BAB II TABLET / COMPRESSI A. Pengertian Menurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar, segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari / mencegah / menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan warna dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan, membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain. Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yang terkandung, jumlah zat aktif ( zat berkhasiat ) tiap tablet. B. Penggolongan 1. Berdasarkan metode pembuatan : a. Tablet cetak b. Tablet kempa. a. Tablet cetak Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol prosentase tinggi . Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut dan derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh, sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan. b. Tablet kempa Dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung bahan zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak ( pewarna diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut ) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis. Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silendris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat. Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik. Tablet Sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya tablet nitrogliserin. Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet effervesent yang larut dibuat dengan cara dikempa; selain zat aktif, juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium bikarbonat, yang 7 jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida ; disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembab, pada etiket tertera tidak untuk langsung ditelan. Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut. Diformulasikan untuk anak-anak, terutama formulasi multivitamin, antasida dan antibiotik tertentu. Dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa. 2.Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh: Dibedakan menjadi 2 ( dua ) bagian. a. Bekerja lokal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut. Ovula pengobatan pada infeksi di vagina. b. Bekerja sistemik : per oral. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi : 1) Yang bekerja short acting ( jangka pendek ), dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan tablet. 2) Yang bekerja long acting ( jangka panjang ) dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Long acting ini dapat dibedakan lagi menjadi: a) Delayed action tablet ( DAT ) Dalam tablet ini terjadi penangguhan pelepasan zat berkhasiat karena pembuatannya sebagai berikut : Sebelum dicetak, granul-granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok kedua, demikian seterusnya, tergantung dari macamnya bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak. b) Repeat action tablet ( RAT ) Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti ( core tablet ). Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekelilingnya kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru. 3. Berdasarkan jenis bahan penyalut. Macam-macam tablet salut : a. Tablet salut biasa / salut gula ( dragee ), disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan lama, dan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat disolusi dan memperbesar bobot tablet. Tahapan pembuatan salut gula : 1) Penyalutan dasar ( subcoating ) Dilakukan jika tablet mengandung zat yang hygroskopis, menggunakan salut penutup (sealing coat) agar air dari subcoating syrup tidak masuk ke dalam tablet. 2) Melicinkan (smoothing) Adalah proses agar tablet menjadi bulat dan licin, menggunakan smoothing syrup. 3) Pewarnaan (coloring) Dilakukan dengan memberi zat warna yang dicampur pada sirup pelicin. 8 4) Penyelesaian (finishing) Proses terakhir dari penyalutan tablet, yaitu pengeringan salut sehingga terbentuk hasil akhir yang licin. 5) Pengilapan (polishing) Yaitu proses yang menghasilkan tablet salut menjadi mengkilap, dengan menggunakan cera. b. Tablet salut selaput (film coated tablet / fct), disalut dengan hidroksipropil metilselulosa, metil selulosa, hidrosi propil selulosa, Na-CMC dan campuran selulosa asetat ftalat dengan P.E.G yang tidak mengandung air atau mengandung air. c. Tablet salut kempa : Tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis ( multi layer tablet ). Tablet ini sering dipergunakan untuk pengobatan secara repeat action. d. Tablet salut enterik (enteric coated tablet), (tablet lepas-tunda) jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung. e. Tablet lepas-lambat (sustained release), (efek diperpanjang, efek pengulangan dan lepas lambat) dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Tujuan penyalutan tablet adalah : a. Melindungi zat aktif yang bersifat hygroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara, kelembaban atau cahaya, b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak, c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. misalnya enteric tablet yang pecah di usus. 4. Berdasarkan cara pemakaian. a. Tablet biasa / tablet telan : dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di lambung b. Tablet kunyah (chewable tablet) : Bentuk seperti tablet biasa, caranya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan., rasanya umumnya tidak pahit. c. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles) : adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma, dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut. Tablet ini dibuat dengan cara tuang ( dengan bahan dasar gelatin dan atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol ) disebut Pastilles atau dengan cara kempa tablet menggunakan bahan dasar gula disebut Trochisi. Dihisap di dalam rongga mulut, digunakan sebagai obat lokal pada infeksi di rongga mulut atau tenggorokan. Umumnya mengandung antibiotik, antiseptik, adstringensia. d. Tablet larut (effervescent tablet) : Contohnya Ca-D-Redoxon , Supradin Effervescent tablet. 9 e. Tablet implantasi (pelet): Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan. f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet) : tablet steril, berat umumnya 30 mg, larut dalam air digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara aseptik dan disuntikkan di bawah kulit ( subcutan ). g. Tablet bukal (buccal tablet) h. Tablet sublingual i. Tablet vagina (Ovula) C. Komponen Tablet Komponen / formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak ( bahan warna yang diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut ) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis. 1. Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope 2. Bahan excipient / bahan tambahan a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisa, selulosa mikrokristal. c. Bahan penghancur / pengembang (desintegran) berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal dan povidon sambung-silang d. Bahan pelicin (lubrikan/ lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga dapat menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam Lauril sulfat dapat digunakan tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan perlu kadar yang lebih tinggi. e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya Silika pirogenik koloidal. f. Bahan penyalut (coating agent) : lihat di atas pada jenis bahan penyalut 3. Ajuvans a. Bahan pewarna (colour) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan. b. Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri. D. Cara Pembuatan Tablet Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak dapat langsung dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan ambyar dan mudah pecah tabletnya. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-granul, yaitu kumpulan 10 serbuk dengan volume lebih besar yang melekat satu dengan lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul ini disebut granulasi . Tujuan granulasi adalah sebagai berikut : 1. supaya sifat alirnya baik (free-flowing) : granul dengan volume tertentu dapat mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet. 2. ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak udaranya, tablet makin mudah pecah. 3. pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah lepas dari matris (die) Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiran-butiran serbuk lembut / halus (fines) antara 10 % – 20 % yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat alirnya (free-flowing). Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Granulasi basah, Dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi dan zat penghancur sampai homogen, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 400 - 500 C ( tidak lebih dari 600 C ) . Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin / lubrikan dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet. Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lama dibanding cara granulasi kering. Granulasi kering / slugging / pre compression, Dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat , zat pengisi dan zat penghancur , bila perlu ditambahkan zat pengikat, zat pelicin menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slugging) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan. Keuntungan, tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih sederhana. Kerugian, menghasilkan tablet yang kurang tahan lama dibanding dengan cara granulasi basah. Cetak/kempa langsung, dilakukan apabila: 1. jumlah zat khasiat per tabletnya cukup untuk dicetak. 2. zat khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing) 3. zat khasiatnya berbentuk kristal yang bersifat free-flowing Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa pati termodifikasi. Misalnya tablet Hexamin, tablet NaCl, tablet KMnO4. E. Macam-Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet 1. Binding : kerusakan tablet yang disebabkan massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan. 11 2. Sticking / picking : pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah yang disebabkan permukaan punch tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat pelicin kurang, massanya basah. 3. Whiskering : terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan, terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada penyimpanan dalam botol-botol, sisi-sisi yang lebih akan lepas dan menghasilkan bubuk. 4. Spliting/caping Spliting : lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah. Caping : membelahnya tablet di bagian atasnya Penyebabnya adalah : a. Daya pengikat dalam massa tablet kurang. b. Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengandung udara sehingga setelah dicetak udara akan keluar. c. Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar, sehingga udara yang berada di atas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak. d. Formulanya tidak sesuai e. Die dan punch tidak rata 5. Motling : terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet. 6. Crumbling : tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang. F. Syarat - Syarat Tablet Menurut FI. ed.III dan FI. ed. IV 1. Keseragaman ukuran ( FI.ed. III ) Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari tablet. 1 1/3 kali tebalnya 2. Keragaman bobot dan keseragaman kandungan (FI ed. IV) Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut ( FI.ed.III ) : a. Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya. b. Jika ditimbang satu per satu , tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom " A " dan tidak boleh ada satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom " B ". c. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom " A " maupun kolom " B " . Bobot rata- Penyimpangan bobot rata-rata dalam % rata tablet A B < 25mg 15 30 26 – 150 mg 10 20 151 – 300 mg 7,5 15 > 300 mg 5 10 Tablet harus memenuhi uji keragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot cukup mewakili keseragaman kandungan. Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula. 12 Oleh karena itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50 % bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet. ( FI.ed.IV ) 3. Waktu hancur dan disolusi, ( FI. ed. III dan FI ed. IV ) Alat : tabung gelas panjang 80 mm sampai 100 mm, diameter dalam lebih kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kasa kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4 , berbentuk keranjang. Keranjang disisipkan searah di tengah-tengah tabung kaca, diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam air bersuhu antara 360 - 380 sebanyak lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak kurang 15 cm sehingga dapat dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan pada kawat kasa pada posisi tertinggi tepat di atas permukaan air dan kedudukan terrendah, mulut keranjang tepat di bawah permukaan air. Cara bekerjanya : Masukkan 5 tablet ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput. Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu per satu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan pengujian ini tablet harus memenuhi syarat di atas. Waktu hancur tablet salut enterik : Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut di atas, air diganti dengan lebih kurang 250 ml asam klorida ( HCl ) 0,06 N. Pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan larutan dapar pH.6,8, atur suhu antara 360 dan 380 , celupkan keranjang ke dalam larutan tersebut. Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet di atas kasa kecuali fragmen zat penyalut. Jika tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini, tablet harus memenuhi syarat di atas. Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan melalui mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat dan lepas-tunda. Untuk obat yang kelarutannya dalam air terbatas, uji disolusi akan lebih berarti dari pada uji waktu hancur. Cakram penuntun : Terdiri dari cakram yang terbuat dari bahan yang cocok, diameter lebih kurang 26 mm, tebal 2 mm, permukaan bawah rata, permukaan atas berlubang 3 dengan jarang masingmasing lubang 10 mm dari titik pusat, tiap lubang terdapat kasa kawat tahan karat, diameter 0,445 mm yang dipasang tegak lurus permukaan cakram dan dihubungkan dengan cincin penuntun yang dibuat dari kawat jenis sama, diameter 27 mm. Jarak cincin penuntun dengan permukaan atas cakram 15 mm. Beda antara diameter cakram penuntun dengan diameter keranjang dalam sebaiknya antara 1 mm dan 2 mm. Bobot cakram penuntun tidak kurang dari 1,9 gram dan tidak lebih dari 2,1 gram. Kecuali dinyatakan lain, lakukan penetapan cara yang tertera pada waktu hancur tablet , waktu yang diperlukan untuk menghacurkan tablet bukal tidak lebih dari 4 jam. 13 4. Kekerasan tablet. ( FI. ed.III ) Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan tablet adalah Hardness tester. 5. Keregasan tablet ( Friability ) Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis ( coating ). Alat yang digunakan disebut Friability tester. G. Implants / Implan Implan atau pelet adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi, dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (subkutan) dengan tujuan memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama. Implan ditanam dengan bantuan injektor khusus (tracor) atau dengan sayatan bedah. Implan biasanya mengandung hormon seperti testosteron atau estradiol yang dikemas dalam vial atau lembaran kertas timah steril. 14