Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Bagan

advertisement
Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Bagan Tancap Pada Jarak Yang Berbeda
Dari Pantai
Fish Composition Caught Using Fixed Lift Net Left In Different Distances From The
Coast
Warda Susaniati1), Alfa Nelwan2), Muhammad Kurnia2)
1)
Alumni Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan UNHAS
2)
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
ontak person: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine the species composition caught using fixed lift net left in different
distances from the coast. The study was conducted off the waters of District Jeneponto using
two units fixed lift net on July until August 2011. The study using fixed lift net located far from
coast and near the coast. The results showed that there are 34 species of fish caught using fixed
lift net located far from the coast and 32 species caught using fixed lift net located near the
coast. Species composition of catches caught far from the coast is dominated by Thryssa sp.,
pony fish (Leiognathus sp.), Atherinomorus sp.. On the other hand, the catches located near the
coast is dominated by Thryssa sp., pony fish (Leiognathus sp.) and anchovy (Stolephorus sp.).
Keywords: fixed lift net, composition of the catches, Jeneponto
PENDAHULUAN
Secara prinsip pengelolaan dibutuhkan karena sumberdaya perikanan tangkap
mempunyai keunikan, yaitu sumberdaya ikan bergerak bebas di habitatnya tanpa
mengenal batas-batas wilayah dan tidak mengenal adanya kepemilikan. Kenyataan ini
menjadikan sumberdaya perikanan merupakan properti bersama. Properti bersama
bermakna bahwa sumberdaya perikanan adalah milik bersama, tetapi milik bersama itu
mempunyai keterbatasan dalam artian hak properti dipegang bersama-sama.
Perikanan tangkap adalah kegiatan yang bersifat ekonomi yang dilakukan
dengan tujuan memanfaatkan atau menangkap sumberdaya ikan dengan menggunakan
alat atau teknologi tertentu sebagai sarana. Prinsip ekonomi dalam kegiatan perikanan
tangkap adalah memenuhi permintaan dengan meraih keuntungan sebesar mungkin,
dimana keuntungan dapat diperoleh dengan meningkatkan produksi ikan. Peningkatan
produksi ikan dilakukan dengan menggunakan berbagai teknologi penangkapan dan
meningkatkan jumlah unit penangkapan serta perluasan daerah penangkapan ikan.
1
Dampak yang muncul dari aktivitas penangkapan dapat meningkatkan
pendapatan nelayan, namun pada sisi lain juga memengaruhi ketersediaan ikan pada
suatu perairan yang menjadi lokasi penangkapan. Bagan tancap adalah salah satu
teknologi penangkapan ikan yang bersifat pasif, karena dipasang secara menetap. Sifat
menetap sehingga lokasi pengoperasian dilakukan pada perairan pantai.
Berkaitan
dengan tindakan pengelolaan perikanan tangkap, maka salah satu informasi yang
penting diketahui adalah komposisi jenis ikan yang tertangkap. Informasi komposisi
jenis ikan akan memberikan gambaran tentang jenis ikan yang berada di daerah pantai,
khususnya lokasi penangkapan bagan tancap.
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2011 di perairan Kabupaten
Jeneponto. Nelayan bagan tancap berdomisili di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala.
Penelitian ini menggunakan dua unit bagan tancap (Gambar 1) yang dipilih berdasarkan
jarak yang berbeda dari pantai.
a
c
d
b
Gambar 1. Ilustrasi bagan tancap yang digunakan selama penelitian. a) perahu
untuk transportasi dan mengangkut hasil tangkapan; b) jaring bagan
tancap; c) tiang-tiang rangka bagan; d) pemutar jaring (roller).
Penelitian ini menggunakan dua unit bagan tancap dengan ukuran relatif
seragam. Kedua bagan tancap dipasang dengan jarak yang berbeda dari pantai, bagan
2
tancap yang terletak dekat dari pantai berada pada posisi 05° 36’ 33’’ LS dan 119° 31’
21’’ BT atau berjarak ±1,75 mil dari desa Punagaya (fishing base). Bagan tancap yang
terletak jauh dari pantai berada pada posisi 05° 36’ 2’’ LS dan 119° 31’ 19’’ BT atau
berjarak ± 2,5 mil dari desa Punagaya (Gambar 2). Pengambilan data dilakukan selama
36 trip penangkapan.
Gambar 2. Lokasi penangkapan bagan tancap selama penelitian.
Pengambilan data dilakukan selama 36 trip penangkapan. Data hasil tangkapan
diperoleh dengan menimbang setiap jenis ikan hasil tangkapan, baik pada bagan tancap
dekat dari pantai maupun yang jauh dari pantai.
Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini adalah menghitung komposisi jenis ikan dan
frekuensi kemunculan.
Komposisi jenis ikan hasil tangkapan dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
pi =
ni
𝑥 100%
N
dimana,
pi
= komposisi jenis ikan (%)
ni
= jumlah hasil tangkapan jenis ikan ke i
N = Total hasil tangkapan
Perhitungan frekuensi kemunculan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
3
Fi =
ai
x 100%
A
dimana,
F = Frekuensi kemunculan
a = kemunculan dalam trip penangkapan
A = Jumlah trip penangkapan
i = jenis ikan yang tertangkap
HASIL
Jenis ikan hasil tangkapan bagan tancap, baik dekat pantai maupun yang jauh
dari pantai selama 36 trip penangkapan sebagaimana terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama Jenis ikan Hasil Tangkapan Bagan Tancap Selama 36 Trip Penangkapan
Penamaan Jenis Ikan Hasil Tangkapan Bagan Tancap
NO
Indonesia
Daerah
Inggris
Latin
Lepturacanthus
savala
Stolephorus sp
1.
layur
Layuru
Hair tail
2.
teri
lure/mairo
Indian anchovy
3.
kepiting
Sikuyu
4.
buntal
Buntala
5.
senuk
alu-alu/panggalasang
6.
jaket hitam
Sukkang
7.
peperek
bete-bete
Smooth
toadfish
Pickhandle
barracuda
Paxman’s
jacket
Pony fish
8.
ekor kuning
sammo-sammo
Yellow tail fish
Caesio erythrogaster
9.
bawal putih
kappa-kapasa
White pomfred
Pampus cinereus
10.
baronang
biawasa
Siganus sp
11.
biji nangka
ciko-ciko
12.
kuwe rumbai
rambo-rambo
Rabbitfish
Yellowstriped
goatfish
African pompano
13.
sembilang
lele laut/parang-parang
Eet tailed catfish
Plotosus canius
14.
terapon
ereng-ereng
Largescaled terapon
Therapon sp
15.
bangkok
bido’
16.
cumi-cumi
cumi-cumi
17.
balombong
balombong
18.
belanak
basa-basa
Mullets
Mugil sp
19.
sirinding
beseng-beseng
Glassfish
Ambassis sp
20.
kapas-kapas
burangkasa
Silver Biddies
Gerres sp
-
Coomon squid
-
Portunus sp
golden
Arothron sp
Sphyraena jello
leather
Colurodontis sp
Leiognathus sp
Upeneus sp
Alectis ciliaris
Thryssa sp
Loligo sp
Atherinomorus sp
Tabel 1. Lanjutan
4
NO
Penamaan Jenis Ikan Hasil Tangkapan Bagan Tancap
Indonesia
Daerah
Inggris
21.
selar kuning
Selar
Yellowstripe scad
22.
talang-talang
pacce-pacce
Talang queenfish
23.
platak
tapi-tapi
Tiera batfish
24.
tenggiri tutul
tinumbuk/sanggiri
Spoted mackerel
udang kelong
udang
sotong
jaket
sidat
kembung
perempuan
cumi-cumi/simampara
sukkang
masapi/kalengkere
30.
selar bentong
banjara
-
31.
32.
udang roggeng
keong
Udang latta
Keong
-
33.
kerapu lumpur
sunu peo
Malabar Grouper
34.
35.
36.
bulan-bulan
cendro
kakap garis
kambulang
tenru
kakap/bate-bate
Black spot snaper
25.
26.
27.
28.
29.
cepa-cepa
White or banana
prawmn
Cuttlefish
Silver tripodfish
Fish eel
Short-bodied
mackerel
Latin
Selaroides leptolepis
Scomberoides
commersonmanus
Platax teira
Scomberomorus
guttatus
Penaeus sp
Sephia spp
Triacanthus sp
Angguila marmorata
Rastrelliger
brachysoma
Selaroides
crume
nopthalmus
Epinephelus
malabaricus
Megalops cyprinoids
Tylosurus sp
Lutjanus ehrenberghi
Produksi ikan bagan tancap yang dioperasikan berbeda jarak dari pantai,
menunjukkan total produksi bagan tancap yang terletak dekat pantai selama 36 trip
penangkapan sebesar 422,320 kg, sedangkan bagan tancap yang terletak jauh dari pantai
sebesar 732,917 kg. Jumlah hasil tangkapan menunjukkan produksi bagan tancap yang
relatif jauh dari pantai memiliki peluang menangkap ikan yang lebih besar
dibandingkan bagan tancap yang dioperasikan dekat pantai. Produksi ikan tertinggi
pada bagan tancap yang dioperasikan dekat pantai sebesar 37,74 kg, sedangkan pada
bagan tancap yang dioperasikan jauh dari pantai sebesar 51,17 kg. Fluktuasi produksi
ikan bagan tancap yang dioperasikan dekat dan jauh dari pantai, sebagaimana terlihat
pada Gambar 2.
5
````````````````
Produksi Ikan (kg)
60
50
40
30
20
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
Trip penangkapan
Gambar 2. Fluktuasi produksi ikan bagan tancap yang dioperasikan selama
36 trip penangkapan di perairan Kabupaten Jeneponto. Garis
putus-putus bagan tancap yang dioperasikan jauh dari pantai;
garis tebal bagan tancap yang dioperasikan dekat pantai.
Gambar 2 menunjukkan pola fluktuasi produksi ikan bagan tancap selama 36
trip penangkapan memiliki pola yang relatif sama, walaupun jumlah produksi ikan
berbeda. Pola yang sama terlihat dari setiap terjadi produksi yang meningkat pada
bagan tancap jauh dari pantai, maka pada trip penangkapan yang sama juga produksi
ikan bagan tancap yang dekat pantai meningkat.
Frekuensi kemuculan adalah periode waktu setiap jenis ikan tertangkap dalam
tiap trip, hal ini merupakan indikasi peluang ikan tertangkap dan juga indikasi distribusi
ikan pada suatu perairan kaitannya dengan kegiatan penangkapan ikan. Persentase
frekuensi kemunculan setiap jenis ikan tangkapan bagan tancap yang dioperasikan dekat
dan jauh dari pantai sebagaimana terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Frekuensi kemunculan setiap jenis ikan hasil tangkapan bagan tancap yang
dioperasikan dekat dan jauh dari pantai selama 36 trip penangkapan.
No.
Jenis ikan hasil tangkapan
I
A (%)
B (%)
hauling
hauling
II
III
I
II
III
1
Peperek (Leiognathus sp)
12.1
2
Teri (Stolephorus sp)
10.48 11.57 11.24
9.73
12.26 11.02
3
Balombong (Atherinomorus ogibyl)
9.68
9.92
5.62
7.96
9.43
7.2
4
Bangkok (Thryssa sp)
8.06
12.36
7.08
6.6
5
Cumi-cumi (Loligo sp)
8.06
7.44
4.96
7.12
8.85
7.55
11.44
3.39
14.05 11.61 10.62 12.26 12.29
6
Tabel 2. Lanjutan
No.
Jenis ikan hasil tangkapan
I
A (%)
B (%)
hauling
Hauling
II
4.96
III
1.12
I
3.54
II
0.94
III
1.69
2.48
4.12
3.54
0.94
3.81
7.55
3.77
4.66
6
Layur (Lepturanthur savala)
7
Belanak (Mugil sp)
5.65
4.84
8
Senuk (Sphyraena jello)
4.84
3.31
3.37
9
3.23
1.65
5.62
3.23
2.48
1.87
0
3.77
2.12
11
Sirinding (Ambassis sp)
Jaket hitam (Colurodontis paxmani
hutchins)
Terapon (Therapon sp)
6.19
4.42
3.23
2.48
1.5
0.88
1.89
1.27
12
Tenggiri tutul (Scoberomorus guttatus)
3.23
0
0.88
0.94
1.27
13
Selar kuning (Selaroides leptolepis)
2.42
4.13
5.62
3.75
6.19
7.55
2.54
14
Bawal putih (Pampus cinereus)
2.42
0.83
0.37
0
0
0.85
15
Baronang (Siganus sp)
2.42
3
3.54
2.42
2.62
1.77
2.42
2.48
3
1.77
0.94
3.81
18
Kuwe rumbai (Alectis ciliaris)
Talang-talang
(Scoberoides
commersonmanus)
Cendro (Tylosurus sp)
8.49
0
4.24
16
5.79
0
2.42
0
1.12
1.77
0
0.42
19
Udang beras/putih (Penaeus sp)
1.61
3.31
1.87
6.19
0.94
3.39
20
Kepiting (Portunus sp)
1.61
4.13
1.87
2.83
21
Buntal (Arothron sp)
1.61
1.65
2.25
6.19
3.54
1.89
5.51
4.24
22
Jaket (Triacanthus sp)
1.61
0.83
0.75
1.77
1.89
0
23
Sotong (Sephia spp)
0.81
0.83
0
0
0.94
1.27
24
Ekor kuning (Caesio erythrogaster)
0.81
0.83
3
2.65
1.89
2.97
25
Kapas-kapas (Gerres sp)
0.81
4.96
0.75
0
0.94
0.42
26
Biji nangka (Upeneus sp)
0
0.83
1.12
0
0
0
27
Platak (Platax teira)
0
0
0.75
0
0.94
0.85
10
17
4.66
2.12
Keterangan: A = bagan tancap jauh dari pantai; B = bagan tancap dekat pantai.
Tabel 2 menunjukkan frekuensi kemunculan setiap jenis yang tertangkap bagan
tancap, baik yang dekat maupun jauh memiliki jenis ikan yang sering muncul sama pada
setiap waktu penarikan jaring (hauling). Terdapat empat jenis ikan yang memiliki
frekuensi yang tinggi dan sama diantara kedua bagan tancap, yaitu: Peperek (Leiognathus
sp); Teri (Stolephorus
sp);
Balombong (Atherinomorus ogibyl);
Bangkok (Thryssa sp).
Keempat jenis ikan ini selalu tertangkap selama 36 trip penangkapan dan pada setiap waktu
penarikan jaring, baik pada bagan tancap yang dekat pantai maupun yang jauh dari pantai.
7
Komposisi jenis ikan merupakan indikasi kelimpahan relatif dari setiap spesies yang
tertangkap bagan tancap dengan satuan persen. Komposisi jenis ikan dihitung berdasarkan berat
dari setiap jenis ikan hasil tangkapan, sebagaimana terlihat pada Gambar 3.
22%
29%
34%
40%
21%
13%
24%
17%
(a)
(b)
Gambar 3. Komposisi jenis ikan yang tertangkap bagan tancap di perairan Kabupaten
Jeneponto. (a) bagan tancap dekat pantai; (b) bagan tancap jauh dari
pantai.
= bangkok (Thryssa sp);
= peperek (Leiognathus sp); =
balombong (Atherinomorus ogibyl), = teri (Stolephorus sp);
= Lainlain.
Berdasarkan produksi ikan bagan tancap yang dioperasikan di perairan
Kabupaten Jeneponto, pada bagan tancap relatif jauh dari pantai yang memiliki jenis
ikan yang dominan yaitu ikan bangkok (Thryssa sp) dengan proporsi 34%, ikan peperek
(Leiognathus sp) dengan proporsi 24% dan ikan balombong (Atherinomorus ogibyl)
dengan proporsi 13%. Selain ketiga jenis ikan tersebut memiliki proporsi 29%.
Sedangkan pada bagan tancap dekat dari pantai yang memiliki jenis ikan yang dominan
yaitu ikan bangkok (Thryssa sp) dengan proporsi 22%, ikan peperek (Leiognathus sp)
dengan proporsi 21% dan ikan teri (Stolephorus sp) dengan proporsi 17%. Selain ketiga
jenis ikan tersebut memiliki proporsi 40%. Ini menunjukkan bahwa jenis ikan yang
dominan pada bagan tancap adalah ikan bangkok (Thryssa sp), ikan peperek
(Leiognathus sp), ikan balombong (Atherinomorus ogibyl) dan ikan teri (Stolephorus
sp). Jenis ikan lain adalah berbagai jenis ikan dengan komposisi jenis ikan kurang dari
15%, dimana berbagai jenis ikan ini juga memiliki frekuensi kemunculan yang rendah.
8
PEMBAHASAN
Salah satu keanekaragaman hayati di perairan laut adalah sumberdaya ikan,
khususnya di perairan dangkal memiliki potensi yang besar sebagai pemasok sumber
bahan pangan, dan juga sumber pendapatan masyarakat yang melakukan aktivitas
penangkapan ikan. Namun pada sisi lain kegiatan penangkapan ikan bersifat open
access, dimana setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memanfaatkan
sumberdaya ikan atau kepemilikan sumberdaya ikan adalah milik bersama.
Sumberdaya ikan termasuk sumberdaya yang dapat pulih, namun jika tidak dikelola
dengan baik juga dapat mengakibatkan rusak atau mengalami deplesi (depleted)
(Widodo dan Suadi, 2006).
Oleh karena itu mengingat keterbatasan kemampuan
sumberdaya ikan pulih secara alami, maka pemanfaatannya harus didasari pengetahuan
mengenai sifat ekologis dan biologis bagi setiap komponen penyusun sumberdaya
(Kawasaki, 1983; Baskoro et al. 2004 ).
Permasalahan dalam pengelolaan perikanan adalah bahwa sumberdaya ikan
memiliki berbagai interaksi baik dalam komponen penyusunnya maupun dengan
komponen lain dan lingkungannya.
Informasi awal dalam pengelolaan perikanan
tangkap komposisi jenis hasil tangkapan dari setiap alat tangkap merupakan gambaran
atau indikasi distribusi ikan yang berada di lokasi penangkapan. Selain itu komposisi
jenis ikan adalah proporsi dari berbagai jenis ikan yang berada di lokasi penangkapan
yang dapat ditangkap.
Bagan tancap termasuk jenis alat tangkap jaring angkat.
Berbentuk empat
persegi panjang yang tersusun dari bambu yang ditancapkan ke dasar perairan. Dengan
demikian terdapat keterbatasan perairan, karena ditancapkan sehingga hanya dapat
dioperasikan pada perairan dangkal (Sudirman dan Mallawa, 2004). Dalam
pengoperasiannya bagan tancap menggunakan cahaya sebagai alat bantu untuk memikat
dan mengkonsentrasikan ikan di areal luasan jaring guna mendapatkan jumlah hasil
tangkapan yang menguntungkan.
Jenis ikan yang tertangkap bagan tancap yang dipasang jauh dan dekat pantai
(jarak dari fishing base) menunjukkan relatif sama, dimana terdapat 36 jenis ikan yang
tertangkap selama 36 trip penangkapan. Hasil tangkapan bagan tancap juga
menunjukkan tidak hanya jenis ikan (pelagis dan demersal) yang tertangkap namun juga
terdapat kerang dan udang. Jumlah jenis ikan yang relatif tinggi keanekaragamannya
9
menunjukkan di lokasi bagan tancap memiliki kondisi perairan yang dapat mendukung
berbagai aktivitas jenis ikan maupun non ikan. Keanekaragaman jenis ikan yang tinggi
menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena di
dalam komunitas tersebut terjadi interaksi interaksi spesies yang tinggi pula. Dengan
demikian di dalam suatu jenis komunitas yang memiliki keanekaragaman yang tinggi
akan terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi (jaring makanan), predasi,
kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis tentunya lebih kompleks (Odum,
1994).
Komposisi jenis ikan menunjukkan adanya perbedaan proporsi berdasarkan
jumlah hasil tangkapan. Jenis ikan teri (Stolephorus sp) memiliki proporsi yang lebih
besar pada hasil tangkapan bagan tancap yang terletak dekat dari pantai sebesar 17%,
sedangkan bagan tancap yang dekat pantai proporsi ikan teri sebesar 6,93%. Jenis ikan
teri merupakan tangkapan utama bagan, demikian juga bagan tancap yang dioperasikan
pada perairan Jeneponto. Namun proporsi jenis ikan teri diantara kedua bagan tancap
menunjukkan adanya perbedaan proporsi, walaupun jarak diantara kedua bagan tancap
kurang dari 1 mil laut. Besarnya peluang ikan teri tertangkap bagan tancap yang terletak
dekat pantai, mengindikasikan distribusi ikan teri lebih dominan di dekat pantai.
Berdasarkan proporsi ikan teri pada bagan tancap dalam cakupan areal yang
tidak luas namun terdapat perbedaan kepadatan, hal ini mengindikasikan adanya
keterbatasan distribusi yang diduga karena adanya batasan kondisi lingkungan, dimana
dalam penelitian tidak dilakukan pengukuran.
Perbedaan kepadatan ikan teri juga
terlihat dari frekuensi kemunculan, dimana dalam 36 trip penangkapan pengambilan
data ikan teri memiliki peluang yang relatif sama pada bagan tancap yang terletak jauh
dan dekat pantai, yaitu rata-rata 11% dalam 3 kali pengangkatan jaring. Data frekuensi
kemunculan mengindikasikan bahwa distribusi ikan teri berada di lokasi bagan tancap
namun dalam kepadatan yang berbeda.
Perbedaan kepadatan ikan dapat diduga
berdasarkan kondisi pasang surut, yaitu pada saatpasang naik akan menyerbabkan
kolom air yang semakin dalam dan mendorong ikan-ikan untuk beruaya ke arah pantai
(Gunarso, 1985).
Jenis ikan peperek (Leiognathus sp) merupakan ikan dasar yang hidup di daerah
pantai sampai kedalaman 110 meter, hidup berkelompok dengan memakan alga, udang
kecil, larva ikan, dan moluska (Kuncoro dan Wiharto, 2009). Kemunculan ikan ini dan
10
tertangkap bagan tancap diduga bukan karena tertarik cahaya lampu, namun
ketertarikan tersedianya calon makanan di areal penangkapan. Keberagaman jenis ikan
maupun non ikan disekitar areal penangkapan bagan tancap merupakan indikasi
perairan pantai memiliki produktivitas perairan yang tinggi sehingga berbagai
sumberdaya hayati terdapat di perairan pantai. Kondisi demikian yang mendorong
tingginya kegiatan penangkapan ikan di perairan pantai dibandingkan perairan lepas
pantai, sehingga menjadi penting tindakan pengelolaan perikanan tangkap agar
keanekaragaman sumberdaya hayati tetap dapat terjaga di perairan pantai.
KESIMPULAN
Terdapat 36 jenis ikan hasil tangkapan bagan tancap, baik yang dioperasikan
dekat dari pantai maupun jauh dari pantai, namun terdapat perbedaan komposisi jenis
ikan diantara kedua bagan tancap tersebut. Pada bagan tancap yang jauh dari pantai
proporsi terbesar ikan yang tertangkap adalah Thryssa sp, Leiognathus sp; dan
Atherinomorus ogibyl. Pada bagan tancap yang dekat pantai proporsi ikan terbesar
yang tertangkap adalah Thryssa sp, Leiognathus sp; dan Stolephorus sp.
PUSTAKA
Baskoro MS, Sudirman, Purbayanto A. 2004. Analisis Hasil Tangkapan dan
Keragaman Spesies setiap Waktu Hauling pada Bagan Rambo di Perairan Selat
Makassar. Buletin PSP XIII(1): 11-16.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Teknik, dan
Taktik Penangkapan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kawasaki T. 1983. Why Do Some Pelagic Fishes Have Wide Fluctuations In Their
Number? - Biological Basis Fluctuation From the Viewpoint of Evolutionary
Ecology. Didalam: Sharp GD, Csirke J, editors. Proceeding of the expert
consultation to examine changes in abudance and species composition of neritic
fish resources. San Jose, Costa Rica 18-29 April 1983. FAO.Fish.Rep., 291
Volume 3. p 1065-1080.
Kuncoro, EB dan Wiharto, FEA. 2009. Ensiklopedi Populer Ikan Air Laut. Lily
Publisher. Yogyakarta.
Odum EP. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Ed ke-8. Samingan T, penerjemah;
Srigandono B, editor. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Terjemahan
dari: Fundamentals Of Ecology. Ed ke-3. 697 hal.
11
Sudirman dan Mallawa, A. 2004 Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta
Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta Gadjah
Mada University Press. 252 hal.
12
Download