Waspadai Penyakit “Baru” Dengan Gejala Mirip

advertisement
Waspadai Penyakit “Baru”
Dengan Gejala Mirip Tungro
Oleh : Suprihanto, SP, M.Si
Awas, rumpun tanaman padi anda terserang penyakit ‘baru’ yang gejala
serangannya mirip serangan tungro. Penyakit ini sudah mulai menyerang
tanaman padi di Jawa Barat.
Gejala penyakit 'baru' ini adalah daun tanaman padi berwarna kuning yang
mirip dengan gejala penyakit tungro. Secara visual, gejala yang ditunjukkan
oleh tanaman terserang penyakit ini adalah: 1) Dalam satu rumpun yang
terserang kadang hanya beberapa anakan atau bahkan gejala hanya pada
beberapa daun saja, 2) Gejala daun berwarna kuning kadang hanya terjadi
pada daun bawah/daun tua, daun yang menguning pada akhirnya akan
mengering yang dimulai dari bagian ujungnya, 3) Tanaman yang terserang
pada stadia dewasa, menunjukkan daun berwarna kuning-oranye tetapi lebar
daun normal dan jumlah anakan serta tinggi tanaman sama dengan tanaman
sehat. Hanya saja, apabila tanaman padi terinfeksi sejak awal stadia vegetatif,
biasanya tanaman akan mati.
Dari hasil pemantauan tim peneliti BB Padi, penyakit dengan gejala menguning
tersebut sudah nampak sejak musim tanam 2006 dan akhir-akhir ini sudah
menyebar di Jawa Barat seperti Subang, Karawang, Purwakarta, Bandung,
Cianjur, Indramayu, Cirebon, dan Kuningan. Penyakit tersebut juga sudah
ditemukan di Serang Banten.
Bahkan menurut Dr. Baehaki peneliti wereng coklat BB Padi, penyakit ini juga
sudah ditemukan di daerah Simalungun-Sumatera Utara. Penyakit tersebut
dapat menyerang pada varietas populer yang ditanam petani, seperti Ciherang,
Mekongga, dan Muncul.
Untuk itulah keberadaan penyakit ini perlu diwaspadai sejak awal pertanaman.
Pemantauan di Kebun Percobaan BB Padi Sukamandi pada musim kemarau
2007 pada beberapa varietas padi berumur 5-6 minggu setelah tanam
menunjukkan keberadaan penyakit mencapai 16% (Table 1). Bahkan
pemantauan di lahan petani sekitar Sukamandi keberadaan penyakit kerdil
rumput tipe 2 ini mencapai lebih dari 30%.
Virus Kerdil Rumput
Hasil pengujian yang dilakukan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
menunjukkan bahwa penyakit dengan gejala menguning tersebut bukan
penyakit tungro, melainkan satu jenis penyakit yang disebabkan oleh virus
kerdil rumput tipe-2 (Rice grassy stunt virus 2). Indikasi ini ditunjukkan oleh
hasil pengujian bahwa penyakit ini dapat ditularkan oleh wereng coklat
(Nilaparvata lugens Stal.) tetapi tidak ditularkan oleh wereng hijau yang
merupakan vektor pembawa penyakit tungro.
Wereng coklat yang telah menghisap cairan pada tanaman terserang penyakit
kerdil rumput ini, setelah kurang lebih satu minggu kemudian dapat menularkan
virus penyebab penyakit kerdil rumput pada tanaman sehat. Perlu diketahui
bahwa sekali menghisap pada tanaman padi sakit tersebut, maka selama
hidupnya wereng coklat tersebut akan membawa dan dapat menyebarkan virus
pada tanaman padi lainnya.
Tanaman yang telah terinfeksi tidak dapat disembuhkan. Meskipun tanaman
sakit tidak mati dan tetap menghasilkan malai, tetapi pengisian gabahnya akan
sangat terganggu. Tanaman sakit tersebut juga akan menjadi sumber inokulum
untuk penularan pada tanaman padi lainnya dengan perantara wereng coklat.
Penyakit semacam ini sebenarnya pernah muncul di Jawa Barat pada sekitar
tahun 1980-an, namun seiring dengan menurunnya populasi wereng coklat,
penyakit kemudian tidak pernah menjadi masalah dan bahkan hilang dengan
sendirinya. Baru kemudian pada akhir- akhir ini, seiring dengan perkembangan
populasi wereng coklat yang meningkat, penyakit kerdil rumput tipe 2 muncul
kembali.
Keberadaan penyakit ini perlu diwaspadai karena pada akhir-akhir ini populasi
wereng cenderung selalu ditemukan pada pertanaman padi di Jawa Barat dan
sekitarnya. Varietas tahan terhadap penyakit virus kerdil rumput tipe 2, sampai
saat ini belum ada. Pengendalian penyakit ini hanya dapat dilakukan seiring
dengan pengendalian wereng coklat sebagai vektor penyebarnya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi berkembangnya
penyakit di lapangan adalah dengan menghilangkan sumber inokulum penyakit
di lapangan dan mengendalikan wereng coklat. Menghilangkan sumber
inokulum penyakit di lapangan dapat dilakukan dengan memangkas habis
singgang bekas tanaman terserang dan mencabut tanaman terserang yang
ditemukan sejak awal pertanaman.
Untuk mengendalikan populasi wereng coklatnya dapat digunakan varietas padi
tahan wereng (Memberamo, Widas, Cimelati, Ciapus, Cigeulis), pergiliran
varietas, tanam secara serempak, penanaman padi dengan jarak tanam yang
tidak terlalu rapat, dan penyemprotan insektisida. Berbagai insektisida yang
efektif untuk pengendalian wereng coklat antara lain yang berbahan aktif:
amitraz, bufopresin, fipronil, imidakloprid, karbofuran, karbosulfan, dan
tiametoksan.
Ir. Suprihanto, SP, Msi
Penulis dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Dimuat pada Tabloid Sinar Tani edisi 4-10 Juni 2008
Download