42 Oktober 2016 MEMACU EKSPLORASI DEEPWATER FOKUS Menata Regulasi yang Bersahabat 06 FIGUR Mendorong Pengembangan Eksplorasi Migas Deepwater di Proyek IDD 16 SPEKTRUM 20 Lifting Minyak Banyu Urip Ke-100: Memenuhi Kebutuhan Energi bagi Kesejahteraan Indonesia BIANGLALA 23 Sharing Knowledge Petrochemical: Peluang Besar di Tengah Diversity Energy Oktober 2016 // BUMI 1 DAFTAR ISI REDAKSI Pelindung Amien Sunaryadi Budi Agustyono Penanggungjawab Taslim Z. Yunus Pemimpin Redaksi Nyimas Fauziah Rikani Editor Heru Setyadi Ryan B. Wurjantoro Tim Redaksi Adhitya C. Utama Alfian Febrian Dama Asmara Agatha Citara Ruby Savira Suhendra Atmaja SALAM REDAKSI 03 Membangun Asa Baru dalam Pengembangan Migas Deepwater 04 FOKUS 04 Memacu Eksplorasi Deepwater 06 Menata Regulasi yang Bersahabat 08 Menjawab Tantangan Eksplorasi Deepwater SEREMONIAL 10 11 12 SKK Migas Pusat SKK Migas Sumatera Bagian Utara SKK Migas Sumatera Bagian Selatan 13 SKK Migas Jawa, Bali dan Nusa Tenggara 14 SKK Migas Kalimantan dan Sulawesi 15 23 SKK Migas Papua dan Maluku FIGUR 16 Redaksi menerima masukan artikel melalui [email protected] [email protected] Redaksi Sub Bagian Komunikasi dan Protokol SKK Migas 2 Mendorong Pengembangan Eksplorasi Migas Deepwater di Proyek IDD 16 PERSPEKTIF 18 Casing Drilling sebagai Solusi Total Loss di Pemboran Struktur Louise SPEKTRUM 20 21 Lifting Minyak Banyu Urip Ke-100: Memenuhi Kebutuhan Energi bagi Kesejahteraan Indonesia Temuan Cadangan Saka Energi Alamat Gedung Wisma Mulia Lt.30 Jl. Jend. Gatot Subroto No. 42 Jakarta 12710 BIANGLALA Facebook : Humas SKK Migas Twitter @HumasSKKMigas www.skkmigas.go.id 22 Sarasehan SKK Migas – Forum Pemred 23 Sharing Knowledge Petrochemical: Peluang Besar di Tengah Diversity Energy BUMI // Oktober 2016 22 Forum Sekuriti: Sinergitas Penegakan Hukum dalam Pengamanan Kegiatan Hulu Migas Salam Redaksi Membangun Asa Baru dalam Pengembangan Migas Deepwater S Ditambah, sekitar 98% pekerja di proyek yang tengah dikembangkan itu diisi oleh putra-putri Indonesia. Penelitian geologi dan geofisika telah mengidentifikasi, 60 cekungan sedimen tersier tersebar di seluruh Indonesia, dimana 70% terletak di lepas pantai dan lebih dari setengahnya berada di laut dalam (deepwater). Survei yang dilakukan Badan Geologi Kementerian 2010-2012, juga telah memperkuat potensi gas yang ditemukan ada sekitar 174 triliun kaki kubik dan minyak bumi sebesar 86 miliar barel. Setidaknya ini menjadi peluang untuk menambah cadangan minyak terbukti Indonesia, yang kini tersisa sekitar 3,6 miliar barel. Kita bersyukur, beberapa perkembangan yang terjadi dalam menjawab dinamika produksi migas Indonesia, telah direspon oleh pemerintah dan lembaga-lembaga terkait. Seperti upaya mendirikan Konsorsium Riset Migas Kelautan Nasional 2016, awal September 2016 lalu dan upaya revisi terhadap Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2010 tentang Pengembalian Biaya Operasi dan Pajak di Industri Hulu Migas yang dinilai tidak investor friendly. Pembentukan Konsorsium dan Revisi PP ini diharapkan dapat meningkatkan gairah investor yang akan berinvestasi maupun melakukan kegiatan eksplorasi di laut dalam. alah satu agenda pembangunan yang tertuang dalam Nawa Cita adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan sasaran memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Ini sejalan dengan prioritas pengembangan eksplorasi dan eksploitasi industri hulu minyak dan gas bumi (migas) Indonesia, yang kini tren-nya sudah menuju ke arah timur, offshore (lepas pantai) dan masuk pada wilayah-wilayah yang biasanya disebut frontier (pedalaman). Sesuai pesan Presiden Joko Widodo, pengembangan migas Indonesia, tidak hanya dapat dilihat dari nilai keekonomian tetapi juga multiplier effect-nya bagi pertumbuhan dan pengembangan ekonomi daerah. Oleh karena itu, munculnya prioritas Unit Pengembangan Proyek (UPP) migas strategis yang dikoordinasikan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), seperti Lapangan Abadi Blok Masela, Banyu Urip dan Jambaran – Tiung Biru Blok Cepu, Indonesia Deepwater Development (IDD) di Cekungan Kutai Kalimantan Timur, Lapangan Jangkrik Blok Muara Bakau, dan Tangguh Train-3 Papua, diharapkan menjadi akselerator (pempercepat) dalam peningkatan cadangan terbukti migas Indonesia di tengah lesunya iklim investasi dan minimnya penemuan baru dari kegiatan-kegiatan eksplorasi migas dalam 10-15 tahun terakhir. Produksi Lapangan Bangka pada proyek Indonesia Deepwater Development (IDD), pada 16 Agustus 2016 yang dioperatori Chevron Indonesia Company di Cekungan Kutai melalui fasilitas West Seno milik Chevron, diharapkan dapat menjadi momentum dan sinyal positif mulai menggeliatnya produksi migas di Indonesia dari sisi eksplorasi dan eksploitasi di deepwater (laut dalam). Tentu ini bukan kerja ringan. Apalagi karakteristik industri migas sangat padat modal, risiko tinggi, dan mensyaratkan teknologi tinggi. Karena cerita gagal dalam kegiatan pengeboran (dryhole) juga pernah terjadi dalam periode kegiatan eksplorasi 2009-2013. Kala itu 12 perusahaan Kontraktor Kerja Sama (KKS), kehilangan investasinya sebesar US$1,9 miliar akibat gagal mendapatkan cadangan yang dinilai ekonomis, setelah membor di 25 sumur di sekitar 16 blok. Akhirnya, kita menyambut baik pengangkatan Ignasius Jonan dan Archandra Tahar sebagai Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) dan Wakil Menteri (Wamen) yang baru. Keduanya memang belum menjelaskan programnya kepada publik. Mencermati reputasi keduanya, kami optimis perannya dapat mendorong dan mempercepat percepatan pada sejumlah kegiatan proyek di deepwater. Barangkali inilah asa (harapan) baru di tengah mulai bangkitnya migas dunia, khususnya Indonesia akibat tekanan harga. Selamat bekerja Pak Jonan dan Pak Archandra. TASLIM Z. YUNUS Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Oktober 2016 // BUMI 3 Fokus Memacu Eksplorasi Deepwater Potensi eksplorasi migas lepas pantai (offshore) di laut dalam (deepwater) Indonesia terbilang besar. Butuh dukungan regulasi dan insentif agar potensi itu dapat dimanfaatkan maksimal. K Tim Buletin / [email protected] egiatan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) selalu berbanding dengan keadaan cadangan migas. Ketika kegiatan eksplorasi menurun karena pelbagai sebab, maka akan terjadi penurunan pengeboran eksplorasi. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2010 tentang Pengembalian Biaya Operasi dan Pajak di Industri Hulu Migas. Aturan ini dianggap tidak ramah kepada investor karena kurang tepat menetapkan pajak kepada kontraktor Indonesia mengalami hal tersebut. Apabila dibiarkan terus, cadangan migas Indonesia akan habis dalam beberapa tahun saja dengan asumsi tingkat produksi tidak ada penurunan dan tak ditemukannya cadangan migas baru. Inilah sulitnya, karena untuk menemukan cadangan migas baru dibutuhkan modal yang sangat besar serta kemauan untuk mengambil risiko mengingat potensi migas di Indonesia kebanyakan berada di laut dalam. Berdasarkan data penelitian dan pengembangan (litbang) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), 70 persen cadangan migas Indonesia terdapat di cekungan-cekungan tersier lepas pantai dan lebih dari separuhnya terletak di deepwater. Selain itu, untuk menarik investor, bagi hasil di lapangan deepwater juga akan berubah. Kemungkinan kontraktor bisa mendapatkan hasil lebih besar daripada ketentuan sekarang. Terobosan lain yang sedang juga digodok adalah perpanjangan masa kontrak pengelolaan migas di deepwater yang saat ini selama 30 tahun untuk tahap eksplorasi dan eksploitasi. “Kita sedang mempertimbangkan lama periode eksplorasi yang optimum berapa, eksploitasi berapa,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja. Sebagai perbandingan, di beberapa negara Afrika mereka menetapkan masa kontrak hingga 50 tahun dan berdampak signifikan terhadap minat investor di negara-negara tersebut. Cadangan baru pun sulit ditemukan lagi karena aktivitas eksplorasi yang menurun. Temuan cadangan migas yang berada di laut dalam dan tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, hingga Papua diperkirakan mencapai 100 miliar barel. Pengembangan eksplorasi migas deepwater terbilang minim karena risiko dan biaya investasinya tinggi. Sebagai gambaran untuk menggarap satu sumur saja dapat menghabiskan US$100 hingga US$125 juta. Karena itu diperlukan insentif untuk mendorong minat investor. Karena bila terjadi dry hole (sumur kering) investasi yang telah ditanam bak ditelan bumi atau hilang begitu saja. Selain faktor itu, tingkat pengembalian investasi atau Internal Rate Return (IRR) masih rendah, berkisar 4-5% saja sehingga tak ekonomis buat investor. Sebagai contoh, beberapa negara telah menetapkan rata-rata tingkat pengembalian IRR hingga 25%. Dengan kondisi seperti itu, tak mengherankan bila pemerintah bertekad keras memperbaiki beleid regulasi investasi di sektor migas. Salah satu aturan itu adalah melakukan revisi 4 BUMI // Oktober 2016 yang belum berproduksi. Eksplorasi migas di deepwater meski sulit namun bukanlah hal mustahil. Sebanyak 12 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) asing di 16 blok di Indonesia sebenarnya sudah menjajaki sejak 2009-2013. Mereka melakukan pemboran sebanyak 25 sumur eksplorasi dengan biaya sekitar US$1,9 miliar tetapi gagal mendapatkan cadangan migas yang ekonomis. Investasi triliunan rupiah itu dikeluarkan sendiri oleh kontraktor KKS asing. Karena itu, memang perlu investor bermodal besar dan berani ambil risiko untuk melakukan eksplorasi di deepwater. Dalam konteks teknologi deepwater tersebut, telah dikembangkan proyek Indonesia deepwater Development (IDD), yang dioperatori Chevron Indonesia Company di Cekungan Kutai. Selain itu ada Lapangan Jangkrik di Blok Muara Bakau yang dikembangkan oleh ENI Muara Bakau BV yang letaknya bersebelahan dengan Cekungan Kutai. Blok lain adalah Masela di Laut Arafura di Maluku. Pengembangan IDD dilakukan melalui empat Production Sharing Contract (PSC) yaitu: PSC Ganal, Rapak, Makassar Strait dan Muara Bakau. Terdapat lima lapangan gas yang akan dikembangkan dalam proyek IDD ini yaitu Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha dan Gandang. Chevron mengembangkan 28 sumur bawah laut di lima lapangan yang terintegrasi melalui dua Floating Production Unit (FPU) hub dan satu subsea tie-back. Dua FPU hub tersebut adalah Hub Gendalo yang merupakan fasilitas yang akan mengintegrasikan Lapangan Gendalo, Maha, dan Gandang di kedalaman 2.200 sampai 5.600 kaki dan Hub Gehem yaitu fasilitas produksi Lapangan Gehem di kedalaman 6.000 kaki. Sementara Lapangan Bangka di kedalaman 3.200 kaki akan menjadi subsea tie back ke FPU West Seno yang sudah ada dan dioperasikan oleh Chevron. Sementara, pembangunan Lapangan Jangkrik lewat terminal produksi apungnya (Floating Production Offshore/ FPO) selesai dibangun kurang dari dua tahun. FPO ini dibangun dengan kapasitas kurang lebih 450 Million Metric Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) plus minyak kondensat 4.000 barel per hari (bph). Lapangan ini berlokasi pada kedalaman air 450 meter dengan jarak 70 kilometer dari arah timur Balikpapan. Lokasinya terbilang ideal karena dekat dengan sistem pipa Kaltim dan fasilitas LNG Bontang. Proyek Jangkrik dibagi M dalam tiga pekerjaan utama, yakni EPCI 1 yang mencakup rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan instalasi (EPC) unit fasilitas produksi terapung (floating production unit/FPU); EPCI 2 mencakup instalasi fasilitas penerima (receiving facility installation/ RFI); serta sistem produksi lepas pantai (subsea production system/SPS). ENI Muara Bakau BV juga telah meneken Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PT Pertamina (Persero). Setelah proyek ini beroperasi, Pertamina akan mendapat gas alam cair (LNG) sebanyak 1,4 juta ton untuk pasokan dalam negeri. Selain nama-nama tersebut, ada juga Niko Resources yang mengoperasikan 18 blok eksplorasi dan 3 blok sebagai non operator di wilayah kerja West Papua IV dan North Sulawesi Straits. Perusahaan ini cukup efisien dengan bukti biaya pemboran sumur eksplorasi deepwater dengan kedalaman sumur lebih dari 20 ribu kaki dengan biaya kurang dari US$90 juta/sumur. Segala usaha untuk mengeksplorasi cadangan migas deepwater memang ditujukan untuk meningkatkan tingkat cadangan migas baru di Indonesia. Dengan pengalaman dan teknologi mutakhir yang mendukung, eksplorasi dan eksploitasi deepwater menjadi sebuah keniscayaan meskipun dengan risiko yang juga cukup besar. Belajar dari “Deepwater Horizon” eledaknya fasilitas pengeboran Deepwater Horizon pada 20 April 2010 memantik bencana lingkungan terbesar Amerika Serikat. Tumpahan minyak mentah mencemari lingkungan laut di Teluk Mexico dalam kisaran kilometer persegi. Deepwater Horizon yang menggunakan semi-submersible Mobile Offshore Drilling Unit (MODU) itu dioperasikan oleh Transocean. Berada di Lapangan Macondo sekitar 60 km sebelah tenggara Pantai Louisiana dan telah beroperasi sejak 2001. Selain dampak lingkungan yang hebat, ledakan itu menewaskan 11 pekerja dan 17 orang terluka. Padahal dari sisi reputasi, Transocean dianggap salah satu operator deepwater drilling terbaik. Tapi, musibah bisa datang kapan saja. MODU yang digunakan Transocean adalah generasi keempat dari pengeboran deepwater dan dibangun oleh Hyundai Heavy Industries. Platform seharga US$560 juta ini berukuran 121 m x 78 m dan pengeborannya dapat beroperasi hingga kedalaman 2400 meter di bawah laut, bahkan mencapai 10.685 meter dari dasar laut. Karena dampaknya yang luar biasa, kejadian itu menginspirasi pekerja seni Hollywood untuk memindahkan menjadi film. Bagaimana perjuangan pekerja di tengah laut yang tertimpa musibah dapat menyelamatkan diri. Sutradara Peter Berg membesut film dengan judul sama yaitu Deepwater Horizon dan melibatkan sejumlah bintang seperti Mark Wahlberg, Gina Rodriguez, hingga Kurt Russel. Mark William (Mark Wahlberg), sang pemimpin pengeboran dan Andrea Fleytas (Gina Rodriguez) yang menjadi pemimpin tim dan mengakibatkan kebakaran itu harus berjibaku untuk mengatasi kebakaran. Situasi kritis terjadi karena panggilan situasi darurat penjaga pantai terlalu lama untuk ditunggu. Konflik inilah yang digarap oleh Peter Berg bagaimana usaha menyelamatkan diri dengan mencoba menggagalkan kebakaran telah gagal. Sementara, pertolongan yang diharapkan terlalu lama untuk ditunggu. Pendeknya, film ini menceritakan bagaimana pengeboran deepwater sangat berisiko bagi para kru maupun lingkungan. Meski begitu, teknologi deepwater memungkinkan minyak bumi dan gas dapat dieksplorasi dengan dukungan teknologi mutakhir. Oktober 2016 // BUMI 5 Fokus Menata Regulasi yang Bersahabat Cadangan minyak Indonesia masih sekitar 43,7 miliar barel. Tapi, tantangan terbesar adalah cadangan itu berada di kawasan laut dalam. Tim Buletin / [email protected] I ndonesia punya situasi unik terkait sumber daya minyak dan gas bumi (migas). Selain memiliki lapangan minyak di darat sejak puluhan tahun lalu, lautan Indonesia juga menyimpan potensi eksplorasi dan eksploitasi migas yang besar. Memang yang sekarang banyak berproduksi adalah di laut dangkal seperti di Indonesia bagian barat, tetapi sebenarnya cadangan lebih besar ada di kawasan laut dalam (deepwater) dan banyak berada di Indonesia Timur. Salah satu tantangan besar eksplorasi laut di Indonesia Timur adalah ketersediaan teknologi untuk pengeboran deepwater. Perbedaan geografis dan kedalaman laut antara Indonesia Timur dengan Barat membuat eksplorasi deepwater juga lebih sulit dibanding eksplorasi laut dangkal seperti di Indonesia 6 BUMI // Oktober 2016 Barat. Salah satunya ketika mengebor untuk mendapatkan gas alam, di Indonesia Timur butuh kedalaman ratusan meter di bawah laut, sedangkan di Indonesia Barat hanya sekitar puluhan meter seperti di kepulauan Natuna. Sebagai contoh adalah Blok Masela di Laut Arafuru. Blok ini memiliki cadangan gas sebesar 10,73 Triliun Cubic Feet (TCF). Blok ini berada di Laut Arafuru yang dikenal sebagai lautan dalam dan menjadi pertemuan arus antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Tentu dari sisi geografis menjadi tantangan tersendiri untuk mengatasi hambatan alam yang ada. Dengan tantangan dan risiko tak heran eksplorasi deepwater butuh teknologi tinggi dan biaya investasi besar. Kehadiran investor menjadi kebutuhan tak terelakkan. Tapi, menarik investor juga bukan perkara gampang, terutama investor asing karena negara-negara lain juga berlomba ingin memperoleh investasi dari perusahaan yang sama. Karena itu pemerintah mesti menyiapkan regulasi yang bersahabat agar investor mau berdatangan menginvestasikan jutaan dolar untuk mengeskplorasi cadangan migas tersebut. Aturan-aturan yang akan diperbaiki ini di antaranya adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2010 tentang Pengembalian Biaya Operasi dan Pajak di Industri Hulu Migas. Aturan tersebut saat ini dianggap tidak tepat karena menetapkan pajak kepada kontraktor yang belum berproduksi. Kebijakan lain yang juga terus dikaji adalah soal bagi hasil yang disesuaikan dengan kondisi maupun situasi lapangan migas yang berbeda-beda. Selain itu, regulasi yang akan dibenahi adalah kemungkinan memperpanjang masa kontrak yang meliputi tahap eksplorasi dan eksploitasi. Beberapa negara di Afrika yang dikenal memiliki eksplorasi deepwater sejak beberapa waktu lalu berani menetapkan masa kontrak hingga 50 tahun. Dengan durasi seperti ini, minat investor ke negara tersebut menjadi lebih tinggi. Pembenahan regulasi tersebut sejalan dengan survei yang dilakukan oleh PwC Indonesia dan dirilis Mei 2016. Dari survei tersebut dapat menjadi tolok ukur bahwa ada lima tantangan besar terkait investasi di sektor migas. Pertama, keabsahan kontrak dan kepastian seputar perpanjangan kontrak bagi hasil. Kedua, kurangnya kebijakan dan visi yang konsisten antar lembaga pemerintah. Ketiga, penerbitan peraturan mengenai perpajakan atau penggantian biaya (cost recovery) yang berdampak pada ketentuan kontrak bagi hasil. Keempat, ketidakpastian seputar cost recover. Kelima, ketiadaan pihak yang secara otoritatif mampu menyelesaikan adanya sengketa atau perselisihan yang terjadi di berbagai kementerian dan lembaga. Apabila aspek-aspek ini dapat diselesaikan maka daya tarik iklim investasi Indonesia untuk sektor hulu migas diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Selain dari pembenahan beleid, masyarakat harus berperan aktif menciptakan iklim ramah investasi. Jangan sampai ketika investor sudah datang tetapi masih saja terkendala dengan masalah sosial di lapangan untuk pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi migas. Alhasil, bila pembenahan regulasi tersebut potensi migas di laut dalam akan menghambat laju penurunan produksi minyak bumi di Indonesia sehingga impor minyak tidak terus bertambah. Oktober 2016 // BUMI 7 Fokus Menjawab Tantangan Eksplorasi Deepwater Data menunjukkan bahwa eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) deepwater (laut dalam) menyumbang 30-50% produksi migas dunia. Di Indonesia, cadangan migas deepwater masih banyak yang belum dieksplorasi maupun eksploitasi. L Tim Buletin / [email protected] apangan migas lepas pantai memang punya peran penting dalam memasok permintaan terhadap migas dunia. Saat ini cadangan minyak bumi lepas pantai sekitar 280 miliar barel di seluruh dunia, sementara untuk lepas pantai deepwater menyumbang sekitar 30% dari produksi global. 27% dari lapangan deepwater itu beroperasi pada kedalaman hingga 300 meter dari dasar laut. Sedangkan secara teknologi, saat ini pengeboran dapat dilakukan hingga kedalaman lebih dari tiga ribu meter dari dasar laut meskipun butuh investasi sangat besar. Seperti dilansir oleh Lukoil yang merilis laporan bertajuk Global Trends in Oil and Gas Market 2025, tantangan yang dihadapi oleh eksplorasi migas deepwater adalah soal teknologi dan kendala pajak seperti yang terjadi di negaranegara yang telah menerapkan teknologi ini seperti di Afrika (Nigeria dan Angola). Dalam pandangan lembaga ini, harga minyak bumi yang paling ideal dengan penerapan teknologi 8 BUMI // Oktober 2016 deepwater ada di level US$50-90 per barel bergantung pada wilayah produksi dan kedalaman laut. Setelah 2015, menurut Lukoil, sejumlah lapangan migas yang diproduksi dari laut dalam akan memperbesar pertumbuhan produksi migas dunia (lihat tabel). Menurut Michael C.Daly, praktisi eksplorasi migas dari Inggris yang berpengalaman lebih dari 30 tahun saat berbicara di Imperial College Inggris mengatakan bahwa teknologi deepwater memungkinkan pengeboran makin dalam dari dasar laut dan akan didukung oleh pasokan data seismik yang lebih terjangkau. Dalam konteks Indonesia, pengembangan lapangan minyak deepwater memang harus disiapkan dari sisi sumber daya manusia. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam hal ini sebagai wakil pemerintah mesti memahami teknologi terkini termasuk fasilitas produksi termutakhir dalam bisnis hulu migas termasuk teknologi deepwater. SKK Migas diharapkan dapat memberi solusi tepat untuk membantu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) menjalankan bisnis hulu migas secara efektif dengan biaya yang efisien. “Personel SKK Migas adalah yang mengendalikan dan mengawasi operasi Production Sharing Contract (PSC) untuk eksplorasi maupun eksploitasi migas. Maka SKK Migas harus memiliki pengetahuan yang kuat di bidang teknologi upstream oil and gas,” ujar Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi beberapa waktu lalu. Menurut Amien, penguasaan teknologi adalah sebuah keharusan agar SKK Migas dapat mengawasi maupun memberi saran yang tepat, efektif dan efisien kepada PSC dalam mencari, membangun, memproduksi dan memonetisasi migas di Indonesia. Penerapan teknologi yang tepat pada bisnis hulu migas ditujukan juga untuk mendapatkan cadangan migas yang besar bagi Indonesia. Penerapan teknologi tersebut diharapkan dapat meningkatkan lifting migas dan tetap menekan cost recovery. “Saya yakin dengan cara-cara itu, otomatis penerimaan minyak dan gas negara dapat optimal,” tandasnya. Dengan pemilihan teknologi yang tepat, maka pengembangan lapangan dapat lebih ekonomis. Hal ini tentunya dapat memberi hasil terbaik bagi negara, industri hulu migas, Kontraktor KKS dan juga penyedia barang maupun jasa untuk bisa tumbuh dan berkembang bersama. Pada workshop akhir September lalu SKK Migas menghadirkan Technip yakni perusahaan yang bergerak di bidang manajemen proyek, engineering/teknologi, dan konstruksi industri hulu migas. Pengalamannya di bidang pengembangan teknologi deepwater telah terjalin dengan beberapa kontraktor migas seperti Chevron dan Eni. Oil & Gas Technology Update Workshop V oleh Technip Indonesia Oleh Agata Citara/[email protected] U ntuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan para pekerja di bidang teknologi deepwater, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengadakan kegiatan “Oil & Gas Technology Update Workshop V” di Jakarta, pada 27 September 2016. Kegiatan difasilitasi Technip, perusahaan service asal Perancis. Technip memiliki dua segmen produk dan service yaitu subsea dan offshore-onshore. Technip Indonesia kini telah bekerja sama dalam bidang Deepwater Development dengan dua PSC, yaitu Lapangan Bangka milik Chevron (2013-2016) dan Lapangan Jangkrik milik Eni (2014-2017). Perusahaan ini telah mengembangkan berbagai macam teknologi. Salah satu yang diunggulkan adalah flexible pipe dimana seperti namanya, pipa ini bersifat fleksibel karena tersusun dari beberapa lapis sambungan pipa. Technip meyakini pipa mereka tersebut bebas karat, tahan tekanan dari luar dan dalam pipa dan bebas leak. Teknologi flexible pipe ini memberi beberapa keuntungan, di antaranya adalah proses instalasi yang lebih ringkas dan rendah risiko karena dapat disambung terlebih dahulu di darat. Fleksibilitas pipa ini pun membuat rute jalur pipa yang lebih pendek, sehingga tidak diperlukan banyak bahan pipa. Mereka pun mengklaim teknologi ini dapat mengurangi Capital Expenditure (CAPEX) dan Operating Expense (OPEX), serta memperkecil risiko dan menghemat waktu. Instalasi flexible pipe ini pun dapat bersifat statis (disambung dari platform) dan dinamis (disambung dari kapal floating production storage and offloading/FPSO). Technip memaparkan pengalamannya dalam kegiatan Enhance Oil Recovery (EOR), Petroleum Remediation Product (PRP), serta kegiatan upstream offshore reservoir dengan kandungan karbon dioksida (CO2) yang tinggi. Untuk reservoir berkandungan CO2 tinggi, Techip memiliki CO2 Removal System yang disebut K5. Dalam sistem ini, ada teknologi yang disebut Flare System Design with Pressurized Flare yang berfungsi untuk mencegah pembekuan CO2 setelah dilepas atau blowdown. Sistem ini telah digunakan Technip di Libra Field, Brazil yang memiliki kandungan CO2 lebih dari 70% pada periode 2014-2015. Oktober 2016 // BUMI 9 Seremonial SKK MIGAS PUSAT SKK Migas Transfer Data Wilayah Kerja Migas Aceh Ke BPMA data dan arsip lainnya disesuaikan dengan diperolehnya data dan arsip tersebut,” ujar Amien saat memberikan sambutan dalam acara serah terima tersebut. S Oleh Suhendra Atmaja/satmaja @skkmigas.go.id atuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mulai menyerahkan data dan arsip wilayah kerja minyak dan gas bumi (migas) kepada Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA). Penyerahan ini dilakukan Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi kepada Kepala BPMA Marzuki Daham di Pusat Arsip SKK Migas, Tangerang, Banten, 7 Oktober lalu. “Pada hari ini SKK Migas dengan BPMA melaksanakan penandatanganan Berita Acara Serah Terima sebagian data/ arsip dengan lampiran daftar data dan arsip yang telah kami data. Secara bertahap kami tetap akan selalu menyerahkan Penyerahan data dan arsip tersebut merupakan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2015 (PP 23/2015) tentang Pengelolaan Bersama Sumber Daya Alam Minyak dan Gas Bumi Aceh. Peraturan ini merupakan implementasi dari Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. “Kami mengharapkan dukungan pemerintah pusat dan Pemerintah Aceh agar BPMA segera dapat beroperasi secara independen dan memberikan kontribusi penerimaan negara sektor migas yang lebih baik,” ujar Kepala BPMA Marzuki Daham. Saat ini terdapat 11 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) yang beroperasi di Aceh. Dari 11 kontraktor tersebut, 2 sudah dalam tahap produksi, 3 sedang dalam fase pengembangan lapangan, dan sisanya masih dalam tahapan eksplorasi. Kepala SKK Migas Apresiasi Pertamina Buat Anjungan Lepas Pantai Sendiri K Oleh Adhitya Cahya Utama/acutama @skkmigas.go.id epala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi, mengapresiasi Pertamina yang telah mampu membuat Anjungan Lepas Pantai sendiri. Hal ini disampaikan Amien kepada sejumlah wartawan saat melakukan kunjungan kerja ke Anjungan Lepas Pantai Pertamina Hulu Energi (PHE)-24, yang merupakan bagian dari lapangan terintegrasi tahap pertama (Proyek EPCI-1) di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) di sebelah Barat Daya Pulau Madura, Jawa Timur, 12 Oktober 2016 lalu. Menurut Amien, SKK Migas pada 12 Agustus 2016 mengeluarkan edaran tentang kewajiban penggunaan galangan kapal dan atau fabrication shipyard dalam negeri. Inti bunyinya, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) wajib mensyaratkan kepada penyedia barang/jasa untuk melakukan pekerjaan di dalam negeri dalam hal melakukan pembangunan/pemeliharaan anjungan 10 BUMI // Oktober 2016 lepas pantai, Floating Production Storage and Offloading (FPSO), Floating Storage and Offloading (FSO), Floating Storage Regasification Unit (FSRU), Floating Liquefied Natural Gas (FLNG), dan juga fasilitas sejenisnya termasuk membangun kapal baru/ konversi kapal baru dan lain-lain. Dengan proyek PHE 24 ini, imbuh Amien, maka berarti Pertamina telah memenuhi apa yang ada dalam surat SKK Migas. “Ini menjadi bukti bahwa ternyata Indonesia mampu. Ke depan SKK Migas akan tetap mengawasi keseluruhan terkait pembuatan galangan, maupun pemeliharannya yang dipersyaratkan dibuat di dalam negeri,” kata Amien. SKK MIGAS SUMATERA BAGIAN UTARA 1. RAPAT KOORDINASI SKK Migas Sumbagut bersama seluruh Kontraktor KKS Sumbagut melaksanakan Rapat Koordinasi Sekuriti di Hotel Novotel Pekanbaru, yang dilaksanakan pada 29 September 2016. Pada hari kedua kegiatan turut hadir sebagai narasumber Komjen Pol (Purn) Oegroseno (mantan Wakapolri) yang memberikan arahan tentang sistem pengamanan yang efektif pada perusahaan Kontraktor KKS dengan memanfaatkan Satuan Pengamanan (Security/ Satpam) Riau beserta jajaran dan Manajemen Kontraktor KKS Wilayah Sumbagut. 2. KUNJUNGAN KOMISI VII DPR RI KE PT CPI Anggota Komisi VII DPR RI, Satya W Yudha, Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas, Gunawan Sutadiwiria dan Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut berserta Kementerian ESDM, BLH Provinsi Riau, Dinas ESDM Provinsi Riau melakukan kunjungan lapangan Bioremediasi ke Manajemen Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) di Minas, Provinsi Riau, pada 15-16 September 2016. 3. SOSIALISASI PMK NO.09/2016 Kepala Urusan Adm & Keuangan SKK Migas Sumbagut, Supriyono bersama Staf Adm & Keuangan Perwakilan SKK Migas Sumbagut melaksanakan Sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan No. 09/PMK.02/2016 tentang Tata Cara Pembayaran Pajak Air Permukaan, Pajak Air Tanah, dan Pajak Penerangan Jalan Untuk Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yang Dibayarkan Oleh Pemerintah Pusat kepada Stakeholder dan Kontraktor KKS Wilayah Kepulauan Riau sekaligus pelaksanaan Penandatangan Berita Acara Pemakaian Air Tanah, Air Permukaan, dan Pajak Penerangan Jalan Non PLN Periode April-Juni 2016 Kontraktor KKS Wilayah Kepulauan Riau di Batam pada 19 September 2016. 4. SOSIALISASI PERPAJAKAN BISNIS PERHOTELAN Kepala Urusan Adm & Keuangan SKK Migas Sumbagut, Supriyono, bersama Bendahara Pengeluaran dan BPP, staf Subbag Bagian Keuangan Internal SKK Migas Jakarta, Staf Adm & Keuangan Perwakilan SKK Migas Sumbagut mendampingi Pejabat KPP Pratama Batam Utara melaksanakan sosialisasi perpajakan bisnis perhotelan kepada Manajer Sales Marketing dan Finance & Accounting Staff perwakilan dari Hotel – hotel di Batam pada 20 September 2016. 5. RAPAT KORDINASI SKK Migas Sumbagut bersama Kontraktor KKS Wilayah Riau melaksanakan rapat koordinasi Bahan Peledak Wilayah Riau di Hotel Novotel Pekanbaru, pada 28 September 2016. Hadir sebagai narasumber Penasehat Ahli Kepala SKK Migas bidang keamanan, beserta seluruh jajaran dan Manajemen Kontraktor KKS Wilayah Riau. 1 2 3 4 5 6 7 6. KUNJUNGAN KERJA DEN Kunjungan Kerja Tim Teknis Dewan Energi Nasional (DEN) yang diketuai Saleh Abdurahman, Kepala Biro Fasilitas Penanggulangan Krisis dan Pengawasan Energi melakukan diskusi rencana identifikasi dan kemungkinan pemanfaatan storage untuk penyimpanan Cadangan Penyangga Energi (CPE) serta mencari informasi mengenai storage yang dioperasikan Kontraktor KKS PT CPI. Dihadiri Kasubdin Operasi Pengangkutan & Penyimpanan SKK Migas, Pj. Ka. Urusan Adm & Keuangan Sumbagut, dan Perwakilan Manajemen PT CPI di RCC Rumbai Camp dilanjutkan kunjungan lapangan yang dilaksanakan di Wilayah Operasi Minas, Kontraktor KKS PT CPI, pada 14-15 September 2016. 7. RAPAT KOORDINASI PROGRAM TJS Humas SKK Migas Sumbagut dan Manajemen Kontraktor KKS Wilayah Kepulauan Riau (Premier Oil Natuna Sea B.V, ConocoPhillips Indonesia INC. LTD, Star Energy (KAKAP) LTD, TAC Pertamina –Pertalahan Arnebatara Natuna dan Santos Northwest Natuna B.V) bersama Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Natuna melakukan Silaturahmi dan Rapat Koordinasi terkait Program Tanggung Jawab Sosial (TJS) di Kabupaten Natuna di Kantor SKK Migas Jakarta, pada 28 September 2016. Oktober 2016 // BUMI 11 Seremonial SKK MIGAS SUMATERA BAGIAN SELATAN 1. KUNJUNGAN KERJA KE BLOCK STATION – TEP Wakil Kepala SKK Migas M.I Zikrullah beserta Tim SKK Migas Pusat dan Perwakilan Sumbagsel melaksanakan kunjungan kerja ke lokasi proyek Block Station – Tropik Energi Pandan (TEP) yang merupakan bagian dari Pengembangan Lapangan Ario Damar dan Sriwijaya di Wilayah Kabupaten Musi Rawas, pada 31 Agustus 2016. 1 2 3 4 5 6 2. KUNJUNGAN KERJA KE PEP Wakil Kepala SKK Migas M.I Zikrullah beserta Tim SKK Migas Pusat dan Perwakilan Sumbagsel melaksanakan kunjungan kerja ke lokasi SP Musi Barat dan Timur (Pertamina EP Asset 2 Field Pedopo) di Kab. Musi Rawas pada 1 September 2016 dan SPG Kuang dan Paku Gajah (Pertamina EP– PGDP) di Kab.Baturaja, pada 2 September 2016. 3. KUNJUNGAN KERJA KE PT PUSRI , PGN DAN PERTAGAS Wakil Kepala SKK Migas M.I Zikrullah beserta Tim SKK Migas Pusat dan Perwakilan Sumbagsel melaksanakan kunjungan kerja ke PT PUSRI, PERTAGAS (Southern Sumatra Area) dan PGN Palembang, pada 3 September 2016. 4. COFFEE MORNING SKK Migas Sumbagsel – Kontraktor KKS Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin melaksanakan kegiatan Coffee Morning bersama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin di Hotel Ranggonang Sekayu, Kabupaten Muba, pada 16 September 2016. 5. MEDIA FIELD TRIP SKK Migas Sumbagsel – Kontraktor KKS Wilayah Jambi melaksanakan Media Field Trip bersama Forum Jurnalis Migas (FJM) Jambi ke PetroChina Int’l Jabung Ltd, pada 6 September 2016. 7 9 9. STAND TERBAIK 1 SKK Migas Sumbagsel bersama Kontraktor KKS Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) berpartisipasi dan ditetapkan sebagai Stand terbaik 1 dalam kegiatan Muba Expo tahun 2016 yang diselenggarakan tanggal 28 September 04 Oktober 2016 bertempat Lapangan Gelanggang Remaja Sekayu - Muba. 12 BUMI // Oktober 2016 8 10 10. RAKOR KEHUMASAN SKK Migas Sumbagsel malaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) Kehumasan Perizinan dan Sosialisasi Mekanisme Pengadaan Tanah Skala Besar bersama Kontraktor KKS Wilayah Sumabagsel. Rakor dilaksanakan di dua tempat, yakni Kantor Penghubung Jambi SKK Migas Sumbagsel dan Kantor Perwakilan SKK Migas Sumbagsel, Palembang pada 30 September 2016. 6. MONITORING ILLEGAL DRILLING SKK Migas Sumbagsel bersama Pemerintah Kabupaten Sarolangun, Jambi melakukan peninjauan secara langsung ke lokasi Illegal Drilling yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Lubuk Napal Kecamatan Pauh Kab. Sarolangun, Jambi, pada 13 September 201. 7. PENANDATANGANAN KERJA SAMA PENGAMANAN KHUSUS OPERASIONAL CONOCOPHILLIPS (GRISSIK) SKK Migas – ConocoPhillips (Grissik) bersama Kepolisian Daerah Sumatera Selatan melaksanakan penandatanganan kerja sama pengamanan khusus di Polda Sumsel, pada 20 September 2016. 8. PROGRAM EDUKASI DI PERGURUAN TINGGI SKK Migas dan Kontraktor KKS Jambi melaksanakan kuliah umum di Universitas Negeri Jambi,Kuliah ini diikuti oleh Mahasiswa dari Universitas Negeri Jambi dan Universitas Batanghari dan dilaksanakan pada 27 September 2016. SKK MIGAS JAWA, BALI & NUSA TENGGARA 1. MONITORING LAPANGAN PROGRAM PKPO SKK Migas Jabanusa melakukan monitoring dan tinjauan lapangan terhadap Program Kehumasan Penunjang Operasi (PKPO) berupa pelatihan penanaman dengan metode hidroponik, pembuatan coolbox dan bantuan infrastruktur program dari Kontraktor KKS Petronas Carigali Ketapang II Ltd di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, 1 September 2016. 2 PEMBAHASAN UKL/UPL SKK Migas Jabanusa melakukan pembahasan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL/UPL) Kontraktor KKS Petrojava North Kangean Inc di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur pada 20 September 2016. 3. LOKAKAKARYA MEDIA PERIODE-II 2016 SKK Migas Jabanusa beserta Kontraktor KKS Cluster (PHE WMO, Petronas Carigali Ketapang II Ltd, Kangean Energy Indonesia Ltd, HCML, dan Santos) menyelenggarakan Lokakarya Media Periode II dengan agenda Kunjungan Program konservasi mangrove berbasis pemberdayaan masyarakat pesisir (Si Komo Pasir) di Desa Labuhan, Bangkalan dan workshop media di Kabupaten Pasuruan pada 20-21 September 2016. 4. KUNJUNGAN KESEKURITIAN DAN OPERASI Untuk meningkatkan keamanan di lingkungan Kontraktor KKS dan kelancaran operasi di lapangan, secara periodik SKK Migas Jabanusa melakukan kunjungan kesekuritian dan kunjungan operasi ke wilayah kerja Santos yang bertempat di Grati, Kabupaten Pasuruan pada 27 September 2016. 1 2 3 4 5 6 5. EXIT MEETING PENGAWAS INTERNAL Sehubungan telah terlaksananya kegiatan audit yang dilakukan oleh Pengawasan Internal di seluruh Perwakilan SKK Migas, SKK Migas Jabanusa menjadi host untuk kegiatan Exit Meeting Pengawas Internal. Kegiatan ini dihadiri seluruh perwakilan SKK Migas se-Indonesia pada 27 September 2016. 6. EDUKASI MAHASISWA DANA AKADEMISI Guna mengedukasi mahasiswa dan akademisi mengenai kegiatan hulu migas, SKK Migas Jabanusa bekerja sama dengan LPPM STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro menyelenggarakan kuliah umum untuk sepuluh universitas/perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Bojonegoro pada 28 September 2016. 7 7. KOORDINASI PENGEMBANGAN LAPANGAN SKK Migas Jabanusa bersama Kontraktor KKS Husky-CNOOC Madura Ltd melakukan kunjungan kerja dan rapat koordinasi ke Kabupaten Sampang yang diterima oleh Wakil Bupati Sampang dan Muspika untuk membahas kegiatan pengembangan lapangan BD Kontraktor KKS HCML. Rapat koordinasi diselenggarakan pada 28 September 2016. 8. KULIAH UMUM DI ITATS SKK Migas Jabanusa menyelenggarakan kuliah umum di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) yang dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke Central Processing Facilities Wunut Kontraktor KKS Lapindo Brantas Inc pada 15 September 2016. 8 Oktober 2016 // BUMI 13 Seremonial SKK MIGAS KALIMANTAN DAN SULAWESI 1. KOORDINASI BERAKHIRNYA WK SANGASANGA SKK Migas Kalsul bersama Ditjen Migas, SKK Migas, VICO Indonesia dan PT. Pertamina (Persero) melakukan Kunjungan Lapangan dan Rapat Koordinasi sehubungan akan berakhirnya Kontrak WK Sanga-sanga di Mutiara Central Plant VICO Indonesia, pada 17 September 2016. 1 3 5 7 2 4 6 8 3. PROGRAM TJS OPHIR ENERGY SKK Migas Kalsul melakukan peninjauan lapangan kegiatan Tanggung Jawab Sosial (TJS) Kontraktor KKS Ophir Energy di Barito Utara pada 27-28 September 2016. TJS dilakukan di Desa Luwe Hulu, Desa Karendan dan Desa Muara Pari. Program yang diberikan di antaranya fasilitas air bersih, Tanaman Obat Keluarga dan Sayur Organik. 4. SOSIALISASI SEISMIK 2D SKK Migas dan Kontraktor KKS Komodo Energy Babai Tanjung Ltd melaksanakan Sosialisasi Kegiatan Survei Seismik 2D Wilayah Kerja Blok Babai di Wilayah Kabupaten Barito Timur (Bartim) pada 14 September 2016. Kegiatan di laksanakan di Ruang Rapat Bupati Bartim dan dihadiri Asisten 2 Pemkab Bartim, Distamben Bartim, Kapolres Bartim dan perwakilan kecamatan. 5. SHARING SESSION PPLB Guna memberi pemahaman pada masyarakat luas dan jurnalis terkait Perjanjian Pemanfaatan Lahan Bersama (PPLB), SKK Migas Kalsul menggelar Sharing Session dan jumpa pers di Hotel Grand Tjokro Balikpapan 26 September 2016. Kegiatan dihadiri oleh Kepala SKK Migas Kalsul, Kepala Operasi SKK Migas Kalsul dan diikuti oleh 30 wartawan peserta. 6. KUNJUNGAN KERJA DPRD KUKAR Komisi II DPRD Kabupaten Kutai Kartangera melakukan Kunjungan Kerja ke kantor SKK Migas Kalsul pada 30 September 2016. Dalam kunjungan ini, anggota dewan berkoordinasi terkait rencana perlintasan jalur pipa oleh PT Alam Jaya Persada yang akan membuka perkebunan sawit. Pada kunjungan ini hadir pula Kepala SKK Migas Kalsul, Kepala Operasi SKK Migas Kalsul dan Kepala Urusan Administrasi dan Keuangan SKK Migas Kalsul. 9 8. EDUKASI DAN MEDIA GATHERING WILAYAH KALSUL SKK Migas dan Kontraktor KKS Wilayah Kalsul menggelar Edukasi dan Media Gathering yang dilaksanakan di Makassar pada 21-22 September 2016. Kegiatan bertujuan untuk memberikan pemahaman jurnalis media lokal mengenai industri hulu migas. 14 2. KUNJUNGAN KE PANGDAM VI MULAWARMAN SKK Migas Kalsul dan PT. Pertamina EP Asset 5 melakukan audiensi kepada Pangdam VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Johny L. Tobing. Kegiatan ini bertujuan untuk Silaturahmi dan Koordinasi Kegiatan Usaha Hulu Migas dengan stakeholder (para pemangku kepentingan). Kunjungan dilaksanakan di Makodam VI/Mulawarman Balikpapan, pada 21 September 2016. BUMI // Oktober 2016 9. KOORDINASI PERIZINAN & PENGELOLAAN BAHAN PELEDAK Rapat Koordinasi Perizinan & Pengelolaan Bahan Peledak Kontraktor KKS Wilayah Kalsul dilaksanakan pada tanggal 28 – 29 September 2016, di Berau. Hadir dalam kegiatan ini Polda Kaltim, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Ditjen Migas, Profesional Bahan Peledak dan Divisi Pengelolaan Rantai Suplai SKK Migas. 7. KULIAH UMUM IDD SKK Migas Kalsul bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan (HMTP) STT Migas Balikpapan menggelar kuliah umum usaha hulu migas tentang Indonesia Deepwater Development (IDD) Chevron di Hotel Novotel Balikpapan, 27 September 2016. Kegiatan ini menghadirkan Kepala UPP IDD SKK Migas dan tim dari Chevron sebagai narasumber. SKK MIGAS PAPUA DAN MALUKU 1. KUNJUNGAN KERJA KE PEMKAB RAJA AMPAT SKK Migas Pamalu melakukan Kunjungan Kerja ke Kantor Pemerintah Kabupaten Raja Ampat pada 1 September 2016. Turut hadir Wakil Bupati Raja Ampat, Asisten II Setda Kabupaten Raja Ampat, Kepala Dinas Pertambangan Kabupaten Raja Ampat, Kepala Perwakilan Pamalu, dan Field Manager JOB PPS. 2. PENUTUPAN PELATIHAN OPA/CRANE OPERATOR Kontraktor KKS BP Berau Ltd. melaksanakan Penutupan Pelatihan OPA/Crane Operator. Acara diselenggarakan di Cepu, pada 6 September 2016. 3. SOSIALISASI PRODUK HASIL SWADAYA MASYARAKAT TELUK BINTUNI PT SUBITU Kreasi Busana melakukan sosialisasi produk hasil swadaya masyarakat asli Kabupaten Teluk Bintuni. Kegiatan yang ikut didampingi oleh Kontraktor KKS BP Berau Ltd. ini dilaksanakan pada 9 September 2016. 1 2 3 4 5 6 7 8 4. SHARING MEDIA DAN KONTRAKTOR KKS SKK Migas Pamalu beserta Kontraktor KKS Genting Oil Kasuri Pte Ltd, BP Berau Ltd, dan Petrogas (Basin) Ltd mengadakan kegiatan Sharing Session dengan media Jayapura pada 15 September 2016. Kegiatan ini turut dihadiri Ketua Forum Energi Papua. 5. DISKUSI LIVE DI TVRI SKK Migas Pamalu melakukan Diskusi Live di Studio TVRI Jayapura pada 16 September 2016. Diskusi ini turut dihadiri oleh Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Pamalu, Akademisi Universitas Cenderawasih, Kepala Urusan Humas Pamalu, Kepala Urusan Operasi dan Kontraktor KKS Genting Oil Kasuri Pte. Ltd. dan BP Berau Ltd. 6. TEMU MEDIA DI MANOKWARI SKK Migas Pamalu beserta Forum Papua, Kontraktor KKS Genting Oil Kasuri Pte., BP Berau Ltd., Petrogas (Basin) Ltd. melakukan kegiatan Sharing Session (Temu Media) bersama Media Manokwari. Kegiatan ini diselenggarakan pada 17 September 2016. 7. KULIAH UMUM DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SKK Migas Pamalu mengadakan Kuliah Umum di Universitas Muhammadiyah, Sorong pada 22 September 2016. Kontraktor KKS PT Pertamina EP Asset-5 Field Papua, JOB Pertamina – PetroChina Salawati dan BP Berau Ltd turut menjadi narasumber. Kuliah Umum ini juga diikuti oleh mahasiswa Universitas Nani Bili, Universitas Victory Sorong, Universitas Papua Manokwari Sorong dan Politeknik Saint Paul Sorong. 8. SHARING SESSION DI RRI SORONG SKK Migas Pamalu beserta Forum Wartawan Energi Papua, RRI Sorong, Kontraktor KKS PT Pertamina EP Asset-5 Field Papua, JOB PPS, BP Berau Ltd., Petrogas (Basin) Ltd dan Media Sorong melakukan kegiatan Sharing Session. Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor RRI Sorong, pada 22 September 2016. 9 9. KULIAH UMUM DI UNCEN SKK Migas Pamalu beserta Kontraktor KKS BP Berau Ltd., Genting Kasuri Pte. Ltd. dan Petrogas (basin) melaksanakan kegiatan kuliah umum di Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua. Kegiatan dilaksanakan pada 14 September 2016 dan diikuti oleh mahasiswa Uncen dan Universitas Ottow & Geisler. Oktober 2016 // BUMI 15 Figur Mendorong Pengembangan Eksplorasi Migas Deepwater di Proyek IDD Kegiatan eksplorasi hulu minyak dan gas bumi (migas) offshore (lepas pantai) di laut dalam Indonesia yang mengarah ke perairan Indonesia Timur sudah mulai beroperasi. Salah satunya adalah proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) yang dioperasikan Chevron. Proyek ini telah menjadi bagian dari lima (5) Unit Pengembangan Proyek (UPP) strategis Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). U Oleh Suhendra Atmaja/[email protected] PP dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kepala SKK Migas, yang bertujuan untuk menangani proyek-proyek strategis di sektor hulu migas di Indonesia. Proyek strategis itu di antaranya adalah Lapangan Abadi Blok Masela, Banyu Urip dan Jambaran – Tiung Biru Blok Cepu, IDD di Cekungan Kutai Kalimantan Timur, Lapangan Jangkrik Blok Muara Bakau, dan Tangguh Train-3 Papua. Dari kelimanya, terdapat tiga yang merupakan proyek deepwater, yaitu IDD milik Chevron, Abadi milik Inpex, dan Jangkrik yang dioperasikan Eni. IDD sendiri meliputi 3 Production Sharing Contract (PSC), yaitu: PSC Makassar Strait berakhir tahun 2020, PSC Rapak berakhir tahun 2027, dan PSC Ganal berakhir tahun 2028. Dalam proses pengembangannya, kegiatan hulu migas di laut dalam tidaklah mudah. Keadaan alam di lautan dengan kedalaman di atas 600 meter ini membutuhkan teknologi, konstruksi dan rencana pengembangan yang matang dan tentu saja biaya yang tidak murah. Dalam kondisi demikian, SKK Migas terus mengupayakan semua proyek deepwater tersebut tetap berjalan dan berproduksi seperti yang sudah direncanakan. Kepala UPP IDD SKK Migas Ketut Budiartha mengatakan, kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan deepwater seharusnya dianggap sebagai peluang bagi Indonesia untuk maju. Karena industri migas sudah seperti lokomotif bagi industri-industri lainnya di dalam negeri. Kepada tim BUMI, yang mewawancarainya 12 Oktober 2016 kemarin, Ketut memberikan penjelasan secara garis besar terkait tujuan pokok dan fungsi (tupoksi) UPP dan 16 BUMI // Oktober 2016 Ketut Budiartha Kepala UPP IDD SKK Migas pengalamannya dalam pengembangan proyek IDD, termasuk dinamika regulasi yang terjadi, berikut petikanya: Apa saja yang menjadi tupoksi dari UPP IDD SKK Migas? UPP ini bertanggung jawab ke Deputi Pengendalian Operasi. Tugas pokoknya adalah pengendalian, pengawasan, manajemen proyek dalam rangka percepatan produksi migas di Indonesia. Kami bekerja berdasarkan arahan yang tertuang dalam SK. Intinya bagaimana proyek bisa jalan. Di bawah masing-masing UPP ada 5 Spesialis Madya, yaitu Project Engineering; Pengendalian Biaya; Administrasi Kontrak dan Komersial; Perizinan dan Stakeholders Management; dan Pengeboran. Tapi pekerjaan Spesialis Madya ini matriks, artinya tidak dedicated. Semua Spesialis Madya levelnya Kadin (Kepala Dinas), awalnya disebut kelompok kerja. Kalau dulu kan kadin lapor ke satu kadiv (Kepala Divisi), kalau yang ini (Spesialis Madya) bisa bekerja untuk UPP satu dan lainnya. Tapi masing-masing ditetapkan hanya 2 UPP. Untuk persetujuan AFE (Authority of Expenditures), kewenangannya ada di fungsi PPA (Pengendalian Program dan Anggaran). Jadi kami (UPP IDD) mendiskusikan sampai memberikan persetujuan teknis terhadap AFE tersebut, nanti biayanya dan proses persetujuannya dari PPA. Intinya UPP itu fungsinya menangani proyek spesifik untuk Indonesia Deepwater Development. Bagaimana progress pengembangan proyek IDD sampai sekarang? Proyek IDD itu ada 3 hub, tapi lapangannya ada 5. Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Gandang, dan Maha. Jadi persetujuan PoD (Plan of Development/rencana pengembangan lapangan)-nya di 2008 itu adalah 5 lapangan tersebut. Dalam perjalanannya setelah tender ternyata biayanya naik, sehingga di-review kembali, keekonomiannya berubah. Sehingga mereka (Chevron) mengajukan untuk revisi PoD. Daripada revisi PoD berlama-lama, dan perlu waktu dalam mengadaptasi apa yang menjadi permintaan kontraktor, seperti insentif, maka September 2014 pemerintah akhirnya memutuskan agar Lapangan Bangka jalan dulu. Sisanya menunggu revisi PoD. Mengingat Lapangan Bangka hanya membutuhkan pemboran 2 sumur, Bangka-6 dan Bangka-7, yang akan diakomodasi dalam fasilitas produksi yang sudah ada, namanya West Seno Facility. Jadi di sana sudah ada Lapangan West Seno milik Chevron, yang sedang berproduksi dan fasilitas processingnya di laut (offshore). Jadi tidak perlu membangun fasilitas processing lagi, karena menggunakan fasilitas West Seno yang produksinya sudah menurun, sehingga kapasitas dari fasilitas produksi ini masih ada. Kalau lapangan lain harus membangun fasilitas baru sehingga waktu tender biayanya tinggi, sedangkan cadangannya tetap. Jadi keekonomiannya kurang menarik. Sejauh mana West Seno Facility bisa adaptif dengan rencana produksi Lapangan Bangka? Dalam pemanfaatan fasilitas produksi (West Seno), tentu perlu modifikasi agar bisa menampung produksi dari Lapangan Bangka. Upaya ini harus dilakukan agar sesuai dengan karakteristik fluida Lapangan Bangka. Tetapi modifikasi top side (West Seno hub) pekerjaannya jauh lebih kecil dibandingkan membangun. Setelah itu Bangka-6 dan Bangka-7 dibor, kemudian diselesaikan dengan subsea completion (penyelesaian bawah laut) dan outputnya dialirkan ke fasilitas West Seno. Ini semua selesai di Agustus 2016. Sumur selesai di akhir September 2015, lalu dikoneksikan ke fasillitasnya. Jadi semuanya selesai dan siap diproduksi di 16 Agustus 2016. Jadi onstream-nya gas Bangka itu 16 Agustus jam 11 malam. Produksi hariannya, Bangka gasnya 109,25 mmscfd (million metric standard cubic feet per day) dan 3.750 BCPD (barrel condensat per day). Gas dari Bangka ini dialirkan ke Santan Terminal, nanti produksinya untuk memenuhi kebutuhan gas di Kalimantan Timur dan sisanya untuk LNG (liquefied natural gas). Proyek deepwater memiliki risiko sangat tinggi dan high capital. Dibutuhkan insentif agar investor tertarik. Apa saja usaha pemerintah membuat daya tarik pada proyek ini? Secara umum, lapangan yang berhak mendapatkan insentif, ada ketentuannya. Misalnya kalau itu merupakan lapangan pertama di blok tersebut, maka mendapat insentif. Terkait proyek IDD di Lapangan Bangka ini, pada tahap awal mereka (Chevron) mengajukan insentif tapi Surat Keputusan Menteri memutuskan insentif tidak disetujui. Mereka mengajukan investment credit dan insentif cost recovery dan keduanya ditolak. Insentif sangat tergantung dari nilai keekonomian. Kalau masih bagus pemerintah masih mempertimbangkan untuk memberikan insentif. Faktor apa sebenarnya yang membuat investor tertarik investasi di deepwater? Kalau dari teknologi, saya kira sudah banyak yang bisa. Kembali lagi ke cara berpikir investor. Profit tidak? Dibanding disimpan di bank, uang digunakan untuk investasi dengan segala risikonya berapa return-nya? Kalau menarik ayo kita jalan. Ada faktor lain, yaitu energy security, negara-negara yang umumnya tidak punya sumber migas yang banyak, dia akan cari ke luar. Kalau beli saja mungkin kompetitornya banyak, harga fluktuatif dan sebagainya. Tapi kalau sebagai PSC (Production Sharing Contract) maka dia akan lebih firm bahwa di situ ada gas sehingga bisa memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Contohnya Jepang yang menjadi PSCdi Indonesia, yaitu Inpex. Kalau dari pemerintah tentu dari pendapatan. Tapi ada hal lain, yaitu apa yang disebut geopolitik. Seperti Natuna, banyak negara yang mengklaim Natuna sebagai wilayahnya. Padahal masuk dalam daerah kita, berdasarkan perjanjian internasional. Bagaimana kita mengklaim? Di sinilah perlu kehadiran kita. Makanya pemerintah ada misi bagaimana Natuna ini dapat segera dikembangkan. Jadi ada concern geopolitik, khususnya daerah perbatasan. Proyek Abadi, Blok Masela juga perbatasan hampir berdekatan dengan Australia. Kita bisa hadir di sana lalu menempatkan Angkatan Laut dengan alasan mengamankan obvitnas (objek vital nasional). Apa harapan SKK Migas pada semua pihak agar pengembangan migas di deepwater tidak ada kendala berarti? Industri migas ini men-drive untuk industri-industri lainnya. Seperti lokomotifnya. Khusus yang deepwater ini, kita harus buat peluang agar semua PoD yang sudah direncanakan bisa dibangun di Indonesia. Sementara ini kita masih punya keterbatasan, contohnya Masela yang dikatakan tidak bisa dibangun di Indonesia. Padahal itu peluang. Ketika akan ada project tiga atau empat tahun kemudian, kita dari sekarang sudah ada persiapan sehingga mudah-mudahan Indonesia tidak menjawab lagi “Oh itu tidak bisa dibangun di Indonesia”. Kita bisa. Karena jauh-jauh hari kita sudah tahu kebutuhan project kita apa lalu spec dan space yang dibutuhkan seperti apa. Oktober 2016 // BUMI 17 Perspektif Casing Drilling sebagai Solusi Total Loss di Pemboran Struktur Louise Hilangnya lumpur saat sirkulasi masuk formasi (Total Loss) sering menjadi persoalan pada kegiatan pemboran. Feasibility study yang dilakukan sejumlah engineer dari Pertamina EP dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada Struktur Louise melalui teknologi Casing Drilling menjadi solusi dalam mengatasi lamanya waktu penanganan Total Loss. Oleh: Aziz Muslim, Sayid Faisal Abdilla, Jaka Sondang, Andi M. Harahap, Haryo Yuristyanto L ouise Field adalah salah satu lapangan produksi minyak yang berada di Blok Sanga-sanga, wilayah kerja PT Pertamina EP (PEP) Asset-5 Kalimantan Timur. Blok ini mulai dikembangkan sejak 2013. Pada 2014, dengan persetujuan SKK Migas melalui revisi Work Program and Budget (WP&B), PEP menambah rencana kerja pemboran di Struktur Louise sebanyak tujuh sumur. Selanjutnya, pada 2015, PEP kembali membuat rencana kerja 23 sumur di Louise, dengan total sumur yang telah dieksekusi sebanyak delapan sumur. Sehingga total sumur bor yang telah dieksekusi sampai Desember 2015 di struktur Louise sebanyak 16 sumur. Selama ini pemboran di Struktur Louise selalu menemui permasalahan total loss pada interval 40-400 meter. Diketahui, waktu yang diperlukan untuk mengatasi total loss di trayek 17.5” mencapai 2 sampai 16 hari. Sedangkan untuk mengatasi total loss di trayek 12.25” dapat memakan waktu 1.5 sampai 3 hari. Penanganan total loss tersebut pada akhirnya berdampak pada lama pengerjaan pada tiap trayek. Dimana waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan trayek 17.5” berkisar 18 BUMI // Oktober 2016 5.38 sampai 21.29 hari, jauh lebih lama dari yang direncanakan sebelumnya, yaitu 4.11 hari. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan trayek 12.25” berkisar 13.5 sampai 15.19 hari dengan rencana awal 10.39 hari. Lamanya durasi penanganan total loss juga berpotensi terjadinya pipa terjepit. Hal ini secara langsung akan berimbas terhadap tingginya biaya operasi pemboran. (non-productive time) sebesar 20% dari total waktu pemboran. Dimana waktu yang digunakan untuk combating loss mencapai 32% dari total NPT, atau 10 hari kerja. Combating loss ini menghabiskan biaya sekitar US$1,171/ feet. Lihat gambar 1. Evaluasi dan aplikasi variasi jenis Loss Circulation Material (LCM), konsentrasi dan prosedur pemompaan sudah Gambar 1: Drilling Performance Index Pemboran Louise 2014 Berdasarkan hasil evaluasi pemboran tahun 2014 di Struktur Louise, dari 5 sumur bor didapat persentase NPT dilakukan untuk combating loss dengan konsentrasi LCM >120 part per billion (ppb) dan volume yang besar, tetapi sampai saat ini tidak memberikan hasil yang signifikan. Blind Drill dan cement plug menjadi solusi saat ini untuk combating loss di struktur Louise. Solusi ini disebut dengan metode konvensional. Dalam upaya mengatasi lamanya NPT akibat combating loss, maka pada triwulan III tahun 2015, setelah mendapatkan persetujuan dari Dinas Perencanaan Pemboran SKK Migas, PEP melaksanakan feasibility study Casing Drilling Level-2 yang diaplikasikan di sumur terakhir, LSE-1087 (LSE-P1529). Feasibility study dilakukan dengan menggunakan Sumur LSE-1086 yang menggunakan metode konvensional dalam combating loss sebagai pembanding. Hasilnya, pemboran di Sumur LSE-1087 memberikan output yang memuaskan. Sumur LSE-1087 mencapai total depth (TD) di kedalaman 850 meter pada hari ke-10.83 dari rencana 16 hari kerja dengan batuan yang ditemui dari kedalaman 40-400 meter adalah Claystone, Coal dan Sandstone dengan tingkat abrasivitas normal to heavy. Selanjutnya hasil evaluasi dari pemboran LSE-1087 yang menggunakan Casing Drilling Level-2 dibandingkan dengan LSE-1086 yang menggunakan metode konvensional (LCM dan Blind Drilling), dapat dilihat dalam gambar 2. Gambar 2: Perbandingan hasil pemboran LSE-1087 (CDS) dan LSE-1086 (Konvensional) Drilling Level-2 di interval 40400 meter. Dua sumur ini adalah LSE-1088 dan LSE-1089 dengan kedalaman akhir di 1080 meter. Sama seperti Sumur LSE-1087, operasional dua sumur ini berjalan tanpa menemui kendala dan dapat diselesaikan dalam waktu yang sesuai dengan perencanaan walaupun terjadi total loss di kedalaman 231 meter saat casing drilling berukuran 13 3/8”. target yang ingin dicapai, yaitu 30 m/jam. Dari feasibility study ini maka dapat disimpulkan bahwa teknologi Casing Drilling menjadi solusi dalam mengatasi lamanya waktu penanganan total loss pada interval 40-400 meter. Teknologi ini pun meminimalisasi risiko terjepitnya drilling string saat blind drilling, maupun saat pemboran semen ataupun formasi. Pada akhirnya dengan aplikasi teknologi ini akan didapat efisiensi biaya dikarenakan tidak adanya NPT yang diakibatkan oleh kegiatan combating loss, sehingga cocok untuk iklim bisnis oil & gas yang sedang lesu saat ini. Gambar 3: NPT LSE-1087(CDS) Vs LSE-1086 (Konvensional) Rate of Penetration (ROP) (gambar 4) dalam aplikasi Casing Drilling 13” ini pun memberikan hal yang positif terhadap kecepatan penyelesaian pemboran di Louise. Rekor tercepat diperoleh di sumur LSE-1088 dengan 25 m/jam, tetapi hal ini masih di bawah Hasil tulisan ini dimasukkan kedalam event dua tahunan yaitu “DRILLING & WORKOVER TECHNOLOGY FORUM 2016” yang diselenggarakan oleh Pertamina UTC pada 20 – 22 September 2016. Dalam event ini hasil tulisan berhasil mendapatkan juara 3 dalam Best Paper. Dalam diagram di bawah dapat dilihat jika dibandingkan dengan Sumur LSE1086, NPT pada Sumur LSE-1087 yang menggunakan Casing Drilling Service (CDS) sangat jauh lebih kecil yaitu hanya 6.19%. Sedangkan NPT Sumur LSE-1086 mencapai 24.4%. PEP kembali melakukan pemboran 2 sumur di struktur Louise dengan mengaplikasikan metode Casing Gambar 4: Grafik Drilling Time di Lapangan Louise Oktober 2016 // BUMI 19 Spektrum Lifting Minyak Banyu Urip Ke-100: Memenuhi Kebutuhan Energi bagi Kesejahteraan Indonesia Bagaimana kita menilai proyek minyak yang sukses? Apakah dengan keberhasilannya membantu memenuhi kebutuhan energi Indonesia? Capaian keselamatannya yang baik? Atau, dengan pengembangan potensi masyarakat lokal? J Oleh Adhitya C. Utama/acutama @skkmigas.go.id umat, 30 September 2016, proyek minyak Banyu Urip baru saja memenuhi lifting minyak ke seratus. Sebanyak kira-kira 600 ribu barel minyak mentah milik Pemerintah Indonesia diangkut dari Kapal Alir Muat Terapung (Floating Storage and Off-loading / FSO) Gagak Rimang ke Motor Tanker (MT) Gunung Geulis, di lepas Pantai Tuban, untuk dikirim dan diolah di kilang milik Pertamina. Lifting tersebut dihadiri oleh Deputi Pengendalian Operasi, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Muliawan Haji dan President ExxonMobil Cepu Limited, operator Blok Cepu, Daniel Wieczynski. “Lifting ini menandai keandalan fasilitas dan lapangan Banyu Urip untuk membantu memenuhi kebutuhan energi Indonesia,” kata Muliawan. Lifting minyak mentah tersebut diproduksikan dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu, Bojonegoro dan diolah di Central Processing Facility yang berproduksi hingga 185 ribu barel per hari atau sebesar 20% dari kebutuhan target produksi minyak mentah nasional di tahun 2016. Dari sana, minyak dialirkan melalui pipa darat sejauh 72 kilometer hingga ke Pantai Palang, Tuban. Lalu, dilanjutkan melalui pipa bawah laut dan ditampung di FSO Gagak Rimang yang berada 23 kilometer di lepas Pantai Tuban. Proyek minyak Banyu Urip telah memberikan dorongan positif dan kuat terhadap iklim investasi di Indonesia, terutama pada sektor usaha penyediaan jasa dan barang pendukung industri migas. Bidang usaha pendukung tersebut meliputi, antara lain penggunaan dua rig pertama yang dibuat di Indonesia oleh 20 BUMI // Oktober 2016 Pertamina Drilling Service, jasa tenaga kerja, jasa konstruksi, jasa transportasi dan industri manufaktur peralatan migas. Nilai investasi di Proyek Banyu Urip mencapai sekitar US$3.5 miliar. Ini menandakan, meskipun di tengah kondisi turunnya harga minyak dunia, iklim investasi di Indonesia masih kuat dan menarik. Efek berganda dari proyek ini akan mendukung perekonomian nasional dan daerah. Proyek Banyu Urip ini semakin memperkuat kemitraan antara Pertamina dan ExxonMobil, termasuk lebih dari 40 tahun kemitraan di Lapangan Arun, Aceh; kemajuan dari proyek East Natuna dan, di luar negeri, kemitraan untuk mengembangkan Lapangan West Qurna I di Irak. “Kami berterima kasih kepada para mitra Blok Cepu—PT Pertamina EP Cepu dan Badan Kerja Sama Participating Interest (PI) Blok Cepu—Pemerintah Indonesia, khususnya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), beserta Pemda Bojonegoro dan Tuban serta masyarakat atas keberhasilan lifting ke seratus ini,” kata Daniel Wieczynski. Semua hal tersebut dilakukan dengan standar keamanan yang tinggi. Proyek minyak Banyu Urip dikerjakan dengan lebih dari 100 juta jam kerja dengan angka keselamatan yang sangat bagus—bahkan jika dibandingkan dengan proyek sejenis di dunia. Lebih dari 17 ribu pekerja, kebanyakan dari daerah Bojonegoro dan Tuban, turut membantu menyelesaikan proyek ini. Para pekerja tersebut mendapatkan lebih dari 2 juta jam pelatihan dari 2500 sesi pelatihan, termasuk pelatihan tentang aspek keamanan dan keselamatan. Temuan Cadangan Saka Energi Di tengah turunnya harga minyak dan lesunya kegiatan eksplorasi, industri hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia mendapat angin segar. PT Saka Energi Indonesia berhasil menemukan cadangan migas di sumur eksplorasi Sidayu-4V, Blok Pangkah, lepas pantai Jawa Timur. Termasuk penemuan sumur migas terbesar dalam 15 tahun terakhir. K Oleh Adhitya C. Utama/[email protected] egiatan eksplorasi Saka tersebut menindaklanjuti penemuan cadangan migas di sumur eksplorasi Sidayu-3ST1 satu tahun yang lalu, dan membuktikan pelamparan lapisan yang berisi cadangan migas (Tuban, Kujung-1 dan Ngimbang) di sepanjang jalur JS-1 (JS-1 Ridge) di struktur Sidayu. Potensi sumberdaya migas dari Sidayu-4V ini diperkirakan mencapai 300 juta barrel oil equivalent (BOE). Temuan ini berpotensi menambah produksi Saka hingga 2.500 barel per hari (bph). “Keberhasilan Saka ini diharapkan pemicu kesinambungan upaya eksplorasi nasional yang seharusnya tidak pernah berhenti,” kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi saat berkunjung ke fasilitas pengolahan darat Saka (Pangkah) di Gresik, pada 29 September 2016. Direktur Utama Saka Energi, Tumbur Parlindungan menjelaskan, penemuan cadangan migas Sidayu-4V ini merupakan tahap akhir dari eksplorasi struktur Sidayu dan Saka akan melanjutkan proses berikutnya dengan pengajuan rencana pengembangan lapangan (Plan of Development/ POD) pada kuartal III tahun depan. Untuk mencapai target tersebut, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk ini akan melakukan studi terkait penemuan-penemuan sumur eksplorasi yang sudah dilakukan. Dijelaskan, hingga kini cadangan minyak dan gas yang baru ditemukan berada di empat reservoir yang terdiri dari 3 reservoir minyak dan 1 reservoir gas. Saka Energi telah melakukan tes produksi sebesar 1.800 barrel oil per day (bopd). “Lapangan Sidayu bisa menjadi (blok) Cepu yang baru. Target produksi Lapangan Sidayu akan mencapai 10.000 bpd (barrel per day)” kata Tumbur. Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) M.I Zikrullah mengatakan hasil uji tes produksi minyak dari sumur Sidayu4V, masih akan dievaluasi terlebih dahulu. Ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan memastikan semua dampak dan risiko yang ada di blok migas tersebut. Setelah evaluasi, SKK Migas baru bisa memutuskan apakah Saka perlu menambah sumur eksplorasi atau tidak ke depannya. “Kemarin itu baru indikasi dari sumur, nanti dicek lagi bagaimana dampaknya segala macam,” kata Zikrullah. Saat ini produksi Blok Pangkah berasal dari lapangan Ujungpangkah. Sidayu akan menjadi lapangan ke-2 dengan memanfaatkan fasilitas produksi yang digunakan di lapangan Ujung Pangkah. Keberhasilan tersebut semakin mendorong Saka agar tetap melanjutkan kegiatan eksplorasi untuk merealisasikan potensi sumberdaya migas yang telah teridentifikasi di beberapa prospek dengan melakukan pengeboran di bagian utara dan barat Blok Pangkah di tahun 2017- 2018. Pengembangan lapangan berikutnya yang akan ditemukan sampai akhir tahun 2018 diharapkan dapat di produksikan mulai tahun 2022. “Kami mengharapkan kontribusi yang cukup signifikan dari hasil produksi lapangan Sidayu di tahun 2020,” kata Tumbur. Oktober 2016 // BUMI 21 Bianglala Forum Sekuriti: Sinergitas Penegakan Hukum dalam Pengamanan Kegiatan Hulu Migas Oleh Erwin Andriyanto Redy/[email protected] S atuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Perwakilan Jawa, Bali, Madura dan Nusa Tenggara (Jabamanusa) menyelenggarakan Forum Sekuriti 2016 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 7 – 8 September 2016. Kegiatan dilakukan sebagai komitmen untuk terus mendorong sinergitas antar stakeholders (para pemangku kepentingan), terutama di bidang kesekuritian. Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jabanusa, Ali Masyhar mengatakan semua pihak harus memiliki komitmen kuat terhadap bangsa dan negara untuk bersama-sama mendukung kegiatan hulu migas, yang kontribusinya telah terbukti dapat membangun negeri. “Kegiatan hulu migas masih memegang peran penting sebagai pilar penyangga APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara),” katanya. Direktur Pengamanan Objek Vital (Pamobvit), Polda Jatim, Komisaris Besar Yoyok Subagyono mengatakan, seluruh objek vital nasional wajib menjadi sasaran pengamanan oleh Polri. “Pemerintah menetapkan objek vital nasional karena pemerintah memandang ada urgency di dalamnya, yakni bersifat vital dan strategis. Polri harus mampu menjaganya, kecuali wilayah obvitnas tersebut berada dalam wilayah TNI” katanya. Sarasehan SKK Migas – Forum Pemred Pada hari pertama, digelar focus group discussion (FGD). Sedangkan hari berikutnya, rombongan berkunjung ke Desa Wisata Teksas Wonocolo, untuk melihat kondisi penambangan minyak secara tradisional. Dalam pertemuan tersebut, SKK Migas dan Kontraktor KKS mengungkapkan kondisi terkini industri hulu migas. “Kita harus menggenjot investasi agar kegiatan mencari cadangan migas terus digalakkan,” kata Kepala SKK Migas. Oleh Adhitya C. Utama/[email protected] S atuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) menyelenggarakan sarasehan dengan Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) di Cepu, Jawa Tengah pada 30 September hingga 1 Oktober 2016. Kegiatan dihadiri Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, manajemen Kontraktor KKS, dan 13 Pemred media massa nasional. 22 BUMI // Oktober 2016 Ketua Forum Pemred, yang juga Direktur Pemberitaan Metro TV, Suryo Pratomo mengharapkan industri hulu migas terbuka terhadap media massa mengenai apa yang sedang dihadapi. “Beri kami data yang lengkap agar dapat memberikan informasi yang utuh kepada publik dan pemangku kepentingan,” katanya. Sharing Knowledge Petrochemical: Peluang Besar di Tengah Diversity Energy Pasar energi global tengah memasuki fase baru. Permintaan dan harga komoditas mendorong para stakeholder (pemantu kepentingan) untuk mencari inovasi dan memperluas strateginya. Keadaan ini memacu industri petrokimia yang memanfaatkan hasil penyulingan dan konversi minyak dan gas bumi (migas) ini terus berkembang. S Oleh Alfian/[email protected] eiring bertambahnya pendapatan dan jumlah populasi, permintaan atas produk petrokimia ternyata semakin meningkat, terutama di Asia. Banyak contoh produk turunan dari penyulingan dan konversi migas ini, seperti pupuk, kondensat, cat, poliester, bahan tekstil, dan bahan baku manufaktur lainnya. Sebagai negara produsen migas, Indonesia tentu memiliki potensi yang besar dalam industri ini. Membahas potensi industri petrokimia di Indonesia, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengadakan Sharing Knowledge Petrochemical dengan materi di antaranya Petrochemical Business & Value Chain, Current Practices of The Global Petrochemicals Industry – Insights from an Integrated Energy Company, dan Overview Business Process Olefin Petrochemical Industry Indonesia & Relationship with Oil & Gas Sectors. Acara sharing knowledge ini diselenggarakan di Gedung City Plaza Jakarta lantai 9 pada 29 September 2016. Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan Haji mengatakan, industri petrokimia di Indonesia kini terkendala oleh harga yang rendah, sehingga tidak ditemukan keekonomiannya. Dia mengharapkan kelak dapat dibangun kompleks petrokimia yang holistik, dari upstream hingga downstream. “Bila ini dilakukan maka akan memberi nilai tambah bagi peningkatan industri dalam negeri,”kata Muliawan. Dia pun mengharapkan forum ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh karyawan SKK Migas untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait petrokimia bagi pengembangan industri. IHS Markit, salah satu perusahaan global analis perkembangan industri yang menjadi narasumber dalam forum ini menyebutkan, Indonesia sebenarnya memiliki banyak potensi untuk mengembangkan petrokimia karena Indonesia memiliki diversity energy (keragaman energi) yang banyak, seperti minyak, gas bumi, batubara hingga biomassa, yang merupakan bahan dasar untuk petrokimia. Hanya saja masih terdapat beberapa kendala di antaranya iklim fiskal dan regulasi yang kurang kondusif untuk investasi sehingga masih belum terjaminnya pasar produk petrokimia dalam negeri. Selain itu faktor lainnya adalah tingkat kematangan cadangan migas Indonesia yang sudah mature sehingga value produk petrokimia yang dihasilkan tidak dalam level puncak. “Di Indonesia banyak sekali feedstock (bahan baku), jadi walaupun mature tapi tetap ada opsi lain produk petrokimia yang dapat dihasilkan,” kata Director Power Gas Coal Renewables Consulting IHS Markit Asia, James Ooi. Dia menambahkan pertimbangan tentang petrokimia di Indonesia sangat dianjurkan. Karena hingga saat ini, sudah banyak negara yang bersaing dalam industri tersebut. Jangan sampai Indonesia malah tertinggal jauh. Faktanya, pada tahun 2015 Indonesia mengimpor produk petrokimia untuk memenuhi 40%-60% permintaan dengan total nilai US$1,2 miliar. Selain itu, Indonesia pun mengimpor 55%-65% permintaan terhadap bahan turunan downstream senilai US$2,5 miliar. Hal ini sangat disayangkan mengingat Indonesia sebenarnya mampu untuk menghasilkan produkproduk tersebut sendiri. “Harga minyak dunia yang turun menjadi kesempatan besar untuk pasar petrokimia. Dimana cost yang dikeluarkan rendah (karena bahannya merupakan daur ulang dari material lain) tapi permintaannya tinggi. Sangat kompetitif. Inilah waktu yang tepat untuk berinvestasi di petrokimia bagi Indonesia,” kata Vice President Chemical Industry Consulting IHS Markit Asia, John King. “Dengan demikian, Indonesia memiliki kesempatan untuk menaikkan gross domestic product (GDP),” katanya. Oktober 2016 // BUMI 23 MEMBANGUN KEPERCAYAAN PUBLIK Tetap Berkomitmen dalam Membesarkan Bangsa Gedung Wisma Mulia Lt.30 Jl. Jend. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710 24 BUMI // Oktober 2016 www.skkmigas.go.id