BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Neutron digunakan dalam beragam aplikasi yang berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, pada ilmu teknik material, neutron cepat digunakan untuk mempelajari karakteristik material dinding reaktor dalam paparan radiasi yang lama. Arkeolog dan Geologis menggunakan neutron cepat untuk meradiasi sampel dari batuan dan artefak yang mereka temukan untuk mengukur berapa lama umur batuan dan artefak ini, sehingga bisa mengetahui berapa nilai temuan yang mereka temukan [1]. Di dalam industri penerbangan, radiografi neutron digunakan Uji Tak Merusak (Non Destructive Test) untuk mendeteksi adanya korosi, kerusakan, dampak kerusakan, objek asing, dan keanehan di dalam fabrikasi manufakturnya. Dalam sistem keamanan bandara, neutron berbasis teknik inspeksi non-intrusif digunakan untuk memeriksa barang-barang yang masuk dan keluar agar tidak terdapat barang yang berkaitan dengan narkoba, bahan peledak, material nuklir serta barang lain yang berbahaya dan ilegal yang lolos [1]. Di dalam rumah sakit, radioisotop digunakan untuk radioterapi, imaging, dan untuk penghilang rasa sakit. Banyak dari berbagai macam radioisotop diproduksi di reaktor nuklir dengan teknik neutron capture (tangkapan neutron) ataupun dengan metode lain seperti reaksi neutron terinduksi. Neutron cepat (fast neutron) biasanya digunakan sebagai radiasi primer untuk proses branchytherapy. Sedangkan neutron epithermal telah diterapkan untuk mengobati glioblastoma multiforme, tumor otak yang ganas [1]. Dengan berbagai kegunaan aplikasi dari neutron tersebut, maka diperlukan suatu alat produksi neutron agar kebutuhan aplikasi dari neutron khususnya di Indonesia dapat dipenuhi. Salah satu perkembangan mutakhir dari teknologi 1 nuklir penghasil neutron ini adalah Compact Neutron Generator (CNG). Di Indonesia, BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) selaku institusi utama yang bergerak di bidang teknologi nuklir juga memulai melakukan penelitian desain Neutron Generator yang berkembang di negara-negara lain pada umumnya. CNG merupakan alat pembangkit neutron yang sekarang banyak diteliti dan dikembangkan sebagai alternatif penyedia neutron selain bahan radioaktif dan reaktor nuklir. Kelebihan dari pembangkit neutron ini adalah fleksibilitas penggunaan yang dapat diaktifkan maupun dinonaktifkan secara cepat sehingga tidak memerlukan perisai untuk menyerap neutron ketika alat tidak dipakai sebagaimana halnya sumber neutron dengan bahan radioaktif biasa. Kelebihan lain adalah alat ini mudah dipindahkan karena ukurannya yang kecil dan ringkas, sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan di lapangan, seperti logging sumur minyak, dan lain-lain [2]. Salah satu pemanfaatan CNG adalah sebagai penyuplai deuterium dalam sistem produksi radioisotop molibdenum dengan cara menghubungkan perangkat CNG deuterium-tritium (D-T) ke perangkat silinder subkritis berbahan bakar uranil sulfat. Perangkat silinder subkritis berbahan bakar uranil sulfat ini berbentuk silinder berongga berisi target titanium-tritida yang akan ditembak oleh deuterium yang berasal dari perangkat CNG. Tumbukan deuterium-tritium menimbulkan reaksi fusi yang menghasilkan neutron. Neutron ini kemudian menembus dinding dalam silinder, bereaksi dengan uranil sulfat yang akan menghasilkan unsur molibdenum (99Mo). kemudian akan meluruh menjadi paruh pendek. 99 Mo 99m Tc (teknisium metastabil) yang berumur 99m Tc ini merupakan radioisotop yang sangat bermanfaat bagi dunia kedokteran nuklir masa kini. + → (3.5 )+ (14.1 ) (1) Efektifitas reaksi untuk menghasilkan unsur molibdenum ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah bentuk dan ukuran geometri perangkat silinder subkritis. Dalam penelitian ini, akan dilakukan 2 simulasi untuk menghitung efektifitas geometri perangkat silinder subkritis sehingga dapat dihasilkan nilai geometri optimum untuk perangkat silinder subkritis tersebut. I.2. Perumusan Masalah 1. Silinder berongga subkritis berbahan bakar uranil sulfat memiliki tingkat keoptimalan yang berbeda-beda, tergantung dengan geometri silindernya. Dalam penelitian ini, akan dilakukan simulasi untuk menghitung geometri (jari-jari dan tinggi) optimum silinder agar dihasilkan k-eff 0,95 dengan konsentrasi larutan uranil sulfat 30 gr/l dan tingkat pengayaan uranium (235U) 19,75 %. 2. Dalam geometri optimumnya, akan dihitung berapa jumlah uranium yang digunakan. Beberapa asumsi yang dipakai : a. CNG yang digunakan adalah CNG IB-1764 deuterium-tritium tipe aksial. b. Fluks neutron yang dihasilkan dari perangkat CNG, yang digunakan dalam rancangan penelitian ini sebesar 3,5 x 1014 neutron per detik dengan besar energi neutron 14 MeV. c. Perangkat silinder dalam keadaan subkritis dengan k-eff = 0,95 dan tingkat pengayaan 19,75 % d. Bahan silinder terbuat dari Stainless Steel (SS-304) dengan ketebalan 3 cm, bahan reflektor berupa grafit dengan ketebalan awal sebelum dilakukan variasi 0,7 cm. I.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan geometri (jari-jari dan tinggi) optimum dari perangkat silinder subkritis agar dihasilkan k-eff 0,95 dengan pengkayaan 19,75 % 2. Menentukan jumlah uranium yang digunakan di perangkat silinder subkritis dalam keadaan optimumnya. 3 I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang pemikiran tentang pengembangan desain perangkat penghasil isotop molibdenum yang lebih sederhana dengan alur pendek dibanding metode yang selama ini ada. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang pemikiran tentang pemanfaatan CNG untuk menghasilkan radioisotop dengan cara menghubungkannya ke perangkat silinder subkritis berbahan bakar uranil sulfat. 4