HUBUNGAN PROFIL LIPID DARAH LOW DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI BLU RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO Afford H.Wongkar*, Grace.D. Kandou**, A. J. M. Rattu** *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Penelitian AHA (2013) di Asia dan kepulauan Pasifik memperoleh hasil bahwa sekitar 16.419 jumlah kematian pada tahun 2009 disebabkan oleh penyakit kardiovaskular; 7752 diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung koroner, dan 2462 karena infarkmiokard. Menurut Kandou (2009) Pengkonsumsi makanan Minahasa dengan frekwensi makan ≥ 2 kali/bulan berisiko PJK 4,43 kali lebih besar daripada pengkonsumsi ≤ 1 kali/ bulan dan kebiasaan makan dengan frekwensi ‘sering’ berisiko 5,4 kali lebih besar untuk terkena PJK dari pada yang mempunyai kebiasaan makan ‘jarang’ setelah dikontrol variabel jenis kelamin, riwayat keluarga PJK dan diabetes. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara profil lipid darah LDL dengan kejadian PJK di BLU RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado setelah dikontrol dengan variabel independen lainnya yaitu Trigliserida, HDL, Hipertensi, DMT2 dan Jenis Kelamin. Penelitian ini merupakan studi survey analitik dengan pendekatan kasus kontrol (case control), dan melibatkan faktor perancu untuk dianalisis. Data dikumpulkan melalui lembar observasi survey penelitian yang telah divaliditas dan melewati uji reliabilitas. Sampel diambil Non Random Sampling (Non Probability) Accidental dari pasien rawat jalan klinik Kardiologi maupun klinik Interna yang teregistrasi pada data rekam medik BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado yang berjumlah 120 orang. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan perhitungan statistik analisis univariat melalui crosstabs, analisis bivariat melalui uji chisquare dan analisis multivariat melalui regresi logistik dengan bantuan program komputer SPSS 16.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel kasus dengan profil lipid LDL kategori tidak optimal (≥100 mg/dl) sebanyak 59 orang (98,3%), tidak hipertensi sebanyak 53 orang (88,3%), tidak DMT2 sebanyak 56 orang (93,3%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 32 orang (53,3%), profil lipid Trigliserida kategori normal 36 orang (60%), profil lipid HDL kategori nilai HDL tidak risiko rendah untuk PJK sebanyak 53 orang (88,3%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p>0,05) antara profil lipid HDL, dan profil lipid Trigliserida terhadap penyakit jantung koroner. Terdapat hubungan yang berkmakna (p<0,05) antara profil lipid LDL, faktor Hipertensi, faktor DMT2 dan Jenis Kelamin terhadap penyakit jantung koroner. Hasil analisis multivariat untuk model akhir menunjukkan bahwa sampel dengan nilai profil lipid LDL kategori tidak optimal atau > 100 mg/dl berisiko 15.208 kali terkena PJK setelah dikontrol oleh variabel dengan indikator Hipertensi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil lipid darah LDL dengan kejadian penyakit jantung koroner di BLU RSUP Prof dr.R.D.Kandou Manado berhubungan. Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk pentingnya melakukan promosi kesehatan untuk masyarakat dalam mencegah faktor risiko LDL tidak Optimal terhadap penyakit penyakit jantung koroner. Kata Kunci: profil lipid darah LDL, Trigliserida, HDL, faktor Hipertensi, DMT2, Jenis Kelamin, kejadian penyakit jantung koroner 9 ABSTRACT AHA study (2013) in Asia and the Pacific islands to obtain the result that around 16,419 deaths in 2009 caused by cardiovascular disease; 7752 of them are caused by coronary heart disease, and 2462 because infarkmiokard. According Kandou (2009) consuming food Minahasa with eating frequency ≥ 2 times / month CHD risk 4.43 times greater than consuming ≤ 1 times / month and eating habits with a frequency of 'frequently' at risk 5.4 times more likely to develop CHD than in which the habit of eating 'rare' after the controlled variables of sex, family history of CHD and diabetes. The aim of this study was to analyze the relationship between LDL blood lipid profile with CHD events in the department of Prof. BLU dr. R.D. Kandou Manado after controlling for other independent variables, namely triglycerides, HDL, hypertension, type 2 diabetes and Gender. This study is a survey study of analytic control case (case control), and involves a confounding factor to be analyzed. Data were collected through observation sheets survey research has been divaliditas and passed the reliability test. Samples are taken by non random sampling (non probability) Accidental of outpatient clinics and clinics Cardiology Interna registered in the medical records department of Prof. BLU Dr. R.D. Kandou Manado totaling 120 people. Data were analyzed descriptively using statistical calculations through crosstabs univariate analysis, bivariate analysis through chi-square test and logistic regression multivariate analysis through the computer program SPSS 16.00. The results showed that the samples of cases with LDL lipid profile category are not optimal (≥100 mg / dl) as many as 59 people (98.3%), hypertension is not as many as 53 people (88.3%), not as many as 56 people with type 2 diabetes (93, 3%), male gender as many as 32 people (53.3%), lipid profile Triglycerides normal category 36 (60%), HDL lipid profile category value HDL is not a low risk for CHD as many as 53 people (88.3% ). Results of bivariate analysis showed no significant relationship (p> 0.05) between lipid profiles HDL, and triglyceride lipid profile against coronary heart disease. Berkmakna correlation (p <0.05) between LDL lipid profiles, factors hypertension, type 2 diabetes and Gender factor against coronary heart disease. Multivariate analysis for the final model showed that the samples with LDL lipid profile value category is not optimal or> 100 mg / dl 15 208 times the risk of CHD after being controlled by a variable indicator Hypertension. From these results it can be concluded that the blood lipid profile of LDL with the incidence of coronary heart disease in the department of Prof. dr.RDKandou Manado BLU-related. Suggested to the health professionals to the importance of health promotion for the community in the prevention of risk factors is not Optimal LDL against disease coronary heart disease. Keywords: LDL blood lipid profile, triglycerides, HDL, factors hypertension, type 2 diabetes, Gender, coronary heart disease events 10 penderita DM tipe 2 di RSUP. Dr. M. Djamil Padang dan R.S. Khusus Jantung Sumatera Barat, sedang Sumampouw (2011) dalam suatu penelitian di BLU RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado memperoleh hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa hipertensi berhubungan dengan penyakit jantung koroner dengan nilai p =0,000, dan OR 5,4 (95% CI:2,66-10,98), hal ini berarti bahwa orang yang hipertensi akan berisiko 5,4 kali menderita penyakit jantung koroner jika dibandingkan dengan orang yang tidak hipertensi. Analisa data sekunder Riskesdas 2007 menyatakan tingginya kadar plasma total kolestrol merupakan salah faktor risiko utama penyakit jantung koroner dan hasil riset tersebut menyatakan responden yang tinggal di empat kepulauan Indonesia yaitu Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Maluku memiliki rata-rata kadar kolestrol terendah yaitu 196.89 mg/dl dibandingkan dengan responden yang tinggal di kepulauan Kalimantan, Sulawesi, dan kepulauan Sumatera dengan rata-rata kadar kolestrol yang lebih tinggi yaitu 215.41 & 212.76 mg/dl (Hatma, 2012). Menurut Baaras (2006) Asam lemak merupakan molekul dasar untuk biosintesis lipid. Lipoprotein merupakan molekul asam lemak ataupun gugus prenil yang berikatan dengan protein secara kovalen, agar bisa larut dalam dalam air dan beredar dalam plasma darah. Asam lemak jenuh mempunyai peranan penting dalam sintesis kolestrol LDL. Penelitian Kandou (2009) di BLU RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado tentang makanan etnik Minahasa dan kejadian penyakit jantung koroner menyatakan bahwa asam lemak jenuh pada setiap jenis makanan etnik PENDAHULUAN Menurut WHO (2013) Penyakit Kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu untuk kematian global. Lebih banyak orang meninggal setiap tahun dengan penyakit kardiovaskular daripada penyakit lainnya. Tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular, mewakili 30% dari semua kematian, dan dari kematian ini 7,3 juta karena penyakit jantung koroner, dan 6,2 juta karena stroke. Berdasarkan penelitian AHA (2013) di Asia dan kepulauan Pasifik sekitar 16.419 jumlah kematian pada tahun 2009 disebabkan oleh penyakit kardiovaskular; 7752 diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung koroner, dan 2462 karena infarkmiokard. Berdasarkan hasil Riskesdas (2007) bahwa proporsi penyakit jantung iskemik menempati 9,3% pada usia 55-64 untuk semua jenis kelamin dan mendominasi sebagai penyebab kematian. Menurut Riskesdas (2013) prevalensi penyakit jantung koroner tertinggi pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 2,0% dan 3,6%. Perhitungan prevalensi menurut jenis kelamin lebih tinggi pada perempuan yaitu 0,5% dan 1,5%, dan untuk Sulawesi Utara sendiri prevalensi penyakit jantung koroner yang terdiagnosa dokter, tenaga kesehatan yaitu 1,7%. Berdasarkan penelitian Fadma (2013) pada bulan Maret sampai Agustus bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna (p<0,0001) antara jenis kelamin, dislipidemia, dan merokok dengan kejadian PJK pada penderita DM tipe 2, juga terdapat hubungan bermakna (p<0,05) antara lama menderita diabetes melitus, hipertensi, obesitas, dengan kejadian PJK pada 11 Minahasa umumnya mengandung Asam Lemak Jenuh dengan kisaran kadar 0,01-10,46% food per 100 gram. Pengkonsumsi makanan Minahasa dengan frekwensi makan ≥ 2 kali/bulan berisiko PJK 4,43 kali lebih besar daripada pengkonsumsi ≤ 1 kali/ bulan dan kebiasaan makan dengan frekwensi ‘sering’ berisiko 5,4 kali lebih besar untuk terkena PJK dari pada yang mempunyai kebiasaan makan ‘jarang’ setelah dikontrol variabel jenis kelamin, riwayat keluarga PJK dan diabetes. Faktor-faktor yang dianggap paling berperan dalam risiko pembentukan aterosklerosis dan menyebabkan penyakit jantung koroner secara kronologik yaitu: Hiperkolesterolemia, merokok sigaret, hipertensi, obesitas, diabetes melitus. Disamping lipid (kolesterol, trigliserid, dan fosfolipid), fraksi-fraksi lipoprotein (kilomikron, VLDL, LDL dan HDL kolesterol) memegang peranan penting dalam proses aterioslerosis tersebut dan LDL mengandung 45% kolesterol, juga memegang peranan penting mentransfer fosfolipid. (Kosasih, 2012). Berdasarkan data rekam medik Laporan Pengunjung dan Kunjungan Instalasi Rawat Jalan untuk bulan Januari sampai Juni 2014 Poliklinik jantung mendapat kunjungan 5206 dengan pengunjung 5152 pasien, dan menurut Laporan Harian Input Diagnosa Instalasi rawat jalan untuk Januari sampai Juni 2014 terdapat jumlah 2171 pasien yang terdiagnosa Penyakit Jantung Koroner (Anonim, 2014a). Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dirumuskan suatu tindakan dan penanggulangan penyakit jantung koroner. Dari berbagai permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan antara profil lipid darah LDL dengan kejadian penyakit jantung koroner untuk bulan Januari sampai Juni 2014 di BLU RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan kasus kontrol, dan melibatkan faktor perancu untuk dianalisis. B. Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Pusat Prof. dr. R.D. Kandou Manado. Waktu Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai November 2014. C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini merupakan Populasi Target yaitu pasien Instalasi Rawat Jalan Poliklinik Kardiologi dan Poliklinik Penyakit Dalam Badan Layanan Umum RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado. 12 Perhitungan besar sampel ditetapkan dengan menggunakan berikut (Lemeshow,1997): 𝑛= rumus sebagai {𝑍1−𝛼 √[2𝑃2∗ ( 1 − 𝑃2∗ )] + 𝑧1−𝛽 √[𝑃1∗ (1 − 𝑃1∗ ) + 𝑃2∗ )]}2 (𝑃1∗ − 𝑃2∗ )2 Maka besar sampel yang didapat untuk kasus, maupun untuk kelompok kontrol, tiap kelompok, baik untuk kelompok yaitu: Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan 95% = 1,96 Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji power 1-90% = 1,28 OR = 5,4 P2 = Proporsi ditetapkan 50% = 0,50 (5,4).0,50 P1 = (5,4).0,50+(1−0,50) =0,84 n = {1,96√[2.0,50( 1−0,50)]+1,28 √[0,84 (1−0,84)+0,50)]}2 (0,84−0,50)2 4,73 =0,1156 = 40,91 dibulatkan ke atas menjadi 50 = 50 orang. Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel sebanyak 50 penderita, demikian ditambahkan 20% dari jumlah sampel 50 yaitu sejumlah 10 sampel, sehingga jumlah sampel yang gunakan 50 ditambah 10 menjadi 60 sampel untuk kasus dan diikuti oleh 60 sampel untuk kontrol dan jumlah keseluruhan untuk kasus dan kontrol sebanyak 120 sampel. Pengambilan sampel menggunakan Pemilihan sampel secara Non Random (Non Probability) Sampling Accidental HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran distribusi frekuensi melalui analisis univariat variabel LDL, TGL, HDL, Hipertensi, DMT2 dan Jenis Kelamin terhadap PJK. Hasil analisis univariat dengan cara tabulasi silang antara status Sampel PJK/Non PJK, Variabel Independen Utama dan Variabel Independen lainnya (kovariat) dapat dilihat pada tabel 1. 13 Tabel 1 tabulasi silang antara status Sampel PJK/Non PJK, Variabel Independen Utama dan Variabel Independen lainnya (kovariat) Status Sampel Karakteristik Sampel PJK/ Kasus % NonPJK/ Kontrol % 7 53 11,7 88,3 37 23 61,7 38,3 4 56 6,7 93,3 39 21 65,0 35,0 32 28 53,3 46,7 21 39 35,0 65,0 59 1 98,3 1,7 52 8 86,7 13,3 21 39 35,0 65,0 48 80,0 12 20,0 Kategori Faktor Hipertensi Hipertensi Tidak Hipertensi Kategori Faktor DMT2 DMT2 Tidak DMT2 Kategori Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Profil Lipid LDL Tidak Optimal Optimal Profil Lipid TGL Tidak Normal Normal Profil Lipid HDL Nilai HDL tidak berisiko rendah untuk PJK Nilai HDL risiko rendah untuk PJK 24 36 53 7 14 40,0 60,0 88,3 11,7 Menurut Alwi (2012) terapi dengan mengubah gaya hidup merupakan strategi rekomendasi pertama pada pasien dislipidemia untuk mencapai sasaran kolestrol LDL, namun obat penurunan lipid, khususnya statin adalah pilihan tepat pada banyak pasien pada pencegahan primer yang diperkirakan mempunyai risiko jangka panjang yang lebih tinggi. Hipertensi dikaitkan dengan berbagai faktor yang dapat mengakselerasi PJK, antara lain : akselerasi penyempitan aterosklerotik pada arteri koroner besar, penurunan fungsi endotel dan penurunan cadangan koroner. Menurut Shabab (2009) mengenai penelitian Haffner dan kawankawan, membuktikan bahwa aterosklerosis pada pasien DM mulai terjadi sebelum timbul onset klinis DM. Penyebab aterosklesoris pada DMT2 bersifat multifaktorial, melibatkan interaksi kompleks dari berbagai keadaan seperti hiperglikemia, hiperlipidemia, stress oksidatif, penuan dini, hiperinsulinemia dan/atau hiperproinsulinemia serta perubahanperubahan dalam proses koagulasi dan fibrinolisis. Menurut Gray dkk (2005) Morbiditas akibat PJK pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki daripada perempuan. Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah menopause insiden PJK meningkat dengan cepat dan sebanding dengan insiden pada laki-laki. Menurut Tierney dkk (2002) peran trigliserida dalam patofisiologi penyakit jantung iskemik belum jelas sedang menurut Alwi (2013) Pengembagan obat-obat spesifik untuk menurunkan trigliserida memungkinkan pengujian, apakah penurunan trigliserida akan menurunkan kejadian PJK pada manusia. Dengan demikian hipotesis bahwa trigliserida adalah risiko independen bagi penyakit kardiovaskular pada manusia masih menjadi tantangan bagi peneliti-peneliti selanjutnya. Lipid pembentuk aterosklerosis sebaliknya HDL merupakan lipid protektif untuk membantu mobilisasi LDL. Low Density Lipoprotein mengalami oksidasi in situ yang menjadikannya sulit untuk dipindahkan semudah zat sitotoksik lainnya. 2. Hubungan Variabel Independen utama, independen lainnya dengan variabel dependen Pada bagian ini dikaji pengaruh antara hasil profil lipid LDL dengan kejadian PJK. Hubungan antara variabel ini dikaji secara bivariat (tabel 2x2) pada variabel independen yang diteliti menggunakan uji chi-square, perhitungan OR pada 95% CI atau nilai α = 0,05. Hasil analisis chi-square dapat dilihat pada Tabel 2. 15 Tabel 2 Hasil Analisis Hubungan Profil Lipid LDL, Trigliserida, HDL, Kategori Faktor Hipertensi, DMT2, Jenis Kelamin, dengan Kejadian PJK Karakteristik Sampel Profil Lipid LDL Optimal Tidak Optimal Profil Lipid TGL Tidak Normal Normal Profil Ljpid HDL Nilai HDL Tidak Berisiko Rendah PJK Nilai HDL untuk risiko Rendah PJK Kategori Faktor Hipertensi Tidak Hipertensi Hipertensi Kategori Faktor DMT2 Tidak DMT2 DMT2 Kategori Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki a. Hubungan antara Profil Lipid LDL dengan Kejadian PJK OR (Crude) 95% CI P.Value 1000 9,077 Referens 1,098-75,020 0,015 1000 1,238 Referens 0,590-2,596 0,572 1000 1,893 Referens 0,689-5,200 0,211 1000 0,082 Referens 0,032-0,211 0,000 1000 0,038 Referens 0,012-0,121 0,000 1000 2,122 Referens 1,019-4,422 0,043 normal untuk orang lain yang disertai faktor risiko koroner. Langkah pertama untuk pencegahan penyakit arteri koroner ialah menentukan seberapa banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang (selain kadar kolestrol LDL) untuk menentukan sasaran kadar kolestrol LDL yang akan dicapai. Berdasarkan banyaknya faktor risiko yang ditemukan maka National Cholesterol Education Programme, Adult Panel Treatment III (NCEP-ATP II) membagi tiga kelompok risiko penyakit arteri koroner yaitu mereka dengan risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah (Adam, 2009). b. Hubungan antara Profil Lipid Trigliserdia (TGL) dengan Kejadian PJK Berdasarkan analisis bivariat untuk hubungan antara profil Berdasarkan analisis bivariat untuk hubungan antara profil lipid LDL dengan kejadian PJK diperoleh nilai p = 0,015. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara profil lipid LDL dengan kejadian PJK (p<0,05). Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= 9,077 dengan (95% CI: 1,098- 75,020). Hal ini berarti bahwa sampel yang memiliki nilai profil lipid LDL dengan kategori tidak optimal (≥100 mg/dl) kemungkinan menderita PJK sebesar 9,077 kali dibandingkan sampel dengan kategori optimal (≤100 mg/dl) Lipid normal sebenarnya sulit dipatok pada satu angka, oleh karena normal untuk seseorang belum tentu 16 lipid TGL dengan kejadian PJK diperoleh nilai p = 0,572. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara profil lipid TGL dengan kejadian PJK. (p>0,05). Menurut Gray dkk (2005) peranan trigliserida sebagai risiko PJK masih kontraversi. Kadar trigliserida yang meningkat banyak dikaitkan dengan pangkreatitis dan harus diterapi. Hiperlipidemia gabungan membutuhkan intervensi, namun kekuatan trigliserida sebagai satu faktor risiko kolestrol kembali normal adalah lemah. Menurut Alwi (2013) Salah satu laporan paling awal yang mengaitkan trigliserida dengan PJK dibuat oleh Albrink & Man. Dalam sebuah studi potong lintang berskala kecil, hipertrigliseridemia tampaknya lebih penting dibandingkan dengan hiperkolesterolemia dalam kaitannya dengan PJK pada laki-laki. Data lain, seperti pada penelitian Framingham, menunjukkan kadar trigliserida plasma yang tinggi merupakan faktor risiko PJK yang jauh lebih besar bagi perempuan . Hasil Observasi yang serupa juga ditemukan pada beberapa penelitian lain. Temuan terbaru menunjukkan trigliserida nonpuasa dapat memprediksi risiko PJK sebaik hipertrigliseridemia puasa. Selain itu , trigliserida non puasa berkaitan dengan risiko strok. Walau demikian , secara umum, ketika terdapat peningkatan postprandial. Hipertrigliseridemia nonpuasa dapat memprediksi kadar kolestrol sisa yang lebih tinggi, yang merupakan faktor risiko lain PJK. c. Hubungan antara Profil Lipid HDL dengan Kejadian PJK Berdasarkan analisis bivariat untuk hubungan antara profil HDL dengan kejadian PJK diperoleh nilai p = 0,211. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna hubungan profil lipid HDL dengan kejadian PJK. Menurut Hastono (2006) perlu dipahami/disadari bagi peneliti bahwa berbeda bermakna/signifikan secara statistik tidak berarti (belum tentu) bahwa perbedaan tersebut juga bermakna dari segi substansi/klinis. Seperti diketahui bahwa semakin besar sampel yang dianalisis akan semakin besar menghasilkan kemungkinan berbeda bermakna. Dengan sampel besar perbedaanperbedaan sangat kecil, yang sedikit atau bahkan tidak mempunyai manfaat secara substansi/klinis dapat berubah menjadi bermakna secara statistik. Oleh karena itu kalau kita melakukan analisis jangan hanya dilihat dari aspek statistic semata, namun harus juga dinilai/dilihat juga kegunaannya dari segi klinis/substansi. Menurut Gray dkk (2005) kadar kolestrol LDL yang rendah memiliki peran yang baik pada PJK dan terdapat hubungan 17 terbalik antara Kadar HDL dan insiden PJK. d. Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian PJK Berdasarkan analisis bivariat untuk hubungan hipertensi dengan kejadian PJK diperoleh nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kategori faktor hipertensi dengan kejadian PJK (p<0,05). Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 0,082 dengan (95% CI :0,032-0,211). Hal ini menunjukkan bahwa kategori faktor Hipertensi bukan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner, dan dilihat dari hasil OR = 0,082 (OR<1) justru merupakan faktor protektif untuk terjadinya penyakit jantung koroner. Jika dikaji lebih teliti tentang analisis ini maka sesungguhnya yang menjadi faktor protektif itu adalah faktor dengan kategori tidak hipertensi yang seharusnya lebih tepat untuk menjadi referensi Odds-ratio. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai persentase perhitungan distribusi frekwensi pada analisis univariat sebelumnya bahwa jumlah sampel dengan kategori hipertensi lebih sedikit (11,7%) dibanding jumlah sampel dengan kategori tidak hipertensi (88,3%) pada kasus dan jumlah sampel dengan kategori hipertensi lebih banyak (61,7%) dibanding jumlah sampel kategori tidak hipertensi (38,3%) pada kontrol atau dengan kata lain jumlah sampel dengan kategori tidak hipertensi pada kasus (88,3%) justru lebih banyak dari pada jumlah sampel dengan kategori tidak hipertensi pada kontrol (38,3%), sehingga berdasarkan jumlah dan nilai persentase yang justru lebih tinggi untuk kategori tidak hipertensi pada kasus, maka seharusnya odds ratio merujuk atau mereferensi dari hasil analisis univariat ini. Dengan demikian Kategori Faktor Hipertensi dengan ‘kategori tidak hipertensi’ yang sesungguhnya merupakan faktor protektif untuk kejadian PJK. Menurut Alwi (2012) hubungan antara tekanan darah setelah bencana koroner akut (acute coronary event) dan risiko kardiovaskular selanjutnya belum banyak dilaporkan, karena belum ada penelitian yang secara spesifik menilai pengaruh masing-masing komponen tekanan darah setelah bencana koroner akut. Penelitian Borghi dkk dari Brishegella Heart Study mengenai peran tekanan darah sistolik, diastolik dan tekanan nadi melibatkan 2.939 orang dengan usia 14-84 tahun, yang pada awal penelitian belum menderita penyakit kardiovaskular. Penelitian ini menunjukkan tekanan darah sistolik merupakan prediktor terkuat bencana kardiovaskular dibandingkan tekanan darah diastolik. Peningkatan tekanan arterial mempunyai peran penting pada patogenesis ateroma. Dasar patofisiologi yang berperan pada patogenesis ateroma tersebut adalah: stress mekanik pada pembuluh darah, tekanan transmural dan pengaruhnya pada pertumbuhan sel oto polos, dan stress pada pembuluh darah. e. Hubungan antara Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) dengan Kejadian PJK Berdasarkan analisis bivariat untuk hubungan antara Kategori Faktor DMT2 dengan kejadian PJK diperoleh nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Kategori Faktor DMT2 dengan kejadian PJK (p<0,05). Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 0,038 dengan (95% CI: 0.012- 0.121). Hal ini menunjukkan bahwa Kategori 18 Faktor DMT2 bukan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner, dan dilihat dari hasil OR = 0,038 (OR<1) justru merupakan faktor protektif untuk terjadinya penyakit jantung koroner. Jika dikaji lebih teliti tentang analisis ini maka sesungguhnya yang menjadi faktor protektif itu adalah faktor dengan ‘kategori tidak DTM2’ yang seharusnya lebih tepat untuk menjadi referensi Odds-ratio. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai persentase perhitungan distribusi frekwensi pada analisis univariat bahwa jumlah sampel dengan kategori DMT2 (6,7%) lebih sedikit dibanding jumlah sampel dengan kategori tidak DMT2 (93,3%) pada kasus dan jumlah sampel dengan kategori DMT2 lebih banyak (65,0%) dibanding jumlah sampel kategori tidak hipertensi (35,0%) pada kontrol atau dengan kata lain jumlah sampel dengan ‘kategori tidak DMT2’ pada kasus (93,3%) justru lebih banyak dari pada jumlah sampel dengan kategori tidak DMT2 pada kontrol (35,0%), sehingga berdasarkan jumlah dan nilai persentase yang justru lebih tinggi untuk kategori tidak DMT2 pada kasus, maka seharusnya analisis bivariat untuk odds ratio merujuk atau mereferensi dari hasil analisis persentase univariat sebelumnya. Dengan demikian Kategori Faktor DMT2 dengan ‘kategori tidak DMT2’ yang sesungguhnya merupakan faktor protektif untuk kejadian PJK. Menurut Alwi (2012) komplikasi makrovaskular termasuk infark miokard, strok dan penyakit arteri perifer, terjadi lebih dini dan berat dibandingkan dengan pasien non DM dan gambaran patologis pada DM sering difus dan berat. Pasien DM sering disertai sindrom metabolik; hipertensi, dislipidemia, obesitas, disfungsi endotel dan faktor protrombotik yang semuanya akan memicu dan memperberat komplikasi kardiovaskular. Berbagai mekanisme berperan pada penyakit vaskular pada DM tipe 2. Berbagai faktor risiko bergabung dalam memicu aterogenesis pada DM tipe 2. f. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian PJK Berdasarkan analisis bivariat untuk hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian PJK diperoleh nilai p = 0,043. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian PJK (p<0,05). Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR=2,122 dengan (95% CI: 1,09-4,422). Hal ini berarti sampel dengan jenis kelamin laki-laki kemungkinan menderita PJK 2,122 kali dibandingkan sampel dengan jenis kelamin perempuan. Gejala PJK pada perempuan dapat atipikal: hal ini, bersama dengan bias jender, kesulitan dalam interpretasi pemeriksaan standar (misalnya test latihan treadmill) menyebabkan perempuan lebih jarang diperiksa dibandingkan laki-laki. Selain itu, manfaat prosedur revaskularisasi lebih menguntungkan pada laki-laki dan berhubungan dengan tingkat komplikasi perioperatif yang lebih tinggi pada perempuan (Gray dkk, 2005). 19 3. Efek Murni Profil lipid darah LDL terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Model terakhir terjadi apabila semua variabel independen utama maupun confounding saat diujikan dengan variabel dependen sudah tidak mempunyai nilai p > 0,05. Hasil model akhir dapat dilihat pada Tabel. 4. Tabel 4 Model akhir regresi logistik Variabel Profil Lipid LDL Hipertensi B S.E P.Value OR 2.722 2.651 1.118 0.496 0.015 0.000 15.208 14.171 Hasil analisis multivariat model akhir logistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang significant antara Profil Lipid LDL dengan kejadian penyakit jantung koroner di BLU RSUP Prof.dr.R.D.Kandou Manado dimana sampel yang memperoleh nilai profil lipid LDL dengan kategori tidak optimal atau > 100 mg/dl berisiko 15.208 kali terkena PJK dibandingkan dengan sampel dengan nilai profil lipid 95,0% C.I For Exp (B) Lower Upper 1.699 136.140 5.364 37.436 berulang dan berkelanjutan, dapat menyebabkan terjadinya proses aterosklerosis yang kronik pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Proses Aterosklerosis diawali dengan metabolisme lipid yang abnormal atau konsumsi kolestrol dan lemak jenuh yang berlebihan, terutama dengan adanya predisposisi genetik. Tahap awal adalah pembentukan lapisan lemak, atau akumulasi lipid subendotelial dan monosit terisi lipid (makrofag). Low density lipoprotein (LDL) adalah lipid utama pembentuk aterosklerosis. High-density lipoprotein (HDL) sebaliknya merupakan lipid protektif dan mungkin membantu mobilisasi LDL. Peran Lipid lain dalam patogenesis ini, termasuk trigliserida, belum jelas. LDL mengalami oksidasi in situ, yang menjadikannya sulit untuk dipindahkan semudah zat sitotoksik lainnya (Tierney dkk, 2002). Aterosklerosis merupakan penyakit pada arteri yang lebih besar. Suatu kumpulan lunak dari lipid ekstraseluler dan debris sel LDL Optimal atau ≤ 100 mg/dl setelah dikontrol oleh variabel dengan indikator hipertensi yang juga memiliki hubungan yang significant dengan kejadian PJK dan dengan risiko 14.171 kali terkena PJK. Menurut Baaras (2006) respon imunologik sesungguhnya senantiasa bersifat akut, setiap kali terdapat invasi antigen dalam bentuk apapun yang mengganggu fungsi endotel, yang dominan dan paling dini dalam respon imonologik akut adalah fenomena thrombosis akut untuk menutup lesi, yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Apabila respons imunologik akut terjadi secara 20 berakumulasi dibawah selubung fibrosa. Penumpukan ini melemahkan dinding arteri, sehingga selubung fibrosa dapat retak atau robek. Akibatnya, darah masuk ke dalam lesi dan berbentuk trombos. Sumbatan ini dapat menyebabkan infark miokard jika terjadi dalam arteri koroner (Aaronson dan Ward, 2010). Kaitannya antara profil lipid LDL dan Hipertensi terhadap penyakit jantung koroner menurut Alwi (2012) peningkatan superoksida dan stress oksidatif, disfungsi endotel, sistem rennin angitensin, aktivasi endotelin-1 dan dislipidemia (peningkatan kolestrol LDL dan terutama kolestrol LDL teroksidasi) merangsang pertumbuhan dan migrasi sel oto polos, yang selanjutnya akan meningkatkan vascular cell adhesion molecule (ICAM-1) dan kemokin seperti monocyte chemoattractant protein (MCP-1) dan sitokin yang menginduksi mediator inflamasi seperti nuclear factor kappa B (NF-kB) dan activator protein (AP-1) yang mengakibatkan progresivitas aterosklerosis. Endoltelin-1 memicu migrasi sel otot polos dan melalui reseptor endotelin tipe A (ETA) memicu transforming growth factor b1 (TGFb1) yang mempunyai kerja profibrotik. Stimulasi plasminogen activator inhibitor (PAI-1) rentan (vulnerable) memudahkan terjadinya thrombosis yang mengakibatkan oklusi vaskular. LDL dengan kejadian penyakit jantung koroner di BLU RSUP Prof.dr.R.D.Kandou Manado berhubungan dan dikontrol oleh variabel dengan indikator faktor hipertensi. B. Saran Beberapa saran yang bisa diberikan pada akhir penelitian ini yaitu : 1. Bagi tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan promosi kesehatan sebagai tindakan pencegahan terutama bagi masyarakat yang mempunyai faktor risiko yang tinggi. 2. Bagi masyarakat dapat mencegah faktor risiko modifiable penyakit jantung koroner dengan pola hidup sehat, pengobatan yang teratur untuk penderita hipertensi, serta DMT2, dan secara rutin melakukan pemeriksaan klinis profil lipid LDL untuk mengurangi faktor predisposisi LDL tidak optimal. 3. Selain penelitian mencari hubungan profil lipid LDL dengan kejadian penyakit jantung koroner, peneliti menyarankan dilakukan penelitian lainnya seperti hubungan profil lipid Trigliserida dengan kejadian PJK pada pasien dengan komplikasi DMT2 dan Hipertensi atau Hubungan Peningkatan CRP pada pasien Arthritis Rhematoid kronis dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner. DAFTAR PUSTAKA Aaronson, P. I., J. P. T.Ward. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskular. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adam, M.F.J. 2009.Dislipidemia.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III .Edisi V. Cetakan Pertama. Interna Publishing, Pusat Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil lipid darah 21 Penerbitan Ilmu Dalam, Jakarta. Penyakit Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta Pusat. Anonim, 2011. Petunjuk Teknis Sistem Inforamsi Rumah Sakit. (online).http://www.buk.depkes. go.id. diakses pada 4 November 2014. Alwi, I. 2012. Tatalaksana Holistik Penyakit Kardiovaskular. Cetakan Kedua. Interna Publishing. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta Pusat. Anonmim, 2013. Koding INA CBGs. Tim Coding. National Casemix centre. (online).http://www.bppsdmk.de pkes.go.id diakses pada 4 November 2014 AHA,. 2013. Statistical factsheet. Asian & Pacific Islanders and cardiovascular diseases.(online).https://www.he art.org/idc/groups/heartpublic/@wcm/@sop/@smd/doc uments/downloadable/mcm319570.pdf diakses pada 27 April 2014. Santjaka, A. 2011. Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Cetakan I. Nuha Medika. Baaras, F. 2006. Kardiologi Molekuler: Radikal Bebas, Disfungsi Endotel, Aterosklerosis, Antioksidan, Latihan Fisik, dan Rehabilitasi. Kardia Iqratama: Jakarta. Bustan, Anonim, 2014a. Laporan Pengunjung dan Kunjungan, dan Laporan Harian Input Diagnosa SPRS untuk Semua Jenis Diagnosa Instalasi Rawat Jalan Januari sampai Juni 2014 B.L.U. R.S.U.P Prof Dr. R.D. Kandou. Bustan, M.N.2007. Penyakit Jantung Koroner. Epidemiologi Penyakit tidak menular. Cetakan Kedua. Rineka Cipta: Jakarta. Burns, D. K., V. Kumar. 2013. Jantung. Robbins Volume 2. Kumar, Cotran, Robbins. Buku Ajar Patologi Edisi 7 .ECG : Jakarta. Anonim, 2014b. Profil Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Botham, K.M. dan Mayes P.A.2009.Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. Biokimia Harper. Edisi 27. ECG: Jakarta. Anonim, 2014c. Data Ketenagaan Febuari 2014 B.L.U. R.S.U.P Prof. dr. R.D. Kandou Manado Alwi, M.N.2012.PengantarEpidemiologi Edisi Revisi. Rineka Cipta: Jakarta. Brown,C.T., 2012. Penyakit Aterosklerotik Koroner. Price S.A. Wilson. L.M. Volume I. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses penyakit Edisi 6. ECG : Jakarta. I. 2009. Manifestasi Klinis Jantung Pada Penyakit Sistemik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi V. Cetakan Pertama. Interna Publishing, 22 Dharma, S., 2010. Sistematika Interpretasi EKG: Pedoman Praktis. ECG: Jakarta. 2007).Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan Semester II. Penyakit Tidak Menular. (online). http://www.depkes.go.id/downlo ads/BULETIN%20%PTM.pdf Diakses pada 7 Januari 2014. Fadma, Y.F., Oenzil., D. Irayani. 2014. Jurnal Kesehatan Andalas. Artikel Penelitian. Hubungan Berbagai Faktor Resiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. (online).http://jurnal.FK.Unand.a c.id/images/articles/vol3/nol/3740.pdf. diakses pada 28 April 2014. Kandou, G.D. 2009. Makanan Etnik Minahasa dan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Kesehatan Masyarkat Nasional Volume 4. Nomor 1. Halaman 42-48. Agustus 2009. (online): http://www.jurnalkesmas.org/file s/KESMAS_Vol_4_No.1.pdf. Diakses pada 13 Mei 2014. Fajar. 2009. Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Edisi I. Graha Ilmu. Yogyakarta. Khairani, R. Sumeira. M. 2005. Profil lipid pada penduduk lanjut usia di Jakarta. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Universa Medicina. Oktober-Desember 2005.Vol 24 No.4. Online. www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/Rieta_ Mieke.pdf Gray, H.H., D. K. Dawkins, M.J. Morgan, dan A.I Simpson.2005. Lecture Notes Kardiologi. Penerbit Erlangga, Jakarta. Gertsman, B.B. 2003. Causal Concepts. Epidemiology Kept Simple: An Introduction to Traditional and Modern Epidemiology. Second Edition, JohnWiley & Sons, Inc. (online) http://www.sjsu.edu/faculty/gert sman/hs161/ch2-EKS-2ed.pdf diakses pada 9 april 2014. Kumar, V., Crawford, J.M., dan M.J.C. Salzler. 2013. Buku Ajar Patologi Robbins. Ed. 7., Vol. 2. ECG. Jakarta. Kosasih, N.E., Kosasih. S.A., 2012. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Edisi Kedua. Karisma Publishing Group, Tanggerang Selatan. Hastono, S.P. 2006. Basic Data Analysis for Health Research. Modul ketiga: Analisis Multivariat. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Lapau, B. 2013. Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Edisi Kedua. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta. Hatma,R.D. 2012 Sosial Determinan Dan Faktor Risiko Kardiovaskular (Analisa Data Sekunder Riskesdas 23 Lemeshow, S. Jr. Homer D.W. and KlarJ. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University Press. Jakarta. Riskesdas 2007. Laporan Riskesdas. (Online). http://www.litbang.depkes.go.id/ sites/download/buku_laporan/lap nas_riskesdas2007/Indonesia.zip diakses 7 Januari 2014. Makmun,L.H.2009. Penyakit Jantung pada Usia Lanjut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi V. Cetakan Pertama. Interna Publishing, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta Pusat. Riskesdas, 2013. Hasil Riskesdas 2013. (online) http://www.depkes.go.id/downlo ads/riskesdas2013/Hasil%20Ris kesdas%202013.pdf diakses pada 15 April. Santjaka, A. 2011 Statistik Penelitian Kesehatan. Medika. Yogyakarta Mooradian, A.D.2008.Dyslipidemia in type 2 Diabetes Mellitus., Nature Clinical Practice Endocrinology & Metabolism Vol 5 No 3 . (Online) http://www.nature.com/nrendo/j ournal/v5/n3/full/ncpendmet1066.html. Diakses pada 29 Juni 2014. untuk Nuha Sutrisno, D. Panda, A. Ongkowijaya, J. Gambaran Profil Lipid Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner. Jurnal e-clinic, Volume 3, Nomor 1, JanuariApril 2015. Online.ejournal.unsrat.ac.id/inde x.php/eclinic/article/download/7 398/6941 Nasir, A.B.D. Muhith, A. Ideputri, M.E. 2011. Cetakan Pertama. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan: Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk mahasiswa kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Suyanto,. Susila,. Siswanto,. 2013 Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Cetakan Pertama. Bursa Ilmu. Yogyakarta. Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Cetakan Kedua. PT Rineka Cipta, Jakarta. Sunyoto, D. 2011 Analisis untuk Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta. Purnamasari, D. 2009.Diagnosis Dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III .Edisi V. Cetakan Pertama. Interna Publishing, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta. Suyono,S.1999. Hiperlipidemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Edisi ketiga, Cetak Ulang. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Rahayu, W.A. 2013 Kode Klasifikasi Penyakit dan Tindakan Medik ICD-10. Cetakan Pertama. Gosyen Publishing . Yogyakarta. Scteingart, D.E. 2012. Pankreas : Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus. Price, S.A. 24 Wilson. L.M. Volume 2. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC, Jakarta. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Tao, L., Kendall, K. 2014. Sinopsis Organ Sistem Kardiovaskular. Kharisma Publishing Group. Pamulang. Tangerang Selatan. Shabab, A. 2009. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Cetakan Pertama. Interna Publishing, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta. Schoen, Tierney, L. Jr. McPhee dan S.J. Papadakis M.A. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam).Current Medical Diagnosa & Treatment. Edisi Bahasa Indonesia. Edisi Pertama. Salemba Medika: Jakarta. F.J. Cotran, R.S., 2013. Pembuluh Darah. Robbins Volume 2. Kumar. Kotran. Robbins. Buku Ajar Patologi Edisi 7. EGC: Jakarta WHO, 2013. Cardiovascular Diseases. Fact Sheet No 317. Updated March. (online). http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/F3317/en/. Diakses pada 15 April 2014. Sabri, L., Hastono S.P. 2010. Cetakan Kelima. Statistik Kesehatan. Rajawali Pers. Jakarta. Sadeghi, R., N. Adnani, A. Erfanitar, L. Gachkar, Z. Maghsoomi. 2013. Premature Coronary Heart diseases and Traditional Risk Factors – can wedo better? (online). http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pu bmed/24757620 diakses pada 28 April 2014 Yanti,. Hadisputro, S. Suhartono Tony. 2008 Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang. (Online). Http://eprints.undip.ac.id/6495/1 /Yanti.pdf Sumampouw,V.C.2011. Hubungan Antara kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Badan Layanan Umum Rumah Sakit umum Pusat. Prof. dr. R.D. Kandou Manado. Tesis. Universitas Sam Ratulangi. Pasca Sarjana, Manado . Sumantri, A. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Kedua. 25 26