memacu eksplorasi

advertisement
42
Oktober 2016
MEMACU EKSPLORASI
DEEPWATER
FOKUS
Menata Regulasi
yang Bersahabat
06
FIGUR
Mendorong Pengembangan
Eksplorasi Migas Deepwater
di Proyek IDD
16
SPEKTRUM
20
Lifting Minyak Banyu Urip Ke-100:
Memenuhi Kebutuhan Energi
bagi Kesejahteraan Indonesia
BIANGLALA
23
Sharing Knowledge Petrochemical:
Peluang Besar di Tengah
Diversity Energy
Oktober 2016 // BUMI
1
DAFTAR ISI
REDAKSI
Pelindung
Amien Sunaryadi
Budi Agustyono
Penanggungjawab
Taslim Z. Yunus
Pemimpin Redaksi
Nyimas Fauziah Rikani
Editor
Heru Setyadi
Ryan B. Wurjantoro
Tim Redaksi
Adhitya C. Utama
Alfian
Febrian Dama Asmara
Agatha Citara
Ruby Savira
Suhendra Atmaja
SALAM REDAKSI
03
Membangun Asa Baru dalam
Pengembangan Migas
Deepwater
04
FOKUS
04
Memacu Eksplorasi
Deepwater
06
Menata Regulasi
yang Bersahabat
08
Menjawab Tantangan
Eksplorasi Deepwater
SEREMONIAL
10
11
12
SKK Migas
Pusat
SKK Migas
Sumatera Bagian Utara
SKK Migas
Sumatera Bagian Selatan
13
SKK Migas
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
14
SKK Migas
Kalimantan dan Sulawesi
15
23
SKK Migas
Papua dan Maluku
FIGUR
16
Redaksi menerima masukan
artikel melalui
[email protected]
[email protected]
Redaksi
Sub Bagian Komunikasi dan
Protokol SKK Migas
2
Mendorong Pengembangan
Eksplorasi Migas Deepwater
di Proyek IDD
16
PERSPEKTIF
18
Casing Drilling sebagai Solusi Total Loss
di Pemboran Struktur Louise
SPEKTRUM
20
21
Lifting Minyak Banyu Urip Ke-100:
Memenuhi Kebutuhan Energi bagi
Kesejahteraan Indonesia
Temuan Cadangan Saka Energi
Alamat
Gedung Wisma Mulia Lt.30
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 42
Jakarta 12710
BIANGLALA
Facebook : Humas SKK Migas
Twitter @HumasSKKMigas
www.skkmigas.go.id
22
Sarasehan SKK Migas – Forum Pemred
23
Sharing Knowledge Petrochemical:
Peluang Besar di Tengah Diversity Energy
BUMI // Oktober 2016
22
Forum Sekuriti: Sinergitas
Penegakan Hukum dalam
Pengamanan Kegiatan Hulu Migas
Salam Redaksi
Membangun Asa Baru dalam
Pengembangan Migas Deepwater
S
Ditambah, sekitar 98% pekerja di proyek yang tengah
dikembangkan itu diisi oleh putra-putri Indonesia.
Penelitian geologi dan geofisika telah mengidentifikasi,
60 cekungan sedimen tersier tersebar di seluruh Indonesia,
dimana 70% terletak di lepas pantai dan lebih dari
setengahnya berada di laut dalam (deepwater). Survei
yang dilakukan Badan Geologi Kementerian 2010-2012,
juga telah memperkuat potensi gas yang ditemukan ada
sekitar 174 triliun kaki kubik dan minyak bumi sebesar
86 miliar barel. Setidaknya ini menjadi peluang untuk
menambah cadangan minyak terbukti Indonesia, yang kini
tersisa sekitar 3,6 miliar barel.
Kita bersyukur, beberapa perkembangan yang terjadi
dalam menjawab dinamika produksi migas Indonesia,
telah direspon oleh pemerintah dan lembaga-lembaga
terkait. Seperti upaya mendirikan Konsorsium Riset Migas
Kelautan Nasional 2016, awal September 2016 lalu dan
upaya revisi terhadap Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
79 Tahun 2010 tentang Pengembalian Biaya Operasi dan
Pajak di Industri Hulu Migas yang dinilai tidak investor
friendly. Pembentukan Konsorsium dan Revisi PP ini
diharapkan dapat meningkatkan gairah investor yang akan
berinvestasi maupun melakukan kegiatan eksplorasi di laut
dalam.
alah satu agenda pembangunan yang tertuang
dalam Nawa Cita adalah membangun Indonesia
dari pinggiran dengan sasaran memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Ini
sejalan dengan prioritas pengembangan eksplorasi dan
eksploitasi industri hulu minyak dan gas bumi (migas)
Indonesia, yang kini tren-nya sudah menuju ke arah timur,
offshore (lepas pantai) dan masuk pada wilayah-wilayah
yang biasanya disebut frontier (pedalaman). Sesuai pesan
Presiden Joko Widodo, pengembangan migas Indonesia,
tidak hanya dapat dilihat dari nilai keekonomian tetapi juga
multiplier effect-nya bagi pertumbuhan dan pengembangan
ekonomi daerah.
Oleh karena itu, munculnya prioritas Unit Pengembangan
Proyek (UPP) migas strategis yang dikoordinasikan Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas), seperti Lapangan Abadi Blok
Masela, Banyu Urip dan Jambaran – Tiung Biru Blok Cepu,
Indonesia Deepwater Development (IDD) di Cekungan
Kutai Kalimantan Timur, Lapangan Jangkrik Blok Muara
Bakau, dan Tangguh Train-3 Papua, diharapkan menjadi
akselerator (pempercepat) dalam peningkatan cadangan
terbukti migas Indonesia di tengah lesunya iklim investasi
dan minimnya penemuan baru dari kegiatan-kegiatan
eksplorasi migas dalam 10-15 tahun terakhir.
Produksi Lapangan Bangka pada proyek Indonesia
Deepwater Development (IDD), pada 16 Agustus
2016 yang dioperatori Chevron Indonesia Company di
Cekungan Kutai melalui fasilitas West Seno milik Chevron,
diharapkan dapat menjadi momentum dan sinyal positif
mulai menggeliatnya produksi migas di Indonesia dari
sisi eksplorasi dan eksploitasi di deepwater (laut dalam).
Tentu ini bukan kerja ringan. Apalagi karakteristik industri
migas sangat padat modal, risiko tinggi, dan mensyaratkan
teknologi tinggi. Karena cerita gagal dalam kegiatan
pengeboran (dryhole) juga pernah terjadi dalam periode
kegiatan eksplorasi 2009-2013. Kala itu 12 perusahaan
Kontraktor Kerja Sama (KKS), kehilangan investasinya
sebesar US$1,9 miliar akibat gagal mendapatkan
cadangan yang dinilai ekonomis, setelah membor di 25
sumur di sekitar 16 blok.
Akhirnya, kita menyambut baik pengangkatan Ignasius
Jonan dan Archandra Tahar sebagai Menteri Energi dan
Sumber daya Mineral (ESDM) dan Wakil Menteri (Wamen)
yang baru. Keduanya memang belum menjelaskan
programnya kepada publik. Mencermati reputasi
keduanya, kami optimis perannya dapat mendorong
dan mempercepat percepatan pada sejumlah kegiatan
proyek di deepwater. Barangkali inilah asa (harapan)
baru di tengah mulai bangkitnya migas dunia, khususnya
Indonesia akibat tekanan harga. Selamat bekerja Pak
Jonan dan Pak Archandra.
TASLIM Z. YUNUS
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat
Oktober 2016 // BUMI
3
Fokus
Memacu Eksplorasi
Deepwater
Potensi eksplorasi migas lepas pantai
(offshore) di laut dalam (deepwater)
Indonesia terbilang besar. Butuh dukungan
regulasi dan insentif agar potensi itu dapat
dimanfaatkan maksimal.
K
Tim Buletin / [email protected]
egiatan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas)
selalu berbanding dengan keadaan cadangan migas.
Ketika kegiatan eksplorasi menurun karena pelbagai
sebab, maka akan terjadi penurunan pengeboran eksplorasi.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2010 tentang
Pengembalian Biaya Operasi dan Pajak di Industri Hulu
Migas. Aturan ini dianggap tidak ramah kepada investor
karena kurang tepat menetapkan pajak kepada kontraktor
Indonesia mengalami hal tersebut. Apabila dibiarkan terus,
cadangan migas Indonesia akan habis dalam beberapa tahun
saja dengan asumsi tingkat produksi tidak ada penurunan
dan tak ditemukannya cadangan migas baru. Inilah sulitnya,
karena untuk menemukan cadangan migas baru dibutuhkan
modal yang sangat besar serta kemauan untuk mengambil
risiko mengingat potensi migas di Indonesia kebanyakan
berada di laut dalam. Berdasarkan data penelitian dan
pengembangan (litbang) Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM), 70 persen cadangan migas Indonesia
terdapat di cekungan-cekungan tersier lepas pantai dan lebih
dari separuhnya terletak di deepwater.
Selain itu, untuk menarik investor, bagi hasil di lapangan
deepwater juga akan berubah. Kemungkinan kontraktor
bisa mendapatkan hasil lebih besar daripada ketentuan
sekarang. Terobosan lain yang sedang juga digodok adalah
perpanjangan masa kontrak pengelolaan migas di deepwater
yang saat ini selama 30 tahun untuk tahap eksplorasi dan
eksploitasi. “Kita sedang mempertimbangkan lama periode
eksplorasi yang optimum berapa, eksploitasi berapa,” ujar
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM,
IGN Wiratmaja Puja. Sebagai perbandingan, di beberapa
negara Afrika mereka menetapkan masa kontrak hingga 50
tahun dan berdampak signifikan terhadap minat investor di
negara-negara tersebut.
Cadangan baru pun sulit ditemukan lagi karena aktivitas
eksplorasi yang menurun.
Temuan cadangan migas yang berada di laut dalam dan
tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, hingga Papua
diperkirakan mencapai 100 miliar barel. Pengembangan
eksplorasi migas deepwater terbilang minim karena risiko
dan biaya investasinya tinggi. Sebagai gambaran untuk
menggarap satu sumur saja dapat menghabiskan US$100
hingga US$125 juta. Karena itu diperlukan insentif untuk
mendorong minat investor. Karena bila terjadi dry hole
(sumur kering) investasi yang telah ditanam bak ditelan
bumi atau hilang begitu saja. Selain faktor itu, tingkat
pengembalian investasi atau Internal Rate Return (IRR)
masih rendah, berkisar 4-5% saja sehingga tak ekonomis
buat investor. Sebagai contoh, beberapa negara telah
menetapkan rata-rata tingkat pengembalian IRR hingga 25%.
Dengan kondisi seperti itu, tak mengherankan bila pemerintah
bertekad keras memperbaiki beleid regulasi investasi di
sektor migas. Salah satu aturan itu adalah melakukan revisi
4
BUMI // Oktober 2016
yang belum berproduksi.
Eksplorasi migas di deepwater meski sulit namun bukanlah
hal mustahil. Sebanyak 12 Kontraktor Kontrak Kerja Sama
(Kontraktor KKS) asing di 16 blok di Indonesia sebenarnya
sudah menjajaki sejak 2009-2013. Mereka melakukan pemboran
sebanyak 25 sumur eksplorasi dengan biaya sekitar US$1,9
miliar tetapi gagal mendapatkan cadangan migas yang
ekonomis. Investasi triliunan rupiah itu dikeluarkan sendiri
oleh kontraktor KKS asing. Karena itu, memang perlu investor
bermodal besar dan berani ambil risiko untuk melakukan
eksplorasi di deepwater.
Dalam konteks teknologi deepwater tersebut, telah
dikembangkan proyek Indonesia deepwater Development (IDD),
yang dioperatori Chevron Indonesia Company di Cekungan
Kutai. Selain itu ada Lapangan Jangkrik di Blok Muara Bakau
yang dikembangkan oleh ENI Muara Bakau BV yang letaknya
bersebelahan dengan Cekungan Kutai. Blok lain adalah Masela
di Laut Arafura di Maluku. Pengembangan IDD dilakukan
melalui empat Production Sharing Contract (PSC) yaitu: PSC
Ganal, Rapak, Makassar Strait dan Muara Bakau. Terdapat lima
lapangan gas yang akan dikembangkan dalam proyek IDD ini
yaitu Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha dan Gandang.
Chevron mengembangkan 28 sumur bawah laut di lima
lapangan yang terintegrasi melalui dua Floating Production Unit
(FPU) hub dan satu subsea tie-back. Dua FPU hub tersebut
adalah Hub Gendalo yang merupakan fasilitas yang akan
mengintegrasikan Lapangan Gendalo, Maha, dan Gandang
di kedalaman 2.200 sampai 5.600 kaki dan Hub Gehem yaitu
fasilitas produksi Lapangan Gehem di kedalaman 6.000 kaki.
Sementara Lapangan Bangka di kedalaman 3.200 kaki akan
menjadi subsea tie back ke FPU West Seno yang sudah ada
dan dioperasikan oleh Chevron.
Sementara, pembangunan Lapangan Jangkrik lewat terminal
produksi apungnya (Floating Production Offshore/ FPO) selesai
dibangun kurang dari dua tahun. FPO ini dibangun dengan
kapasitas kurang lebih 450 Million Metric Standard Cubic Feet
per Day (MMSCFD) plus minyak kondensat 4.000 barel per
hari (bph). Lapangan ini berlokasi pada kedalaman air 450
meter dengan jarak 70 kilometer dari arah timur Balikpapan.
Lokasinya terbilang ideal karena dekat dengan sistem pipa
Kaltim dan fasilitas LNG Bontang. Proyek Jangkrik dibagi
M
dalam tiga pekerjaan utama, yakni EPCI 1 yang mencakup
rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan instalasi (EPC) unit
fasilitas produksi terapung (floating production unit/FPU);
EPCI 2 mencakup instalasi fasilitas penerima (receiving
facility installation/ RFI); serta sistem produksi lepas pantai
(subsea production system/SPS). ENI Muara Bakau BV juga
telah meneken Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PT
Pertamina (Persero). Setelah proyek ini beroperasi, Pertamina
akan mendapat gas alam cair (LNG) sebanyak 1,4 juta ton
untuk pasokan dalam negeri.
Selain nama-nama tersebut, ada juga Niko Resources yang
mengoperasikan 18 blok eksplorasi dan 3 blok sebagai non
operator di wilayah kerja West Papua IV dan North Sulawesi
Straits. Perusahaan ini cukup efisien dengan bukti biaya
pemboran sumur eksplorasi deepwater dengan kedalaman
sumur lebih dari 20 ribu kaki dengan biaya kurang dari US$90
juta/sumur.
Segala usaha untuk mengeksplorasi cadangan migas
deepwater memang ditujukan untuk meningkatkan tingkat
cadangan migas baru di Indonesia. Dengan pengalaman dan
teknologi mutakhir yang mendukung, eksplorasi dan eksploitasi
deepwater menjadi sebuah keniscayaan meskipun dengan
risiko yang juga cukup besar.
Belajar dari “Deepwater Horizon”
eledaknya fasilitas pengeboran Deepwater
Horizon pada 20 April 2010 memantik bencana
lingkungan terbesar Amerika Serikat. Tumpahan
minyak mentah mencemari lingkungan laut di Teluk
Mexico dalam kisaran kilometer persegi. Deepwater
Horizon yang menggunakan semi-submersible Mobile
Offshore Drilling Unit (MODU) itu dioperasikan oleh
Transocean. Berada di Lapangan Macondo sekitar 60 km
sebelah tenggara Pantai Louisiana dan telah beroperasi
sejak 2001.
Selain dampak lingkungan yang hebat, ledakan itu
menewaskan 11 pekerja dan 17 orang terluka. Padahal
dari sisi reputasi, Transocean dianggap salah satu
operator deepwater drilling terbaik. Tapi, musibah bisa
datang kapan saja. MODU yang digunakan Transocean
adalah generasi keempat dari pengeboran deepwater
dan dibangun oleh Hyundai Heavy Industries. Platform
seharga US$560 juta ini berukuran 121 m x 78 m dan
pengeborannya dapat beroperasi hingga kedalaman 2400
meter di bawah laut, bahkan mencapai 10.685 meter dari
dasar laut.
Karena dampaknya yang luar biasa, kejadian itu
menginspirasi pekerja seni Hollywood untuk memindahkan
menjadi film. Bagaimana perjuangan pekerja di tengah
laut yang tertimpa musibah dapat menyelamatkan diri.
Sutradara Peter Berg membesut film dengan judul sama
yaitu Deepwater Horizon dan melibatkan sejumlah bintang
seperti Mark Wahlberg, Gina Rodriguez, hingga Kurt
Russel. Mark William (Mark Wahlberg), sang pemimpin
pengeboran dan Andrea Fleytas (Gina Rodriguez) yang
menjadi pemimpin tim dan mengakibatkan kebakaran itu
harus berjibaku untuk mengatasi kebakaran. Situasi kritis
terjadi karena panggilan situasi darurat penjaga pantai
terlalu lama untuk ditunggu. Konflik inilah yang digarap
oleh Peter Berg bagaimana usaha menyelamatkan diri
dengan mencoba menggagalkan kebakaran telah gagal.
Sementara, pertolongan yang diharapkan terlalu lama
untuk ditunggu.
Pendeknya, film ini menceritakan bagaimana
pengeboran deepwater sangat berisiko bagi para kru
maupun lingkungan. Meski begitu, teknologi deepwater
memungkinkan minyak bumi dan gas dapat dieksplorasi
dengan dukungan teknologi mutakhir.
Oktober 2016 // BUMI
5
Fokus
Menata Regulasi yang Bersahabat
Cadangan minyak Indonesia masih sekitar 43,7 miliar barel. Tapi, tantangan terbesar
adalah cadangan itu berada di kawasan laut dalam.
Tim Buletin / [email protected]
I
ndonesia punya situasi unik terkait sumber daya minyak
dan gas bumi (migas). Selain memiliki lapangan minyak
di darat sejak puluhan tahun lalu, lautan Indonesia juga
menyimpan potensi eksplorasi dan eksploitasi migas yang
besar. Memang yang sekarang banyak berproduksi adalah
di laut dangkal seperti di Indonesia bagian barat, tetapi
sebenarnya cadangan lebih besar ada di kawasan laut dalam
(deepwater) dan banyak berada di Indonesia Timur.
Salah satu tantangan besar eksplorasi laut di Indonesia Timur
adalah ketersediaan teknologi untuk pengeboran deepwater.
Perbedaan geografis dan kedalaman laut antara Indonesia
Timur dengan Barat membuat eksplorasi deepwater juga lebih
sulit dibanding eksplorasi laut dangkal seperti di Indonesia
6
BUMI // Oktober 2016
Barat. Salah satunya ketika mengebor untuk mendapatkan
gas alam, di Indonesia Timur butuh kedalaman ratusan
meter di bawah laut, sedangkan di Indonesia Barat hanya
sekitar puluhan meter seperti di kepulauan Natuna. Sebagai
contoh adalah Blok Masela di Laut Arafuru. Blok ini memiliki
cadangan gas sebesar 10,73 Triliun Cubic Feet (TCF). Blok
ini berada di Laut Arafuru yang dikenal sebagai lautan dalam
dan menjadi pertemuan arus antara Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia. Tentu dari sisi geografis menjadi tantangan
tersendiri untuk mengatasi hambatan alam yang ada.
Dengan tantangan dan risiko tak heran eksplorasi deepwater
butuh teknologi tinggi dan biaya investasi besar. Kehadiran
investor menjadi kebutuhan tak terelakkan. Tapi, menarik
investor juga bukan perkara gampang, terutama investor
asing karena negara-negara lain juga berlomba ingin
memperoleh investasi dari perusahaan yang sama. Karena itu
pemerintah mesti menyiapkan regulasi yang bersahabat agar
investor mau berdatangan menginvestasikan jutaan dolar
untuk mengeskplorasi cadangan migas tersebut.
Aturan-aturan yang akan diperbaiki ini di antaranya adalah
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2010 tentang
Pengembalian Biaya Operasi dan Pajak di Industri Hulu
Migas. Aturan tersebut saat ini dianggap tidak tepat
karena menetapkan pajak kepada kontraktor yang belum
berproduksi. Kebijakan lain yang juga terus dikaji adalah soal
bagi hasil yang disesuaikan dengan kondisi maupun situasi
lapangan migas yang berbeda-beda. Selain itu, regulasi
yang akan dibenahi adalah kemungkinan memperpanjang
masa kontrak yang meliputi tahap eksplorasi dan eksploitasi.
Beberapa negara di Afrika yang dikenal memiliki eksplorasi
deepwater sejak beberapa waktu lalu berani menetapkan
masa kontrak hingga 50 tahun. Dengan durasi seperti ini,
minat investor ke negara tersebut menjadi lebih tinggi.
Pembenahan regulasi tersebut sejalan dengan survei yang
dilakukan oleh PwC Indonesia dan dirilis Mei 2016. Dari
survei tersebut dapat menjadi tolok ukur bahwa ada lima
tantangan besar terkait investasi di sektor migas. Pertama,
keabsahan kontrak dan kepastian seputar perpanjangan
kontrak bagi hasil. Kedua, kurangnya kebijakan dan visi yang
konsisten antar lembaga pemerintah. Ketiga, penerbitan
peraturan mengenai perpajakan atau penggantian biaya
(cost recovery) yang berdampak pada ketentuan kontrak bagi
hasil. Keempat, ketidakpastian seputar cost recover. Kelima,
ketiadaan pihak yang secara otoritatif mampu menyelesaikan
adanya sengketa atau perselisihan yang terjadi di berbagai
kementerian dan lembaga. Apabila aspek-aspek ini dapat
diselesaikan maka daya tarik iklim investasi Indonesia untuk
sektor hulu migas diperkirakan akan meningkat secara
signifikan.
Selain dari pembenahan beleid, masyarakat harus berperan
aktif menciptakan iklim ramah investasi. Jangan sampai ketika
investor sudah datang tetapi masih saja terkendala dengan
masalah sosial di lapangan untuk pelaksanaan eksplorasi dan
eksploitasi migas. Alhasil, bila pembenahan regulasi tersebut
potensi migas di laut dalam akan menghambat laju penurunan
produksi minyak bumi di Indonesia sehingga impor minyak
tidak terus bertambah.
Oktober 2016 // BUMI
7
Fokus
Menjawab Tantangan
Eksplorasi Deepwater
Data menunjukkan bahwa eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) deepwater (laut dalam)
menyumbang 30-50% produksi migas dunia. Di Indonesia, cadangan migas deepwater masih
banyak yang belum dieksplorasi maupun eksploitasi.
L
Tim Buletin / [email protected]
apangan migas lepas pantai memang punya peran
penting dalam memasok permintaan terhadap
migas dunia. Saat ini cadangan minyak bumi lepas
pantai sekitar 280 miliar barel di seluruh dunia, sementara
untuk lepas pantai deepwater menyumbang sekitar 30%
dari produksi global. 27% dari lapangan deepwater itu
beroperasi pada kedalaman hingga 300 meter dari dasar
laut. Sedangkan secara teknologi, saat ini pengeboran dapat
dilakukan hingga kedalaman lebih dari tiga ribu meter dari
dasar laut meskipun butuh investasi sangat besar.
Seperti dilansir oleh Lukoil yang merilis laporan bertajuk
Global Trends in Oil and Gas Market 2025, tantangan yang
dihadapi oleh eksplorasi migas deepwater adalah soal
teknologi dan kendala pajak seperti yang terjadi di negaranegara yang telah menerapkan teknologi ini seperti di Afrika
(Nigeria dan Angola). Dalam pandangan lembaga ini, harga
minyak bumi yang paling ideal dengan penerapan teknologi
8
BUMI // Oktober 2016
deepwater ada di level US$50-90 per barel bergantung pada
wilayah produksi dan kedalaman laut.
Setelah 2015, menurut Lukoil, sejumlah lapangan migas yang
diproduksi dari laut dalam akan memperbesar pertumbuhan
produksi migas dunia (lihat tabel). Menurut Michael C.Daly,
praktisi eksplorasi migas dari Inggris yang berpengalaman
lebih dari 30 tahun saat berbicara di Imperial College Inggris
mengatakan bahwa teknologi deepwater memungkinkan
pengeboran makin dalam dari dasar laut dan akan didukung
oleh pasokan data seismik yang lebih terjangkau.
Dalam konteks Indonesia, pengembangan lapangan minyak
deepwater memang harus disiapkan dari sisi sumber daya
manusia. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam hal ini
sebagai wakil pemerintah mesti memahami teknologi terkini
termasuk fasilitas produksi termutakhir dalam bisnis hulu
migas termasuk teknologi deepwater. SKK Migas diharapkan
dapat memberi solusi tepat untuk membantu Kontraktor
Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) menjalankan bisnis
hulu migas secara efektif dengan biaya yang efisien.
“Personel SKK Migas adalah yang mengendalikan dan
mengawasi operasi Production Sharing Contract (PSC) untuk
eksplorasi maupun eksploitasi migas. Maka SKK Migas harus
memiliki pengetahuan yang kuat di bidang teknologi upstream
oil and gas,” ujar Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi
beberapa waktu lalu.
Menurut Amien, penguasaan teknologi adalah sebuah
keharusan agar SKK Migas dapat mengawasi maupun
memberi saran yang tepat, efektif dan efisien kepada
PSC dalam mencari, membangun, memproduksi dan
memonetisasi migas di Indonesia.
Penerapan teknologi yang tepat pada bisnis hulu migas
ditujukan juga untuk mendapatkan cadangan migas
yang besar bagi Indonesia. Penerapan teknologi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan lifting migas dan tetap
menekan cost recovery. “Saya yakin dengan cara-cara itu,
otomatis penerimaan minyak dan gas negara dapat optimal,”
tandasnya.
Dengan pemilihan teknologi yang tepat, maka pengembangan
lapangan dapat lebih ekonomis. Hal ini tentunya dapat
memberi hasil terbaik bagi negara, industri hulu migas,
Kontraktor KKS dan juga penyedia barang maupun jasa untuk
bisa tumbuh dan berkembang bersama. Pada workshop
akhir September lalu SKK Migas menghadirkan Technip
yakni perusahaan yang bergerak di bidang manajemen
proyek, engineering/teknologi, dan konstruksi industri hulu
migas. Pengalamannya di bidang pengembangan teknologi
deepwater telah terjalin dengan beberapa kontraktor migas
seperti Chevron dan Eni.
Oil & Gas Technology Update Workshop V oleh Technip Indonesia
Oleh Agata Citara/[email protected]
U
ntuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan para
pekerja di bidang teknologi deepwater, Satuan Kerja
Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas) mengadakan kegiatan “Oil &
Gas Technology Update Workshop V” di Jakarta, pada 27
September 2016. Kegiatan difasilitasi Technip, perusahaan
service asal Perancis.
Technip memiliki dua segmen produk dan service yaitu
subsea dan offshore-onshore. Technip Indonesia kini telah
bekerja sama dalam bidang Deepwater Development
dengan dua PSC, yaitu Lapangan Bangka milik Chevron
(2013-2016) dan Lapangan Jangkrik milik Eni (2014-2017).
Perusahaan ini telah mengembangkan berbagai macam
teknologi.
Salah satu yang diunggulkan adalah flexible pipe dimana
seperti namanya, pipa ini bersifat fleksibel karena tersusun
dari beberapa lapis sambungan pipa. Technip meyakini
pipa mereka tersebut bebas karat, tahan tekanan dari luar
dan dalam pipa dan bebas leak. Teknologi flexible pipe ini
memberi beberapa keuntungan, di antaranya adalah proses
instalasi yang lebih ringkas dan rendah risiko karena dapat
disambung terlebih dahulu di darat. Fleksibilitas pipa ini pun
membuat rute jalur pipa yang lebih pendek, sehingga tidak
diperlukan banyak bahan pipa. Mereka pun mengklaim
teknologi ini dapat mengurangi Capital Expenditure (CAPEX)
dan Operating Expense (OPEX), serta memperkecil risiko
dan menghemat waktu. Instalasi flexible pipe ini pun dapat
bersifat statis (disambung dari platform) dan dinamis
(disambung dari kapal floating production storage and
offloading/FPSO).
Technip memaparkan pengalamannya dalam kegiatan
Enhance Oil Recovery (EOR), Petroleum Remediation
Product (PRP), serta kegiatan upstream offshore reservoir
dengan kandungan karbon dioksida (CO2) yang tinggi. Untuk
reservoir berkandungan CO2 tinggi, Techip memiliki CO2
Removal System yang disebut K5. Dalam sistem ini, ada
teknologi yang disebut Flare System Design with Pressurized
Flare yang berfungsi untuk mencegah pembekuan CO2
setelah dilepas atau blowdown. Sistem ini telah digunakan
Technip di Libra Field, Brazil yang memiliki kandungan CO2
lebih dari 70% pada periode 2014-2015.
Oktober 2016 // BUMI
9
Seremonial
SKK MIGAS
PUSAT
SKK Migas Transfer Data Wilayah
Kerja Migas Aceh Ke BPMA
data dan arsip lainnya disesuaikan dengan diperolehnya data
dan arsip tersebut,” ujar Amien saat memberikan sambutan
dalam acara serah terima tersebut.
S
Oleh Suhendra Atmaja/satmaja @skkmigas.go.id
atuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mulai menyerahkan
data dan arsip wilayah kerja minyak dan gas bumi
(migas) kepada Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA).
Penyerahan ini dilakukan Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi
kepada Kepala BPMA Marzuki Daham di Pusat Arsip
SKK Migas, Tangerang, Banten, 7 Oktober lalu.
“Pada hari ini SKK Migas dengan BPMA melaksanakan
penandatanganan Berita Acara Serah Terima sebagian data/
arsip dengan lampiran daftar data dan arsip yang telah kami
data. Secara bertahap kami tetap akan selalu menyerahkan
Penyerahan data dan arsip tersebut merupakan pelaksanaan
dari Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2015 (PP
23/2015) tentang Pengelolaan Bersama Sumber Daya
Alam Minyak dan Gas Bumi Aceh. Peraturan ini merupakan
implementasi dari Undang-undang Nomor 11 tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh. “Kami mengharapkan dukungan
pemerintah pusat dan Pemerintah Aceh agar BPMA segera
dapat beroperasi secara independen dan memberikan
kontribusi penerimaan negara sektor migas yang lebih baik,”
ujar Kepala BPMA Marzuki Daham.
Saat ini terdapat 11 Kontraktor Kontrak Kerja Sama
(Kontraktor KKS) yang beroperasi di Aceh. Dari 11 kontraktor
tersebut, 2 sudah dalam tahap produksi, 3 sedang dalam fase
pengembangan lapangan, dan sisanya masih dalam tahapan
eksplorasi.
Kepala SKK Migas Apresiasi Pertamina
Buat Anjungan Lepas Pantai Sendiri
K
Oleh Adhitya Cahya Utama/acutama @skkmigas.go.id
epala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi,
mengapresiasi Pertamina yang telah mampu membuat
Anjungan Lepas Pantai sendiri. Hal ini disampaikan Amien kepada
sejumlah wartawan saat melakukan kunjungan kerja ke Anjungan
Lepas Pantai Pertamina Hulu Energi (PHE)-24, yang merupakan
bagian dari lapangan terintegrasi tahap pertama (Proyek EPCI-1)
di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore
(PHE WMO) di sebelah Barat Daya Pulau Madura, Jawa Timur,
12 Oktober 2016 lalu.
Menurut Amien, SKK Migas pada 12 Agustus 2016 mengeluarkan
edaran tentang kewajiban penggunaan galangan kapal dan
atau fabrication shipyard dalam negeri. Inti bunyinya, Kontraktor
Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) wajib mensyaratkan kepada
penyedia barang/jasa untuk melakukan pekerjaan di dalam negeri
dalam hal melakukan pembangunan/pemeliharaan anjungan
10
BUMI // Oktober 2016
lepas pantai, Floating Production Storage and
Offloading (FPSO), Floating Storage and Offloading
(FSO), Floating Storage Regasification Unit (FSRU),
Floating Liquefied Natural Gas (FLNG), dan juga
fasilitas sejenisnya termasuk membangun kapal baru/
konversi kapal baru dan lain-lain.
Dengan proyek PHE 24 ini, imbuh Amien, maka
berarti Pertamina telah memenuhi apa yang ada
dalam surat SKK Migas. “Ini menjadi bukti bahwa
ternyata Indonesia mampu. Ke depan SKK Migas
akan tetap mengawasi keseluruhan terkait pembuatan
galangan, maupun pemeliharannya yang
dipersyaratkan dibuat di dalam negeri,” kata Amien.
SKK MIGAS
SUMATERA BAGIAN UTARA
1. RAPAT KOORDINASI
SKK Migas Sumbagut bersama seluruh Kontraktor
KKS Sumbagut melaksanakan Rapat Koordinasi
Sekuriti di Hotel Novotel Pekanbaru, yang
dilaksanakan pada 29 September 2016. Pada hari
kedua kegiatan turut hadir sebagai narasumber
Komjen Pol (Purn) Oegroseno (mantan Wakapolri)
yang memberikan arahan tentang sistem
pengamanan yang efektif pada perusahaan
Kontraktor KKS dengan memanfaatkan Satuan
Pengamanan (Security/ Satpam) Riau beserta
jajaran dan Manajemen Kontraktor KKS Wilayah
Sumbagut.
2. KUNJUNGAN KOMISI VII DPR RI KE PT CPI
Anggota Komisi VII DPR RI, Satya W Yudha,
Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas,
Gunawan Sutadiwiria dan Kepala Perwakilan
SKK Migas Sumbagut berserta Kementerian
ESDM, BLH Provinsi Riau, Dinas ESDM Provinsi
Riau melakukan kunjungan lapangan Bioremediasi
ke Manajemen Kontraktor Kontrak Kerja Sama
(Kontraktor KKS) PT Chevron Pacific Indonesia
(PT CPI) di Minas, Provinsi Riau,
pada 15-16 September 2016.
3. SOSIALISASI PMK NO.09/2016
Kepala Urusan Adm & Keuangan SKK Migas
Sumbagut, Supriyono bersama Staf Adm &
Keuangan Perwakilan SKK Migas Sumbagut
melaksanakan Sosialisasi Peraturan Menteri
Keuangan No. 09/PMK.02/2016 tentang Tata
Cara Pembayaran Pajak Air Permukaan, Pajak
Air Tanah, dan Pajak Penerangan Jalan Untuk
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
yang Dibayarkan Oleh Pemerintah Pusat
kepada Stakeholder dan Kontraktor KKS
Wilayah Kepulauan Riau sekaligus pelaksanaan
Penandatangan Berita Acara Pemakaian Air
Tanah, Air Permukaan, dan Pajak Penerangan
Jalan Non PLN Periode April-Juni 2016 Kontraktor
KKS Wilayah Kepulauan Riau di Batam
pada 19 September 2016.
4. SOSIALISASI PERPAJAKAN
BISNIS PERHOTELAN
Kepala Urusan Adm & Keuangan SKK Migas
Sumbagut, Supriyono, bersama Bendahara
Pengeluaran dan BPP, staf Subbag Bagian
Keuangan Internal SKK Migas Jakarta, Staf Adm
& Keuangan Perwakilan SKK Migas Sumbagut
mendampingi Pejabat KPP Pratama Batam Utara
melaksanakan sosialisasi perpajakan bisnis
perhotelan kepada Manajer Sales Marketing dan
Finance & Accounting Staff perwakilan dari Hotel –
hotel di Batam pada 20 September 2016.
5. RAPAT KORDINASI
SKK Migas Sumbagut bersama Kontraktor KKS
Wilayah Riau melaksanakan rapat koordinasi
Bahan Peledak Wilayah Riau di Hotel Novotel
Pekanbaru, pada 28 September 2016. Hadir
sebagai narasumber Penasehat Ahli Kepala
SKK Migas bidang keamanan, beserta seluruh
jajaran dan Manajemen Kontraktor KKS Wilayah Riau.
1
2
3
4
5
6
7
6. KUNJUNGAN KERJA DEN
Kunjungan Kerja Tim Teknis Dewan Energi Nasional (DEN)
yang diketuai Saleh Abdurahman, Kepala Biro Fasilitas
Penanggulangan Krisis dan Pengawasan Energi
melakukan diskusi rencana identifikasi dan kemungkinan
pemanfaatan storage untuk penyimpanan Cadangan
Penyangga Energi (CPE) serta mencari informasi mengenai
storage yang dioperasikan Kontraktor KKS PT CPI.
Dihadiri Kasubdin Operasi Pengangkutan
& Penyimpanan SKK Migas, Pj. Ka. Urusan Adm
& Keuangan Sumbagut, dan Perwakilan Manajemen
PT CPI di RCC Rumbai Camp dilanjutkan kunjungan
lapangan yang dilaksanakan di Wilayah Operasi Minas,
Kontraktor KKS PT CPI, pada 14-15 September 2016.
7. RAPAT KOORDINASI PROGRAM TJS
Humas SKK Migas Sumbagut dan Manajemen
Kontraktor KKS Wilayah Kepulauan Riau (Premier
Oil Natuna Sea B.V, ConocoPhillips Indonesia
INC. LTD, Star Energy (KAKAP) LTD, TAC
Pertamina –Pertalahan Arnebatara Natuna dan
Santos Northwest Natuna B.V) bersama Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Natuna
melakukan Silaturahmi dan Rapat Koordinasi
terkait Program Tanggung Jawab Sosial (TJS)
di Kabupaten Natuna di Kantor SKK Migas
Jakarta, pada 28 September 2016.
Oktober 2016 // BUMI
11
Seremonial
SKK MIGAS
SUMATERA BAGIAN SELATAN
1. KUNJUNGAN KERJA
KE BLOCK STATION – TEP
Wakil Kepala SKK Migas M.I Zikrullah beserta
Tim SKK Migas Pusat dan Perwakilan Sumbagsel
melaksanakan kunjungan kerja ke lokasi proyek
Block Station – Tropik Energi Pandan (TEP)
yang merupakan bagian dari Pengembangan
Lapangan Ario Damar dan Sriwijaya di Wilayah
Kabupaten Musi Rawas, pada 31 Agustus 2016.
1
2
3
4
5
6
2. KUNJUNGAN KERJA KE PEP
Wakil Kepala SKK Migas M.I Zikrullah beserta
Tim SKK Migas Pusat dan Perwakilan Sumbagsel
melaksanakan kunjungan kerja ke lokasi SP Musi
Barat dan Timur (Pertamina EP Asset 2 Field
Pedopo) di Kab. Musi Rawas pada 1 September
2016 dan SPG Kuang dan Paku Gajah
(Pertamina EP– PGDP) di Kab.Baturaja,
pada 2 September 2016.
3. KUNJUNGAN KERJA KE PT PUSRI , PGN
DAN PERTAGAS
Wakil Kepala SKK Migas M.I Zikrullah beserta
Tim SKK Migas Pusat dan Perwakilan Sumbagsel
melaksanakan kunjungan kerja ke PT PUSRI,
PERTAGAS (Southern Sumatra Area) dan PGN
Palembang, pada 3 September 2016.
4. COFFEE MORNING
SKK Migas Sumbagsel – Kontraktor KKS
Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin
melaksanakan kegiatan Coffee Morning
bersama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
di Hotel Ranggonang Sekayu, Kabupaten Muba,
pada 16 September 2016.
5. MEDIA FIELD TRIP
SKK Migas Sumbagsel – Kontraktor KKS Wilayah
Jambi melaksanakan Media Field Trip bersama
Forum Jurnalis Migas (FJM) Jambi ke PetroChina
Int’l Jabung Ltd, pada 6 September 2016.
7
9
9. STAND TERBAIK 1
SKK Migas Sumbagsel bersama Kontraktor KKS
Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba)
berpartisipasi dan ditetapkan sebagai Stand terbaik
1 dalam kegiatan Muba Expo tahun 2016 yang
diselenggarakan tanggal 28 September 04 Oktober 2016 bertempat Lapangan
Gelanggang Remaja Sekayu - Muba.
12
BUMI // Oktober 2016
8
10
10. RAKOR KEHUMASAN
SKK Migas Sumbagsel malaksanakan Rapat
Koordinasi (Rakor) Kehumasan Perizinan dan
Sosialisasi Mekanisme Pengadaan Tanah Skala Besar
bersama Kontraktor KKS Wilayah Sumabagsel. Rakor
dilaksanakan di dua tempat, yakni Kantor Penghubung
Jambi SKK Migas Sumbagsel dan Kantor Perwakilan
SKK Migas Sumbagsel, Palembang
pada 30 September 2016.
6. MONITORING ILLEGAL DRILLING
SKK Migas Sumbagsel bersama Pemerintah
Kabupaten Sarolangun, Jambi melakukan
peninjauan secara langsung ke lokasi Illegal
Drilling yang dilakukan oleh masyarakat
di Desa Lubuk Napal Kecamatan Pauh Kab.
Sarolangun, Jambi, pada 13 September 201.
7. PENANDATANGANAN KERJA SAMA
PENGAMANAN KHUSUS OPERASIONAL
CONOCOPHILLIPS (GRISSIK)
SKK Migas – ConocoPhillips (Grissik)
bersama Kepolisian Daerah Sumatera Selatan
melaksanakan penandatanganan kerja sama
pengamanan khusus di Polda Sumsel,
pada 20 September 2016.
8. PROGRAM EDUKASI
DI PERGURUAN TINGGI
SKK Migas dan Kontraktor KKS Jambi
melaksanakan kuliah umum di Universitas Negeri
Jambi,Kuliah ini diikuti oleh Mahasiswa dari
Universitas Negeri Jambi dan Universitas Batanghari
dan dilaksanakan pada 27 September 2016.
SKK MIGAS
JAWA, BALI & NUSA TENGGARA
1. MONITORING LAPANGAN PROGRAM PKPO
SKK Migas Jabanusa melakukan monitoring dan
tinjauan lapangan terhadap Program Kehumasan
Penunjang Operasi (PKPO) berupa pelatihan penanaman dengan metode hidroponik, pembuatan
coolbox dan bantuan infrastruktur program dari
Kontraktor KKS Petronas Carigali Ketapang II Ltd
di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik,
1 September 2016.
2 PEMBAHASAN UKL/UPL
SKK Migas Jabanusa melakukan pembahasan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL/UPL) Kontraktor
KKS Petrojava North Kangean Inc di Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur
pada 20 September 2016.
3. LOKAKAKARYA MEDIA PERIODE-II 2016
SKK Migas Jabanusa beserta Kontraktor KKS
Cluster (PHE WMO, Petronas Carigali Ketapang
II Ltd, Kangean Energy Indonesia Ltd, HCML, dan
Santos) menyelenggarakan Lokakarya Media Periode
II dengan agenda Kunjungan Program konservasi
mangrove berbasis pemberdayaan masyarakat pesisir
(Si Komo Pasir) di Desa Labuhan, Bangkalan dan
workshop media di Kabupaten Pasuruan
pada 20-21 September 2016.
4. KUNJUNGAN KESEKURITIAN DAN OPERASI
Untuk meningkatkan keamanan di lingkungan
Kontraktor KKS dan kelancaran operasi di lapangan,
secara periodik SKK Migas Jabanusa melakukan
kunjungan kesekuritian dan kunjungan operasi
ke wilayah kerja Santos yang bertempat di Grati,
Kabupaten Pasuruan pada 27 September 2016.
1
2
3
4
5
6
5. EXIT MEETING PENGAWAS INTERNAL
Sehubungan telah terlaksananya kegiatan audit
yang dilakukan oleh Pengawasan Internal di seluruh
Perwakilan SKK Migas, SKK Migas Jabanusa
menjadi host untuk kegiatan Exit Meeting Pengawas
Internal. Kegiatan ini dihadiri seluruh perwakilan
SKK Migas se-Indonesia pada 27 September 2016.
6. EDUKASI MAHASISWA DANA AKADEMISI
Guna mengedukasi mahasiswa dan akademisi
mengenai kegiatan hulu migas, SKK Migas Jabanusa
bekerja sama dengan LPPM STIKes Insan Cendekia
Husada Bojonegoro menyelenggarakan kuliah umum
untuk sepuluh universitas/perguruan tinggi yang ada
di Kabupaten Bojonegoro pada 28 September 2016.
7
7. KOORDINASI PENGEMBANGAN LAPANGAN
SKK Migas Jabanusa bersama Kontraktor KKS
Husky-CNOOC Madura Ltd melakukan kunjungan
kerja dan rapat koordinasi ke Kabupaten Sampang
yang diterima oleh Wakil Bupati Sampang dan
Muspika untuk membahas kegiatan pengembangan
lapangan BD Kontraktor KKS HCML. Rapat koordinasi
diselenggarakan pada 28 September 2016.
8. KULIAH UMUM DI ITATS
SKK Migas Jabanusa menyelenggarakan kuliah
umum di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
(ITATS) yang dilanjutkan dengan kunjungan
lapangan ke Central Processing Facilities Wunut
Kontraktor KKS Lapindo Brantas Inc
pada 15 September 2016.
8
Oktober 2016 // BUMI
13
Seremonial
SKK MIGAS
KALIMANTAN DAN SULAWESI
1. KOORDINASI BERAKHIRNYA WK SANGASANGA
SKK Migas Kalsul bersama Ditjen Migas, SKK Migas,
VICO Indonesia dan PT. Pertamina (Persero) melakukan
Kunjungan Lapangan dan Rapat Koordinasi sehubungan
akan berakhirnya Kontrak WK Sanga-sanga di Mutiara
Central Plant VICO Indonesia, pada 17 September 2016.
1
3
5
7
2
4
6
8
3. PROGRAM TJS OPHIR ENERGY
SKK Migas Kalsul melakukan peninjauan lapangan
kegiatan Tanggung Jawab Sosial (TJS) Kontraktor
KKS Ophir Energy di Barito Utara pada 27-28
September 2016. TJS dilakukan di Desa Luwe Hulu,
Desa Karendan dan Desa Muara Pari. Program yang
diberikan di antaranya fasilitas air bersih, Tanaman
Obat Keluarga dan Sayur Organik.
4. SOSIALISASI SEISMIK 2D
SKK Migas dan Kontraktor KKS Komodo Energy
Babai Tanjung Ltd melaksanakan Sosialisasi Kegiatan Survei Seismik 2D Wilayah Kerja Blok Babai
di Wilayah Kabupaten Barito Timur (Bartim) pada
14 September 2016. Kegiatan di laksanakan di
Ruang Rapat Bupati Bartim dan dihadiri Asisten 2
Pemkab Bartim, Distamben Bartim, Kapolres Bartim
dan perwakilan kecamatan.
5. SHARING SESSION PPLB
Guna memberi pemahaman pada masyarakat luas
dan jurnalis terkait Perjanjian Pemanfaatan Lahan
Bersama (PPLB), SKK Migas Kalsul menggelar
Sharing Session dan jumpa pers di Hotel Grand
Tjokro Balikpapan 26 September 2016. Kegiatan
dihadiri oleh Kepala SKK Migas Kalsul, Kepala
Operasi SKK Migas Kalsul dan diikuti oleh 30
wartawan peserta.
6. KUNJUNGAN KERJA DPRD KUKAR
Komisi II DPRD Kabupaten Kutai Kartangera
melakukan Kunjungan Kerja ke kantor SKK Migas
Kalsul pada 30 September 2016. Dalam kunjungan
ini, anggota dewan berkoordinasi terkait rencana
perlintasan jalur pipa oleh PT Alam Jaya Persada
yang akan membuka perkebunan sawit. Pada
kunjungan ini hadir pula Kepala SKK Migas Kalsul,
Kepala Operasi SKK Migas Kalsul dan Kepala Urusan Administrasi dan Keuangan SKK Migas Kalsul.
9
8. EDUKASI DAN MEDIA GATHERING
WILAYAH KALSUL
SKK Migas dan Kontraktor KKS Wilayah Kalsul
menggelar Edukasi dan Media Gathering yang
dilaksanakan di Makassar
pada 21-22 September 2016. Kegiatan
bertujuan untuk memberikan pemahaman
jurnalis media lokal mengenai
industri hulu migas.
14
2. KUNJUNGAN KE PANGDAM VI MULAWARMAN
SKK Migas Kalsul dan PT. Pertamina EP Asset 5
melakukan audiensi kepada Pangdam VI/Mulawarman
Mayor Jenderal TNI Johny L. Tobing. Kegiatan ini
bertujuan untuk Silaturahmi dan Koordinasi Kegiatan
Usaha Hulu Migas dengan stakeholder
(para pemangku kepentingan). Kunjungan
dilaksanakan di Makodam VI/Mulawarman
Balikpapan, pada 21 September 2016.
BUMI // Oktober 2016
9. KOORDINASI PERIZINAN & PENGELOLAAN
BAHAN PELEDAK
Rapat Koordinasi Perizinan & Pengelolaan
Bahan Peledak Kontraktor KKS Wilayah Kalsul
dilaksanakan pada tanggal 28 – 29 September 2016,
di Berau. Hadir dalam kegiatan ini Polda Kaltim,
Badan Koordinasi Penanaman Modal, Ditjen Migas,
Profesional Bahan Peledak dan Divisi Pengelolaan
Rantai Suplai SKK Migas.
7. KULIAH UMUM IDD
SKK Migas Kalsul bekerja sama dengan Himpunan
Mahasiswa Teknik Perminyakan (HMTP) STT
Migas Balikpapan menggelar kuliah umum
usaha hulu migas tentang Indonesia Deepwater
Development (IDD) Chevron di Hotel Novotel
Balikpapan, 27 September 2016. Kegiatan ini
menghadirkan Kepala UPP IDD SKK Migas dan
tim dari Chevron sebagai narasumber.
SKK MIGAS
PAPUA DAN MALUKU
1. KUNJUNGAN KERJA
KE PEMKAB RAJA AMPAT
SKK Migas Pamalu melakukan Kunjungan Kerja
ke Kantor Pemerintah Kabupaten Raja Ampat pada
1 September 2016. Turut hadir Wakil Bupati Raja
Ampat, Asisten II Setda Kabupaten Raja Ampat,
Kepala Dinas Pertambangan Kabupaten
Raja Ampat, Kepala Perwakilan Pamalu,
dan Field Manager JOB PPS.
2. PENUTUPAN PELATIHAN
OPA/CRANE OPERATOR
Kontraktor KKS BP Berau Ltd. melaksanakan
Penutupan Pelatihan OPA/Crane Operator. Acara
diselenggarakan di Cepu, pada 6 September 2016.
3. SOSIALISASI PRODUK HASIL SWADAYA
MASYARAKAT TELUK BINTUNI
PT SUBITU Kreasi Busana melakukan sosialisasi
produk hasil swadaya masyarakat asli
Kabupaten Teluk Bintuni. Kegiatan yang ikut
didampingi oleh Kontraktor KKS BP Berau Ltd.
ini dilaksanakan pada 9 September 2016.
1
2
3
4
5
6
7
8
4. SHARING MEDIA DAN KONTRAKTOR KKS
SKK Migas Pamalu beserta Kontraktor KKS Genting
Oil Kasuri Pte Ltd, BP Berau Ltd, dan Petrogas
(Basin) Ltd mengadakan kegiatan Sharing Session
dengan media Jayapura pada 15 September 2016.
Kegiatan ini turut dihadiri Ketua Forum Energi Papua.
5. DISKUSI LIVE DI TVRI
SKK Migas Pamalu melakukan Diskusi Live
di Studio TVRI Jayapura pada 16 September 2016.
Diskusi ini turut dihadiri oleh Kepala Perwakilan
SKK Migas Wilayah Pamalu, Akademisi Universitas
Cenderawasih, Kepala Urusan Humas Pamalu,
Kepala Urusan Operasi dan Kontraktor KKS
Genting Oil Kasuri Pte. Ltd. dan BP Berau Ltd.
6. TEMU MEDIA DI MANOKWARI
SKK Migas Pamalu beserta Forum Papua,
Kontraktor KKS Genting Oil Kasuri Pte.,
BP Berau Ltd., Petrogas (Basin) Ltd. melakukan
kegiatan Sharing Session (Temu Media) bersama
Media Manokwari. Kegiatan ini diselenggarakan
pada 17 September 2016.
7. KULIAH UMUM DI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
SKK Migas Pamalu mengadakan Kuliah Umum
di Universitas Muhammadiyah, Sorong
pada 22 September 2016. Kontraktor KKS
PT Pertamina EP Asset-5 Field Papua, JOB Pertamina
– PetroChina Salawati dan BP Berau Ltd turut menjadi
narasumber. Kuliah Umum ini juga diikuti oleh
mahasiswa Universitas Nani Bili, Universitas Victory
Sorong, Universitas Papua Manokwari Sorong
dan Politeknik Saint Paul Sorong.
8. SHARING SESSION DI RRI SORONG
SKK Migas Pamalu beserta Forum Wartawan
Energi Papua, RRI Sorong, Kontraktor KKS
PT Pertamina EP Asset-5 Field Papua, JOB PPS,
BP Berau Ltd., Petrogas (Basin) Ltd dan Media
Sorong melakukan kegiatan Sharing Session.
Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor RRI Sorong,
pada 22 September 2016.
9
9. KULIAH UMUM DI UNCEN
SKK Migas Pamalu beserta Kontraktor KKS BP Berau Ltd., Genting Kasuri Pte. Ltd. dan Petrogas (basin)
melaksanakan kegiatan kuliah umum di Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua. Kegiatan
dilaksanakan pada 14 September 2016 dan diikuti oleh mahasiswa Uncen dan Universitas Ottow & Geisler.
Oktober 2016 // BUMI
15
Figur
Mendorong Pengembangan Eksplorasi Migas
Deepwater di Proyek IDD
Kegiatan eksplorasi hulu minyak dan gas bumi
(migas) offshore (lepas pantai) di laut dalam
Indonesia yang mengarah ke perairan Indonesia
Timur sudah mulai beroperasi. Salah satunya adalah
proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) yang
dioperasikan Chevron. Proyek ini telah menjadi bagian dari
lima (5) Unit Pengembangan Proyek (UPP) strategis Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
(SKK Migas).
U
Oleh Suhendra Atmaja/[email protected]
PP dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Kepala SKK Migas, yang bertujuan untuk menangani
proyek-proyek strategis di sektor hulu migas di
Indonesia. Proyek strategis itu di antaranya adalah Lapangan
Abadi Blok Masela, Banyu Urip dan Jambaran – Tiung
Biru Blok Cepu, IDD di Cekungan Kutai Kalimantan Timur,
Lapangan Jangkrik Blok Muara Bakau, dan Tangguh Train-3
Papua. Dari kelimanya, terdapat tiga yang merupakan proyek
deepwater, yaitu IDD milik Chevron, Abadi milik Inpex, dan
Jangkrik yang dioperasikan Eni. IDD sendiri meliputi 3
Production Sharing Contract (PSC), yaitu: PSC Makassar
Strait berakhir tahun 2020, PSC Rapak berakhir tahun 2027,
dan PSC Ganal berakhir tahun 2028.
Dalam proses pengembangannya, kegiatan hulu migas di
laut dalam tidaklah mudah. Keadaan alam di lautan dengan
kedalaman di atas 600 meter ini membutuhkan teknologi,
konstruksi dan rencana pengembangan yang matang dan
tentu saja biaya yang tidak murah. Dalam kondisi demikian,
SKK Migas terus mengupayakan semua proyek deepwater
tersebut tetap berjalan dan berproduksi seperti yang sudah
direncanakan.
Kepala UPP IDD SKK Migas Ketut Budiartha mengatakan,
kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan
deepwater seharusnya dianggap sebagai peluang bagi
Indonesia untuk maju. Karena industri migas sudah seperti
lokomotif bagi industri-industri lainnya di dalam negeri.
Kepada tim BUMI, yang mewawancarainya 12 Oktober
2016 kemarin, Ketut memberikan penjelasan secara garis
besar terkait tujuan pokok dan fungsi (tupoksi) UPP dan
16
BUMI // Oktober 2016
Ketut Budiartha
Kepala UPP IDD SKK Migas
pengalamannya dalam pengembangan proyek IDD, termasuk
dinamika regulasi yang terjadi, berikut petikanya:
Apa saja yang menjadi tupoksi dari UPP IDD SKK Migas?
UPP ini bertanggung jawab ke Deputi Pengendalian Operasi.
Tugas pokoknya adalah pengendalian, pengawasan,
manajemen proyek dalam rangka percepatan produksi migas
di Indonesia. Kami bekerja berdasarkan arahan yang tertuang
dalam SK. Intinya bagaimana proyek bisa jalan. Di bawah
masing-masing UPP ada 5 Spesialis Madya, yaitu Project
Engineering; Pengendalian Biaya; Administrasi Kontrak dan
Komersial; Perizinan dan Stakeholders Management; dan
Pengeboran. Tapi pekerjaan Spesialis Madya ini matriks,
artinya tidak dedicated. Semua Spesialis Madya levelnya
Kadin (Kepala Dinas), awalnya disebut kelompok kerja. Kalau
dulu kan kadin lapor ke satu kadiv (Kepala Divisi), kalau
yang ini (Spesialis Madya) bisa bekerja untuk UPP satu dan
lainnya. Tapi masing-masing ditetapkan hanya 2 UPP. Untuk
persetujuan AFE (Authority of Expenditures), kewenangannya
ada di fungsi PPA (Pengendalian Program dan Anggaran).
Jadi kami (UPP IDD) mendiskusikan sampai memberikan
persetujuan teknis terhadap AFE tersebut, nanti biayanya dan
proses persetujuannya dari PPA. Intinya UPP itu fungsinya
menangani proyek spesifik untuk Indonesia Deepwater
Development.
Bagaimana progress pengembangan proyek IDD sampai
sekarang?
Proyek IDD itu ada 3 hub, tapi lapangannya ada 5.
Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Gandang, dan Maha.
Jadi persetujuan PoD (Plan of Development/rencana
pengembangan lapangan)-nya di 2008 itu adalah 5 lapangan
tersebut. Dalam perjalanannya setelah tender ternyata
biayanya naik, sehingga di-review kembali, keekonomiannya
berubah. Sehingga mereka (Chevron) mengajukan untuk
revisi PoD. Daripada revisi PoD berlama-lama, dan perlu
waktu dalam mengadaptasi apa yang menjadi permintaan
kontraktor, seperti insentif, maka September 2014
pemerintah akhirnya memutuskan agar Lapangan Bangka
jalan dulu. Sisanya menunggu revisi PoD. Mengingat
Lapangan Bangka hanya membutuhkan pemboran 2 sumur,
Bangka-6 dan Bangka-7, yang akan diakomodasi dalam
fasilitas produksi yang sudah ada, namanya West Seno
Facility. Jadi di sana sudah ada Lapangan West Seno milik
Chevron, yang sedang berproduksi dan fasilitas processingnya di laut (offshore). Jadi tidak perlu membangun fasilitas
processing lagi, karena menggunakan fasilitas West Seno
yang produksinya sudah menurun, sehingga kapasitas dari
fasilitas produksi ini masih ada. Kalau lapangan lain harus
membangun fasilitas baru sehingga waktu tender biayanya
tinggi, sedangkan cadangannya tetap. Jadi keekonomiannya
kurang menarik.
Sejauh mana West Seno Facility bisa adaptif dengan
rencana produksi Lapangan Bangka?
Dalam pemanfaatan fasilitas produksi (West Seno), tentu
perlu modifikasi agar bisa menampung produksi dari
Lapangan Bangka. Upaya ini harus dilakukan agar sesuai
dengan karakteristik fluida Lapangan Bangka. Tetapi
modifikasi top side (West Seno hub) pekerjaannya jauh
lebih kecil dibandingkan membangun. Setelah itu Bangka-6
dan Bangka-7 dibor, kemudian diselesaikan dengan
subsea completion (penyelesaian bawah laut) dan outputnya dialirkan ke fasilitas West Seno. Ini semua selesai di
Agustus 2016. Sumur selesai di akhir September 2015, lalu
dikoneksikan ke fasillitasnya. Jadi semuanya selesai dan
siap diproduksi di 16 Agustus 2016. Jadi onstream-nya gas
Bangka itu 16 Agustus jam 11 malam. Produksi hariannya,
Bangka gasnya 109,25 mmscfd (million metric standard
cubic feet per day) dan 3.750 BCPD (barrel condensat per
day). Gas dari Bangka ini dialirkan ke Santan Terminal, nanti
produksinya untuk memenuhi kebutuhan gas di Kalimantan
Timur dan sisanya untuk LNG (liquefied natural gas).
Proyek deepwater memiliki risiko sangat tinggi dan high
capital. Dibutuhkan insentif agar investor tertarik. Apa
saja usaha pemerintah membuat daya tarik pada proyek
ini?
Secara umum, lapangan yang berhak mendapatkan insentif,
ada ketentuannya. Misalnya kalau itu merupakan lapangan
pertama di blok tersebut, maka mendapat insentif. Terkait
proyek IDD di Lapangan Bangka ini, pada tahap awal
mereka (Chevron) mengajukan insentif tapi Surat Keputusan
Menteri memutuskan insentif tidak disetujui. Mereka
mengajukan investment credit dan insentif cost recovery
dan keduanya ditolak. Insentif sangat tergantung dari
nilai keekonomian. Kalau masih bagus pemerintah masih
mempertimbangkan untuk memberikan insentif.
Faktor apa sebenarnya yang membuat investor tertarik
investasi di deepwater?
Kalau dari teknologi, saya kira sudah banyak yang bisa.
Kembali lagi ke cara berpikir investor. Profit tidak? Dibanding
disimpan di bank, uang digunakan untuk investasi dengan
segala risikonya berapa return-nya? Kalau menarik ayo kita
jalan. Ada faktor lain, yaitu energy security, negara-negara
yang umumnya tidak punya sumber migas yang banyak, dia
akan cari ke luar. Kalau beli saja mungkin kompetitornya
banyak, harga fluktuatif dan sebagainya. Tapi kalau sebagai
PSC (Production Sharing Contract) maka dia akan lebih firm
bahwa di situ ada gas sehingga bisa memenuhi kebutuhan
dalam negerinya. Contohnya Jepang yang menjadi PSCdi
Indonesia, yaitu Inpex.
Kalau dari pemerintah tentu dari pendapatan. Tapi ada hal
lain, yaitu apa yang disebut geopolitik. Seperti Natuna,
banyak negara yang mengklaim Natuna sebagai wilayahnya.
Padahal masuk dalam daerah kita, berdasarkan perjanjian
internasional. Bagaimana kita mengklaim? Di sinilah perlu
kehadiran kita. Makanya pemerintah ada misi bagaimana
Natuna ini dapat segera dikembangkan. Jadi ada concern
geopolitik, khususnya daerah perbatasan. Proyek Abadi,
Blok Masela juga perbatasan hampir berdekatan dengan
Australia. Kita bisa hadir di sana lalu menempatkan
Angkatan Laut dengan alasan mengamankan obvitnas
(objek vital nasional).
Apa harapan SKK Migas pada semua pihak agar
pengembangan migas di deepwater tidak ada kendala
berarti?
Industri migas ini men-drive untuk industri-industri lainnya.
Seperti lokomotifnya. Khusus yang deepwater ini, kita harus
buat peluang agar semua PoD yang sudah direncanakan
bisa dibangun di Indonesia. Sementara ini kita masih punya
keterbatasan, contohnya Masela yang dikatakan tidak
bisa dibangun di Indonesia. Padahal itu peluang. Ketika
akan ada project tiga atau empat tahun kemudian, kita dari
sekarang sudah ada persiapan sehingga mudah-mudahan
Indonesia tidak menjawab lagi “Oh itu tidak bisa dibangun
di Indonesia”. Kita bisa. Karena jauh-jauh hari kita sudah
tahu kebutuhan project kita apa lalu spec dan space yang
dibutuhkan seperti apa.
Oktober 2016 // BUMI
17
Perspektif
Casing Drilling sebagai Solusi Total Loss
di Pemboran Struktur Louise
Hilangnya lumpur saat sirkulasi masuk formasi
(Total Loss) sering menjadi persoalan pada kegiatan
pemboran. Feasibility study yang dilakukan sejumlah
engineer dari Pertamina EP dan Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
(SKK Migas) pada Struktur Louise melalui teknologi
Casing Drilling menjadi solusi dalam mengatasi
lamanya waktu penanganan Total Loss.
Oleh: Aziz Muslim, Sayid Faisal Abdilla, Jaka Sondang, Andi M. Harahap, Haryo Yuristyanto
L
ouise Field adalah salah satu
lapangan produksi minyak yang
berada di Blok Sanga-sanga,
wilayah kerja PT Pertamina EP (PEP)
Asset-5 Kalimantan Timur. Blok ini
mulai dikembangkan sejak 2013.
Pada 2014, dengan persetujuan
SKK Migas melalui revisi Work
Program and Budget (WP&B), PEP
menambah rencana kerja pemboran di
Struktur Louise sebanyak tujuh sumur.
Selanjutnya, pada 2015, PEP kembali
membuat rencana kerja 23 sumur di
Louise, dengan total sumur yang telah
dieksekusi sebanyak delapan sumur.
Sehingga total sumur bor yang telah
dieksekusi sampai Desember 2015
di struktur Louise sebanyak 16 sumur.
Selama ini pemboran di Struktur
Louise selalu menemui permasalahan
total loss pada interval 40-400 meter.
Diketahui, waktu yang diperlukan untuk
mengatasi total loss di trayek 17.5”
mencapai 2 sampai 16 hari. Sedangkan
untuk mengatasi total loss di trayek
12.25” dapat memakan waktu 1.5
sampai 3 hari. Penanganan total loss
tersebut pada akhirnya berdampak
pada lama pengerjaan pada tiap trayek.
Dimana waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan trayek 17.5” berkisar
18
BUMI // Oktober 2016
5.38 sampai 21.29 hari, jauh lebih lama
dari yang direncanakan sebelumnya,
yaitu 4.11 hari. Sedangkan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan trayek
12.25” berkisar 13.5 sampai 15.19
hari dengan rencana awal 10.39 hari.
Lamanya durasi penanganan total loss
juga berpotensi terjadinya pipa terjepit.
Hal ini secara langsung akan berimbas
terhadap tingginya biaya operasi
pemboran.
(non-productive time) sebesar 20%
dari total waktu pemboran. Dimana
waktu yang digunakan untuk combating
loss mencapai 32% dari total NPT,
atau 10 hari kerja. Combating loss ini
menghabiskan biaya sekitar US$1,171/
feet. Lihat gambar 1.
Evaluasi dan aplikasi variasi jenis Loss
Circulation Material (LCM), konsentrasi
dan prosedur pemompaan sudah
Gambar 1: Drilling Performance Index Pemboran Louise 2014
Berdasarkan hasil evaluasi pemboran
tahun 2014 di Struktur Louise, dari 5
sumur bor didapat persentase NPT
dilakukan untuk combating loss dengan
konsentrasi LCM >120 part per billion
(ppb) dan volume yang besar, tetapi
sampai saat ini tidak memberikan
hasil yang signifikan. Blind Drill dan
cement plug menjadi solusi saat ini
untuk combating loss di struktur Louise.
Solusi ini disebut dengan metode
konvensional.
Dalam upaya mengatasi lamanya
NPT akibat combating loss, maka
pada triwulan III tahun 2015, setelah
mendapatkan persetujuan dari Dinas
Perencanaan Pemboran
SKK Migas, PEP melaksanakan
feasibility study Casing Drilling Level-2
yang diaplikasikan di sumur terakhir,
LSE-1087 (LSE-P1529).
Feasibility study dilakukan dengan
menggunakan Sumur LSE-1086 yang
menggunakan metode konvensional
dalam combating loss sebagai
pembanding. Hasilnya, pemboran
di Sumur LSE-1087 memberikan
output yang memuaskan. Sumur
LSE-1087 mencapai total depth (TD)
di kedalaman 850 meter pada hari
ke-10.83 dari rencana 16 hari kerja
dengan batuan yang ditemui dari
kedalaman 40-400 meter adalah
Claystone, Coal dan Sandstone
dengan tingkat abrasivitas normal to
heavy.
Selanjutnya hasil evaluasi dari
pemboran LSE-1087 yang
menggunakan Casing Drilling Level-2
dibandingkan dengan LSE-1086 yang
menggunakan metode konvensional
(LCM dan Blind Drilling), dapat dilihat
dalam gambar 2.
Gambar 2: Perbandingan hasil pemboran LSE-1087 (CDS) dan LSE-1086 (Konvensional)
Drilling Level-2 di interval 40400 meter. Dua sumur ini adalah
LSE-1088 dan LSE-1089 dengan
kedalaman akhir di 1080 meter. Sama
seperti Sumur LSE-1087, operasional
dua sumur ini berjalan tanpa menemui
kendala dan dapat diselesaikan
dalam waktu yang sesuai dengan
perencanaan walaupun terjadi total
loss di kedalaman 231 meter saat
casing drilling berukuran 13 3/8”.
target yang ingin dicapai, yaitu 30 m/jam.
Dari feasibility study ini maka
dapat disimpulkan bahwa teknologi
Casing Drilling menjadi solusi
dalam mengatasi lamanya waktu
penanganan total loss pada interval
40-400 meter. Teknologi ini pun
meminimalisasi risiko terjepitnya
drilling string saat blind drilling,
maupun saat pemboran semen
ataupun formasi.
Pada akhirnya dengan aplikasi
teknologi ini akan didapat efisiensi
biaya dikarenakan tidak adanya
NPT yang diakibatkan oleh kegiatan
combating loss, sehingga cocok untuk
iklim bisnis oil & gas yang sedang lesu
saat ini.
Gambar 3: NPT LSE-1087(CDS) Vs LSE-1086 (Konvensional)
Rate of Penetration (ROP) (gambar
4) dalam aplikasi Casing Drilling 13”
ini pun memberikan hal yang positif
terhadap kecepatan penyelesaian
pemboran di Louise. Rekor tercepat
diperoleh di sumur LSE-1088 dengan
25 m/jam, tetapi hal ini masih di bawah
Hasil tulisan ini dimasukkan kedalam
event dua tahunan yaitu “DRILLING
& WORKOVER TECHNOLOGY
FORUM 2016” yang diselenggarakan
oleh Pertamina UTC pada 20 – 22
September 2016. Dalam event ini hasil
tulisan berhasil mendapatkan juara 3
dalam Best Paper.
Dalam diagram di bawah dapat dilihat
jika dibandingkan dengan Sumur LSE1086, NPT pada Sumur LSE-1087
yang menggunakan Casing Drilling
Service (CDS) sangat jauh lebih kecil
yaitu hanya 6.19%. Sedangkan NPT
Sumur LSE-1086 mencapai 24.4%.
PEP kembali melakukan pemboran
2 sumur di struktur Louise dengan
mengaplikasikan metode Casing
Gambar 4: Grafik Drilling Time di Lapangan Louise
Oktober 2016 // BUMI
19
Spektrum
Lifting Minyak
Banyu Urip Ke-100:
Memenuhi Kebutuhan
Energi bagi Kesejahteraan
Indonesia
Bagaimana kita menilai proyek minyak yang sukses? Apakah dengan keberhasilannya
membantu memenuhi kebutuhan energi Indonesia? Capaian keselamatannya yang baik?
Atau, dengan pengembangan potensi masyarakat lokal? J
Oleh Adhitya C. Utama/acutama @skkmigas.go.id
umat, 30 September 2016, proyek minyak Banyu Urip
baru saja memenuhi lifting minyak ke seratus. Sebanyak
kira-kira 600 ribu barel minyak mentah milik Pemerintah
Indonesia diangkut dari Kapal Alir Muat Terapung (Floating
Storage and Off-loading / FSO) Gagak Rimang ke Motor
Tanker (MT) Gunung Geulis, di lepas Pantai Tuban, untuk
dikirim dan diolah di kilang milik Pertamina. Lifting tersebut dihadiri oleh Deputi Pengendalian Operasi,
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas), Muliawan Haji dan President
ExxonMobil Cepu Limited, operator Blok Cepu, Daniel
Wieczynski.
“Lifting ini menandai keandalan fasilitas dan lapangan
Banyu Urip untuk membantu memenuhi kebutuhan energi
Indonesia,” kata Muliawan.
Lifting minyak mentah tersebut diproduksikan dari Lapangan
Banyu Urip di Blok Cepu, Bojonegoro dan diolah di Central
Processing Facility yang berproduksi hingga 185 ribu barel
per hari atau sebesar 20% dari kebutuhan target produksi
minyak mentah nasional di tahun 2016. Dari sana, minyak
dialirkan melalui pipa darat sejauh 72 kilometer hingga ke
Pantai Palang, Tuban. Lalu, dilanjutkan melalui pipa bawah
laut dan ditampung di FSO Gagak Rimang yang berada
23 kilometer di lepas Pantai Tuban. Proyek minyak Banyu Urip telah memberikan dorongan positif
dan kuat terhadap iklim investasi di Indonesia, terutama pada
sektor usaha penyediaan jasa dan barang pendukung industri
migas. Bidang usaha pendukung tersebut meliputi, antara lain
penggunaan dua rig pertama yang dibuat di Indonesia oleh
20
BUMI // Oktober 2016
Pertamina Drilling Service, jasa tenaga kerja, jasa konstruksi,
jasa transportasi dan industri manufaktur peralatan migas.
Nilai investasi di Proyek Banyu Urip mencapai sekitar US$3.5
miliar. Ini menandakan, meskipun di tengah kondisi turunnya
harga minyak dunia, iklim investasi di Indonesia masih kuat
dan menarik. Efek berganda dari proyek ini akan mendukung
perekonomian nasional dan daerah.
Proyek Banyu Urip ini semakin memperkuat kemitraan
antara Pertamina dan ExxonMobil, termasuk lebih dari 40
tahun kemitraan di Lapangan Arun, Aceh; kemajuan dari
proyek East Natuna dan, di luar negeri, kemitraan untuk
mengembangkan Lapangan West Qurna I di Irak.
“Kami berterima kasih kepada para mitra Blok Cepu—PT
Pertamina EP Cepu dan Badan Kerja Sama Participating
Interest (PI) Blok Cepu—Pemerintah Indonesia, khususnya
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas), beserta Pemda Bojonegoro dan
Tuban serta masyarakat atas keberhasilan lifting ke seratus
ini,” kata Daniel Wieczynski.
Semua hal tersebut dilakukan dengan standar keamanan
yang tinggi. Proyek minyak Banyu Urip dikerjakan dengan
lebih dari 100 juta jam kerja dengan angka keselamatan yang
sangat bagus—bahkan jika dibandingkan dengan proyek
sejenis di dunia. Lebih dari 17 ribu pekerja, kebanyakan dari
daerah Bojonegoro dan Tuban, turut membantu
menyelesaikan proyek ini. Para pekerja tersebut
mendapatkan lebih dari 2 juta jam pelatihan dari 2500 sesi
pelatihan, termasuk pelatihan tentang aspek keamanan dan
keselamatan. Temuan Cadangan Saka Energi
Di tengah turunnya harga minyak dan lesunya kegiatan eksplorasi, industri hulu minyak dan gas
bumi (migas) di Indonesia mendapat angin segar. PT Saka Energi Indonesia berhasil menemukan
cadangan migas di sumur eksplorasi Sidayu-4V, Blok Pangkah, lepas pantai Jawa Timur. Termasuk
penemuan sumur migas terbesar dalam 15 tahun terakhir.
K
Oleh Adhitya C. Utama/[email protected]
egiatan eksplorasi Saka tersebut menindaklanjuti
penemuan cadangan migas di sumur eksplorasi
Sidayu-3ST1 satu tahun yang lalu, dan membuktikan
pelamparan lapisan yang berisi cadangan migas (Tuban,
Kujung-1 dan Ngimbang) di sepanjang jalur JS-1 (JS-1 Ridge)
di struktur Sidayu. Potensi sumberdaya migas dari Sidayu-4V
ini diperkirakan mencapai 300 juta barrel oil equivalent (BOE).
Temuan ini berpotensi menambah produksi Saka hingga
2.500 barel per hari (bph).
“Keberhasilan Saka ini diharapkan pemicu kesinambungan
upaya eksplorasi nasional yang seharusnya tidak pernah
berhenti,” kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas),
Amien Sunaryadi saat berkunjung ke fasilitas pengolahan
darat Saka (Pangkah) di Gresik, pada 29 September 2016.
Direktur Utama Saka Energi, Tumbur Parlindungan
menjelaskan, penemuan cadangan migas Sidayu-4V ini
merupakan tahap akhir dari eksplorasi struktur Sidayu dan
Saka akan melanjutkan proses berikutnya dengan pengajuan
rencana pengembangan lapangan (Plan of Development/
POD) pada kuartal III tahun depan. Untuk mencapai target
tersebut, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk ini akan melakukan studi terkait penemuan-penemuan
sumur eksplorasi yang sudah dilakukan.
Dijelaskan, hingga kini cadangan minyak dan gas yang
baru ditemukan berada di empat reservoir yang terdiri dari
3 reservoir minyak dan 1 reservoir gas. Saka Energi telah
melakukan tes produksi sebesar 1.800 barrel oil per day
(bopd). “Lapangan Sidayu bisa menjadi (blok) Cepu yang
baru. Target produksi Lapangan Sidayu akan mencapai
10.000 bpd (barrel per day)” kata Tumbur.
Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) M.I Zikrullah
mengatakan hasil uji tes produksi minyak dari sumur Sidayu4V, masih akan dievaluasi terlebih dahulu. Ini dilakukan untuk
mengidentifikasi dan memastikan semua dampak dan risiko
yang ada di blok migas tersebut.
Setelah evaluasi, SKK Migas baru bisa memutuskan apakah
Saka perlu menambah sumur eksplorasi atau tidak ke
depannya. “Kemarin itu baru indikasi dari sumur, nanti dicek
lagi bagaimana dampaknya segala macam,” kata Zikrullah.
Saat ini produksi Blok Pangkah berasal dari lapangan
Ujungpangkah. Sidayu akan menjadi lapangan ke-2 dengan
memanfaatkan fasilitas produksi yang digunakan di lapangan
Ujung Pangkah. Keberhasilan tersebut semakin mendorong
Saka agar tetap melanjutkan kegiatan eksplorasi untuk
merealisasikan potensi sumberdaya migas yang telah
teridentifikasi di beberapa prospek dengan melakukan
pengeboran di bagian utara dan barat Blok Pangkah di tahun
2017- 2018. Pengembangan lapangan berikutnya yang akan
ditemukan sampai akhir tahun 2018 diharapkan dapat di
produksikan mulai tahun 2022.
“Kami mengharapkan kontribusi yang cukup signifikan dari
hasil produksi lapangan Sidayu di tahun 2020,” kata Tumbur.
Oktober 2016 // BUMI
21
Bianglala
Forum Sekuriti:
Sinergitas Penegakan
Hukum dalam
Pengamanan Kegiatan
Hulu Migas
Oleh Erwin Andriyanto Redy/[email protected]
S
atuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Perwakilan Jawa,
Bali, Madura dan Nusa Tenggara (Jabamanusa)
menyelenggarakan Forum Sekuriti 2016 di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), pada 7 – 8 September 2016. Kegiatan
dilakukan sebagai komitmen untuk terus mendorong
sinergitas antar stakeholders (para pemangku kepentingan),
terutama di bidang kesekuritian.
Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jabanusa, Ali
Masyhar mengatakan semua pihak harus memiliki komitmen
kuat terhadap bangsa dan negara untuk bersama-sama
mendukung kegiatan hulu migas, yang kontribusinya telah
terbukti dapat membangun negeri. “Kegiatan hulu migas
masih memegang peran penting sebagai pilar penyangga
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara),” katanya.
Direktur Pengamanan Objek Vital (Pamobvit), Polda Jatim,
Komisaris Besar Yoyok Subagyono mengatakan, seluruh
objek vital nasional wajib menjadi sasaran pengamanan oleh
Polri. “Pemerintah menetapkan objek vital nasional karena
pemerintah memandang ada urgency di dalamnya, yakni
bersifat vital dan strategis. Polri harus mampu menjaganya,
kecuali wilayah obvitnas tersebut berada dalam wilayah TNI”
katanya.
Sarasehan SKK Migas – Forum Pemred
Pada hari pertama, digelar focus group
discussion (FGD). Sedangkan hari
berikutnya, rombongan berkunjung ke
Desa Wisata Teksas Wonocolo, untuk
melihat kondisi penambangan minyak
secara tradisional.
Dalam pertemuan tersebut, SKK Migas
dan Kontraktor KKS mengungkapkan
kondisi terkini industri hulu migas.
“Kita harus menggenjot investasi agar
kegiatan mencari cadangan migas terus
digalakkan,” kata Kepala SKK Migas.
Oleh Adhitya C. Utama/[email protected]
S
atuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
(SKK Migas) bersama dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor
KKS) menyelenggarakan sarasehan dengan Forum Pemimpin Redaksi
(Pemred) di Cepu, Jawa Tengah pada 30 September hingga 1 Oktober 2016.
Kegiatan dihadiri Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, manajemen Kontraktor KKS,
dan 13 Pemred media massa nasional.
22
BUMI // Oktober 2016
Ketua Forum Pemred, yang juga
Direktur Pemberitaan Metro TV, Suryo
Pratomo mengharapkan industri hulu
migas terbuka terhadap media massa
mengenai apa yang sedang dihadapi.
“Beri kami data yang lengkap agar
dapat memberikan informasi yang
utuh kepada publik dan pemangku
kepentingan,” katanya.
Sharing Knowledge
Petrochemical: Peluang
Besar di Tengah Diversity
Energy
Pasar energi global tengah memasuki fase baru. Permintaan dan harga komoditas mendorong para
stakeholder (pemantu kepentingan) untuk mencari inovasi dan memperluas strateginya. Keadaan
ini memacu industri petrokimia yang memanfaatkan hasil penyulingan dan konversi minyak dan gas
bumi (migas) ini terus berkembang.
S
Oleh Alfian/[email protected]
eiring bertambahnya pendapatan dan jumlah populasi,
permintaan atas produk petrokimia ternyata semakin
meningkat, terutama di Asia. Banyak contoh produk
turunan dari penyulingan dan konversi migas ini, seperti
pupuk, kondensat, cat, poliester, bahan tekstil, dan bahan
baku manufaktur lainnya. Sebagai negara produsen migas,
Indonesia tentu memiliki potensi yang besar dalam industri ini.
Membahas potensi industri petrokimia di Indonesia, Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi (SKK Migas) mengadakan Sharing Knowledge
Petrochemical dengan materi di antaranya Petrochemical
Business & Value Chain, Current Practices of The Global
Petrochemicals Industry – Insights from an Integrated
Energy Company, dan Overview Business Process Olefin
Petrochemical Industry Indonesia & Relationship with Oil &
Gas Sectors. Acara sharing knowledge ini diselenggarakan di
Gedung City Plaza Jakarta lantai 9 pada 29 September 2016.
Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan Haji
mengatakan, industri petrokimia di Indonesia kini terkendala
oleh harga yang rendah, sehingga tidak ditemukan
keekonomiannya. Dia mengharapkan kelak dapat dibangun
kompleks petrokimia yang holistik, dari upstream hingga
downstream.
“Bila ini dilakukan maka akan memberi nilai tambah bagi
peningkatan industri dalam negeri,”kata Muliawan. Dia pun
mengharapkan forum ini dapat dimanfaatkan secara maksimal
oleh karyawan SKK Migas untuk menambah wawasan dan
pengetahuan terkait petrokimia bagi pengembangan industri.
IHS Markit, salah satu perusahaan global analis
perkembangan industri yang menjadi narasumber dalam
forum ini menyebutkan, Indonesia sebenarnya memiliki
banyak potensi untuk mengembangkan petrokimia karena
Indonesia memiliki diversity energy (keragaman energi) yang
banyak, seperti minyak, gas bumi, batubara hingga biomassa,
yang merupakan bahan dasar untuk petrokimia.
Hanya saja masih terdapat beberapa kendala di antaranya
iklim fiskal dan regulasi yang kurang kondusif untuk investasi
sehingga masih belum terjaminnya pasar produk petrokimia
dalam negeri. Selain itu faktor lainnya adalah tingkat
kematangan cadangan migas Indonesia yang sudah mature
sehingga value produk petrokimia yang dihasilkan tidak dalam
level puncak.
“Di Indonesia banyak sekali feedstock (bahan baku), jadi
walaupun mature tapi tetap ada opsi lain produk petrokimia
yang dapat dihasilkan,” kata Director Power Gas Coal
Renewables Consulting IHS Markit Asia, James Ooi. Dia
menambahkan pertimbangan tentang petrokimia di Indonesia
sangat dianjurkan. Karena hingga saat ini, sudah banyak
negara yang bersaing dalam industri tersebut. Jangan sampai
Indonesia malah tertinggal jauh.
Faktanya, pada tahun 2015 Indonesia mengimpor produk
petrokimia untuk memenuhi 40%-60% permintaan dengan
total nilai US$1,2 miliar. Selain itu, Indonesia pun mengimpor
55%-65% permintaan terhadap bahan turunan downstream
senilai US$2,5 miliar. Hal ini sangat disayangkan mengingat
Indonesia sebenarnya mampu untuk menghasilkan produkproduk tersebut sendiri.
“Harga minyak dunia yang turun menjadi kesempatan besar
untuk pasar petrokimia. Dimana cost yang dikeluarkan rendah
(karena bahannya merupakan daur ulang dari material lain)
tapi permintaannya tinggi. Sangat kompetitif. Inilah waktu
yang tepat untuk berinvestasi di petrokimia bagi Indonesia,”
kata Vice President Chemical Industry Consulting IHS Markit
Asia, John King. “Dengan demikian, Indonesia memiliki
kesempatan untuk menaikkan gross domestic product
(GDP),” katanya.
Oktober 2016 // BUMI
23
MEMBANGUN
KEPERCAYAAN PUBLIK
Tetap
Berkomitmen dalam
Membesarkan Bangsa
Gedung Wisma Mulia Lt.30
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710
24
BUMI // Oktober 2016
www.skkmigas.go.id
Download