www.oseanografi.lipi.go.id ISSN 0216 – 1877 Oseana, Volume XIV, Nomor 4 : 133 – 143 TEKNIK MEMBRAN FILTER UNTUK MENDETEKSI BAKTERI PENCEMAR oleh DJOKO HADI KUNARSO 1) ABSTRACT MEMBRANE FILTER TECHNIQUE FOR DETECTION OF POLLUTION BACTERIA. Membrane filter technique is widely used in the bacteriological analysis of water. The principle of mechanism based on the bacterial cells retained on the filter surface after filtering of sea water sample. The filtrate is then incubated for several period. After the incubation period, the filtrate changes it colour. The type of bacteria can be detected based on the colour appearance of the incubated filtrate since every pollution bacteria has its specific colour. This technique proved to give fast results with great precision. Jika ditinjau dari sudut kesehatan dan kebersihannya ketiga macam sumber air ini tidaklah selalu memenuhi persyaratan kesehatan, karena perairan tersebut kemungkinan dapat tercemar dari lingkungannya. Hal ini terjadi karena dalam air terkandung beberapa zat pencemar yang dapat membahayakan terhadap ekosistem kehidupan air (aquatic life ecosystem). Menurut AZWAR (1981) bahwa zat-zat pencemar yang terlarut dalam air antara lain : PENDAHULUAN Kira-kira dua per tiga luas bumi terdiri dari perairan yang meliputi lautan, rawarawa, sungai, danau dan air tanah. Berdasarkan siklus hidrologinya (Gambar 1), dapat dibedakan menurut asalnya yaitu : 1. Air hujan, embun atau salju yaitu air yang berasal dari angkasa karena terjadinya proses pendinginan awan di atmosfir yang mengandung uap air. 1. Gas-gas tertentu yang membahayakan bagi kesehatan antara lain gas metan dan gas hydrogen sulfida. 2. Air permukaan tanah yaitu meliputi air yang tergenang atau yang mengalir seperti danau, sungai dan laut. 2. Mineral-mineral yang dapat menyebabkan kelainan pada organisme yaitu sulfate, nitrat dan lain sebagainya. 3. Organisme yang bersifat koloid yaitu protozoa, jamur dan bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. 3. Air dalam tanah yaitu air yang mengalir di permukaan tanah dan meresap kedalam tanah, air dalam tanah ini kemudian dapat menjadi air permukaan yang mengalir ke sungai dan akhirnya menuju ke laut. 1) Balai Penelitian dan Pengembangan Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI, Jakarta. 133 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989 www.oseanografi.lipi.go.id PENGUAPAN AIR PERMUKAAN PENGUAPAN PERMUKAAN Gambar 1. Siklus hidrologi yang terjadi di atmosfir menurut WEIHAUPT (dalam HUTABARAT & EVANS 1984). Suatu cara dalam pemeriksaan kandungan bakteri indikator pencemar dalam air laut yang cepat dan akuran, yaitu dengan menggunakan teknik membran filter. Walaupun cara-cara pemeriksaan dengan teknik ini mungkin belum sempurna betul, tetapi secara teknis periggunaan teknik membran filter di lapangan ataupun di laboratorium adalah praktis dan cukup baik. Selain itu teknik membran filter ini mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan teknik yang lain pada pemeriksaan kualitas perairan laut. Beberapa keuntungan menggunakan teknik ini ialah hasilnya cepat di- Dari berbagai macam zat pencemar yang terlarut dalam air tersebut, melalui aliran sungai lambat laun akan sampai ke laut. Salah satu indikator yang lazim digunakan dalam penelitian pencemaran ialah kandungan bakteri pencemar. Berdasarkan anjuran dari AMERICAN PUBLIC HEALTH ASSOCIATION (1976) dan WORLD HEALTH ORGANIZATION (1977) untuk pemeriksaan kualitas perairan secara bakteriologi di lingkungan perairan laut, perlu diteliti keberadaan bakteri coliform, fecal coli dan fecal streptococcus sebagai indikator pencemaran. 134 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989 www.oseanografi.lipi.go.id ketahui, volume sampel yang dianalisa dapat lebih banyak dan perhitungan jumlah bakteri yang hidup secara langsung dapat dihitung. Bakteri indikator pencemaran Pemeriksaan air secara bakteriologi di laut bertujuan untuk mengetahui kandungan bakteri secara kualitatif dan kuantitatif. Kualitas air laut ditentukan oleh ada tidaknya bakteri pencemar pada perairan tersebut. Salah satu petunjuk yang terpenting digunakan dalam penentuan perairan telah tercemar atau belum, yaitu dijumpai adanya bakteri Escherichia coli dalam perairan (PELCZAR & REID 1958). CABELLI (dalam MITHELL 1978) dan AZWAR (1981) melaporkan bahwa bakteri Escherichia coli ini dapat dipakai sebagai bakteri indikator pencemaran, karena ditemukan pada semua perairan dan umumnya berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas serta dari air yang telah terkontaminasi oleh limbah yang bersifat organik. Oleh karena itu, sering kali bakteri Escherichia coli disebut dengan bakteri fecal coli atau koli tinja. Namun juga terdapat bakteri koli yang berasal bukan dari tinja, tetapi berasal dari lingkungannya antara lain dari tanah dan tumbuhan (TIMOTIUS & PRASETYA 1980; HALIM 1981). Bakteri koli yang non fecal tersebut merupakan kelompok bakteri yang lazimnya disebut bakteri coliform. Pada umumnya bakteri coliform ini termasuk famili Enterobacteriaceae yang meliputi beberapa marga yaitu Klebsiella, Enterobacter, Escherichia dan Citrobacter (CABELLI dalam MITCHELL 1978). Kehadiran bakteri coliform di lingkungan perairan dapat dipakai sebagai bakteri indikator pencemar, karena bakteri coliform ini bersifat "patogen oppurtunis" yaitu bakteri yang kadang-kadang dapat menimbulkan penyakit. Adapun perbedaan antara bakteri fecal coli dan coliform yaitu berdasarkan kemampuan melakukan fermentasi laktosa. Pada bakteri fecal coli atau Escherichia coli dapat memfermentasikan laktosa pada suhu 44 °C dalam waktu kurang dari 24 jam dan bersifat termostabil, sedangkan bakteri kelompok coliform melakukan fermentasi laktosa sangat lambat yaitu antara 24 – 48 jam pada suhu 35 °C (PELCZAR & REID 1958; JAWETZ et al. 1976). Dengan penentuan perbedaan ini dapat memberikan informasi tentang sumber pencemar air, karena bakteri koli yang tidak berasal dari tinja akan hidup lebih lama diluar tubuh dibandingkan dengan bakteri koli yang berasal dari tinja organisme hidup yaitu manusia dan hewan berdarah panas. Dari segi bakteriologis, kandungan bakteri coliform dan fecal coli sudah dapat dipergunakan sebagai indikator pencemaran. Dalam analisis air seandainya hasil analisis masih diragukan apakah pencemaran berasal dari tinja, maka untuk menegaskan dugaan tersebut perlu mengetahui kehadiran bakteri fecal streptococcus. Bakteri fecal streptococcus di lingkungan perairan dapat lebih tahan hidup dibandingkan bakteri coliform dan Escherichia coli (CABELLI dalam MITCHELL 1978). Adapun yang termasuk kelompok bakteri fecal streptococcus ialah dari marga bakteri Streptococcus yang mempunyai nama sinonim Lancefield's grup D Streptococcus (AMERICAN PUBLIC HEALTH ASSOCIATION 1976). Jenis-jenis bakteri yang termasuk kedalam kelompok ini ialah bakteri Streptococcus faecalis, Streptococcus faecalis var liquefacius, Streptococcus faecalis var zymogenes, Streptococcus faecium, Streptococcus bovis, Streptococcus equinus dan Streptococcus avium. Karena bakteri fecal streptococcus habitat normalnya pada saluran pencernaan 135 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989 www.oseanografi.lipi.go.id aeruginosa yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan air terutama ikan (SNIESZKO dan BULLOCK dalam HARDJOUTOMO et al. 1981). Jenis penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri indikator pencemar terhadap manusia disajikan pada Tabel 2. Dari beberapa jenis parameter bakteri, virus dan jamur sebagai petunjuk kualitas perairan apakah sudah tercemar atau belum maka yang paling umum digunakan sampai sekarang ialah berdasarkan petunjuk dari AMERICAN PUBLIC HEALTH ASSOCIATION (1976) dan WORLD HEALTH ORGANIZATION (1977) yaitu adanya bakteri coliform, fecal coli dan fecal streptococcus dalam air laut. Kehadiran bakteri-bakteri tersebut selain merupakan petunjuk tentang keadaan sanitasi juga dapat menimbulkan penyakit terhadap hospesnya. manusia dan hewan, maka bakteri tersebut dapat dipergunakan sebagai indikator pencemaran oleh tinja. Berdasarkan sifat hidupnya yang tahan dilingkungan perairan, maka kehadiran bakteri Streptococcus dapat menandakan adanya pencemaran fecal di perairan. Dari hasil uraian diatas terlihat bahwa ada tiga grup bakteri sebagai indikator pencemaran yaitu bakteri fecal coli, coliform dan fecal streptococcus. Selain ke tiga kelompok bakteri indikator pencemaran tersebut, masih terdapat beberapa jenis bakteri indikator yang terdapat di lingkungan perairan seperti yang tercantum pada Tabel 1. Pada umumnya jenis-jenis bakteri tersebut dapat bersifat patogen terhadap manusia. Selain itu ada dua jenis bakteri yaitu bakteri Aeromonas hydrophila dan Pseudomonas Tabel 1. Jenis-jenis bakteri indikator pencemaran yang terdapat di lingkungan perairan (CABELLI dalam MITCHELL 1978). 136 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989 www.oseanografi.lipi.go.id Tabel 2. Bakteri indikator pencemaran yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Teknik membran filter Dalam melakukan pemeriksaan air secara bakteriologi, ada dua metode yang dilakukan untuk menentukan kandungan bakteri yaitu dengan teknik membran filter (saringan membran) dan tabung ganda (multiple test tube fermentation). Teknik membran filter inilah yang akan dibahas lebih lanjut dalam penentuan kandungan bakteri indikator pencemaran pada contoh air laut. Hal ini disebabkan teknik membran filter merupakan cara langsung (direct method) untuk dapat mengetahui bakteri hidup dan interpretasi hasilnya lebih cepat bila dibandingkan dengan metodd multiple test tube fermentation (OZOID 1974). Pada awalnya teknik membran filter ini dikembangkan pertama kali oleh WINDLE TAYLOR pada tahun 1957 (dalam OXOID 1974) yang melakukan pemeriksaan air limbah. Selanjutnya teknik ini semakin lama semakin berkembang hingga sekarang dengan berbagai modifikasi dan prosedur yang lebih sempurna. Menurut anjuran AMERICAN PUBLIC HEALTH ASSOCIATION (1976) teknik membran filter ini merupakan teknik yang baik untuk pemeriksaan air dan limbah secara bakteriologi. 137 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989 www.oseanografi.lipi.go.id Prinsip kerja teknik membran filter ialah berdasarkan tertahannya partikel-partikel yang terkandung dalam air, yang melalui permukaan atas membran filter (COTTON et al. 1974). Telah kita ketahui bahwa dalam air banyak terlarut zat-zat seperti gas, mineral, zat radioaktif dan organisme yang bersifat koloid yaitu protozoa, jamur dan bakteri (AZWAR 1971). Untuk mengetahui apakah ada bakteri pada contoh air maka dengan teknik membran filter ini dapat di deteksi. Pada pemeriksaan bakteri indikator, membran filter yang digunakan sebagai penyaring harus mempunyai pori-pori yang sesuai dengan bakteri yang akan diperiksa. Sedangkan pori-pori membran filter itu sendiri mempunyai porositas yang berbeda yaitu 0,22 um, 0,45 um dan 0,80 um. Seperti halnya yang dijelaskan sebagai contoh ialah bakteri Pseudomonas diminuta dan bakteri Streptococcus faecalis, untuk mendeteksi bakteri tersebut membran filter yang digunakan harus mempunyai porositas 0,22 um karena kedua jenis bakteri tersebut mempunyai diameter 0,30 um. Jika dipakai membran filter yang lebih besar prositasnya maka kedua bakteri tersebut akan lolos dari pori-pori membran filter dan kemungkinan bakteri lain yang tersaring. Selain pori-pori membran filter yang harus sesuai dengan diameter bakteri, maka membran filter ini harus mempunyai sifatsifat membran sebagai berikut: 1. Tidak boleh mengandung zat-zat penghambat terhadap pertumbuhan dan perkembangan bakteri. 2. Porositas membran harus tersebar dan tidak boleh menghambat proses penyaringan. 3. Dapat menahan bakteri secara kuantitatif pada permukaan atas membran filter. PERALATAN DAN TATA KERJA Peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteri indikator pencemaran dengan teknik membran filter seperti yang terlihat pada Gambar 2 yaitu : 1. 2. 3. 4. 1. Vacuum pump. Vacuum pump digunakan sebagai alat penghisap contoh air yang terdapat dalam sterifil filter holder. Oleh karena itu, vacuum pump harus menghasilkan daya hisap yang kuat dan juga konstan, agar selama proses penyaringan tidak terganggu. Jika seandainya daya hisap vacuum pump listrik tidak kuat atau tidak sesuai, maka sampel air di dalam filter holder yang akan disaring tidak tersedot melalui pori-pori membranfilter. Daya hisap yang dihasilkan oleh vacuum pump dapat berkisar antara 0–635 mm Hg, sedangkan untuk proses filtrasi daya hisap yang baik berkisar antara 254 – 381 mm Hg (MILLIPORE 1984). Untuk melakukan pemeriksaan bakteri indikator di lapangan dapat pula dipakai pompa tangan (hand vacuum pump) akan tetapi daya hisap yang dihasilkan tidak sekuat vacuum pump listrik. 2. Vacuum flask. Vacuum falsk ini berfungsi sebagai alat penampung sampel air hasil filtrasi yang berlebihan, jika didalam tabung filter holder telah penuh berisi sampel air. Volume vacuum falsk ini berkisar 1000 – 2000 ml, akan tetapi jika jumlah sampel banyak maka untuk menampung air yang berlebihan dapat digunakan tabung yang terbuat dari stainless steel dengan daya tampung air dapat mencapai 10 liter. 138 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989 Vacuum pump Vacuum flask Sterifil filter holder Inkubator. www.oseanografi.lipi.go.id Gambar 2. Serangkaian peralatan filtrasi yang terdiri dari: 1. Vacuum pump, 2. Vacuum flask, 3. Filter holder, 4. Incubator dan 5. Hasil. 3. Filter holder. Filter holder merupakan serangkaian unit peralatan yang berfungsi sebagai alat filtrasi. Alat filtrasi ini ada yang terbuat dari bahan stainless steel, bahan kaca dan polycarbonate. Salah satu filter holder yang dikemukakan sebagai alat filtrasi dibawah ini yang terbuat dari bahan polycarbonate, hal ini disebabkan mudah perawatannya dan sterilisasinya hanya menggunakan alkohol 70 % serta tidak mudah pecah. Adapun bagan alat filtrasi seperti terlihat pada Gambar 3, yaitu sterifil filter holder dari Millipore yang terdiri dari : 1. Sterifil funnel cover, berfungsi sebagai alat penutup untuk mencegah kontaminasi dari lingkungan selama proses filtrasi. 2. Sterifil funnel, ialah tempat sampel air yang akan difiltrasi. 3. Filter holder base, berfungsi sebagai tem pat membran filter yang diletakkan pada permukaan atasnya berpori-pori. 4. Sterifil receiver flask, merupakan tempat menampung hasil filtrasi. Jika hasil filtrasi telah penuh dalam alat ini, maka alat tersebut dapat dihubungkan dengan vacuum flask atau tabung sebagai tempat penampung contoh air. 139 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989 www.oseanografi.lipi.go.id atau variasi temperaturnya tidak lebih dari 0,5 °C dari temperatur yang telah ditentukan. Prosedur tatakerja Gambar 3. Bagan alat filter holder yang terdiri dari : 1. Sterifil funnel 2. Sterifil funnel, 3. Filter holder base, 4. Sterifil receiver flask, 5. Membran filter. Sebelum proses penyaringan dilakukan sebaiknya alat tersebut di sterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70 %, kemudian pada bagian atas filter holder base diletakkan membran filter. Contoh air yang akan diperiksa dimasukkan kedalam alat sterifil filter holder, setelah itu sterifil filter holder dihubungkan dengan alat pompa vakum maka contoh air dalam sterifil funnel akan tersedot melalui pori-pori membran filter dan akhirnya masuk kedalam sterifil filter flask. Apabila sampel air yang akan diperiksa volumenya kurang dari 250 ml maka sebagai penampungnya dapat digunakan sterifil filter flask, dan jika volumenya lebih dari 250 ml maka sebagai penampung digunakan vacuum flask yang bervolume 1000 ml. Bila jumlah volume sampel yang diperiksa melebihi dari 1 liter maka sebagai penampungnya dapat dipakai tabung stainless steel yang bervolume 10 liter. Hasil dari proses filtrasi partikelpartikel dan bakteri yang tertahan pada permukaan membran filter, selanjutnya disimpan kedalam media penyubur spesifik yang diletakkan dalam petridish. Media penyubur berperanan untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Oleh karena itu untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri, media harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut : 4. Inkubator. Inkubator dipergunakan sebagai tempat menginkubasikan bakteri, sedangkan temperatur dan lamanya inkubasi tergantung dari jenis bakteri yang akan dideteksi. Inkubator yang digunakan untuk menginkubasi harus dapat mempertahankan temperatur yang konstan dan merata di semua ruangan 1. Media tidak boleh mengandung zat-zat penghambat yang bersifat toxic. 2. Media harus steril agar tidak ada kontaminasi dari lingkungannya. 3. Media harus mengandung zat-zat nutrisi yang diperlukan oleh bakteri. 140 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989 www.oseanografi.lipi.go.id Berdasarkan petunjuk dari AMERICAN PUBLIC HEALTH ASSOCIATION (1976) bahwa media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri indikator pencemar berbeda-beda. Hal ini disebabkan setiap bakteri indikator mempunyai sifat yang selektif terhadap media yang digunakan untuk pertumbuhannya. Untuk bakteri coliform media yang digunakan ialah M– Endo Agar, bakteri fecal coli menggunakan media MF Agar dan bakteri fecal streptococcus media KF– Streptococcus Agar (Tabel 3). Selain media yang berbeda untuk setiap bakteri indikator, juga temperatur inkubasi untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri berbeda pula. Sehingga inkubator yang digunakan sebagai alat inkubasi bakteri harus dapat disesuaikan dengan kespesifikan bakteri indikator, dan dapat mempertahankan temperatur yang konstan dan merata diseluruh ruangan. Berdasarkan AMERICAN PUBLIC HEALTH ASSOCIATION (1976) dianjurkan bahwa untuk menginkubasikan bakteri indikator penccoli warnanya biru dan untuk bakteri fecal streptococcus setelah diinkubasikan berwarna merah kecoklatan. Interpretasi hasil dapat dilihat dengan tumbuhnya koloni-koloni bakteri pada permukaan atas membran filter setelah diinkubasikan. Sedangkan untuk mengetahui jenis bakteri indikator pencemar yang terdeteksi, dapat dilihat dengan perbedaan warna koloni bakteri yang tampak. Menurut petunjuk dari OXOID (1974) bahwa warna koloni bakteri yang tampak untuk setiap jenis bakteri indikator berbeda, warna koloni bakteri coliform setelah diinkubasikan ialah hijau metalik keemasan, untuk bakteri fecal maran temperatur inkubasi untuk bakteri coliform yaitu 35 °C ± 0,5 °C selama 24 jam, bakteri fecal streptococcus temperatur inkubasinya yaitu 35 °C ± 0,5 °C selama 48 jam, sedangkan untuk bakteri fecal coli temperatur inkubasinya yaitu 44,5 °C ± 0,2 °C selama 24 jam (Tabel 3). Tabel 3. Temperatur inkubasi dan media untuk pertumbuhan bakteri indikator pencemaran ( APHA 1976 ). 141 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989 www.oseanografi.lipi.go.id Untuk kepadatan koloni bakteri yang tumbuh pada membran filter mempunyai kisaran yang terbatas, hal ini sangat tergantung kepada sampel air yang diperiksa. Agar tidak terjadi pertumbuhan bakteri yang saling tumpang tindih atau pertumbuhan koloni bakteri yang terlalu padat pada permukaan membran filter, maka sebaiknya sampel air yang akan diperiksa tersebut dilakukan pengenceran terlebih dahulu. Untuk pengenceran digunakan larutan phosphate buffer, selain larutan phosphate buffer dapat pula digunakan air laut steril. Oleh karena itu, proses pengenceran ini dilakukan agar pertumbuhan koloni bakteri pada permukaan membran filter dapat menyebar merata dan jumlah bakteri yang tumbuh tidak terlalu padat. Sehingga dalam perhitungan hasil setelah inkubasi dapat dihitung dengan jelas dengan menggunakan alat penghitung koloni. Kepadatan koloni bakteri dapat dihitung dengan kepekatan per 100 ml, jadi perhitungannya dirumuskan menurut yang dianjurkan oleh APHA (1976) dan WHO (1977) sebagai berikut : coli, koloni bakteri yang tumbuh pada permukaan atas membran filter berkisar antara 20 – 80 koloni bakteri, sedangkan untuk bakteri fecal streptococcus berkisar antara 20 – 100 koloni bakteri. DAFTAR PUSTAKA AMERICAN PUBLIC HEALTH ASSOCIATION; AMERICAN WATER WORKS ASSOCIATION and WATER POLLUTION CONTROL FEDERATION 1976. Standard Method for the Examination of water and wastewater APHA – AWWA – WPCF, Washington D.C : 1193 pp. AZWAR, A. 1981. Pengantar ilmu kesehatan lingkungan. Penerbit P.T. Mutiara, Jakarta : 180 hal. CABELLI, V. 1978. New Standards for enteric bacteria. In : Water pollution microbiology (MITCHELL ed.). John Wiley & Son, New York, U.S.A. : 442 pp. CASE, G.H and F. JOHNSON. 1984. Laboratory and Experiment of the Bacteriology manual Wheaton & CO Ltd, England : 154 pp. COTTON, G.H., K.J. SLADEK and B.I. SOHN 1974. Evaluation of the Colicount and Total-count Samples in a variety of Source waters. Paper presented at the Congress of Environmental Medicine and Biology. Paris, July 3, 1974 : 5 pp. HALIM, G.A. 1981. Pengaruh kedalaman sumur terhadap jumlah bakteri Escherichia coli dan Coliform group. Suatu penelitian mengenai air sumur di Kotamadya Bandung. Kongres Nasional Mikrobiologi ke III. Jakarta 26 – 28 Nopember 1981 : 6 hal. Total bakteri / 100 ml = Total koloni bakteri x 100 Volume contoh air yang disaring Teknik membran filter secara statistik hasilnya dapat dihitung secara langsung dan tepat, sedangkan dengan metode multiple test tube bila dibandingkan hasilnya hanya berdasarkan jumlah bakteri perkiraan terdekat yang dinyatakan dalam MPN (Most Probable Number). Menurut rekomendasi dari APHA (1976) dan WHO (1977) untuk kepadatan bakteri indikator pencemaran mempunyai batas ideal yang berbeda pada permukaan membran filter. Untuk bakteri coliform dan fecal 142 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989 www.oseanografi.lipi.go.id OXOID 1974. Membran Filtration with Oxoid nuflow membrane filters and membran media. Oxoid Limited, England : 25 pp. PELCZAR, M.J and R.D. REID 1958. Microbiology. McGraw Hill Book Company, Inc. New York : 564 pp. HARDJOUTOMO, S., P. TAUFIK dan S. KOESOEMADINATA 1981. Motile Aeromonas Septicemia pada ikan gurame (Osphronemus gouramylac). Laporan Kasus. Kongres Nasional Mikrobiology ke III. Jakarta, 26 – 28 Nopember 1981 : 6hal. HUTABARAT, S dan S.M EVANS 1984. Pengantara Oseanografi Penerbit Univ. Indonesia Press, Jakarta : 159 hal. HUTCHINSON, M and J.W. RIDWAY 1977. Microbiological aspects of drinking water supplies. In : Aquatic Microbiology (F.A. SKINNER & J.M. SHEWAN, edt.). Whitstable Litho Ltd. Whitstable, Kent, Great Britain : 369 pp. JAWETZ, E., J.1. MELNICK and E.A. ADELBERG 1976. Review of Medical Microbiology. Lange Medical Publications, Los Altos, California : 542 pp. MILLIPORE 1984. Water Microbiology Laboratory and Field Procedures. Millipore Corporation Bedford, Massachusetts, U.S.A : 32 pp. SMITH, A.L. 1965. Principles of Microbiology. The C.V. Mosby Company, Saint Louis, U.S.A : 649 pp. TIMOTIUS, K.H dan B. PRASETYA 1980. Perbandingan antara metoda Jumlah Perkiraan Terdekat dengan metoda Penyaringan Milliporus dalam perhitungan kelompok bakteri Koli-tinja. Simposium Kualitas Air dan Pembangunan 1980. Cisarua, Bogor. 1 – 3 September 1980 : 16 hal. WORLD HEALTH ORGANIZATION 1977. Guidelines for health related monitoring of coastal water quality. W.N.O Regional Office for Europe, Copenhagen : 165 pp. 143 Oseana, Volume XIV No. 4, 1989