Exported from [http://tp.ub.ac.id/pemanfaatan-bakteriofag-sebagai-pencegah-keracunanmakanan/] Export date : Wed, 19 Jul 2017 14:46:31 Pemanfaatan Bakteriofag sebagai Pencegah Keracunan MakananThe Bacteriophages utilization as the Prevention of Food Poisoning [caption id="attachment_9076" align="alignleft" width="248"] bakteriofag berukuran 200nm[/caption] Foodborne disease atau kasus keracunan makanan adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh pengkonsumsian makanan yang telah terkontaminasi mikroba patogen. Gejala yang ditimbulkan berupa mual, muntah, diare akut, sakit perut dan demam tinggi. Foodborne disease telah menjadi penyebab utama masalah kesehatan masyarakat global yang tidak hanya terjadi di negara berkembang yang memiliki sanitasi dan hygiene yang umumnya buruk, namun juga di negara – negara maju. Salah satu peneliti, Kusumaningsih dalam jurnalnya menyatakan bahwa sebanyak 67% kasus foodborne diseases disebabkan oleh cemaran virus, 30% oleh bakteri, 3% oleh parasit. Namun, walau cemaran bakteri hanya 30% terhadap kasus foodborne disesases, 60% diantaranya mengakibatkan wabah dan angka kematian (mortalitas) tinggi. Salah satu mikroba patogen yang menyebabkan keracunan makanan adalah Salmonella sp. yang umum dijumpai dalam produk olahan ayam, daging ayam mentah, telur ayam, kulit dan usus ayam. Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini disebut Salmonellosis. Gejala yang ditumbulkan adalah mual, muntah, demam, keram perut dan diare yang berlangsung selama 3-7 hari setelah terinfeksi. Diare akut yang disebabkan oleh salmonellosis dapat menyebabkan dehidrasi hingga mengharuskan penderita dibawa ke rumah sakit. Pada kasus parah, infeksi salmonella dapat menyebar ke usus, aliran darah, serta bagian tubuh lainnya hingga dapat menyebabkankan kematian jika penanganan tidak dilakukan secara cepat dan tepat. Terjadinya kontaminani Salmonella sp. pada ayam disebabkan oleh kurangnya sanitasi saat penyembelihan dan tidak higenisnya penanganan ayam pasca penyembelihan. Permintaan daging ayam sendiri terus meningkat terutama di Indonesia. Tercatat permintaan per kapita daging ayam ras dan buras di tahun 2012 sebesar 4,015 kg/kapita/tahun hingga menjadi 4,914 kg/kapita/tahun di tahun 2015. Namun, pengoalahan ayam pasca panen masih kurang memadai terutama di industi kecil dan menengah. Hal ini dapat meningkatkan kasus foodborne disease. Selama ini pencegahan foodborne disease dilakukan dengan pemberian antibiotik dan bahan pengawet buatan. Pemberian antibiotik secara terus menerus dapat menyebabkan resistensi bakteri patogen sehingga harus dilakukan peningkatan dosis antibiotik. Konsumsi antibiotik yang dilakukan terus menerus dalam dosis tinggi dapat menimbulkan gangguan kesehatan dalam jangka panjang seperti kerusakan hati dan ginjal. Sehingga dalam kasus seperti ini perlu adanya alternatif lain untuk pencegahan foodborne diseases. Bakteriofag dapat dijadikan salah satu alternatif pencegahan foodborne diseases yang efektif dan tanpa efek samping berbahaya. Bakteriofag merupakan salah satu jenis virus yang dapat membunuh bakteri. Virus ini mengandung DNA atau RNA dan protein reseptor spesifik yang cocok pada target bakteri inang sihingga kerja bakteriofag sangatlah spesifik. . Penggunaan bakteriofag yang dapat melisikan bakteri patogen saja akan menguntungkan karena tidak terganggunya bakteri baik dalam makanan. Terdapat dua jenis daur hidup dari bakteriofag yaitu daur litik dan daur lisogenik. Daur litik merupakan keadaan dimana bakterifag akan menginfeksi bakteri inang, memasukkan materi genetik ke dalam sel bakteri dan membentuk bagian – bagian tubuhnya sehingga menyebabkan lisisnya sel bakteri. Bakterifag dengan daur hidup litik inilah yang diharapkan dapat digunakan sebagai pencegah foodborne disesases yang aman dan efektif. Isolasi bakteriofag dilakukan dengan menggunakan sampel berupa usus ayam. Usus ayam diduga mengandung bakteriofag karena merupakan bagian tubuh hewan yang paling banyak mengandung mikroba patogen dimana mikroba patogen tersebut merupakan inang dari bakteriofag. Isolasian dilakukan dengan penghancuran usus ayam sehingga didapatkan cairan usus ayam yang diduga mengandung bakteriofag. Hasil yang didapat dari isolasi bakteriofag ini, mampu melisiskan bakteri patogen Salmonella sp. dan mencegah perkembangan dari E. coli. Bakteriofag dapat melisiskan bakteri inang hingga dengan pengenceran 10-7 karena bakteriofag mampu melakukan autodosing atau memperbanyak diri sesuai dengan jumlah bakteri patogen yang ada dalam suatu makan. (dse) [caption id="attachment_9076" align="alignleft" width="248"] Bacteriophages sized 200nm[/caption] Foodborne disease or food prevention case is one of disease which is caused by consume food which is already contaminated with pathogenic microbes. The Symptoms include nausea, vomiting, acute diarrhea, abdominal pain and high fever. Foodborne disease has become a major cause of global public health problem that is not only happening in developing countries that have generally poor sanitation and hygiene, but also in developed countries. One of the researchers, Kusumaningsih in his journal is stating that there are 67% of cases of Foodborne disease caused by contamination of the virus, 30% by bacteria and 3% by parasites. However, even though only 30% of bacterial contamination of the cases of Foodborne disease, 60% of which resulted in outbreaks and mortality high. One of microbial pathogens that caused food prevention is Salmonella sp. It’s generally founded in processed chicken products, raw chicken meat, chicken eggs, chicken skin and intestines. The diseases caused by bacteria called Salmonellosis. The symptoms are like nausea, vomiting, fever, abdominal cramps and diarrhea that lasts for 3-7 days after infection. Acute diarrhea caused by salmonellosis may cause dehydration to require that the patient was taken to hospital. In the severe cases, salmonella infection can spread to the intestines, blood flow, as well as other body parts to be able to cause death if the treatment is not done quickly and accurately. The Salmonella sp. contaminant in chickens is caused by lack of sanitation when handling the slaughter is not hygienic and post-slaughter chickens. Demand for chicken meat itself continuously increasing, especially in Indonesia. Recorded demanding per capita of chicken meat and free-range in 2012 amounted to 4.015 kg / capita / year to be 4.914 kg / capita / year in 2015. However, post-harvest chicken processing still inadequate, especially in industry, small and medium enterprises. It may increase the incidence of foodborne disease. During the prevention of foodborne disease is carried out by administering antibiotics and artificial preservatives. Giving the antibiotics continually can lead to resistance of pathogenic bacteria so it should be an increase in the dose of antibiotics. The consumption of antibiotics is carried out continuously in high doses can cause health problems in the long term such as liver and kidney damage. So that in such cases the need for alternatives to the prevention of foodborne disease. Bacteriophages can be used as an alternative of effective foodborne diseases prevention and without harmful side effects. Bacteriophage is one of virus type that can kill bacteria. This virus contains DNA or RNA and a protein specific receptor which is suitable with the target bacterium host so the work of bacteriophages will be very specific. The use of bacteriophage which can kill the pathogenic bacteria alone will give benefit because the disruption is not good bacteria in food. There are two types of life cycle bacteriophages Lytic cycle and lysogenic cycle. Lytic cycle is a situation where bacteriophages will infect the host bacterium, insert genetic material into bacterial cells and form the parts of his body, causing cell lysis of the bacteria. Bakterifag with lytic life cycle is what is expected to be used for safe and effective prevention of foodborne disesases. Isolation of bacteriophages is done by using samples of chicken intestine. Chicken intestine is thought to contain a bacteriophage because it is pats of an animal body that most contain microbial pathogens where the pathogen is host of bacteriophages. Isolasian is done by the destruction of the chicken intestine to obtain the chicken intestinal fluid suspected of containing bacteriophages. The results obtained from this bacteriophage isolation, can be able to lyse pathogenic bacteria Salmonella sp. and prevent the development of E. coli. Bacteriophages can lysing bacterial host up to 10-7 dilution as a bacteriophage capable of doing autodosing or reproduce themselves in accordance with the number of pathogenic bacteria present in a meal. (dse/translated by Uswatun Hasanah)