Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus IMPLEMENTASI HOMESCHOOLING DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya [email protected] Abstrak Setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak tanpa memandang status, dan kekurangan pada setiap individunya, tugas dan kewajiban pemerintah menyiapkan berbagai jenis pendidikan sesuai dengan kebutuhan warga negaranya tanpa adanya diskriminasi. Jenjang pendidikan yang dipersiapkan pemerintah apapun bentuk pendidikannya pada dasarnya diselenggarakan dalam membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup yang melingkupinya. Untuk dapat memeperoleh pendidikan yang layak, salah satunya melalui homeschooling. Homeschooling adalah wadah belajar yang bisa merangkul dan menerima keberagaman, mendorong keingintahuan dan kreativitas untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik khususnya pada anak berkebutuhan khusus. Salah satu homeschooling yang memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu Imanuel Homeschooling Surabaya. Fokus dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui: (1) Bagaimana implementasi komunitas homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus?, (2) Apa saja faktor pendukung implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus, dan (3) Apa faktor penghambat implemetasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi. Subjek penelitian yang meliputi: pengelola lembaga homeschooling, pendidik/tutor dan keluarga homeschooler. Untuk menjamin keterpercayaan/ kebenaran hasil penelitian kualitatif, penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, adapaun langkah-langkah dalam analisis data yang meliputi: reduksi data, display data, verifikasi data dan simpulan sedangkan untuk pemeriksaan data terdapat kriteria dalam kebenaran hasil penelitian yaitu: Kredibilita, Dependabilitas, Tranferabilitas dan Konfirmabilitas, hal tersebut untuk mengkaji tentang implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus, sehingga dengan langkah-langkah tersebut diharapkan mampu mendapatkan hasil yang sesuai. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus di Imanuel homeschooling Surabaya dalam pelaksanaan dan proses pembelajarannya didasarkan pada kebutuhan anak yang berbeda-beda terlebih pada anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan, hambatan yang dialami dan karakter komunikasi yang mengembangkan aspek bakat dan minat agar kebutuhan akan pendidikannya dapat terpenuhi. Dalam pelaksanaan dan proses pembelajaran homeeschooling terdapat beberapa faktor pendukung yang meliputi dukungan dari orangtua, program pembelajaran, Pemerintah dan dukungan dari masyarakat sekitar. Selain terdapat faktor pendukung pembelajaran homeschooling, tidak menutup kemungkinan juga terdapat beberapa faktor penghambat yang dialami yang meliputi kondisi peserta didik dan kondisi tenaga pendidik/tutor. Kata kunci: implementasi homeschooling, pemenuhan kebutuhan belajar Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus IMPLEMENTATION HOMESCHOOLING COMMUNITY LEARNING IN MEETING THE NEEDS CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS YUSNIA ARUM ANGGRAINI Abstract Every child has the right to obtain a decent education regardless of their status, and deficiencies in each individual, the duty of the government is preparing various types of education according to the needs of its citizens without discrimination. Study level government prepared any form of education is basically organized in freeing people from various issues of life that surrounded him. In order to obtain a proper education, one through homeschooling. Homeschooling is a place of learning that can embrace and accept diversity, encourage curiosity and creativity to be able to meet the needs of learners, especially in children with special needs. One of homeschooling that provide educational services for children with special needs, namely Emmanuel Homeschooling Surabaya. The focus of this research is to determine: (1) How is the implementation homeschooling community in meeting the learning needs of children with special needs ?, (2) What are the factors supporting the implementation of homeschooling in meeting the learning needs of children with special needs, and (3) What are the factors inhibiting the implementation of homeschooling in meeting the learning needs of children with special needs ?.This study used a qualitative approach. Research data collection using in-depth interviews, participant observation, documentation. Subjects studies include: managing homeschooling institution, educator / tutor and family homeschooler. To ensure the reliability / validity of qualitative research results, this study was conducted over two months, adapaun steps in data analysis include: data reduction, data display, data verification and conclusions while for the examination of data contained in the truth of the results of the study criteria, namely: Kredibilita, dependability, Tranferabilitas and confirmability, it is to learn about the implementation of homeschooling in meeting the learning needs of children with special needs, so that the measures are expected to gain appropriate results.The results showed that the implementation of homeschooling in meeting the learning needs of children with special needs in Immanuel homeschooling Surabaya in implementation and learning process based on the needs of children of different especially in children with special needs are tailored to the level of ability, barriers experienced and character to develop aspects of communication talents and interests so that the need for education can be fulfilled. In the implementation and learning process homeeschooling there are several contributing factors that include the support of parents, learning programs, the Government and the support of the surrounding community. In addition there is a learning support factors homeschooling, it is possible there are also several inhibiting factors include the conditions experienced by the learners and educators condition/Tutor. Keywords: Implementation of homeschooling, fulfilling the needs of learning Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak yang dilahirkan didunia ini pada hakekatnya berhak memperoleh pendidikan yang layak tanpa memandang status, dan kekurangan pada setiap individunya. seperti yang telah dijelaskan pada UU Republik Indonesia Nomor 20 pasal 5 ayat (1) dan (2) yang berbunyi “ Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.” Jenjang pendidikan yang disiapkan oleh pemerintah yang tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 13 ayat (1), yang berbunyi “ jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Oleh karena itu, pendidikan apapun bentuknya dan satuannya pada dasarnya diselenggarakan dalam membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup yang melingkupinya. Oleh karena itu apapun bentuk dan satuannya pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup yang melingkupinya. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan setiap anak sedapat mungkin memperoleh pendidikan yang layak bagi diri mereka, tanpa terkecuali pada anak yang memiliki keterbatasan dan kekurangan seperti pada anak berkebutuhan khusus. Pendidikan formal kurang bisa membantu dalam memenuhi kebutuhan pendidikannya. Karena pada anak-anak seperti ini harus mendapatkan pendidikan dan layanan khusus untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya. Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia belum terdata secaran akurat dan spesifik namun dengan melihat data dari Badan Pusat Statistik di Indonesia tahun 2010 jumlah anak berkebutuhan khusus ada 1,48 juta atau 0,7 persen dari jumlah penduduk. Yang berusia sekolah, 5-8 tahun, ada 21,42 persen, atau 317.016 anak. Anak berkebutuhan khusus yang sudah memperoleh layanan pendidikan baik sekolah maupun inklusif baru 28.897 atau 26,15 persen. data itu berarti ada 234.119 atau 73,85 persen anak berkebutuhan khusus di Indonesia yang belum sekolah. Jumlah total Sekolah Luar Biasa terdapat 1311 sekolah, dengan status negeri 23 persen, atau 301 sekolah. Dan swasta 77 persen atau 1010 sekolah. ini menunjukan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus masih belum dominan. Dan belum merata, cenderung berpusat di pulau Jawa, Jatim (302), Jabar (203) dan Jateng (109). (Suyanto,2010 www.Bataviase.co.id) Data di atas menunjukan bahwa masih kurangnya layanan pendidikan bagi Anak berkebutuhan Khusus (ABK). Oleh karena itu, pemerintah memberikan alternatif solusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus untuk dapat mengakses pendidikan dengan layanan khusus pada anak-anak yang membutuhkan sehingga anak-anak tersebut tidak kehilangan hak-haknya Beberapa alternatif solusi yang ditawarkan oleh pemerintah yakni, membentuk pendidikan sekolah dan mengajak keluarga untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan melalui model homeschooling. Alternatif tersebut telah mendapat persetujuan pemerintah lewat UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan luar sekolah dan homeschooling merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menerapkan pendidikan layanan khusus seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang pendidikan Dukungan pemerintah terhadap keberadaan homeschooling juga ditunjukan melalui penandatanganan nota kesepahaman antara Depdiknas dan Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif Indonesia (Asah Pena) pada tanggal 10 Januari 2007 yang berisi pengakuan Komunitas Sekolah Rumah sebagai salah satu bentuk Satuan Pendidikan Kesetaraan. Ketentuan mengenai kesetaraan diatur dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pasal 26 ayat (6) : “ Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan” Sistem penyelenggaraan pendidikan dalam homeschooling pada umumnya adalah memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki keterbatasan dan memiliki potensi kecerdasan ataupun bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama. Homeschooling merupakan wadah belajar yang bisa merangkul dan menerima keragaman. Tidak hanya mentolelirnya, tetapi juga mendorong keingintahuan dan kreativitas untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar para peserta didik khususnya pada anak berkebutuhan khusus. Bagi anak berkebutuhan khusus peran aktif dan dukungan dari orang tua sangat dibutuhkan, karena hal ini sangat menentukan dalam kesehatan dan perkembangan pada anak, khususnya dalam perkembangan belajarnya. Efektivitas berbagai program penanganan untuk anak berkebutuhan khusus akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluaraga dan masyarakat Hallahan dan Kauffman (2006: 81), penguasaan berbagai kemampuan pada anak akan mencapai kemajuan yang lebih baik jika pada prosesnya terdapat kolaborasi antara orangtua dengan para profesional praktisi pendidikan Hunt dan Marshall (2005 :45). Pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus melalui homeschooling memberikan bekal pada anak ABK untuk dapat mandiri dan memperoleh layanan pendidikan, karena anak berkebutuuhan khusus memiliki persamaan hak dan kesempatan sebagaimana anak-anak yang lain. Prinsip mendasar dari pendidikan homeschooling yang memiliki siswa anak berkebutuhan khusus adalah selama memungkinkan pada dasarnya semua anak belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin pada mereka. jadi setiap anak Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus dapat diterima dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain sehingga kebutuhan individualnya dapat terpenuhi. Pada saat ini banyak homeschooling yang memberi kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus. Salah satunya yaitu Imanuel homeschooling Surabaya, yang merupakan lembaga pendidikan alternatif yang memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Dimana para orang tua mempercayakan pendidikan anak-anak mereka bukan hanya dalam pendidikan akademik saja melainkan lebih mengutamaakan lifeskill, karena yang menjadi prioritas yakni, anak berkebutuhan khusus diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri baik sekarang atau dimasa yang akan datang. Imanuel homeschooling melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Nasional yang berlaku, yaitu kurikulum pendidikan kesetaraan (Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA) sehingga peserta didik yang mengikuti homeschooling di Imanuel homeschooling akan dapat mengikuti ujian kesetaraan serta mendapat ijazah resmi dari pemerintah. Proses kegiatan belajar mengajar di Imanuel homeschooling ini berbentuk komunitas, sedangkan model pembelajarannya terbagi menjadi dua yakni dengan menggunakan model clasical dan distance learning. Model pembelajaran ini disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik. Distance learning di khususkan kepada peserta didik yang masih sulit untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Pada umumnya peserta didik di homeschooling relatif memiliki siswa tanpa berkebutuhan khusus, namun Imanuel homeschooling sebagai salah satu lembaga pendidikan yang membantu keluarga dalam memilih dan memberikan layanan dan fasilitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sehingga kebutuhan pendidikan mereka dapat terpenuhi. Berdasarkan kesenjangan-kesenjangan diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang: “Implementasi Homeschooling Komunitas dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus” B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus (ABK) di Imanuel Homeschooling Surabaya? 2. Apa saja faktor pendukung implementasi homeschooling komunitas dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus (ABK) di Imanuel Homeschooling Surabaya? 3. Apa saja faktor penghambat implementasi homeschooling komunitas dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus (ABK) di Imanuel Homeschooling Surabaya? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sesuai dengan latar belakang dan fokus masalah yang ada, yaitu : 1. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi homeschooling komunitas dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus 2. Mendeskripsikan dan menganalisis apa saja faktor pendukung implementasi homeschooling komunitas dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus 3. Mendeskripsikan dan menganalisis apa saja faktor penghambat implementasi homeschooling komunitas dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus KAJIAN TEORI A. Pengertian Homeschooling Pendidikan non formal merupakan salah satu jenis pendidikan yang keberadaannya ada sejak manusia melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar. Pada awal kehadirannya, pendidikan non formal di pengaruhi oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutama berlangsung dalam ruang lingkup keluarga, Sudjana (2004:62). Sebagai salah satu lembaga penyelenggaraan pendidikan informal. Keberadaan homeschooling adalah legal, dan keberadaannya dapat dimasukan sebagai model komunitas belajar yang diklasifikasikan sebagai satuan pendidikan jalur informal dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2010 tentang sistem pendidikan nasional. Homeschooling adalah suatu model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Orang tua dituntut untuk berperan aktif dan bertanggung jawab atas proses pendidikan anaknya Sumardiono (2007:4). Homeschooling akan membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi, dan lingkungan sosial yang terus berkembang Mulyadi (2007: 44). Orang tua seharusnya memusatkan perhatian pada anak-anak, selama mereka terjaga dan beraktivitas, kedekatan orangtua dengan anak-anaknya dapat dijadikan cara belajar yang efektif dan bisa dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang didapatkan dari fasilitas yang ada didunia nyata. B. Pemenuhan Kebutuhan Belajar Kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya disebut dengan kebutuhan hidup manusia teori yang berhubungan dengan hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Abraham Maslow (1970). menjelaskan lima tingkat kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Lima tingkatan tersebut berbentuk piramid yang dimulai dari kebutuhan fisioiologis dasar, Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan penghargaan, dan kebuthan aktualisasi diri. Kebutuhan adalah kecenderungan permanen dalam diri seorang yang menimbulkan dorongan dan kelakuan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi sama. M Atwi Suparman (2001: 63). C. Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warga negaranya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (disfabel) atau anak berkebutuhan khusus. Pada saat ini peran lembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang dalam berolah system maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu lembaga pendidikan tidak hanya sebagai wahana untuk system bekal ilmu pengetahuan, namun juga sebagai lembaga yang dapat memberikan skill atau bekal untuk hidup yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat didalam masyarakat. Dengan adanya lembaga pendidikan akan membekali anak untuk dapat hidup mandiri dalam kehidupannya dengan segala kekurangan dan kelebihannya Pada anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan dan keterbatasan fisik pemerintah menyediakan fasilitas pendidikan khusus yang disesuaikan dan dirancang sesuai dengan kebutuhannya. Dalam mengatasi berbagai permasalahan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, maka telah disediakan berbagai bentuk layanan pendidikan (sekolah). Seperti yang tertuang dalam Undangundang Dasar, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, informal, dan non formal yang sifatnya saling memperkaya dan melengkapi. Pendidikan Non Formal merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan yang bentuk dan pelaksanaannya berbeda dengan sistem sekolah yang sudah ada. Pendidikan non formal memberikan layanan pendidkan yang sifatnya fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didiknya, terutama pada peserta didik yang memiliki keterbatasan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus. Sebagai salah satu cakupan pendidikan non formal, homeschooling merupakan salah satu pendidikan alternatif yang berperan sebagai pengganti (subtitude education) dari pendidikan formal. Dengan memilih pendidikan secara Homeschooling, orang tua bertanggung jawab dan terlibat langsung dalam menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, seperti penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan , kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar anaknya (Simbolan, 2007. http//. Wordpress.com.homeschooling). Dengan demikian kebutuhan anak dan khususunya pada anak yang memiliki kebutuhan khusus akan berkembang sesuai dengan kemampuannya dan kebutuhan akan pendidikan dapat terpenuhi secara optimal. Prinsip mendasar dari pendidikan homeschooling yang menangani anak berkebutuhan khusus yakni, selama memungkinkan semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. jadi setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya maupun anggota masyarakat yang lain sehingga kebutuhan individunya dapat terpenuhi Pelaksanaan homeschooling bagi anak berkebutuhan khusus dilaksanakan berdasarkan prinsip terstruktur, terpola, terprogram, konsisten. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan homeschooling untuk anak berkebutuhan khusus ini disesuaikan dengan kebutuhan anak. Prinsip dalam pelaksananan homeschooling ini sama halnya dengan prinsip pada gerakan pendidikan progresivisme dalam aspek siswa, tenaga pengajar, kurikulum. metode pengajaran dan lain sebagainya. Keberhasilan homeschooling didukung oleh kurikulum yang sesuai, fasilitas yang memadai dan peran serta orang tua, sedangkan metode yang digunakan berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak. Ditinjau dari teori bimbingan sekolah, pelaksanaan homeschooling menjadikan anak bersikap aktif dalam mengembangkan potensi masing-masing. Sebagaimana disebutkan dalam teori intelegensi Gardner bahwa intelegensi setiap orang berbeda. Dengan adanya homeschooling, potensi anak dapat dikembangkan secara maksimal sehingga anak akan menguasai bidang yang diminatinya yang nantinya akan bermanfaat bagi anak tersebut. Efektivitas berbagai program penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak dan remaja yang memiliki kebutuhan khusus akan sangat bergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga dan masyarakat (Hallahan dan Kauffman, 1998: Hardman, et al 2002; Heward, 2003; Hunt dan Marshall, 2005; dalam Hendriani, 2006) , sebab keluarga adalah pihak yang mengenal dan memahami berbagai aspek dalam diri seseorang dengan jauh lebih Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus baik daripada orang lain. Di samping itu, dukungan dan penerimaan dari orangtua dan anggota keluarga yang lain akan memberikan ‘energi’ dan kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan khusus untuk lebih berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan keterampilan hidupnya. Peran orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak. Anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika mendapat perhatian dari orangtua, utamanya dalam hubungan pendidikan anak. Sehubungan dengan hal itu, maka kondisi keluarga haruslah seperti seorang guru yang dapat mengevaluasi perkembangan anaknya dan dapat bekerjasama dengan lembaga pendidikan yang terkait, hal tersebut dapat memotivasi seorang anak untuk belajar lebih baik. Dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus keluarga dan profesional haruslah dapat menjalin kemitraan (partnership) sebab orang tua merupakan penjaga dan perawat (caretaker) yang utama serta membantu anak-anak mereka. para profesional harus pekah terhadap seluruh kebutuhan keluarga, tidak hanya kebutuhan anak berkebutuhan khusus, melainkan para profesional haruslah memiliki pemahaman mendasar dari dampak mempunyai seorang anak berkebutuhan khusus didalam keluarga, dan memiliki rasa hormat (respect) kepada para orangtua yang mungkin tidak dilatih sebagai pendidik khusus. Pemahaan dan rasa hormat akan mempermudah kemitraan yang efektif antara rumah dan sekolah. Penguasaan berbagai kemampuan pada anak akan mencapai kemajuan yang lebih baik jika pada prosesnya terdapat kolaborasi antara orangtua dengan para profesional praktisi pendidikan Hunt dan Marshall (2005: 112). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh anak disekolah akan lebih bertahan dan dikuasai dengan baik apabila mereka juga dapat melatihnya dirumah atau di luar lingkungan sekolah dengan bantuan dan arahan orangtua. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitan ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek secara holistik dandengan cara deskripsi dalam kata-kata bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana peneliti akan melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Imanuel Homeschooling Surabaya Nama Lembaga : IMANUEL HOMESCHOOLING SURABAYA Alamat Lengkap : Jl. Babatan Pratama 29 Blok PP-50 Wiyung, Surabaya C. Metode Pengumpulan Data Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa teknik atau alat pengumpulan data, sebagai pendukung dalam proses pencarian dan penggalian data penelitian. Berikut uraian tentang gambaran teknik atau alat pengumpul data yang digunakan: 1. 2. 3. Wawancara Metode wawancara ini ditujukan kepada ketua lembaga, tutor, kepala sekolah dan orangtua peserta didik IHS. Wawancara ini dimaksud untuk mendapatkan data tentang implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus (ABK). Wawancara tersebut telah dirancang dan disusun dalam lampiran instrumen wawancara. Observasi Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan cara mengamati secara langsung bagaimana proses dan pelaksanaan pembelajaran serta faktor penghambat dan pendukung implemetasi homeschooling komunitas. Peneliti mencatat, menganalisis, dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus (ABK) Dokumentasi Pada metode dokumentasi, peneliti membuat instrumen dokumentasi yang berisi instansi variabel-variabel yang akan di dokumentasikan dengan menggunakan chek list untuk mencatat variabel yang sudah ditentukan.dokumentasi yang terkait pada penelitian ini terkait dengan kegiatankegiatan pembelajaran yang telah dilakukan di Imanuel Homeschooling Surabaya 4. Teknik Analisis Data Penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak sebelum terjun kelapangan sampai selesai dilapangan yang dilakukan dengan cara seksama dan teliti. Mills dan Huberman (dalam Riyanto, 2007: 31) Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data kualitatif adalah: 1. Reduksi Data Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang berasal dari Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus lapangan. Reduksi data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara: 1) Membuat ringkasan kontak, 2) Pengkodean kategori, 3) Membuat catatan refleksi, 4) Pemilahan data. 2. Display Data Milles dan Huberman (dalam Riyanto 2007: 33) display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat. 3. Verivikasi dan Simpulan Verifikasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencari makna yang sama, hubungan persamaan dan perbedaan, faktor-faktor yang mempengaruhi disesuaikan dengan hasil catatan di Imanuel Homeschooling Surabaya yang terdiri dari wawancara, observasi, serta dokumentasi yang berkaitan dengan implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus. Masalah kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyatukan dari hasil yang didapat di lapangan dan didukung dengan bukti yang valid, yaitu dapat berupa dokumentasi yang berkaitan dengan implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus. Engagment, 2) Persistent Observation, 3) Trianggulasi, 4) member Check 2. Dependabilitas Dependabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian yang berkaitan dengan implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus. Adapun yang menjadi auditor dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing peneliti dan pengelolah lembaga yang bertujuan untuk mengetahui proses penelitian tersebut bermutu atau tidak serta digunakan untuk ketelitian dalam pelaksanaan atau ada tidaknya masalah dalam penelitian di Imanuel Homeschooling Surabaya. 3. Transferabilitas Peneliti dalam penelitian ini menganalisis dan mendeskripsikan implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khsusus di Imanuel Homeschooling Surabaya. 4. Konfirmabilitas Penelitian ini konfirmabilitas dilakukan dengan penelitian dan pereviewan data dari lapangan, analsis data, dan catatan tentang proses penelitian.oleh auditor independen adalah dosen pembimbing serta dosen penguji hasil penelitian HASIL PENELITIAN Analisis Data 5. Kriteria Keabsahan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana data itu valid atau tidak. Menurut Loncoln dan Guba 1985 (dalam Riyanto, 2007: 17) setidak-tidaknya ada 4 (empat) tipe standar/kriteria utama untuk menjamin keterpercayaan/kebenaran hasil penelitian kualitatif, yaitu: 1. Kredibilitas Data dan informasi yang dikumpulkan harus mengandung nilai kebenaran, yang berarti bahwa hasil penelitian kualitatif harus dapat dipercaya. Penelitian ini akan menggunakan teknik triangulasi. Metode ini berarti mengecek dan membandingkan tingkat kepercayaan atau kebenaran suatu informasi atau data yang telah diperoleh dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hal ini dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan atau observasi dengan data hasil wawancara, serta membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang diperoleh dari hasil studi serta dokumentasi, Moleong (2007: 330), 1) prologed (1) Implementasi Homeschooling yang dilihat dari Pelaksanaan dan proses pembelajaran di imanuel Homeschooling Surabaya didasarkan pada tingkat kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan kondisi, dan tingkat kemampuan peserta didik mengingat peserta didik di Imanuel Homeschooling Surabaya adalah anak berkebutuhan khusus. Peserta didik di IHS tidak hanya diberikan bekal secara akademik melainkan juga diberi bekal keterampilan, bina diri (life skill), hal tersebut ditunjukan dari program-program pembelajaran yang ada meliputi: artclas, yang terdiri dari kelas keterampilan, bernyanyi, menari, menggambar/ melukis, cookingclass, berkebun. Tentu saja hal tersebut disesuaikan dengan minat dan kegemaran yang ada dalam diri peserta didik, tutor ditugaskan untuk dapat mengarahkan. Bekal keterampilan dan bina diri (lifeskill) yang diberikan pada peserta didik bertujuan agar peserta didik berkebutuhan khusus dapat memiliki keterampilan dan dapat mandiri untuk mengurus dirinya sendiri baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. (2) Pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus yang tebagi menjadi kebutuhan aktualisasi diri dan kebutuhan sosial. Meskipun mereka memiliki keterbatasan anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh pendidikan seperti anak normal pada umumnya. Di IHS mengupayakan peserta didik sedapat mungkin kebutuhan aktualisasi dan kebutuhan sosialnya Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus dapat terpenuhi dengan maksimal hal ini didukung dengan adanya kegiatan sosialisasi (outing) peserta didik di ajarkan untuk dapat bersosialisasi di lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan 3 bulan sekali secara rutin, peserta didik dikenalkan pada lingkungan sekitar. (3) Faktor penghambat dan pendukung implementasi homeschooling. Berdasarkan Pengumpulan data implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus yang dilihat dari proses dan pelaksanaannya ini terdapat beberapa faktor pendukung, diantaranya: 1. Orang tua Dengan orang tua yang koperatif dapat membantu pelaksanaan homeschooling. Orang tua mendukung penuh semua program yang ada di IHS sehingga anakanak dapat berkembang dengan baik karena tujuan yang diinginkan adalah anak-anak bertambah maju. 2. Masyarakat dilingkungan belajar Adanya dukungan masyarakat sekitar lingkungan belajar dapat membantu dan mendukung proses pembelajaran yang berlangsung tiap harinya dengan mengijinkan lahan mereka digunakan untuk beberapa kegiatan dan tempat parkir kendaraan meskipun hanya sementara 3. Dinas Pendidikan Dukungan yang di berikan Dinas Pendidikan dapat dilihat dengan adanya fasilitas yang diberikan seperti pelatihan-pelatihan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik di IHS untuk dapat mengikuti ujian kesetaraan sama halnya seperti peserta didik ada umumnya PENUTUP A. Simpulan Implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus di Imanuel Homeschooling Surabaya yang dilihat berdasarkan proses dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif melalui tahapan (1) rekruitmen peserta didik, (2) identifikasi kebutuhan, (3) pendidik/tutor, (4) materi pembelajaran dan kurikulum, (5) metode, (6) alokasi waktu, (7) sarana dan prasarana, (8) evaluasi pembelajaran Identifikasi dalam pelaksanaan dan proses homeschooling didasarkan pada kebutuhan setiap anak yang berbeda-beda terlebih pada anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan, hambatan yang dialami dan karakter komunikasi melalui pendidikan yang mengembangkan aspek bakat dan minat agar kebutuhan akan pendidikannya dapat terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Abraham Maslow/file.Upi.Edu/2010/Asas Kebutuhan. Diakses 15 April 2015 Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Kota Surabaya. (Online). (http.//surabayakota.bps.go.id. diakses pada 29 Januari 2015) Moleong.L.J. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 4. Pemerintah Kota Pemerintah kota cukup mendukung, seperti yang diketahui bahwa IHS adalah satu-satunya homeschooling yang menangani anak berkebutuhan khusus di kota Surabaya. Dukungan pemerintah dapat dilihat dengan keterlibatan IHS dalam setiap acara yang diselenggarakan pemerintah kota yang berkaitan dengan anak berkebutuhan khsusus Sedangkan faktor penghambat implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus yang meliputi: 1. Tutor Proses pembelajaran akan terhambat jika salah satu tutor berhalangan hadir. Pelaksanaan pembelajaran akan kacau, seperti yang diketahui bahwa satu anak didampingi oleh satu tutor 2. Peserta didik Kondisi peserta didik akan mempengaruhi proses dan pelaksanaan pembelajaran mengingat peserta didik di Imanuel homeschooling Surabaya ini adalah anak berkebutuhan khusus, jadi kondisi emosi tidak menentu selain itu susah memusatkan konsentrasi dalam belajar. jika hal tersebut terjadi maka kegiatan belajar mengajar jadi terhambat. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Hallahan,DP.&Kauffman,J.M. 2006. Exceptional Learners; Introduction to Special Education 10th ed. USA: Person Hunt,N and Marshall, K. 2005. Exceptional Children and Youth. Boston Houghton Miffin Company http://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschoolin g//. Diakses 23 Januari 2015 Kembara, Maulana D.2007. Panduan Lengkap Homeschooling. Bandung: Progresio Riyanto, Yatim. (2007). Metodelogi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: Unesa University Press. Musyawarah. 2013. “Keterlibatan orang tua dalam pendidikan ABK di SLB X Kota Makasar”. Universitas Pendidikan Indonesia.(http://repository.upi.edu diakses pada 26 Februari 2015) Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Suparman, Atwi. 2001. Desain Instructional. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosddakarya ________, 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosddakarya