetics Seminar,
2001.
W. Mujahid, “Perancangan Pembangkit Tegangan
Tinggi AC Frekuensi Tinggi dengan
Kumparan Tesla Menggunakan Inverter jenis
Push Pull”, Jurnal Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Semarang
A-90
Volume 7 – ISSN: 2085-2347
Download