Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Bagan Tancap Pada Jarak Yang Berbeda Dari Pantai Fish Composition Caught Using Fixed Lift Net Left In Different Distances From The Coast Warda Susaniati1), Alfa Nelwan2), Muhammad Kurnia2) 1) Alumni Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan UNHAS 2) Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS ontak person: [email protected] ABSTRACT This study aims to determine the species composition caught using fixed lift net left in different distances from the coast. The study was conducted off the waters of District Jeneponto using two units fixed lift net on July until August 2011. The study using fixed lift net located far from coast and near the coast. The results showed that there are 34 species of fish caught using fixed lift net located far from the coast and 32 species caught using fixed lift net located near the coast. Species composition of catches caught far from the coast is dominated by Thryssa sp., pony fish (Leiognathus sp.), Atherinomorus sp.. On the other hand, the catches located near the coast is dominated by Thryssa sp., pony fish (Leiognathus sp.) and anchovy (Stolephorus sp.). Keywords: fixed lift net, composition of the catches, Jeneponto PENDAHULUAN Secara prinsip pengelolaan dibutuhkan karena sumberdaya perikanan tangkap mempunyai keunikan, yaitu sumberdaya ikan bergerak bebas di habitatnya tanpa mengenal batas-batas wilayah dan tidak mengenal adanya kepemilikan. Kenyataan ini menjadikan sumberdaya perikanan merupakan properti bersama. Properti bersama bermakna bahwa sumberdaya perikanan adalah milik bersama, tetapi milik bersama itu mempunyai keterbatasan dalam artian hak properti dipegang bersama-sama. Perikanan tangkap adalah kegiatan yang bersifat ekonomi yang dilakukan dengan tujuan memanfaatkan atau menangkap sumberdaya ikan dengan menggunakan alat atau teknologi tertentu sebagai sarana. Prinsip ekonomi dalam kegiatan perikanan tangkap adalah memenuhi permintaan dengan meraih keuntungan sebesar mungkin, dimana keuntungan dapat diperoleh dengan meningkatkan produksi ikan. Peningkatan produksi ikan dilakukan dengan menggunakan berbagai teknologi penangkapan dan meningkatkan jumlah unit penangkapan serta perluasan daerah penangkapan ikan. 1 Dampak yang muncul dari aktivitas penangkapan dapat meningkatkan pendapatan nelayan, namun pada sisi lain juga memengaruhi ketersediaan ikan pada suatu perairan yang menjadi lokasi penangkapan. Bagan tancap adalah salah satu teknologi penangkapan ikan yang bersifat pasif, karena dipasang secara menetap. Sifat menetap sehingga lokasi pengoperasian dilakukan pada perairan pantai. Berkaitan dengan tindakan pengelolaan perikanan tangkap, maka salah satu informasi yang penting diketahui adalah komposisi jenis ikan yang tertangkap. Informasi komposisi jenis ikan akan memberikan gambaran tentang jenis ikan yang berada di daerah pantai, khususnya lokasi penangkapan bagan tancap. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2011 di perairan Kabupaten Jeneponto. Nelayan bagan tancap berdomisili di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala. Penelitian ini menggunakan dua unit bagan tancap (Gambar 1) yang dipilih berdasarkan jarak yang berbeda dari pantai. a c d b Gambar 1. Ilustrasi bagan tancap yang digunakan selama penelitian. a) perahu untuk transportasi dan mengangkut hasil tangkapan; b) jaring bagan tancap; c) tiang-tiang rangka bagan; d) pemutar jaring (roller). Penelitian ini menggunakan dua unit bagan tancap dengan ukuran relatif seragam. Kedua bagan tancap dipasang dengan jarak yang berbeda dari pantai, bagan 2 tancap yang terletak dekat dari pantai berada pada posisi 05° 36’ 33’’ LS dan 119° 31’ 21’’ BT atau berjarak ±1,75 mil dari desa Punagaya (fishing base). Bagan tancap yang terletak jauh dari pantai berada pada posisi 05° 36’ 2’’ LS dan 119° 31’ 19’’ BT atau berjarak ± 2,5 mil dari desa Punagaya (Gambar 2). Pengambilan data dilakukan selama 36 trip penangkapan. Gambar 2. Lokasi penangkapan bagan tancap selama penelitian. Pengambilan data dilakukan selama 36 trip penangkapan. Data hasil tangkapan diperoleh dengan menimbang setiap jenis ikan hasil tangkapan, baik pada bagan tancap dekat dari pantai maupun yang jauh dari pantai. Analisis Data Analisis dalam penelitian ini adalah menghitung komposisi jenis ikan dan frekuensi kemunculan. Komposisi jenis ikan hasil tangkapan dihitung dengan persamaan sebagai berikut: pi = ni 𝑥 100% N dimana, pi = komposisi jenis ikan (%) ni = jumlah hasil tangkapan jenis ikan ke i N = Total hasil tangkapan Perhitungan frekuensi kemunculan dihitung dengan persamaan sebagai berikut: 3 Fi = ai x 100% A dimana, F = Frekuensi kemunculan a = kemunculan dalam trip penangkapan A = Jumlah trip penangkapan i = jenis ikan yang tertangkap HASIL Jenis ikan hasil tangkapan bagan tancap, baik dekat pantai maupun yang jauh dari pantai selama 36 trip penangkapan sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nama Jenis ikan Hasil Tangkapan Bagan Tancap Selama 36 Trip Penangkapan Penamaan Jenis Ikan Hasil Tangkapan Bagan Tancap NO Indonesia Daerah Inggris Latin Lepturacanthus savala Stolephorus sp 1. layur Layuru Hair tail 2. teri lure/mairo Indian anchovy 3. kepiting Sikuyu 4. buntal Buntala 5. senuk alu-alu/panggalasang 6. jaket hitam Sukkang 7. peperek bete-bete Smooth toadfish Pickhandle barracuda Paxman’s jacket Pony fish 8. ekor kuning sammo-sammo Yellow tail fish Caesio erythrogaster 9. bawal putih kappa-kapasa White pomfred Pampus cinereus 10. baronang biawasa Siganus sp 11. biji nangka ciko-ciko 12. kuwe rumbai rambo-rambo Rabbitfish Yellowstriped goatfish African pompano 13. sembilang lele laut/parang-parang Eet tailed catfish Plotosus canius 14. terapon ereng-ereng Largescaled terapon Therapon sp 15. bangkok bido’ 16. cumi-cumi cumi-cumi 17. balombong balombong 18. belanak basa-basa Mullets Mugil sp 19. sirinding beseng-beseng Glassfish Ambassis sp 20. kapas-kapas burangkasa Silver Biddies Gerres sp - Coomon squid - Portunus sp golden Arothron sp Sphyraena jello leather Colurodontis sp Leiognathus sp Upeneus sp Alectis ciliaris Thryssa sp Loligo sp Atherinomorus sp Tabel 1. Lanjutan 4 NO Penamaan Jenis Ikan Hasil Tangkapan Bagan Tancap Indonesia Daerah Inggris 21. selar kuning Selar Yellowstripe scad 22. talang-talang pacce-pacce Talang queenfish 23. platak tapi-tapi Tiera batfish 24. tenggiri tutul tinumbuk/sanggiri Spoted mackerel udang kelong udang sotong jaket sidat kembung perempuan cumi-cumi/simampara sukkang masapi/kalengkere 30. selar bentong banjara - 31. 32. udang roggeng keong Udang latta Keong - 33. kerapu lumpur sunu peo Malabar Grouper 34. 35. 36. bulan-bulan cendro kakap garis kambulang tenru kakap/bate-bate Black spot snaper 25. 26. 27. 28. 29. cepa-cepa White or banana prawmn Cuttlefish Silver tripodfish Fish eel Short-bodied mackerel Latin Selaroides leptolepis Scomberoides commersonmanus Platax teira Scomberomorus guttatus Penaeus sp Sephia spp Triacanthus sp Angguila marmorata Rastrelliger brachysoma Selaroides crume nopthalmus Epinephelus malabaricus Megalops cyprinoids Tylosurus sp Lutjanus ehrenberghi Produksi ikan bagan tancap yang dioperasikan berbeda jarak dari pantai, menunjukkan total produksi bagan tancap yang terletak dekat pantai selama 36 trip penangkapan sebesar 422,320 kg, sedangkan bagan tancap yang terletak jauh dari pantai sebesar 732,917 kg. Jumlah hasil tangkapan menunjukkan produksi bagan tancap yang relatif jauh dari pantai memiliki peluang menangkap ikan yang lebih besar dibandingkan bagan tancap yang dioperasikan dekat pantai. Produksi ikan tertinggi pada bagan tancap yang dioperasikan dekat pantai sebesar 37,74 kg, sedangkan pada bagan tancap yang dioperasikan jauh dari pantai sebesar 51,17 kg. Fluktuasi produksi ikan bagan tancap yang dioperasikan dekat dan jauh dari pantai, sebagaimana terlihat pada Gambar 2. 5 ```````````````` Produksi Ikan (kg) 60 50 40 30 20 10 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 Trip penangkapan Gambar 2. Fluktuasi produksi ikan bagan tancap yang dioperasikan selama 36 trip penangkapan di perairan Kabupaten Jeneponto. Garis putus-putus bagan tancap yang dioperasikan jauh dari pantai; garis tebal bagan tancap yang dioperasikan dekat pantai. Gambar 2 menunjukkan pola fluktuasi produksi ikan bagan tancap selama 36 trip penangkapan memiliki pola yang relatif sama, walaupun jumlah produksi ikan berbeda. Pola yang sama terlihat dari setiap terjadi produksi yang meningkat pada bagan tancap jauh dari pantai, maka pada trip penangkapan yang sama juga produksi ikan bagan tancap yang dekat pantai meningkat. Frekuensi kemuculan adalah periode waktu setiap jenis ikan tertangkap dalam tiap trip, hal ini merupakan indikasi peluang ikan tertangkap dan juga indikasi distribusi ikan pada suatu perairan kaitannya dengan kegiatan penangkapan ikan. Persentase frekuensi kemunculan setiap jenis ikan tangkapan bagan tancap yang dioperasikan dekat dan jauh dari pantai sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Frekuensi kemunculan setiap jenis ikan hasil tangkapan bagan tancap yang dioperasikan dekat dan jauh dari pantai selama 36 trip penangkapan. No. Jenis ikan hasil tangkapan I A (%) B (%) hauling hauling II III I II III 1 Peperek (Leiognathus sp) 12.1 2 Teri (Stolephorus sp) 10.48 11.57 11.24 9.73 12.26 11.02 3 Balombong (Atherinomorus ogibyl) 9.68 9.92 5.62 7.96 9.43 7.2 4 Bangkok (Thryssa sp) 8.06 12.36 7.08 6.6 5 Cumi-cumi (Loligo sp) 8.06 7.44 4.96 7.12 8.85 7.55 11.44 3.39 14.05 11.61 10.62 12.26 12.29 6 Tabel 2. Lanjutan No. Jenis ikan hasil tangkapan I A (%) B (%) hauling Hauling II 4.96 III 1.12 I 3.54 II 0.94 III 1.69 2.48 4.12 3.54 0.94 3.81 7.55 3.77 4.66 6 Layur (Lepturanthur savala) 7 Belanak (Mugil sp) 5.65 4.84 8 Senuk (Sphyraena jello) 4.84 3.31 3.37 9 3.23 1.65 5.62 3.23 2.48 1.87 0 3.77 2.12 11 Sirinding (Ambassis sp) Jaket hitam (Colurodontis paxmani hutchins) Terapon (Therapon sp) 6.19 4.42 3.23 2.48 1.5 0.88 1.89 1.27 12 Tenggiri tutul (Scoberomorus guttatus) 3.23 0 0.88 0.94 1.27 13 Selar kuning (Selaroides leptolepis) 2.42 4.13 5.62 3.75 6.19 7.55 2.54 14 Bawal putih (Pampus cinereus) 2.42 0.83 0.37 0 0 0.85 15 Baronang (Siganus sp) 2.42 3 3.54 2.42 2.62 1.77 2.42 2.48 3 1.77 0.94 3.81 18 Kuwe rumbai (Alectis ciliaris) Talang-talang (Scoberoides commersonmanus) Cendro (Tylosurus sp) 8.49 0 4.24 16 5.79 0 2.42 0 1.12 1.77 0 0.42 19 Udang beras/putih (Penaeus sp) 1.61 3.31 1.87 6.19 0.94 3.39 20 Kepiting (Portunus sp) 1.61 4.13 1.87 2.83 21 Buntal (Arothron sp) 1.61 1.65 2.25 6.19 3.54 1.89 5.51 4.24 22 Jaket (Triacanthus sp) 1.61 0.83 0.75 1.77 1.89 0 23 Sotong (Sephia spp) 0.81 0.83 0 0 0.94 1.27 24 Ekor kuning (Caesio erythrogaster) 0.81 0.83 3 2.65 1.89 2.97 25 Kapas-kapas (Gerres sp) 0.81 4.96 0.75 0 0.94 0.42 26 Biji nangka (Upeneus sp) 0 0.83 1.12 0 0 0 27 Platak (Platax teira) 0 0 0.75 0 0.94 0.85 10 17 4.66 2.12 Keterangan: A = bagan tancap jauh dari pantai; B = bagan tancap dekat pantai. Tabel 2 menunjukkan frekuensi kemunculan setiap jenis yang tertangkap bagan tancap, baik yang dekat maupun jauh memiliki jenis ikan yang sering muncul sama pada setiap waktu penarikan jaring (hauling). Terdapat empat jenis ikan yang memiliki frekuensi yang tinggi dan sama diantara kedua bagan tancap, yaitu: Peperek (Leiognathus sp); Teri (Stolephorus sp); Balombong (Atherinomorus ogibyl); Bangkok (Thryssa sp). Keempat jenis ikan ini selalu tertangkap selama 36 trip penangkapan dan pada setiap waktu penarikan jaring, baik pada bagan tancap yang dekat pantai maupun yang jauh dari pantai. 7 Komposisi jenis ikan merupakan indikasi kelimpahan relatif dari setiap spesies yang tertangkap bagan tancap dengan satuan persen. Komposisi jenis ikan dihitung berdasarkan berat dari setiap jenis ikan hasil tangkapan, sebagaimana terlihat pada Gambar 3. 22% 29% 34% 40% 21% 13% 24% 17% (a) (b) Gambar 3. Komposisi jenis ikan yang tertangkap bagan tancap di perairan Kabupaten Jeneponto. (a) bagan tancap dekat pantai; (b) bagan tancap jauh dari pantai. = bangkok (Thryssa sp); = peperek (Leiognathus sp); = balombong (Atherinomorus ogibyl), = teri (Stolephorus sp); = Lainlain. Berdasarkan produksi ikan bagan tancap yang dioperasikan di perairan Kabupaten Jeneponto, pada bagan tancap relatif jauh dari pantai yang memiliki jenis ikan yang dominan yaitu ikan bangkok (Thryssa sp) dengan proporsi 34%, ikan peperek (Leiognathus sp) dengan proporsi 24% dan ikan balombong (Atherinomorus ogibyl) dengan proporsi 13%. Selain ketiga jenis ikan tersebut memiliki proporsi 29%. Sedangkan pada bagan tancap dekat dari pantai yang memiliki jenis ikan yang dominan yaitu ikan bangkok (Thryssa sp) dengan proporsi 22%, ikan peperek (Leiognathus sp) dengan proporsi 21% dan ikan teri (Stolephorus sp) dengan proporsi 17%. Selain ketiga jenis ikan tersebut memiliki proporsi 40%. Ini menunjukkan bahwa jenis ikan yang dominan pada bagan tancap adalah ikan bangkok (Thryssa sp), ikan peperek (Leiognathus sp), ikan balombong (Atherinomorus ogibyl) dan ikan teri (Stolephorus sp). Jenis ikan lain adalah berbagai jenis ikan dengan komposisi jenis ikan kurang dari 15%, dimana berbagai jenis ikan ini juga memiliki frekuensi kemunculan yang rendah. 8 PEMBAHASAN Salah satu keanekaragaman hayati di perairan laut adalah sumberdaya ikan, khususnya di perairan dangkal memiliki potensi yang besar sebagai pemasok sumber bahan pangan, dan juga sumber pendapatan masyarakat yang melakukan aktivitas penangkapan ikan. Namun pada sisi lain kegiatan penangkapan ikan bersifat open access, dimana setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memanfaatkan sumberdaya ikan atau kepemilikan sumberdaya ikan adalah milik bersama. Sumberdaya ikan termasuk sumberdaya yang dapat pulih, namun jika tidak dikelola dengan baik juga dapat mengakibatkan rusak atau mengalami deplesi (depleted) (Widodo dan Suadi, 2006). Oleh karena itu mengingat keterbatasan kemampuan sumberdaya ikan pulih secara alami, maka pemanfaatannya harus didasari pengetahuan mengenai sifat ekologis dan biologis bagi setiap komponen penyusun sumberdaya (Kawasaki, 1983; Baskoro et al. 2004 ). Permasalahan dalam pengelolaan perikanan adalah bahwa sumberdaya ikan memiliki berbagai interaksi baik dalam komponen penyusunnya maupun dengan komponen lain dan lingkungannya. Informasi awal dalam pengelolaan perikanan tangkap komposisi jenis hasil tangkapan dari setiap alat tangkap merupakan gambaran atau indikasi distribusi ikan yang berada di lokasi penangkapan. Selain itu komposisi jenis ikan adalah proporsi dari berbagai jenis ikan yang berada di lokasi penangkapan yang dapat ditangkap. Bagan tancap termasuk jenis alat tangkap jaring angkat. Berbentuk empat persegi panjang yang tersusun dari bambu yang ditancapkan ke dasar perairan. Dengan demikian terdapat keterbatasan perairan, karena ditancapkan sehingga hanya dapat dioperasikan pada perairan dangkal (Sudirman dan Mallawa, 2004). Dalam pengoperasiannya bagan tancap menggunakan cahaya sebagai alat bantu untuk memikat dan mengkonsentrasikan ikan di areal luasan jaring guna mendapatkan jumlah hasil tangkapan yang menguntungkan. Jenis ikan yang tertangkap bagan tancap yang dipasang jauh dan dekat pantai (jarak dari fishing base) menunjukkan relatif sama, dimana terdapat 36 jenis ikan yang tertangkap selama 36 trip penangkapan. Hasil tangkapan bagan tancap juga menunjukkan tidak hanya jenis ikan (pelagis dan demersal) yang tertangkap namun juga terdapat kerang dan udang. Jumlah jenis ikan yang relatif tinggi keanekaragamannya 9 menunjukkan di lokasi bagan tancap memiliki kondisi perairan yang dapat mendukung berbagai aktivitas jenis ikan maupun non ikan. Keanekaragaman jenis ikan yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena di dalam komunitas tersebut terjadi interaksi interaksi spesies yang tinggi pula. Dengan demikian di dalam suatu jenis komunitas yang memiliki keanekaragaman yang tinggi akan terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi (jaring makanan), predasi, kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis tentunya lebih kompleks (Odum, 1994). Komposisi jenis ikan menunjukkan adanya perbedaan proporsi berdasarkan jumlah hasil tangkapan. Jenis ikan teri (Stolephorus sp) memiliki proporsi yang lebih besar pada hasil tangkapan bagan tancap yang terletak dekat dari pantai sebesar 17%, sedangkan bagan tancap yang dekat pantai proporsi ikan teri sebesar 6,93%. Jenis ikan teri merupakan tangkapan utama bagan, demikian juga bagan tancap yang dioperasikan pada perairan Jeneponto. Namun proporsi jenis ikan teri diantara kedua bagan tancap menunjukkan adanya perbedaan proporsi, walaupun jarak diantara kedua bagan tancap kurang dari 1 mil laut. Besarnya peluang ikan teri tertangkap bagan tancap yang terletak dekat pantai, mengindikasikan distribusi ikan teri lebih dominan di dekat pantai. Berdasarkan proporsi ikan teri pada bagan tancap dalam cakupan areal yang tidak luas namun terdapat perbedaan kepadatan, hal ini mengindikasikan adanya keterbatasan distribusi yang diduga karena adanya batasan kondisi lingkungan, dimana dalam penelitian tidak dilakukan pengukuran. Perbedaan kepadatan ikan teri juga terlihat dari frekuensi kemunculan, dimana dalam 36 trip penangkapan pengambilan data ikan teri memiliki peluang yang relatif sama pada bagan tancap yang terletak jauh dan dekat pantai, yaitu rata-rata 11% dalam 3 kali pengangkatan jaring. Data frekuensi kemunculan mengindikasikan bahwa distribusi ikan teri berada di lokasi bagan tancap namun dalam kepadatan yang berbeda. Perbedaan kepadatan ikan dapat diduga berdasarkan kondisi pasang surut, yaitu pada saatpasang naik akan menyerbabkan kolom air yang semakin dalam dan mendorong ikan-ikan untuk beruaya ke arah pantai (Gunarso, 1985). Jenis ikan peperek (Leiognathus sp) merupakan ikan dasar yang hidup di daerah pantai sampai kedalaman 110 meter, hidup berkelompok dengan memakan alga, udang kecil, larva ikan, dan moluska (Kuncoro dan Wiharto, 2009). Kemunculan ikan ini dan 10 tertangkap bagan tancap diduga bukan karena tertarik cahaya lampu, namun ketertarikan tersedianya calon makanan di areal penangkapan. Keberagaman jenis ikan maupun non ikan disekitar areal penangkapan bagan tancap merupakan indikasi perairan pantai memiliki produktivitas perairan yang tinggi sehingga berbagai sumberdaya hayati terdapat di perairan pantai. Kondisi demikian yang mendorong tingginya kegiatan penangkapan ikan di perairan pantai dibandingkan perairan lepas pantai, sehingga menjadi penting tindakan pengelolaan perikanan tangkap agar keanekaragaman sumberdaya hayati tetap dapat terjaga di perairan pantai. KESIMPULAN Terdapat 36 jenis ikan hasil tangkapan bagan tancap, baik yang dioperasikan dekat dari pantai maupun jauh dari pantai, namun terdapat perbedaan komposisi jenis ikan diantara kedua bagan tancap tersebut. Pada bagan tancap yang jauh dari pantai proporsi terbesar ikan yang tertangkap adalah Thryssa sp, Leiognathus sp; dan Atherinomorus ogibyl. Pada bagan tancap yang dekat pantai proporsi ikan terbesar yang tertangkap adalah Thryssa sp, Leiognathus sp; dan Stolephorus sp. PUSTAKA Baskoro MS, Sudirman, Purbayanto A. 2004. Analisis Hasil Tangkapan dan Keragaman Spesies setiap Waktu Hauling pada Bagan Rambo di Perairan Selat Makassar. Buletin PSP XIII(1): 11-16. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Teknik, dan Taktik Penangkapan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kawasaki T. 1983. Why Do Some Pelagic Fishes Have Wide Fluctuations In Their Number? - Biological Basis Fluctuation From the Viewpoint of Evolutionary Ecology. Didalam: Sharp GD, Csirke J, editors. Proceeding of the expert consultation to examine changes in abudance and species composition of neritic fish resources. San Jose, Costa Rica 18-29 April 1983. FAO.Fish.Rep., 291 Volume 3. p 1065-1080. Kuncoro, EB dan Wiharto, FEA. 2009. Ensiklopedi Populer Ikan Air Laut. Lily Publisher. Yogyakarta. Odum EP. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Ed ke-8. Samingan T, penerjemah; Srigandono B, editor. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Fundamentals Of Ecology. Ed ke-3. 697 hal. 11 Sudirman dan Mallawa, A. 2004 Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. 252 hal. 12