ISSN 2805 - 2754 GAMBARAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSI/EKLAMSI (Telaah Pustaka) Oleh R. T. Handayani*) *) Dosen Tetap Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta ABSTRAK Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preklamsia berat. Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka diklasifikasikankedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. A. Latar Belakang Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,intra, dan post partum. Dari gejalagejala klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma. (Sarwono, 2010) Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan hipertensi yang dipicu olehkehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu hamildengan kehamilan kembar, ibu yang menderita diabetes mellitus, dan hipertensi essensial. Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal dan jantung, hemorargi serebral, insupisiensi placenta, dan gangguan pertumbuhan janin(Denis Tiran, 2006). Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka diklasifikasikankedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena 42 kehamilan. PEB ditandai olehadanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkaneklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas PEB B. Pengertian Adalah suatu sindroma spesifik yang timbul pada ibu hamil lebih dari 20 minggu , ibu inpartu maupun ibu nifas dan ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuria. Sekarang edema tidak dimasukkan dalam salah satu gejala karena hampir 70% ibu hamil mengalami edema (kecuali edem anasarka) (Mansoer 2001) Pre Eklamsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi, proteinuria dan edema (Bobak, 2004) C. Klasifikasi Preeklamsi Menurut Sarwono (2006) bahwa klasifikasi pre eklamsia dalah sebagai berikut : a. Pre-eklamsi ringan tekanan Darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, kenaikan berat JKèm-U, Vol. VI, No. 17, 2014:42-47 badan 1 kg atau lebih dalam seminggu, proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan. b. Pre-eklamsi berat, tekanan darah 160 mmHg atau lebih atau diastolik 110 mmHg atau lebih dengan keadaan tirah baring, Oliguria, urin kurang dari 400 cc/24 jam, Proteinuria lebih dari 3 gr/liter, keluhan subjektif (nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema paru atau sianosis, gangguan kesadaran). D. Etiologi Preeklamsi Pre-ekslamsi adalah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia yang ditandai dengan tekanan darah yang tinggi (hipertensi), proteinuria dan oedema. Gejala pre eklamsi pada post partum biasanya akan menghilang pada 24 jam setelah persalinan, namun masih banyak pula ditemukan bahwa yang mengalami preeklamsi pada waktu hamil akan terus berlanjut sampai waktu yang cukup lama, bahkan pada beberapa wanita bisa terjadi hipertensi yang menetap bila dasarnya adalah suatu hipertensi essensial. Faktor resiko terjadinya hipertensi adalah primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu dan morbid obesitas (Bobak, 2004) Tulisan-tulisan yang menggambarkan eklampsia telah ditelusuri sejauh 2200 SM(Lindheimer dan rekan, 2009). Dan dari semua mekanisme yang telah diusulkanuntuk menjelaskan penyebabnya. Tidak satupun bisa dikatakan menjadi"penyebab". Munculnya preeklamsia menjadi puncak dari faktorfaktor yangkemungkinan melibatkan sejumlah faktor ibu, plasenta, dan janin. Di bawah inimerupakan beberapa hal yang dapat membantu menegakkan preeklampsiameliputi: a. Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas abnormal dari pembuluh rahim b. Imunologi maladaptif antara jaringan ibu, plasenta, dan janin c. Maternal maladaptation, perubahan kardiovaskular atau inflamasi dari kehamilan normal d. Genetik E. Manifestasi Klinis Menurut Bobak (2004) bahwa manifestasi klinis pre eklamsi berat adalah sebagai berikut : 1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg 2. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg 3. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus 4. Trombosit < 100.000/mm3 5. Oliguria < 400 ml/24 jam 6. Proteinuria > 3 g/liter 7. Nyeri epigastrium 8. Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat 9. Perdarahan retina 10. Edema pulmonum F. Patofisiologi Pada pre-eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat, penyebab pre eklamsi belum diketahui dengan pasti meskipun demikian penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita hamil yang primigravida, anak besar, mola hidatidosa yang menyebabkan spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikan sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah, jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha Gambaran Pelaksanaan ..................................................... 43 untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Protein uria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. Dengan demikian pada kasus pre eklamsi berat akan ditemukan gejala-gejala seperti gangguan kesadaran, nyeri kepala disertai dengan kejang dan gangguan penglihatan selain itu akan dirasakan juga nyeri epigastrium, mual dan muntah. Apabila pada kehamilan ditemukan adanya tekanan darah tinggi, proteinuria, edema, kenaikan berat badan yang berlebih serta ditemukan adanya gangguan kesadaran, kejang, nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, mual dan muntah maka dicurigai terjadinya pre eklamsi pada kehamilan, oleh karena itu apabila terjadi pre eklamsi pada kehamilan untuk proses persalinannya dilakukan sectio caesarea. G. Komplikasi preeklamsi menurut (Sarwono, 2006) antara lain : a. Iskemi Uteroplasenta (pertumbuhan janin terhambat, kematian janin, persalinan prematur dan solusio plasenta) b. Spasme arteriolar (perdarahan serebral, gagal jantung, ginjal dan hati, tromboembolisme, gangguan pembekuan darah) c. Kejang dan Koma (trauma karena kejang, aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan) d. Penanganan tidak tepat (pneumonia, infeksi saluran kemih, kelebihan cairan, komplikasi anestesi atau tindakan obstetrik) 44 H. Cara menegakkan diagnosa 1) Riwayat penyakit, dilakukan anamnesa pasien dan keluarga a. Adanya gejala:nyeri kepala,gangguan visus,rasa panas dimuka,mual,kejang. b. Penyakit terdahulu:hipertensi dalam kehamilan,penyulit pada pemakaian kontrasepsi hormonal,penyakit ginjal, ISK I. Pengelolaan Preklamsia a. Preeklamsia Ringan 1) Rawat Jalan ambulatoir a) Tidak mutlak tirah baring b) Diet reguler c) Vitamin prenata d) Tidak perlu sedatif, diuretik,antihipertensi e) ANC tiap minggu 2) Rawat Inap a) Hipertensi menetap> 2 minggu b) Protein uri menetap > 2 minggu b. Preklamsia Berat 1) Terapi Medikamentosa a) Segera masuk rumah sakit b) Tirah baring miring kiri secara intermiten c) Infus RL atau D5% d) Pemberian anti kejang MgSo4 sebagai pencegahan kejang, dapat juga diazepam atau fenitoin e) Anti hipertensi f) Antidiuretikum g) Diet , rendah kalori rendah protein rendah garam 2) Cara persalinan a) Bila penderita belum inpartu, kehamilan dipertahankan sampi aterm b) Bila inpartu diutamakan persalinanpervaginam, JKèm-U, Vol. VI, No. 17, 2014:42-47 kecuali ada indikasi untuk pembedahan. 3) Perawatan aktif agresif a) Bertujuan untuk terminasi kehamilan b) Indikasi ibu: kegagalan medikamentosa, tanda gejala impending eklamsi, gangguan hepar dan ginjal, curiga solusio plasenta, timbul onset partus c) Indikasi janin,: umur kehamilan lebih dari 37 minggu, IUGR, NST nonreaktif dan profil biofisik abnormal, timbul oligohidramnion d) Indikasi laboratorium: trombositopeni progresif, yang menjurus ke sindroma HELLP c. Eklamsia 1) Pengelolaan eklamsi a) Terapi suportif b) Selalu ingat ABCD c) Pastikan jalan nafas tetap terbuka d) Koreksi hipoksemia dan acidemia e) Mengatasi dan mencegah penyulit 2) Terapi medikamentosa Sama dengan preeklamsia berat 3) Perwatan kejang a) Tempatkan penderita diruang isolasi dengan penerangan yang cukup b) Tempat tidur penderita harus cukup lebar, dapat diubah dengan posisi trandelenberg, posisi kepala lebih tinggi c) Rendahkan kepala d) Fiksasi badan kendor 4) Perawatan Khusus a) Konsultasi kebagian lain bila ada penyulit J. Therapi medikamentosa a) Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoir b) Bila terdapat perbaikan dan usia kehamilan lebih dari sama dengan 37 minggu diobservasi 2-3 hari baru ibu dipulangkan K. Terapi obstetrik a) Bila penderita belum inpartu usia kehamilan kurang dari 37 minggu,kehamilan dipertahankan samapai dengan atrem, apabila usia kehamilan lebih dari 37 minggu kehamilan dipertahankan bila tidak ada onset inpartu b) Bila penderita inpartu, perjalanan persalinan dapat diikuti dengan grafik partogrph Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Data yang dikaji pada ibu dengan preeklampsia adalah : 1. Data subyektif : - Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun - Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, edema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM - Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau eklampsia sebelumnya - Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, Gambaran Pelaksanaan ..................................................... 45 oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya 2. Data Obyektif : - Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam - Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema - Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress - Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + ) - Pemeriksaan penunjang ; • Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam • Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml • Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu • Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak • USG ; untuk mengetahui keadaan janin • NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin B. 46 Masalah Keperawatan a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah ) b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif persalinan C. terhadap proses Perencanaan Diagnosa keperawatan I : Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu Kriteria Hasil : - Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 ) - Tanda-tanda vital : Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt Intervensi : 1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH 2. Catat tingkat kesadaran pasien R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak 3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria ) R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang 4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM JKèm-U, Vol. VI, No. 17, 2014:42-47 R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang Diagnosa keperawatan II : Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin Kriteria Hasil : DJJ ( + ) : 12-12-12 Hasil NST : Hasil USG ; Intervensi : 1. Monitor DJJ sesuai indikasi R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta 2. Kaji tentang pertumbuhan janin R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR 3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun ) R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin 4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin 5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin Daftar Pustaka Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung. ——(1995), Ilmu Penyakit Kandungan UPF Kandungan Dr.Soetomo. Surabay D. Implementasi Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan. E. Evaluasi Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan Gambaran Pelaksanaan ..................................................... 47