BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya, pembangunan memiliki berbagai kompleksitas masalah. Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, baik aspek ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya, untuk itu peran pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna sebagai peningkatan kemampuan dasar penduduk. Kemampuan dasar penduduk tersebut diperlukan untuk memperbesar kesempatan berpartisipasi dalam proses pembangunan. Peningkatan kemampuan dasar dapat pula dilakukan melalui peningkatan derajat kesehatan, pengetahuan dan keterampilan penduduk. Hal tersebut penting karena dapat direfleksikan dalam kegiatan ekonomi produktif, sosial budaya, dan politik. Tujuan pembangunan yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembangunan harus diarahkan sedemikian rupa sehingga setiap tahap semakin mendekati tujuan. Hidup layak merupakan hak asasi 1 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan manusia yang diakui secara universal. Konstitusi Indonesia UUD’45, secara eksplisit mengakui hal itu dengan mengamanatkan bahwa tugas pokok pemerintah Republik Indonesia adalah “memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal itu berarti, hidup bebas dari kemiskinan atau menikmati kehidupan yang layak merupakan hak asasi setiap warga negara adalah tugas pemerintah untuk menjamin terwujudnya hal itu. Pembangunan nasional pada dasarnya ialah meningkatkan kesejahteraan umum yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Paradigma pembangunan manusia yang dikembangkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sebagai suatu proses memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dengan demikian penduduk merupakan tujuan akhir dan pembangunan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan pembangunan manusia tersebut terdapat empat hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu produktivitas,pemerataan,kesinambungan,dan pemberdayaan. Namun paradigma pembangunan tersebut banyak menuai kritik karena hasil dari pembangunan telah menciptakan pula ketimpangan dan kesenjangan, kerusakan ekologi, serta membelenggu kebebasan asasi manusia. Paradigma pembangunan yang bersifat materialistik ini mengukur pencapaian hasil pembangunan hanya dari aspek fisik yang dikuantifikasi dalam perhitungan matematik dan angka statistik, sehingga cenderung mengabaikan dimensi manusia sebagai subyek utama pembangunan dan mengabaikan harkat dan martabat kemanusiaan. 2 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Menurut United Nations Development Programme (UNDP), dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat tiga indikator komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama bersekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; standar hidup yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. Dalam Indonesian Human Development Report, dijelaskan bahwa perkembangan pembangunan manusia selama ini sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi dari awal 1970-an sampai akhir 1990-an. Pertumbuhan tersebut memungkinkan manusia untuk mengalokasikan pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan. Sementara pengeluaran pemerintah untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan relatif sedikit. Serta kebutuhan dalam meningkatkan alokasi pengeluaran pemerintah untuk bidang sosial menjadi semakin terasa ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi. Krisis tersebut menyebabkan merosotnya pencapaian pembangunan manusia. Adanya peringkat pertumbuhan ekonomi GNP/GDP yang muncul pada dekade 60-an, mewarnai pemikiran kita dalam mengukur keberhasilan pembangunan. GDP/GNP, memang merupakan ukuran makroekonomi yang masih dipakai oleh banyak negara, meskipun ukuran tersebut belum menggambarkan sebenarnya, terutama gambaran kualitas manusianya. Adapun 10 besar indeks pembangunan manusia di Negara maju adalah sebagai berikut: 3 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan No. Negara Maju IPM 1 Norwegia 0,971 2 Australia 0,970 3 Islandia 0,969 4 Kanada 0,966 5 Irlandia 0,965 6 Belanda 0,964 7 Swedia 0,963 8 Prancis 0,961 9 Swiss 0,960 10 Jepang 0,960 Berdasarkan tabel di atas indeks pembangunan manusia tertinggi khusus untuk Negara maju adalah Norwegia yaitu sebesar 0,971. Australia adalah peringkat kedua yang memiliki indeks pembangunan manusia tertinggi khusus untuk negara maju yaitu sebesar 0,970. Tingginya angka IPM di Australia karena dia memiliki beberapa peringkat tertinggi di dunia dalam kategori kualitas hidup, kesehatan, pendidikan, di mana hampir 100% penduduknya melek huruf dan persentase sangat tinggi dari lulusan pendaftaran dan kuliah. Angka Harapan hidupnya mencapai 81,2 tahun sangat jauh dibanding angka harapan hidup indonesia yang hanya sebesar 67,2 tahun. Selain itu Australia terkenal dengan kebebasan sipil dan perlindungan hak asasi manusia yang tinggi. Menyusul Islandia sebesar 0,969. Urutan ke empat di duduki oleh Negara Kanada. Di Benua Amerika, Canada tercatat sebagai indeks pembangunan manusia sebesar yaitu 0,966 Menyusul United State yaitu sebesar 0,956. Jika dibandingkan dengan Indonesia yang hanya sebesar 0,734 kelihatan sangat rendah. Indeks 4 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan pembangunan manusia yang tinggi di Canada karena Canada memiliki populasi cerdas dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan angka melek huruf yang tinggi. Selain itu Canada terkenal dengan sistem pelayanan kesehatan gratis diatas sebuah angka harapan hidup sebesar 80,7 tahun. Kemudian menyusul Irlandia, Belanda, Swedia, Prancis, Swiss, dan Jepang. Jepang memiliki indeks pembangunan manusia sebesar 0,960. Jepang menduduki peringkat ke 10 untuk pencapaian IPM tertinggi di Negara maju di dunia. Tingginya angka IPM tersebut karena Jepang populasi di Jepang memiliki kecerdasan kualitas pendidikan yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari tingginya kemajuan teknologi di Jepang terutama dalam bidang telekomunikasi,permesinan dan robotika. Selain itu angka harapan hidup di Jepang mencapai 87,3 tahun dan merupakan angka tertinggi di dunia. Di beberapa Negara berkembang seperti Philipina mempunyai indeks pembangunan manusia lebih tinggi dibanding Indonesia. Philipina memiliki indeks pembangunan manusia sebesar 0,751, dan harus diakui dalam IPM tahun ini peringkat Philipina lebih baik daripada Indonesia. Philipina menduduki urutan ke-97 atau 11 peringkat di atas Indonesia. Philipina cukup baik karena investasinya dibidang pendidikan. Sementara dari sisi pendapatan Philipina sedikit lebih besar dibandingkan dengan Indonesia. Vietnam dan Myanmar adalah Negara yang memiliki IPM lebih rendah dibanding Indonesia. Vietnam memiliki indeks pembangunan manusia sebesar 0,725. Ini berarti bahwa Vietnam memiliki angka IPM dibawah angka IPM Indonesia. Hal ini terjadi karena sejak tahun 2006 indeks pendidikan Indonesia lebih tinggi dari pada Vietnam yaitu sebesar 0,83 untuk Indonesia dan 0,82 untuk Vietnam. Disisi lain indeks daya beli di Indonesia 5 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan juga lebih tinggi dari pada Vietnam yaitu 0,61 bagi Indonesia dan 0,57 pada Vietnam. Akan tetapi angka harapan hidup Vietnam lebih besar dari pada Indonesia yaitu 0,81 di Vietnam dan 0,75 di Indonesia. Myanmar memiliki indeks pembangunan manusia sebesar 0,586. Angka ini berada di bawah angka IPM Indonesia yaitu 0,734. Hal ini disebabkan karena angka melek huruf Indonesia lebih tinggi dibanding Myanmar, yaitu 92,3% di Indonesia dan 92 % di Myanmar. Di sisi lain Nyanmar menempati urutan kedua dari penduduknya yang tidak memiliki akses air bersih dibanding Indonesia yang menempati urutan ke empat. Tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih berdampak pada rendahnya derajat kesehatan di Negara Myanmar. Selain itu angka kekurangan berat badan di Myanmar lebih tinggi di banding Indonesia yaitu mencapai 29% untuk Myanmar dan 27% di Indonesia. Gambar 1.1.Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Selatan Dengan Nasional 74 73 72 71 70 69 68 67 66 73.40 72.25 71.17 70.59 70.10 71.76 70.94 70.22 69.62 Indonesia 68.81 2006 Sul-Sel 2007 2008 2009 2010 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar Berdasarkan gambar 1.1 menunjukkan bahwa angka Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Selatan cenderung naik setiap tahunnya, dari tahun 2006 sebesar 68,81 hingga tahun 2010 sebesar 72,25. Akan tetapi indeks pembangunan 6 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan manusia Sulawesi Selatan masih dibawah indeks pembangunan manusia nasional. Dapat dilihat bahwa angka IPM Sulawesi Selatan relatif rendah dibanding dengan angka IPM nasional. Hingga pada tahun 2010, angka IPM Sulawesi Selatan mencapai 72,25. sedangkan angka IPM nasional sebesar 73,40. Dalam pembangunan manusia, indeks kesehatan diperoleh dari angka harapan hidup seseorang sejak dilahirkan. Angka harapan hidup Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun waktu 2006 hingga 2010 semakin meningkat. Pada tahun 2006 tercatat sebesar 69,2 tahun dan meningkat menjadi 70,00 tahun pada tahun 2010. Angka harapan hidup di Sulawesi Selatan pada tahun 2009 berada di atas angka nasional (69,8 tahun). Membaiknya pelayanan dan sistem pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan diwujudkan melalui program kesehatan gratis. Menurut data yang dipublikasikan oleh situs resmi pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, angka kunjungan masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan gratis di Sulawesi Selatan meningkat signifikan. Tahun 2010, kunjungan masyarakat mencapai 6.407.554 jiwa. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun 2007 yang hanya 2.336.875 jiwa. Peningkatan tersebut menunjukkan kesadaran masyarakat untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit. Pengeluaran perkapita memberikan gambaran tingkat daya beli PPP (Purchasing Power Parity) masyarakat, dan sebagai salah satu komponen yang digunakan dalam melihat status pembangunan manusia di suatu wilayah. Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit 7 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan diperoleh, sehingga dalam kegiatan Susenas data ini didekati melalui data pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Walaupun harga antar daerah berbeda, namun nilai pengeluaran rumah tangga masih dapat menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk antar provinsi khususnya dilihat dari segi ekonomi. Pada tahun 2007, pengeluaran rata-rata perkapita sebulan sebesar Rp.291.900, tahun 2008 sebesar Rp.321.000, tahun 2009 sbesar Rp.364.800. Kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp.408.576. Angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2006 sebesar 86 persen menjadi 87,75 pada tahun 2010. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sebesar 8,18 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perekonomian selama tahun 2010 meningkat setelah sedikit melambat pada tahun 2009, yakni 7,78 persen pada tahun 2008 menjadi 6,2 persen pada tahun 2009. Perekonomian Sulawesi Selatan diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 sebesar Rp.117,8 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2010 sebesar Rp.51,2 triliun. Angka pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada tahun 2010 mencapai angka tertinggi selama periode 10 tahun terakhir setelah sebelumnya sedikit melambat. Perekonomian Sulawesi Selatan yang dicapai pada tahun 2010 dipicu oleh hampir seluruh sektor ekonomi. 8 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka penulis ingin mengkaji masalah yang terjadi di Sulawesi Selatan. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh angka harapan hidup, konsumsi perkapita, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan? 1.3. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan judul penelitian serta rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui seberapa besar pengaruh indikator komposit indeks pembangunan manusia yang berupa angka harapan hidup, konsumsi perkapita, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, yaitu: 1. Dapat memberikan serta menambah pengetahuan baru mengenai pengaruh angka harapan hidup, konsumsi perkapita, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. 9 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan 2. Sebagai dasar yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan 3. Sebagai bahan informasi, referensi, literatur maupun penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang tertarik pada penelitian tentang indeks pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab, yang masing-masing bab membahas sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini akan menguraikan tentang landasan teoritis, hubungan antar variabel, tinjauan empiris, kerangka pikir, dan hipotesis. BAB III Metode Penelitian Pada bab ini membahas jenis dan sumber data, metode analisis, dan defenisi operasional. 10 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pembahasan bab ini menganalisa perkembangan angka harapan hidup, konsumsi perkapita, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf , dan perkembangan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. BAB V Kesimpulan dan Saran Pembahasan pada bab ini menyimpulkan hasil analisis dan saran yang bermanfaat bagi banyak orang. 11 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Pengertian Indeks Pembangunan manusia Dalam UNDP (United Nations Development Programme), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (“a process of enlarging people’s choices”). Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human Development Report, 1995:103), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia adalah: - Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian. - Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja. - Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam upayaupaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal. - Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambingan, dan pemberdayaan. 12 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan - Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya. Bedasarkan konsep tersebut, penduduk di tempatkan sebagai tujuan akhir sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Produktifitas Penduduk harus meningkatkan produktifitas dan partisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pembangunan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia. 2. Pemerataan Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup. 3. Kesinambungan Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui. 13 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan 4. Pemberdayaan Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka serta untuk berpartisipasi dan mengambil keputusan dalam proses pembangunan. Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak hanya berhenti sampai di sana. Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam masyarakat luas seperti kebebasan politik,ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani. Selain itu, pengertian pembangunan manusia adalah upaya yang dilakukan untuk memperluas peluang penduduk agar mencapai hidup yang layak. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Indeks (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasi apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks ini pada 1990 oleh pemenang nobel India, Amartya Sen dan Mahbub Ul Haq seorang ekonomi Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Merghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu dipakai oleh program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. Digambarkan sebagai “pengukuran vulgar” oleh Amartya Sen karena batasannya, indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna dari pada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini 14 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan digunakan, dan indeks ini juga berguna bagi jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya. Menurut United Nations Development Programme (UNDP), dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat tiga indikator komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama bersekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; standar hidup yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. Nilai indeks ini berkisar antara 0-100. Pengertian IPM yang dikeluarkan oleh UNDP yang menyatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI) merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia. IPM ini mulai digunakan oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara. Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok pambangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf dan rata-rata lamanya bersekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli / paritas daya beli (PPP) masyarakat 15 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental maupun secara spritual. Bahkan secara eksplisit disebutkan bahwa pembangunan yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia yang seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang berkelanjutan. Indeks Pembangunan Manusia, karena dimaksudkan untuk mengukur dampak dari upaya peningkatan kemampuan dasar tersebut, dengan demikian menggunakan indikator dampak sebagai komponen dasar penghitungannya yaitu, angka harapan hidup waktu lahir, pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran konsumsi. Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Pembentukan modal manusia adalah suatu proses memperoleh dan meningkatkan jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan, dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi suatu negara. 16 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Pembentukan modal manusia karenanya dikaitkan dengan investasi pada manusia dan pengembangannya sebagai sumber yang kreatif dan produktif. (M.L jhingan,2002). 2.1.2 Komponen Pembangunan Manusia Lembaga United Nations Development Programme (UNDP) telah mempublikasikan laporan pembangunan sumber daya manusia dalam ukuran kuantitatif yang disebut Human Development Indeks (HDI). Meskipun HDI merupakan alat ukur pembangunan SDM yang dirumuskan secara konstan, diakui tidak akan pernah menangkap gambaran pembangunan SDM secara sempurna. Adapun indikator yang dipilih untuk mengukur dimensi HDI adalah sebagai berikut: (UNDP, Human Development Report 1993: 105-106) Longevity, diukur dengan variabel harapan hidup saat lahir atau life expectancy of birth dan angka kematian bayi per seribu penduduk atau infant mortality rate. Educational Achievement, diukur dengan dua indikator, yakni melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas (adult literacy rate) dan tahun rata-rata bersekolah bagi penduduk 25 ke atas (the mean years of schooling). Access to resource, dapat diukur secara makro melalui PDB rill perkapita dengan terminologi purchasing power parity dalam dolar AS dan dapat dilengkapi dengan tingkatan angkatan kerja. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa komponenkomponen yang mempengaruhi IPM antara lain: 17 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan 1. Derajat kesehatan dan panjangnya umur yang terbaca dari angka harapan hidup (life expecntacy rate), parameter kesehatan dengan indikator angka harapan hidup, mengukur keadaan sehat dan berumur panjang. 2. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf rata-rata lamanya sekolah, parameter pendidikan dengan angka melek huruf dan lamanya sekolah, mengukur manusia yang cerdas, kreatif, terampil, dan bertaqwa. 3. Pendapatan yang diukur dengan daya beli masyarakat (purchasing power parity), parameter pendapatan dengan indikator daya beli masyarakat, mengukur manusia yang mandiri dan memiliki akses untuk layak. Menurut Todaro (2006) pembangunan manusia ada tiga komponen universal sebagai tujuan utama meliputi: 1. Kecukupan, yaitu merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi akan menghentikan kehidupan seseorang, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan keamanan. Jika satu saja tidak terpenuhi akan menyebabkan keterbelakangan absolut. 2. Jati Diri, yaitu merupakan komponen dari kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak mengejar 18 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan sesuatu, dan seterusnya. Semuanya itu terangkum dalam self esteem (jati diri). 3. Kebebasan dari Sikap Menghamba, yaitu merupakan kemampuan untuk memiliki nilai universal yang tercantum dalam pembangunan manusia adalah kemerdekaan manusia. Kemerdekaan dan kebebasan di sini diartikan sebagai kemampuan berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran dari aspek-aspek materil dalam kehidupan. Dengan adanya kebebasan kita tidak hanya semata-mata dipilih tapi kitalah yang memilih. 2.1.3. Pengukuran Pembangunan Manusia Indikator komposit pembangunan manusia adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat pencapaian pembangunan manusia antar wilayah dan antar waktu. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan alat ukur yang dapat menunjukkan presentase pencapaian dalam pembangunan manusia dengan memperhatikan tiga faktor yaitu kelangsungan hidup, pengetahuan, dan daya beli. Kondisi Faktor Komponen Ideal Terburuk Angka Harapan Hidup (thn) 85,5 25,0 Angka Melek Huruf (%) 100,0 0,0 Rata-rata lama sekolah (thn) 15 0 Konsumsi rill perkapita (Rp) 732.720 300.000 Kelangsungan hidup Pengetahuan Daya Beli Sumber: UNDP,Human Development Report 1993 (dalam Mudrajat,2006:31) 19 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Dengan tiga ukuran pembangunan tersebut dan menerapkan suatu formula yang kompleks terhadap data 160 negara pada tahun 1990, rangking HDI semua negara dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Negara dengan pembangunan manusia yang rendah (low human development) bila nilai HDI berkisar 0,0 hingga 0,50. 2. Negara dengan pembangunan manusia yang menengah (medium human development) bila nilai HDI berkisar antara 0,51 hingga 0,79. 3. Negara dengan pembangunan manusia yang tinggi (high human development) bila nilai HDI berkisar antara 0,80 hingga 1,0. Dapat disimpulkan bahwa negara dengan nilai HDI dibawah 0,51 hingga 0,79 dapat dikatakan bahwa negara tersebut mulai memperhatikan pembangunan manusianya, sedangkan negara dengan nilai HDI 0,8 berarti negara tersebut sangat memperhatikan pembangunan manusianya (Mudrajat, 2006:31) Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya: Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih. Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana. Membentuk satu indeks komposit dari pada menggunakan sejumlah indeks dasar. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi. Indeks tersebut merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi berikut ini : 20 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan - Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka harapan hidup. - Pengetahuan, yang diukur dengan angka melek huruf dan kombinasi dari angka partisipasi sekolah untuk tingkat dasar, menengah dan tinggi. - Standar hidup yang layak, dengan indikator PDRB per kapita dalam bentuk Purchasing Power Parity (PPP). Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut : - Tinggi : IPM lebih dari 80,0 - Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9 - Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9 - Rendah : IPM kurang dari 50,0 2.1.4 Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH), dijadikan indikator dalam mengukur kesehatan suatu individu di suatu daerah. Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidup. Angka Harapan Hidup (AHH) diartikan sebagai umur yang mungkin dicapai seseorang yang lahir pada tahun tertentu. Angka harapan hidup dihitung menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan Angka Harapan Hidup (AHH) yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Sementara itu untuk menghitung indeks harapan hidup digunakan nilai maksimum harapan hidup 21 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan sesuai standar UNDP, dimana angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah 25 tahun (standar UNDP). Usia harapan hidup dapat panjang jika status kesehatan, gizi, dan lingkungan yang baik. 2.1.5 Konsumsi Perkapita Indikator konsumsi perkapita digunakan untuk mengukur standar hidup manusia. Indikator ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan serta peluang yang ada untuk merealisasikan pengetahuan dalam berbagai kegiatan produktif sehingga menghasilkan output baik berupa barang maupun jasa sebagai pendapatan. Kemudian pendapatan yang ada menciptakan pengeluaran atau konsumsi. Pengeluaran perkapita memberikan gambaran tingkat daya beli PPP (Purchasing Power Parity) masyarakat, dan sebagai salah satu komponen yang digunakan dalam melihat status pembangunan manusia di suatu wilayah. 2.1.6 Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tingginya pendidikan yang dicapai oleh masyarakat di suatu daerah. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Asumsi yang berlaku secara umum bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kualitas seseorang, baik pola pikir maupun pola tindakannya. Tobing (dalam Hastarini, 2005), mengemukakan bahwa orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, diukur dengan lamanya waktu untuk sekolah akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding dengan orang yang pendidikannya lebih rendah. Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun 22 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan dihabiskan oleh penduduk yang berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Batas maksimum untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan batas minimum sebesar 0 tahun (standar UNDP). Batas maksimum 15 tahun mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum yang ditargetkan adalah setara Sekolah Menengah Atas (SMA). 2.1.7 Angka Melek Huruf Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang merata adalah dengan melihat tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Angka Melek Huruf (AMH) adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Batas maksimum untuk angka melek huruf, adalah 100 sedangkan batas minimum 0 (standar UNDP). Hal ini menggambarkan kondisi 100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis, dan nilai nol mencerminkan kondisi sebaliknya. 2.1.8 Manfaat Indeks Pembangunan Manusia IPM dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal sebagai berikut: Untuk mengalihkan fokus perhatian para pengambil keputusan, media, dan organisasi non pemerintah dari penggunaan statistik ekonomi biasa, agar lebih menekankan pada pencapaian manusia. IPM diciptakan untuk menegaskan bahwa manusia dan segenap kemampuannya seharusnya menjadi kriteria utama untuk menilai pembangunan sebuah negara, bukannya pertumbuhan ekonomi. 23 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Untuk mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara. Bagaimana dua negara yang tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat memiliki IPM yang berbeda. Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, di antara provinsi-provinsi (atau negara bagian), di antara gender, kesukuan, dan kelompok sosial ekonomi lainnya. Dengan memperlihatkan disparitas atau kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka akan lahir berbagai debat dan diskusi di berbagai negara untuk mencari sumber masalah dan solusinya. 2.2. Pertumbuhan Ekonomi 2.2.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan produk nasional bruto atau pendapatan nasional riil. Dengan kata lain, perekonomian mengalami perkembangan jika terjadi pertumbuhan output riil. Sedangkan menurut Suryana (2005:5) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk yang terjadi, serta tanpa memandang apakah terjadi perubahan dalam struktur perekonomiannya atau tidak. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2000). Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 24 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka. Menurut Arsyad (2004) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai jenis barang dan jasa kepada penduduk. Dengan demikian, manifestasi dari pertumbuhan ekonomi diwujudkan dalam peningkatan output jangka panjang atau secara berkesinambungan (Todaro, 2006). 2.2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi a. Teori Pertumbuhan Klasik Ahli ekonomi klasik Adam Smith mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dengan kemajuan teknologi. Kemudian David Ricardo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses tarik menarik antara dua kekuatan yaitu ”the law of deminishing retun” dan kemajuan teknologi. Sedangkan menurut John Stuart Mill mengatakan bahwa pembangunan ekonomi tergantung pada dua jenis perbaikan, 25 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan yaitu perbaikan dengan tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan, seperti adat istiadat, kepercayaan dan berpikir tradisional. b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Pertengahan tahun 1950-an berkembang teori pertumbuhan neo-klasik yang merupakan suatu analisis pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada pandangan-pandangan ahli ekonomi klasik. Perintisnya adalah Robert Sollow, kemudian diikuti dan dikembangkan oleh Edmund Philips, Harry Johson, dan J.E Meade. Pendapat-pendapat dari para ahli tersebut yaitu (Suryana, 2005:58): o Adanya akumulasi kapital yang merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi o Perkembangan merupakan proses yang gradual. o Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif. o Adanya pikiran yang optimis terhadap perkembangan. o Aspek internasional yang merupakan faktor bagi perkembangan. Selanjutnya dalam (Sadono,2000: 437), menurut Sollow yang menjadi faktor terpenting dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukan hanya pertambahan modal dan tenaga kerja. Faktor terpenting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja. c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern Teori Pertumbuhan Walt Whitman Rostow Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat, yaitu perubahan politik, 26 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan struktur sosial, nilai sosial dan kegiatan ekonominya. Dalam bukunya ”The Stages of Economics” (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh setiap negara pada umumnya kedalam lima tahap, yaitu (Lincolin,2004: 48) : 1. The traditional society (Masyarakat Tradisional) 2. Precondition for take-off (Persyaratan Tinggal Landas) 3. Take off (Tinggal Landas) 4. The Derive to Manurity (Dorongan Menuju Kedewasaan) 5. The Age of High Mess Consumption (Tingkat Konsumsi Masyarakat Tinggi) Teori Pertumbuhan menurut Kuznet Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh berdasarkan kemajuan teknologi, institutional, dan ideologis yang diperlukan. Dalam analisisnya, Kuznet mengemukakan enam ciri pertumbuhan ekonomi modern yang dimanifestasikan dalam proses pertumbuhan oleh semua negara maju (Suryana, 2005), yaitu: o Dua variabel ekonomi yang bersamaan (aggregate) 1) Tingginya tingkat produk per kapita dan laju pertumbuhan penduduk. 2) Tingginya peningkatan produktivitas terutama produktivitas tenaga kerja. 27 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan o Dua variabel transformasi struktural 3) Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi 4) Tingginya tingkat struktur sosial dan ideologi. o Dua variabel penyebaran internasional 5) Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk pergi ke seluruh pelosok dunia untuk mendapatkan pasaran dan bahan baku. 6) Arus barang, modal, dan orang antar bangsa yang meningkat. Teori Pertumbuhan Endogen Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen, Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi. Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi, bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia (Romer, 1994) Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi.. Definisi modal/kapital diperluas dengan memesukkan model ilmu pengetahuan dan modal sumber daya manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar model atau eksogen tapi teknologi merupakan bagian dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam teori 28 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (Mankiw, 2000). Harrod Domar sependapat bahwa pertambahan produksi dan pendapatan masyarakat bukan ditentukan oleh kapasitas memproduksi masyarakat tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat. Dengan demikian walaupun kapasitas dalam memproduksi bertambah, pendapatan nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi akan tercipta apabila pengeluaran masyarakat meningkat dibandingkan masa lalu. Berangkat dari hal itu bahwa analisa Harrod-Domar menunjukkan syarat yang diperlukan agar dalam jangka panjang kemampuan memproduksi bertambah dari masa ke masa yang diakibatkan oleh pembentukan modal pada masa sebelumnya akan selalu sepenuhnya digunakan. Model awal dari endogenous growth oleh Romer (1983,1986) menyatakan bahwa long-run growth pada umumnya ditentukan oleh akumulasi pengetahuan. Walaupun ada penambahan ilmu pengetahuan baru menunjukan diminishing returns pada suatu perusahaan, namun penciptaan ilmu pengetahuan pada suatu perusahaan diasumsikan mempunyai dampak positif secara ekternal pada tekonologi produksi perusahaan lain. Model endogenous growth lainya dikembangkan oleh Lucas (1988). Dia melakukan two-sector model yaitu – learning-by-doing and 29 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan schooling model_ yang memasukkan faktor human capital as sebagai faktor penggerak economic growth. Pada model pertama, pertumbuhan human capital bergantung pada bagaimana worker antara current production dan human capital accumulation, sedangkan model ke-dua, pertumbuhan human capital adalah merupakan fungsi yang positif untuk produksi barang baru. Seperti pada model Romer, model Lucas mempunyai effect internal produktivitas pekerja dan efek eksternal pada sources of scale economies dan meningkatkan produktivitas selain faktor produksi. Namun demikian, akumulasi human capital akan mengorbankan utility konsumsi pada saat sekarang. Pada model pertama, pengorbanan berasal dari penurunan konsumsi saat ini, sedangkan pada model kedua, berasal dari kombinasi current consumption goods dengan human capital. Lucas berpendapat bahwa pentingnya kebijakan mendasar untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan dengan memberikan subsidy pada sekolah. 2.3. Pembangunan Manusia Dengan Pertumbuhan Ekonomi 2.3.1. Modal Manusia Dengan Pertumbuhan Ekonomi Modal manusia dalam terminologi ekonomi sering digunakan untuk untuk bidang pendidikan, kesehatan dan berbagai kapasitas manusia lainnya yang ketika bertambah dapat meningkatkan produktivitas. Pendidikan memainkan peran kunci dalam hal kemampuan suatu perekonomian untuk mengadopsi teknologi modern dan dalam membangun kapasitasnya bagi pembangunan dan pertumbuhan yang 30 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan berkelanjutan. Kesuksesan dalam pendidikan bergantung juga pada kecukupan kesehatan. Disamping itu kesehatan merupakan prasayarat bagi peningkatan produktivitas. Dengan demikian kesehatan dan pendidikan dapat juga dilihat sebagai komponen vital dalam pertumbuhan dan pembangunan sebagai input bagi fungsi produksi agregat (Todaro, 2006). Menurut Mankiw (2003) modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the job training) untuk para pekerja dewasa. Seperti halnya dengan modal fisik, modal manusia meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa. Untuk meningkatkan level modal manusia dibutuhkan investasi dalam bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar. Sementara itu untuk menyesuaikan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, negara-negara berkembang harus memperhatikan kualitas sumber daya manusia, dengan mewujudkan program-program spesifik yakni: 1. Mengendalikan penyakit serta meningkatkan kesehatan dan nutrisi. Meningkatkan standar kesehatan penduduk menyebabkan peningkatan produktivitas mereka sebagai tenaga kerja. Pusat kesehatan masyarakat dan penyediaan air bersih merupakan modal sosial yang bermanfaat. 2. Meningkatkan pendidikan, menurunkan angka buta huruf dan melatih tenaga kerja. 31 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Manusia terdidik merupakan tenaga kerja yang lebih produktif karena mampu menggunakan modal secara lebih efektif, mampu mengadopsi teknologi dan mampu belajar dari kesalahan. 3. Di atas semua itu, tidak boleh mengestimasi secara lebih rendah (under estimate) terhadap pentingnya sumberdaya manusia 32 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan 2.3.2. Hubungan Pembangunan Manusia Dengan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan Manusia Reproduks i sosial Model Sosial, LSM, dan Organisasi Kemasyarakatan Kemampuan pekerja dan petani, pengusaha, manajer Produksi R & D dan teknologi Komposisi output dan ekspor Pengeluaran prioritas sosial Kebijaksanaan dan pengeluaran pemerintah Pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar Kegiatan dan pengeluaran rumah tangga Distribusi dumber daya swasta dan masyarakat ketenagakerjaan Institusi dan pemerintahan Pertumbuhan ekonomi Tabungan luar negeri Modal fisik Tabungan dalam negeri Sumber: UNDP,1996 dalam Cahyadi (2005) Gambar 2.1 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia 33 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Menurut UNDP (1996), hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia bersifat timbal balik, terlihat pada gambar 1.4 di atas dan dapat diketahui dari arah anak panah yang terlihat dari bawah ke atas. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia berlangsung melalui dua jalur (Gambar 1.1), jalur pertama melalui kebijaksanaan dan pengeluaran pemerintah. Maka faktor yang menentukan adalah pengeluaran pemerintah dan subsektor sosial yang merupakan prioritas, seperti pendidikan dan kesehatan dasar. Dari hal tersebut diketahui bahwa pengeluaran merupakan faktor penentu besarnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. Jalur kedua yaitu melalui pengeluaran rumah tangga, faktor yang menentukan adalah besarnya pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggotanya, untuk biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar. Selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga, hubungan antara kedua variabel tersebut berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Kuatnya hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia akan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kelembagaan pemerintah, distribusi sumber daya swasta dan masyarakat, modal sosial, lembaga swadaya masyarakat dan ormas. Faktor-faktor kelembagaan pemerintah jelas peranannya karena keberadaanya sangat menentukan implementasi kebijakan publik. Faktor distribusi sumber daya juga jelas karena tanpa distribusi sumber daya yang merata (misal dalam penguasaan lahan atau sumber daya ekonomi lainnya) hanya akan menimbulkan frustasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan terhadap sistem dan perilaku pemerintah. Semua faktor-faktor tersebut berperan sebagai 34 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan katalisator bagi berlangsungnya hubungan timbal balik antara keduanya secara efisien. Selain itu pembangunan manusia akan mempengaruhi jenis produksi domestik, kegiatan riset dan pengembangan teknologi yang pada akhirnya mempengaruhi komposisi output dan ekspor suatu negara (Cahyadi, 2005) Hubungan pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi sangat erat sekali dan merupakan prasyarat tercapainya pembangunan manusia, karena peningkatan pembangunan ekonomi akan mendukung peningkatan produktivitas melalui pengisian kesempatan kerja dengan usaha-usaha produktif sehingga tercipta peningkatan pendapatan (UNDP, 1996). Hubungan atas-bawah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia menunjukkan bahwa melalui upaya pembangunan manusia berkemampuan dasar dan berketerampilan. Tenaga kerja termasuk petani, pengusaha dan manajer akan meningkat. Namun perlu dicatat bahwa konsep pembangunan manusia berbeda dengan pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih konferensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia pada semua golongan masyarakat dan semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Ramirez (1998) menyebutkan bahwa ada hubungan timbal balik (two-way relationship) antara human capital dan pertumbuhan ekonomi. Studi Ramirez 35 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan berangkat dari terdapatnya hubungan dua arah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia (human development). Hubungan yang dimaksudkan oleh Ramirez dkk tersebut adalah sebagai berikut : Pertama adalah dari pertumbuhan ekonomi ke human development. GNP mempengaruhi pembangunan manusia, khususnya melalui aktivitas rumah tangga dan pemerintah; civil society seperti melalui organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam membelanjakan pendapatannya, rumah tangga cenderung membelanjakan barang-barang yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia seperti makanan, air, pendidikan dan kesehatan yang tergantung pada sejumlah faktor seperti tingkat dan distribusi pendapatan antar rumah tangga, siapa yang mengontrol alokasi pengeluaran dalam rumah tangga. Umumnya, penduduk miskin menghabiskan porsi pendapatannya lebih banyak ketimbang penduduk kaya untuk kebutuhan pembangunan manusia dan andil perempuan cukup besar dalam mengatur pengeluaran rumah tangga. Ketika tingkat kemiskinan tinggi, yang dikarenakan rendahnya pendapatan per kapita atau karena buruknya distribusi pendapatan, pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pembangunan manusia menjadi rendah. Fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mereduksi kemiskinan, reduksi kemiskinan sangat bervariasi dengan distribusi pendapatan dan berubah-ubah. Pereduksian distribusi pendapatan dan kemiskinan melalui pertumbuhan sangat tergantung pada proses pertumbuhan ekonominya secara khusus didasarkan pada penciptaan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan pedesaan. 36 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Peranan fungsi alokasi pemerintah untuk meningkatkan pembangunan manusia adalah fungsi total pengeluaran sektor publik, seberapa besar alokasi pengeluaran sektor publik untuk sektor pembangunan manusia, dan bagaimana pengeluaran tersebut dialokasikan. Perananan alokasi pengeluaran publik oleh pemerintah ini sangat memegang peranan yang sangat penting didalam pembangunan manusia. Peranan organisasi masyarakat dan LSM memegang peranan sebagai faktor pendukung dan pelengkap didalam pembangunan manusia. Pembangunan manusia akan menjadi lebik efektif apabila peranan organisasi masyarakat dan LSM menempati salah satu ruang pembangunan manusia. Kedua adalah dari human development ke pertumbuhan ekonomi. Memperhatikan hubungan kedua, dari pembangunan manusia ke pertumbuhan ekonomi, ada sebuah asumsi dan didukung oleh pembuktian bahwa masyarakat yang lebih sehat dipelihara dengan baik dan berpendidikan akan berkontribusi menyokong pertumbuhan ekonomi. Tingginya pembangunan manusia akan mempengaruhi ekonomi melalui peningkatan kemampuan atau kapabilitas masyarakat. Sebagai konsekuensinya akan mengakibatkan peningkatan kreatifitas dan produktifitas masyarakat. Jelas bahwa kesehatan dan pendidikan masyarakat merupakan salah satu faktor utama dalam komposisi dan pertumbuhan output dan ekspor. Kesehatan dan pendidikan masyarakat juga menjadi salah satu faktor penting di dalam membangun sebuah sistem produksi dengan penggunaan teknologi secara efektif. Pendidikan dan kesehatan yang baik akan mendorong peningkatan modal 37 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan manusia, mendorong peningkatan produktifitas masyarakat (tenaga kerja), mendorong kemampuan masyarakat untuk mengadaptasi dan mempergunakan teknologi didalam produksi serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan kapasitas dan teknikal teknologi dalam industri. Peningkatan modal manusia, peningkatan produktifitas, kemampuan mengadaptasi dan menggunakan teknologi dalam produksi dan kemampuan mengadaptasi perubahan kapasitas dan teknikal teknologi tersebut pada akhirnya akan mendorong perekonomian suatu negara serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pembangunan manusia ini juga membutuhkan investasi yang besar dan diikuti juga dengan pemerataan distribusi pendapatan sehingga dengan investasi dan pemerataan pendapatan tersebut pada akhirnya akan mempermudah peningkatan pembangunan pendidikan dan kesehatan. Joseph Stiglitz- Globalization Work – The Next Step to Global Justice, 2006 (Dalam Merna Kumalasari,2011) menjelaskan bahwa sebuah pendekatan komprehensif menuju pembangunan ialah pendidikan, namun pendidikan tanpa pekerjaan tidak akan mendorong pembangunan. Seperti di China, pada awalnya fokus pada menarik investor asing dan kemudian fokus tersebut bergeser pada pengembangan entrepreneur domestik. Menurut Stiglitz, pasar, pemerintah, dan individu adalah tiga pilar bagi kesuksesan strategi pembangunan. Dan pilar keempat ialah komunitas (orang saling bekerjasama dengan bantuan pemerintah dan NGO), seperti di Bali dalam membuat irigrasi pertanian, Grameen microcredit bank di pedalaman Bangladesh (pemberian pinjaman kecil bagi wanita 38 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan miskin). Penguatan komunitas ini dapat dilakukan dengan kesehatan, pertolongan legal, dan program pendidikan. Dikemukakan oleh Todaro dan Smith (2006) bahwa kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga. Pendidikan memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas, sementara keberhasilan pendidikan juga bertumpu pada kesehatan yang baik. Peran gandanya sebagai input maupun output menyebabkan kesehatan dan pendidikan sangat penting dalam pembangunan ekonomi. 2.4 Hubungan Antar Variabel 2.4.1 Hubungan angka harapan hidup dan pertumbuhan ekonomi Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Usia harapan hidup yang tinggi dan jumlah penduduk lanjut usia semakin besar akan juga menuntut kebijaksanaan-kebijaksanaan yang serasi dan sesuai dengan perubahan tersebut. Suatu tantangan pula untuk dapat memanfaatkan penduduk usia lanjut 39 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan yang masih potensial agar dapat dimanfaatkan sesuai pengetahuan dan pengalamannya. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu produktivitas bagi negara. Kegiatan ekonomi suatu negara akan berjalan jika ada jaminan kesehatan bagi setiap penduduknya. Terkait dengan teori human capital bahwa modal manusia berperan signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Kesehatan penduduk sangat menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan teknologi sampai kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Penelitian Wibisono (2001) mengenai Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Antar Provinsi di Indonesia mengatakan bahwa angka harapan hidup berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 2.4.2 Hubungan konsumsi perkapita dan pertumbuhan ekonomi Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. Kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya konsumsi perkapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili pencapaian pembangunan untuk hidup layak. Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi riil perkapita, yaitu peningkatan nominal pengeluaran rumah tangga lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama. Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat 40 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Untuk mengukur daya beli penduduk antar daerah, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan ini telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP (Purchasing Power Parity). Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di kebanyakaan negara pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiataan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. (Sukirno, 2003 : 338). Keputusan rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Keputusan konsumsi sangat penting untuk analisis jangka panjang karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi. Fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi, dalam hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam rencana pengeluaran konsumen bisa menjadi sumber guncangan terhadap perekonomian. 2.4.3 Hubungan rata-rata lama sekolah dan pertumbuhan ekonomi Pendidikan (formal dan non formal) bisa berperan penting dalam menggurangi kemiskinan dalam jangka panjang, baik secara tidak langsung 41 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan melalui perbaikan produktivitas dan efesiensi secara umum, maupun secara langsung melalui pelatihan golongan miskin dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka (Lincolin, 1999). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan semakin lama seseorang sekolah, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas seseorang. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, sehingga perusahaan akan bersedia memberikan upah/gaji yang lebih tinggi kepada yang bersangkutan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. 2.4.4. Hubungan angka melek huruf dan pertumbuhan ekonomi Pendidikan memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Pendidikan sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Peningkatan angka melek huruf dilakukan oleh pemerintah melalui program pemberantasan buta aksara. Angka melek huruf yang tinggi menggambarkan semakin membaiknya produktifitas penduduk sehingga akan memicu pertumbuhan ekonomi yang baik. Sumber daya manusia (human capital) sebagai input pembangunan ekonomi sebenarnya telah dimunculkan oleh Adam Smith pada tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab kesejahteraan suatu negara, dengan mengisolasi 42 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan dua faktor, yaitu; 1) pentingnya skala ekonomi; dan 2) pembentukan keahlian dan kualitas manusia. Faktor yang kedua inilah yang sampai saat ini telah menjadi isu utama tentang pentingnya pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Robert M. Sollow menekankan bahwa peranan ilmu pengetahuan dan investasi sumber daya manusia dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Dari teori Sollow tersebut kemudian dikembangkan menjadi teori baru pertumbuhan ekonomi (The new growth theory) yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan dasar dari pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikatakan juga oleh Lim (Dalam Dedy Rustiono, 2008) bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Jepang dan Korea Selatan besar disebabkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, hal ini terlihat dari tingkat melek huruf (literacy rate) yang tinggi, sehingga tenaga kerja mudah menyerap dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan ekonomi yang terjadi. Lim menunjukkan peranan pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi dalam 6 cara, yaitu: (1) pendidikan secara umum meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui keterampilan dan pengetahuan; (2) pendidikan juga meningkatkan mobilitas spesifikasi tenaga kerja sehingga mendorong pembagian kerja secara efisien; (3) pendidikan memungkinkan informasi baru serta berbagai input dan proses-proses baru yang belum dikenal dapat diserap dengan lebih cepat dan efektif; (4) pendidikan meningkatkan keterampilan manajerial yang membuat alokasi sumberdaya lebih efisien; (5) pendidikan juga dapat menghapuskan berbagai hambatan yang sifatnya institusional; (6) pendidikan mendukung jiwa 43 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan kewirausahaan dengan mempromosikan sikap yang bertanggung jawab, kemampuan organisasional, berani mengambil resiko serta mampu menciptakan konsep perencanaan yang berorientasi jangka panjang. Menurut Mankiw (2003) suatu negara yang memberikan perhatian lebih kepada pendidikan terhadap masyarakatnya ceteris paribus akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada tidak melakukannya. Dengan kata lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. 2.5 Tinjauan Empiris Studi mengenai pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama bagi pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal. Penelitian Wibisono (2001) “Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Antar Provinsi di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh educational Attainment, life expectancy, tingkat inflasi, tingkat fertilitas, tingkat kematian, Bayi, dummy regional (indikator modal manusia : educational attainment & life expetancy), terhadap Pertumbuhan ekonomi regional pada 26 Propinsi di Indonesia (tidak termasuk Timtim) tahun 1975-1995. Penelitian ini menggunakan alat analisis OLS. Hasil penelitiannya 44 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan adalah Variabel yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pendidikan, angka harapan hidup, dan tingkat kematian bayi. Sedangkan tingkat fertilitas dan laju inflasi memberikan efek negatif pada pertumbuhan ekonomi. Provinsi-provinsi yang memiliki modal manusia yang tinggi akan tumbuh lebih cepat terhadap posisi steady state-nya masing-masing. Peningkatan educational attainment sebesar satu satuan akan meningkatkan pertumbuhan PDRB sebesar 1,5% s/d 2,6%. Ranis & Stewart (2001) Economic Growth and Human Development. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Pertumbuhan Ekonomi (GDP) perkapita pada 76 negara berkembang di Amerika Latin periode tahun 1960-1992. Sedangkan variabel bebasnya meliputi usia harapan hidup (long life expectacy), tingkat kemampuan membaca penduduk dewasa (adult literacy), tingkat pendidikan perempuan, pengeluaran publik untuk sektor sosial, tingkat investasi domestik, dan distribusi pendapatan. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan. Hasil penelitiannya adalah tingkat awal pembangunan manusia berpengaruh positif signifikan. Adult literacy dan angka harapan hidup berpengaruh positif signifikan. Investasi dan pengeluaran publik untuk sektor sosial berpengaruh positif signifikan. Distribusi pendapatan yang lebih baik berhubungan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar pembangunan manusia harus mendahului atau menyertai pertumbuhan ekonomi agar menghasilkan pola/siklus pembangunan yang virtuous. 45 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Penelitian Barro dan Sala-i-Martin,1995 (Dalam Abdul Maqin,2006) memaparkan hasil studinya atas pertumbuhan ekonomi dari 87 negara untuk 1965-1975 dan 97 negara untuk 1975-1985. Mereka menemukan korelasi positif antara tingkat pertumbuhan GDP dengan varibel berikut; income per kapita, tingkat pendidikan, angka harapan hidup, pengeluaran pemerintah, nilai tukar, tingkat inflasi dan indeks aturan hukum dan demokrasi berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan model Barro di atas menunjukkan bahwa pembangunan manusia (human development) yang direfleksikan oleh daya beli masyarakat (income perkapita), tingkat pendidikan dan angka harapan hidup (kesehatan) mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Penelitian Situmorang Amrin (2007) mengenai Analisis Ivestasi dalam Human Capital dan akumulasi modal fisik terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Human Capital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Akumulasi Modal Fisik dan investasi juga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian R.Abdul Maqin (2006) “Analisis Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Pembangunan Manusia di Jawa Barat Periode 1993-2003. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (a) pengaruh investasi domestik, tenaga kerja, pembangunan manusia, dan krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi, (b) pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah untuk bidang sosial, distribusi pendapatan, tingkat pendaftaran sekolah dasar penduduk wanita, keterbukaan daerah dan krisis ekonomi terhadap pembangunan manusia, (c) 46 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan hubungan secara simultanitas antara pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia di Jawa Barat. Hasil penelitiannya adalah pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah untuk bidang sosisl, distribusi pendapatan, tingkat pendaftaran sekolah dasar penduduk wanita, keterbukaan daerah dan krisis ekonomi mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap pembangunan manusia, terjadi hubungan kausalitas dua arah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia di Jawa Barat. 2.6 Kerangka Pikir Angka Harapan Hidup Konsumsi Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Rata-rata Lama Sekolah Angka Melek Huruf Gambar 3.1 Kerangka Pikir Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan Dalam penelitian dengan variabel dependen pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan digunakan variabel independen berupa angka harapan hidup, konsumsi perkapita, dan angka melek huruf. Dari kerangka pemikiran tersebut, 47 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan selanjutnya akan diketahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. 2.7 Hipotesis Diduga bahwa angka harapan hidup, konsumsi perkapita, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf di Sulawesi Selatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. 48 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari badan pusat statistik kota Makassar, literatur-literatur lain yang membahas mengenai materi penelitian yang bersangkutan 3.2. Metode Analisis Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh angka harapan hidup, konsumsi perkapita, rata-rata lama sekolah, dan angka melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan maka akan dianalisis dengan menggunakan model uji statistik linear berganda. Uji statistik linear berganda digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan lebih dari dua variabel melalui metode regresi. Dimana regresi linear berganda yaitu regresi linear yang melibatkan lebih dari dua variabel, yaitu satu variabel terikat (Y) dan lebih dari dua variabel bebas (X1, X2, …Xn). Uji analisis ini digunakan untuk menganalisa hubungan antar variabelvariabel bebas dalam hal ini angka harapan hidup (X1), konsumsi perkapita (X2), rata-rata lama sekolah (X3) dan angka melek huruf (X4) dengan variabel 49 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan terikatnya dalam hal ini pertumbuhan ekonomi (Y). Semua variabel tersebut dapat dirangkum dalam suatu hubungan fungsional sebagai berikut: Y= f(X1, X2, X3,X4) Hubungan fungsional di atas dapat dirumuskan dalam suatu fungsi linear sebagai berikut: Y = β0 + β1 X1 + β2X2 + β3X3 + β4 X4 + µi Keterangan: Y = Pertumbuhan Ekonomi (Persen) X1 = Angka Harapan Hidup (Tahun) X2 = Konsumsi Perkapita (Persen) X3 = Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) X4 = Angka Melek Huruf (Persen) β0 = Konstanta β1, β2, β3 =Parameter yang akan ditaksir untuk memperoleh gambaran tentang hubungan setiap variabel bebas dan variabel terikat µi = Error term Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen maka dapat menggunakan uji statistik diantaranya : 1. Analisis koefisien determinasi (R2) Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu angka harapan hidup (X1), konsumsi perkapita (X2), rata-rata lama sekolah (X3), angka 50 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan melek huruf (X4), terhadap variabel dependen dalam hal ini pertumbuhan ekonomi (Y) maka digunakan analisis koefisien determinasi (R2). Koefisien Determinasi (R2) yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan variabel–variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel–variabel dependen. Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisisen determinasi terjadi bias terhadap satu variabel indipenden yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen akan menyebabkan peningkatan R2, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara siginifikan terhadap varibel dependen (memiliki nilai t yang signifikan). 2. Uji Statistik t Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata. Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat pada hipotesis berikut: H0 : ß1 = 0 tidak berpengaruh, H1 : ß1 > 0 berpengaruh positif, H1 : ß1 < 0 berpengaruh negatif. Dimana ß1 adalah koefisien variable independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai ß dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variable X1 terhadap Y. Bila thitung > 51 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan ttabel maka Ho diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel Ho diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%. 3. Uji Statistik F Uji signifikansi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan secara statistik bahwa seluruh variabel independen yaitu angka harapan hidup (X1), konsumsi perkapita (X2), rata-rata lama sekolah (X3), dan angka melek huruf (X4), berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi (Y). Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan Level of significance 5 persen, Kriteria pengujiannya apabila nilai F-hitung < F-tabel maka hipotesis ditolak yang artinya seluruh variabel independen yang digunakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Apabila Fhitung > Ftabel maka hipotesis diterima yang berarti seluruh variabel independen berpengaruh secara signifikan taerhadap variabel dependen dengan taraf signifikan tertentu. 3.3. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional varibel yang kemukakan oleh penulis antara lain : Pertumbuhan Ekonomi (Y) merupakan peningkatan output rill suatu perekonomian yang diukur dengan perubahan PDRB rill Provinsi Sulawesi Selatan periode tahun 1998 hingga 2010 diukur dalam satuan persen. 52 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Angka Harapan Hidup (X1) adalah rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang dicapai oleh penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan periode tahun 1998 hingga 2010 diukur dalam satuan tahun. Konsumsi Perkapita (X2) adalah persentase tingkat kenaikan konsumsi perkapita setiap tahun di Provinsi Sulawesi Selatan periode tahun 1998 hingga 2010 yang diukur dalam satuan persen. Rata-rata Lama Sekolah (X3) adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk yang berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penduduk di Sulawesi Selatan periode tahun 1998 hingga 2010 yang diukur dalam satuan tahun. Angka Melek Huruf (X4) adalah pesentase jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis di Provinsi Sulawesi Selatan periode tahun 1998 hingga 2010. 53 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar dan sebagai pusat pengembangan dan pelayanan pembangunan di wilayah Kawasan Timur Indonesia terletak antara 0012 – 80 lintang selatan dan 116048 – 1220360 bujur timur. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara :Provinsi Sulawesi Tengah 2. Sebelah Timur :Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara 3. Sebelah Selatan :Laut Flores 4. Sebelah Barat :Selat Makassar Luas Wilyah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 6.236.171 Km persegi yang meliputi 24 Kabupaten dan 3 Kota yang terdiri dari 275 kecamatan. Secara geografis provinsi Sulawesi Selatan membujur dari Selatan ke utara dengan panjang garis pantai mencapai 2500 Km. Dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan perlu dilakukan pembangunan manusia. Di mana pembangunan manusia merupakan model pembangunan yang bertujuan untuk memperluas peluang agar penduduk dapat hidup layak. Tujuan tersebut dapat tercapai agar setiap orang dapat memperoleh peluang yang seluas-luasnya untuk hidup sehat dan panjang, untuk berpendidikan dan berketerampilan serta mempunyai pendapatan yang diperlukan untuk hidup. Kualitas modal manusia dapat dicerminkan oleh pendidikan, 54 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan kesehatan, dan ataupun indikator paritas daya beli. Peningkatan kualitas modal manusia juga akan memberikan manfaat dalam mengurangi ketimpangan antar daerah, sehingga dapat meningkatakan kemajuan suatu daerah. Dalam sistem kesehatan nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Angka harapan hidup ini digunakan sebagai proxy terhadap keadaan sistem pelayanan kesehatan suatu masyarakat secara makro. Gambar 4.1 Perkembangan Angka Harapan Hidup di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1998-2010 Angka Harapan Hidup 71 70 69 68 67 66 65 64 63 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: BPS Sulawesi Selatan Angka harapan hidup Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun waktu 1998 hingga 2010 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1998 dan 1999 tercatat sebesar 65,4 tahun. Tahun 2000 hingga 2002 sebesar 68 tahun. Kemudian meningkat pada tahun 2003 sebesar 68,5 tahun. Tahun 2004 dan 2005 naik lagi sebesar 69,1. Kemudian tahun 2006 hingga 2007 tercatat masing-masing 69,2 dan 55 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan 69,7. Tahun 2009 naik sebesar 69.8 tahun. Kemudian meningkat menjadi 70 pada tahun 2010. Angka harapan hidup pada tahun 2009 berada di atas angka nasional (69,8 tahun). Peningkatan tersebut terjadi karena membaiknya keadaan dan sistem pelayanan kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan yang diwujudkan melalui program kesehatan gratis yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 2008. Pada tahun 2008 anggaran kesehatan gratis ditanggung oleh pemerintah provinsi sebesar Rp. 8,17 miliar. Kemudian tahun berikutnya selain pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota juga sudah menganggarkan. Tahun 2009 pemerintah provinsi menanggung Rp 93,5 miliar, sedangkan pemerintah kabupaten/kota sebesar Rp.45,6 miliar. Tahun 2010 pemerintah provinsi menganggarkan Rp.103,3 miliar, sedangkan pemerintah kabupaten/kota sebesar Rp.63,9 miliar. Menurut data yang dipublikasikan oleh situs resmi pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, bahwa peningkatan angka harapan hidup dikarenakan angka kunjungan masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan gratis di Sulawesi Selatan meningkat signifikan. Tahun 2010 kunjungan masyarakat mencapai 6.407.554 jiwa. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun 2007 yang hanya 2.336.875 jiwa atau naik sekitar 175 persen. Peningkatan tersebut menunjukkan kesadaran masyarakat untuk berobat ke puskesmas dan rumah sakit semakin membaik. Di sisi lain, tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi riil perkapita, yaitu peningkatan nominal pengeluaran rumah tangga lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama. Berikut adalah data perkembangan konsumsi perkapita penduduk Sulawesi Selatan. 56 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Gambar 4.2 Persentase Perkembangan Konsumsi perkapita Makanan dan Bukan Makanan di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 1998-2010 Konsumsi Perkapita 30 25 20 15 10 5 0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: BPS Sulawesi Selatan. Konsumsi perkapita di Sulawesi Selatan selama periode 1998 hingga 2010 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1998, konsumsi perkapita penduduk Sulawesi Selatan sebesar 3,5%. Rendahnya persentase kenaikan konsumsi perkapita tahun 1998 ini disebabkan karena efek dari krisis ekonomi tahun 1997. Kemudian tahun 1999 terjadi peningkatan sebesar 15,41%,tahun 2000 sebesar 17,69% dan tahun 2001 yaitu 18,24%. Pada tahun 2000-2005 tercatat masingmasing sebesar 12,16%, 8,99%, 5,63%, dan 6,96%. Kemudian pada tahun 2006 naik sebesar Rp.9,49%. Tahun 2007 konsumsi perkapita tercatat 8,91%. Tahun 2008 dan 2009 meningkat sebesar 9,97% dan 13,64. Hingga pada tahun 2010 konsumsi perkapita mengalami peningkatan sebesar 26,58%. Berdasarkan data yang diperoleh, konsumsi perkapita tertinggi ada pada kota Makassar dan 57 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan menyusul kedua adalah Pare-pare. Sementara konsumsi perkapita terendah adalah Kabupaten Sinjai dan Toraja Utara. Indikator lain dalam pembangunan manusia adalah sektor pendidikan yang juga sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk mencapai SDM yang berkualitas dibutuhkan pembentukan modal manusia (human capital). Pembentukan modal manusia ini merupakan suatu proses untuk memperoleh sejumlah manusia yang memiliki karakter kuat yang dapat digunakan sebagai modal penting dalam pembangunan. Karakter ini dapat berupa tingkat keahlian dan tingkat pendidikan masyarakat. Pembangunan sektor pendidikan dengan memposisikan manusia sebagai fokus dalam pembangunan telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Untuk melihat perkembangan pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2001-2010, dapat dilihat pada table berikut ini: Gambar 4.3. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1998-2010 Rata-rata Lama Sekolah 8 7.8 7.6 7.4 7.2 7 6.8 6.6 6.4 6.2 6 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: BPS Sulawesi Selatan 58 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Gambar 4.4. Perkembangan Angka Melek Huruf di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1998-2010 Angka Melek Huruf 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: BPS Sulawesi Selatan Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa indeks pendidikan terdiri dari dua unsur yaitu rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas. Sedangkan rata-rata lama sekolah di Sulawesi Selatan pada tahun 1998 adalah 6,7 tahun. Pada tahun 1999 dan 2000 pencapaian angka rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan yaitu sebesar 7,1 tahun. Tahun 2001 meningkat sebesar 7,2 tahun. Kemudian tahun 2002 dan 2003 rata-rata lama sekolah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,8 dan 6,7, akan tetapi kembali mencapai angka 6,8 tahun pada tahun 2004. Tahun 2005 meningkat menjadi 7,0. Kemudian pada tahun 2006-2008 tercatat sebesat 7,2 tahun, hingga pada tahun berikutnya mengalami kenaikan menjadi 7,4 pada tahun 2009 dan 7,8 tahun pada tahun 2010. Penurunan rata-rata lama sekolah yang terjadi pada tahun 2002 tersebut terjadi dikarenakan efek krisis ekonomi yang 59 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan baru dirasakan pada tahun tersebut sehingga banyak anak yang tidak mampu lagi bertahan untuk mengenyam pendidikan di bangku sekolah karena biaya pendidikan yang mahal sehingga efek yang ditimbulkan adalah putus sekolah. Namun suatu hal yang menggembirakan karena angka rata-rata lama sekolah di Sulawesi Selatan sejak tahun 2004 hingga 2010 terus mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu tinggi. Pada saat itu pemerintah mulai perlahan-lahan merancang program pendidikan gratis. Di Sulawesi Selatan pada tahun 1998 angka melek huruf sebesar 65,1%, tahun 1999 meningkat sebesar 85%. Pada tahun 2000 dan 2001 angka melek huruf sedikit melambat dengan nilai masing-masing sebesar 78,54% dan 74,05%. Kemudian pada tahun 2002- 2006 kembali mengalami kenaikan sebesar 83% pada tahun 2002, 83,6% pada tahun 2003, 84,01% tahun 2004, 85,6% pada tahun 2005, dan 86% pada tahun 2006. Tahun 2007 meningkat lagi sebesar 68,24%,dan 68,73%tahun 2008. Hingga pada tahun 2009-2010 terus mengalami kenaikan masing-masing sebesar 87,02 dan 87,75 . Pada tahun 2000 dan 2001 angka melek huruf sempat mengalami penurunan. Menurut informasi yang diperoleh penurunan tersebut terjadi karena efek dari krisis ekonomi tahun 1997 yang baru dirasakan pada tahun tersebut seperti halnya pada angka rata-rata lama sekolah. Selama tahun 1998-1999 masyarakat masih mampu bertahan untuk mengenyam pendidikan. Jika angka tersebut dibandingkan dengan angka nasional maka terlihat bahwa angka melek huruf Sulawesi Selatan relatif lebih rendah. Akan tetapi secara keseluruhan pencapaian indeks pendidikan di Sulawesi Selatan selama periode 1998-2010 menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini 60 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan berhubungan langsung dengan perbaikan indikator sosial, yakni angka melek huruf dewasa terus meningkat seiring dengan meningkatnya angka rata-rata lama sekolah. Pendidikan untuk setiap manusia itu sangatlah penting. Olehnya itu pendidikan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan manusia itu sendiri. Terwujudnya pembangunan manusia melalui pendidikan, sebagai penentu kinerja pembangunan yang lebih baik sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator kemajuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat dari besarnya PDRB yang dihasilkan pada satu tahun tertentu dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya. Indikator ini biasanya mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan penduduknya. Gambar 4.5 Persentase perkembangan pertumbuhan ekonomi atas dasar harga kontan 2000 di Sulawesi Selatan periode 1998-2010. Pertumbuhan Ekonomi 10 8 6 4 2 0 -2 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 -4 -6 -8 Sumber: BPS Sulawesi Selatan 61 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Dari laju pertumbuhan ekonomi nampak bahwa selama periode 1998-2010 tingkat pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuatif. Selama periode 1998-2010, perekonomian Sulawesi Selatan relatif stabil dengan rata-rata pertumbuhan 5,67 persen pertahun. Sejak krisis ekonomi, pada periode ini ekonomi mulai membaik walaupun belum lebih baik dibanding saat krisis ekonomi 1997, di mana pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi merosot sebesar -5,33 persen, namun dari tahun ke tahun terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan perekonomian Sulawesi Selatan yang semakin baik yakni pada tahun 1999 tumbuh sebesar 2,83 persen, tahun 2000 tumbuh sekitar 4,89 persen, kemudian tumbuh lagi 5,11 persen pada tahun 2001. Selanjutnya melambat pada tahun 2002 menjadi 4,1 persen, meskipun begitu kembali meningkat menjadi 5,25 persen pada tahun 2003. Kemudian sedikit melambat pada tahun 2004 sebesar 5,2 persen dan pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan mencapai 6,05 persen. Selama periode 2000-2005, perekonomian Sulawesi Selatan relatif lebih baik bila dibandingkan dengan perekonomian nasional. Pada tahun 2005 misalnya, perekonomian Sulawesi Selatan tumbuh cukup baik yakni 6,05 persen sedangkan pada level nasional hanya tumbuh sekitar 5,60 persen. Selanjutnya pada tahun 2006 kembali meningkat dengan pertumbuhan ekonomi yakni 6,72 persen dan pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan mencapai angka 6,34 persen sedikit melambat. Akan tetapi peningkatan ini terjadi pada tahun 2008 menjadi 7,78 persen, namun sedikit menurun di tahun 62 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan 2009 yakni 6,20 persen. Hingga pada tahun 2010 pertumbuhan PDRB meningkat sebesar 8,18 persen. Sumbangan PDRB yang meningkat dari tahun ke tahun merupakan sumbangan dari sektor ekonomi berbagai lapangan usaha. Sektor-sektor tersebut meliputi sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; sektor pertambangan dan galian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air; sektor bangunan; sektor perdagangan, restoran dan hotel; sektor angkutan dan komunikasi; sektor bank dan lembaga keuangan; sektor jasa-jasa. Sumbangan PDRB di Sulawesi selatan yang paling besar adalah sektor pertanian. 4.2 Analisis Dan Pembahasan Hasil Penelitian Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda yaitu persamaan regresi yang melibatkan 2 (dua) variabel atau lebih. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel dependen terhadap variabel independen. Perhitungan data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS-16.0 yang membantu dalam pengujian model yang telah ditentukan, mencari nilai koefisien dari tiap-tiap variabel, serta pengujian hipotesis secara parsial maupun bersama-sama. Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel dependen dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinan (R2), yang berada antara nol dan satu. Apabila nilai R2 semakin mendekati satu, berarti variabel‐variabel bebas 63 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Hasil Uji R Square Model Summaryb Mo del 1 Change Statistics Std. R Error of F Squar Adjusted the R Square Chang e R Square Estimate Change e df1 df2 R .959a .920 .880 1.17310 .920 22.930 4 Sig. F DurbinChange Watson 8 .000 1.873 a. Predictors: (Constant), angka melek huruf, konsumsi perkapita, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah b. Dependent Variable: pertumbuhan ekonomi Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.1 menunjukkan nilai R square sebesar 0,92. Hal ini berarti 92% prediksi pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen angka harapan hidup, konsumsi perkapita, rata-rata lama sekolah, dan angka melek huruf. Sedangkan sisanya 0,08 dipengaruhi oleh sebab lain di luar model. Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik F ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total Df Mean Square 126.225 4 31.556 11.009 8 1.376 137.234 12 F 22.930 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), angka melek huruf, konsumsi perkapita, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah b. Dependent Variable: pertumbuhan ekonomi 64 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan Level of significance 5 %. Kriteria pengujiannya apabila nilai F-hitung < F-tabel artinya seluruh variabel independen yang digunakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Apabila F-hitung > F-tabel berarti seluruh variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dengan taraf signifikan tertentu. Dan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 22,930 dengan tingkat signifikansi di bawah 0,05 % sedangkan F-tabel sebesar 3,63 yang berarti bahwa F-hitung > F-tabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Standardized Coefficients Std. Error -86.570 17.504 angka harapan hidup 1.257 .336 konsumsi perkapita .217 rata-rata lama sekolah angka melek huruf Beta T Sig. -4.946 .001 .572 3.745 .006 .092 .399 2.349 .047 -2.474 2.154 -.224 -1.148 .284 .246 .073 .471 3.383 .010 a. Dependent Variable: pertumbuhan ekonomi Dalam regresi pengaruh angka harapan hidup, konsumsi perkapita, ratarata lama sekolah, dan angka melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan dengan menggunakan model persamaan regresi linear berganda, 65 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan diperoleh nilai koefisien regresi untuk setiap variabel dalam penelitian dengan persamaan sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + µ Y = -86,570+ 1,257 X1 + 0,217X2 – 2,474X3 + 0.246X4 Pengaruh angka harapan hidup, konsumsi perkapita, rata-rata lama sekolah, dan angka melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi diuji dengan uji t yang bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh satu variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Hasil pengujian dengan SPSS untuk memprediksi pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan variabel angka harapan hidup, konsumsi perkapita, rata-rata lama sekolah, dan angka melek huruf dapat dilihat pada tabel 4.3 diatas. Dalam regresi pengaruh angka harapan hidup, konsumsi perkapita, ratarata lama sekolah dan angka melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan, dengan α:5% dan df = 9 (n-k =13-4), maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2,262. Berdasarkan nilai t-tabel tersebut dan dengan asumsi tstatistik/t-hitung > t-tabel, dapat dijelaskan secara terperinci berikut ini: 4.2.1 Pengaruhi angka harapan hidup terhadap pertumbuhan ekonomi Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa angka harapan hidup menghasilkan nilai t hitung sebesar 3,745. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,006 yang apabila dibandingkan dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu sebesar 5 persen, variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel angka harapan hidup lebih kecil dari derajat kesalahan yang artinya bahwa H0 ditolak dan H1 dapat 66 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan diterima. Dari hasil regresi ditemukan bahwa besarnya angka harapan hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Hasil yang ditemukan sesuai dengan hipotesis. Hal ini berarti bahwa kenaikan 1 tahun dari angka harapan hidup akan menaikkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 1,257% tiap tahunnya. Dari hasil uji t disimpulkan bahwa variabel angka harapan hidup dapat mempengaruhi besarnya pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Peningkatan angka harapan hidup menggambarkan membaiknya nutrisi dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan lingkungan sehingga akan berpengaruh terhadap membaiknya produktivitas penduduk yang akan berdampak positif pada laju pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi angka harapan hidup seseorang yang berarti semakin lama usia hidup akan meningkatkan produktifitas masyarakat. Produktifitas yang meningkat otomatis akan memicu pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Kondisi ini seperti dengan hasil penelitian Ranis & Stewart (2001) Economic Growth and Human Development. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Pertumbuhan Ekonomi pada 76 negara berkembang di Amerika Latin periode tahun 1960-1992, hasilnya adalah usia harapan hidup (long life expectacy) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 4.2.2 Pengaruh konsumsi perkapita terhadap pertumbuhan ekonomi Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa konsumsi perkapita menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,349. Variabel ini mempunyai tingkat 67 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan signifikansi sebesar 0,047 yang apabila dibandingkan dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu sebesar 5 persen, variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel konsumsi perkapita lebih kecil dari derajat kesalahan yang artinya bahwa H0 ditolak dan H2 dapat diterima. Dari hasil uji t disimpulkan bahwa konsumsi perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. Hal ini berarti bahwa kenaikan 1% dari angka konsumsi perkapita akan menaikkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,217% tiap tahunnya. Hasil yang didapatkan menunjukkan pengaruh yang signifikan yang berarti variabel konsumsi perkapita mempengaruhi besarnya pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Konsumsi perkapita berdampak positif pada kenaikan pertumbuhan ekonomi jika terjadi peningkatan konsumsi riil perkapita, yaitu peningkatan nominal pengeluaran rumah tangga lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama. Di mana jika konsumsi perkapita naik berarti permintaan juga akan meningkat sehingga produksi pun juga akan meningkat. Sejalan dengan peningkatan tersebut maka akan memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Sesuai dengan pendapat Keynes bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, 68 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di kebanyakaan negara pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiataan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. (Sukirno, 2003 : 338). Selain itu sejalan dengan teori Harrod Domar berpendapat bahwa walaupun kapasitas dalam memproduksi bertambah, pendapatan nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi akan tercipta apabila pengeluaran masyarakat meningkat dibandingkan masa lalu. 4.2.3 Pengaruh rata-rata lama sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata lama sekolah menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,284 yang apabila dibandingkan dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu sebesar 5 persen, variabel ini termasuk tidak signifikan. Nilai signifikansi variabel rata-rata lama sekolah lebih besar dari derajat kesalahan yang artinya bahwa H0 diterima dan H3 ditolak. Dari hasil uji t disimpulkan bahwa rata-rata lama sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ditemukan tidak adanya pengaruh rata-rata lama sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi menandakan bahwa meningkatnya ratarata lama sekolah kurang berdampak bagi tingkat produktifitas. Hal ini dikarenakan angka rata-rata lama sekolah di Sulawesi Selatan hingga tahun 2010 hanya mencapai 7,8 tahun yang berarti pendidikan yang 69 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan ditempuh hanya sampai kelas 2 SMP. Kondisi rata-rata lama sekolah yang demikian tidak berpengaruh terhadap tingkat produktifitas tenaga kerja. Di sisi lain dapat dilihat secara kasat mata bahwa terdapat ketidaksesuaian antara kualifikasi sumber daya manusia terhadap struktur ekonomi di Sulawesi Selatan. Berdasarkan data statistik bahwa sektor yang paling besar memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian yaitu pada tahun 2006 sebesar 30,4%, tahun 2007 yakni 30,17%, kemudian tahun 2008 hingga 2010 tercatat masing-masing sebesar 29,45%, 28,02% dan 25,77% pada tahun 2010. Akan tetapi jika dilihat dari tingkat produktifitas tenaga kerja yang lebih dominan terhadap sector pertanian adalah penduduk yang hanya menempuh pendidikan hingga sekolah dasar dan bahkan yang putus sekolah. Sebagian besar penduduk lulusan sekolah dasar dan putus sekolah terutama di pedesaan lebih memilih terjun langsung ke sawah dibanding para sarjana pertanian yang rata-rata lama sekolahnya lebih lama akan tetapi produktifitasnya di sektor pertanian sangat rendah bahkan gelar sarjana pertanian tidak diaplikasikan, justru kebanyakan sarjana pertanian memilih untuk bekerja pada sektor jasa dan perbankan sehingga fenomena yang terjadi adalah mismatch pendidikan. Hasil penelitian ini didukung oleh data statistik yang mencoba menghubungkan antara pengaruh rata-rata lama sekolah terhadap produktifitas tenaga kerja, dan hasil yang diperoleh adalah tidak signifikan antara rata-rata lama sekolah terhadap produktifitas tenaga kerja. 70 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan 4.2.4 Pengaruh angka melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa angka melek huruf menghasilkan nilai t hitung sebesar 3,383. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,010 yang apabila dibandingkan dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu sebesar 5 persen, variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel angka melek huruf lebih kecil dari derajat kesalahan yang artinya bahwa H0 ditolak dan H4 dapat diterima. Dari hasil uji t disimpulkan bahwa angka melek huruf berpengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi pertunbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa kenaikan 1% angka melek huruf akan menaikkan sebesar 0,246% pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya. Hasil yang didapatkan adalah berpengaruh signifikan yang berarti variabel angka melek huruf cukup mempengaruhi besarnya pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Angka melek huruf yang tinggi menggambarkan tingkat pendidikan masyarakat yang cukup baik dan meningkatnya produktivitas masyarakat yang berimplikasi pada membaiknya pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Sejalan dengan teori Robert M. Sollow menekankan bahwa peranan ilmu pengetahuan dan investasi sumber daya manusia dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Dari teori Sollow tersebut kemudian dikembangkan menjadi teori baru pertumbuhan ekonomi (The new growth theory) yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan dasar dari pertumbuhan ekonomi. Seperti halnya teori Romer yang mengatakan bahwa faktor penggerak pertumbuhan ekonomi adalah 71 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan human capital yang diukur dari tingkat pendidikan.dan yang dikemukan oleh Lucas bahwa perlunya pemberian subsidi bagi sekolah untuk meningkatkan kesejahteraan. Sehingga peningkatan mutu modal manusia dapat pula meningkatkan output suatu Negara. Kondisi ini seperti dengan hasil penelitian Wibisono (2001) “Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Antar Provinsi di Indonesia”, di mana educational Attainment berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian lain yang juga sesuai adalah hasil penelitian Ranis & Stewart (2001) Economic Growth and Human Development, di mana kemampuan membaca penduduk dewasa (adult literacy) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian juga dengan penelitian Situmorang Amrin (2007) mengenai Analisis Ivestasi dalam Human Capital dan akumulasi modal fisik terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Human Capital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 72 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta hasil analisis yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Angka harapan hidup mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan periode tahun 1998-2010. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. 2. Konsumsi perkapita mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan periode tahun 1998-2010. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. 3. Rata-rata lama sekolah tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan periode tahun 1998-2010. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian ini didukung oleh data statistik yang mencoba menghubungkan antara rata-rata lama sekolah dengan data produktifitas, dan hasil yang diperoleh adalah tidak signifikan. Sehingga cukup jelas bahwa rata-rata lama sekolah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. 4. Angka melek huruf berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan periode tahun 1998-2010. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. 73 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: a Angka harapan hidup digunakan sebagai proxy terhadap keadaan dan sistem pelayanan kesehatan suatu masyarakat. Hal ini dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari upaya peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Angka harapan hidup di Sulawesi Selatan yang cukup tinggi kiranya tetap mendapat perhatian dari pemerintah dengan cara mempertahankan serta meningkatkan derajat kesehatan baik melalui perbaikan fasilitas, sarana dan prasarana kesehatan bagi masyarakat. Selain itu kebutuhan nutrisi dan kesadaran lingkungan yang sehat bagi masyarakat juga sangat perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah sebab nutrisi yang baik dan lingkungan yang sehat akan berdampak terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. b Konsumsi perkapita yang terus meningkat dari tahun ke tahun menggambarkan bahwa semakin membaiknya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu pemerintah tetap harus memberikan perhatian terhadap masyarakat agar konsumsi perkapita bisa lebih meningkat tahun berikutnya. c Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa rata-rata lama sekolah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena masih rendahnya angka rata-rata lama sekolah di Sulawesi Selatan yang hanya mencapai 7,8 tahun. Oleh karena itu pemerintah 74 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan perlu memberikan perhatian yang serius terhadap sistem pendidikan di Sulawesi Selatan. Baik dalam upaya perbaikan kurikulum pendidikan, ataupun melalui penyediaan berbagai fasilitas pendidikan. Selain itu program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah sebaiknya ditingkatkan menjadi 12 tahun . d Angka melek huruf yang tinggi dan terus meningkat setiap tahun menggambarkan keberhasilan pemerintah dalam memberantas penduduk buta huruf di Sulawesi Selatan. Upaya pengembangan sumber daya manusia yang lebih berkualitas berupa pemberantasan buta aksara adalah untuk menambah skill dan pengetahuan sehingga peluang dalam kesempatan kerja dan membuka lapangan kerja lebih luas. Oleh karena itu, kiranya pendidikan memperoleh perhatian yang layak oleh pemerintah sebagai fasilitator pendidikan. Untuk itu pemerintah perlu berupaya dalam meningkatkan pendidikan melalui berbagai program, baik berupa penigkatan sarana dan prasarana pendidikan, program wajib belajar, beasiswa ataupun bantuan operasional sekolah. e Berdasarkan argumen Arianto A Patunru dalam Human Development and Capability Association mengenai penggolongan Negara A, B, C, dan D di mana A dan B adalah Negara maju sedangkan C dan D adalah Negara berkembang. Indonesia yang masuk dalam Negara berkembang yang didominasi pekerja berketerampilan rendah. Tipe C senang bergabung dengan tipe B karena upahnya tertarik ke atas. 75 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Namun, tipe D tidak mampu bergabung dengan tipe C karena keterampilan yang terbatas. Maka, globalisasi bisa membuat tipe D ketinggalan. Celakanya, di negara berkembang dan terutama negara miskin, tipe D-lah yang dominan. Ini menjelaskan kenapa ketimpangan belum berkurang pada era globalisasi. Ada dua isu yang relevan untuk kita. Pertama, kita pun masih menyaksikan naiknya ketimpangan di Indonesia belakangan ini. Betul bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat, angka kemiskinan dan pengangguran terus menurun. Namun, ketimpangan meningkat bukan hanya dalam hal pendapatan, juga dalam dimensi non-pendapatan (ketimpangan horizontal) seperti akses pada pendidikan dasar, kesehatan dasar, sanitasi layak, dan air bersih. Fenomena inilah yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia di Indonesia khususnya Sulawesi Selatan, baik berupa berbaikan fasilitas pendidikan, sistem pendidikan, kesehatan, lingkungan, sanitasi layak, air bersih, serta peningkatan keterampilan masyarakat. f Bagi peneliti selanjutnya dengan topik sejenis disarankan untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan memasukkan variabel independen lainnya. Serta memperpanjang periode penelitian, dan menggunakan alat analisis yang lebih akurat untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih bisa mendekati fenomena sesungguhnya. 76 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan DAFTAR PUSTAKA Amalia,Lia. 2007. Ekonomi Pembangunan. Graha Ilmu. Jakarta Arsyad, Lincolin., 2004, Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE YKPN. Yogyakarta Badan Pusat Statistik. Indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Selatan Tahun 2010. Badan Pusat Statistik. Makassar Dalam Angka (MDA), Kerjasama Bappeda Daerah Tk I dan Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Tahunan, Berbagai Tahun Penerbitan Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE. Cahyadi, Putu Eka. 2005. Pelacakan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Studi Kasus Kabupaten/Kota Provinsi Bali. Tesis. www. google.com Harjanto. 2002. Mutu Modal Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi. Journal. www. google.com Hasan,Iqbal. 2008. Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Bumi Aksara. Jakarta Hill, Hal. 2002, Ekonomi Indonesia, Edisi kedua, Terjemahan Tri Wibowo Budi Santoso dan Hadi Susilo, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kumalasari,Merna. 2011. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata lama sekolah, Pengeluaran Perkapita, dan Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah. Skripsi. www.google.com Kuncoro, Mudrajat. 2006. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN Yogyakarta. Mankiw, N.Gregory.2000.Teori Makro Ekonomi.Ed.4, Jakarta: Penerbit Erlangga. Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. 77 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Maqin, Abdul. 2007. Indeks Pembangunan Manusia: Tinjauan Teoritis, Empiris di Jawa Barat (Makalah Pelatihan Program pendanaan Kompetisi Indeks Pembangunan Manusia PPK-IPM). Sumedang. www. google.com Ramirez, Alejandro, Gustav Ranis, Frances Stewart. 1998. Economic Growth and Human Development. Journal. www. google.com Ranis,Gustav. 2005. Dynamic Links between the Economy and Human Development. Journal. www. google.com Ranis , Stewart (2001). Economic Growth and Human Development. Journal. www. google.com Rustiono,Deddy.2008. Analisis Investasi,Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. www. google.com R.Abdul Maqin. 2006. Analisis Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Pembangunan Manusia di Jawa Barat Periode 1993-2003. Skripsi. www. google.com Situmorang Amrin .2007. Analisis Ivestasi dalam Human Capital dan akumulasi modal fisik terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto. Skripsi. www. google.com Sukirno, Sadono.2000. Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo Pustaka Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Edisi kedua. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sukirno, Sudiro. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Kencana. Jakarta. Sukmaraga, Prima.2011. Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Per Kapita, dan Jumlah Pengangguaran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. www. google.com Suryana, 2005. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan. Penerbit Salemba Empat. Todaro, Michael.P. dan Stephen C. Smith (2006), Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta. UNDP, Human Development Report 1993. www. google.com 78 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan UNDP, Human Development Report 1995. www. google.com UNDP, Human Development Report 1996. www. google.com Wibisono. 2001. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional : Studi Empiris Antar Propinsi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. www. google.com 79 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan 80 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan LAMPIRAN 1 DATA PERKEMBANGAN INDIKATOR KOMPOSIT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE TAHUN 1998-2010 Tahun Angka Harapan Hidup (tahun) X1 1998 65.4 Persentase kenaikan konsumsi perkapita (%) X2 3.5 1999 65.4 15.41 7.1 85.0 2.84 2000 68.0 17.69 7.1 78.54 4.89 2001 68.0 18.24 7.2 74.05 5.11 2002 68.0 12.16 6.8 83.0 4.1 2003 68.5 8.99 6.7 83.6 5.25 2004 69.1 5.63 6.8 84.01 5.2 2005 69.1 6.96 7.0 85.6 6.05 2006 69.2 9.49 7.2 86.0 6.72 2007 69.78 8.91 7.2 86.24 6.34 2008 69.8 9.97 7.2 86.73 7.78 2009 69.8 13.64 7.4 87.02 6.2 2010 70.0 26.58 7.8 87.75 8.18 Rata-rata lama sekolah (tahun) X3 Angka melek huruf (%) X4 Pertumbuhan ekonomi (%) Y 6.7 65.1 -5.33 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Selatan dan berbagai literatur. 81 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan LAMPIRAN 2 REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT Y /METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN NORM(ZRESID). Regression Variables Entered/Removedb Model Variables Entered Variables Removed Method 1 angka melek huruf, konsumsi perkapita, angka harapan . Enter hidup, rata-rata lama sekolaha a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: pertumbuhan ekonomi Model Summaryb Change Statistics Std. Error Mo del R 1 .959a R Adjusted R of the R Square F Square Square Estimate Change Change .920 .880 1.17310 .920 22.930 df1 df2 4 8 Sig. F Durbin- Change Watson .000 1.873 a. Predictors: (Constant), angka melek huruf, konsumsi perkapita, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah b. Dependent Variable: pertumbuhan ekonomi 82 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total df Mean Square F 126.225 4 31.556 11.009 8 1.376 137.234 12 Sig. .000a 22.930 a. Predictors: (Constant), angka melek huruf, konsumsi perkapita, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah b. Dependent Variable: pertumbuhan ekonomi Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error -86.570 17.504 angka harapan hidup 1.257 .336 konsumsi perkapita .217 rata-rata lama sekolah angka melek huruf Coefficients Beta t Sig. -4.946 .001 .572 3.745 .006 .092 .399 2.349 .047 -2.474 2.154 -.224 -1.148 .284 .246 .073 .471 3.383 .010 a. Dependent Variable: pertumbuhan ekonomi 83 Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan