ISSN 1978-9513 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PERMUKAAN TANAH PADA HABITAT HUTAN HOMOGEN DAN HETEROGEN DI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM (PPKA) BODOGOL, SUKABUMI, JAWA BARAT Hasni Ruslan Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat potensial dalam mendukung keanekaragaman flora dan fauna. Salah satu sumber daya yang ada di hutan adalah serangga permukaan tanah. Kehadiran serangga permukaan tanah dibutuhkan untuk membantu dalam proses dekomposisi.Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui komposisi dan keanekaragaman serangga permukaan tanah pada dua habitat yang berbeda yaitu hutan homogen dan hutan heterogen. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21-25 Juli 2008 di pusat penelitian konservasi alam (PPKA) Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jawa Barat. Pengambilan serangga permukaan tanah dilakukan dengan menggunakan pitfall trap yang dipasang selama tiga hari. Identifikasi dan analisa sampel dilakukan sampai tingkat suku. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan komposisi serangga permukaan tanah pada hutan homogen didapatkan 8 ordo, 18 Famili (409 individu). Pada lokasi hutan heterogen didapatkan 8 ordo, 16 Famili (992 individu). Indeks keanekaragaman pada hutan homogen{0, lebih tinggi dibandingkan hutan heterogen. Indeks kesamaan pada kedua habitat didapatkan sebesar 76%. Kata Kunci: Serangga permukaan tanah, hutan homogen, hutan heterogen PENDAHULUAN Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat potensial dalam mendukung keanekaragaman flora dan fauna, Salah satu sumber daya hutan adalah serngga tanah. Serangga tanah adalah serangga yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997 ) Serangga permukaan tanah, sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup , tetapi juga memakan tumbuhtumbuhan yang sudah mati. Serangga permukaan tanah berperan dalam proses dekomposisi. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila Ruslan H tidak ditunjang oleh kegiatan serangga permukaan tanah. Keberadaan serannga permukaan tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi serangga permukaan tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas serangga permukaan tanah akan berlangsung baik. Burges dan Raw (1967) dalam Rahmawaty (2000), menjelaskan bahwa secara garis besar proses perombakan berlangsung sebagai berikut : pertamatama perombak yang besar atau 43 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 makrofauna meremah-remah substansi habitat yang telah mati, kemudian materi ini akan melalui usus dan akhirnya menghasilkan butiran-butiran feses. feses juga dapat juga dikonsumsi lebih dahulu oleh mikrofauna dengan bantuan enzim spesifik yang terdapat dalam saluran pencernaannya. Penguraian akan menjadi lebih sempurna apabila hasil ekskresi fauna ini dihancurkan serangga pemakan bahan organik yang mambusuk, membantu merubah zat-zat yang membusuk menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Banyak jenis serangga yang sebagian atau seluruh hidup mereka di dalam tanah. Tanah tersebut memberikan serangga suatu pemukiman atau sarang, pertahanan dan seringkali makanan. Tanah tersebut diterobos sedemikian rupa sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan tubuhtubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan menambah kandungan bahan organiknya (Borror dkk., 1992). Wallwork (1976), menegaskan bahwa serangga tanah juga berfungsi sebagai perombak material tanaman dan penghancur kayu. Szujecki (1987) dalam Rahmawaty (2000), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga tanah di hutan, adalah, struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi, kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup, suhu tanah mempengaruhi peletakan telur,cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya. PPKA Bodogol adalah salah satu kawasan hutan hujan tropis yang menyediakan sumber kehidupan bagi satwa yang terdapat di dalamnya, termasuk serangga permukaan tanah. Kondisi hutannya yang memiliki kelembaban tinggi merupakan salah satu habitat yang disukai oleh serangga permukaan tanah. Ruslan H PPKA Bodogol didirikan atas kerjasama Conservation International (CI) Indonesia Program Yayasan Alam Mitra Indonesia (Alami) dan Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. PPKA Bodogol merupakan hutan hujan tropis yang berada di kaki Gunung Gede Pangrango dengan ketinggian 8000 meter dpl. Secara administrasi pemerintah, PPKA Bodogol termasuk kedalam wilayah Kabupaten Sukabumi, meliputi Desa Benda dan Purwasari Kecamatan Cicurug, Desa Watesjaya dan Desa Bodogol Kecamatan Caringin. Secara geografis, PPKA Bodogol terletak antara 6o32’-6o34’ LS dan 106o50’-106o56’ BT (Wisnubudi, 2002). Penelitian di kawasan PPKA Bodogol tentang serangga sudah pernah dilakukan (Himabio Raflesia UIA, 2002) dan untuk melengkapi data mengenai serangga, khususnya serngga permukaan tanah perlu dilakukan penelitian, yang bertujuan untuk melihat komposisi dan keanekaragaman serangga permukaan tanah pada habitat hutan homogen dan hutan heterogen. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaaan komposisi dan keanekaragaman serangga permukaan tanah pada hutan homogen dan heterogen . METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 21- 25 Juli 2008, di Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA) Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jawa Barat. PPKA Bodogol didirikan atas kerjasama Conservation International (CI) Indonesia Program Yayasan Alam Mitra Indonesia (Alami) dan Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. PPKA Bodogol 44 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 merupakan hutan hujan tropis yang berada di kaki Gunung Gede Pangrango dengan ketinggian 8000 meter dpl. Secara administrasi pemerintah, PPKA Bodogol termasuk kedalam wilayah Kabupaten Sukabumi, meliputi Desa Benda dan Purwasari Kecamatan Cicurug, Desa Watesjaya dan Desa Bodogol Kecamatan Caringin. Secara gegrafis, PPKA Bodogol terletak antara 6o32’-6o34’ LS dan 106o50’106o56’ BT (Wisnubudi, 2002). Vegetasi yang ada pada hutan homogen diantaranya adalah Pinus merkusii (Pinus), Sellaginela sp (Paku Rane), Graminae (rumput-rumputan). Sedangkan pada hutan heterogen vegetasi yang ada diantaranya Agathis damara (Damar), Schima wallicii (Puspa), Lycopodium sp (Paku Ekor Monyet) dan Graminae (rumput-rumputan). B. Alat dan bahan C. Cara Kerja 2. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memasang sepuluh perangkap jebak pada kedua habitat. Perangkap diisi dengan larutan alkohol 70% dan ditambahkan larutan asam asetat 5% sebanyak 1 tetes pada masing-masing perangkap. Perangkap dipasang secara random dan dibiarkan selama 3 hari kemudian sampel yang tertangkap dikumpulkan. 1. Penentuan Lokasi Lokasi pengambilan sampel dipilih pada 2 (dua) kondisi habitat yang berbeda yaitu hutan homogen dan hutan heterogen. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di jalur Cikaweni dan pengumpulan data dilakukan menggunakan metode perangkap jebak (pit fall trap). Ruslan H Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan perangkap jebak yaitu gelas plastik (luas permukaan 51,5 cm2), lidi, styrofoam, sekop, alat tulis, kertas label, alkohol 70% dan larutan asam asetat 5%. Untuk mengukur faktor lingkungan digunakan pH meter, higrometer, termometer (Yenaco) dan mistar. Dalam pengumpulan sampel, alat yang digunakan yaitu pinset, kantung plastik dan karet. Dalam identifikasi sampel serangga digunakan mikroskop dengan perbesaran 20 x. Untuk dokumentasi digunakan kamera digital (Sony DSC-S730). 45 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 Gambar 1. Pemasangan Perangkap Jebak 3. Pengukuran Faktor Lingkungan Pengambilan data faktor lingkungan dilakukan pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Data yang diambil meliputi suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah dan ketebalan serasah pada tiap perangkap jebak. 4. Identifikasi Sampel Sampel yang didapat kemudian dibawa ke laboratorium Zoologi Universitas Nasional untuk diidentifkasi ,dengan mengunakan buku identifikasi ,Pictorial Keys To Soil Animals Of China (Yin Wenying et al, 2000), The Insects Of Australia Volume I&II (Anonymous, 1991) dan Pengenalan Pelajaran Serangga edisi keenam (Borror et al, 1992). D. Analisis Data 1. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman digunakan rumus Shannon-Wienner (Magurran, 1988) : H’ = -∑Pi ln Pi Keterangan : H = indeks keanekaragaman ni = jumlah suku yang didapat N = jumlah total suku yang didapat 2. Untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan indeks keanekaragaman antara dua habitat dihitung dengan Uji Hutchinson (Magurran, 1988) : 3. Indeks kesamaan suku serangga pada dua habitat dihitung dengan Uji Sorenson : IS = 2C x 100% A+B Keterangan : IS = indeks kesamaan. C = jumlah suku serangga yang ada di kedua habitat A = jumlah suku serangga yang hanya ada di habitat pertama B = jumlah suku serangga yag hanya ada di habitat kedua Pi = ni/N Ruslan H 46 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi serangga permukaan tanah Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap serangga permukaan tanah pada hutan homogen dan hutan heterogen didapatkan hasil seperti yang terlihat pada Tabel. 1. Jumlah famili dan individu serangga permukaan tanah yang dikoleksi pada hutan homogen dan heterogen bervariasi. Serangga permukaan tanah yang dikoleksi pada hutan homogen tergolong ke dalam 8 ordo dengan 18 famili (409 individu) sedangkan pada hutan heterogen didapatkan 8 ordo dengan 16 famili (992 individu). Berdasarkan tabel tersebut, jumlah famili dan individu serangga permukaan tanah dari Ordo Coleoptera, Diptera dan Hymenoptera lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan ordo yang lain. Hal ini dapat disebabkan karena serangga tersebut merupakan serangga yang umum dan banyak jumlah suku yang beraktivitas di permukaan tanah (Borror dkk., 1992). Tabel 1. Jumlah famili (F) dan jumlah individu (I) serangga permukaan tanah yang didapatkan di hutan homogen dan hutan heterogen di PPKA, Bodogol, Jawa Barat No. Taksa 1 2 3 Hutan Homogen Hutan Heterogen ∑F ∑I ∑F ∑I Blattodea 0 0 1 1 Coleoptera Dermaptera 5 1 17 29 3 1 11 6 4 5 Diptera Hemiptera 4 2 17 2 4 3 7 3 6 7 Hymenoptera Lepidoptera 3 1 337 2 1 1 911 1 8 8 Ortoptera Thysanura 1 1 2 3 2 0 2 0 18 409 16 942 Jumlah Tabel 1 memperlihatkan bahwa pada hutan homogen jumlah famili serangga permukaan tanah yang ditemukan lebih banyak dibanding dengan hutan heterogen. Banyaknya jumlah famili serangga yang didapatkan terjadi karena lingkungan yang sesuai untuk mendukung kehidupannya. Keberadaan serangga permukaan tanah di suatu tempat Ruslan H tergantung dengan faktor lingkungannya yaitu biotik dan abiotik (Suin, 1989). Bila dilihat dari jumlah individu serangga permukaan tanah pada masingmasing lokasi, ternyata pada lokasi hutan heterogen jumlah individunya lebih banyak dibandingkan dengan hutan homogen. Hal tersebut dapat terjadi karena pada lokasi hutan heterogen, terdapat vegetasi dan serasah yang lebih banyak dibandingkan 47 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 lokasi hutan homogen. Faktor vegetasi dapat mempengaruhi penyediaan habitat bagi serangga permukaan tanah. Menurut Suhardjono dkk (1997), serangga permukaan tanah sangat tergantung pada tersedianya bahan organik berupa serasah atau lainnya yang terdapat di atas permukaan tanah. B. Keanekaragaman famili serangga permukaan tanah Pada hutan homogen didapatkan keanekaragaman yang dinyatakan dalam indeks Shannon-Wienner sebesar 0.842 (Tabel 2). Nilai keanekaragaman Famili pada hutan homogen lebih tinggi bila dibandingkan dengan hutan heterogen yaitu sebesar 0.224 (Tabel 2). Hasil perbandingan keanekaragaman pada hutan homogen dan heterogen disebabkan oleh perbedaan jumlah Famili dan individu yang terdapat pada kedua habitat tersebut. Untuk mendapatkan hasil uji keanekaragaman famili serangga yang lebih akurat dilakukan uji lanjutan dengan uji Hutchinson (Lampiran 2). Uji ini digunakan untuk membandingkan indeks keanekaragaman serangga dari hutan homogen dengan indeks keanekaragaman dari hutan heterogen. Berdasarkan hasil perhitungan uji Hutchinson (lampiran), hutan homogen dan hutan heterogen terdapat perbedaan signifikan dari keanekaragaman famili. Pada hutan homogen keanekaragam lebih tingi dibanding hutan heterogen Tingginya indeks keanekaragaman pada hutan homogen hal ini disebabkan pada hutan homogen vegetasi herba yang merupakan tempat hidup dan sumber makanan bagi serangga permukaan tanah , lebih beragam dan rimbun bila dibandingankan dengan vegetasi heterogen. Pada hutan homogen tutupan kanopi dari vegetasi kurang rapat sehinga penetrasi sinar matahari lebih banyak, sehingga vegetasi herba atau rumput yang membutuhkan sinar matahari untuk kehidupan dapat dipenuhi. Sedangkan pada hutan heterogen tutupan kanopi lebih rapat, penetrasi sinar matahari lebih kurang. Hal ini yang menyebabkan indeks keanekaragaman lebih tinggi. Menurut Suhardjono dkk (1997 faktor vegetasi dapat mempengaruhi penyediaan habitat bagi serangga permukaan tanah. Tabel 2. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kesamaan Family Serangga Permukaan Tanah pada Hutan Homogen dan Hutan Heterogen di PPKA, Bodogol, Jawa Barat Habitat Hutan Homogen Hutan Heterogen ndeks Keanekaragaman Family 0.842 0.224 Hasil uji Sorrensen (Tabel lampiran 3) untuk mengetahui indeks kesamaan famili serangga, didapat sebesar 0,588. Hal ini menunjukan sekitar 58% famili yang ditemukan pada dua lokasi yaitu hutan homogen dan heterogen adalah sama. Dari hasil yang didapat, kesamaan famili serangga yang ditemukan baik pada Ruslan H Indeks Kesamaan Family 0.588 hutan homogen maupun hutan heterogen diantaranya adalah Staphylinidae, Tenebrionidae (Coleoptera) Labiduridae (Dermaptera). Phoridae, Drosophilidae (Diptera) Formicidae (Hymenoptera), Cicadellidae, Miriidae (Hemiptera), Lycaenidae (Lepidoptera) dan Tetrigidae (Orthoptera). 48 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ,dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Serangga permukaan tanah pada hutan homogen didapatkan 8 ordo dengan 18 Famili (409 individu), pada lokasi hutan heterogen didapatkan 7 ordo dengan 16 Famili (992 individu). 2. Keanekaragaman serangga pada hutan homogen(0,842) lebih tinggi dibandingkan hutan heterogen.(0,224) Dari hasil uji statistik Hutchinson pada kedua habitat terdapat perbedaan indeks keanekaragaman signifikan. 3. Indeks kesamaan Sorrensen pada hutan homogen dan hutan heterogen sebesar 58%. B. Saran Perlu dilakukan penelitian jangka panjang terhadap serangga permukaan tanah di Pusat Pendidikan dan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi Jawa Barat sehingga didapat data yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N. F. Johnson. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi keenam. Soetiono Porto Soejono. Gajah mada university Press. Yogyakarta. 1992. Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (Division of Entomology). The Insects Of Australia Volume I & II. Cornell University Press. Ithaca, New York. 1991. Ruslan H Elzingga, R.J. Fundamentals Of Entomology. Prentice Hall Of India, Private limited, New Delhi. 1978. Himpunan Mahasiswa Biologi Raflesia. Survei Keanekaragaman Hayati di Stasiun Penelitian Bodogol Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Universitas Islam As-Syafiah. Jakarta. 2002. Magurran, Anne E. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press. New Jersey. 1988. Rahmawaty. Keanekaragaman Serangga Tanah dan Perannya pada Komunitas Rhizopora spp. Dan Komunitas Ceriops tagal Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Tesis program pascasarjana IPB. Bogor. 2000. Suin, N.M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. Suin, N.M. 2002. Metoda Ekologi. Universitas andalas. Padang Suhardjono Y. R. Serangga Serasah : Keanekaragaman Takson dan Perannya di Kebun Raya An pr, J.A. 1976. The Distribution And Diversity of Soil Fauna. Academic PressBogor, Museum Zoologi Bogor. Puslitbang Biologi-LIPI. Biota Vol. III (I). 1998. Wisnubudi, G. Kajian penerapan prinsipprinsip ekoturisme dan peranannya terhadap upaya konservasi keanekaragaman hayati di pusat pendidikan konservasi alam (PPKA) Bodogol. Institut Pertanian Bogor. 2002. 49 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 Lampiran1. Komposisi serangga permukaan tanah yang didapat pada hutan homogen dan heterogen di PPKA, Bodogol, Jawa Barat Ruslan H No 1 2 Ordo Blattodea Coleoptera 3 4 Dermaptera Diptera 5 Hymenoptera 6 Hemiptera 7 8 Lepidoptera Orthoptera 8 Thysanura Family Blattidae Staphylinidae Histeridae Scolytidae Anthicidae Anthribidae Tenebrionidae Labiduridae Phoridae Dolichopodidae Cecidomyiidae Drosophillidae Muscidae Syrphidae Formicidae Diapriidae Evaniidae Cicadellidae Membracidae Miridae Lycaenidae Gryllidae Tetrigidae Lepidotrichidae Homogen 0 9 1 2 0 1 4 29 11 2 1 3 0 0 344 1 1 1 0 1 2 0 2 3 418 Heterogen 1 5 0 0 1 0 5 6 2 0 0 3 1 1 911 0 0 1 1 1 1 1 1 0 942 50 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 Lampiran 2. Indeks keanekaragaman serangga permukaan tanah pada hutan homogen di PPKA, Bodogol, Jawa Barat. Bangsa Suku Dermaptera Labiduridae Hymenoptera Formicidae Diapriidae Evaniidae Hemiptera Cicadellidae Miridae Coleoptera Staphylinidae Histeridae Scolytidae Anthribidae Tenebrionidae Diptera Phoridae Dolichopodidae Cecidomyiidae Drosophillidae Lepidoptera Lycaenidae Orthoptera Tetrigidae Thysanura Lepidotrichidae Ruslan H ∑I 29 344 1 1 1 1 9 1 2 1 4 11 2 1 3 2 2 3 418 K 0.9307804 11.040982 0.0320959 0.0320959 0.0320959 0.0320959 0.2888629 0.0320959 0.0641918 0.0320959 0.1283835 0.3530546 0.0641918 0.0320959 0.0962876 0.0641918 0.0641918 0.0962876 Pi 0.069378 0.8229665 0.0023923 0.0023923 0.0023923 0.0023923 0.0215311 0.0023923 0.0047847 0.0023923 0.0095694 0.0263158 0.0047847 0.0023923 0.007177 0.0047847 0.0047847 0.007177 ln Pi -2.6681856 -0.1948398 -6.0354814 -6.0354814 -6.0354814 -6.0354814 -3.8382569 -6.0354814 -5.3423343 -6.0354814 -4.6491871 -3.6375862 -5.3423343 -6.0354814 -4.9368691 -5.3423343 -5.3423343 -4.9368691 Pi ln Pi -0.1851134 -0.1603466 -0.014439 -0.014439 -0.014439 -0.014439 -0.0826419 -0.014439 -0.0255614 -0.014439 -0.0444898 -0.095726 -0.0255614 -0.014439 -0.0354321 -0.0255614 -0.0255614 -0.0354321 -0.8425001 (Pi ln Pi)^2 0.034267 0.025711 0.0002085 0.0002085 0.0002085 0.0002085 0.0068297 0.0002085 0.0006534 0.0002085 0.0019793 0.0091635 0.0006534 0.0002085 0.0012554 0.0006534 0.0006534 0.0012554 0.0845343 (Pi (ln Pi)^2 0.4939168 0.0312419 0.087146 0.087146 0.087146 0.087146 0.3172008 0.087146 0.1365576 0.087146 0.2068415 0.3482114 0.1365576 0.087146 0.1749235 0.1365576 0.1365576 0.1749235 2.9035119 VAR H 0.0066925 51 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 \ Lampiran 3. Indeks keanekaragaman serangga permukaan tanah pada hutan heterogen di PPKA, Bodogol, Jawa Barat. Ordo Famili ∑I K Pi ln Pi Pi ln Pi (Pi ln Pi)^2 Pi (ln Pi)^2 Dermaptera Hymenoptera Hemiptera Labiduridae Formicidae Cicadellidae Membracidae Miridae Staphylinidae Anthicidae Tenebrionidae Gryllidae Tetrigidae Phoridae Drosophillidae Muscidae Syrphidae Lycaenidae Blattidae 6 911 1 1 1 5 1 5 1 1 2 3 1 1 1 1 0.1925753 29.239344 0.0320959 0.0320959 0.0320959 0.1604794 0.0320959 0.1604794 0.0320959 0.0320959 0.0641918 0.0962876 0.0320959 0.0320959 0.0320959 0.0320959 0.0063694 0.9670913 0.0010616 0.0010616 0.0010616 0.0053079 0.0010616 0.0053079 0.0010616 0.0010616 0.0021231 0.0031847 0.0010616 0.0010616 0.0010616 0.0010616 -5.0562458 -0.0334624 -6.8480053 -6.8480053 -6.8480053 -5.2385674 -6.8480053 -5.2385674 -6.8480053 -6.8480053 -6.1548581 -5.749393 -6.8480053 -6.8480053 -6.8480053 -6.8480053 -0.0322054 -0.0323612 -0.0072696 -0.0072696 -0.0072696 -0.0278056 -0.0072696 -0.0278056 -0.0072696 -0.0072696 -0.0130676 -0.0183102 -0.0072696 -0.0072696 -0.0072696 -0.0072696 0.0010372 0.0010472 5.285E-05 5.285E-05 5.285E-05 0.0007731 5.285E-05 0.0007731 5.285E-05 5.285E-05 0.0001708 0.0003353 5.285E-05 5.285E-05 5.285E-05 5.285E-05 0.162838354 0.001082882 0.049782565 0.049782565 0.049782565 0.145661295 0.049782565 0.145661295 0.049782565 0.049782565 0.080429465 0.105272356 0.049782565 0.049782565 0.049782565 0.049782565 JUMLAH -0.2242519 0.0046652 1.138771298 VAR H 0.001195482 Coleoptera Orthoptera Diptera Lepidoptera Blattodea 942 H1-H2 Var H1+Var H2 t 0.618248142 0.0888141 6.961151252 (Var H1+Var H2)^2 Var H1^2/N1 Var H2^2/N2 df 0.007887938 1.07151E-07 1.51717E-09 72587.62353 Berdasarkan hasil dari table distribusi t, tampak dengan derajat kebebasan dan nilai t seperti di atas maka di peroleh p<0.001. Oleh karena itu, kedua jenis hutan berbeda signifikan dari sisi keanekaragaman spesiesnya. Hutan homogen memiliki jumlah keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan hutan heterogen Ruslan H 52 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 Tabel 4. Kesamaan famili serangga antara hutan homogen dan hutan heterogen Hutan Homogen Labiduridae Formicidae Diapriidae Evaniidae Cicadellidae Miridae Staphylinidae Histeridae Scolytidae Anthribidae Tenebrionidae Hutan Heterogen Labiduridae Formicidae Cicadellidae Membracidae Miridae Staphylinidae Anthicidae Tenebrionidae Gryllidae Tetrigidae Phoridae Tetrigidae Phoridae Drosophillidae Ruslan H INDEKS KESAMAAN 53