BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Matematika 1. Definisi Matematika Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” yang artinya “mempelajari”. Kata tersebut erat hubungannya dengan kata Sanskerta “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”, “ketahuan” “intelegensi”.1 Definisi matematika yang dikutip oleh Herman S. dkk: Abraham S. Lunchins dan Edith N. Lunchins (1973): “In short, the question what is mathematicts, may be answered difficulty depending on when the question is answered, where it is answered, who answered it, and what is regarded as being included in mathematics”. Pendeknya: “Apakah matematika itu?” dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawab, siapa yang yang menjawab, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika”.2 Dengan demikian banyak perbedaan definisi yang dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan pandangan, pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki, sehingga tidak ada definisi tunggal yang telah disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika. 1 Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intellegence, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 42 2 Erman S.dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI Bandung, 2003), hal. 15 12 13 Berikut disajikan beberapa definisi dari matematika:3 a. Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif. (Ruseffendi, 1989: 23). b. Matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat: sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsure yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. (Johnson dan Rissing, 1972 dalam Rusefendi, 1988: 2). c. Matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. (Reys, 1984, dalam Rusefendi, 1988: 2). d. Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. (Kline, 1973, dalam Rusefendi, 1988: 2). Soejadi juga mengemukakan beberapa definisi atau pengertian matematika dari beberapa ahli: a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 3 Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: DEPDIKNAS, 2006), hal.1 14 b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. d. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.4 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui. Semua definisi ini dapat kita terima, karena memang matematika dapat ditinjau dari segala sudut, dan matematika itu sendiri bisa memasuki seluruh segi kehidupan manusia, dan yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks. 2. Karakteristik Matematika Tidak tedapat definisi tunggal tentang matematika yang telah disepakati. Namun, setelah sedikit mendalami masing-masimg definisi yang 4 Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hal. 11 15 saling berbeda itu, terlihat adanya ciri khusus yang terdapat dalam definisi tersebut. Beberapa karakteristik itu adalah: 1. Memiliki objek abstrak. 2. Berpola pikir deduktif. 3. Bertumpu pada kesepakatan. 4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. 5. Memperhatikan semesta pembicaraan. 6. Konsisten dalam sistemnya.5 Karakteristik di atas akan dijabarkan satu per satu sebagai berikut: 1. Memiliki objek abstrak Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak. Adapun objek dasar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Fakta (abstrak) beropa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. b. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. c. Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika yang lain. d. Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang kompleks. 5 Ibid.,Hal. 13 16 2. Berpola pikir deduktif Dalam matematika sebagai ilmu hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. Pola pikir deduktif ini dapat berwujud dalam bentuk yang amat sederhana dan ada juga yang tidak sederhana. 3. Bertumpu pada kesepakatan Dalam matematika kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitife. Aksioma (postulat) diperlukan untuk menghindari berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitife (undefined) diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian. 4. Memiliki simbol yang kosong dari arti Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model matematika. Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model matematika itu justru memungkinkan “intervensi” matematika ke dalam berbagai pengetahuan. Kosongnya arti itu memungkinkan memasuki medan garapan dari ilmu bahasa. matematika 17 5. Memperhatikan semesta pembicaraan Sehubungan dengan peran tentang kosongnya arti dari simbolsimbol dan tanda-tanda dalam matematika di atas menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan di dalam lingkup apa model itu dipakai. Apabila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol-simbol diartikan bilangan. Bila lingkup pambicaraannya transformasi, maka simbol-simbol diartikan sebagai transformasi. 6. Konsisten dalam sistemnya Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. B. Proses Belajar Mengajar Matematika 1. Pengertian Belajar dan Mengajar Matematika Belajar dapat didefinisikan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sebagainya.6 Witting dalam bukunya “Psychology of Learning” mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occours as a result of experience 6 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta. 2007), hal. 49 18 (belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman).7 Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.8 Pendapat serupa dikemukakan Dengeng bahwa belajar adalah pengantar pengetahuan baru pada struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa.9 Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.10 Sedangkan yang dimaksud pengalaman dalam proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.11 Setelah diketahui tentang definisi belajar selanjutnya mengenai pengertian mengajar. Pengertian mengajar bermacam ragam tergantung pada landasan teori belajar yang mendasarinya, tujuan dan arah serta kegiatan yang dilakukan. Mengajar merupakan proses konservasi budaya, 7 Muhiddin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 65 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Pt Rienika Cipta, 2002), hal. 13 9 Anisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 13 10 Herman Hudoyo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Surabaya: Usaha Nasional, 1979), hal. 92 11 Anisatul Mufarukah, Strategi…, hal. 13 8 19 penyampaian pengetahuan dan kecakapan, pengorganisasian lingkungan belajar dan keaktifan siswa.12 Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah. Kriteria ini sejalan dengan pendapat dari teori pendidikan yang bersikap pada mata pelajaran yang disebut formal atau tradisional.13 Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid, pemberian bimbingan menjadi kegiatan mengajar yang utama. Siswa sendiri yang melakukan kegiatan belajar seperti mendengarkan ceramah, membaca buku, melihat demontrasi, menyaksikan pertandingan dan sebagainya. Peran guru mengarahkan, mempersiapkan, mengontrol dan memimpin sang anak agar kegiatan belajarnya berhasil.14 Sehingga mengajar menuntut ketrampilan tingkat tinggi yang mencakup pengambilan keputusan, karena harus dapat mengatur berbagai komponen dan menyelaraskan untuk terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Walaupun belajar dan mengajar itu dari dua hal yang berbeda, keduanya saling berkaitan. Mengajar akan efektif bila kemampuan berpikir anak diperhatikan dan karena itu perhatian ditujukan kepada kesiapan struktur kognitif siswa. Adapun struktur kognitif ini mengacu kepada 12 Oemar Hamalik, Prikologi Belajar dan Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru Algesimdo, 2007), hal. 67 13 Oemar Hamalik, Proses Bealajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 44 14 Ibid.,Hal. 50 20 organisasi pengetahuan atau pengalaman yang telah dikuasai seorang siswa yang memungkinkan siswa itu dapat menangkap ide-ide atau konsep-konsep baru. Salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya pengajaran matematika adalah menguasai teori belajar mengajar matematika.15 Dengan menguasai teori belajar mengajar peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik bahkan dapat memotivasi anak didik untuk berminat belajar matematika. Matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbolsimbol, tersusun secara hirarkis dan penalaran deduktif, sehingga belajar akan lebih mudah. Mempelajari sesuatu di dasari kepada apa yang telah diketahui seseorang. Karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar dari orang tersebut akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut. 2. Prinsip-prinsip Belajar a. Kematangan Jasmani dan Rohani Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar (kemampuan berpikir, ingatan, fantasi dan lain-lain). 15 Lisnawati Simanjuntak, dkk., Metode Mengajar Matematika, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 19930, hal. 76 21 b. Memiliki Kesiapan Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan belajar khusus yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. c. Memahami Tujuan Orang yang mempelajari sesuatu harus memahami apa tujuan dan apa gunanya dia mempelajari. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan, hilang kegairahan, tidak sistematis dan asal ada saja. d. Memiliki Kesanggupan Prinsip kesanggupan sangat penting. Artinya, biarpun orang itu sudah memiliki kematangan, kesiapan serta tujuan yang kongkret dalam melakukan kegiatan belajarnya, kalau tidak sungguh-sungguh akibatnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan. e. Ulangan dan Latihan Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap ke dalam otak, sehingga dapat dikuasai sepenuhnya dan sukar untuk dilupakan.16 Selain itu ada beberapa prinsip belajar yang harus ditemukenali oleh setiap siswa atau mahasiswa, yaitu: a. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita 16 M. Dalyono, Psikologi …, hal. 51-54 22 b. Kenalilah kepribadian diri sendiri c. Rekam semua informasi dalam kata d. Belajar bersama orang lain e. Hargai diri sendiri17 Dari beberapa prinsip tersebut terdapat sebagaian prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajarannya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas pengajarannya. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang menpengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor interen dan faktor eksteren. a. Faktor Interen 1) Faktor Jasmaniah a) Faktor Kesehatan Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, olahraga, rekreasi dan ibadah. 17 hal. 46-47 M. Djoko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, (Yogyakarta: PINUS, 2006), 23 b) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau sempurna mengenai tubuh. Jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindarkan atau mengurangi kecacatannya. 2) Faktor Psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis, diantaranya; a) Intelegensi b) Minat c) Bakat d) Motif e) Kematangan f) Kesiapan g) Perhatian 3) Faktor Kelelahan Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani yang terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat terlihat dengan adanya kelesuhan dan kebosanan, sehingga minat 24 dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. b. Faktor Eksteren 1) Faktor Keluarga a) Cara orang tua mendidik b) Relasi antara anggota keluarga c) Suasana rumah d) Keadaan ekonomi keluarga e) Pengertian orang tua f) Latar belakang kebudayaan 2) Faktor Sekolah a) Metode mengajar b) Kurikulum c) Relasi guru dengan siswa d) Relasi siswa dengan guru e) Disiplin sekolah f) Alat pengajaran g) Waktu sekolah h) Standar pelajaran diatas ukuran i) Keadaan gedung j) Metode belajar k) Tugas rumah 25 3) Faktor Masyarakat Faktor ini mempengaruhi belajar, karena keberadaan siswa dalam masyarakat, diantaranya: a) Kegiatan siswa dalam masyarakat b) Mass media c) Teman bergaul d) Bentuk kehidupan belajar c. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi belajar. Diantaranya: 1. Suara 2. Pencahayaan 3. Temperatur udara 4. Desain belajar18 C. Soal Cerita Menurut Endang Retno Winarti, soal cerita adalah soal-soal yang brbentuk penyajian suatu masalah yang dikemas dalam bentik cerita. 19 Menurut Herman Hudoyo ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan ketrampilan menyelesaikan soal cerita kepada siswa. Yaitu; (1) memberikan 18 Ibid., hal.91 http:// digilib.unnes.ac.id/gsdl/collet/skripsi/archives/HASH 3562.dir/doc.pdf..jam 12.02, diakses 10 April 2010. 19 26 soal cerita setiap jam pelajaran matematika dengan bentuk yang berbeda-beda; (2) menarik perhatian siswa agar menikmati dalam aktivitas menyelesaikan soal cerita.20 Langkah-langkah yang diperhatikan dalam memberikan soal cerita kepada siswa setiap pelajaran adalah sebagai berikut: 1. Sedapat mungkin siswa membaca soal cerita itu sendiri 2. Guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengecek apakah soal cerita itu benar-benar dimengerti oleh siswa (contoh: apakah yang kau ketahui dari soal itu, apakah yang ditanyakan pada soal itu) 3. Merencanakan metode penyelesaian 4. Menyelasaikan soal cerita 5. Menginterpretasikan hasil penyelesaian dalam kontek soal cerita. Langkah-langkah untuk menarik perhatian siswa dalam aktivitas penyajian soal cerita adalah sebagai berikut: 1. Membaca soal secara individu dan mendiskusikan arti soal atau cerita itu. Aktivitas ini dimaksudkan agar siswa mengerti maksud dari soal. 2. Memberikan soal tanpa bilangan, agar siswa terbiasa merencanakan penyelesaian sebelum bekerja. 20 hal. 198 Herman Hudoyo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990), 27 3. Memberikan soal cerita tetapi pertanyaan yang dimaksud dalam soal cerita tersebut jangan diberikan, dimaksudkan agar siswa terangsang untuk berpikir. 4. Memberikan soal cerita dengan data yang lebih untuk menyelesaikan suatu soal cerita, dimaksudkan agar siswa terbiasa menganalisa data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan soal cerita. Soal cerita matematika merupakan soal matematika yang berbentuk cerita, sehingga pemahaman seorang siswa terhadap soal cerita tidak hanya faktor komputasi (perhitungan) saja tetapi lebih dari itu siswa terlebih dahulu harus memahami makna kalimat demi kalimat dari soal, yang kemudian membuat model matematika, melakukan komputasi dan selanjutnya menginterpretasikan hasil yang diperoleh ke dalam soal semula. Soedjadi memberikan langkah-langkah penting dalam menyelesaikan soal cerita.21 Yaitu: 1. Membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat. 2. Memisahkan dan mengungkapkan. a. Apa yang diketahui b. Apa yang ditanyakan c. Operasi apa yang diperlukan 3. Membuat model matematika. 21 http:// digilib.unnes.ac.id/gsdl/collet/skripsi/archives/HASH 3562.dir/doc.pdf..jam 12.02, diakses 10 April 2010. 28 4. Menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga mendapat jawaban dari model matematika tersebut. 5. Mengembalikan jawaban model matematika kepada jawaban soal semula. Sedangkan menurut Polya solusi pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu: memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana, dan melakukan pengecekan kembali (looking back) semua langkah yang telah dikerjakan.22 Langkah di atas akan dijelaskan satu per satu sebagai berikut: 1. Memahami masalah Pada langkah ini kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk membantu siswa menetapkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. 2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah Siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk memecahkan masalah. Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. 3. Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana. Penyelesaian soal crita sesuai dengan langkah yang telah direncanakan. Pada langkah ini kemampuan siswa dalam memahami substansi dan ketrampilan siswa dalam melakukan perhitungan matematika akan sangat membantu siswa. 22 Erman S., dkk, Strategi…, hal. 84 29 4. Melakukan pengecekan kembali (looking back). Langkah ini penting untuk mengecek apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang ditanyakan. Empat tahap pemecahan masalah dari Polya tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan. Melalui langkahlangkah pembelajaran menurut Polya disini mempunyai kelebihan, yaitu cepat dengan mudah dipahami, mendorong kreativitas peserta didik, dapat menghemat waktu bagi guru dan peserta didik, sehingga dapat membangkitkan rasa senang terhadap pelajaran matematika terutama dalam menyelesaikan soal cerita. D. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar Pada umumnya tingkat keberhasilan dari perbuatan yang dilakukan oleh siswa direalisasikan dengan istilah “prestasi belajar”. Hal ini brarti semakain tinggi prestasi belajar maka semakin berhasil pula proses belajarnya atau semakin sempurna perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan sebaliknya, semakin rendah prestasi mengakibatkan kegagalan dalam proses belajarnya. belajar maka 30 Prestasi belajar terdiri atas dua kata yang saling berkaitan yaitu prestasi dan belajar. Dalam hal ini penulis akan menguraikan satu per satu. Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secar individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seorang tersebut tidak melakukan suatu kegiatan.23 Menurut Syaifudin Azwar, pengertian prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, prdikat keberhasilan dan semacamnya.24 Sumadi Suryabrata mengemukakan bahwa belajar itu membawa perubahan (tingkah laku, aktual maupun potensial) sehingga didapatkan kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha.25 Dari uraian di atas maka dapat dipahami mengenai makna kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi merupakan hasil yang dicapai dari suatu aktivitas tertentu. Sedangkan belajar adalah proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan yang cukup sederhana. Prestasi belajar 23 24 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi…, hal. 19-20 Syaifudn Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 164 25 232 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 31 adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya: a. Faktor Lingkungan 1) Lingkungan alami Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup di dalamnya. Kesejukan udara dan ketenangan suasana kelas diakui sebagai kondisi lingkungan kelas yang kondusif untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan. 2) Lingkungan Sosial Budaya Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Demikian juga halnya disekolah. Ketika anak didik berada di sekolah, peraturan dan tata tertib sekolah anak didik taati. Lahirnya peraturan sekolah bertujuan untuk mngatur dan membentuk perilaku anak didik yang menunjang keberhasilan di sekolah. 32 b. Faktor Instrumental 1) Kurikulum Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Seorang guru yang menjejalkan sejumlah bahan pelajaran kepada anak didik dalam waktu yang masih sedikit karena ingin mencapai target kurikulum, akan memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal lelah. Padahal anak didik sudah lelah belajar ketika itu. Tentu saja hasil belajar yang demikian kurang memuaskan dan cenderung mengecewakan. Jadi kurikulum diakui dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik di sekolah. 2) Program Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finanasial dan sarana prasarana. Program pengajaran yang dibuat tidak hanya berguna bagi guru, tetapi juga bagi anak didik. Bagi guru dapat menyeleksi perbuatan sendiri atau kalimat yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Bagi anak didik dapat memilih bahan pelajaran atau kegiatan yang menunjang ke arah penguasaan materi seefektif dan seefisien mungkin. 33 3) Sarana dan Fasilitas Sarana dan fasilitas yang baik adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik di sekolah. Diantaranya adalah gedung sekolah beserta komponen- komponennya. 4) Guru Guru merupakan unsur manusia dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya anak didik, tetapi guru tiba ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah. c. Kondisi Fisiologis Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas. Pengajaran dengan pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya postur tubuh anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang anak didik yang bertubuh pendek. Hal ini dimaksudkan agar pandangan anak didik ke papan tulis tidak terhalang. d. Kondisi Psikologis Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak didik, yaitu: 1) Minat Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat 34 untuk mempelajari sesuatu. Memahami kebutuhan anak didik dan melayani kebutuhan anak didik adalah salah satu upaya membangkitkan minat anak didik. 2) Kecerdasan Kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam ikut menentukan berhasil dan tidaknya seorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas. 3) Bakat Disamping kecerdasan, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihanlatihan. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa bakat bukanlah persoalan yang berdiri sendiri. Paling tidak ada dua faktor yang ikut mempengaruhi perkembangannya. Yaitu faktor anak itu sendiri dan faktor lingkungan. 35 4) Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajr bertambah. Menurut Pasaribu dalam Simanjuntak, berdasarkan filsafat pendidikan bahwa anak didik adalah manusia yang membutuhkan bantuan agar kemungkinan yang terdapat padanya dapat berkembang secara harmonis.26 Anak didik membutuhkan bantuan untuk mengetahui dan menyelidiki, memperbaiki prestasi dan mendapatkan kepuasan atas hasil pekerjaannya. 5) Kemampuan kognitif Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal dan diakui oleh para ahli, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai. Karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. 26 Lisnawati Simanjuntak, dkk., Metode…, hal. 54 36 E. Lingkaran (Keliling dan Luas) Menghitung keliling lingkaran dan luas lingkaran. 1. Keliling Lingkaran Keliling lingkaran adalah panjang busur atau lengkung pembentuk lingkaran. Rumus: K = 2 r atau K = d Keterangan : K = keliling r 22 7 = jari-jari lingkaran d = diameter lingkaran = 3,14 atau Contoh : seorang anak bermain sepeda mengelilingi sebuah taman yang berbentuk lingkaran yang berdiameter 21m. berapa jarak yang ditempuh anak tersebut? Jawaban sesuai dengan langkah pembelajaran Polya : a) Memahami masalah Diketahui : d = 21 m Ditanyakan : jarak yang ditempuh anak? b) Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah Jawab : K = d 37 c) Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana K = 22 21 7 K = 22 3 K = 99 m d) Melekukan pengecekan kembali (looking back) Jadi jarak yang ditempuh anak tersebut adalah 99 m. 2. Luas lingkaran Luas lingkaran adalah luas daerah yang dibatasi oleh lengkung lingkaran. Rumus: L = r Keterangan : L 2 = luas lingkaran = 3,14 atau r 22 7 = jari-jari lingkaran Contoh : Di dalam ruang tamu terdapat sebuah jam dinding, berapa luas jam dinding jika jari-jarinya 7 cm? Jawaban sesuai dengan langkah pembelajaran Polya: a) Memahami masalah Diketahui : r = 7 cm Ditanyakan : luas jam dinding ? b) Membuat rencana penyelesaian 38 Jawab : L = r c) 2 Menyelesaikan penyelesaian sesuai dengan rencana 22 72 7 22 49 L = 7 L = 22 7 L = 154 cm 2 L = d) Melakukan pengecekan kembali (looking back) Jadi luas jam dinding adalah 154 cm 2 F. Kerangka Berpikir dan Paradigma 1. Kerangka Berpikir Tinggi Kemampuan Menjelaskan Matematika Abstrak Kemampuan Siswa Strategi Pembelajaran Polya Prestasi Mengerjakan Rendah Objek kajian matematika adalah abstrak. Maka diperlukan cara khusus yang dilakukan oleh guru maupun siswa dalam mempelajari dan memahami matematika. Berdasarkan fitrahnya manusia diberi kemampuan yang berbeda 39 oleh Allah SWT. Ada yang berkemampuan tinggi juga ada yang berkemampuan rendah. Hal ini adalah salah satu yang mambedakan diantara manusia. Untuk itu guru harus bisa memilah-milah strategi pembelajaran apa yang akan digunakan agar materi ajar dapat terserap dengan baik oleh siswa. Di sini guru menggunakan metode mengajar menurut Polya. Karena metode ini mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya cepat dengan mudah dipahami, mendorong kreatifitas peserta didik, dapat menghemat waktu bagi guru dan peserta didik, dapat membangkitkan rasa senang terhadap pembelajaran matematika terutama dalam menyelesaikan soal cerita. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menjelaskan soal cerita dan prestasi siswa dalam mengerjakan soal cerita, guru memberikan lima soal post-tes. Satu soal untuk mengungkap kemampuan siswa dalam menjelaskan soal cerita dan empat soal mengungkap prestasi siswa dalam mengerjakan soal cerita. Dari hasil tes tersebut kemudian akan dicari korelasi antara keduanya. 40 2. Paradigma Alur dalam penelitian ini adalah: Kemampuan Menjelaskan (variabel bebas) Pembelajaran Polya 1. Memahami masalah 2. Merencanakan penyelesaian 3. Menyelesaikan sesuai dengan rencana 4. Pengecekan kembali (looking back) Prestasi Mengerjakan (variabel terikat) G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan kemampuan siswa dalam menjelaskan soal cerita terhadap prestasi siswa dalam mengerjakan soal cerita materi lingkaran. H 1 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan kemampuan siswa dalam menjelaskan soal cerita terhadap prestasi siswa dalam mengerjakan soal cerita materi lingkaran. . 41