43 UPACARA MANYANGGAR MAMAPAS LEWU MENURUT

advertisement
ISSN: 2089-7553
UPACARA MANYANGGAR MAMAPAS LEWU
MENURUT MASYARAKAT HINDU KAHARINGAN
DI KELURAHAN RANTAU PULUT KABUPATEN SERUYAN
Oleh: Ni Made Ratini*
Abstrak
Upacara Manyanggarmamapaslewu merupakan salah satu jenis upacara
yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu Kaharingan di Kelurahan
Rantau pulut Kecamatan Seruyan Tengah Kabupaten Seruyan. Upacara
Manyanggarmamapaslewu dilaksanakan untuk mengucapkan terima Kasih
kepada RanyingHatalla serta roh suci leluhur karena beliau telah menjaga
dan memberikan keselamatan kepada masyarakat yang tinggal di
kampung tersebut. Upacara dipimpin oleh tiga orang Rohaniwan yang
disebut Tukang Rukun/ Basir. Pelaksana upacara melibatkan seluruh
masyarakat bergabung secara gotong royong bersama-sama menjalin
kerja sama menjunjung tinggi asas kekeluargaan maupun musyawarah
mufakat mulai dari mempersiapkan sarana sampai proses
terselenggaranya upacara manyanggarmamapas Lewu di Rantau Pulut.
Upacara manyanggarmamapaslewu bermakna untuk membersihkan/
menetralisirkekuatan yang disebabkan oleh pengaruh makhluk gaib yang
bersifat negatif yang dapat mengancam keselamatan warga masyarakat
di kampung tempat mereka tinggal. Sehingga terjaga keseimbangan dan
keharmonisan hidup. Sesuai dengan konsep ajaran Tri HitaKarana yaitu
Menjaga keharmonisan dengan Tuhan Yang Maha Esa (RanyingHatalla
Langit) sebagai sumber segala yang ada di dunia ini, Menjaga
keharmonisan dengan sesama manusia karena manusia selalu
membutuhkan orang lain untuk hidup dan menjaga keharmonisan
dengan alam Lingkungan sekitarnya.Dengan terwujudnya keseimbangan
berarti terwujud pula keharmonisan hidup yang didambakan oleh setiap
orang di dunia ini.
Kata kunci: Upacara Manyanggarmamapas Lewu dan Religi
*
Dosen Pada Jurusan Dharma Sastra STAHN-TP Palangka Raya
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
43
I. PENDAHULUAN
Kabupaten Seruyan merupakan salah satu Kabupaten di Daerah
Propinsi Kalimantan Tengah, dengan penduduk aslinya bernama suku
Dayak. Suku Dayak khususnya di Kelurahan Rantau Pulut Kecamatan
Seruyan Tengah Kabupaten Seruyan Propinsi Kalimantan Tengah
sebagian besar menganut agama Hindu Kaharingan, yang memiliki
berbagai Tradisi,adat istiadat dan budaya yang diwarisi oleh nenek
moyang (leluhur) mereka yang masih kental dengan nuansa Kaharingan.
Dengan demikian peneliti bermaksud untuk mengkaji salah satu dari
sekian banyak warisan budaya leluhur mereka di Kabupaten Seruyan.
Adapun
penelitian yang akan kami lakukan berjudul “Upacara
Manyanggarmamapaslewu menurut masyarakat Hindu Kaharingan di
Kelurahan
Rantau Pulut Kecamatan Seruyan Tengah Kabupaten
Seruyan”
Upacara Manyanggarmamapaslewu adalah salah satu implementasi
ajaran Hindu Kaharingan dalam mewujudkan rasa hormat (bhakti) dan
terima kasih kepada Tuhan (RanyingHatalla Langit), Roh leluhur sebagai
penjaga kampung serta para bhuta kala. Salah satunya dengan
melaksanakan upacara yadnya/ ritual, karena kehidupan manusia
menurut ajaran Hindu tidak terlepas dari yadnya . Alam semesta beserta
segala isinya tercipta karena adanya yadnya dari Tuhan. Jadi yadnya yang
bermula dari Tuhan itu patut diteruskan agar kehidupan di dunia ini
berlanjut terus dengan saling beryadnya. Pelaksanaan Yadnya menurut
Hindu berorientasi kepada tiga kerangka dasar yang meliputi: (1) Tatwa
adalah mengisi kecerdasan otak, melatih kemampuan memandang
rahasia-rahasia yang dimiliki oleh Tuhan dan rahasia-rahasia yang
terdapat dalam diri serta rahasia-rahasia yang dalam alam lingkungan. (2)
Etika (susila) adalah menyuguhkan ajaran untuk melatih tingkah laku
yang berperan menumbuhkan peningkatan rasa pada setiap pemeluk. (3)
Ritual (upacara yadnya) adalah menyuguhkan ajaran rela berkorban yang
pada hakekatnya untuk memelihara hidup. Ketiga kerangka di atas
merupakan landasan bagi umat Hindu untuk mencapai ketenangan,
kedamaian dan ketenteraman. Demikian juga dengan masyarakat Hindu
Kaharingan di Rantau pulut tidak lepas dengan aturan yang telah
ditentukan dengan oleh Tuhan/RanyingHatalla. Mereka menerapkan
nilai-nilai agama yang menjalin integrasi sosial dengan semangat
kebersamaan, kekeluargaan bergotong royong dalam prosen
melaksanakan
Upacara
Manyanggarmamapaslewu.Sesungguhnya
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
44
Masyarakat Hindu Kaharingan telah diwariskan oleh leluhur mereka
konsep hidup kebersamaan di dalam rumah Betang yang disebut Falsafah
budaya Betang yang berbunyi “ PenyangHinjeSimpe” artinya Rumah
Betang atau rumah panjang telah membentuk dan mempersatukan
penghuninya dalam komunitas.Ungkapan tersebut merupakan prinsip
yang dipegang teguh oleh setiap individu dalam hidup bersama di
masyarakat. Juga dari pernyataan tersebut menunjukkan adanya jalinan
kerjasama yang baik, saling hormat menghormati, saling harga
menghargai, baik mengenai pandangan pendapat, sikap prilaku maupun
tindakan dan menjunjung tinggi asas kekeluargaan maupun musyawarah
mufakat dalam upaya terselenggaranya upacara manyanggarmamapas
Lewu di Kelurahan rantau Pulut.
Menurut Keyakinan Masyarakat Hindu Kaharingan di Rantau Pulut
Upacaramanyanggarmamapaslewu bermakna untuk membersihkan/
menetralisir dan menjaga dari pengaruh-pengaruh tidak baik yang dapat
mengancam keselamatan warga masyarakat di kampung tempat mereka
tinggal. Sehingga terjaga keseimbangan dan keharmonisan hidup. Sesuai
dengan konsep ajaran Tri HitaKarana yaitu Menjaga keharmonisan
dengan Tuhan Yang Maha Esa (RanyingHatala Langit) sebagai sumber
segala yang ada di dunia ini, Menjaga keharmonisan dengan sesama
manusia karena manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup
dan menjaga keharmonisan dengan alam Lingkungan sekitarnya.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Upacara ManyanggarMamapas Lewu
Upacara berasal dari dua suku kata yaitu Upa dan cara. Upa
berarti berhubungan dengan. Cara berasal dari kata car yang berarti
gerak, kemudian mendapat akhiran “a” menjadi cara yang berarti
gerakan.Jadi upacara adalah segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan gerakan atau kegiatan (surayin,2004: 9).
Upacara juga berarti pelaksanaan dari yadnya dan disebut
“Upacara Yadnya”. Yadnya berasal dari kata Yaj artinya korban. Yajnya
berarti yang berhubungan dengan korban. Dalam hal ini korban yang
dimaksud adalah korban yang berdasarkan pengabdian dan cinta kasih.
Yadnya adalah korban suci yang dilakukan dengan hati yang tulus dan
iklas tanpa mengikatkan diri pada hasilnya. Walaupun pelaksanaan
yajnya tidak terikat pada hasilnya akan tetapi mempunyai tujuan-tujuan
sepiritual antara lain:
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
45
1) Untuk menghubungkan diri kehadapan Ida sanghangwidhiwasa /
ranyingHatala langit.
2) Sebagai Ucapan terima kasih atas segala Rahmat yang telah
dilimpahkanNya kepada kita.
3) Untuk mencapai kesucian, membebaskan diri dari segala dosa serta
mencapai kesempurnaan baik lahir maupun batin ( Putra, 2001: 4).
Di dalam kitab Bagawadgita III.12 disebutkan;
IshtamBhogamhivo dewa,
Dsyanteyajnyabhavitah
Tairdattanapradayaibhyo
Yobhunktestenaeva sah (S Pendit, 2001; 71)
Artinya;
Dipelihara oleh Yajnya para dewa akan memberikan kamu
kesenangan yang kamu inginkan. Ia yang menikmati pemberian itu
tanpa memberi balasan kepadaNYa adalah pencuri.
Berdasarkan uraian sloka di atas kita harus menyadari bahwa
kesenangan dan kenikmatan hidup telah Tuhan berikan kepada kita,
Maka wajib dilakukan upacara yadnya. Di dalam pelaksanaan upacara
yadnya sudah tentu diperlukan sarana/ perlengkapan untuk mendukung
upacara dimaksud. Demikian juga halnya dengan Upacara
Manyanggarmamapaslewu di Kabupaten Seruyan sudah tentu memerlukan
perlengkapan Upacara yang disebut dengan Sesajen (pakanan Sahur
Lewu) yaitu beberapa jenis perlengkapan yang diatur sedemikian rupa
sehingga indah dilihat dan mempunyai arti simbolis keagamaan sesui
dengan fungsinya. Di Samping itu juga Umat Hindu Kaharingan dalam
melaksanakan upacara selalu berpedoman dengan hari yang baik sesuai
petunjuk yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
Manyanggar berasal dari bahasa Sangiang yaitu dari kata
“Sanggar” yang artinya Sanggah/ menahan/ menolak. Jadi Manyanggar
artinya menyangga/ menahan/ menolak roh-roh jahat atau wabah
penyakit yang memngganggu wilayah atau daerah dari pengaruhpengaruh perbuatan jahat atau perbuatan buruk, baik yang dilakukan
oleh manusia maupun oleh roh- roh jahat (gaib). Agar kehidupan manusia
dan alam sekitarnya menjadi aman dan harmonis.
Sedangkan Mamapas Lewu berasal dari bahasa Dayak Ngaju,
Mamapas berati menyapu atau membersihkan dan lewu berati kampung
atau kota tempat tinggal manusia. jadi mamapas lewu berati sebagai
upacara membersihkan kampung atau membersihkan kota tempat
tinggal, dengan kata lain Mamapas Lewu sama dengan Upacara tolak bala.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
46
Upacara Manyanggarmamapaslewu dapat dilakukan karena adanya suatu
kejadian yang berhubungan pembunuhan, sering terjadi kecelakaan,
ancaman keselamatan atau kejadian yang menimpa seluruh masyarakat
kampung atau kota atau juga membayar hajat atau niat baik jika keinginan
tercapai, upacara ini dilakukan oleh masyarakat yang meyakininya.
Jadi Upacara manyanggarmamapaslewu adalah upacara wajib
dilakukan oleh masyarakat Hindu Kaharingan di desa Rantau Pulut
Kecamatan Seruyan tengah Kabupaten Seruyan untuk membersihkan/
menetralisir dan menjaga dari pengaruh-pengaruh yang bersifat negatif
yang dapat mengancam keselamatan warga masyarakat di kampung
tempat mereka tinggal.
B. Sarana Upacara ManyanggarmamapasLewu
Dalam pelaksanaan upacara Menyanggarmamapaslewu diperlukan
beberapa sarana dan prasarana serta sesajen untuk mendukung kegiatan
upacara tersebut. Adapun sarana yang dipersiapkan adalah:
1) Sepundu untuk mengikat binatang korban,
2) Mendirikan balai Pandung yang dibuat dari bambu berbentuk segi
empat bujur sangkar dengan tinggi 1 (satu) meter, lebar 1,5 meter
yang digunakan untuk menyimpan Penyang, pusaka, guci, mandau
dan sarana mamapas,
3) Bendera berwarna merah, biru, kuning, merah putih yang
ditancapkan di setiap sudut balai pandung sebagai pertanda ada
upacara ManyanggarmamapasLewu,
4) Guci dari Keramik 2 buah,
5) Alat /sarana mamapas Lewu Yang dibuat dari daun: Kapusi, tawa,
kajunjung, sawang, katibu diikat menjadi satu,
6) Parapen untuk tempat menyalakan api pada saat upacara
berlangsung.
7) Baskom diisi air dimasukan kayu katabah ditambah darah sebagai
sarana mamapas,
8) Mendirikan Kramat,
9) Tambak Hambaruan,
10) Behas tawur (beras tawur),
11) Tampung Tawar,
12) 1 lembar kain,
13) Seperangkat gong,
14) Sangku,
15) Dandang Tingang (bulu ekor tingang)
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
47
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
31)
32)
SingahHambaruan,
Baskom sebagai tempat sesajen,
Kapar (talam besar) sebagai tempat sesajen,
2 ekor ayam dan 2 ekor babi,
Selendang untuk menari Riam panjang,
1 mangkok Pulut ( beras ketan),
1 (satu) mangkok beras kuning untuk menawur,
Giling Pinang Rukun Tarahan,
7 (tujuh) gelas kecil malaga,
1 (satu) baskom sesajen berisi nasi dicampur lauk pauk + kepala sapi,
1 (satu) talam/ kapar sesajen berisi nasi dicampur lauk pauk + kepala
babi,
5 (lima) buah ancak yang dibuat dari bambu masing-masing diisi nasi,
daging babi mentah +daging babi masak+ telor ayam kampung+1
gelas malaga,
2 (dua) piring nasi dicampur lauk pauk,
1 (satu) baskom daging babi mentah + 1 ekor ayam putih yang sudah
dibersihka,
1 (satu) mangkok nasi dicampur lauk pauk,
7 (tujuh buah lamang,
1 (satu) baskom air,
C. Tata Cara Upacara Manyanggarmamapaslewu
Setelah
sarana
dan
prasarana
untuk
upacara
Manyanggarmamapaslewu terkumpul semua, tempat telah ditentukan dan
waktunya yang direncanakan
telah tiba maka proses upacara
Manyanggarmamapaslewu dimulai secara bertahap dengan membutuhkan
waktu tiga hari. Adapun tahap- tahap pelaksanaanya sebagai berikut:
1. Sehari
sebelum
hari
puncak
pelaksanaan
upacara
menyanggarmamapaslewu,
Penyang-penyang dan benda-benda pusaka warisan Nenek moyang yang
disakralkan oleh masyarakat Hindu Kaharingan dituntun/ dijemput dari
rumah
penduduk
dibawa
ke
tempat
upacara
menyanggarmamapasLewu,diletakkan di balai pandungbersama dengan
Guci dua buah. Masyarakat meletakan sesajen dan sarana yang akan
digunakan untuk upacara manyanggarmamapaslewu di dekat balai
pandung. Pada malam hari Tukang Rukun (rohaniwan) melaksanakan
menawur Memohon kehadapan RanyingHatalla Langit untuk hadir
menyaksikan upacara menyanggarmamapaslewu dengan pekikan
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
48
lo......lo......lo......sebanyak tiga kali ditambah pukulan gong sebanyank tiga
kali juga. Dan memohon kehadapan RanyingHatalla serta manivestasi
beliau termasuk roh-roh penyang penjaga kampung supaya bangun yang
diyakini oleh umat Hindu Kaharingan di kelurahan Rantu pulut dapat
membantu masyarakat bila ada kerusuhan dan bencana yang mengancam
masyarakat di kampung mereka. Kemudian disambut dan dihibur
dengan tari yang disakralkan oleh umat Hindu Kaharingan yaitu tari
nganjan dan tari Riam panjang semalam suntuk.
2.
Pada hari puncak upacara Manyanggarmamapaslewu
Jika semuanya sudah lengkap dan siap maka Basir (Rohaniwan)
memulai upacara dengan rentetan sebagai berikut :
1)
Pada pagi hari masyarakat Hindu Kaharingan di kelurahan Rantau
Pulut berkumpul di tempat upacara manyanggarmamapaslewu untuk
melaksanakan pemotongan hewan korban ayam, babi dan sapi yang
didahului dengan doa oleh pemimpin Upacara. Darah hewan korban
diambil sedikit dicampur ke dalam baskom yang sudah diisi air dan kayu
katabah, dilanjutkan dengan menawur dan mamapas dengan
mencipratkan air campuran di atas dengan daun papas yang dibuat dari
daun kayu posi, daun sawang, daun kajunjung, daun bungi dan daun
tawa. Dengan menggunakan tangan kiri terlebih dahulu kemudian
diganti dengan tangan kanan. Diawali dari tempat upacara manyanggar
dilanjutkan mamapas keliling kampung dan mamapas di tempat
mendirikan kramat di dekat Balai Basarah Hindu Kaharingan di kelurahan
Rantau pulut. Tujuanya untuk menyuruh iblis/ buta Kala/ mahluk yang
jahat pindah dari kampung agar tidak mengganggu kehidupan manusia.
Kemudian roh-roh yang bersifat baik sebagai penjaga kampung yang
telah diundang untuk hadir pada upacara manyanggarmamapaslewu
dipersembahkan sesajen.
2)
Binatang Korban yang telah dipotong dibiarkan sedikit yang
mentah terutama daging babi yang lainnya dimasak
oleh anggota
masyarakat untuk sesajen dan dijadikan menu makan bersama oleh
masyarakat yang hadir pada upacara manyanggarmamapaslewu.
3)
Pada siang hari setelah olahan binatang korban masak pemimpin
upacara bersama anggota masyarakat menyiapkan sesajen yang akan
dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa / RanyingHatala langit
serta manivestasi beliau serta roh-roh Penyang sebagai penjaga kampung.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
49
Sesajen yang akan dipersembahkan disebut pakanan menurut masyarakat
setempat. Adapun sesajen yang dipersembahkan antara lain:
a) Sesajen yang beralaskan baskon isinya nasi dicampur lauk pauk
b) Sangku tambah raja diisi beras tambak, beras hambaruan, sirih giling
pinang rukun tarahan dan bulu burung tinggang.
c) Sesajen beralaskan Talam besar/nampan diisi nasi lauk pauk
d) 1 (satu) mangkok Pulut ( beras ketan)
e) 1 (satu) mangkok beras putih
f) 1 (satu) mangkok beras kuning untuk menawur
g) Giling Pinang Rukun Tarahan (Sipa Ruku)
h) Undus Tanak (minyak kelapa)
i) Tampung Tawar (Tirta)
j) 7 (tujuh) gelas kecil malaka
k) 1 (satu) baskom sesajen berisi nasi dicampur lauk pauk + kepala sapi
l) (satu) talam/ kapar sesajen berisi nasi dicampur lauk pauk + kepala
babi
m) 2 (dua) piring nasi + lauk pauk
n) 5 (lima) buah ancak yang dibuat dari bambu masing-masing diisi nasi,
daging babi mentah + daging babi masak+ telor ayam kampung + 1
gelas Malaga
o) 2 (dua) piring nasi dicampur lauk pauk
p) 1 (satu) baskom daging babi mentah + 1 ekor ayam putih yang sudah
dibersihkan.
q) 1 (satu) mangkok nasi dicampur lauk pauk
r) 7 (tujuh) buah lamang
s) 1 (satu) baskom air
t) 7 (tujuh) gelas malaga
u) Parapen dinyalakan
Setelah sesajen siap ditata/ diatur maka pemimpin upacara (Tukang
Rukun) berjumlah 3 orang duduk di atas gong berdoa sambil menawur
menghaturkan/ mempersembahkan sesajen kepada RanyingHatalla langit
serta manifestasi beliau yang diundang hadir pada upacara tersebut.
Dengan disambut tari sakral Riam panjang dan tari nganjan diiringi
musik tradisional. Kemudian salah satu tokoh agama Hindu Kaharingan
pergi ke sungai dekat upacara manyangarmamapaslewuberlangung
membawa satu buah ancak yang lengkap diisi nasi, lauk pauk mentahdan
masak, telor kampung, malaga dipersembahkan kepada Jatadengan
maksud memohon air suci untuk tampung tawar (tirta) Sedangkan ancak
yang lainnya dipersembahkan kepada penjaga kampung di hilir, di Ulu
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
50
seberang dan di kramat. Setelah Tukang Rukun mengantarkan
persembahan di tempat upacara manyanggarmamapaslewudilanjutkan
mempersembahkan sesajen di kramat bersama anggota masyarakat untuk
memeriahkan upacara mamapaslewu. Sesajen yang dihaturkan di kramat
pada bagian atas 1 buah ancak lengkap dengan nasi dan lauk pauknya, 1
piring sesajen lengkap dengan lauk pauknya ditambah 1 buah kepala
babi, 1 mangkok sirih giling pinang, satu gelas malaga, 1 buah lamang.
Sesajen di maksud dipersembahkan kepada manifestasi RanyingHatalla
sebagai penjaga Kampung. Sedangkan di bawah kramat dipersembahkan
sesajen 1 piring nasi lengkap dengan lauk pauknya, 1 gelas malaga,
parapen, satu mangkok sirih giling pinang, bulu binatang korban, dan
kulit lamang. Sesajen ini dipersembahkan kepada Buta kala (mahluk yang
bersifat jahat menurut bahasa masayrakat setempat) (MarjaniSakung
wawancara tgl 5 Oktober 2013).
Upacara di kramat dipimpin oleh dua orang basir dengan diiringi
alunan musik tradisinal dan tari nganjan mengelilingi kramat oleh
masyarakat yang hadir pada upacara tersebut. Seusai upacara di kramat
seluruh masyarakat kembali ke tempat upacara manyanggarmamapaslewu
makan bersama. Pada malam harinya masyarakat berkumpul kembali di
tempat upacara manyanggar untuk memeriahkan acara tersebut.
4)
Sehari setelah upacara manyanggarmamapaslewu dilaksanakan
pembongkaran balai pandung dan mengembalikan penyang-penyang
serta benda pusaka kepada pemiliknya.
D. Fungsi Upacara Manyanggarmamapaslewu di Kelurahan Rantau
Pulut
Sebelum
membahas
tentang
Fungsi
Upacara
Manyanggarmamapaslewu menurut masyarakat Hindu Kaharingan di
Kelurahan Rantau Pulut, marilah kita menengok pengertian fungsi secara
umum. Kata fungsi berarti guna, faedah, manfaat (Harianto: 196).
Fungsi dalam sistem Kebudayaan dapat dibedakan atas fungsi
keagamaan dan fungsi Visual. Fungsi keagamaan merupakan sarana
ekspresi simbolis untuk mewujudkan konsepsi-konsepsi keagamaan
khususnya yang berhubungan dengan kekuatan-kekuatan gaib tertentu.
Sedangkan fungsi Visual merupakan ekpresi simbol untuk menyalurkan
tanggapan-tanggapan kesan atas alam maupun atas konsep-konsep
budaya tertentu melalui bentuk-bentuk visual yang terancana (Sedyawati,
1993: 1-2).
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
51
Dengan demikian pengertian fungsi di atas berkaitan erat dengan fungsi
yang berhubungan dengan penelitian tentang fungsi Upacara
Manyanggarmamapaslewu menurut Masyarakat Hindu Kaharingan di
Kelurahan Rantau Pulut. Adapun Fungsi dalam penelitian ini adalah:
1.
Fungsi Religius
Rangkaian ritus dan upacara sepanjang tahap-tahap pertumbuhan
lingkungan hidup individu itu sebagai hal yang paling penting dan
mungkin paling tua dalam masyarakat dan kebudayaan manusia
(Koentjaraningrat, 1987: 75). Ritus dan Upacara menjadi kegiatan manusia
sejak jaman Prasejarah sampai kini, bahkan menjadi titik sentral kegiatan
manusia dalam mengatasi diri dari ketidakberdayaan hidup dari hal-hal
yang gaib.
Koentjaraningrat, secara umum juga mengatakan mengenai asal
mula dan inti Religi ada bermacam-macam yang berhubungan dengan
prilaku manusia yang bersifat religi itu karena (1) manusia mulai sadar
akan adanya konsep roh, (2) manusia mengakui adanya berbagai gejala
yang tidak dapat dijelaskan dengan akal, (3) manusia menghadapi
berbagai krisis yang senantiasa dialami sepanjang hidupnya, (4) kejadian
yang luar biasa dialami manusia di alam lingkungan sekelilingnya, (5)
adanya getaran (emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa
manusia sebagai warga masyarakat, (6) manusia menerima Firman dari
Tuhan. (Koentjaraningrat, 2002: 194).
Penulis menggunakan teori Relegi untuk membedah masalah
fungsi Relegi dalam Upacara Manyanggarmamapaslewu menurut
Masyarakat Hindu Kaharingan di Kelurahan Rantau Pulut Kecamatan
Seruyan Tengah Kabupaten Seruyan Popinsi Kalimantan Tengah. Sesuai
dengan kepercayaan Hindu Kaharingan bahwa selain manusia yang
menempati alam semesta ini masih ada makhluk-makhluk halus dan rohroh gaib, baik yang bersifat jahat maupun bersifat baik yang tidak dapat
dijangkau oleh mata manusia. Untuk menjaga hubungan yang harmonis
dengan makhluk halus (gaib), maka Umat Hindu Kaharingan
melaksanakan
Upacara
manyanggarmamapaslewu
agar
tercapai
keharmonisan hubungan antara manusia dengan RanyingHatalla Langit,
antara manusia dengan manusia lainnya dan antara manusia dengan alam
lingkungan di sekitarnya.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
52
Upacara Manyanggarmamapaslewu sebagai tindakan ritual yang
mempunyai fungsi religius untuk memuja Tuhan (RanyingHatalla Langit)
serta dengan manifestasi Beliau karena telah menjaga dan memelihara
alam ini dengan segala isinya. Upacara Manyanggarmamapaslewu dengan
menggunakan berbagai sarana bersifat sakral dan kaya akan simbol.
Sarana yang digunakan dan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat
Hindu Kaharingan merupakan simbol rasa cinta kasih dan bhakti untuk
memuja Tuhan (RanyingHatalla Langit) serta leluhur untuk mencapai
kesucian.
Menurut Triguna (2005:12) kesucian lahir batin hidup di dunia
penting dan harus dikakukan oleh setiap manusia yang ingin hidup
sejahtera dan bahagia. Kesucian pikiran, perkataan dan pembuatan
menjadi dasar perilaku manusia menjadikan hidup yang penuh rahmat
dan kasih sayang. Bahkan dinyatakan lebih jauh dalam hidup
bermasyarakat kesucian harus dilaksanakan, karena dengan kesucian
manusia mencapai keunggulan.
Upacara Manyanggarmamapaslewu dilakukan untuk menetralisir,
membersihkan dan menyucikan alam (kampung) termasuk manusia dari
pengaruh-pengaruh yang tidak baik
agar mereka mendapatkan
keselamatan, keharmonisan dan kesejahteraan dalam menjalankan
kehidupannya.
2. Fungsi sosial
Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Mereka
membutuhkan orang lain yang ada di lingkungan mereka hidup. Mereka
mencita-citakan keselarasan hidup baik di dunia maupun di akhirat,
Untuk mencapai hal tersebut maka fungsi agama memegang peranan
yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi agama
tersebut sesuai dengan fungsi sosial upacara Manyanggarmamapaslewu
sebagai aplikasi ajaran agama Hindu Kaharingan.
Fungsi agama dibidang sosial adalah fungsi penentu, dimana
agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota
masyarakat maupun kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka. Nilai-nilai agama yang tumbuh dan berkembang
dalam sebuah komunitas merupakan pranata sosial yang berpengaruh
terhadap realitas lainnya. Tak kalah pentingnya dengan aktivitas
Masyarakat Hindu Kaharingan di Kelurahan Rantau Pulut juga
menerapkan nilai-nilai agama yang menjalin integrasi sosial dengan
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
53
semangat kebersamaan, kekeluargaan bergotong royong dalam prosen
melaksanakan
Upacara
Manyanggarmamapaslewu.
Sesungguhnya
Masyarakat Hindu Kaharingan telah diwariskan oleh leluhur mereka
konsep hidup kebersamaan di dalam rumah Betang yang disebut Falsafah
budaya Betang yang berbunyi “ PenyangHinjeSimpe” artinya Rumah Betang
atau rumah panjang telah membentuk dan mempersatukan penghuninya
dalam komunitas (Derson, wawancar 5 Oktober 2013).
Ungkapan tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh oleh
setiap individu dalam hidup bersama di masyarakat. Juga dari pernyataan
tersebut menunjukkan adanya jalinan kerjasama yang baik, saling hormat
menghormati, saling harga menghargai, baik mengenai pandangan
pendapat, sikap prilaku maupun tindakan dan menjunjung tinggi asas
kekeluargaan
maupun
musyawarah
mufakat
dalam
upaya
terselenggaranya upacara manyanggarmamapas Lewu di Kelurahan rantau
Pulut.
E. Makna Upacara Manyangarmamapaslewu
Mengkaji tentang makna upacara Manyanggarmamapaslewu yang
dilaksanakan di kelurahan Rantau pulut, makna memandang sebagai
sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan atau secara khusus
dengan dunia simbol berupa pengetahuan, kepercayaan, ekspresi yaitu
pengungkapan perasaan yang tersembunyi yang ada dibalik yang lain.
Ada tiga makna yang akan kami bahas dalam
Upacara
ManyanggarMamapas Lewu antara lain:
1.
Makna Religi
Adanya keyakinan dalam suatu religi dalam pikiran dan gagasan
manusia yang menyangkut keyakinan tentang adanya: Tuhan, dunia
akhirat, kekuatan sakti, roh-roh nenek moyang dan mahluk-mahluk/ rohroh halus yang bersifat baik atau pun bersifat buruk. Keyakinan itu timbul
karena memaknai Ketuhanan, bahwa Tuhanlah sebagai awal dan akhir
dari segala yang ada di dunia ini. Dengan adanya keyakinan seperti
tersebut di atas maka masyarakat Hindu Kaharingan di kelurahan Rantau
pulut melaksanakan Upacara. Salah satu Upacara yang dilaksanakan
adalah
Upacara
Manyanggarmamapaslewu.
Upacara
Manyanggarmamapaslewu termasuk Upacara BhutaYandnya dan Dewa
Yadnya. Bila Upacara itu ditujukan kepada para bhuta kala atau mahluk
halus yang bersifat Negatif/ jahat tergolong buta yadnya. Dan bila upacara
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
54
itu ditujukan kepada RanyingHatalla/ Tuhan, roh Nanek moyang dan
mahluk halus yang bersifat baik tergolong upacara Dewa Yadnya.
Upacara
Manyanggarmamapaslewu
dilaksanakan
dengan
makna
membersihkan dan menyucikan tempat, alam, kampung termasuk
masyarakat yang tinggal di kampung itu dari pengaruh-pengaruh buruk
yang disebabkan oleh bhuta kala ( Mahluk halus yang bersifat Jahat) serta
menetralisir sifat-sifat buruk yang ada padanya. Kemudian diharapkan
sifat-sifat baik muncul yang memiliki kekuatan yang berguna untuk
kesejahteraan manusia dan alam lingkungan ( MarjaniSakung, wawancara
Tanggal 4 Oktober-2013).
Melaksanakan
upacara
bhutayadnya
dalam
bentuk
manyanggarmamapaslewu, bukanlah berarti kita menyembah setan, jin dan
roh-roh halus yang bersifat jahat, tetapi kita menghormati dengan
memanggil/ mengundang dan memberikan persembahan sesajen yang
disiapkan oleh umat Hindu Kaharingan sebagai makanan dan bekal agar
tidak mengganggu serta pergi dari kampung sehingga tercipta
keharmonisan antar manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan
manusia dan manusia dengan alam lingkungan sekitarnya di dalam
ajaran Hindu disebut Tri Hitakarana = 3 penyebab keharmonisan yaitu
Tuhan, manusia dan lingkungan alam (DioIjap, wawancara tanggal 8
Maret 2013).
RanyingHatalla serta manifestasinya termasuk roh-roh halus yang
bersifat baik juga dipanggil dan diundang datang untuk menyaksikan
upacara tersebut dengan memberikan persembahan sesajen yang telah
disiapkan oleh masyarakat Hindu Kaharingan dengan maksud memohon
agar Beliau tetap tinggal untuk menjaga dan memelihara kampung
mereka. Jadi pada intinya upacara manyanggarmamapaslewu bermakna
untuk membersihkan dan menyucikan alam, kampung tempat tinggal
dari pengaruh-pengaruh buruk agar tercipta keseimbangan, kedamaian,
kesejahteraan, keselamatan bagi yang tinggal di kampung tersebut.
Adapun makna sarana upacara Manyanggarmamapaslewu adalah sebagai
berikut:
2. Makna Estetika
Makna Estetika dalam upacara Manyanggarmamapaslewu tidak
terlepas dari sitem kepercayaan masyarakat dari sejak dulu kala sehingga
menjadi sebuah tradisi yang diwarisi secara turun temurun. Estetika
adalah kesenian yang mendukung pelaksanaan ajaran agama Hindu.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
55
Kesenian telah dikenal sejak jaman pra sejarah, bahkan di dalam Weda
ada khusus kitab suci yang membahas tentang seni yaitu Kitab suci
Gandarwa Weda. Di dalam upacara (ritual) agama Hindu kesenian/
Estetika selalu ada untuk mendukungnya. Demikian juga dalam upacara
Manyanggarmamapaslewu di kelurahan Rantau pulut kabupaten seruyan,
untuk mendukung kegiatannya tak lepas dari kesenian yang bersifat
sakral seperti:
1) Seni tari Riam panjang dan tari nganjan yang mengiringi upacara.Tari
Riam panjang merupakan tari sakral yang ditarikan oleh 4 orang pada
saat upacara manyanggarmamapaslewu berlangsung. Adapun makna
tari ini adalah untuk menghibur para leluhur yang di undang hadir
pada saat upacara tersebut.
2) Seni suara mantra yang diucapkan oleh 3 orang Tukang Rukun
(Rohaniwan) yang mengantarkan upacara manyanggarmamapaslewu
menggunakan bahasa Sanghyang bermakna untuk menyampaikan
maksud dari upacara yang dilakukan.
3) Seni musik berupa gong garantung, kacapi dan katambung mengiringi
upacara bermakna mendukung tari yang dilaksanakan pada saat
upacara berlangsung dan untuk menghibur leluhur yang diundang
hadir pada saat upacara tersebut.
4) Dan seni menata tempat upacara dan menata sarana upacara
bermakna untuk memberi pelajaran/ mendidik generasi penerus
supaya memahami upacara manyanggarmamapaslewu sehingga bisa
berlanjut terus (Ribut, wawancara 3 Oktober 2013).
3.
Makna Pendidikan
Makna Pendidikan terlihat mulai dari persiapan upacara
manyanggarmamapaslewu hingga selesai. Dalam pelaksanaan upacara
melalui proses yang panjang untuk dapat mewujudkannya . seperti
sebelum upacara dilakukan musyawarah (rapat), dari situ sudah ada
makna pembelajaran untuk saling menghargai pendapat orang lain dalam
mencari solusi yang terbaik. Proses pembelajaran juga dilihat pada saat
mempersiapkan sarana dan cara mengerjakan bahan-bahan yang akan
digunakan untuk upacara manyanggarmamapaslewu yang dilaksanakan
secara bergotongroyong, bahu membahu bersama-sama secara otomatis
orang yang lebih tua atau orang yang sudah berpengalaman dapat
mengajar / membimbing generasi muda sebagai pewaris tradisi/ budaya.
seprti membuat balai pandung, membuat ancak untuk tepat sesajen,
menata sesajen dan lain-lain. Di sana terlihat proses pembelajaran yang
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
56
berpengalaman dapat mengerjakan terlebih dahulu kemudian diikuti oleh
yang lain (Jonsi, Wawancara 4 Oktober 2013).
III.
PENUTUP
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat kami simpulkan sebagai
berikut:
Upacara Manyanggarmamapaslewu adalah salah satu implementasi ajaran
Hindu Kaharingan dalam mewujudkan rasa hormat (bhakti) dan terima
kasih kepada Tuhan (RanyingHatalla Langit), Roh leluhur sebagai penjaga
kampung.
Tata cara pelaksanaan Upacara manyanggarmamapaslewu dimulai
dari persiapan, musyawarah menentukan waktu dan tempat pelaksanaan,
mempersiapkan sarana dan prasarana. Sehari sebelum hari puncak
upacara, Penyang-penyang dan benda-benda pusaka warisan Nenek
moyang yang disakralkan dituntun/ dijemput dari rumah penduduk
dibawa ke tempat upacara diletakkan di balai pandung. Pada malam hari
Tukang Rukun (rohaniwan) melaksanakan menawur Memohon
kehadapan RanyingHatalla Langit serta manifestasi beliau untuk hadir
menyaksikan upacara menyanggarmamapaslewu dengan pekikan
lo......lo......lo......sebanyak tiga kali ditambah pukulan gong sebanyak tiga
kali juga. Pada Puncak upacara dilaksanakan pemotongan hewan korban
dilanjutkan dengan Mamapas keliling kampung, mendirikan kramat dan
mempersembahkan sesajen kepada para leluhur yang diundang hadir.
Sehari setelah Upacara dilaksanakan pembongkaran Balai Pandung.
Fungsi Religius upacara manyanggarmamapaslewu untuk memuja
Tuhan (RanyingHatalla Langit) serta dengan manifestasi Beliau karena
telah menjaga dan memelihara alam ini dengan segala isinya.
Upacara Manyanggarmamapaslewu bermakna untuk membersihkan dan
menyucikan alam, kampung tempat tinggal dari pengaruh-pengaruh
buruk agar tercipta keseimbangan, kedamaian, kesejahteraan,
keselamatan bagi yang tinggal di kampung tersebut.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
57
Daftar Pustaka
Harianto. 1991. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya; Kepiting
Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta; Cipta Media.
-----------2002. Sejarah Teori Antropologi, Jakarta; Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy J. 1999. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung; PT Remaja
Rosidakarya.
Milles, Matthew, dkk. 1992. Analisis Data Kualitatif buku Sumber MetodeBari,
Jakarta; Universitas Indonesia (UI Press).
O Dea, Thomas F. 1985. Sosiologi Agama Suatu Pengantar Awal, Jakarta;
Rajawali
Pendit Nyoman S, 1989. Bhagawadgita. Jakarta,Dharma sarati.
Putra Ny.IGst.Agung Mas. 2001. Upakara Yadnya, Denpasar, Pemerintah
Daerah Bali.
Ritzer, George dan Douglas J Goodman. 2007. Teori Sosiologi ModernEdisi
ke enam, Jakarta; Kencana
Riwut ,Nila. 2007. ManeserTatuHiang Menyelami kekayaan Leluhur, Palangka
Raya; Pustaka Lima.
Sugiyono, 2005, Memahami penelitian kualitatif, Bandung : CV. Alfa Beta.
Surayin Ida ayu Putu, 2004. Melangkah ke arah persiapan Upakara- Upacara
Yadnya, Surabaya; Paramita.
Titib, I Made. 2003. Teori & Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu, Surabaya;
Paramita.
Tim penyusun, 1994. Panatura, Palangka Raya; Majelis Besar Agama
Hindu Kaharingan Pusat.
Triguna Yudha Ida Bagus Gde 2000. Teori Tentang Simbol, Denpasar;
Widya Dharma.
Usma, Usaini, Dkk. 2004. Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta; Bima banua.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
58
Download