Daftar Isi SEMINAR NASIONAL II SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 ISSN 1978-0176 ANALISIS KARAKTERISTIK FAKTOR ATENUASI GRAFIT, PARAFIN, DAN BORAL UNTUK BAHAN PERISAI RADIASI NEUTRON TERMAL WIDARTO, Y. SARDJONO Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Jl. BabarsariKotakPos 6101/YKBB Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 488435 Abstrak ANALISIS KARAKTERISTIK FAKTOR ATENUASI GRAFIT, PARtlFIN DAN BORAL UNTUK PERISAI RADIASI NEUTRON TERMAL. Telah dilakukan analisis karakteristik faktor atenuasi graftt, paraftn dan boral untuk perisai radiasi neutron termal. Eksperimen dilakukan dengan meletakkan sumber radiasi neutron PuBe didepan perisai dengan variasi tebal graftt 8 em, 12 em, 16 em, 20 em dan 24 em; tebal paraftn 7,5 em, 12 em, 16,5 em, 21 em dan 24 em serta tebal boral8,4 em, 12 em, 16,2 em 21 em dan 24 em. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai faktor atenuasi mempunyai karekteristik sebagai fungsi eksponensial terhadap tebal perisai (x, em) yaitu untuk grafif eO,031X, paraftn eO,019X dan boral eO.031x. Dengan hasil fungsi eksponensial tersebut maka dapat digunakan untuk menentukan tebal perisai radiasi dengan bahan yang dimiliki untuk proteksi radiasi neutron. Kata-kata kunci; graftt, paraftn, boral, perisai radiasi, neutron Abstract CHARACTERISTIC ANALYSIS OF ATTENUATION FACTOR FOR GRAPHITE, PARAFFIN AND BORAL FOR THERMAL NEUTRON RADIATION SHIELDING. Characteristic analysis of attenuation factor for graphite, paraffin and boral for radiation shielding of thermal neutron has been done. The experiment was performed by placing PuBe neutron source in front of shielding with varying thickness: for graphite 8 em, 12 em, 16 em, 20 em and 24 em; for paraftn 7.5 em, 12 em, 16.5 em, 21 em and 24 em; for boral8.4 em, 12 em, 16.2 em, 21 em and 24 em. Analysis result indicated that the attenuation factor is as exponential function of thickness (x, em), such as for graphite l·031X,paraffin eO.019X and for boral eo.031X. The result can be used to determine the thickness of shieldingfor neutron radiation protection. Keywords; graphite, paraffin, boral, radiation shielding, neutron PENDAHULUAN mempakan sistem (habitat) pendukung kehidupan air, tanah, tumbuhan, hewan, udara (atmosfer). Dampak negatif teknologi nuklir berasal dari radiasi yang dipancarkan oleh energi nuklir, di antaranya adalah radiasi sinar-a, sinar-~, radiasi elektromagnetik dan radiasi neutron. Sinar-a dan ~ memiliki potensi bahaya internal yang lebih dominan, sedang radiasi elektromagnetik dan neutron dominan terhadap potensi bahaya radiasi eksternal. Untuk meminimalkan paparan radiasi pada suatu Tujuan pemanfaatan teknologi nuklir adalah untuk kesejahteraan manusia, dengan mengutamakan aspek keselamatan terhadap individu, masyarakat dan lingkungan dari bahaya radiologi. Pekerja radiasi terdiri atas operator, supervisor, pekerja sistem bantu, petugas proteksi radiasi, maupun pekerja radiasi selain tersebut di atas. Masyarakat (publik) adalah manusia bukan pekerja radiasi yang ada di luar kawasan instalasi nuklir. Lingkungan Widarto dkk 97 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN SEMINAR NASIONAL II SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 ISSN 1978-0176 lokasi, maka diperlukan perisai (shielding) terhadap sumber radiasinya. Reaktor riset Kartini yang mempunyai berbagai macam fasilitas iradiasi neutron antara lain Lazy Susan (LS), Pneumatik dan kolom termal serta 4 (empat) beamport memiliki potensi sumber radiasi yang cukup besar. Untuk pendayagunaan reaktor tersebut, khususnya untuk pemanfaatan fasilitas beamport dan kolom termal, maka perlu dilengkapi dengan perisai untuk meminimalkan paparan radiasi demi keselamatan pekerja dan lingkungan. Ada berbagai jenis bahan yang dapat digunakan untuk perisai radiasi neutron antara lain boral, grafit dan parafin. [6] Pertimbangan pemilihan bahan biasanya didasarkan atas berbagai aspek antara lain kualitas, biaya dan kemudahan untuk memperolehnya. Pada makalah ini dilaporkan hasil penentuan tampang lintang makroskopis dan faktor atenuasi sebagai fungsi tebal perisai kualitas boral, grafit dan parafin sebagai bahan perisai neutron termal. DASAR TEDRI Neutron (onl) adalah partikel elementer dengan massa 1,007593 amu, tidak bermuatan dan bersama proton sebagai penyusun inti atom. Menurut energinya, neutron dibedakan dalam 4 (empat) kelompok energi, yaitu neutron relatifistik mempunyai energi lebih dari IOMeV, neutron cepat mempunyai energi antara 10 KeV hingga 10 MeV, neutron epithermal memiliki energi 0,5 eV<En<1O KeV dan neutron thermal 0,025 eV<En<0,5 eV.[6] Karena neutron tidak bermuatan maka Tampang Lintang Neutron Tampang lintang (cross section) neutron mernpakan besaran yang menyatakan kebolehjadian terjadinya interaksi neutron dengan inti atom, dan disebut koefisien serapan atomik atau tampang lintang mikroskopis cr (barn). Untuk setiap jenis reaksi, tampang lintang mikroskopis dinyatakan sebagai berikut:[4] (1) dengan, = Tampang lintang hamburan elastik = Tampang lintang hamburan non elastik cra = Tampang lintang penyerapan crs crj (absorption) crf lintasan dalam materi tidak dipengarnhi oleh medan coulomb, sehingga dengan mudah dapat masuk ke inti atom (nucleus). Pada saat neutron masuk ke dalam inti atom, maka dapat mengalami reaksi hamburan dan atau tangkapan (penyerapan). Pada peristiwa reaksi hamburan, neutron berinteraksi dengan inti atom, namun kedua partikel masih muncul sesudah reaksi, seperti pada reaksi (n,n).[2] Ada dua peristiwa hamburan, yaitu elastis dan tidak elastis. Pada hamburan elastis berlaku hukum kekekalan energi bahwa jumlah energi kinetik neutron dan inti atom sebelum tumbukan sarna dengan sesudah tumbukan. Hamburan tidak elastis, inti atom menerima sebagian energi kinetik dari neutron sehingga Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN terjadi eksitasi ketingkat yang lebih tinggi dan bersifat tidak stabil. Pada keadaan ini akan kembali ke tingkat dasar dengan memancarkan radiasi-y. Kebolehjadian terjadi hamburan tidak elastis semakin besar jika energi neutron semakin besar (neutron cepat) dan inti atomnya makin berat (nomor massa makin besar). [3] Reaksi tangkapan terjadi apabila neutron memberikan seluruh tenaganya sehingga neutron diserap oleh inti atom, dan menyebabkan inti atom tidak stabil. Inti atom yang tidak stabil meluruh menjadi inti atom barn dan bersifat stabil disertai pancaran radiasi gamma, alfa atau radiasi lainnya, seperti pada reaksi (n,p), (n,a), (n,2n), (n,y) ataupun reaksi fisi. [4] = Tampang lintang fisi Tampang lintang mikroskopik total dinyatakan dalam persamaan berikut ini: Apabila dalam bahan terdapat N atom persatuan volume maka kebolehjadian interaksi dinyatakan sebagai tampang lintang makroskopik ( L) adalah: L = N.cr (2) Interaksi neutron termal dengan bahan perisai mernpakan peristiwa hamburan elastis dan penyerapan neutron, maka tampang lintang makroskopis : (3) 98 Widarto dkk SEMINAR NASIONAL II SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 ISSN 1978-0176 1 bam=1O_24 em2 =10 Bila berinteraksi dengan radiasi dan atau kenaikan temperatur yang tinggi sekalipun, tidak bersifat raeun (gas) mempunyai tampang lintang dan koefisien atenuasi gamma yang tinggi, serta produk gamma yang serendahrendahnya. Beberapa bahan yang memiliki kriteria tersebut di atas antara lain grafit, parafin dan boral. -28m2• Bila neutron dengan intensitas I menembus bahan setebal x em, maka akan terjadi pengurangan neutron sebanyak dl, dan ditulis dalam persamaan : -dI = NcrIdx (4) _ dI = Ncrdx (5) I METODE PENELITIAN dengan menjadi : eara integrasi Persamaan (5) Dalam penelitian ini digunakan parafin dan boral yang berbentuk plat, masing tebalnya 2 em, l,5 em, dan Variasi tebal perisai dilakukan menambahkan plat bahan sejenis pada masing perisai. (6) dengan: 10 Ix Intensitas neutron sebelum bahan = Intensitas neutron setelah bahan setebal x (em) - Dengan Ix=l, persamaan dalam bentuk persamaan : menembus Unit peralatan eksperimen radiasi dengan variasi tebal perisai untuk penentuan tampang lintang makroskopis dan faktor atenuasi disajikan pada Gambar 1. (6) dapat ditulis I Dengan Skema Perala tan Eksperimen menembus 1. = eI,x grafit, masing0,6 em. dengan masing- (7) penyelesaian logaritma, Lt dapat diubah dalam persamaan konstanta linear sebagai berikut : In I = In 10 +( - Lt)x In e In I = In Y I x 10 + (- Lt ).x = a + bx (8) (9) k (10) intensitas neutron akhir, setelah melewati perisai (eaeah/sekon) Intensitas neutron awal (eaeah/sekon) Faktor atenuasi neutron Tampang lintang makroskopik (em-I) Tebal bahan (em) Gambar I. Skema Pengujian Tebal Perisai Keterangan Gambar 1: a. Sumber radiasi neutron (PuBe) b. Kolimator grafit e. Perisai beton yang dilapisi timbal (Pb). d. Bahan perisai diletakan antara deteetor BF3 dengan sumber neutron PuBe. e. Detektor BF 3 f. Penguat awal (Preamplifier) g. Sumber tegangan tinggi h. Penguat (Amplifier) i. MCA (multy ehanel analyser) j. Monitor k. Keyboard total Seeara umum, kriteria bahan perisai radiasi neutron adalah sebagai berikut. [5] Kandungan hidrogen besar dan tidak mudah mengalami korosi, ataupun menyebabkan korosi terhadap struktur, sistem dan komponen (SSK) reaktor. Widarto dkk 99 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN SEMINAR NASIONAL II SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 ISSN 1978-0176 Pelaksanaan Kerja Pelaksanaan pengujian perisai dilakukan dalam dua tahap, yaitu : a. Pertama pengukuran intensitas neutron awal 10 yaitu sebelum dipasang perisai. b. Dipasang sumber neutron PuBe dengan detektor BF3 padajarak 50 em e. Dilakukan peneaeahan selama 5 memt, sebagai intensitas neutron awal 10 d. Kedua penentuan intensitas neutron akhir I, setelah melewati perisai Di antara sumber neutron dengan detektor yang betjarak 50 em tersebut diletakkan bahan perisai dengan berbagai variasi ketebalan seeara bertahap. Kemudian dilakukan peneaeahan intensitas neutron 1 65423 1 (em) selama 5 menit, Selanjutnya tahapan peneaeahan dilakukan sebagai berikut. a. Untuk bahan grafit dengan variasi tebal 8 em, 12 em 16 em, 20 em dan 24, em. Mulamula grafit dengan tebal 8 em ditempatkan di antara sumber neutron PuBe dengan detector BF3 .Melakukan peneaeahan untuk 3 kali ulangan masing-masing selama 5 menit. Dengan eara yang sarna dilakukan untuk tebal grafit 12 em, 16 em, 20 em dan 24 em. Tabell. Hasil Cacah Neutron Terhadap Perisai Grafit No e. Untuk bahan parafin dilakukan dengan eara yang sarna dengan eksperimen untuk bahan perisai parafin dengan variasi tebal 7,5 em, 12 em, 16,5 em, 21 em dan 24 em. Untuk bahan boral dilakukan dengan eara yang sarna dengan eksperimen untuk tebal boral 8,4em, 12 em, 16,2 em 21 em dan 24em. terkeeil (least data dianalisis untuk penentuan nilai tampang lintang makroskopis dan faktor atenuasi sebagai parameter kemampuan penyerapan radiasi neutron termal. [I] Dengan metode kuadrat square method), selanjutnya HASIL DAN PEMBAHASAN ° I (eps) 30,88 ± 0,30 2 8 19,69 3 12 17,52 4 5 16 20 16,32 ± 0,01 ± 0,12 6 24 13,36 ± 0,23 17,08 ± 0,02 ± 0,01 Tabel2. Hasil Cacah Neutron Terhadap Perisai Parafin No 24 21 12 0 XiIntensitas rerata Tebal 14,66 0,06 16,5 7,5 18,57 0,02 15,05 30,88 20,74 17,15±0,18 ±±±±0,30 0,02 neutron 10,01 (eps ) Tabel3. Hasil Cacah Neutron Terhadap Perisai Boral Tebal Xi Intensitas rerata neutron I ~ m 1 ° 30,88 2 8,4 17,96 3 12 17,80 4 16,2 16,92 5 21 14,39 6 24 13,18 ± 0,30 ± 0,26 ± 0,15 ± 0,05 ± 0,12 ± 0,12 Hasil peneaeahan tersebut di atas, kemudian digunakan untuk perhitungan penentuan tampang lintang makroskopis dan faktor atenuasi dengan substitusi Persamaan (9) dan (10) sehingga diperoleh persamaan regresi linier, dengan nilai a dan b sebagai berikut :[1] a=(LXj2DnI;-LX;Lx;lnI;} nIX/ -(IXJ Data hasil pencacahan dengan bahan perisai grafit, parafin dan boral masing-masing ditunjukan pada Tabell, 2, dan 3. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BA TAN Intensitas rerata neutron (em) 1 No b. Tebal Xi (11) (12) 100 Widarto dkk SEMINAR NASIONAL II SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGY AKARTA, 21-22 DESEMBER ISSN 1978-0176 2006 y= 3,340--<>,032 X Yi= Yi= 03,430 400 1494 20 12 16 835,06 Xi2 XiYi 1489 1440 24 80 Untuk Bahan Perisai Grafit Xi2 Yi= 30,88 0,000 0,00 19,69 17,08 17,52 16,32 64,00 256,0 144,0 45,41 55,84 23,84 34,36 2,980 2,863 12,000 16,500 0,000 7,500 2,922 2,842 3,032 20,74 30,88 0,000 56,25 22,74 144,0 272,2 46,89 18,57 12,000 8,400 70,56 0,000 24,26 0,000 2,879 3,430 17,96 17,80 576,0 62,22 2,592 24,000 2,685 2,711 17,62 226,1 441,0 576,0 64,44 56,94 81,000 117,1 15,05 24,000 114,87 441,0 262,4 222,5 45,82 55,99 61,90 221,6 2,828 2,579 17,27 17,49 81,600 16,92 14,39 2,792 2,838 17,15 34,55 2,888 13,36 21,000 14,66 16,200 2,666 13,18 111,1 Ii(eps) Xi(em) Xi(em) Ii(eps) Perhitungan XiYi Lnli XiYi Lnh Lnli 111 parafin: samaan linier untuk bahan boral: grath: No regresi Tabel4. Cacah Neutron Terhadap Grafit perhitungan diperoleh perperhitungan diperoleh per-Tabel5. No y= 3,330--<>,031X No Tabel 6. Cacah Cacah Neutron Terhadap Boral Neutron Terhadap y= 3,340--<>,029X Perhitungan Untuk Bahan Perisai Parafin Perhitungan Untuk Bahan Perisai Boral Parafin Diperoleh fungsi linier intensitas neutron versus tebal perisai untuk masing-masing bahan, yaitu grafit, parafin, dan boral, seperti pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Fungsi Linear Intensitas Neutron Versus Tebal Bahan 2 Bahan Perisai Grafit Parafin Fungsi linier Y= 3,330 - 0,031 X Y= 3,340 - 0,029 X 3 Boral Y=3,340 - 0,032 X No 1 Dari fungsi linier pada Tabel 7 dapat ditentukan nilai tampang lintang makroskopis Lt, selanjutnya digunakan untuk menghitung faktor atenuasi dari masing-masing bahan perisai yaitu grafit, parafm maupun boral, seperti ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Tampang Lintang Makroskopis dan Faktor Atenuasi Boral eO,031X eeO,029X O,032X Parafin Grafit Bahan 0,029 0,031 Lr0,032 Faktor (em'1) Atenuasi No 23 1 perisai masing Grafik hubungan antara In I dengan tebal disajikan pada Gambar 2 sid 4 masinguntuk bahan grafit, parafin dan bora!. 4 3.5 3 • 2.5 E 2 1.5 R2 = 0.909 0.5 o o 10 20 30 Tebal (Cm) Gambar 2. Grafik Hubungan In I terhadap Tebal Grafit Widarto dkk 101 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN SEMINARNASIONALII SDMTEKNOLOGINUKLIR YOGYAKARTA,21-22 DESEMBER2006 ISSN 1978-0176 4 parafin lebih mudah dibentuk (dieetak) untuk disesuaikan dengan lokasi sumber neutron. 3.5 3 2.5 KESIMPULAN DAN SARAN .E 2 1.5 1 R' = 0.9399 0.5 o o 5 10 15 20 25 30 Tebal (Cm) Gambar3. GrafikHubunganIn I terhadapTebalParafin 4 3.5 3 2.5 Ei 2 1.5 1 0.5 o o 5 10 15 20 25 30 Berdasar atas hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: I. Grafit, parafin, dan boral mempunyai nilai tampang lintang makroskopis yang tidak jauh berbeda. 2. Dari 3 bahan yang diteliti, yang mempunyai kemampuan paling besar untuk perisai neutron adalah boral, kedua grafit, dan paling kecil adalah parafin, seperti ditunjukkan pada Tabel 8. 3. Walaupun bahan parafin mempunYaI kemampuan atenuasi yang relatif kecil, namun lebih mudah dibentuk untuk dibuat perisai disesuaikan dengan lokasi sumber radiasi. 4. Mengingat sumber neutron yang digunakan ini adalah sumber neutron termal, perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut dengan menggunakan neutron eepat. Tebal (Cm) DAFTAR PUSTAKA. Gambar4. GrafikHubunganIn I terhadapTebalBoral Dengan intensitas sumber neutron awal (10) selama peneaeahan dianggap tetap, maka grafik In 1 versus tebal perisai X (em) dinyatakan sebagai kemampuan bahan berfungsi sebagai perisai radiasi neutron. Dari grafik tersebut diketahui bahwa sernakin tebal perisai maka intensitas eaeah neutron keluar semakin keeil, sehingga nilai In 1 juga semakin keci!. Berdasarkan persamaan regresi linear (Tabel 7) diperoleh nilai tampang lintang makroskopis ~t dan selanjutnya untuk penentuan faktor atenuasi, yang hasilnya tereantum pada Tabel8. Dari tiga bahan perisai tersebut di atas, nilai faktor atenuasi yang paling besar adalah boral, kedua adalah grafit dan yang paling kecil adalah parafin. Namun demikian perbedaannya relatif kecil, hal ini menunjukkan bahwa untuk perisai neutron, boral relatif paling baik, kedua grafit, dan yang paling keeil adalah para fin. Pada dasamya dari ketiga bahan tersebut dapat digunakan untuk perisai neutron dengan kualitas faktor atenuasi yang tidak jauh berbeda. Walaupun relatif paling kecil, bahan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN 102 1. BUNTARTO, 1982, "Deteksi Neutron", Badan TenagaAtom Nasional. 2. HERMAN CEMBER, 1983, Pengantar Fisika Kesehatan, PergamonPress. Edisi II, 3. JAEGER R. G., 1975, "Engineering Compendium On Radiation Shielding MaterialVol. II", IAEA,Viena. 4. MUKHLIS AHKADI, 2000, Dasar-dasar Proteksi Radiasi, RinekaCiptaPress,Jakarta. 5. TJIPTA SUHAEMI, 1982, "Perisai Radiasi", PPBMI-BATAN,Yogyakarta. 6. SURATMAN, 1996, lntroduksi Proteksi Radiasi Bagi Siswa/Mahasiswa Praktek, PPNYBATAN, Yogyakarta. TANYAJAWAB Pertanyaan : 1. Bagaimana jika digunakan variasi kombinasi grafit, parafin, dan boral sebagai perisai, kombinasi bagaimana yang paling baik untuk perisai radiasi neutron? (Suryo Raneono) Widarto dkk SEMINAR NASIONAL II SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 ISSN 1978-0176 2. Pada pemanfaatan bahan nuklir, dihasilkan limbah. Bagaimana pengelolaannya? (Heinz Frick) Jawaban: 1. Akan dilakukan penelitian lanjutan. 2. Makalah ini tidak mengkaji pengelolaan limbah radioaktif, melainkan membandingkan tiga bahan yang dapat digunakan sebagai bahan perisai radiasi neutron. Daftar Isi Widarto dkk 103 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN