ISSN 2086-4256 DJM 14(1) 1-88 February 2015 DAMIANUS Journal of Medicine VOLUME 14, NOMOR 1, 2015 PUBLISHED SINCE 2002 February 2015 ARTIKEL PENELITIAN 1 - 18 ELDER CARE FACILITY MENURUT MAHASISWA DAN DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN Shannia Tritama, Elisabeth Rukmini 19 - 27 UJI BAKTERIOLOGIK AIR OLAHAN RAIN WATER HARVESTING SYSTEM DI SDN PEJAGALAN 01 DAN 02, JAKARTA UTARA Intan Permata Sari, Sandy Vitria Kurniawan, Liling Pudjilestari, Enty 28 - 36 37 - 47 48 - 56 57 - 66 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN PSIKOPATOLOGI PADA PERAWAT RUMAH SAKIT ATMA JAYA Surilena, Stella Levina Kurniawan, R Irawati Ismail PROPORSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENGOBATAN LEBIH DARI ENAM BULAN BERDASARKAN RADIOGRAFI TORAKS Yurika Elizabeth Susanti, Yopi Simargi, Rensa PROPORSI DEFISIT WORKING MEMORY MURID SEKOLAH DASAR DI SDN PEGANGSAAN II/07, JAKARTA UTARA Felicia Nike, Surilena, Tjhin Wiguna, Herlina Uinarni PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TENTANG AKUPUNKTUR PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ATMA JAYA, JAKARTA Linawati Hananta, Christian Syukur, Nelly Tina Widjaja, Fitria Halim TINJAUAN PUSTAKA 67 - 79 MELATONIN SEBAGAI ANTIPENUAAN KULIT AKIBAT SINAR ULTRAVIOLET Marcelina Grace Tjondro Putri, Lorettha Wijaya, Poppy K Sasmita LAPORAN KASUS 80 - 88 NUTRISI PADA TUBERKULOSIS PARU DENGAN MALNUTRISI Florentina M Rahardja Damianus Journal of Medicine; Vol. 14, No. 1, Februari 2015: hlm. 37-47 ARTIKEL PENELITIAN PROPORSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENGOBATAN LEBIH DARI ENAM BULAN BERDASARKAN RADIOGRAFI TORAKS THE PROPORTION OF PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS WHICH HAS BEEN TREATED OVER SIX MONTHS BASED ON THORAX RADIOGRAPHY Yurika Elizabeth Susanti1, Yopi Simargi2, Rensa3 Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440 ABSTRACT Departemen Radiologi, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440 Indonesia. To cure tuberculosis patients, the goverment performs DOTS (Directly 1 2 Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440 3 Korespondensi: Yurika Elizabeth Susanti. Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. E-mail: [email protected]. Introduction: Pulmonary tuberculosis is a high prevalence infectious disease in Observed Treatment Short-course) as a strategy to treat tuberculosis. One of the DOTS components is the short term treatment that is usually done in six months. Objective: To find out the proportion of pulmonary tuberculosis patients who had been treated over six months based on thorax radiography. Methods: This was a cross-sectional research with 68 pulmonary tuberculosis patients with over six months treatment. This research data’s were taken from the medical records in Atma Jaya hospital from 2012 until 2013. To input the data, the researcher used data collection sheet and the data were analyzed using SPSS. Results: The proportion of pulmonary tuberculosis patients which had been treated over six months were 32.14%. Out of 68 pulmonary tuberculosis patients, 60.9% were men; 66.2% were over 40 years old; 1.5% with HIV, 17.6% with Diabetes Mellitus (DM), and 19.1% with other diseases. Most patients researched had fibrotic lesions on thorax radiography (61.8%). Conclusions: Overall, the proportion of pulmonary patients which has been treated over six month (32.14%) showed some inactive secondary tuberculosis lesions (fibrosis 61.8%). Key Words: Proportion, pulmonary, radiography, thorax, treatment, tuberculosis ABSTRAK Latar Belakang: Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit menular yang mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia. Untuk mengobati pasien tuberkulosis paru, pemerintah melakukan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Salah satu komponen strategi DOTS adalah pengobatan jangka pendek yang biasanya dilakukan selama enam bulan. Tujuan: Mengetahui proporsi pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan berdasarkan radiografi toraks. Metode: Desain penelitian adalah cross-sectional, 68 pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan didapatkan dari data rekam medis di Rumah Sakit Atma Jaya tahun 2012-2013. Digunakan lembar pengumpulan data penelitian untuk memudahkan peneliti dalam memasukan data. Data dianalisis 37 DAMIANUS Journal of Medicine dengan menggunakan SPSS. Hasil: Proporsi pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan adalah 32,14%. Sebanyak 68 pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan sebanyak 60,9% merupakan laki-laki; 66,2% berusia >40 tahun; memiliki penyakit penyerta berupa 1,5% HIV, 17,6% Diabetes Mellitus (DM), 19,1% penyakit penyerta lainnya; serta memiliki gambaran radiografi toraks terbanyak, yaitu fibrosis sebanyak 61,8%. Kesimpulan: Proporsi pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan adalah 32,14% yang sebagian besar memiliki gambaran radiografi toraks berupa lesi inaktif berupa fibrosis (61,8%). Kata Kunci: Paru, pengobatan, proporsi, radiografi, toraks, tuberkulosis PENDAHULUAN salah satu penyakit yang merupakan pusat per- Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular hatian dunia.6,7 yang disebabkan oleh Mycobacterium tuber- Tuberkulosis paru dapat menyerang berba- culosis. Bakteri ini merupakan bakteri tahan gai usia mulai dari anak-anak hingga lansia. asam, berbentuk batang, tidak berspora, imo- Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia til, dan aerobik.1,2 Biasanya bakteri ini paling produktif (15-50 tahun).3 Berdasarkan laporan sering menyerang paru, tetapi bisa juga me- dari Subdit Depkes RI pada tahun 2010, pro- nyerang bagian tubuh yang lain, seperti ginjal, porsi pasien tuberkulosis paru tinggi pada ke- tulang belakang, dan otak.2 lompok umur 15-54 tahun, sedangkan yang ter- Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah menderita TB.3 Penyakit ini masuk ke dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang dibuat oleh World Health Organization (WHO).4 Pada tahun 2012, terdapat sekitar 8,6 juta orang di dunia yang menderita TB.4 Indonesia merupakan salah satu negara yang ma- tinggi pada kelompok umur 25-34 tahun.8 Hal tersebut membawa dampak kerugian ekonomi yang cukup besar. Penyakit ini menjadi salah satu prioritas nasional untuk program pengendalian penyakit karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi serta sering menyebabkan kematian.6 suk ke dalam High Burden Country (HBC) dan Dalam menanggulangi tuberkulosis paru, In- menduduki peringkat kelima sebagai negara donesia melakukan strategi DOTS (Directly dengan jumlah penderita TB terbanyak setelah Observed Treatment Short-course) yang telah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria.5 Hasil direkomendasikan oleh WHO. Ada lima kompo- laporan terbaru dari WHO pada tahun 2012 di nen dalam strategi DOTS, salah satunya adalah Indonesia menunjukkan angka penemuan ka- pengobatan jangka pendek yang standar bagi sus (Case Detection Rate/CDR) dari semua ka- semua kasus tuberkulosis dengan tata laksana sus TB sekitar 72%. Insiden kasus TB sekitar kasus yang tepat, termasuk pengawasan lang- 185/100.000 penduduk per tahun.4 Melihat ang- sung pengobatan. Penderita tuberkulosis paru ka prevalensi yang tinggi tersebut, TB menjadi biasanya diberikan Obat Antituberkulosis (OAT) 38 Vol. 14, No. 1, Februari 2015 Proporsi pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan berdasarkan radiografi toraks selama enam bulan yang diminum secara tera- yang dapat ditemukan pada pasien tuberku- tur.3 losis paru antara lain konsolidasi (solidifikasi; Dalam menjalani pengobatan dalam waktu enam bulan, ada kalanya tidak semua pasien tuberkulosis paru sembuh dalam jangka waktu yang ditargetkan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui proporsi pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan berdasarkan radiografi toraks. eksudat yang mengisi rongga alveolar, sehingga paru menjadi lebih solid), kavitas (lubang/ rongga berisi udara, kadang juga dapat berisi cairan), tuberkuloma (massa yang berasal dari pembesaran perkijuan pada tuberkulosis), limfadenopati (pembesaran kelenjar limfa), efusi pleura (cairan di dalam rongga pleura), penebalan pleura (akibat proses inflamasi), fibrosis (pembentukan jaringan fibrosa yang berwarna opak), kalsifikasi (endapan kalsium yang menyebabkan pengerasan suatu jaringan), infiltrat METODE (bayangan opak yang merupakan ruang berisi Penelitian dengan metode cross-sectional dengan melihat rekam medis pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Atma Jaya (RSAJ). Desain penelitiannya menggunakan survei deskriptif analitik dan dilakukan secara retrospektif untuk melihat proporsi pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan berdasarkan radiografi toraks. udara), fibroinfiltrat, serta perselubungan.9-11 Jenis kelamin dibagi menjadi laki-laki dan perempuan. Usia didefinisikan sebagai usia pasien yang tertera di dokumen rekam medis. Dalam penelitian ini, data usia dibagi menjadi dua kategori, yaitu usia ≤40 tahun dan >40 tahun. Status gizi diukur dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan dikelompokan Peneliti mengambil data proporsi pasien tu- sesuai dengan kategori menurut WHO (under- berkulosis paru dengan pengobatan lebih dari weight: <18,5 kg/m2; normal: 18,5–24,9 kg/m2; enam bulan yang meliputi karakteristik demo- overweight: 25,0–29,9 kg/m2; obesitas: ≥30,0 grafi (jenis kelamin dan umur), status gizi, sta- kg/m2).12 Status merokok dibagi berdasarkan tus merokok, penyakit penyerta (human immu- perokok (smoker) dan bukan perokok (non- nodeficiency virus dan diabetes mellitus), dan smoker). Perokok aktif didefinisikan sebagai gambaran radiografi toraks. Pasien tuberkulosis orang yang pernah merokok paling sedikit 100 paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan batang rokok selama hidupnya, dan masih didefinisikan sebagai pasien tuberkulosis paru merokok ketika didiagnosis menderita tuber- yang telah menerima pengobatan sesuai de- kulosis atau baru saja berhenti merokok (<3 ngan ketentuan yang berlaku tetapi belum sem- bulan). Bukan perokok didefinisikan sebagai buh dalam kurun waktu enam bulan. Radiografi orang yang tidak pernah merokok lebih dari 100 toraks (foto toraks) merupakan modalitas pen- batang rokok, atau sudah merokok lebih dari citraan untuk mendiagnosis kelainan yang ada 100 batang rokok tetapi sudah berhenti >3 bu- di toraks. Beberapa gambaran radiografi toraks lan. Pasien dengan HIV didefinisikan sebagai Vol. 14, No. 1, Februari 2015 39 DAMIANUS Journal of Medicine pasien yang didiagnosis terinfeksi (HIV) sesuai pasien (32,14%) menjalani pengobatan lebih yang tertera di rekam medis. Pasien dengan dari enam bulan. Berdasarkan jenis kelamin Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai diperoleh laki-laki lebih banyak dibandingkan pasien yang didiagnosis menderita DM sesuai dengan perempuan, yaitu sebesar 69,1% dan yang tertera di rekam medis. 30,9%. Penelitian ini menunjukkan dari 68 Data pasien diambil dari rekam medis RSAJ sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Kriteria inklusi dari penelitian ini terdiri dari pasien tuberkulosis paru yang di RSAJ pada tahun pasien tuberkulosis paru yang memiliki riwayat pengobatan lebih dari enam bulan terbanyak pada usia >40 tahun dengan persentase 66,2% dan 33,8% pada usia ≤40 tahun. (Tabel 1) 2012–2013, berusia 17 tahun ke atas, meneri- Pada penelitian ini, peneliti tidak dapat meng- ma pengobatan tuberkulosis paru secara rutin, ambil data status merokok dan status gizi mengonsumsi OAT lebih dari 6 bulan, dirawat karena keterbatasan data rekam medis. Dalam jalan maupun dirawat inap di RSAJ. Kriteria rekam medis, hanya dicantumkan saran untuk eksklusi dari penelitian ini adalah pasien tuber- tidak merokok pada beberapa pasien tetapi ti- kulosis paru yang menggunakan obat imunosu- dak ada keterangan lebih lanjut mengenai ke- presan. Setelah data pasien dari rekam medis biasaan merokok pasien, sehingga tidak dapat RSAJ terkumpul, dilakukan evaluasi hasil foto dimasukkan ke dalam data penelitian sesuai toraks bersama dengan pembimbing kemudian dengan definisi operasional yang telah dibuat. dilakukan analisis data. Data tinggi badan pada pasien rawat jalan juga Untuk mengolah dan menganalisis data akan digunakan program SPSS. Data akan ditabula- tidak dicantumkan, sehingga Indeks Massa Tubuh (IMT) tidak dapat dihitung. si dan dikalkulasi sesuai dengan tujuan peneli- Hasil penelitian yang didapatkan pada pasien tian dalam bentuk tabel. tuberkulosis de­ ngan pengobatan lebih dari enam bulan de­ngan penyakit penyerta menunjukkan sebanyak 1,5% pasien tuberkulosis HASIL dengan HIV, 17,6% pasien tuberkulosis dengan Dari 252 pasien tuberkulosis paru sebanyak 81 DM, 19,1% pasien tuberkulosis dengan penya- Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Variabel Frekuensi (n=68) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki 47 69,1 Perempuan 21 30,9 ≤ 40 tahun 23 33,8 > 40 tahun 45 66,2 Usia 40 Vol. 14, No. 1, Februari 2015 Proporsi pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan berdasarkan radiografi toraks kit penyerta lainnya, dan 61,8% pasien tuberkulosis tanpa penyakit penyerta. (Diagram 1) PEMBAHASAN Berdasarkan jenis kelamin dari hasil penelitian Hasil penelitian ini berdasarkan gambaran ra- diperoleh laki-laki lebih banyak dibandingkan diografi toraks ditemukan 37,8% fibrosis, 15,0% dengan perempuan. Beberapa faktor yang infiltrat, 20,6% fibroinfiltrat, 12,0% penebalan dapat memengaruhi tingginya prevalensi tuber- pleura, 8,0% kalsifikasi, 7,0% efusi pleura, kulosis pada laki-laki di antaranya jenis peker- 5,0% perselubungan, 2,0% kavitas, dan 2,9% jaan, status merokok, lingkungan, dan status konsolidasi. Tidak ditemukan adanya tuberku- ekonomi.13 Penelitian yang dilakukan di Indone- loma dan limfadenopati. Dari jenis gambaran sia pada tahun 2010 mengenai Multidrug Re- radiografi toraks, terlihat bahwa pasien tuber- sistant Tuberculosis (MDR-TB) mengemukakan kulosis dengan pengobatan lebih dari enam bahwa secara epidemiologi dibuktikan terdapat bulan tergolong sebagai tuberkulosis sekunder. perbedaan antara laki-laki dan perempuan (Diagram 2) dalam hal penyakit infeksi, progresivitas penya- Diagram 1. Proporsi Penyakit Penyerta pada Pasien Tuberkulosis Pparu dengan Pengobatan Lebih dari Enam Bulan Diagram 2. Proporsi Gambaran Radiografi Toraks pada Pasien Tuberkulosis Paru dengan Pengobatan Lebih dari Enam Bulan Vol. 14, No. 1, Februari 2015 41 DAMIANUS Journal of Medicine kit, insiden, dan kematian akibat tuberkulosis. tuk menular ke orang lain dan lingkungan seki- Perkembangan penyakit juga mempunyai per- tar tempat tinggal.14 bedaan antara laki-laki dan perempuan, yaitu perempuan mempunyai penyakit lebih berat pada saat datang ke rumah sakit. Perempuan lebih sering terlambat datang ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini mungkin berhubungan dengan rasa malu yang lebih dirasakan pada perempuan dibanding laki-laki. Perempuan juga lebih sering mengalami kekhawatiran akan dikucilkan dari lingkungan akibat penyakitnya.14 Pada penelitian ini, peneliti tidak dapat mengambil data status merokok karena keterbatasan data rekam medis. Berdasarkan data pusat pengobatan TBC RS Persahabatan, prevalensi pasien tuberkulosis paru dengan kebiasaan merokok lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak merokok.16 Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 oleh Alavi-Naini et al., dari Infectious Diseases and Tropical Medicine Research Center di Iran mengenai hubungan Penelitian ini menunjukkan dari 68 pasien tuber- antara merokok dan tuberkulosis menunjukkan kulosis paru yang memiliki riwayat pengobatan bahwa perokok lebih banyak menderita tuber- lebih dari enam bulan terbanyak pada usia >40 kulosis paru sebanyak 3,1 kali dibandingkan tahun. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan fak- dengan kontrol/orang yang tidak merokok (95% tor risiko yang menyebabkan adanya infeksi CI: 1,4-10,3).17 Penelitian dari Tachfouti et al., tuberkulosis paru (kemampuan sistem imunitas yang dilakukan pada tahun 2011 menunjukkan tubuh yang melemah) dan riwayat penyakit pe- sebanyak 6,9% pasien tuberkulosis yang mero- nyerta lain (keganasan dan diabetes yang bi- kok gagal dalam menjalankan pengobatan. asanya terdapat pada orang tua).15 Hasil peneli- Hal tersebut menyatakan bahwa merokok ber- tian ini berbeda dengan data WHO dan laporan hubungan dengan kegagalan pengobatan pada Subdit Depkes RI yang menunjukkan bahwa pasien tuberkulosis paru.18 Hal-hal yang menye- penderita tuberkulosis di Indonesia tertinggi babkan seorang perokok lebih berisiko untuk pada golongan usia produktif (25–34 tahun).4,8 menderita tuberkulosis paru dan memiliki prog- Hasil penelitian ini dapat berbeda dari kedua nosis yang buruk dari pengobatan tuberkulosis data tersebut karena peneliti hanya mengambil paru adalah efek dari rokok yang dapat meru- sampel yang menjalani pengobatan tuberku- sak paru dan mengganggu sistem imun tubuh losis lebih dari enam bulan. Berbeda dengan karena ketidakseimbangan fungsi fagositosis kedua sumber data tersebut. WHO dan Sub- makrofag alveolar, sehingga seorang perokok dit Depkes RI mengambil semua sampel yang lebih rentan untuk terinfeksi bakteri tuberku- menderita tuberkulosis. Mereka tidak memba- losis.19-21 Terjadi kerusakan dari fungsi muko- ginya berdasarkan waktu pengobatan, seperti siliar, kerusakan dan inflamasi dari epitel pada yang peneliti lakukan. Umur produktif sangat saluran pernapasan, konstriksi dari sakus al- berbahaya terhadap tingkat penularan karena veolaris, kolapsnya bronkiolus, dan penurunan pasien mudah berinteraksi dengan orang lain, tingkat sitokin proinflamasi yang sangat penting mobilitas yang tinggi, serta memungkinkan un- untuk respons awal pertahanan lokal terhadap 42 Vol. 14, No. 1, Februari 2015 Proporsi pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan berdasarkan radiografi toraks infeksi kuman termasuk tuberkulosis.20-22 Pada penelitian ini juga tidak didapatkan data status gizi yang lengkap dari rekam medis. Ber- dipengaruhi oleh status merokok. Pasien yang merupakan perokok mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya kekambuhan.28 dasarkan penelitian pada tahun 2011 yang di- Selain HIV, penyakit penyerta yang sering me- lakukan Sultan et al., mengenai IMT dan status nyertai tuberkulosis paru, yaitu DM. Diabetes gizi, didapatkan bahwa pasien tuberkulosis paru merupakan salah satu faktor risiko yang dapat memiliki IMT yang lebih rendah daripada kontrol meningkatkan insiden dari tuberkulosis.29 Dam- (orang sehat yang tidak menderita tuberkulosis pak DM terhadap pengobatan tuberkulosis paru).23 Selain itu, malnutrisi yang parah terjadi menunjukkan bahwa pasien tuberkulosis de­ pada hampir 50% pasien dan merupakan fak- ngan DM membutuhkan waktu konversi spu- tor penting yang berhubungan dengan perjala- tum yang lebih lama dibandingkan dengan nan penyakit tuberkulosis (OR=36,6; 95% CI= pasien tuberkulosis tanpa diabetes.29 Selain itu, 16,6–80,6).24 Malnutrisi berhubungan dengan pasien tuberkulosis paru yang juga menderita meningkatnya risiko dari perjalanan penya- DM lebih banyak mengalami kegagalan dalam kit tuberkulosis karena adanya defisiensi mi- pengobatan kro dan makronutrien yang berpengaruh pada risiko tuberkulosis pada pasien dengan DM di- sistem imunitas tubuh.25 Malnutrisi merupakan perkirakan disebabkan oleh defek pada fungsi faktor risiko tuberkulosis dan tuberkulosis dapat sel-sel imun dan mekanisme pertahanan pe- menyebabkan malnutrisi.25,26 jamu.27 Mekanisme yang mendasari terjadinya Pada penelitian ini ditemukan satu orang pasien tuberkulosis dengan pengobatan lebih dari enam bulan yang disertai HIV. Persentase hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yang menyatakan bahwa terdapat 1,5% pasien tuberkulosis dengan HIV.27 Diperkirakan sepertiga dari 40 juta Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di seluruh dunia terinfeksi tuberkulosis. ODHA memiliki risiko sebesar enam kali lebih besar dibandingkan orang tanpa HIV/AIDS.8 Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian dari Jee et al., pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa insiden tuberkulosis paru pada perokok lebih tinggi sebanyak 40% daripada yang tidak tuberkulosisnya. Meningkatnya hal tersebut masih belum dapat dipahami sampai saat ini, meskipun telah terdapat sejumlah hipotesis mengenai peran sitokin sebagai suatu molekul yang penting dalam mekanisme pertahanan manusia terhadap tuberkulosis. Selain itu, ditemukan juga aktivitas bakterisidal leukosit yang berkurang pada pasien DM, terutama pada mereka yang memiliki kontrol gula darah yang tidak baik. Diabetes mellitus dapat mening­katkan frekuensi maupun tingkat keparahan suatu infeksi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya abnormalitas dalam imunitas yang diperantarai oleh sel dan fungsi fagosit berkaitan dengan hiperglikemia, termasuk berkurangnya vaskularisasi.30 merokok dan 55% meninggal akibat tuberku- Untuk mendiagnosis tuberkulosis paru, dilaku- losis. Kekambuhan dari tuberkulosis paru juga kan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan peme- Vol. 14, No. 1, Februari 2015 43 DAMIANUS Journal of Medicine riksaan penunjang. Diagnosis utama pada teri yang dorman akibat menurunnya imunitas pasien tuberkulosis paru adalah dengan peme- tubuh, seperti pada kasus malnutrisi, diabetes, riksaan dahak mikroskopis tetapi pada kondisi HIV/AIDS, keganasan, dan gagal ginjal. Ma- tertentu, pemeriksaan foto toraks perlu dilaku- yoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis kan. Indikasi dilakukan pemeriksaan foto to- sekunder dimulai dengan sarang dini di bagian raks, yaitu jika ditemukan hanya 1 dari 3 spesi- atas paru (apikal-posterior lobus superior atau men dahak SPS hasilnya BTA positif, ketiga inferior) lalu berinvasi ke daerah parenkim paru spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah dan tidak ke hilus.10,11 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif, tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non-OAT, dan pasien diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (misalnya pneumotoraks, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis, atau efusi pleura), serta pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).3 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) membagi jenis lesi tuberkulosis Menurut hasil penelitian ini, pada pasien tuberkulosis dengan pengobatan lebih dari enam bulan terlihat bahwa pasien tuberkulosis tergolong sebagai tuberkulosis sekunder. Selain itu, ditemukan banyak jenis lesi yang inaktif dengan persentase terbanyak, yaitu fibrosis yang mencapai 61,8% (Gambar 1). Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa pada pasien tuberkulosis yang jenis lesinya sudah inaktif masih tetap dilanjutkan pengobatannya. Pernyataan yang ter- berdasarkan pemeriksaan foto toraks menjadi kait dengan hal tersebut salah satunya adalah lesi aktif dan inaktif. Gambaran radiologis yang kriteria sembuh pasien tuberkulosis paru. Kri- dicurigai sebagai lesi tuberkulosis aktif antara teria sembuh pasien tuberkulosis paru adalah lain bayangan berawan/nodular di segmen api- pertama, BTA mikroskopis negatif dua kali kal dan posterior lobus atas paru dan segmen (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) superior lobus bawah, kaviti (terutama lebih dari dan telah mendapatkan pengobatan yang ade- satu) dikelilingi oleh bayangan opak berawan kuat; kedua, pada foto toraks ditemukan gam- atau nodular, bayangan bercak milier, dan efusi baran radiologi serial tetap sama/perbaikan; pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (ja- ketiga, bila ada fasilitas berupa kultur (biakan), rang).10 Gambaran radiologis yang dicurigai lesi maka kriteria ditambah biakan negatif. tuberkulosis inaktif antara lain fibrosis, kalsifikasi, dan schwarte/penebalan pleura.10 Pasien tuberkulosis yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal Hasil dari pemeriksaan tuberkulosis paru dibe- dalam 2 tahun pertama setelah sembuh. Hal ini dakan menjadi dua, yaitu tuberkulosis primer dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. dan sekunder. Tuberkulosis primer terjadi aki- Hal yang dievaluasi adalah pemeriksaan da- bat M. tuberculosis yang menginfeksi paru hak mikroskopis dan foto toraks. Pemeriksaan saat pertama kalinya, sedangkan tuberkulosis dahak mikroskopis dilakukan pada bulan ke 3, sekunder terjadi bila timbul reaktivasi dari bak- 6, 12, dan 24, sedangkan foto toraks dilakukan 44 Vol. 14, No. 1, Februari 2015 Proporsi pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan berdasarkan radiografi toraks Gambar 1. Proporsi Gambaran Radiografi Toraks pada Pasien Tuberkulosis Paru dengan Pengobatan Lebih dari Enam Bulan pada bulan ke 6, 12, dan 24 setelah dinyatakan 20]. Available from: http://www.cdc.gov/tb/ sembuh.10 topic/basics/. 2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Ba- KESIMPULAN Proporsi pasien tuberkulosis paru dengan peng­ obatan lebih dari enam bulan adalah 32,14% gian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. yang sebagian besar memiliki gambaran radio- 3. Departemen Kesehatan Republik Indone- grafi toraks berupa lesi inaktif berupa fibrosis sia. Pedoman nasional penanggulangan (61,8%). Dalam menilai keberhasilan pengo- tuberkulosis. 2nd ed. Jakarta: Departemen batan tuberkulosis paru tidak dapat ditentu- Kesehatan Republik Indonesia; 2007. kan dari gambaran radiologis saja. Diperlukan pemeriksaan lain berupa pemeriksaan dahak mikroskopis yang memenuhi kriteria sembuh pasien tuberkulosis paru. 4. World Health Organization. How many TB cases and deaths are there? [document on the Internet]. [cited 2014 Jun 25]. Available from: http://www.who.int/gho/tb/epidemic/ cases_deaths/en/. DAFTAR PUSTAKA 5. Kementerian Kesehatan Republik Indone- 1. Division of Tuberculosis Elimination. Basic sia Direktorat Jenderal Pengendalian Pe- TB Facts [document on the Internet]. USA: nyakit dan Penyehatan Lingkungan. Strate- Centers for Disease Control and Prevention; gi nasional pengendalian TB di Indonesia 2012 [updated 2012 Mar 13; cited 2013 May 2010-2014. Jakarta: Departemen Kesehat- Vol. 14, No. 1, Februari 2015 45 DAMIANUS Journal of Medicine an; 2011. 6.Dinas 12.World Health Organization. BMI classifica- Kesehatan Kabupaten Malang. Penanggulangan Penyakit TB Paru di Kabupaten Malang [document on the Inter- tion [document on the Internet]. [cited 2013 Jul 1]. Available from: http://apps.who.int/ bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html net]. Malang: Dinas Kesehatan Kabupaten 13.Allotey P, Gyapong M. Gender in tuberculo- Malang. 2010 [cited 2013 May 1]. Available sis research. Int J Tuberc Lung Dis. 2008;12 from: (7):831–6. http://dinkes.malangkab.go.id/beri- ta-130.html. 7.Kementerian 14.Munir SM, Nawas A, Soetoyo DK. PengaIn- matan pasien tuberkulosis paru dengan dan multidrug resistant (TB-MDR) di Poliklinik Obati, Mari Ciptakan Dunia yang Be- Paru RSUP Persahabatan. J Respir Indo. bas 2010;30:92–104. donesia. TB Kesehatan MENKES: [document Republik Indentifikasi on the Internet]. 2013 [cited 2013 May 4]. Available from: http://www.depkes.go.id/article/view/2280/ menkes-identifikasi-dan-obati-mari-ciptakan-dunia-yang-bebas-tb.html. 15.Rajagopalan S, Yoshikawa TT. Tuberculosis and aging: A global health problem. Clin Infect Dis. 2010 Oct;33:1034–9. 8. Anonim. Situasi Epidemiologi TB Indone- 16.Anonim. Hubungan rokok dan TBC [docu- sia [document on the Internet]. 2010 [cited ment on the Internet]. Perkumpulan Pem- 2013 Jul 1]; Available from: http://tbindone- berantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). sia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf. [cited 2013 Jul 3]. Available from: http:// www.ppti.info/2011/06/hubungan-rokok- 9. Hansell DM, Bankier AA, MacMahon H, dan-tbc.html. McLoud TC, Müller NL, Remy J. Fleischner society: Glossary of terms for thoracic imaging. Radiology. 2008;246(3):697–722. 17.Alavi-Naini R, Sharifi-Mood B, Metanat M. Association between tuberculosis and smoking. Int J High Risk Behav Addict. 10.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tu- 2012;1(2):71–4. berkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia [document on the 18.Tachfouti N, Nejjari C, Benjelloun MC, Ber- Internet]. Perhimpunan Dokter Paru Indo- raho M, Elfakir S, El Rhazi K, et al. Associa- nesia. 2006 [cited 2013 May 20]. Available tion between smoking status, other factors from: and tuberculosis treatment failure in Moroc- http://www.klikpdpi.com/konsensus/ co. Int J Tuberc Lung Dis. 2011;15 (6):838- tb/tb.html. 11.Jeong YJ, Lee KS. Pulmonary tuberculosis: Up-to-date imaging and management. AJR Am J Roentgenol. 2008; 191: 834-844. 46 43. 19.Anonim. Tuberculosis (TB) and tobacco smoking [document on the Internet]. Public Vol. 14, No. 1, Februari 2015 Proporsi pasien tuberkulosis paru dengan pengobatan lebih dari enam bulan berdasarkan radiografi toraks Health Agency of Canada. 2010 [updated 2010 Jul 12; cited 2013 Jul 3]. Available from: http://www.phac-aspc.gc.ca/tbpc-latb/ fa-fi/tbtobacco-tabag-eng.php. dex. Int J Epidemiol. 2010;39(1):149–55. 26.Zachariah R, Spielmann MP, Harries AD, Salaniponi FM. Moderate to severe malnutritition in patients tuberculosis is a risk fac- 20.Singh PN, Yel D, Kheam T, Hurd G, Job JS. Cigarette smoking and tuberculosis in Cambodia: Findings from a national sample. Tob Induc Dis. 2013;11:8. tor associated with early death. Trans R Soc Trop Med Hyg. 2002; 96(3): 291-4. 27.Alisjahbana B, van Crevel R, Sahiratmadja E, den Heijer M, Maya A, Istriana E, et al. 21.Wijaya, Ari Agung. Merokok dan tuber- Diabetes Mellitus is strongly associated with kulosis. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. tuberculosis in Indonesia. Int J Tuberc Lung 2012;8:18–23. Dis. 2006;10(6):696-700. 22.Bothamley GH. Smoking and tuberculosis: a chance or causal association? Thorax. 2005;60:527-528. 28.Jee SH, Golub JE, Jo J, Park IS, Ohrr H, Samet JM. Samet. Smoking and risk of tuberculosis incidence, mortality, and recur- 23.Sultan KM, Alobaidy MW, AL-Jubouri AM, Naser AA, AL-Sabah HA. Assessment of body mass index and nutritional status in pulmonary tuberculosis patients. J Fac Med Baghdad. 2012;54(3):204–8. rence in South Korean men and women. Am J Epidemiol. 2009;170(12):1478–85. 29.Dooley KE, Tang T, Golub JE, Dorman SE, Cronin W. Impact of Diabetes Mellitus on treatment outcomes of patients with active 24.Pakasi TA, Karyadi E, Dolmans WM., Van Der Meer JWM, Van Der Velden K. Malnutrition and socio-demographic factors associated with pulmonary tuberculosis in Timor and Rote Islands, Indonesia. Int J Tuberc Lung Dis. 2009 Jun;13 (6):755–9. tuberculosis. Am J Trop Med Hyg. 2009;80 (4):634–9. 30.Widyasari RN, Wuryanto MA, Setyawan H. Hubungan antara jenis kepribadian, riwayat Diabetes Melitus dan riwayat paparan merokok dengan kejadian TB paru dewasa 25.Lonnroth K, Williams BG, Cegielski P, Dye C. di wilayah Kecamatan Semarang Utara Ta- A Consistent log-linear relationship between hun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat. tuberculosis incidence and body mass in- 2012;1(2):446 – 453. Vol. 14, No. 1, Februari 2015 47