tingkat pengetahuan tentang penyakit dengan tingkat motivasi self

advertisement
1
TI NGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKI T DENGAN
TI NGKAT M OTI VASI SELF CARE PADA PASI EN
DI ABETES MELLI TUS TI PE 2 DI POLI KLI NI K RUM AH SAKI T X
Indah Yunita Setianingsih¹, Roswhita Sitompul², Yenni Ferawati³
1
2,3
Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Pelita Harapan Tangerang
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan, Gedung
Kedokteran Lantai 4 Lippo Karawaci. E-mail: [email protected]
Abstrak
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan, namun dapat
dikontrol. Dalam hal tersebut, pasien Diabetes Mellitus tidak harus tergantung pada orang lain untuk mengontrol
kadar gula darahnya. Kemandirian merupakan salah satu sifat dan nilai dalam tujuan pribadi kehidupan seorang
dewasa tua karena kemandirian memberikan rasa kehormatan, kebanggan dan berfungsinya diri sehingga tidak
menjadi beban bagi orang lain. Sifat yang berhubungan dengan kemandirian adalah motivasi sebagai aspek
psikologis dan pembelajaran sebagai aspek kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adanya
hubungan antara pengetahuan tentang penyakit dengan motivasi self-care (perawatan mandiri) pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 di poliklinik Rumah Sakit X. Penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif korelasi yang
menggunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling di
poliklinik Rumah Sakit X. Data yang diperoleh diolah dan dianalisa menggunakan sistem komputerisasi dengan
uji statistik spearman Rho. Hasil dari penelitian ini terdapat 68% dari 25 responden memiliki tingkat
pengetahuan tinggi dan 60% responden memiliki tingkat motivasi self-care sedang dengan nilai kemaknaan
korelasi 0,004 (<0,05) yang berarti ada hubungan antara pengetahuan tingkat pengetahuan tentang penyakit
dengan tingkat motivasi self-care pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2. Koefisien korelasi 5,59 menunjukkan
hubungan yang sejajar dan cukup kuat antara tingkat pengetahuan dan tingkat motivasi self-care.
Kata kunci: Diabetes Mellitus tipe 2, Motivasi, Pengetahuan, Self-care.
Abstract
Diabetes Mellitus type 2 is one of the chronic diseases which cannot be cured, but is manageable disease. In
that case, Diabetic client not always rely on others to control their blood glucose level. The autonomy is one of
the attitude and value in personal purpose of elder people because the autonomy give a respect feeling, pride
and self-functional, hence, free from feeling be a burden for others. This attitude that relates to the autonomy is
a motivation as a psychology aspect and learning process as a cognitive aspect. The purpose of this study is to
know the relation between knowledge of the disease with the self-care motivation to diabetic patients in the
clinic of Hospital X. This study is a quantitative descriptive correlation using cross sectional design with
accidental sampling in the clinic of Hospital X. The data that had been obtained then were analyzed using
computerization system with statistic test spearman Rho. The result of this study showed that 68% from 25
respondents had high knowledge level and about 60% of the respondents had medium self-care motivation level
with the correlation score 0,004 (0,05) which meant there is a relationship between knowledge level of the
disease with the self-care motivation in Diabetic patients. Correlation coefficient 5,59 showed the strong
relationship between knowledge level and self-care motivation.
Keyword: Diabetes mellitus type 2, Knowledge, Motivation, self-care
2
PENDAHULUAN
merupakan negara dengan jumlah penderita
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok
diabetes keempat terbanyak di dunia setelah
penyakit
Cina, India dan Amerika Serikat.
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
Sebagian besar penderita tersebut tergolong
duanya
Soegondo,
dalam diabetes mellitus tipe 2. Demikian pula
Soewondo, Semiardji, Yulia 2007). Diabetes
data dari Rekam Medis Rumah Sakit X pada
Melitus juga merupakan penyakit kronis yang
bulan Desember 2009 – Februari 2010
menjadi ancaman dalam dunia kesehatan
diperoleh bahwa diabetes mellitus merupakan
dimasa
jumlah
urutan diagnosa terbanyak ketiga pada kasus
penderita maupun risiko penderita terus
penyakit dalam yaitu jumlah pasien rawat
meningkat disetiap kurun waktu. Menurut The
jalan rerata 90 kunjungan per bulan. Diabetes
International
(IDF,
mellitus tipe 2 cenderung terjadi pada dewasa
2010) diperkirakan penderita diabetes pada
tua karena disebabkan adanya penurunan
tahun 2010 mencapai 285 juta orang atau
fungsi pankreas, sekresi insulin dan terjadi
6,4% dari populasi dewasa di dunia dan
resistensi insulin sehingga sensitivitas sel
jumlah ini diperkirakan akan meningkat
terhadap insulin mengalami penurunan dan
menjadi 438 juta pada tahun 2030 atau 7,8%
memengaruhi peningkatan kadar gula dalam
dari populasi orang dewasa.
darah (Suyono et al, 2007).
World Health Organization (WHO, 2010)
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit
memprediksi prevalensi penderita diabetes di
kronis
Indonesia pada tahun 2000 sebesar 8.426 ribu
sepenuhnya namun dapat dikendalikan, dan
dan meningkat menjadi 21.257 ribu pada
apabila diabaikan mengakibatkan terjadinya
tahun 2030. Menurut Hidayat (2009), angka
komplikasi
prevalensi penderita DM berdasarkan data
(2011), komplikasi dapat dicegah dengan
Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun
mengendalikan gula darah. Mengubah gaya
2008 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk
hidup menjadi lebih aktif dengan melakukan
Indonesia atau sekitar dua belas juta jiwa.
latihan jasmani dan mengatur makanan adalah
Berdasarkan
cara yang lebih efektif untuk mengendalikan
(Suyono,
mendatang
Waspadji,
dikarenakan
Diabetes
hasil
Federation
survei
tahun
2003,
prevelansi diabetes melitus di perkotaan
yang
tidak
diabetik.
dapat
disembuhkan
Menurut
Soegondo
gula darah (Soegondo, 2011).
mencapai 14,7 % sedangkan di pedesaan
hanya 7,2 % (Kesmas, 2009). Data yang
Self-care berperan penting dalam mencegah
diperoleh World Health Organitation (WHO)
terjadinya
(2010) juga menyebutkan bahwa Indonesia
dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang
komplikasi
diabetik.
Self-care
3
dan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan/
METODE
depresi,
Pemilihan
perilaku
terhadap
sakit,
lama
sampel
dalam
penelitian
ini
penyakit yang diderita, dan faktor ekonomi
menggunakan metode convenience sampling
(Kusniyah,
2010
atau disebut juga accidental sampling yaitu
mengutip dalam MinKyoung, 2010). Menurut
cara penetapan sampel dengan mencari
Kusniyah
Nursiswati,
Rahayu,
(2010),
self-care
yang
subyek berdasarkan ketersediaannya, dengan
pada
dasarnya
dapat
maksud mereka yang berada di tempat yang
membentuk cara hidup seseorang dalam
tepat dan diwaktu yang tepat sesuai dengan
mencegah,
mengelola
tujuan peneliti (Dempsey & Dempsey, 2002).
Terapi
Sampel yang diambil pada penelitian ini
farmakologis saja tidak akan berhasil dalam
adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang
pengobatan Diabetes Mellitus karena yang
menjalani perawatan jalan di poliklinik
terpenting adalah cara merubah pola hidup
Rumah Sakit X. Hal ini dilakukan karena
seseorang, salah satunya dengan self-care
pada pasien rawat jalan cenderung memiliki
sebagai pilihan yang terbaik untuk diterapkan.
kemandirian dibandingkan pada pasien di
Namun perlu diperhatikan pula berbagai efek
ruang rawat inap. Kriteria inklusi dalam
samping
seperti
penelitian ini adalah pasien rawat jalan di
hipoglikemia dan klien perlu tahu bagaimana
Poliklinik Rumah Sakit X dengan diagnosa
mengatasi keadaan hipoglikemia tersebut
medis Diabetes Mellitus tipe 2, bersedia
yang memang sebelumnya telah ada dalam
menjadi responden penelitian dan berusia 30-
perencanaan perawatan diri (Kusniyah et al,
60 tahun.
berkelanjutan
penyakit
mengenali,
yang
dan
dideritanya.
yang
ditimbulkan,
2010).
HASIL
Dengan
adanya
motivasi
yang muncul,
seseorang bisa menjadi terdorong untuk
melakukan sesuatu, merasa lebih mantap,
merasa terayomi dan merasa terampil untuk
ikut berperan serta (Suyono et al, 2007).
Usaha untuk menjaga agar gula darah tetap
mendekati
normal
motivasi
serta
juga
tergantung
pengetahuan
dari
penderita
mengenai penyakitnya. Tingkatan motivasi
dikaitkan dengan apa yang menjadi suatu
harapan bagi diri mereka sendiri atau orang
lain.
Penelitian ini menggunakan dua bentuk
analisa yaitu statistik univariat dan statistik
bivariat.
Berdasarkan
tabel
dibawah
menunjukkan bahwa 17 responden (68%)
yang berpengetahuan tinggi memiliki tingkat
motivasi tinggi sebanyak 5 orang (20%),
tingkat motivasi sedang 11 orang (44%), dan
tingkat motivasi rendah 1 orang (4%). Dari 7
responden (28%) yang berpengetahuan cukup
memiliki tingkat motivasi sedang sebanyak 4
orang (16%), tingkat motivasi rendah 3 orang
4
(12%).
Sedangkan
berpengetahuan
kurang
responden
yang
media informasi lainnya. Pernyataan tersebut
memiliki
tingkat
mendukung data bahwa pengetahuan baik
motivasi rendah sebanyak 1 orang (4%).
dimiliki oleh 54% responden (13 orang)
pasien
Tabel 1 Hubungan tingkat pengetahuan tentang
penyakit dengan tingkat motivasi self-care pada
penderita diabetes mellitus tipe 2
di Poliklinik Rumah Sakit X
yang
telah
terdiagnosa
diabetes
mellitus tipe 2 selama kurang dari 5 tahun.
Penderita
mencari
informasi
setelah
ia
mengetahui adanya perubahan kesehatan yang
Tingkat
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total
Tingkat motivasi self-care
Tinggi Sedang Rendah Total
5
11
1
17
(20%)
(44%)
(4%)
(68%)
0
4
3
7
(0%0
(16%)
(12%)
(28%)
0
0
1
1
(0%)
(0%)
(4%)
(4%)
5
15
5
25
(20%)
(60%)
(20%) (100%)
Ket
dialaminya
p:
0.004
diperolehnya menambah pengetahuannnya.
p:
0,559
sehingga
informasi
yang
Data tingkat motivasi self-care dari tabel 1
diperoleh 20% (5 orang) responden memiliki
tingkat motivasi tinggi, 60% (15 orang)
responden bermotivasi sedang dan 20% (5
Hasil analisis menggunakan tehnik spearmanRho diperoleh nilai kemaknaan adalah 0,004
(< 0,05) dan dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti ada
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
orang) responden bermotivasi rendah. Hasil
ini
menunjukkan
bahwa
lebih
banyak
responden yang memiliki motivasi dengan
tingkat sedang dalam melakukan perawatan
diri
(self-care)
yaitu
sebanyak
60%
responden.
tingkat motivasi.
Hasil penelitian Apostolo, Viveiros, Nunes,
PEMBAHASAN
Domingues
Data yang diperoleh dari tabel 1 menunjukkan
motivasi
68% responden (17 orang) memiliki tingkat
pengobatan pada penderita diabetes mellitus
pengetahuan tinggi, 28% responden (7 orang)
tipe 2 lebih tinggi dibanding motivasi
berpengetahuan cukup dan 4% (1 orang)
ekstrinsik. Motivasi intrinsik tersebut meliputi
responden berpengetahuan kurang. Menurut
aspek menjaga kebiasaan hidup sehat dan
Smith (2002) yang dikutip oleh Witasari
meningkatkan serta mempertahankan kondisi
(2009), menyatakan bahwa perubahan pola
kesehatan.
(2007),
instrinsik
menjelaskan
untuk
bahwa
menjalani
penyakit dari akut ke kronis atau seseorang
yang memiliki penyakit kronis, cenderung
Menurut Notoadmojo (2004) dikutip dalam
akan
meningkat,
Rahmadiliyani (2009), penegtahuan kesehatan
sehingga pasien berusaha untuk mencari
akan berpengaruh kepada perilaku sebagai
informasi yang jelas mengenai penyakitnya,
hasil jangka menengah. Jika pengetahuan
baik dari petugas kesehatan maupun dari
tentang penyakit diabetes mellitus baik,
memiliki
pengetahuan
5
diharapkan akan mempengaruhi tindakan
antara tingkat pengetahuan tentang penyakit
penderita dalam mengontrol kadar gula darah.
dengan
Hal serupa juga disampaikan oleh Basuki
penderita diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik
(2005) dalam Witasari (2009), bahwa pasien
Rumah Sakit X dengan nilai kemaknaan
diabetes
mempunyai
0,004 dengan nilai korelasi 0,559 yang berarti
pengetahuan yang cukup tentang diabetes
memiliki hubungan positif yang cukup kuat.
akan merubah perilaku untuk mengendalikan
Peneliti menyarankan agar tenaga kesehatan
kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup
khususnya keperawatan untuk meningkatkan
lebih lama.
program edukasi melalui pelatihan ataupun
mellitus
yang
tingkat
motivasi
self-care
pada
seminar untuk menambah wawasan dan
KESIMPULAN
Dari
hasil
disimpulkan
penelitian
bahwa
informasi terbaru tentang penatalaksanaan
ini
maka
penderita
dapat
diabetes
diabetes mellitus tipe 2, sehingga dapat
membagikan
informasi
atau
pendidikan
mellitus tipe 2 di Poliklinik Rumah Sakit X
kesehatan kepada penderita diabetes mellitus
sebesar 68% memiliki tingkat pengetahuan
tipe 2 dan keluarga untuk mempertahankan
tinggi dan sebesar 60% memiliki tingkat
pengetahuan serta meningkatkan motivasi
motivasi self-care sedang. Ada hubungan
self-care.
REFERENSI:
Apóstolo, J., Viveiros, C., Nunes, H., Domingues, H. (2007). Illness uncertainty and treatment
motivation in type 2 diabetes patients. Revista Latino- Americana de Enfermagem (15),4.
Diunduh tanggal 23 April 2010 dari http://www.scielo.br/
Hidayat. (2009). 11% Penduduk Indonesia Berisiko Diabetes. Tulisan Bebas. Diunduh tanggal 26
Maret 2010 dari http://tulisanbebas.com/2009/11/15/11-penduduk indonesia-berisikodiabetes/
IDF. (2010). Diabates Facts. World Diabetes Foundation. Diunduh tanggal 31 Maret 2010 dari
http://www.worlddiabetesfoundation.org/composite-35.html
Kusniyah, Y., Nursiswati, Rahayu, U. (2010). Hubungan Tingkat Self-Care Dengan Tingkat Hba1c
Pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Diunduh tanggal 13 April 2011 dari http://blogs.unpad.ac.id
Soegondo, S. (2011). Expert review. Diabetes the silent killer. Diunduh tanggal 13 April 2011 dari
http://medicastore.com/diabetes/expert_review.-php
World Health Organization. (2010). Diabetes Programme: WHO South-East Asia Region. Diunduh
tanggal 31 Maret 2010 dari http://www.who.int/diabetes/facts/world_figures/en/index5.html
Download