- JDIH Setjen Kemendagri

advertisement
PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
KETERTIBAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA TERNATE,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (1) huruf c
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Undang -Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban
untuk
menyelenggarakan
ketertiban
umum
dan
ketentraman masyarakat;
b. bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Kota Ternate
yang semakin pesat, selain telah membawa dampak positif
yang signifikan diberbagai bidang, namun dilain pihak
menimbulkan berbagai dampak sosial yang mengganggu
ketertiban umum di Kota Ternate sehingga perlu diatasi;
c. bahwa pengaturan Ketertiban Umum di Kota Ternate
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Ternate
Nomor 5 Tahun 2003 tentang Ketertiban, Kebersihan,
Keindahan dan Kesehatan dalam Daerah Kota Ternate
dipandang sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan
dinamika masyarakat Kota Ternate;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209);
2. Undang-Undang
Nomor
11
Tahun
1999
tentang
Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Ternate
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3824);
3. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004 tentang
Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844),
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4444);
5. Undang-Undang
Nomor
18
Tahun
2008
tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851);
6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4928);
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5025);
8. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
11. Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4276);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan
Polisi Pamong Praja Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 9,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5094);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5230);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang
Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2010
tentang
Ketentraman, Ketertiban
dan Perlindungan
Masyarakat dalam rangka Penegakan Hak Asasi Manusia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 436);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011
tentang Produk Hukum Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011, Nomor 694);
18. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 22 Tahun 2000
tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan
Pemerintah Kota Ternate (Lembaran Daerah Kota Ternate
Tahun 2000 Nomor 25);
19. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 18 Tahun 2007
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kota Ternate Tahun 2007, Nomor 33);
20. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 19 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kota Ternate
(Lembaran Daerah Kota Ternate Tahun 2008, Nomor 28);
21. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 4 Tahun 2010,
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota
Ternate, Nomor 16 Tahun 2007, tentang Organisasi
Lembaga Tekhnis Daerah Kota Ternate (Lembaran Daerah
Kota Ternate Tahun 2010 Nomor 52);
22. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 10 Tahun 2011,
Retribusi Pelayanan Kesehatan Dalam Daerah Kota Ternate
(Lembaran Daerah Kota Ternate Tahun 2011, Nomor 70);
23. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 11 Tahun 2011,
tentang Retribusi Pelayanan Persampahan (Lembaran
Daerah Kota Ternate Tahun 2011 Nomor 71);
24. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 14 Tahun 2011
tentang
Retribusi
Pengujian
Kendaraan
Bermotor
(Lembaran Daerah Kota Ternate Tahun 2011 Nomor 74);
25. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 23 Tahun 2011,
tentang Retribusi Izin Gangguan (Lembaran Daerah Kota
Ternate Tahun 2011 Nomor 83);
26. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 31 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota
Ternate Nomor 15 Tahun 2007 tentang Organisasi DinasDinas Daerah Kota Ternate (Lembaran Daerah Kota Ternate
Tahun 2011 Nomor 91);
27. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 34 Tahun 2011
tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
(Lembaran Daerah Kota Ternate Tahun 2011 Nomor 94);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TERNATE
dan
WALIKOTA TERNATE
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KETERTIBAN UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Ternate.
2. Kota adalah Kota Ternate.
3. Walikota adalah Walikota Ternate.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
DPRD Kota Ternate.
5. Ketertiban Umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan
kegiatannya dengan tentram, tertib, teratur dan nyaman.
6. Ketertiban sosial adalah suatu keadaan keteraturan sosial yang sesuai
dengan norma-norma, nilai-nilai, tatanan agama, adat istiadat dan budaya
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
yang berlaku, dimana pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
dapat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib, teratur dan nyaman.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga atau
badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang diberikan kewenangan untuk
melaksanakan suatu urusan pemerintahan yang menjadi tanggung
jawabnya.
Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada
pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan
tanah dan atau/air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kabel.
Jalur Hijau adalah jalur yang diatasnya terdapat tanaman penghijauan.
Bangunan adalah bangunan gedung beserta bangunan-bangunan yang
secara langsung merupakan kelengkapan dari bangunan gedung tersebut
dalam batas satu kepemilikan.
Orang adalah individu yang berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk
pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau
pertunjukkan dimuka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi
seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.
Pramuria adalah setiap orang yang bekerja pada bar, bilyar dan tempat
hiburan, yang bertugas melayani dan menemani tamu.
Perjudian adalah kegiatan permainan bersifat untung-untungan yang
dilakukan melalui media dan/atau alat tertentu dalam bentuk pertaruhan
oleh seorang atau sekelompok orang dengan maksud mendapatkan
keuntungan atau perbuatan yang dapat dipersamakan dengan hal itu.
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Kota Ternate yang
diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan
penyidikan terhadap pelanggaran Peratutan Daerah Kota Ternate yang
memuat ketentuan pidana.
Pesta malam adalah acara perayaan hiburan yang dilaksanakan oleh setiap
orang atau badan pada malam hari, berupa tari-tarian, joget atau ronggeng
dengan mengggunakan musik sebagai pengiringnya.
Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan/atau penggunaan
rokok.
Pengemis adalah setiap orang yang mendapatkan penghasilan dengan
meminta-minta dimuka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk
mengarapkan belas kasihan dari orang lain.
Tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah,
swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat.
Tempat kerja adalah adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja tetap bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
Pembinaan adalah perbuatan membina yang dilakukan secara efisien dan
efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Pengendalian adalah usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan
mengarahkan orang atau badan untuk mencapai tujuan tertentu melalui
perilaku yang diharapkan.
25. Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang
terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
BAB II
KETERTIBAN UMUM
Bagian Pertama
Tertib Jalan dan Angkutan Jalan
Paragraf 1
Tertib Jalan
Pasal 2
(1)
(2)
(3)
(4)
Setiap pejalan kaki harus berjalan diatas trotoar apabila jalan dilengkapi
trotoar.
Setiap pejalan kaki harus menyeberang pada rambu atau tempat
penyeberangan apabila rambu atau tempat penyeberangan telah
disediakan.
Setiap pejalan kaki dilarang menerobos atau melompat pagar pembatas
jalan.
Setiap pejalan kaki dilarang berjalan diatas taman kota dan jalur hijau.
Pasal 3
(1)
(2)
(3)
Setiap orang atau badan dilarang, kecuali atas izin pejabat yang
berwenang:
a. Menutup jalan;
b. Membuat atau memasang portal dijalan;
c. Membuat atau memasang tanggul pengaman jalan;
d. Membuat, memasang, memindahkan dan membuat tidak berfungsinya
rambu-rambu lalu lintas;
e. Menutup terobosan atau putaran jalan;
f. Membongkar jalur pemisah jalan;
g. Membongkar, memotong, merusak pagar pengaman jalan;
h. Melakukan perbuatan yang dapat berakibat merusak badan jalan atau
membahayakan keselamatan lalu lintas;
i. Melakukan penimbunan pasir, tanah, batu atau material lainnya di
pingggir jalan yang dapat mengganggu kelancaran arus lalu lintas.
Izin menutup jalan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, hanya diberikan terhadap jalur jalan tertentu yang
tidak memiliki akses langsung dengan bandar udara Babbullah, rumah
sakit dan pos-pos penempatan mobil pemadam kebakaran.
Jalur jalan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan dan/atau Keputusan Walikota.
Pasal 4
Setiap orang yang tidak memiliki kewenangan dilarang melakukan pengaturan
lalu lintas kendaraan pada persimpangan jalan, tikungan atau putaran jalan
serta pada tempat-tempat tertentu kecuali atas izin pejabat atau petugas yang
berwenang.
Paragraf 2
Tertib Angkutan Jalan
Pasal 5
(1)
Setiap pengemudi angkutan jalan wajib:
a. mematuhi rambu-rambu lalu lintas, mengutamakan keselamatan
penumpang dan pengguna jalan dalam menaikkan dan menurunkan
penumpang;
(2)
(3)
(4)
(5)
b. Menyediakan tempat sampah, P3K dan tabung pemadam kebakaran.
Setiap pengemudi angkutan jalan dilarang membunyikan musik dan
bunyi-bunyian lainnya yang dapat mengganggu kenyamanan dan
keselamatan penumpang dan masyarakat.
Setiap mobilisasi alat berat yang melewati jalan harus menggunakan
alat yang dapat melindungi/mencegah kerusakan jalan dan dengan izin
dari instansi yang berwenang.
Setiap pengemudi angkutan jalan dilarang menggunakan telepon
genggam pada saat mengemudi.
Setiap mobil penumpang harus memiliki identitas/nama atau nomor
lambung serta tidak menggunakan kaca rayban/gelap.
Pasal 6
Setiap orang atau badan dilarang:
a. Mengangkut bahan berdebu, berbau busuk dan mudah tercecer dengan
menggunakan alat angkutan yang terbuka;
b. Mengangkut bahan berbahaya dan beracun, bahan yang mudah
terbakar, dan/atau bahan peledak tanpa dilengkapi dengan perizinan
yang sah; dan
c. Menyelenggarakan angkutan tanah tanpa dilengkapi dengan perizinan
yang sah.
Pasal 7
(1)
(2)
Setiap orang dilarang mengoperasikan angkutan kendaraan bermotor
roda dua (ojeg) sebagai angkutan penumpang umum di sepanjang jalur jalur jalan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai daerah
bebas ojeg.
Pada jalur jalan daerah bebas ojeg sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipasang rambu-rambu lalu lintas.
Bagian Kedua
Tertib Jalur hijau, Taman Kota dan Tempat Umum
Pasal 8
Setiap orang dilarang untuk:
a. Melakukan perbuatan yang dapat merusak jalur hijau atau taman kota;
b. Melompat atau menerobos pagar yang ada disepanjang jalur hijau dan
taman kota;
c. Memanjat, menebang, memotong pohon dan tanaman yang tumbuh
disepanjang jalur hijau dan taman kota, kecuali dalam keadaan darurat;
d. Memasang, menempel atau menggantungkan benda-benda/barang-barang
disepanjang jalur hijau, taman kota dan tempat umum kecuali atas izin
pejabat yang berwenang;
e. Menyimpan, mencuci atau memperbaiki kendaraan bermotor/tidak
bermotor dijalur hijau, taman kota dan tempat umum kecuali atas izin
pejabat yang berwenang;
f. Menaikkan, menurunkan dan membongkar barang-barang muatan
kendaraan disepanjang jalur hijau, taman kota dan tempat umum, kecuali
atas izin pejabat yang berwenang;
g. Menyimpan barang-barang bangunan atau benda-benda lain di sepanjang
jalur hijau, taman kota dan tempat umum kecuali atas izin pejabat yang
berwenang;
h. Memanfaatkan jalur hijau, taman kota dan tempat umum dan dibawah
jembatan yang tidak sesuai dengan fungsinya kecuali mendapat izin dari
pejabat yang berwenang;
i. Membuang air besar dan/atau air kecil di jalur hijau, taman kota dan
tempat umum, kecuali ditempat yang telah disediakan/toliet umum.
Bagian Ketiga
Tertib Laut, Sungai, Situ/Danau, dan Saluran Air/Drainase
Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang tinggal atau tidur di bantaran sungai, situ/danau,
dan saluran air/drainase.
(2) Setiap orang dilarang mencuci benda-benda yang dapat menyebabkan
tercemarnya air laut, sungai dan situ/danau.
(3) Setiap orang atau badan dilarang memanfaatkan pesisir pantai, sungai
dan situ/danau untuk kepentingan usaha kecuali atas izin dari pejabat
yang berwenang.
(4) Setiap orang atau badan dilarang memindahkan saluran air/drainase,
menyumbat, menutup secara permanen saluran air/drainase, sehingga
tidak berfungsinya saluran air/drainase, tanpa izin dari pejabat yang
berwenang.
(5) Setiap orang atau badan dilarang menangkap ikan di laut, sungai,
situ/danau, dengan mempergunakan aliran listrik, bahan peledak atau
bahan beracun.
Bagian Keempat
Tertib Lingkungan
Paragraf 1
Tertib Membuang Sampah
Pasal 10
(1) Setiap orang atau badan harus membuang sampah pada tempat sampah
yang telah disediakan.
(2) Setiap orang atau badan dilarang membuang dan menumpuk sampah di
jalan, jalur hijau dan taman kota, pesisir pantai, sungai, saluran/drainase,
situ/danau, dan tempat-tempat lain yang dapat merusak keindahan dan
kebersihan lingkungan.
(3) Setiap orang atau badan dilarang membuang benda yang berbau busuk
yang dapat mengganggu penghuni sekitarnya.
(4) Setiap orang atau badan dilarang membakar sampah.
Paragraf 2
Tertib Keindahan Kota
Pasal 11
Setiap orang atau badan dilarang mencoret-coret, menulis, melukis, menempel
iklan yang bukan pada tempatnya yang dapat mengganggu keindahan kota,
seperti:
a. Sarana umum yang dapat berupa dinding atau tembok, pagar, jembatan
lintas, jembatan penyeberangan orang, halte, tiang listrik dan pohon;
b. Bangunan milik perorangan atau badan tanpa seizin pemiliknya.
Paragraf 3
Tertib Pemeliharaan Hewan
Pasal 12
(1) Setiap orang atau badan wajib menjaga hewan peliharaannya.
(2) Setiap orang atau badan wajib menjamin agar hewan peliharaannya tidak
mengganggu, membahayakan, merusak dan mengotori lingkungan di
sekitarnya.
Paragraf 4
Tertib Penggalian dan Pengurugan Tanah
Pasal 13
Setiap orang atau badan dilarang melakukan penggalian dan/atau
pengurugan tanah yang tidak sesuai dengan izin/rekomendasi yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang serta dapat membahayakan orang lain dan
lingkungan di sekitar lokasi penggalian dan/atau pengurugan.
Bagian Kelima
Tertib Usaha/Berjualan
Pasal 14
(1) Setiap orang atau badan dilarang berjualan di jalan, trotoar, lampu
pengatur lalu lintas (traffic light), drainase, Jembatan Penyeberangan
Orang (JPO) dan bantaran sungai.
(2) Setiap orang atau badan dilarang berjualan di jalur hijau, taman kota dan
tempat umum lainnya kecuali diizinkan oleh pejabat yang berwenang.
(3) Setiap orang atau badan dilarang berjualan atau menyediakan barang dan
hal-hal yang bersifat pornografi.
(4) Setiap orang atau badan dilarang melakukan usaha sebagai calo
karcis/tiket angkutan umum, hiburan atau sejenisnya.
Bagian Keenam
Tertib Bangunan
Pasal 15
(1) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan menara telekomunikasi yang
dekat dengan pemukiman penduduk, kecuali dengan jarak yang telah
ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan pada ruang milik
jalan dan/atau saluran sungai, kecuali atas izin pejabat yang berwenang.
(3) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan disekitar kawasan
bandar udara pada jarak yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(4) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan diatas tanah milik
negara atau Pemerintah Kota, fasilitas sosial atau fasilitas umum milik
Pemerintah, kecuali atas izin pejabat yang berwenang.
Bagian Ketujuh
Tertib Pemilik dan Penghuni Bangunan
Pasal 16
(1)
(2)
Setiap pemilik atau penghuni bangunan wajib :
a. Menanam pohon pelindung, tanaman hias, tanaman apotek hidup
atau tanaman lainnya dihalaman atau pekarangan bangunan;
b. Menyediakan tempat sampah didalam pekarangan bagian depan.
c. Memelihara trotoar, selokan (drainase), bahu jalan yang ada disekitar
bagunan;
d. Memelihara rumput taman, pohon dan tanaman lainnnya dihalaman
dan disekitar bangunan;
e. Membuat sumur resapan atau biopori.
Setiap Pemilik atau penghuni bangunan diwajibkan memotong pohon
atau tumbuhan didalam halaman atau pekarangan bangunan yang
mengganggu atau menimbulkan bahaya.
Bagian Kedelapan
Tertib Hiburan dan Tertib Jasa Hiburan
Paragraf 1
Tertib Hiburan
Pasal 17
(1).
(2)
(3).
Setiap orang, badan atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan
pesta hiburan malam hari wajib memperoleh izin dari pejabat yang
berwenang.
Izin pelaksanaan pesta hiburan malam hari sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya diberikan sampai batas waktu pukul 00.00., dinihari
bagian timur waktu lndonesia.
Musik yang digunakan dalam pesta hiburan malam hari tidak
mengganggu kenyamanan masyarakat dilingkungan sekitarnya.
Paragraf 2
Tertib Jasa Hiburan
Pasal 18
(1) Setiap pengusaha jasa hiburan wajib membina para pramurianya untuk
tidak melakukan perbuatan melanggar hukum.
(2) Setiap pengusaha jasa hiburan wajib memberikan identitas bagi para
pramurianya dan melaporkan kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Setiap pengusaha jasa hiburan wajib memberikan hak atas upah, jaminan
sosial dan jaminan-jaminan lainnya sesuai dengan hak-hak para pekerja
menurut peraturan yang berlaku.
(4) Setiap pramuria harus memiliki surat keterangan berbadan sehat dari
dokter puskesmas atau rumah sakit pemerintah setempat.
Pasal 19
(1) Setiap pengusaha jasa hiburan wajib menghormati hari-hari besar
keagamaan dan memberikan kesempatan kepada para pekerjanya untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya.
(2) Tata cara menghormati hari-hari besar keagamaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan dan/atau keputusan Walikota
setelah mendapat masukan dan pertimbangan dari majelis keagamaan
setempat.
Bagian Kesembilan
Tertib Sosial
Paragraf 1
Tertib Meminta Sumbangan/Mengemis/Memberi
Pasal 20
(1) Setiap orang atau badan dilarang meminta sumbangan di jalan, angkutan
umum, rumah tinggal, kantor dan tempat umum lainnya tanpa izin
tertulis dari Pejabat yang berwenang.
(2) Setiap orang atau badan dilarang meminta-minta atau mengemis di jalan,
persimpangan lampu pengatur lalu lintas (traffic light), di dalam angkutan
umum, jembatan penyeberangan, area perkantoran dan tempat umum
lainnya.
(3) Setiap orang atau badan dilarang menyuruh orang lain untuk memintaminta/mengemis ditempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Setiap orang atau badan dilarang memberikan sejumlah uang atau
barang kepada peminta atau pengemis ditempat-tempat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
Paragraf 2
Warung Internet
Pasal 21
(1)
(2)
Setiap penyelenggara warung internet wajib memenuhi ketentuan
perizinan.
Ketentuan perizinan penyelengaraan warung internet sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 22
Setiap orang dilarang :
a. berduaan dengan lawan jenis didalam bilik warung internet.
b. melakukan tindakan asusila didalam bilik warung internet.
c. mengakses dan mengunduh situs porno didalam bilik warung internet.
Paragraf 3
Larangan Berjudi
Pasal 23
(1)
(2)
Setiap orang dilarang melakukan perjudian.
Setiap orang atau badan dilarang membuka praktek perjudian.
Paragraf 4
Tertib Sosial Lainnya
Pasal 24
(1)
(2)
(3)
(4)
Setiap orang wajib menjaga ketertiban, ketentraman dan kenyamanan.
Setiap orang dilarang melakukan dan/atau mengajak, menyuruh
melakukan perkelahian sesama warga, antar warga, kelompok dan/atau
perkelahian antar kampung.
Setiap orang atau badan dilarang membunyikan sesuatu yang berasal
dari petasan dan meriam bambu yang dapat mengganggu kenyamanan
masyarakat.
Setiap orang atau badan dilarang membuat gaduh disekitar tempat
tinggal atau membuat sesuatu yang dapat mengganggu ketentraman
orang lain.
Pasal 25
Setiap pemilik rumah kontrakan dan/atau rumah kos wajib melaporkan setiap
penghuni kontrakan dan/atau rumah kosnya kepada ketua RT dan ketua RW
setempat secara periodik setiap 3 (tiga) bulan sekali.
Bagian Kesepuluh
Tertib Berpakaian
Pasal 26
Setiap orang dilarang berpakaian yang tidak sesuai dan/atau bertentangan
dengan norma-norma agama, adat dan budaya ditempat-tempat umum.
Bagian Kesebelas
Tertib Kesehatan
Pasal 27
(1)
(2)
Setiap orang atau badan dilarang menyelenggarakan praktek pengobatan
atau yang berhubungan dengan kesehatan tanpa izin tertulis dari pejabat
yang berwenang.
Setiap orang atau badan dilarang menawarkan dan/atau menjual barang
dan/atau jasa yang mempunyai efek kesehatan tanpa seizin pejabat yang
berwenang.
Bagian Keduabelas
Tertib Merokok
Pasal 28
(1)
(2)
(3)
Setiap orang dilarang merokok di tempat yang dinyatakan sebagai
kawasan tanpa rokok.
Kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu
a. Tempat ibadah;
b. Sarana pendidikan;
c. Pelayanan kesehatan;
d. Arena kegiatan anak;
e. Kendaraan angkutan umum. dan
f. Tempat lain yang diatur dengan Peraturan Walikota.
Pelaksanaan kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB III
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 29
(1)
(2)
(3)
Pembinaan terhadap penyelenggaraan ketertiban umum dilakukan oleh
Walikota, dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah yang dalam
tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab dalam bidang
penyelenggaraan ketertiban umum bersama organisasi perangkat daerah
terkait lainnya.
Pengendalian terhadap penyelenggaraan ketertiban umum dilakukan
oleh Organisasi Perangkat Daerah yang dalam tugas pokok dan fungsinya
bertanggung jawab dalam bidang penyelenggaraan ketertiban umum
bersama organisasi perangkat daerah terkait lainnya.
Pembinaan dan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja bersama Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Organisasi Perangkat daerah terkait sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 30
Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh
Satuan Polisi Pamong Praja atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan
Keputusan Walikota.
BAB IV
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 31
(1)
Masyarakat mempunyai kesempatan untuk berperan serta
membantu upaya penyelenggaraan ketertiban umum.
dalam
(2)
(3)
Masyarakat dapat melaporkan kepada pihak yang berwenang apabila
mengetahui adanya pelanggaran terhadap ketertiban umum.
Pemerintah Kota Ternate wajib menindaklanjuti dan memberikan
jaminan serta perlindungan kepada pelapor sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
BAB V
SANKSI
Bagian Pertama
Sanksi Administratif
Pasal 32
(1)
(2)
(3)
Pelanggaran pada Pasal 13, Pasal 15, Pasal 16 ayat (1), Pasal 21 ayat (1)
dan Pasal 25 dikenakan sanksi administratif.
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian/penutupan kegiatan, baik untuk sementara maupun
secara tetap;
c. Perintah pembongkaran atau pengosongan atau pemindahan.
Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
meliputi peringatan pertama selama 10 (sepuluh) hari, peringatan kedua
selama 7 (tujuh) hari dan peringatan ketiga selama 3 (tiga) hari.
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Pasal 33
(1)
(2)
Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4,
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12,
Pasal 13, Pasal 14, Pasal 16 ayat (2), Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal
20, Pasal 22, Pasal 24 ayat (3) dan ayat (4), serta pasal 26, Pasal 27, dan
Pasal 28 Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling
lama 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000.- (lima
puluh juta rupiah).
Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Tindak
Pidana Pelanggaran.
Pasal 34
(1)
(2)
Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam pasal 23 ayat (1) dan ayat
(2), serta pasal 24 ayat (1) dan ayat (2), dikenakan hukuman pidana
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Tindak
Pidana Kejahatan.
BAB VI
PENYIDIKAN
Pasal 35
(1)
(2)
Penyidikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini dilakukan oleh penyidik umum dan/atau Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) tertentu dilingkungan Pemerintah Kota Ternate yang
Pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan Perundangundangan yang berlaku.
Wewenang penyidik sebagaimana pada ayat (1) adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang Peraturan
(3)
(4)
Daerah dan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap
dan jelas;
b. Menerima, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenarn perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah
tersebut;
c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana Peraturan Daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen serta
melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta
melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang Peraturan Daerah;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsungdan memeriksa
identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud
pada huruf e;
h. Memotret seseorang atau yang berkaitan dengan tindak pidana
pelanggaran Peraturan Daerah ini;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan.
Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana dibidang Peraturan Daerah menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan
dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada
penuntut umum sesuai dengan ketentuan dalam Undang – Undang
Hukum Acara Pidana.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 36
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota
Ternate Nomor 05 Tahun 2003, tentang Ketertiban, Kebersihan, Keindahan
dan Kesehatan dalam Daerah Kota Ternate (Lembaran Kota Ternate Tahun
2003 Nomor 5) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 37
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai tekhnis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
dan/atau Keputusan Walikota.
Pasal 38
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Ternate.
Ditetapkan di Ternate
pada tanggal 6 Januari 2014
WALIKOTA TERNATE,
BURHAN ABDURAHMAN.
Diundangkan di Ternate
pada tanggal 7 Januari 2014
Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA TERNATE,
M. TAUHID SOLEMAN
LEMBARAN DAERAH KOTA TERNATE TAHUN 2014 NOMOR 117
PENJELASAN
PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
KETERTIBAN UMUM
I. UMUM
Seiring dengan semangat otonomi daerah berdasarkan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008, maka Pemerintah Kota Ternate memiliki kewenangan untuk
mengatur dirinya, termasuk mengatur ketertiban umum dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Di Dalam Pasal 14 ayat (1) huruf c
Undang-Undang tersebut di atas menegaskan bahwa, ”pemerintah daerah
mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat”. Bahwa ketertiban umum yang dimaksud adalah
suatu keadaan dinamis yang memungkinkan pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram,
tertib, teratur dan nyaman. Dalam mewujudkan Ketertiban masyarakat
perlu dibina nilai-nilai, norma-norma sosial sesuai dengan adat, budaya,
dan agama, disamping memperhatikan aspek-aspek dinamika
sosial
budaya yang berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
bahwa dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
ketertiban umum merupakan suatu investasi sosial yang mempunyai
multiplier effect yang tak bisa dihitung dengan ukuran material. Oleh
karena itu untuk mewujudkan ketertiban umum tetap berlandaskan pada
Pancasila, karena Pancasila sebagai Dasar dan Falsafah Negara merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh yang memberikan keyakinan kepada Rakyat
dan Bangsa, bahwa kebahagian hidup akan tercapai jika didasarkan atas
keselarasan dan keseimbangan baik dalam hidup warga sebagai pribadi,
dalam hubungan warga dengan warga, dalam hubungan warga dengan
alam, dalam hubungan warga denga Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
mewujudkan Ketertiban Umum di Kota Ternate sangat dipengaruhi oleh
tingkat Partisipasi Masyarakat, oleh karena itu Peraturan Daerah ini
merupakan milik dan tanggung jawab semua lapisan Masyarakat di Kota
Ternate.
Dalam penyelenggaraan ketertiban, kebersihan, keindahan dan kesehatan
di Kota Ternate, Pemerintah Kota Ternate telah memiliki Peraturan Daerah
Kota Ternate Nomor 5 Tahun 2003 tentang ketertiban, kebersihan,
keindahan dan kesehatan. Namun demikian, dengan perkembangan dan
kemajuan pemerintahan di Kota Ternate saat ini serta dinamika perubahan
sosial kemasyarakatan yang pesat maka ketentuan dimaksud sudah tidak
memadai lagi, sehingga dipandang perlu diganti dengan menerbitkan
Peraturan Daerah Kota Ternate tentang Ketertiban Umum.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Huruf
a
Yang dimaksud dengan “ P3K ” adalah Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan dan yang dimaksud
dengan “ tabung pemadam kebakaran “ adal Alat
Pemadam Api Ringan 1(satu) kilogram.
Huruf b
Yang dimaksud dengan bunyi-bunyian
adalah bunyi klakson dan knalpot.
lainnya
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan alat berat adalah bulldozer, traktor,
excavator, mesin giling, stoomwaltz, forklift, loader dan crane.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan mobil penumpang adalah taksi dan
mikrolet.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Cukup jelas
10
Cukup Jelas
11
Cukup Jelas
12
Cukup Jelas
13
Cukup jelas
14
Cukup jelas
15
Cukup jelas
16
Cukup jelas
17
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
18
Cukup jelas
19
Cukup jelas
20
Cukup jelas
21
Cukup jelas
22
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan gaduh adalah suara binatang, suara
musik, suara kendaraan dan suara lainnya.
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TERNATE TAHUN 2014 NOMOR 120
Download