PENGEPUNGAN BENTENG PORTUGIS Kekalahan Superpower Portugis oleh Jihad Baabullah di Ternate Laporan Khusus SYAMINA Edisi 10 / Juli 2016 PENGEPUNGAN BENTENG PORTUGIS Kekalahan Super Power Portugis Oleh Jihad Baabullah Di Ternate K. Subroto Laporan Khusus Edisi 10 / Juli 2016 ABOUT US Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis. Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke: [email protected]. Seluruh laporan kami bisa didownload di website: www.syamina.org 2 SYAMINA Laporan Khusus Edisi 10 / Juli 2016 DAFTAR ISI EXECUTIVE SUMMARY Pengepungan Benteng Portugis Kekalahan Super Power Portugis Oleh Jihad Baabullah Di Ternate Daftar Isi—3 khir Perang Salib di Andalusia Spanyol 1494 begitu pilu. Dengan jatuhnya Granada ke tangan orang Kristen tahun 1494 M dari umat Islam, hilanglah toleransi beragama dan kedamaian dalam berniaga. Timbullah penindasan di luar kemanusiaan. Umat Islam dipaksa untuk pindah agama Kristen. Jika tidak mau murtad harus meninggalkan Spanyol, namun tidak boleh membawa putra-putrinya. Mereka yang tidak sanggup meninggalkan putra-putrinya, mereka memilih masuk Kristen. Apabila tidak mau pindah agama Kristen dibakar hidup-hidup. Selain itu juga dibangkitkan gerakan Anti Semitisme. Artinya Anti Islam dan Yahudi. Hal ini tidak pernah terjadi pada masa Islam. A Mukadimah, The Spices Island—6 Perjanjian Tordesillas; Awal Kelahiran Kolonialisme Barat —9 Persaingan Portugis Spanyol—11 Pengaruh Portugis dan Kedigdayaan kekuatan Maritimnya—13 Keuntungan Perdagangan Rempah-rempah yang Menggiurkan—14 Misi Agama dan Perdagangan—16 Kedatangan Portugis, Disambut sebagai Tamu—18 Pemberian Hak Monopoli—20 Mengamankan Monopoli dan Menggembos Kekuasaan Sultan—21 Kekejaman Portugis Membangkitkan Perlawanan—21 Tuduhan Pengkhianaian—25 Arogansi dan Konspirasi—26 Misi Penginjilan (kristenisasi)—27 Ternate diserahkan pada Portugis oleh Sultan Tabariji—30 Hubungan Mesra Sultan Khairun Portugis berbuah pahit—30 Tampilnya Baabullah—36 Deklarasi Jihad Baabullah saat Pelantikannya—37 Kemenangan di Ambon—38 Beberapa Keputusan Penting Baabullah setelah dilantik—39 Strategi Pengepungan Benteng Gamlamo—42 Portugis Menyerah Tanpa Syarat—43 Penguasa 100 Pulau—44 Penutup —47 Daftar Pustaka—48 Dengan kemenangan itu Portugis dan sekutunya, Spanyol merasa sebagai penguasa Dunia. Portugis dan Spanyol mulai bersaing untuk menemukan dan menguasai negeri-negeri di barat dan di Timur untuk dieksploitasi secara ekonomi sekaligus menyebarkan agama Katolik. Untuk menghindari konflik antara dua kekuatan maritim-raksasa ketika itu: Spanyol dan Portugis, Paus Alexander VI memprakarsai lahirnya Traktat Tordesillas (7 Juni 1494) yang “membagi” dunia menjadi dua bagian, separuh untuk Spanyol dan separuh lagi untuk Portugis. Portugis yang mendapat bagian Timur kemudian bergerak ke negeri-negeri yang mereka sebut Timur Jauh, yakni Asia dengan semangat dan misi reconquita dores (penaklukan terhadap Muslim). Mereka mengejar dan memporakporandakan negeri asal Muslim yang mereka benci, Afrika Utara. Setelah menghancurkan dan 3 Laporan Khusus SYAMINA membantai di sana, mereka berusaha mencari orang-orang Moor (Muslim) di luar Afrika utara sambil mencari negeri asal rempah-rempah yang konon dari negeri di Timur yang dikuasai orangorang Muslim. Edisi 10 / Juli 2016 Kesultanan Ternate. Kedatangan mereka yang dilengkapi kapal dan senjata modern telah memunculkan harapan baru untuk memenangkan persaingan antar negeri di Kawasan Pulau Rempahrempah yang selama ini bersaing ketat untuk mengontrol wilayah tersebut. Tahun 1488 Portugis sampai di Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Namun belum mengetahui jalan ke India maupun Asia Tenggara, sehingga mereka mencari pemandu dalam pelayaran mereka. Tahun 1498 tentara Portugis yang dipimpin Vasco da Gama tiba di India dengan dipandu oleh seorang navigator Muslim, Ahmad bin Abdul Majid. Menurut Sir R.F. Burton, Ahmad bin Abdul Majid adalah yang pertama menemukan kompas. Dengan angan-angan Sultan Ternate yang muluk-muluk akhirnya semua permintaan tamunya tersebut dikabulkan. Hak monopoli perdagangan rempah-rempah pun diberikan pada Portugis karena awalnya Portugis mau membayar dengan harga yang lebih tinggi daripada yang dibayarkan para pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Cina selama ini. Di samping itu Ternate akan mempunyai daya saing yang lebih kuat karena mempunyai mitra asing. Untuk tujuan itu Portugis dibolehkan dan dibantu membangun benteng pertahanan di Ternate. Portugis dengan cepat memiliki banyak basis penting di kawasan Timur: Malaka (1511)—pasar rempah-rempah utama, sebuah gerbang untuk masuk ke arah timur dari Eropa, Ambon (1537), Ternate (1530) dan Tidore (1578) dan Makau (1557) di Cina. Lambat laun Portugis menampakkan sifat aslinya sebagai penjajah, bukan mitra dagang atau sekutu bagi Ternate. Sebagai pemilik hak monopoli perdagangan rempah-rempah, mereka menentukan harga semau mereka sendiri, bahkan di bawah harga pasar yang selama ini berlaku untuk mengeruk keuntungan yang besar. Selain itu petani Ternate juga dikenai pajak penjualan yang tinggi dan petani dipaksa untuk menjual dan menyerahkan hasil panennya hanya kepada Portugis. Di wilayah yang dilalui pelayaran Kerajaan Katolik Portugis terjadi bencana kemanusiaan. Hal itu terjadi karena motivasi pelayaran mereka bukan berniaga sebagaimana pelayaran yang sebelumnya lazim dilakukan di Asia dan Afrika. Tetapi motivasi mereka adalah reconquita dores (penaklukan terhadap Muslim). Ketika Portugis sampai di Goa India, mereka baru menyadari bahwa Negara sumber rempah-rempah yang selama ini dicari bukan India. Di bidang politik Portugis juga mulai berani mencampuri urusan pemerintahan. Bahkan mereka campur tangan dalam suksesi kepemimpinan Sultan Ternate untuk menjamin bahwa Sultan Ternate selanjutnya tidak menentang Portugis untuk melanggengkan posisi mereka di Ternate. Untuk memuluskan tujuan itu, Portugis mewajibkan para putra Sultan untuk dididik di dilingkungan orang-orang Portugis di dalam Benteng Portugis sampai menginjak dewasa. Intrik-intrik dan persekongkolan pun terjadi. Pangeran atau pejabat Kesultanan yang tidak disukai atau dianggap sebagai ancaman Portugis akan disingkirkan dengan berbagai cara. Mulai dari diracuni, dibuang, dipenjara atau dibunuh dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Dalam usaha mencari negeri asal rempahrempah yang mereka buru karena harganya yang sangat mahal waktu itu, pelayaran Portugis kembali meminta bantuan pemandu Muslim. Nakoda Ismail, seorang pedagang Melayu yang punya banyak pengalaman pelayaran ke Maluku, diminta menjadi pemandu ekspedisi Portugis itu. Dia menggunakan jung Cina sebagai kapal pemandu, yang berlayar paling depan menuntun ketiga kapal Portugis pimpinan d’Abreau. Pelayaran ini merupakan pelayaran armada Eropa pertama di perairan Nusantara. Sampai di Maluku Portugis diterima sebagai tamu dan mitra dagang yang sangat dihormati 4 Laporan Khusus SYAMINA Edisi 10 / Juli 2016 Portugis juga berlaku sangat kejam. Siapa saja yang menentang kemauan gurbenur Portugis akan ditangkap, disiksa dan bahkan dieksekusi dengan cara yang sangat keji, walaupun kesalahannya sangat sepele. Kerajaan Ternate. Baabullah kemudian diangkat menjadi Sultan Pengganti Khairun dan menyerukan jihad pada seluruh rakyat Ternate dan negeri-negeri di sekitarnya untuk menghancurkan dan mengusir Portugis dari Maluku. Misi penginjilan pun segera dijalankan. Para penyebar agama didatangkan untuk mengonversi agama rakyat Ternate yang mayoritas Muslim menjadi Kristen Katolik. Para pejabat dan bangsawan pun tidak luput dari sasaran Kristenisasi. Banyak rakyat, pejabat dan keluarga Kerajaan Ternate yang kemudian dimurtadkan. Rakyat dan negeri-negeri sekitar Ternate menyambut seruan jihad Sultan Baabullah. Serangan terhadap Portugis dilakukan secara serentak dengan dukungan tersebut. Dimulai dengan markasnya di Ambon untuk mencegah bala bantuan masuk. Dilanjutkan dengan membersihkan seluruh Kepulauan Maluku dari orang-orang Portugis. Markas Portugis di Benteng Gamalama pun mulai dikepung. Orang-orang Portugis yang menyerah semua dimasukkan ke dalam benteng tersebut. Pengepungan berlangsung sampai lima tahun tanpa aksi militer. Pasokan bahan makanan yang semakin lama semakin dibatasi membuat orang-orang Portugis seakan di dalam Penjara yang besar. Sultan Khairun yang sejak kecil mengenyam pendidikan dan hidup bersama orang Portugis awalnya mendukung segala program Portugis termasuk Kristenisasi. Bahkan tak jarang Sultan memfasilitasi dan mengawal misi penginjilan di berbagai pulau sekitar Ternate. Namun pada akhirnya Khairun menyadari kesalahannya. Anggapan bahwa Portugis baik mulai sirna dari hatinya. Kekejaman dan ketidak adilan Portugis yang selama ini diberlakukan pada rakyatnya kini sudah tidak bisa tolerir lagi ketika kekejaman dan ketidak adilan itu dia alami sendiri. Khairun tidak setuju dengan rencana Portugis yang akan menaikkan lagi pajak penjualan yang selama ini sudah memberatkan rakyat. Pada tahun kelima tepatnya 28 Desember 1575, bertepatan dengan Saint Stephen’s Day (Hari Suci Santo Stefanus), Portugis menyerah tanpa syarat setelah diultimatum oleh Sultan Baabullah. Gubernur dan Pasukan Portugis keluar dari benteng dengan menunduk dan dengan kondisi tubuh yang kurus kering dan sangat lemah karena kekurangan gizi dan serangan penyakit. Dari semula 900 orang yang terkepung dalam Benteng tinggal 400 orang saja yang keluar saat menyerah pada Sultan Baabullah. Portugis menyerah dan keluar dari Maluku dengan hina setelah berkuasa dan berjaya mengeruk keuntungan dengan zalim di Maluku selama 53 tahun (1522-1575). Khairun mulai membangun kekuatan militernya. Anaknya yang tertua sekaligus sebagai putra mahkota diangkat sebagai Kapita Laut (panglima perang) Kerajaan Ternate. Sikap Khairun yang mulai berubah dirasakan Portugis, dan dianggap sebagai pembangkangan kepada Gubernur Portugis yang berpotensi sebagai ancaman terhadap keberlangsungan misi Portugis. Gubernur kemudian merencanakan untuk menyingkirkan Khairun. Tipu muslihat pun dijalankan, dan rencana licik gubernur berjalan lancar. Khairun ditikam oleh orang suruhan Gubernur ketika diundang ke dalam benteng untuk berunding. Setelah dibunuh jasad Khairun dimutilasi dan dibuang ke laut. Kejahatan Portugis terakhir semakin memuncakkan kemarahan rakyat dan keluarga 5 SYAMINA Laporan Khusus Edisi 10 / Juli 2016 PENGEPUNGAN BENTENG PORTUGIS Kekalahan Super Power Portugis Oleh Jihad Baabullah Di Ternate Mukadimah, The Spices Islands Nama Maluku berasal dari kosakata Arab “AlMulk” atau Jazirah Al Mulk yang berarti “Tanah Para Raja”, kumpulan/semenanjung kerajaan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil. Maluku dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Yang menarik, pada bendera Kesultanan Ternate tertulis dengan aksara arab kalimat “Al Muluk Buldan Ternate”.2 Rangkaian pulau-pulau penghasil rempahrempah (Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan) sudah sejak lama disebut dengan nama Maluku. Dalam tambo Dinasti Tang dari China (618-906) disebut sebagai Ma-li-ki. Dan dalam buku Negarakertagama (1365) menuliskannya dengan Maloko, sementara para pedagang Arab menamakannya Jazirah Al Mamluk. Bangsa Portugis sebelum mengunjungi kawasan ini menyebutnya dengan Kepulauan Rempah-rempah (as ilhas de Crafo). Setelah datang pada abad ke- 16, mereka baru mengetahui namanya yang kemudian mereks sebut Molucco atau jamaknya Moluccas.1 Penulis-penulis Barat mengenal dan menyebut Kepulauan Maluku sebagai “kepulauan rempahrempah” (spice island). Penyebutan ini, dalam abad-abad pertengahan, diberikan sebelum orang Barat mengetahui secara pasti lokasi negeri asal rempah-rempah yang mereka konsumsi. Karena rempah-rempah memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan harga jualnya mahal, pedagang-pedagang Cina merahasiakan asal-usul dan daerah penghasilnya selama berabad-abad. Sumber-sumber Cina yang belakangan kemudian mengungkapkan bahwa pedagang-pedagang Cina telah mengetahui Maluku sebagai penghasil rempah-rempah dan melakukan pelayaran niaga ke kawasan ini melalui Manila sejak abad ke-13. Jung-jung besar Cina telah melayari daerah Maluku sebelum pedagang lokal (Jawa dan Melayu) dan pedagang asing lainnya (Arab dan Gujarat) tiba di daerah ini satu abad kemudian.3 Gambar Peta Moluccas 1 2 M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah, Edisi Revisi 2006, Universitas Khairun Ternate, hlm. vi 3 6 Dr. Usman Thalib M.Hum, Sejarah Masuknya Islam di Maluku, Diterbitkan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Provinsi Maluku dan Maluku Utara 2011. Hlm. 10 M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah, Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250 – 1950. Edisi I Nopember 2001. Hlm.142 Laporan Khusus SYAMINA Edisi 10 / Juli 2016 mengunjungi Jawa dan Sumatera untuk penelitian ilmu obat-obatan. Bukunya, Suma Oriental, ditulis di Malaka dan diselesaikan di Goa. Gambar Peta Maluku yang dibuat pada masa Belanda4 Alfonso d’Alburquerque, Laksamana Portugis yang kemudian menjadi Raja Muda di Goa, setelah berhasil menaklukkan Malaka pada 1511, mengirim Antonio de Abreu dan Francisco Serrao dalam sebuah armada yang terdiri dari tiga kapal dengan perintah: “Cari dan temukan pulau rempahrempah!” Pernyataan ini merupakan sebuah bukti bahwa Raja Muda tersebut belum mengetahui negeri asal rempah-rempah, yakni Maluku. Gb. Kepulauan Maluku Maluku, sangat menarik bagi orang asing sejak zaman Romawi. Mereka datang untuk mencari cengkeh dan pala, dua komoditi rempah-rempah yang saat itu mempunyai harga yang sangat tinggi melebihi emas di Asia dan Eropa. Pedagang tersebut, secara berurutan, membawa agama Hindu, Islam, dan Kristen ke pulau-pulau ini. Tome Pires, ketika bertemu pedagangpedagang bangsa Melayu menyatakan, “Tuhan telah menciptakan Timor untuk kayu cendana dan Banda untuk Pala serta Maluku untuk cengkeh, dan barang dagangan ini tidak dikenal di tempat lain di dunia ini kecuali di tempat-tempat tadi; dan telah saya tanyakan dan selidiki dengan teliti apakah barang ini terdapat di tempat lain, dan semua orang katakan tidak.” Islam sudah cukup mapan dan memiliki pemeluk yang besar saat kedatangan orang Eropa pertama (Portugis Katolik) pada tahun 1512 M. Selama dua abad berikutnya, umat Islam berada di garis depan dalam pertempuran melawan penjajah Eropa, pertama Portugis, dan kemudian dari awal abad ke-17, Belanda yang beragama Kristen Protestan.6 Ambon saat itu tidak masuk dalam sebutan Maluku. Pires menyatakan bahwa Kepulauan Maluku terdiri dari 5 pulau, yaitu; Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Bacan.5 Pires adalah pakar obatobatan Portugis yang tiba di Malaka beberapa saat setelah penaklukannya oleh Portugis. Ia juga Maluku Utara adalah sebuah kawasan titik temu dan perkenalan Asia Tenggara dengan dunia luar bermula. Perdagangan rempah-rempah tercatat sejak abad ke-7 Periode Dinasti T’ang (618-907 M) di Cina. Perdagangan ini dengan sendirinya membuka jalur perjalanan ke Maluku. Periode Dinasti T’ang adalah periode di mana 4Sumber: http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=File:Blaeu_-_ Moluccae_Insulae_Celeberrimae.jpg License: Public Domain Contributors: Geagea, Joe Kress, Kilom691, Kintetsubuffalo, Pe-Jo, Ras67, Stunteltje, Tm 5 Tome Pires, Suma Oriental, terjemah edisi ketiga, Penerbit Ombak Yogyakarta 2016.Hlm.264 dan 276.Ambon masuk dalam wilayah administratif Maluku dimulai pada masa pemerintahan Kolonial Belanda yang menjadikan Ambon sebagai pusat administratif Kepulauan Maluku, yang kemudian kebijakan ini diteruskan oleh Pemerintah Indonesia paska kemerdekaan 1945. Lihat Dr. Usman Thalib M.Hum, Op.Cit. hlm.15 6 7 Dr. Dieter Bartels, The Evolution of God in the Spice Islands: The Converging and Diverging of Protestant Christianity and Islam in the Colonial and Post-Colonial Periods, paper was presented at the Symposium “Christianity in Indonesia” at the Frobenius Institute of the Johann Wolfgang Goethe University at Frankfurt/Main on December 14, 2003. Hlm.1 Laporan Khusus SYAMINA Edisi 10 / Juli 2016 Cina membuka diri untuk perdagangan global dan mengembangkan doktrin Tiongkok (Zhong-Guo) atau Kekaisaran Tengah, yang menganggap Cina sebagai sentral peradaban dunia. T’ang adalah salah satu dari 3 dinasti yang sangat berpengaruh dalam sejarah Cina. Pada Era T’ang ini Maluku Utara pun menjadi titik sentral perdagangan dan mulai didatangi oleh para pelaut Cina, Arab, Melayu dan Jawa. Karena dari kepulauan inilah cengkeh dan pala berasal. Gb. Cengkeh Kering Kata cengkeh (eugenia caryphyllus) sendiri berasal dari bahasa Mandarin: xi’jia, artinya tumbuhan paku, sedangkan dalam bahasa lokal disebut bualawa (belawa). Disebut clove dalam bahasa Inggris, clou di Perancis dan nagel di Belanda. Dalam penggalian aerkologi di lembah Eufrat hingga Babylonia, ditemukan artefak cengkeh Maluku pada era Mesopotamia lama. Ini membuktikan bahwa cengkeh telah sampai di Mesopotamia pada 3000 SM. Cengkeh telah diperdagangkan oleh pedagang Arab, India di Pantai Malabar hingga Romawi dan Yunani kuno. Kota Tyre di Yunani adalah pusat perdagangan Barat dan Timur hingga ditaklukan oleh Alexander The Great pada 322 SM. Pada tahun yang sama Alexander The Great menemukan pelabuhan Alexandria, Mesir dan mengubahnya menjadi pusat perdagangan rempah-rempah Timur dan kawasan Mediterania. Rempah-rempah Maluku yang dibawa pelaut Cina diperdagangkan melalui laut dan darat dengan menelusuri Gurun Gobi, Lembah Khayber Pass, Nepal hingga memasuki daratan Eropa (Venice) dan Mesir (Alexandria). Venice adalah pusat perdagangan rempah-rempah di Mediterania selama berlangsungnya Perang Salib (1096-1291). Jalur ini dinamakan jalur sutera (the silk road), sebuah sebutan yang dicetuskan oleh bangsawan Jerman, Baron Ferdinand von Richthoven. Silk Road atau seiden strasse adalah makna metafora untuk menggambarkan jalinan persahabatan bangsabangsa yang terjalin dengan halus sejak berabadabad lamanya. Bahkan ada yang menyebut dengan istilah caravan road, karena perdagangan jalur darat tempo dulu itu menggunakan unta sebagai kendaraan. Adapub kegunaan lain cengkeh adalah sebagai bahan baku obat-obatan (farmasi), kosmetik, parfum dan bumbu masakan. Adapun di Cina, cengkeh digunakan sebagai pengharum mulut sebelum seseorang menghadap sang kaisar. Karena bau mulut bisa membuat seseorang kena hukum pancung di Cina. Menurut catatan de’Clercq, pemukiman Cina, Arab, Jawa dan Melayu telah ada di Ternate sejak abad ke-13. Bahkan jauh sebelum itu, Brierley menulis :Queen of Sheba brought precious stones, gold and spices to Solomon in 992 BC, and 3000 pounds of pepper……. (Ratu Saba’ membawa batu mulia, emas dan rempah-rempah untuk Sulaiman pada tahun 992 SM, dan 3000 pon lada….)8 Cengkeh sendiri telah digunakan jauh sebelum Masehi. Menurut laporan para biarawan Fransiscan, yang dikutip dari Ch. van Frassen, menyebut bahwa cengkeh digunakan oleh raja-raja Mesir untuk mumi mereka. Ditemukan unsur pala dan cengkeh pada mumi Firaun (Ramses II) raja Mesir.7 8 7 Dr. Usman Thalib M.Hum, Op.Cit. Hlm.11 8 Joanna Hall Brierley; Spices, The Story of Indonesia’s Spice Trade. Oxford University Press, 1994.D’Clercq, FSA; De Bijdragen tot de kennis der Residentie Ternate, E.J. d’Brill, Leiden. 1890. Transalated by Paul Michael Taylor: Ternate,The Residency and It’s Sulatanate, Smithsonian Institute, Washington.D.C, 1999. Dalam; Syaiful Bahri Ruray, hlm.4 Laporan Khusus SYAMINA Dari perkenalan dengan Cina, Arab, Jawa dan Melayu inilah peradaban Maluku mulai berkembang menjadi kosmopolit abad pertengahan. Karena Maluku mulai menjadi pusat perhatian dunia.9 Kepentingan penguasaan perdagangan rempahrempah tersebut mendorong terbentuknya persekutuan daerah-daerah di Maluku Utara yang disebut dengan Ulilima dan Ulisiwa. Edisi 10 / Juli 2016 Akhirnya Spanyol di Maluku bersekutu dengan Tidore.10 Kekalahan Portugis di Maluku menjadi kejadian yang begitu mengejutkan dunia saat itu. Portugis yang telah puluhan tahun menancapkan pengaruhnya dengan kuat di Maluku dengan kekuatan yang tidak diragukan lagi sebagai super power pada masa itu. Unggul dalam hal manajemen dan persenjataan serta kekuatan laut yang kuat dan modern hampir membuat orang Maluku pesimis mengusir Portugis dari Maluku. Bahkan banyak di antara para pemimpinnya yang mendukung pemerintahan Portugis dan lebih jauh lagi murtad dari agama Islam karena pengaruh Portugis. Dengan kondisi seperti itu tak heran bila kemudian dunia dibuat terhenyak dengan kekalahan Portugis di Maluku kala itu. Ulilima berarti persekutuan lima bersaudara yang dipimpin oleh Ternate yang terdiri dari Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon, sedangkan Ulisiwa adalah persekutuan sembilan bersaudara yang terdiri dari Tidore, Makayan, Jailolo dan pulau-pulau yang terletak di Kepulauan Halmahera sampai Irian Barat. Perjanjian Tordesillas; Awal Kelahiran Kolonialisme Barat Traktat Tordesillas (7 Juni 1494) antara Spanyol dan Portugis telah “membagi” dunia menjadi dua bagian, separuh untuk Spanyol dan separuh lagi untuk Portugis. Selain membagi dunia, suatu garis demarkasi sepanjang 370 leagues juga ditarik pada bagian barat Kepulauan Cape Verde dan Azores pada 46 derajat Bujur Barat. Garis bujur ini melewati kedua kutub hingga ke belahan bumi yang lain. Penarikan garis demarkasi ini dilakukan atas prakarsa Paus Alexander VI dengan tuiuan menghindari konflik antara dua kekuatan maritimraksasa ketika itu: Spanyol dan Portugis. Dengan demikin terciptalah dunia yang terbelah dua. Berikut hak eksplorasi eksklusif perdagangan dan atasnya. Portugis menguasai daerah dan negerinegeri “non-Kristen” yang terletak di bagian timur dunia. Sementara bagian Barat dunia yang melintasi semenanjung Amerika Selatan adalah wilayah Spanyol. Gambar Persekutuan Ulilima dan Ulisiwa Antara persekutuan Ulilima dan Ulisiwa tersebut terjadi persaingan. Persaingan tersebut semakin nyata setelah datangnya bangsa Barat ke Kepulauan Maluku. Bangsa Barat yang pertama kali datang adalah Portugis yang akhirnya bersekutu dengan Ternate tahun 1512. Karena persekutuan tersebut maka Portugis diperbolehkan mendirikan benteng di Ternate. Spanyol pun datang ke Maluku pada waktu itu bermusuhan dengan Portugis. 9 Syaiful Bahri Ruray, Rediscovery The Spices Islands, The Legal and Socio-Political Life in North Moluccas. Makalah pada Simposium : “Maluku Utara Dalam Perspektif Diversitas Multidimensi”. Kerjasama Pemda Provinsi Maluku Utara, University of Le HavrePerancis, Yayasan Saloi dan UNKHAIR, UMMU, UNERA. Ternate, 1 November 2010. Hlm. 2-4 10 9 Ridho Rachman, dkk., Kesultanan Ternate Tidore: Studi Kasus Awal Berdiri, Perlawanan Dan Kemunduran Oleh Bangsa Asing Abad 15 Sampai 17, Departemen Ilmu Sejarah , Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok Mei 2011 Laporan Khusus SYAMINA Edisi 10 / Juli 2016 mengirim ekspedisi untuk menandai garis itu, kemudian mengklaim dan menjadikannya sebagai pusat harta karun yang sangat menguntungkan. Selanjutnya adalah memperdagangkan harta karun kepulauan rempah-rempah tersebut dan berupaya menguasainya. Cita-cita inilah yang terpendam dan menguasai pikiran Raja Spanyol yang ambisius itu.12 Perlu dicatat, bahwa imperialisme Barat terhadap berbagai Negara di dunia dan Asia Tenggara khususnya lahir dari Perjanjian Tordesillas di Spanyol 7 Juni 1494. Dalam perjanjian ini Paus Alexander VI memberikan kewenangan pada Portugis untuk menguasai dan mengekploitasi dunia Belahan Timur dan Spanyol diberikan kewenangan untuk menguasai dunia bagian Barat.13 Dengan mencetuskan perjanjian ini, Paus Alexander VI menyetujui dan membenarkan imperialisme dengan tujuan: Gold (emas), dengan menjajah akan memperoleh kekayaan yang dirampas dari tanah jajahan. Gospel (misi penyebaran agama katolik), di tanah jajahan akan dikembangkan agama Katolik. Glory (kejayaan), dengan keberhasilan memperoleh Gold dan Gospel, Negara penjajah akan memperoleh kejayaan. Gambar Teks Perjanjian Tordesillas11 Tetapi, sarana dan prasarana ilmiah ketika itu belum memadai untuk menetapkan secara akurat garis bujur yang menjadi batas demarkasi Spanyol dan Portugis. Akibatnya, dalam praktik, penetapan garis demarkasi menjadikan Portugis berdaulat atas seluruh kawasan Timur, dari batas barat Brazil, serta wilayahnya akan mencakup kawasan Atlantik, Afrika Utara dan Samudera Hindia hingga ke Hindia Timur. Sementara Spanyol kebagian wilayah barat, yang mereka sebut sebagai Las Ilhas Poniente atau Kepulauan Barat. Spanyol menemukan dan menaklukkan sejumlah daerah yang secara geografis sangat jauh dari Madrid serta merupakan dunia yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Apabila matahari terbit di Madrid, di Manila baru senja. Saat itu, Paus juga mengajarkan bahwa bangsabangsa di luar Negara Vatikan yang tidak beragama Katolik dinilai sebagai bangsa yang biadab. Maka, negara atau wilayah tersebut diangggap sebagai wilayah kosong tanpa pemilik (terra nullius), sehingga boleh dikuasai Portugis dan Spanyol. Berangkat dari keyakinan tersebut, dalam praktik pengembangan agama Katolik dibenarkan praktik perbudakan, penindasan, dan bahkan pemusnahan suatu bangsa (genosida) serta berbagai tindakan yang bertentangan dengan kemanusiaan dan keadilan demi misi suci (mission sacre) Katolik. Tidak seorang pun tahu apa yang ada di bagian dunia baru itu, khususnya di Asia. Raja Spanyol, Charles V, hanya berharap bahwa kepulauan rempah-rempah (Spice Islands) masuk di dalam garis demarkasi Spanyol, atau paling tidak berada dalam garis perbatasan. Karena asumsi demikian, ia pun berpikir mengapa kerajaannya tidak 11 Di wilayah yang dilalui pelayaran Kerajaan Katolik Portugis terjadi bencana kemanusiaan. Hal itu terjadi karena motivasi pelayaran mereka bukan 12 M. Adnan Amal. Portugis dan Spanyol di Maluku,Op.Cit.hlm. 245246 13 Hans W. Weigert et.al. 1957. Principle of Polilitical Geography. Apleton.New York, hlm. 254. Dalam Ahmad Mansur S. Api Sejarah 1. Hlm.158. Diambil dari: http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=File:Treaty_ of_Tordesillas.jpg License: Public Domain Contributors: Original: Biblioteca Nacional de Lisboa Photo: User:Joserebelo 10 Laporan Khusus SYAMINA berniaga sebagaimana pelayaran yang sebelumnya lazim dilakukan di Asia dan Afrika. Tetapi motivasi mereka adalah reconquita dores (penaklukan terhadap Muslim). Ketika Portugis sampai di Goa India, mereka baru menyadari bahwa Negara sumber rempah-rempah yang selama ini dicari bukan India melainkan Kepulauan Maluku dan sekitarnya.14 Edisi 10 / Juli 2016 Sementara itu, pada perempat terakhir abad ke-15, Kerajaan Turki Usmani mulai memasuki arena perdagangan dan kapal-kapalnya mulai berseliweran di pantai Afrika Timur serta berupaya mencapai Kepulauan Maluku. Tetapi, Bortholomeuz Diaz dan Vasco da Gama akhirnya berhasil “memecahkan persoalan” untuk Portugis dengan penemuan dan pendaratan mereka di Goa (India) pada 1498. Sejak saat itu, Portugis mulai menghadang kapal-kapal Turki dan armada Arab dari perairan antara Goa dan Madagaskar. Penaklukan Goa oleh Portugis telah membuka pintu baginya menuju Malaka, kemudian ke kepulauan rempah-rempah Maluku. Menurut Jane I. Smith; Dengan jatuhnya Granada ke tangan orang Kristen pada tahun 1494 M dari umat Islam, hilanglah toleransi beragama dan kedamaian dalam berniaga. Timbullah penindasan di luar kemanusiaan. Umat Islam dipaksa untuk pindah agama Kristen. Jika tidak mau murtad harus meninggalkan Spanyol. Namun tidak boleh membawa putra-putrinya. Umumnya mereka tidak sanggup meninggalkan putraputrinya, mereka memilih masuk Kristen. Apabila tidak mau pindah agama Kristen dibakar hiduphidup atau autodafe. Selain itu juga dibangkitkan di seluruh Spanyol gerakan Anti Semitisme. Artinya, Anti Islam dan Yahudi. Hal ini tidak pernah terjadi pada masa Islam15. Melihat kompetisi yang makin ketat antara Portugis dan Spanyol dan guna mencegah teijadinya konflik terbuka antar keduanya karena Spanyol baru saja menyelesaikan ekspedisi penemuan benua Amerika oleh Columbus yang amat sukses (1492), Paus Alexander VI berusaha dan berhasil membawa kedua kerajaan maritim tersebut ke meja perundingan, yang melahirkan Traktat Tordesillas pada 7 Juni 1494. Persaingan Portugis Spanyol Konflik yang bercorak kompetitif antara Portugis dan Spanyol tidak terlepas dari motif mencari keuntungan. Selain keuntungan, juga upaya untuk memperoleh hak kepemilikan (ownership) atas Kepulauan Maluku—seperti diperlihatkan Portugis di Goa dan Spanyol di Meksiko serta Kepulauan Filipina. Apabila ownership atas Kepulauan Maluku telah berada di tangan, maka owner akan melarang pihak lain memasukinya. Hal ini diperlihatkan Portugis kepada Spanyol. Ketika Portugis tiba di Maluku, Spanyol belum bermimpi tentang harta karun kepulauan ini. Gb. Peta pembagian Dunia berdasar Perjanjian Tordesillas dan Saragosa16 Dengan traktat yang bernuansa imperialisme ini, bola dunia dibagi dua: Asia untuk Portugis dan Amerika untuk Spanyol. Berdasarkan Traktat Tordesillas, Portugis dan Spanyol setuju adanya garis demarkasi sepanjang 370 leagues (satu league 14 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1, Penerbit Surya Dinasti Bandung. Edisi revisi 2015. Hlm.158-160 15 Jane I. Smith, Islam and Christendom Historical, Cultural and Religious Interaction from The Seventh to The Fifteenth Centuries. Dalam; John L. Esposito (Ed). 1999. The Oxford History of Islam. Oxford University Press, New York, hlm.344.dalam; Ahmad Mansur S. Api Sejarah 1, Op.Cit, hlm. 158-159 16Sumber: http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=File:Spain_ and_Portugal.png License: GNU Free Documentation License Contributors: Lencer 11 Laporan Khusus SYAMINA = tiga mil) yang membentang dari sebelah barat Kepulauan Cape Verde hingga Kepulauan Cipangu dan Antika. Dunia terbelah dua: bagian timur untuk Portugis dan bagian barat untuk Spanyol. Edisi 10 / Juli 2016 Maluku ekspedisi Loaisia pada 1525 dan Saavedra tiga tahun kemudian (1528). Kedua ekspedisi ini, maupun ekspedisi Magelhaens sebelumnya (1521), telah menabrak ketentuan Traktat Tordesillas dan menunjukkan ketidakberdayaan Portugis menghadapi Spanyol. Konflik agak mereda setelah ditanda tanganinya Traktat Zaragoza (Saragosa) oleh perwakilan kedua pihak pada 22 April 1529. Traktat ini kemudian diratifikasi Raja Spanyol, Charles I, di Lerida dan Raja Portugis, Joao III, di Lisboa pada 20 Juni 1530. Traktat Zaragoza menetapkan bahwa Spanyol akan keluar dari Maluku dan mengakui kepulauan tersebut milik Portugis. Sebagai kompensasi, Spanyol akan memperoleh imbalan sebanyak 350.000 dukat emas (satu dukat emas = 375 maravedis, mata uang Spanyol). Karena Maluku berada pada bagian timur bola dunia, ia masuk ke dalam garis demarkasi Portugis dan ketentuan ini sukar diterima Spanyol. Para ahli navigasi, hukum, pedagang dan lainnya, mendesak Raja Spanyol agar tidak mematuhi ketentuan tentang garis demarkasi tersebut, yang memberikan Maluku kepada Portugis. Sekalipun demikian, dalam implementasinya, masih ada oknum-oknum pencari keuntungan dari Spanyol yang menolak Traktat Zaragoza, Raja muda Spanyol di Meksiko, misalnya, dengan bantuan beberapa unsur militer Spanyol, pada 1542 mengirimkan ekspedisi Villalobos ke Maluku. Villalobos dengan tentaranya merondai perairan Maluku selama hampir empat tahun. Bahkan Magelhaens, pelaut Portugis yang telah membelot kepada Raja Spanyol dan berniat melakukan ekspedisi untuk menemukan Maluku, mengirim pesannya kepada Raja Spanyol agar tidak mengakui garis demarkasi Tordesillas, “karena Maluku menyimpan harta karun yang melimpah ruah”. Secara internal Raja Spanyol dapat menerima pandangan para ahli tersebut. Tetapi, karena pengarah Paus yang demikian kuat, raja berpura-pura menerima ketentuan tentang garis demarkasi itu. Portugis kemudian mulai mencurigai Spanyol ketika ekspedisi Magelhaens bertolak menuju Maluku lewat barat, disusul pernyataanpernyataan raja setelah ekspedisi Magelhaens bertolak dari Sevilla, bahwa Kepulauan Maluku akan menjadi milik Spanyol, yang dikecam sangat keras oleh Portugis. Tetapi, pendapat umum di Spanyol dan Meksiko mendukung kebijakan yang diambil raja tentang Maluku. Untuk mendukung klaim Spanyol atas Maluku, setelah suksesnya ekspedisi Magelhaens, berturut-turut telah tiba di Konflik Portugis-Spanyol baru benar-benar tuntas setelah Sultan Baabullah mengenyahkan Portugis dari Maluku untuk selama-lamanya pada 1575. Portugis berhasil dipaksa Baabullah meninggalkan Maluku dalam keadaaan yang sangat hina, suatu hal yang tragis bagi sebuah kerajaan adidaya pada masa itu. Tetapi, perdamaian yang sebenarnya baru dicapai Portugis dan Spanyol setelah terbentuknya Uni Portugis-Spanyol pada 12 SYAMINA Laporan Khusus 1580, yang tersebut.17 mempersatukan kedua kerajaan Edisi 10 / Juli 2016 motivasi tersebut, kedua kerajaan mempunyai tujuan yang sama. Perbedaan hanya terletak pada upaya: bagaimana bisa berada di kepulauan rempah-rempah. Pengaruh Portugis dan Kedigdayaan Kekuatan Maritimnya Dalam perlombaan menuju negeri harta karun rempah-rempah, ternyata Portugis lebih dulu tiba di sana. Pada 1498, mereka telah berada di India dan 11 tahun kemudian hadir di Malaka (1511). Kurang dari setahun kemudian, de Abreau dengan kapalnya berada di Banda dan kembali ke Malaka dengan muatan pala dan fuli. Sementara Francisco Serrao, pada waktu yang sama, telah menandatangani akta monopoli rempah-rempah (cengkeh dan kayu manis) dengan Sultan Ternate, Bayan Sirullah. Portugis ternyata memenangkan perlombaan ini. Spanyol baru tiba di Tidore pada 1521. Pada perempatan terakhir abad ke-15, setelah menguasai Mesir, armada komersial Turki dan pedagang-pedagang Muslim Arab serta Gujarat bersama para pedagang Melayu, Cina dan Nusantara mulai melayari kepulauan rempah-rempah, secara bersama-sama berhasil mengembangkan Pelabuhan Malaka menjadi menjadi bandar transit bagi perdagangan rempah-rempah Asia Tenggara. Pala dan fili dari Banda, cengkeh dan kayu manis dari Maluku, lada dari Banten dan Sumatera, serta rempah-rempah lain dari Kalimantan dan beras dari Jawa, sutera dan porselen dari Cina, hasilhasil tekstil dari India, Jepang, serta lainnya, cukup tersedia di Bandar Malaka. Perlombaan yang menguntungkan Portugis ini semata-mata terletak pada start yang lebih awal dan jarak tempuh Portugis yang lebih pendek setelah mereka berada di Goa dibandingkan Spanyol. Inilah yang disebut Edward Gaylood Bourn sebagai “absennya pengetahuan perihal dunensi yang benar tentang peta bumi dan informasi tentang letak kepulauan rempah-rempah yang sangat jauh dari bagian timur India, yang diperoleh Magellan melalui Barat.”18 Portugis, dengan ekspedisi bahari Bartholomeus Diaz dan Vasco da Gama, berhasil memecahkan problem mencapai kepulauan rempah-rempah dengan pendaratan mereka di India (Calicut) pada 1498. Kedua pelaut Portugis itu sekaligus merintis dan menciptakan untuk pertama kalinya hubungan maritim antara Barat dan dunia Timur, khususnya antara Eropa dan Timur Jauh, yang akan menjadi sasaran eksplorasi Portugis. Sementara untuk Spanyol, Columbus juga berbuat serupa dan menemukan benua baru Amerika pada 1492, yang merupakan Hindianya Dunia Barat. Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang menjangkau kawasan Timur (Asia) melalui laut. Pada tahun 1498, Portugis membuka jalur pelayaran ke Timur. Vasco da Gama, pemimpin ekspedisi tersebut, sering disebut sebagai perintis sejarah pelayaran Eropa ke Asia Timur. Periode ini dapat disebut pula sebagai awal abad kekuatan maritim Eropa. Perlombaan eksplorasi antara Portugis dan Spanyol berdasarkan garis demarkasi Traktat Tordesillas, tidak lepas dari upaya keduanya mencari, menemukan, memperdagangkan, kemudian menguasai Kepulauan Maluku, yang menyimpan dan menghasilkan harta karun berupa rempah-rempah yang laku keras dan memberikan keuntungan fantastis. Inilah hakikat dan motivasi perlombaan penguasaan maritim dan upaya penemuan daerah-daerah yang disebut sebagai dunia baru oleh Portugis dan Spanyol. Berdasarkan Melalui Tanjung Harapan, Portugis dengan cepat menampakkan kekuatan maritimnya di Laut Arabia dan menaklukkan armada dagang musuh utamanya, bangsa Moor di Dice serta menjarah kapal-kapal dagang mereka dan menduduki sejumlah negeri di kawasan Teluk. Setelah menang di Perjanjian Tordesillas, Portugis dengan cepat memiliki banyak basis 17 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku. Komunitas Bambu, 2009, hlm. 360. Lihat juga; Bourne, Edward G.,“Historical Introduction,” dalam Blairet.al, The Phillippines Islands,Vol.I hal.2 dst. 18 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku. Komunitas Bambu, 2009, hlm. 246-248 13 Laporan Khusus SYAMINA penting di kawasan Timur: Malaka (1511) -pasar rempah-rempah utama, sebuah gerbang untuk masuk ke arah timur dari Eropa; Ambon (1537), Ternate (1530) dan Tidore (1578); Makau (1557) di Cina, di mana mereka membentuk rute yang menguntungkan yaitu Makau-Jepang untuk sementara waktu. Dengan “lebih dari lima puluh benteng dan pabrik, di sepanjang Sofala (pelabuhan di pantai tenggara Afrika) sampai Nagasaki”19 Edisi 10 / Juli 2016 Pada waktu Perjanjian Tordesillas (1494) Portugis belum berlayar sampai Samudera Persia (yang kemudian namanya diubah menjadi Samudra Hindia oleh orang Barat). Pada tahun 1488 Portugis baru sampai di Tanjung Pengharapan di Afrika Selatan. Namun, belum mengetahui jalan ke India maupun Asia Tenggara.22 Tahun 1511 Malaka ditaklukkan Portugis dan dengan demikian terbukalah Banda Kepulauan Maluku dan seluruh wilayah Asia Tenggara. Sejak tahun 1415, Portugis telah meraih banyak kemenangan yang signifikan dalam perang yang dilakukan. Dengan semangat Perang Salib, Portugis berhasil menduduki Centa, kota pelabuhan Maroko di Afrika yang berpenduduk Muslim. Dari sini Portugis secara simultan berhasil memasuki kawasan kawasan Atlantik dan menguasai Kepulauan Canaris, Madeira, Azores, dan Kepulauan Cape Verde. Portugis kemudian meneruskan kampanye melawan Islam dengan motif ekonomi.23 Pada dekade selanjutnya pengaruh Portugis semakin meluas dan perdagangannya tumbuh dengan pesat. Alfonso d’Albuquerque (yang kelak menjadi Raja Muda di Goa [1509-1515]) adalah figur pemimpin yang revolusioner ekspansionis di wilayah Asia Timur. Ia menjadi orang kepercayaan Raja Portugis dan menjadi pemimpin eksekutif pemerintahan merangkap kepala perdagangan. Pada periode 1509 hingga 1520 merupakan masa krusial dalam sejarah ekspansi Portugis di kawasan Asia Timur, karena raja Portugis begitu berambisi untuk menyebarkan institusi-institusi pemerintahannya (kolonialisme) ke Asia Timur secara permanen. Keuntungan Perdagangan Rempah-rempah yang Menggiurkan Pada abad pertengahan hingga akhir abad ke18 rempah-rempah merupakan komoditas yang paling dicari. Rempah-rempah menjadi sangat penting di Eropa karena berbagai kegunaan yang dimilikinya. Pada musim dingin, di mana daging segar susah didapatkan karena ketiadaan pakan untuk ternak, solusi terbaik adalah dengan mengawetkan daging dengan menggunakan garam. Untuk menghilangkan rasa asin dan bau tengik dari daging yang mulai membusuk maka digunakanlah rempah-rempah untuk menyamarkannya. Selain berfungsi memberi rasa pada ikan atau daging yang diawetkan rempah dipercaya sebagai peningkat gairah seksual, obat berbagai penyakit, serta dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik.24 Paruh Pertama abad ke-16 merupakan zaman keemasan Kerajaan Portugis di laut. Saat itu hanya ada dua kekuatan yang cukup perpengaruh yaitu Portugis dan Spanyol.20 Tahun 1498 da Gama tiba di India dengan dipandu oleh seorang navigator Muslim, Ahmad bin Abdul Majid. Menurut Sir R.F. Burton, Ahmad bin Abdul Majid adalah yang pertama menemukan kompas.21 Sampai abad ke-16, kalangan gereja Katolik dan Protestan belum memahami konsep bahwa bumi bulat. Ketika ada gerejawan yang menyatakan dunia bulat akan dibakar hidup-hidup. Bahkan Marten Luther sekalipun sebagai pencetus Kristen Protestan juga menolak pemahaman bahwa dunia bulat, karena pemahaman bahwa dunia bulat berasal dari pakar geografi Islam. Sebab kedua karena sangat menguntungkan untuk diperdagangkan. Hal ini dapat diketahui dari perbedaan harga antara pasar Maluku dan pasar Malaka serta Eropa. Harga satu bahar (456 19 Nguyen Thi Ha Thanh, European Trade on the Far East and the Mercantile Relationship with Vietnam from the 16th to 19th Century, hlm.354 20 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku. Komunitas Bambu, 2009, hlm. 1-2 21 Sir Thomas Arnold (ed), 1965. The Legacy of Islam.Oxford University Press.London, hlm.96. 22 Ahmad Mansur S. Api Sejarah 1, Op.Cit, hlm.159 23 M. Adnal Amal, Portugis dan Spanyol, op.Cit., hlm.126. 24 Cheviano E. Alputila, Pasang Surut Penyebaran Agama Katolik Di Maluku Utara Pada Abad 16-17, Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 1, Balai Arkeologi Ambon Juli 2014, hlm. 2 14 Laporan Khusus SYAMINA lb, atau setara 309 kg) di Maluku hanya dua ducat (satu ducat=5,25). Sementara di Malaka harganya mencapai 10 ducat (525 gulden), yang untuk ukuran saat itu termasuk sangat tinggi. Di pasar Calcutta, harga cengkeh naik tajam menjadi 500600 fanom (satu fanom=satu real) dan cengkeh raja mencapai 700 fanom. Pada 1600 harga satu pon25 cengkeh di Maluku hanya setengah penny26, tetapi di pasar Eropa bisa mencapai 16 poundsterling atau 32.000 %. Edisi 10 / Juli 2016 ini berangkat dengan lima kapal, satu kabur dan kembali ke Sevilla, tiga lainnya karam dan rusak. Yang berhasil kembali dengan muatan cengkeh tinggal satu kapal. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan muatan satu kapal itu dapat menutup kerugian ketiga kapal yang rusak dan karam dan masih tersisa keuntungan yang cukup bagi raja dan awak kapal yang selamat.27 Misi da Gama sebenarnya bukan untuk penelitian atau mempelopori pelayaran tetapi untuk berdagang. Dari pelayaran pertama ke India da Gama memperoleh keuntungan lebih dari 600% (enam kali lipat) dari seluruh biaya eksploitasi, mulai dari pembuatan kapal, barang dagangan yang di bawa hingga biaya hidup serta gaji para ABK selama hampir satu tahun. Saat itu, keuntungan dagang senilai 600% hampir mustahil diperoleh. Seorang pedagang Arab pernah menyatakan: “Bila Anda memuat cengkeh ke empat kapal dan tiga kapal tenggelam, maka dengan keuntungan dari penjualan muatan satu kapal yang tersisa, kerugian yang ditimbulkan oleh kapal lainnya dapat kembali dan sisanya masih cukup besar bagi Anda!” Pernyataan pedagang Arab tersebut pernah terjadi pada ekspedisi Magelhaens. Ekspedisi Rute Pelayaran Vasco da Gama 25 satu pon = 0,54 kg 26 Penny = mata uang Inggris (poundsterling). 100 penny = satu poundsterling 27 15 M. Adnal Amal, Portugis dan Spanyol, op.Cit., hlm.357. lihat juga; Crafton, R.H.A., A Pegeant of the Spice Islands, London: John Bale, Sons & Danielson Ltd, 1936, hal. 4 dst. Laporan Khusus SYAMINA lautnya seperti China yang sebelumnya merajai Samudra Hindia telah menarik diri. Demikian juga dengan Majapahit di Jawa yang telah melemah. Kedaan ini sangat menguntungkan bagi Portugis sebagai negara maritim untuk melakukan aksi penjajahannya. Pada tahun 1503, Portugis mendirikan Casa da India (wisma India), semacam kantor dagang yang mengatur regulasi monopoli perdagangan emas di Guinea. Di sinilah emas dibarter dengan rempahrempah Maluku, merica Banten dan Sumatera, yang selanjutnya diangkut ke Lisboa dan diekspor ke seluruh Eropa. Pada permulaan abad ke-16, hanya tiga negara Asia yang memiliki angkatan laut cukup kuat, yaitu Mamluk di Mesir dan Syiria, Kerajaan Gujarat di India, Turki, dan Jepara (Demak) di Jawa.29Negerinegeri ini memilki kapal cukup banyak, baik yang berukuran besar maupun kecil, dan dipersenjatai dengan berbagai meriam kaliber besar dan ringan. Monopoli Portugis sebenarnya tidak didukung modal yang besar, tetapi dibangun dengan intrikintrik politik dan kekuatan Militer. Intrik politik yang dilakukan bahkan kadang terlalu kasar dan kotor. Portugis tidak seperti Inggris atau Belanda yang memiliki perekonomian yang berkembang serta memiliki industri sendiri yang bisa memberikan kemakmuran untuk rakyatnya. Oleh sebab itu, untuk mendukung ekonomi rakyatnya yang lemah, Portugis memainkan intrik-intrik politik dengan membodohi dan menipu para sultan dan pemimpin lokal di daerah-daerah yang di kuasai. Dengan kondisi seperti itu hampir tidak ada rintangan untuk mencapai kemenangan total terhadap Islam, sehingga Portugis berharap bahwa kelak ia akan menemukan kerajaan kristiani di kawasan Timur, seperti dimitoskan Frater John. Impian ini kemudian dijelmakan di Maluku dengan Proklamasi pada tahun 1544 oleh Don Manuel Tabraji (Sultan Ternate yang dimurtadkan Portugis) yang menyatakan kerajaannya sebagai Kerajaan Kristen di bawah Raja Portugis.30 Dengan monopoli, Portugis bisa membeli barang dagangan dengan harga murah, bahkan kadang diambil paksa dan tidak dibayar sama sekali. Seperti yang terjadi di Maluku, rempah-rempah berkualitas bagus dibayar dengan harga murah, kemudian pajak penjualan yang tinggi masih dibebankan pada rakyat yang memproduksinya. Ketidakakuratan timbangan juga menjadi alat pemeras yang mencekik rakyat. Misi Agama dan Perdagangan Bagi Portugis, terdapat dua alasan untuk menjelaskan kemajuan mereka di bidang pelayaran. Pertama, ekspansi bangsa Lusitania ini didukung oleh pemimpinnya saat itu, yaitu Raja Henry ‘Si Pelaut’ (1394-1460 M) yang mendorong pelautpelaut Portugis untuk melakukan penemuan daerah baru. Kedua adalah pengejaran terhadap orangorang Moor (Islam) pasca perang salib. Kebencian terhadap Islam terjadi karena dendam bangsa Portugis dan Spanyol yang sempat dikuasai lima abad lamanya (700-1250 M) oleh bangsa Muslim dari Afrika Utara. Untuk mewujudkan hal tersebut, Raja Henry berusaha untuk mengembangkan perdagangan Portugis dengan cara menguasai perdagangan rempah-rempah.31 Oleh sebab itu, keuntungan Portugis dari perdagangan rempah-rempah Maluku dan daerah sekitarnya (pala dari banda, merica dari Banten dan Sumatera serta gula dari Madura) berlipat ratusan persen. Karena dibeli dengan murah atau bahkan gratis dan dijual dengan harga yang sangat mahal. Walaupun dijual sangat mahal tetapi rempahrempah dari kawasan ini laku keras di Eropa. Hal ini terjadi karena tidak ada saingan lain di Eropa. Monopoli dan dominasi berlangsung sampai akhir abad ke-16.28 Kondisi lokal di berbagai wilayah telah memuluskan armada Portugis dalam ekspansinya ke Asia Timur dan Tenggara. Negeri-negeri di Asia Timur dan Tenggara saat itu tidak memiliki angkatan laut yang kuat. Negara yang kuat angkatan 28 Edisi 10 / Juli 2016 29 Elton G.R., The New Cambridge Modern History, Vol II, (Cambridge at the university Press, 1968), hlm. 592 dalam M. Adnan Amal, Portugis dan Soanyol Op.Cit., hlm.127 30 M. Adnan Amal, Portugis dan Soanyol Op.Cit., hlm.127 31 Cheviano E. Alputila, Pasang Surut Penyebaran Agama Katolik Di Maluku Utara Pada Abad 16-17, Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 1, Balai Arkeologi Ambon Juli 2014, hlm. 2 M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm. 2-3 16 Laporan Khusus SYAMINA Andaya menyebut bahwa tujuan para fidalguia32 di Asia ada tiga: (1) untuk melanjutkan perang melawan Islam (Moor) ke wilayah-wilayah kekuasaan bangsa Moor; (2) untuk meningkatkan harkat dan martabat mereka dengan pencapaian prestasi peperangan atau pengabdian yang luar biasa pada raja Portugis; dan (3) memperkaya diri dan menjamin kelangsungan status dan gaya hidup mereka dan keluarganya.33 Edisi 10 / Juli 2016 Timur. Pertama, ideologi agama menginginkan pembagian perdagangan yang mengalir dari Asia ke Eropa, dan kedua, menyerang dan memberi pukulan langsung pada orang-orang Muslim yang menjadi musuhnya pada Perang Salib yang berlangsung sebelumnya. Menurut Raja Manuel, perang hendaknya tidak menghalangi untuk mengambil keuntungan dari perdagangan, perang dan perdagangan bisa berjalan bersama. Perang terhadap Muslim di Asia Timur yang dilancarkan Portugis berarti juga serangan terhadap Arab yang sudah memiliki cengkeraman yang kokoh dalam perdagangan di kawasan itu.35 Kebiasaan Portugis menyebut semua Muslim yang mereka temui sebagai ‘Moor’ yang diidentikkan dengan bangsa Muslim Maroko di Afrika Utara yang selama ini mereka musuhi. Maka ketika bertemu Muslim di Mindanao mereka sebut sebagai orang Moor (Mouros).34 Sebutan itu berlangsung sampai sekarang, bangsa Muslim di Mindanau disebut sebagai orang Moro. Pemikiran raja manuel tersebut menjadi pedoman bagi seluruh aparat Portugis, terutama para pimpinan armada dan militer. Dengan dasar doktrin ini pula pelayaran-pelayaran ke India dimulai Vasco da Gama pada 1498, disusul ke Afrika Timur dengan menduduki swabuli, dan dari Somalia ke Safala yang menutup hubungan ArabIndia melalui Tanjung Harapan dan Teluk Persia. Pada tahun 1500 Portugis telah berada di Kilwa dan Mombasa, Malindi serta Pate di Afrika Timur. Setelah Goa diduduki, Gujarat, Chocin dan Ormuz (1515) yang berpenduduk Muslim juga mengalami nasib yang sama.36 Masa itu, Raja Portugis adalah pelindung gereja Katolik Roma. Walaupun gereja adalah institusi mandiri, tetapi Raja Portugis mempunyai kontrol yang absolut atasnya. Hal ini terjadi karena separoh dari seluruh pembiayaan gereja berasal dari kerajaan. Portugis tidak terpengaruh dengan reformasi Protestan di Jerman, Belanda dan negara Eropa lainnya. Ia menjadi ujung tombak misi Katolik Roma abad ke-16 yang mengembangkan the Society of Jesus (Jesuit). Raja kemudian merekrut Xavier sebagai pembabtisnya ketika akan melakukan misi penginjilan di daerah jajahan yang baru dikuasanya seperti India, Malaka dan Maluku. Francis Xavier adalah salah seorang pendiri Jesuit bersama dengan Ignatius Loyola. Salah satu sebab mengapa Portugis begitu getol memburu Muslim yang mereka sebut orang Moor adalah; hasrat untuk mendepak para pedagang Arab, Turki, dan Gujarat dari jaringan perdagangan di kawasan tersebut. Sebab hingga tahun 1500 jalur perdagangan di Asia Timur dan Tenggara dikuasai para pedagang Islam tersebut. Para pedagang Arab, Turki, dan Gujarat mendominasi jalur perdagangan di sekitar laut Arab, Afrika Timur hingga Teluk India dan kepulauan Asia Tenggara. Mereka memegang peranan kunci dan berpengaruh kuat dalam aktivitas perdagangan dari Gujarat dan Malabar hingga Malaka dan dari Aceh hingga Maluku, Banda dan Ambon dengan armada kapal besar dan kecil, akan tetapi kontruksi kapalnya yang tidak menggunakan besi dan tidak dipersenjatai Ekspansi Portugis juga tidak terlepas dari misi untuk memburu orang-orang Moor (Islam), setelah khilafah Bani Umayah di Spanyol mulai runtuh dan berakhir dengan jatuhnya kota kaum Muslim Granada pada tahun 1492 ke tangan pasukan Spanyol. Seperti diungkapkan G.R. Elton, Raja Manuel dari Portugis mempunyai dua agenda dalam ekspansinya di kawasan Asia 32Atau fidalgo sebutan untuk kaum bangsawan Eropa 33 Leonard Y. Andaya, Dunia Maluku, Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal, edisi terjemah Bahasa Indonesia, Penerbit Ombak 2015, hlm. 25-26 34 C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825, The History Of Human Society, General Editor: J. H. Plumb, Hutchinson of London, hlm.44 35 36 17 Elton G.R., The new Cambridge Modern History, Vol II, (Cambridge at the university Press, 1968), hlm 592 dalam M. Adnan Amal, Portugis dan Soanyol Op.Cit., hlm.125-126 M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.126 Laporan Khusus SYAMINA dengan meriam membuat kapan mereka mudah dikalahkan kapal Portugis.37 Hanya dalam tempo empat bulan setelah Malaka jatuh, pada akhir Desember 1511 d’Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah pimpinan orang kepercayaannya, Antonio d’Abreau, yang menakhodai salah satu kapal sebagai kapal komando. Sementara dua kapal lainnya dikomandoi Francisco Serrao dan Simao Alfonso Bisigudo. Persaingan antara Johor, Aceh dan Malaka memuluskan usaha Portugis menguasai Malaka. Selain berusaha untuk menguasai perdagangan rempah-rempah, setiap gubernur Portugis yang bertugas di Maluku Utara memiliki tugas lain yaitu menyebarkan Katolik kepada siapapun yang ditemui. Hubungan kerajaan Portugis dan Spanyol dengan agama Katolik pada abad pertengahan lazim disebut padroado. Agama menguasai seluruh sendi kehidupan masyarakat sehingga Gereja Katolik sebagai lembaga pengayom berada di atas pemerintahan yang berkuasa. Dengan kata lain kerajaan sebagai abdi dari gereja wajib melindungi agama Katolik dari ancaman-ancaman dan mendukung penyiarannya sampai keluar negara.38 Nakoda Ismail, seorang pedagang Melayu yang punya banyak pengalaman pelayaran ke Maluku, diminta menjadi pemandu ekspedisi Portugis itu. Dia menggunakan jung Cina sebagai kapal pemandu, yang berlayar paling depan menuntun ketiga kapal Portugis pimpinan d’Abreau. Pelayaran ini merupakan pelayaran armada Eropa pertama di perairan Nusantara. Kedatangan Portugis, Disambut sebagai Tamu Penaklukan Malaka mempunyai arti penting bagi strategi perdagangan Portugis. Malaka dijadikan sebagai markas besar armadanya untuk mengontrol perdagangan di seluruh wilayah Asia Timur dan Tenggara, seperti; Cina, Siam, Annam dan Maluku. Kapal-kapal Portugis dapat berpatroli ke seluruh kawasan tersebut dengan intensitas tinggi, sehingga kapal-kapal negara lain yang selama ini mengakses rempah-rempah Maluku, Banten dan Sumatera (seperti kapal Arab, Turki, Cina, Gujarat, Siam dan Melayu) dapat digiring ke pelabuhan Malaka untuk membeli rempahrempah di sana. Dengan cara seperti itu Portugis memperoleh keuntungan yang fantastis. Kapalkapal Portugis juga mengeksplorasi pelabuhanpelabuhan niaga di Jawa (seperti Tuban dan Gresik), Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Pelabuhan pertama yang disinggahi ekspedisi Portugis ini adalah Gresik, sebuah pelabuhan niaga utama di pantai Utara Pulau Jawa. Eskader d’Abreau lego jangkar di Lutotao, kota pelabuhan niaga Pulau Banda Besar, pada awal 1512. Penduduk Banda menunjukkan sikap simpatik kepada para pendatang Eropa tersebut. D’Abreau, selaku pimpinan eskader, membeli sebuah jung Cina untuk menggantikan kapal Serrao, kemudian ketiga kapal tersebut dipenuhi dengan muatan rempah-rempah berupa pala dan fuli. Tidak semua rempah-rempah itu dibeli. Sebagian diperoleh dengan menukarkannya dengan bahan pakaian dari katun buatan Kambayan. Nakhoda Ismail juga mengisi junknya dengan rempah-rempah, kemudian berlayar menuju Hitu di Ambon, untuk selanjutnya kembali ke Malaka melalui Gresik. Setelah Malaka ditaklukkan pada Juli 1511, pikiran Alfonso d’Albuquerque mulai terfokus pada kepulauan rempah-rempah penghasil pala (Banda) dan cengkeh (Maluku). Portugis memandang kepulauan rempah-rempah (spice islands) begitu penting dan harus segera dikuasai. Rempahrempah yang dihasilkannya memiliki perbedaan harga sangat mencolok di pasar Malaka dan Eropa ketimbang di pulau asalnya. 37 38 Edisi 10 / Juli 2016 Eskader de Brito memutuskan menunggu angin muson dan kembali ke Malaka pada triwulan pertama tahun itu juga (1512), tanpa menggunakan pemandu. Junk Serrao bertolak paling akhir dan sempat merekrut beberapa Muslim Banda sebagai kru kapal. Setelah melewati bagian barat Pulau Banda, kapal Serrao diamuk badai dan perlahanlahan mulai rusak, kemudian terhempas di gugusan karang Pulau Nusa Penyu. C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825. Op.Cit., hlm. 44, lihat juga; M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.127 Cheviano E. Alputila, Op.Cit., hlm.2 18 Laporan Khusus SYAMINA Serrao dan kru kapalnya akhirnya mendarat di pulau yang tidak berpenghuni itu, tanpa air dan makanan. Informasi yang disampaikan kru Muslim dari Banda kepada Serrao menyatakan bahwa para perompak dan bajak laut yang di dikenal dengan sebutan Celates dan Badjau secara berkala datang ke pulau itu dan menangkap siapa saja serta merampok barang apa saja yang mereka temukan. jauh, serta orang-orang besi yang akan menjadi penduduk kawasan Ternate dan akan memberikan kemenangan dan kemakmuran kepada Maluku. Oleh sebab itu, Sultan Bayan menyambut hangat kedatangan Serrao, sebagai “seseorang dari belahan bumi yang jauh”. Serrao diperlakukan sebagai tamu kerajaan setibanya di Ternate. Dan selaku tamu kerajaan, ia memperoleh berbagai kemudahan. Selain pemberian hak monopoli perdagangan cengkeh, Serrao juga diberi jabatan sebagai penasihat Sultan dan Kerajaan serta Komandan Tentara Kerajaan, yang mendampingi Kapita Laut. Dengan pemberian hak monopoli tersebut, untuk pertama kalinya dunia tata niaga cengkeh di Maluku dimonopoli oleh Portugis. Setelah berunding dengan krunya, akhirnya diputuskan menyergap para perompak yang datang dan merampas perahu mereka. Beberapa hari kemudian, muncul sebuah perahu mendekati Pulau Penyu. Serrao dan kru kapalnya bersembunyi di semak-semak dan setelah perahu para perompak itu merapat ke darat, Serrao dan krunya menyerbu mereka. Tetapi, perundingan segera terjadi dan para perompak bersedia mengantarkan Serrao beserta krunya ke salah satu pelabuhan di Pulau Nusa Tellu (Tiga Bersaudara) di pantai barat Hitu (Ambon Utara). Sultan Bayan juga berpesan kepada Serrao bahwa apabila ia tiba kembali di Portugis, ia harus berupaya meyakinkan Raja Don Manuel untuk membangun sebuah benteng Portugis di Ternate dan tidak di tempat lain. Pada 1522, usai pembangunan Benteng Gamlamo, Portugis menempatkan gubernur pertamanya, Antonio de Brito, mantan komandan benteng tersebut. Berita kedatangan Serrao di Nusa Tellu, sampai ke telinga Sultan Ternate, Bayan Sirullah alias Boleif alias Abu Lais dan Sultan Tidore, Al-Manshur. Kedua sultan itu berpacu untuk menjemput dan memboyong Serrao ke kerajaan mereka masingmasing untuk merangkul dan menarik mitra asing ke pihaknya. Dalam suratnya kepada Raja Portugis, yang kemudian dikirim dengan ekspedisi pertama, Sultan Bayan juga menyatakan bahwa negerinya beserta semua isinya dipersembahkan kepada Portugis dan ia meminta bantuan Portugis untuk dapat mempertahankannya. Sultan Bayan juga sempat mengirimkan kembali dua kru Serrao ke Portugis seraya menitipkan pesan agar lebih banyak orang Portugis terlibat dalam bisnis rempah-rempah. Sultan Bayan dari Ternate mengirimkan sembilan juanga yang dipimpin saudaranya sendiri, Kaicil39 Vaidua (Kaicil Kuliba), dengan tugas menjemput dan memboyong Serrao beserta sembilan kru Portugisnya ke Ternate. Sultan Bayan Sirullah sendiri sebelumnya dikenal sebagai Kolano40 Majira. Serrao menerima tawaran Sultan Bayan dan ikut Kaicil Vaidua ke Ternate. Tidak lama kemudian, juanga yang dikirim Sultan Tidore tiba, tetapi Serrao dan krunya sudah dalam perjalanan menuju Ternate. Selama berada di Ternate, Serrao tinggal di istana Sultan Bayan. Tidak berapa lama kemudian, sebuah jung Portugis di bawah Kapten Alvaro do Cocho dan Pilot Luis Batin tiba di Ternate. Inilah kapal Portugis pertama yang membawa dokumen dari Maluku ke Portugis. Francisco Serrao memanfaatkannya untuk menulis surat kepada Raja Portugis, Don Manuel, sekaligus mengirim beberapa kru Portugisnya.41 Bagi Kerajaan Ternate, kedatangan Serrao memiliki makna amat penting. Sultan Ternate adalah seorang peramal (astrolog). Ia telah memberi tahu ramalannya kepada rakyat Ternate tentang kedatangan seseorang dari belahan bumi yang 39 40 Edisi 10 / Juli 2016 Sebutan untuk anak raja (pangeran) Sebutan untuk raja pada masa lalu 41 19 M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol.Op.Cit.,hlm. 20-25 Laporan Khusus SYAMINA Pemberian Hak Monopoli Edisi 10 / Juli 2016 Tetapi, kedua alasan itu hanya mampu bertahan selama sepuluh tahun pertama. Pada 1521, tiba di Tidore dua kapal Spanyol—Victoria dan Trinidad— yang merupakan sisa armada Magellan. Kedua kapal itu dipimpin Elcano. Ketika tiba di Tidore, kedua kapal itu mendapat sambutan hangat Sultan Al-Manshur. Tidak sampai dua tahun setelah kedatangan Serrao di Ternate, Sultan Bayanullah memberikan hak monopoli perdagangan rempah-rempah kepada Portugis. Ada dua alasan yang menjadi dasar pemberian hak tersebut: Pertama, untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dan pendapatan Kerajaan, karena Portugis awalnya bersedia membayar dengan harga lebih mahal ketimbang para pedagang Jawa, Arab, Cina dan Melayu selama ini. Kedua, untuk membangun power bagi Kerajaan Ternate dalam persaingannya dengan kerajaan-kerajaan lain di Maluku (terutama Tidore). Sebab, mempunyai mitra asing dipandang lebih kuat dan lebih handal ketimbang mitra lokal, karena mitra asing Portugis itu memiliki persenjataan modern, seperti bedil, meriam dan kanon. Keadaan pun berubah secara drastis. Spanyol membayar harga cengkeh hampir dua kali lipat dari yang dibayar Portugis, serta memborong semua cengkeh yang ada di Tidore dan Makian. Sejak itu, harga jual cengkeh rakyat di Tidore dijadikan tolok ukur, sehingga pasokan cengkeh untuk Portugis di Ternate mulai berkurang. Kedatangan sisa armada Magellan di Tidore itu membuat situasi ekonomi dan militer di Maluku ikut berubah, khususnya persaingan antara Ternate dan Tidore. Sultan Bayan sendiri sempat menyurat kepada Raja Portugis di Lisboa meminta segera mendirikan benteng di Ternate: “Jangan di tempat lain, tetapi di Ternate,” demikian Sultan Bayan menggarisbawahi suratnya.43 Sekali lagi, persaingan dan permusuhan antara Ternate, Tidore dan kerajaan di sekitarnya memuluskan usaha Portugis menguasai dan menjajah Maluku. Hal serupa juga terjadi di Malaka dan Kalikut India saat Portugis berusaha menguasai daerah tersebut.42 Gambar Silsilah Raja Ternate 42 C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825. Op.Cit., hlm. 50 43 20 M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.25-26 SYAMINA Laporan Khusus Mengamankan Monopoli Kekuasaan Sultan dan Menggembos membumihanguskannya. Usai menyerang Mareku, pasukan Portugis dan Ternate menyerang Makian, Kayoa dan Gane Barat (Halmahera), wilayah Kerajaan Tidore. Setelah takluk, ketiga daerah tersebut diserahkan kepada Ternate. Kebijakan utama yang dijalankan Portugis di Maluku ialah mengamankan monopoli rempahrempah dari berbagai rongrongan dan pelanggaran. Yang dipandang sebagai pelanggar adalah para pedagang Makassar, Jawa, Gujarat, Arab dan Cina, karena mereka merasa Portugis telah merampas lahan bisnis yang telah ditekuninya sejak puluhan tahun. Tetapi, perongrong terbesar yang tiba sepuluh tahun kemudian adalah Spanyol, yang bekerja sama secara resmi dengan Kesultanan Tidore. Tatkala popularitas Pangeran Taruwese mulai merosot, saudara tirinya, Pangeran Boiyako, seorang yang saleh dan berperangai murah hati, muncul sebagai tokoh tandingan. Karena itu, Pangeran Taruwese merekayasa beberapa potong bukti lalu secara terbuka menuduh Pangeran Boiyako melakukan guna-guna dan mengancam untuk membawa dia ke pengadilan, sementara dia sendiri akan bertindak sekaligus sebagai penuntut umum, juri dan hakim. Pangeran Boiyako yang dilanda rasa bingung mencari dan mendapat perlindungan di benteng Portugis. Tapi akibat merasa bahwa juga di sana ia tak bisa luput dari niat jahat Taruwese, ia menjatuhkan diri dari menara dan menemukan ajalnya. Bagi Portugis, cengkeh merupakan salah satu primadona perdagangan—bukan hanya di seluruh Asia, tetapi juga di Eropa—dengan harga jual yang sangat mahal. Ia memberikan keuntungan berlimpah ruah. Atas dasar mengail keuntungan besar itulah, Portugis membangun Benteng Gamlamo dan kekuatan militernya di Ternate. Tetapi, Portugis juga sadar bahwa Kerajaan Ternate, sebagai produsen cengkeh terbesar di Maluku, tidak boleh terlalu kuat. Ternate tidak boleh dibiarkan tumbuh menjadi kerajaan yang secara militer melebihi Portugis. Kerajaan ini harus terus diawasi dan digembosi kekuatannya sehingga tidak menjadi ancaman potensial bagi Portugis. Itulah sebabnya, kebijakan yang dijalankan para gubemurnya di Maluku kadang bertentangan dengan pandangan-pendangan Raja Portugis sendiri. Taktik penggembosan kekuasaan para sultan Maluku sering dilakukan dengan kekerasan.44 Tetapi maut sebagai hukuman yang pantas sedang mendekati Taruwese. Seekor babi milik Kapten Menesez terlepas dari kandangnya di dalam benteng dan berlari-Iari di kota. Rakyat Ternate, yang semua orang Muslim dan haram tersentuh binatang najis itu, membunuh binatang tersebut. Menesez menuduh kepala ulama di balik perbuatan itu dan memenjarakan dia di dalam benteng. Orang kota segera berbondong-bondong memprotes tindakan Menesez. Menesez pun mengalah terhadap tekanan umum dan membebaskan tahanannya. Ulama yang berang langsung menyerukan jihad atau perang suci terhadap kaum kafir. Dalam waktu singkat orang Portugis boleh dikata terkurung di dalam bentengnya. Mereka diganggu serta diboikot oleh penduduk, dan tidak dapat memperoleh perbekalan setempat yang sangat mereka butuhkan. Serdadu yang lapar berusaha memperoleh bahan makanan di pulau yang berdekatan, tetapi mereka diusir dengan kekerasan oleh rakyat. Kekejaman Portugis Membangkitkan Perlawanan Dari 19 orang Gubernur Portugis yang pernah berkuasa di Maluku, hampir semuanya menegakkan kekuasaannya melalui jalan perang. Gubernur pertama, Antonio de Brito (1522-1525), memulai kariernya dengan menyerang Tidore dua tahun setelah memangku jabatan, dengan alasan sepele yang sebenamya dapat diselesaikan oleh seorang Kepala Desa. De Brito, dengan bantuan Wakil Sultan Ternate, Taruwese dan pasukannya menggempur ibu kota Tidore, Mareku, kemudian 44 Edisi 10 / Juli 2016 Lalu, Menesez menangkap tiga tua-tua desa dan mengancam mereka dengan hukuman yang mengerikan, kalau mereka tidak bisa membujuk rakyat untuk memperlihatkan penyesalan dengan M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.26-27 21 Laporan Khusus SYAMINA Gubernur Portugis yang tangannya paling berdarah adalah Tristao de Atayde (1534-1537). Ketika Bacan menolak permintaannya menyerahkan cengkeh, ia langsung menyerang kerajaan itu dan meratakan dengan tanah kompleks pemukiman kerajaan. Ia juga memerintahkan pasukannya merusak dan membongkar pemakaman kerajaan. Tulang belulang dikeluarkan dan diancam akan digergaji hingga terpenggal-penggal, kecuali Sultan Bacan menyerahkan sejumlah uang tebusan. Setelah pembayaran uang tebusan, tulangbelulang itu kembali dimasukkan ke dalam tanah dan dikuburkan. cara menyerahkan perbekalan. Tua-tua itu menolak dan hukuman pun menimpa mereka. Pengawal kapten menghunus pedangnya dan memotong tangan dari dua tahanan mereka hingga putus; orang ketiga dilemparkan ke anjinganjing buldog galak yang mengoyak dagingnya dan menggiringnya masuk laut. Dalam sakaratul mautnya, tua-tua itu memegang dan menggigit kuping salah seekor anjing erat-erat, dan membawa anjing itu bersama-sama dengan dia ke dasar laut. Taruwese berusaha mengembalikan popularitasnya dan kekuasaannya dengan tampil sebagai pemimpin suatu pemberontakan terbuka yang dilancarkan di seluruh daerah. Rakyat Tidore bergabung dengan rakyat Ternate dalam usaha pembalasan dendam atas orang Portugis. Kapten Menesez menggunakan taktik nekad karena sudah merasa terpojok. Atayde juga bernegosiasi dengan Katarabumi, Mangkubumi Kerajaan Jailolo. Dengan alasan Sultan Zainal Abidin masih di bawah umur dan sakit-sakitan dan karena Jailolo bersekutu dengan Spanyol yang akan mendepak Portugis dari Maluku, Atayde menyerang Jailolo. Sultan Zainal Abidin dibawa ke benteng Ternate “untuk memulihkan kesehatannya” dan Katarabumi diangkat sebagai pejabat Sultan Jailolo, kemudian menjadi sultan definitif dengan gelar Kolano. Sejak itu Zainal Abidin bukan hanya tak kembali lagi ke Jailolo, tetapi hilang tak tentu rimbanva. Ia menangkap Pangeran Taruwese, yang dengan tidak hati-hati berkunjung ke benteng untuk mengajukan tuntutan. Ia kemudian dibelenggu dan dipenjarakan. Menesez menuduh dia serentetan panjang kejahatan, termasuk pembunuhan dan pengkhianatan. Ia dibaringkan di atas alat penyiksaan dan disiksa untuk mengorek pengakuan, dan kemudian diserahkan kepada para algojo. Pada hari Minggu pagi pada permulaaan tahun 1530 kepala Taruwese dan potonganpotongan tubuhnya yang masih segar dipamerkan di tembok benteng. Gubernur yang dianggap paling sukses dalam tugasnya, Antonio Galvao (1537-1540), juga melakukan perang melawan Tidore, Bacan dan Jailolo. Tidore digempur hingga babak belur. Ibukotanya yang baru dibangun dibumihanguskan dan desa-desa yang berada di sekitar benteng dibakar. Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain dipaksa turun tahta dan atas nama Raja Portugis hendak diggantikannya dengan Kaicil Rade, Kapita Laut Tidore. Tetapi, usaha suksesi ini ditolak Kaicil Rade karena tidak ingin mengkhianati kakaknya. Usai menggempur Tidore Galvao bertolak ke Jailolo, tetapi topan memaksanya kembali ke Ternate. Seluruh kepulauan bangkit dalam demonstrasi kebencian dan kekerasan yang ditujukan pada orang Portugis. Kapten Menesez dan pasukannya tersekap bersama-sama di dalam benteng mereka, dengan jatah makan setengah takaran dan persediaan mesiu yang sudah berkurang sampai ke titik kritis. Mereka hanya dapat menunggu keajaiban. Lalu, seperti yang sering terjadi dalam masa-masa darurat, seorang kapten Portugis tiba untuk menggantikan Menesez, dan muncullah keadaan yang kelihatan memberikan kesempatan untuk memuiai suatu lembaran sejarah yang baru.45 45 Edisi 10 / Juli 2016 Gubernur Berenaldin de Sousa dua kali menjabat Gubernur Portugis di Maluku. Pada masa jabatan pertama (1547-1549), ia tampak begitu tenang dan cukup santun. Tetapi, sebelum mengakhiri masa jabatan keduanya (1550-1552), ia memimpin sendiri pasukan menyerang Jailolo bersama pasukan Ternate yang dipimpin Khairun. Wiliard A. Hanna & Des Alwi, Ternate dan Tidore Masa lalu Penuh Gejolak, Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 1996, hlm. 43-46 22 Laporan Khusus SYAMINA kepada mereka untuk mengambil makanan rakyat dengan cara apapun tanpa dibayar. Maka terjadilah perampokan di Kampung Tobona. Karena rakyat Tobona tidak mau menyerahkan makanan mereka, terjadilah perkelahian massal antara rakyat melawan tentara. Serangan Portugis ke Jailolo kali ini, selain berhasil melengserkan Kolano Katarabumi, juga mengakhiri eksistensi Jailolo sebagai sebuah kerajaan. Katarabumi yang perkasa dipaksa meninggalkan tahtanya (1551) dan kerajaannya berubah status menjadi sebuah distrik yang dipimpin seorang sangaji46 di bawah Kerajaan Ternate. Ketimbang Jailolo, Tidore dan Bacan lebih beruntung. Walaupun diserang berkali-kali, keduanya tetap eksis sebagai kerajaan. Sementara Jailolo tenggelam dan tak pernah timbul kembali. Sebagai kerajaan tertua dan terbesar di Maluku yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Halmahera, lenyapnya eksistensi Kerajaan Jailolo sangat menyedihkan. Beberapa tentara Portugis mati terbunuh, demikian pula rakyat Tobona yang membela haknya. Akibatnya, de Menezes memerintahkan Kaicil Darwis menyerahkan Sangaji Tobona kepadanya. Darwis mengira Sangaji akan ditahan untuk sementara lalu dibebaskan. Tetapi, nasib buruk menimpa Sangaji akibat ulah de Menezes. Kedua pergelangan tangan Sangaji Tobona dipotong, kemudian tangannya diikat di belakang punggungnya. Dua ekor anjing galak dilepaskan dan mulai mengeroyok Sangaji serta mencabikcabik seluruh tubuhnya. Sangaji mula-mula membela dirinya dengan balik menggigit anjing itu. Tetapi, karena tangannya terikat, ia tidak dapat berbuat banyak. Sangaji Tobona tewas dan mayatnya dicampakkan ke laut. Gubernur Jorge de Menezes (1527-1530) dan Tristao de Atayde adalah figur yang lemah dalam kepemimpinan, miskin pengalaman, dan tidak berbakat. Untuk menutupi semua kelemahan itu, dia berlaku kejam agar ditakuti rakyat dan terlihat berwibawa. Dalam menjalankan tugasnya, tak segan-segan melakukan kekejaman yang mendatangkan maut. Daftar kekejaman de Menezes masih bisa diperpanjang lagi dengan sejumlah hukuman sadis yang dijatuhkan kepada para petinggi Kerajaan Ternate, berupa eksekusi mati tanpa melalui pengadilan. Mereka yang dieksekusi adalah: Hukum Soasio dan Kaicil Darwis. Tanpa bukti yang kuat, mereka dituduh berupaya menghubungi para Sultan Maluku (Jailolo, Tidore, dan Bacan), Raja Moredan raja-raja Papua dari Kepulauan Raja Ampat—yaitu Waigeo, Misool, Waigama dan Gebe—untuk bersatu dan bersama Ternate mengenyahkan Portugis dari Maluku. Eksekusi beruntun terhadap ketiga petinggi kerajaan tersebut telah menimbulkan rasa takut rakyat Ternate. Bahkan, penduduk kampung Melayu banyak yang pindah ke Toloko menjauhi Gamlamo. Gubernur de Menezes, misalnya, berani menghukum Kaicil Vaidua—paman Sultan Bayan— yang dipercaya untuk menjemput Serrao di Ambon dan membawanya ke Ternate. Kabarnya, pada suatu hari Kaicil Vaidua membunuh seekor anak babi milik seorang Cina berkewarganegaraan Portugis. Pemilik anak babi itu mengadukan perbuatan Vaidua kepada Gubernur Menezes. Kaicil Vaidua ditangkap dan ditahan. Atas permintaan Kaicil Darwis, Vaidua dibebaskan. Tetapi, ketika akan meninggalkan benteng tempat penahanannya, de Menezes memerintahkan seorang sersan Portugis untuk menyemir wajah dan mulut Vaidua dengan lemak babi. Padahal de Menezes tahu bahwa Vaidua adalah seorang Muslim. Eksekusi seperti yang dilakukan de Menezes, juga dilakukan de Atayde. Yang sangat tidak masuk akal adalah eksekusi yang dilakukannya terhadap Ourobachela, bendaharawan kerajaan yang paling dihormati rakyat. Ketika bangsawan ini meninggalkan rumahnya di ibu kota Gamlamo dan mengungsi karena mengira akan terjadi kerusuhan Demikian pula, ketika kapal suplai logistik terlambat tiba dari Malaka, de Menezes memerintahkan pasukannya untuk keliling Kota Ternate mencari bahan pangan. Tentara Portugis mengartikan perintah ini sebagai pemberian izin 46 Edisi 10 / Juli 2016 Gelar untuk pemimpin komunitas Tradisional atau kepala wilayah/ distrik 23 Laporan Khusus SYAMINA berkenaan dengan wafatnya Sultan Abu Hayat di dalam tahanan, ia harus menebus ikhtiarnya itu dengan kematian. De Atayde mengeksekusinya di depan gerbang benteng. Walhasil, teror dan kekejaman mewarnai pemerintahan Portugis di bawah de Atayde dan de Menezes.47 Akibatnya adalah kemarahan umum, karena baik orang Portugis maupun rakyat Ternate hanya mau berpura-pura saja mematuhi peraturan-peraturan monopoli lama maupun baru. Perdagangan cengkeh tidak berhasil. Pekerjaan di benteng tidak mendapat kemajuan. Pangeran Boihiat tidak dikembalikan kepada ibunya; dan Kapten Pereira terancam oleh pemberontakan rakyat Ternate dan pembangkangan orang Portugis. Pendukung utama persengkokolan ini adalah Ibu Ratu yang ditakuti itu dan seorang perwira muda, Vincent de Fonseca, yang semangatnya berapi-api. Fonseca yang tidak disukai Kapten Pereira karena soal-soal sepele seperti kurang hormat dan kurang patuh, mempunyai banyak pengikut di kalangan orang-orang benteng yang lebih berjiwa petualang, dan Ibu Ratu tidak pernah kehabisan pemuda bangsawan yang senang berperang. Sementara itu, Kapten Pereira berupaya menenangkan Ibu Ratu, yang kini menjadi wali. Dengan berbuat demikian ia mencoba mencapai berbagai tujuan penting yang lain, yakni memulai lagi perdagangan dan merampungkan pembangunan benteng. Ia memberi tahu tokoh ningrat beruban yang menyenangkan, tetapi nampaknya tak dapat dibinasakan itu, bahwa puteranya, Pangeran Boihiat yang masih hidup, akan dibebaskan dari benteng dan dapat diangkat menduduki takhta kerajaan jika beberapa persyaratan tertentu dipenuhi dengan segera. Pertama, rakyat Temate harus mengantarkan kepada pedagang-pedagang Portugis hasil seluruh panen tahunan cengkeh. Kedua, mereka harus menyediakan bahan dan tenaga untuk membangun kembali dan memperluas dinding-dinding benteng dan bangunan-bangunan yang ada di dalamnya. Sang Ratu secara mengherankan memperlihatkan kesediaan, dan berkat pengaruhnya pada rakyat dapat terkumpul material dalam jumlah besar, di samping tenaga manusia dan rempah-rempah, sehingga kapten dapat memulai upaya mencapai tujuan berikutnya. Kelompok itu telah membuat skenario yang tampaknya mustahil gagal. Prajurit Ternate dan Tidore yang bersenjata lengkap menurut skenario harus bersembunyi di mesjid yang berdekatan, sementara beberapa bangsawan akan mendatangi pintu gerbang untuk meminta diizinkan masuk, dengan alasan ingin memberi hormat kepada Pangeran Boihiat. Lazimnya mereka akan diperbolehkan masuk. Kunjungan ini direncanakan bertepatan dengan waktu tidur siang orang Portugis, di kala seluruh penghuni benteng, termasuk tentu saja sang kapten, kurang waspada. Fonseca dan beberapa rekan yang terpilih akan menunggu di bangsal, siap membantu para tamu, yang akan menangkap dan melucuti Kapten Pereira, membebaskan sang Pangeran, dan memaksa barisan penjaga yang mengantuk untuk membuka pintu gerbang benteng. Tujuan berikutnya ialah menegakkan pemberlakuan dengan keras sistem monopoli, yang tentu saja berarti bertindak seperti polisi terhadap para pemasok Maluku maupun para pembeli Portugis. Ia mengeluarkan perintah bahwa tidak boleh ada pasar cengkeh selain yang ada di benteng, dan yang berlaku di situ adalah harga monopoli. Untuk memperkuat kedudukannya, Portugis memerintahkan untuk menyita dan memusnahkan semua timbangan, anak timbangan, dan alat-alat penakar yang berada di tangan kalangan swasta. Semua rempah-rempah yang disembunyikan, akan dirampas, dan siapa pun yang terlibat dalam perdagangan liar akan ditangkap dan diadili. 47 Edisi 10 / Juli 2016 Para pejuang yang siap siaga itu akan menyerbu masuk dan menghadapi siapa pun di kalangan orang Portugis yang tidak mau mendukung tuntutan Fonseca, untuk memangku jabatan kapten. Kerjasama antara rakyat Ternate dan Portugis yang kemudian terjadi akan menghasilkan arus rempah-rempah yang banyak sekali, sehingga pihak yang berwajib di Goa akan memaafkan penyimpangan-penyimpangan M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm. 30-31 24 Laporan Khusus SYAMINA tertentu dalam pergantian kepemimpinan benteng dan pemberlakuan monopoli. Apabila tuduhan dikenakan kepada seorang sultan yang masih menjabat, kewenangan gubernur hanya menangkap dan menahan. Selanjutnya, sultan tersebut dikirim ke Goa untuk menjalani masa tahanan lanjutan, hingga perkaranya diputus oleh Raja Portugis di Lisboa. Karena status hukum semacam itu, yakni sebagai tahanan, hakhak sipil para tahanan juga dikurangi. Misalnya: selama berada di Goa, mereka tidak dibolehkan meninggalkan negeri itu. Proses perkara semacam ini memakan waktu bertahun-tahun hingga diputuskan Raja Portugis sendiri. Pelaksanaan kudeta itu tidak seluruhnya mengikuti skenario. Tetapi, meskipun Kapten Pereira mencium adanya sesuatu yang tak beres, lalu menangkap Fonseca dan menyekapnya dalam ruang tahanan di bawah tanah, adegan pertama dan kedua dari babak pertama berlangsung menurut rencana dan jadwal. Para pejuang bersembunyi di mesjid, dan rombongan bangsawan dapat masuk benteng. Rakyat Ternate menyerang kapten dengan keris mereka, dan Fonseca dapat lolos dari selnya, menembakkan senapannya langsung ke arahnya. Para pejuang di mesjid menyerbu pintu gerbang benteng dan dalam perkelahian yang terjadi jatuh banyak korban orang Portugis maupun rakyat Ternate, tetapi benteng tidak terebut dan sang Pangeran juga tidak terbebaskan. Tentara mengusir para pengacau dan Kapten Pereira meninggal malam itu tanggal 27 Mei 1532, karena lukalukanya, dan para pejuang Ternate mengepung benteng, sementara orang Portugis dihadapkan kepada suatu dilema yang serius.48 Para tertuduh tindakan pengkhianatan yang dideportasikan ke Goa berada dalam penantian yang cukup lama, dengan status “ditahan”. Tabariji, misalnya, telah berada dalam tahanan kota di Goa sejak 1535, tetapi perkaranya baru diputuskan Raja Portugis pada 1544. Sementara Nyai Cili Nukila dan Patisarangi yang dideportasi ke Goa tidak pernah kembali lagi keTemate. Khairun bernasib lebih baik, sebab ia hanya menjalani masa tahanannya di Malaka dan Goa kurang dari dua tahun. Kematian Tabariji pada 30 Juni 1545 telah memperpendek masa tahanannya, dan pada April 1546 ia kembali ke Maluku. Tuduhan Pengkhianatan Dari sejumlah data historis, dapat disimpulkan bahwa seseorang dituduh melakukan pengkhianatan apabila ia: Tuduhan ini terutama dialamatkan kepada para sultan dan bangsawan tinggi lainnya.Atas dasar tuduhan tersebut, Gubernur Portugis dapat menangkap, menahan dan mendeportasikan petinggi kerajaan ke Goa untuk diadili di sana. Contoh paling awal adalah apa yang dilakukan Gubernur de Menezes terhadap Kaicil Darwis. Karena dituduh melakukan pengkhianatan, Darwis langsung dieksekusi dengan memenggal kepalanya di depan publik di gerbang Benteng Gamlamo. Ketika tuduhan dikenakan, Darwis menjabat sebagai Pelaksana Pemerintah Kerajaan, karena baik Abu Hayat maupun Deyalo sedang berada dalam tahanan Portugis. Karena Darwis bukan sultan, pada proses penyelesaian perkara dan hukumannya dilakukan sendiri oleh gubernur. 48 Edisi 10 / Juli 2016 a. Disangka melakukan perbuatan yang sangat membahayakan eksistensi Portugis di Maluku. Contohnya adalah Kaicil Darwis yang dituduh melakukan persekongkolan dengan Sultan Maluku, para raja Kepulauan Raja Ampat dan Moro, untuk mendepak kekuasaan Portugis dari Maluku. b. Bila seorang sultan tidak mampu menghentikan serangan penduduk terhadap suatu komunitas Kristen. Sultan Tabariji, misalnya, dipandang tidak mampu menghentikan serangan orang Muslim Galela dan Jailolo terhadap pemukiman Kristen Mamuya, Tolo, dan Sugala di Morotia dan Cio, yang mengakibatkan terbunuhnya Pastor Simon Vaz. Wiliard A. Hanna & Des Alwi, Ternate dan Tidore Masa lalu Penuh Gejolak, Op.Cit., hlm. 47-49 25 Laporan Khusus SYAMINA c. Melakukan daya upaya menghentikan konversi rakyat Pribumi ke agama Kristen. De Atayde menangkap, menahan, kemudian mendeportasikan Khairun ke Goa berdasarkan tuduhan tersebut. Edisi 10 / Juli 2016 pribadi de Brito. Taruwese sendiri akhirnya dicopot sebagai wakil sultan oleh Gubernur Vicente de Fonseca pada 1533. Sementara arogansi Galvao terjadi sewaktu menolak utusan resmi Sultan Amiruddin (King Mir) dari Tidore untuk bertemu dengannya. Galvao dengan pongah meminta agar sultan sendiri atau wakil resminya datang menemuinya. Baru setelah Kaicil Rade diutus sultan, Galvao dapat menerimanya. Tetapi, ketika perundingan perdamaian dengan Kaicil Rade mencapai tahap final, Galvao menghendaki Sultan Amiruddin harus datang sendiri menemuinya, walaupun delegasi Kerajaan Tidore telah menyatakan bahwa Kaicil Rade adalah wakil resmi sultan dan menurut hukum adat Tidore, sultan pantang menemui orang yang belum dikenalnya. Karena takut perundingan perdamaian gagal, Kaicil Rade menyanggupi akan mempertemukan gubernur dan Sultan Tidore keesokan harinya. d. Pengkhianatan yang dipandang paling besar dosanya adalah sikap anti-Kristen. Khairun misalnya dianggap anti-Kristen, karena pembelaan terhadap agama yang dianutnya, yakni Islam. Oleh sebab itu, Gubernur Diego Lopez de Mesquita (1566-1571) memberi perintah kepada kemenakannya, Sersan Antonio Pemintel, untuk membunuh Khairun pada 28 Februari 1570. Arogansi dan Konspirasi Dalam melaksanakan tugasnya, para gubernur berlaku arogan. Sifat arogan diperlihatkan antara lain oleh de Brito, gubernur pertama dan Galvao, gubernur ketujuh. De Brito, misalnya, lebih banyak berhubungan dengan wakil sultan, Taruwese, ketimbang dengan Nyai Cili, yang menjabat Mangkubumi, pemegang kekuasaan eksekutif Kerajaan Ternate. Ia meremehkan Nyai Cili. Padahal, secara kualitatif, Nyai Cili jauh lebih cerdas ketimbang Taruwese. Selain arogansi, konspirasi juga telah mewarnai pemerintahan Portugis di Maluku dan digunakan sebagai salah satu sistem yang efektif. Di atas telah disinggung hubungan konspiratif de Brito dengan Taruwese untuk mencegah kembalinya Abu Hayat keatas tahta Kerajaan Ternate. Tetapi, setelah mencopot Taruwese dari jabatan wakil sultan, Fonseca sendiri membangun konspirasi baru dengan Patisarangi untuk mendongkrak Tabariji ke atas tahta Kerajaan Ternate, dengan tidak memberi peluang kepada yang paling berhak atas tahta—yakni Deyalo. Untuk memperkuat posisi Tabariji, Fonseca menolak pembebasan Abu Hayat dari tahanan, sehingga Sultan Ternate ini mangkat dalam penjara. De Brito juga berkonspirasi dengan Taruwese untuk mencegah Abu Hayat naik tahta. De Brito berjanji kepada Taruwese bahwa ia dapat menaikkannya ke atas tahta Kerajaan Ternate, asalkan Taruwese membantunya membangun Benteng Gamlamo dan peperangan-peperangan yang akan dilakukannya. Karena itu, Taruwese pun mengerahkan ratusan pekerja setiap hari, sehingga benteng dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Tabariji akhirnya memperoleh predikat sebagai sultan-nya Fonsecsa dan Patisarangi, bukan Sultan Ternate. Tabariji adalah putra Patisarangi dengan Nyai Cili Nukila. Sementara Abu Hayat dan Deyalo adalah putra Sultan Bayan Sirullah dengan Nyai Cili Boki Raja Nukila. Dalam hubungan darah seperti itu, Tabatriji tidak berhak atas tahta Kerajaan Ternate. Tetapi, dengan konspirasi tersebut, Tabariji akhirnya berhasil naik tahta. Tetapi, hingga de Brito meninggalkan Ternate, seluruh janjinya kepada Taruwese tidak ada satu pun yang dipenuhi. De Brito sebenarnya telah menipu Taruwese, yang menjadi korban ambisinya sendiri. Taruwese juga terkecoh dengan mengerahkan pasukan Ternate ketika menyerang Tidore, Makian, Kayoa dan Gane Barat, yang memakan banyak korban, guna memenuhi ambisi 26 Laporan Khusus SYAMINA Konspirasi lainnya dilakukan de Atayde dengan Mangkubumi Jailolo, Katarabumi (Catabruno). De Atayde menyerang Jailolo dengan alasan orang-orang Spanyol di sana telah memberikan perlindungan kepada beberapa perkampungan yang dahulunya dikuasai Portugis. Setelah Jailolo dikepung dan ditaklukkan, Sultan Firuz—dikenal juga dengan nama Sultan Zainal Abidin—yang masih di bawah umur dan sakit-sakitan, dibawa ke Benteng Gamlamo “untuk berobat”. Ketika sultan telah berada di Gamlamo, Atayde menobatkan Katarabumi sebagai Kolano Jailolo. pedagang bernama Gonsalo Veloso dipandang sebagai penyebar awal agama Kristen di Maluku. Para pakar sejarah Kristenisasi Maluku membagi periodesasi penginjilan ke dalam dua periode utama: (i) Masa Pra-Xaverian dan (ii) Masa Jesuit. Penguasa Portugis pada masa awal kekuasaannya lebih disibukkan dengan bisnis cengkeh dan peperangan melawan kerajaankerajaan Maluku, seperti Tidore, Jailolo dan Bacan. Di samping itu, para penguasa ini juga ikut campur tangan dalam masalah-masalah suksesi kerajaankerajaan Maluku, sehingga salah satu tugas pokok tentang kristenisasi terabaikan. Gambaran singkat tentang sistem yang mewarnai praktik pemerintahan Portugis di Maluku perlu dikemukakan untuk menjawab beberapa pertanyaan mendasar: Mengapa Portugis harus menyerang Tidore, Jailolo dan Bacan; mengapa Abu Hayat dan Deyalo harus ditahan; mengapa tuntutan pembebasannya selalu ditolak; mengapa Tabariji harus dideportasi ke Goa; apa sebabnya Khairun harus dibunuh dan sebagainya.49 Setelah Benteng Gamlamo usai dibangun, barulah Kerajaan Portugis menempatkan seorang vikaris dengan tugas khusus merawat rohani para tentara dan keluarganya serta orang-orang sipil Portugis lainnya. Penginjilan jarang dilakukan, demikian pula konversi agama. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kedua tugas itu tidak pernah dilakukan, terutama di luar Ternate, seperti di Moro dan Bacan. Misi Penginjilan (Kristenisasi) Baru pada masa pemerintahan Gubernur Tristao de Atayde (1533-1536), Vikaris Simon Vaz memulai kegiatannya dengan konversi dan pembaptisan Raja Moro beserta para bobatonya di Mamuya, Morotia, sekitar 1534. Vikaris Simon Vaz ditempatkan di dalam benteng dan baru melakukan aktivitasnya apabila ada permintaan Gubernur Portugis. Ketika Vasco da Gama tiba di Calicut pada 1498, ia mengemukakan pernyataan: “Saya datang untuk orang-orang Kristen dan rempah-rempah!” Pernyataan da Gama bahwa ideologi agama datang untuk Kristen tidak sepenuhnya berlaku, khususnya untuk Maluku. Sebab, selama 24 tahun pertama sejak Francisco Serrao menginjakkan kakinya di bumi Maluku, kristenisasi di kawasan ini belum dimulai penguasa Portugis. Setelah kolano Mamuya dan para bobatonya, Sangaji Tolo dan Sugala merupakan orang berikutnya yang berhasil dikristenkan. Konversi kolano Moro, Sangaji Tolo, dan Sugala ke dalam agama Kristen mempunyai pengaruh cukup signifikan, karena rakyat Mamuya, Tolo, dan Sugala ramai-ramai meminta dibaptis. Baru pada 1534, ketika Tristiao de Atayde diangkat sebagai gubernur, seorang vikaris bernama Simon Vaz ditugaskan khusus untuk kristenisasi. Vaz adalah penginjil pertama yang beroperasi di Maluku dengan bantuan resmi pemerintah Portugis. Vaz dan kawan-kawannya diboyong de Atayde ke Maluku sebagai vikaris yang tidak terikat pada suatu badan atau organisasi penginjil. Sekalipun demikian, perlu dicatat bahwa upaya awal penyebaran agama Kristen Katolik di Maluku telah dilakukan secara pribadi. Seorang 49 Edisi 10 / Juli 2016 Sementara di Bacan, Frater Antonio Vaz juga berhasil membaptis sekitar enam hingga tujuh sangaji. Bahkan, Sultan Bacan, Alauddin I dan keluarganya juga bisa dibaptis. Pembaptisan Rliltan Bacan dengan nama baptis Don Joao— sama seperti nama Raja Portugis saat itu—berikut puteranya Don Henrique dan menantunya yang M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.26-35 27 Laporan Khusus SYAMINA Edisi 10 / Juli 2016 menjabat sebagai Sangaji Labuha, Rui Pereira, telah mengejutkan Sultan Khairun di Ternate. Berikut rincian yang berhasil dikristenkan per daerah: Sementara itu, laju Kristenisasi sudah tidak dapat lagi dibendung, terutama di Bacan, Morotia dan Morotai. Sentra-sentra Jesuit didirikan di Tolo—kota terbesar di Morotia dengan 3.000 penduduk—dan di Saketa, serta di Mira, Morotai. a. Ternate Budak-budak dan perempuan Pribumi yang kawin dengan laki-laki Portugis adalah mereka yang sejak awal telah dikonversi. Tetapi, jumlah mereka hanya beberapa ratus orang. Fakta-fakta sejarah menunjukkan bahwa kristenisasi dan konversi di kalangan Pribumi Maluku terjadi lantaran sebab-sebab atau faktorfaktor berikut: Di kalangan para bangsawan, yang berhasil dikristenkan adalah: 1. Sultan Don Manuel Tabariji, dibaptis di Goa. a. Bantuan keamanan untuk menangkal ancaman/serangan kerajaan-kerajaan besar. Contohnya: Kolano Moro melakukan konversi karena mengharapkan bantuan keamanan dari Portugis. Hal serupa juga dilakukan Sangaji Tolo dan Sultan Bacan, Alauddin I. 2. Adik tiri Sultan Khairun yang menikah dengan Baltazar Veloso, seorang pedagang, dibaptis dengan nama Dona Catarina. 3. Nyai Cili Bold Raja Nukila, mantan Mangkubumi Ternate, dibaptis dengan nama Dona Isabel. 4. Patisarangi, suami kedua Nyai Cili, ayah Sultan Don Manuel Tabariji. b. Pada sistem konversi seperti ini, apa yang dilakukan seorang sultan atau kolano akan diikuti rakyatnya secara massal. Contohnya: pembaptisan massal di Tolo, Mamuya, Sugala, Cawa dan Bacan. Tetapi, kelemahan konversi seperti ini terjadi di Kasiruta dan Labuha. Ketika sultan dan sangajinya murtad dari Kristen, rakyatnya juga ramai-ramai melakukan hal serupa. 5. Kolano Sabia, dibaptis dengan nama Manuel Galvao. b. Jailolo Di kalangan Pribumi Jailolo tidak terjadi konversi, karena misi Jesuit tidak beroperasi di sana. Bila ada beberapa tokoh yang dikonversi, hal itu berlangsung di Ternate. Ada tiga tokoh Jailolo yang dikonversi, yaitu: c. Konversi juga banyak dilakukan para budak yang kurang jelas motifnya. d. Perempuan pribumi yang melakukan perkawinan campuran dengan lelaki Portugis 1. Sangaji Gamkonora. e. Di Bacan, ketakutan kepada roh-roh jahat seperti suwanggi, puntiana, meki, yang selalu menguber manusia, merupakan salah satu sebab orang melakukan konversi. 3. Seorang Arab. 2. Kemenakan Raja Jailolo, yang dibaptis dengan nama Antonio de Sa. c. Bacan Sultan Bacan Alauddin I dibaptis pada Juli 1557 dalam suatu upacara besar bersama seluruh keluarga dan rakyatnya. Bersama ia dibaptis pula delapan sangaji Kasiruta dan Labuha. Menantunya yang menjadi Sangaji Labuha diberi nama baptis Ruy Pereira dan bersama ia ikut pula dikonversi 300 orang rakyatnya. Sultan Bacan memilih nama baptis sendiri, yaitu Don Joao de Kasiruta, sama seperti Raja Portugis dan Raja Moro. f. Gangguan kesehatan berat juga membawa orang untuk konversi. Di Tolo dan Bacan, setiap orang yang terganggu kesehatannya tidak lagi pergi ke dukun, tetapi mendatangi frater untuk penyembuhannya dengan meminta dibaptis.50 50 M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.128-132 28 Laporan Khusus SYAMINA Edisi 10 / Juli 2016 Puteri Alauddin I, bernama Tanjung, menikah dengan Sultan Khairun (ayah Baabullah). Itulah sebabnya, baik Khairun maupun Baabullah meminta Alauddin I kembali lagi ke agama Islam. Bahkan, Baabullah memberikan ultimatum kepada Don Joao de Kasiruta. Atas ultimatum Baabullah itulah, Don Joao de Kasiruta kembali lagi ke agama Islam. Dengan kembalinya Alauddin I ke agama Islam, sebagian rakyatnya juga kembali memeluk Islam. Saudara Don Joao dibaptis di Ternate pada 1 Januari 1558 dan seorang kemenakannya yang lain, yang menjadi Kapita Laut Bacan, juga dibaptis di Ternate dan memperoleh nama baptis Don Duarte de Bacan. Pada 1571, Baabullah menyerang Bacan (Kasiruta) dan sejak itu berakhirlah riwayat misi Jesuit di Bacan. d. Tidore Hanya ada dua sultan yang agak moderat terhadap misi Jesuit. Mereka adalah Gapi Baguna (1586-1599) dan Mole Majemu (1599-1626). Tetapi, sifat moderat itu mempunyai latar belakang politik. Sultan Gapi Baguna mulai jinak terhadap Portugis karena khawatir akan kekuatan militer Ternate di bawah Baabullah. Dialah yang mengizinkan Portugis membangun sebuah benteng di Tidore pada 1587, dengan menyediakan lokasinya dan mengundang seorang frater untuk bertempat tinggal di sekitar benteng guna memberikan pelayanan spiritual kepada orang-orang Portugis dan Spanyol yang bermukim di Tidore. Sekalipun demikian, konversi atau kristenisasi terhadap pribumi Tidore tetap dilarang. Gambar Peta Halmahera dan Pulau-Pulau di Sekitarnya51 e. Moro Misi Jesuit memperoleh sukses besar di Moro. Diawali dengan konversi Raja Moro Toiliza, kemudian diikuti sangaji Tolo, Sugala, Sao, Sakita dan Mira dan para bobato lainnya. Rakyat Moro baik yang di Morotia maupun Morotai mulai berbondong-bondong minta dikonversi ke Kristen. Berbeda dengan Ternate dan Bacan, Moro menjadi ajang perebutan pengaruh antara dua kerajaan paling kuat secara militer di Maluku ketika itu: Ternate dan Jailolo. Campur tangan militer Jailolo di bawah pimpinan Katarabumi menyebabkan Misi Jesuit tidak hadir lagi di Moro, sejak terbunuhnya Frater Simon Vaz di Sao Morotai pada 1535 hingga kedatangan Francis Xavier pada 1546, karena Moro menjadi negeri yang sangat berbahaya. Ketika Gapi Baguna wafat dan digantikan Mole Majemu, keadaan Portugis di Maluku sudah sangat lemah. Frater Rafael de Barafe dalam suratnya pada 30 Mei 1615, yang dikirim kepada Frater General Roma, memberitahukan bahwa seorang Pangeran Tidore pada 1665 telah dikonversi bersama keluarganya di Manila, bukan di Tidore. Tidak disebut nama pangeran Tidore tersebut. Tetapi, dialah satu-satunya bangsawan Tidore yang berhasil dikonversi dari Islam ke Kristen. Tetapi, terlepas dari bahaya dan gangguan keamanan, sejak 1546 telah terjadi konversi besarbesaran di Moro. Di Tolo misalnya, sebanyak 2.000 orang dibaptis hanya dalam waktu seminggu. 51 29 Sumber: Böhm dan Pangemanan, 2010: 76 Laporan Khusus SYAMINA Sampai 1553. Menurut laporan Frater de Castro, jumlah orang yang telah dikonversi mencapai 35.000 orang. Jailolo terhadap pemukiman Kristen Mamuya, Tolo dan Sugala di Morotia dan Cio, yang mengakibatkan terbunuhnya Pastor Simon Vaz. Oleh kerena itu dia kemudian ditahan oleh Gubertnur de Atayde dan dideportasi ke Goa. Sewaktu Francis Xavier mengunjungi Moro pada 1546, baru terdapat 29 komunitas Kristen. Tetapi, pada 1562 telah berdiri 36 komunitas dan tiga tahun kemudian (1565) terdapat 46-49 komunitas Kristen di seluruh Moro. Tiap komunitas terdiri dari 7.000-8.000 jiwa yang berasal dari satu hingga dua kelompok desa. Hal ini berarti jumlah orang yang telah dikonversi di Moro sampai 1562 mencapai 39.000 orang. Tiap komunitas memiliki gereja sendiri dan mereka tahu kapan tiba hari Minggu, bahkan hari raya seperti Natal dan Paskah. Sementara menunggu perkaranya diputuskan dia berkenalan dengan seorang bangsawan Portugis, Jordao de Freitas, yang pernah datang ke Maluku selama beberapa hari. de Freitas menasihati Tabariji agar pindah ke agama Katolik supaya dia dapat memperoleh tahtanya kembali. Setelah dia menjadi Katolik, Tabariji memproklamasikan bahwa Kerajaan Ternate sebagai kerajaan Kristen dan menjadi vazal Portugis. Sumber lain yang dikemukakan Herbert Jacobs S.J. mencatat sebagai berikut: Sampai 1552,terdapat 35.000 orang dari 29 kampung atau desa. Empat tahun kemudian (1556) angka itu berubah menjadi 55.000 dari 75 pemukiman.Selama kunjungan hampir empat bulan di Moro, Francis Xavier membaptis sekitar 3.000 jiwa, anak-anak dan orang dewasa. Setelah hampir sepuluh tahun berada di Goa, barulah perkara Tabariji memperoleh keputusan. Tabariji merupakan satu-satunya Sultan Ternate yang berhasil dikonversi ke agama Kristen. Ia memperoleh nama baptis Don Manuel. Ketika perkaranya diputus oleh Raja Portugis, Tabariji memperoleh pembebasan karena tuduhan terhadap dirinya tidak terbukti. Setiba di Malaka, Tabariji meninggal dunia sebelum sempat bertemu Khairun. Ada rumor, meninggalnya Tabariji karena diracun Khairun. Tetapi menurut seorang penulis, Tabariji meninggal karena bunuh diri dengan jalan minum racun. Hal ini disebabkan rasa malu terhadap rakyatnya berkenaan dengan konversinya dari Islam ke Kristen. Padahal sebagai sultan, Tabariji adalah Amiruddin (pemimpin tertinggi agama Islam) yang bertugas menjaga dan melindungi agama Islam yang dianut mayoritas rakyatnya. Penghibahan Kepulauan Ambon dan Seram kepada de Freitas juga telah menyalahi adat dan aturan kerajaan dan hal ini juga menjadi faktor pemicu bunuh diri Tabariji.53 Dalam suratnya pada 7 Februari 1553, Frater Juan de Beira menyatakan kepada Jesuit of Combra bahwa ketika bertugas di Tolo pada awal 1553, ia pernah mengkonversi 5.000 orang dalam sehari dan 20.000 orang dalam seminggu. Ketika gunung api Dukono di Tobelo meningkat aktivitasnya, penduduk Cawa dan sekitamya berbondongbondong datang ke Tolo minta dibaptis. Ketika seluruh petugas Misi Jesuit harus meninggalkan Moro karena semua tentara Portugis ditarik ke Ternate, setelah terjadi pembunuhan terhadap Sultan Khairun, Misi Jesuit meninggalkan 75.000 umatnya di Moro. Setelah itu, banyak gereja yang dibakar atau dirusak dan banyak orang Kristen terbunuh. Ketika Gubernur Spanyol Geronimo da Silva menarik pasukannya dari Moro pada 1663, berakhirlah aktivitas misi di sana.52 Hubungan Mesra Sultan Khairun-Portugis berbuah Pahit Sultan Khairun Jamil bin Bayan Sirullah, dilahirkan di Ternate pada 1522, dari ibunya seorang perempuan Jawa. Ia memperoleh pendidikan pada Seminari di Goa, sekolah Portugis satu-satunya Ternate Diserahkan kepada Portugis oleh Sultan Tabariji Sultan Tabariji dipandang tidak mampu menghentikan serangan orang Muslim Galela dan 52 Edisi 10 / Juli 2016 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit, hlm, 172-176 53 30 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.71-73 Laporan Khusus SYAMINA yang ada waktu itu. Pada 1535, dalam usia 13 tahun, ia menggantikan saudara tirinya Tabariji sebagai Sultan Ternate. Karena belum cukup umur, sebagai Mangkubumi ditunjuk Samarau, mantan salahakan (gubernur) Kerajaan Ternate di Ambon. Edisi 10 / Juli 2016 de Sousa memberitahu Khairun bahwa ia akan mendarat hari itu juga dan Sultan Khairun baru mendarat keesokan harinya setelah segala sesuatunya siap. Khairun turun dari Kapal Bufara dan di depan penyambut yang berjubel, Khairun berjalan menuju Gamlamo, diiringi musik dan sejumlah bobato. Di sepanjang jalan ia dielu-elukan rakyat. Khairun, yang memakai jubah bangsawan tinggi Portugis, tampak berwibawa. Lelaki dengan postur tubuh tinggi besar itu menyalami rakyat ketika memasuki ibu kota Gamlamo.Ia memakai topi dan sepatu dari kulit, dengan wajah yang cerah. Pada 1544, Khairun ditangkap atas tuduhan pengkhianatan. Bersama Khairun, ikut ditangkap juga Mangkubumi Samarau dan keduanya dideportasi ke Goa. Samarau pada usia lanjut (70 tahun) diperiksa di Malaka, kemudian dikembalikan ke Ternate karena tidak terbukti bersalah. Tetapi, ketika tiba di Ambon, ia dibunuh oleh orang-orang suruhan Gubernur de Atayde. Khairun sendiri, setelah tiba di Goa, dikembalikan lagi ke Ternate, karena semua dakwaan atas dirinya tidak terbukti. Haknya atas tahta Kerajaan Ternate dipulihkan dan pada 1546 dilantik kembali sebagai sultan untuk kedua kalinya. Setelah itu, Khairun memasuki istana menunggu pelantikannya. Dua hari kemudian, Khairun dilantik kembali sebagai Sultan Ternate untuk kedua kalinya (1546-1570). Pada pidato pelantikannya Khairun menandaskan: 1. Ternate tetap sebagai sebuah Kerajaan Islam Ia menikah pertama kali dengan Bob Tanjung, puteri tertua Sultan Bacan, Alauddin I. Baabullah lahir dari perkawinan Khairun dengan Bob Tanjung. Khairun punya enam anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Yang tertua adalah Baabullah. Istri keduanya seorang perempuan dari Sula. Terakhir Khairun menikah dengan putri Sultan Tidore, Iskandar Zulkanain 2. Akta hibah Don Manuel Tabariji atas Kepulauan Ambon kepada Jordao de Freitas tidak sah dan batal demi hukum, karena wasiat dibuat oleh Wasi yang tengah menghadapi kematian. Kepulauan Ambon bukan milik pribadi Don Manuel Tabariji sehingga pemasrahannya kepada pihak ketiga menjadi tidak sah pula. Khairun naik tahta menggantikan saudara tirinya Tabariji, yang dipaksa turun oleh Gubernur Tristao de Atayde lantaran dituduh melakukan pengkhianatan. Tabariji dipandang bersalah karena membiarkan orang-orang Muslim Galela menyerbu Mamuya, ibu kota Kerajaan Moro dan membunuh orang-orang Kristen lokal yang baru dikonversi ke Kristen. Sepuluh tahun setelah Tabariji dicopot, pada 1544 giliran Khairun ditangkap dan ditahan dengan tuduhan yang sama oleh Gubernur de Freitas. Bersama jogugunya yang telah berusia lanjut, Samarau, Khairun dideportasi ke Goa melalui Malaka. Dalam melaksanakan tugasnya di Maluku, Misi Jesuit memperoleh berbagai kemudahan dari Sultan Khairun. Fasilitas itu antara lain berbentuk sarana transportasi, berupa juanga berikut awak pendayung, yang membawa personil mereka ke Moro. Bantuan transportasi seperti ini lazimnya diajukan melalui gubernur. Karena semua logistik Misi dikirim dari Malaka, apabila kapal logistik belum tiba, kerajaan lazimnya juga memberikan bantuan darurat berupa beras, ikan dan lainnya. Tetapi, bantuan paling mendasar yang diberikan Khairun adalah dibolehkannya Misi mengkonversi rakyat Pribumi—baik yang belum maupun yang telah beragama (Islam)—ke dalam agama Kristen. Padahal, upaya konversi di kalangan pribumi semacam itu dilarang di Kerajaan Tidore. Saat tersiar berita di Ternate bahwa Tabariji meninggal dunia, rakyat bersorak gembira. Ketika Kapten Duarte Miranda, komandan Kapal Bufara, melabuhkan kapalnya di Pelabuhan Talangame, 31 Laporan Khusus SYAMINA Pemimpin pastoral di Morotai, Alfonso de Castro, pernah melaporkan kepada pusat Misi Jesuit di Roma bahwa toleransi yang ditunjukkan Sultan Khairun kepada agama Kristen sangat luar biasa dan ketika terjadi gangguan keamanan yang mengancam Misi dan orang-orang Kristen lokal, Khairun mengirim juanga dengan beberapa ratus prajurit untuk membantu. Dengan pedang terhunus di tangan, mereka diperintahkan berlayar ke Moro mencari para pengganggu keamanan dan membunuhnya, sekalipun yang bersangkutan memeluk agama Islam. Edisi 10 / Juli 2016 menyarankan agar mereka sebaiknya dibebaskan saja.54 Bagi Khairun, penangkapan diri dan keluarganya, kali ini telah menggoreskan luka yang dalam. Ia menilai tindakan de Eca sangat keterlaluan dan merupakan tindakan sewenangwenang serta menghina pribadi, keluarga, dan kerajaannya. Sejak kejadian yang menimpa dirinya itu, pandangannya terhadap pemerintah Portugis beserta segala yang berindikasi Portugis—termasuk Misi Jesuit—berubah. Pada November 1555, tiba di Ternate Don Duarte de Eca, gubernur baru yang menggantikan Francisco Lopez de Sousa (1550-1552). Gubernur de Eca mempunyai perangai yang tak jauh berbeda dengan de Freitas: seorang egois dan otoriter. Berbagai tindakannya mulai tidak berkenaan di hati Khairun. Yang amat menyebalkan Khairun adalah kebijakan de Eca menaikkan pajak cengkeh yang harus dibayar rakyat dan kerajaan kepada Portugis. Kebijakannya selalu bertumpu pada menjaga jarak, bila yang dihadapi itu Portugis, tidak terkecuali dalam pergaulan sehari-hari. Khairun yang selalu tampak akrab dengan orang-orang Portugis, secara perlahan-lahan mulai berhatihati. Bahkan, ia tak dapat menyembunyikan kekesalannya kepada orang-orang tertentu. Tokoh yang selalu berpembawaan terbuka dan berterus terang itu mulai tertutup dan kadang kala sukar ditebak. Ia berubah menjadi oposan Portugis. Penolakan Khairun terhadap kenaikan pajak penjualan cengkeh ini oleh de Eca ditafsirkan sebagai sikap menolak bekerja sama dan membangkang terhadap aturan penguasa Portugis. Oleh sebab itu, pada 1 Desember 1558, Gubernur de Eca memerintahkan tentaranya menangkap Sultan Khairun, adik-adiknya, dan ibunya—seorang perempuan Jawa—untuk kemudian dijebloskan ke dalam penjara Benteng Gamlamo. Khairun telah berubah, dia dianggap menjadi tokoh yang menghalangi program Portugis di bidang perdagangan maupun pelaksanaan konversi keagamaan. Sebagai Sultan Ternate, Khairun mengeluarkan berbagai peraturan yang menghambat kedua hal tersebut. Di bidang perdagangan rempah-rempah, misalnya, ia sangat pro perdagangan bebas dan menentang pungutan pajak penghasilan terhadap petani cengkeh. Penangkapan dan penahan ini telah menimbulkan kemarahan rakyat, baik yang pribumi maupun orang-orang Portugis sendiri, karena mereka tahu bahwa pajak cengkeh selama ini hanya masuk ke kantong gubernur dan tak sepeser pun digunakan untuk kepentingan mereka. Demikian pula, untuk menghadapi laju konversi yang sangat mengkhawatirkan, Khairun pernah mengadakan pertemuan dengan Sultan Tidore, Bacan, dan Jailolo pada 1544 untuk membendung penginjilan yang dilakukan Misi Jesuit. Pertemuan itu menghasilkan keputusan untuk memisahkan pemukiman orang Islam dari pemukiman orang Kristen, dengan tujuan mencegah konversi orangorang Islam ke dalam agama Kristen De Eca memasukkan sultan dan adik tirinya Pangeran Guzart ke dalam sel tahanan di bawah tanah di benteng. Sel mereka kotor, lembab, dan penuh tikus. Mengingat makanan di penjara yang bahkan lebih buruk daripada di benteng, siapapun bisa saja mati keracunan akibat terkontaminasi makanan itu. Mereka diperlakukan sedemikian kerasnya, sehingga para penjaga, yang orang Portugis pun, menyatakan keberatan dan Gubernur Manuel de Vasconcellos hanya mampu bertahan selama dua tahun dan pada 1561ia digantikan oleh Henrique de Sa, yang pernah tinggal lama di Maluku. Sebagai orang yang telah 54 Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Masa Lalu Penuh Gejolak", Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996, hlm.77 32 Laporan Khusus SYAMINA Edisi 10 / Juli 2016 mengenal Maluku dan keluarga Kerajaan Ternate dari dekat, de Sa mencoba menciptakan hubungan yang lebih baik dengan Khairun. Selama tiga tahun menjalankan tugasnya, (1561-1564) hubungan baik dengan Khairun bisa dibinanya. Oleh sebab itu, selama masa kekuasaan de Sa, Khairun dapat bekerja sama dengan baik. Ketika memasuki perairan Kalimantan, armada itu bertemu dengan armada Spanyol pimpinan Legaspi yang memprovokasi Marramaque dan menghalaunya ke Cebu di Filipina Selatan. Baru pada Oktober 1568, sebagian armada itu mencapai Ambon. Sementara Marramaque sendiri baru tiba di Ambon pada Januari 1569. Hubungan yang relatif sama juga beijalan pada masa Gubernur Alvaro de Mendosa (1564-1566). Tetapi, pada masa kekuasaan Gubernur Diego Lopez de Mesquita—pengganti de Mendosa—yang berdarah dingin, luka lama Khairun akibat ulah Gubernur Duarte de Eca atas diri dan keluarganya kambuh. Dari Ambon, Marramaque kemudian bertolak ke Moro dan tiba pada akhir 1569. Marramaque menempatkan pasukannya di paroki Misi yang ada di Tolo, Mamuya, Pulau Rao, Sakita dan Mira serta Sugala. Tetapi, Khairun curiga apakah armada Marramaque itu benar-benar bertujuan menjaga keamanan dan tidak ada maksudmaksud tersembunyi lainnya di balik itu. Menurut Khairun, tidak tertutup kemungkinan armada itu akan menyerang Ternate atau salah satu kerajaan Maluku. Sejak masa awal pemerintahannya, de Mesquita tidak pernah berlaku santun kepada rakyat maupun keluarga Kerajaan Ternate. Ia tidak pernah membina hubungan baik dengan Khairun dan Khairun juga telah mengubah pandangan dan kebijakannya terhadap Pemerintah Portugis sejak penghinaan oleh de Eca. Khairun tahu betul maksud-maksud jahat yang tersembunyi di balik kata-kata manis yang diucapkan de Mesquita. Berdasarkan kecurigaan tersebut, Khairun memerintahkan Kapita Laut Baabullah mengirimkan sejumlah juanga merondai perairan Moro guna melindungi rakyat setempat dan memantau kegiatan armada Marramaque. Ia juga menitahkan kepada Baabullah untuk mengambil tindakan seperlunya bila terjadi petualangan militer Portugis. Pada Desember 1569, Baabullah mengirim sejumlah juanga untuk tugas pemantauan ke Moro seperti yang diperintahkan Khairun. Pada Mei 1565, sebuah laporan yang berasal dari Misi Jesuit di Moro diterima raja muda Goa. Laporan itu menyatakan bahwa kekacauan dalam menjalankan tugas di Moro akhir-akhir ini meningkat drastis lantaran serangan-serangan orang Islam. Karena ancaman terhadap keselamatan Misi sudah sedemikian rupa, pimpinan Misi bermaksud mengevakuasi personilnya ke Ternate dan meninggalkan 70.000 anggota jemaatnya orangorang Kristen lokal. Dalam serangan tersebut, gereja dibakar dan sejumlah orang Kristen lokal dibunuh. Sementara itu, Gubernur de Mesquita menuduh Sultan Ternate, Khairun Jamil, sebagai otak yang berada di balik semua kejadian tersebut. Pereira melaut dengan sebagian besar armadanya untuk mengadakan berbagai misi patroli pengamanan yang sebagian dilancarkan bersama dengan angkatan bersenjata Sultan Khairun. Segala kegiatan itu temyata mengeruk begitu banyak pengeluaran untuk kapal, persenjataan, dan tenaga, sehingga sebelum ia menyadari apa yang terjadi, ia telah kehilangan sebagian besar kekuatannya. Bersama dengan Pangeran Baab, armada korakoranya, dan tentaranya yang berjumlah 1000 orang itu, Laksamana Pereira, misalnya berpetualang ke Mindanao dengan tujuan untuk menyerang orang Spanyol. Raja Muda Goa, Don Antao Noronhe memerintahkan Gonsalo Pereira Marramaque memimpin sebuah armada—terdiri dari 12 kapal— yang membawa lebih dari 500 serdadu dengan 2 misi. Pertama; melindungi misi Kristen dan orang Kristen. Kedua; membangun benteng baru di Ambon.55 55 Orang Portugislah yang akhirnya diserang, karena Pangeran Baab dan anak buahnya menghilang di tengah-tengah pertempuran itu, dan muncul kembali beberapa minggu kemudian Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Op.Cit., hlm. 78 33 Laporan Khusus SYAMINA di Selat Malaka untuk merampasi kapal-kapal Portugis.56 sederhana, tempat kapal-kapal singgah untuk menambah perbekalan dan menunggu angin musim hujan. Dugaan Khairun bahwa Marramaque melakukan provokasi militer kemudian terbukti. Pereira Marramaque datang ke Moro bukan untuk melindungi Misi Jesuit dan orang-orang Kristen lokal, seperti diperintahkan raja muda Goa. Tetapi ia memprovokasi keadaan untuk melanggengkan kekuasaan Portugis atas Moro dan, dengan demikian, Portugis akan menganeksasi Maluku dengan bantuan Moro. Portugis segera membangun benteng, tetapi segera pula memutuskan bahwa tempatnya kurang baik, dan karena itu memindahkan operasi ke pantai utara Teluk Ambon, suatu tempat yang sangat bagus untuk pangkalan militer dan angkatan laut di Lautan Pasifik Selatan. Di sini justru, sewaktu ia merasa telah mantap dan para pastor yang menyertainya berhasil mengajak banyak orang memeluk agama Kristen, ia dikejutkan oleh serangan mendadak yang dilancarkan oleh Pangeran Rubihongo (Baabullah). Walaupun armada Ternate dan armada Portugis telah saling berhadap-hadapan, akan tetapi kontak senjata tidak terjadi. Upaya Marramaque dan petualangan militemya gagal karena tidak memperoleh dukungan para sangaji dan pimpinan informal Moro lainnya. Guna menghindari konflik terbuka dengan pasukan Khairun, armada Marramaque mengakhiri petualangannya dan kembali ke Ambon pada tahun berikutnya. Perahu kora-kora milik pangeran itu jauh lebih bagus daripada kapal layar milik Pereira yang manapun, yang pada saat itu merapat di pantai untuk diperbaiki, sementara jumlah anak buahnya melebihi jumlah orang Portugis, tiga atau empat lawan satu. Rakyat Ternate membakar kapalkapal Portugis, dan sudah hampir menerobos tembok-tembok benteng yang belum selesai, dan tampaknya sudah akan menang, sampai ketika Kapten Pereira sendiri memimpin suatu serangan balasan yang membalikkan hasil pertempuran itu. Tetapi, Gubernur de Mesquita mengumumkan di Ternate bahwa pasukan Khairun telah menyerbu Misi Jesuit dan orang-orang Kristen lokal, membunuh dan memaksa mereka keluar dari Kristen. Khairun dengan tegas membantah berita-berita dan pengumuman Mesquita. Tetapi, pengumuman Mesquita telah membuat resah pimpinan Misi Jesuit di Ternate, yang memutuskan memanggil kembali atau mengevakuasi selurah personil Misi dari Moro karena terancam keamanannya. Putusan penarikan itu akhirnya ditangguhkan setelah ada jaminan keamanan dari Sultan Khairun. Walaupun hampir kehilangan semua kapal, Pereira merampas lebih dari selusin perahu korakora milik Rubihongo. Setelah mendengar dari para tawanan mengenai keadaan di Ternate di mana benteng dikepung lagi, Pereira berangkat dengan korakora bersama seratus anak buahnya untuk membantu Kapten Mesquita. Tidak lama setelah ia tiba di Ternate, ia mendengar kabar bahwa Rubihongo mengepung lokasi di Ambon, di mana keadaan pasukan lebih buruk daripada di Ternate. Dengan letih sekali dan benar-benar sakit, Pereira kembali ke Ambon lagi, di mana ia tiga hari kemudian menemui ajalnya dengan meninggalkan 80 tentara yang masih hidup untuk memutuskan apakah mereka harus melarikan diri, menyerahkan diri atau bertempur. Lima puluh orang memilih untuk menyelinap ke laut dan kembali ke Malaka. Seorang kapten bernama Sancho de Vasconcellos dan 30 anak buahnya memutuskan untuk tetap tinggal. Walau agak terlambat, laksamana Pereira teringat akan tugasnya membangun sebuah benteng di Ambon. Maka ia kemudian menggerakkan armadanya ke arah selatan. Setelah melakukan operasi di sepanjang pantai Hitu dan merasa telah menunjukkan kekuasaan kepada para kepala suku, ia memilih Hila sebagai lokasi pembangunan benteng, karena pemilihan lokasi lain mungkin akan menimbulkan masalah. Hila adalah sebuah desa kecil di tepi pantai, di mana orang Portugis sejak lama telah memiliki pusat pertahanan yang 56 Edisi 10 / Juli 2016 Ibid, hlm.80 34 Laporan Khusus SYAMINA Kapten Vasconcellos menyelamatkan kapal San Fransisco, yang pernah menjadi kapal komando Pereira, memuatkan ke dalam kapal itu sisa-sisa amunisi dan perbekalan, demikian juga jenazah sang laksamana, dan bertolak melintasi Teluk Ambon ke wilayah Kristen di Leitimor. Kapal rongsokan itu mengalami kebocoran dan tenggelam; orang-orang yang terdampar itu berenang ke pantai dan disambut dengan lebih meriah daripada yang dapat diharapkan oleh penduduk desa Kristen Nusaniva. Misi Jesuit tidak perlu dievakuasi dan mereka akan bekerja seperti biasa. Baik pasukan Portugis maupun pasukan Ternate akan bekerja sama lebih intens untuk menjadikan Moro aman dan damai. Untuk mengukuhkan perjanjian tersebut, Khairun dengan al-Qur’an di tangan dan de Mesquita dengan Bible-nya bersumpah bahwa kedua pihak akan menaati perjanjian perdamaian itu. Karena perjanjian damai ini dikukuhkan di atas kitab suci masing-masing, tak secuil pun timbul keraguan pada benak Khairun bahwa apa yang dilakukan de Mesquita adalah sebuah skenario yang tersembunyi di balik niat jahatnya untuk menyingkirkan Khairun. Babak pertama skenario de Mesquita berjalan dengan sukses. Kini tinggal menyusuli skenario babak kedua dan yang paling menentukan. Di sana, dengan bantuan penduduk desa itu, Sancho de Vasconcellos dan rekan-rekannya membangun pagar yang terbuat dari kayu balok sebagai kubu pertahanan, yang dengan ekspedisi yang luar biasa itu, nantinya berubah menjadi benteng, yang sekitarnya di kemudian hari didirikan kota Ambon.57 Pada 28 Februari 1570, dalam rangka merayakan perjanjian perdamaian Portugis-Ternate, de Mesquita kembali mengundang Khairun untuk suatu pesta kecil yang diselenggarakan khusus untuknya. Tetapi, sebelum keduanya tampil bersama di bangsal, de Mesquita minta agar Khairun datang ke kediamannya, di lantai dua menara Benteng Gamlamo. Dalam bayangan de Mesquita, keamanan Moro akan bermasalah apabila armada Marramaque meninggalkan daerah tersebut. Oleh sebab itu, de Mesquita berpendapat bahwa untuk menjamin keamanan Moro, sumber atau potensi yang menyebabkan gangguan keamanan tersebut harus dicari. Menurut de Mesquita, pemicu keruwetan Moro adalah Khairun, yang bila disingkirkan, Moro akan kembali aman. Beberapa bobato yang punya firasat kurang baik, menasihati Khairun agar mengurungkan niatnya datang ke pesta itu. Tetapi, Khairun percaya pada itikad baik de Mesquita yang baru saja sehari sebelumnya bersumpah dengan meletakkan tangannya di atas Bible. Pada pukul 19.00, Khairun dan para bobato serta pengawalnya tiba di depan pintu menara benteng lantai dua, ketika para bobato dan pengawal sultan akan memasuki pintu lantai dua menara tersebut, mereka dicegat masuk oleh tentara pengawal Portugis. Tentara pengawal itu mengatakan bahwa yang akan dimasuki itu adalah kediaman pribadi gubernur dan yang dijinkan masuk hanya Sultan Khairun seorang diri. Para pengawal dan bobato disuruh kembali dan akan diberitahu bila pesta telah berakhir. Akan tetapi, bagaimana atau dengan cara apa Khairun disingkirkan? Menyingkirkan Khairun dengan kekuatan militer jelas tidak mungkin, karena personil militer Khairun lebih besar dari kekuatan militer Portugis sendiri. Dengan demikian, apabila suatu perang terbuka pecah, kemampuan militer Portugis untuk menangkal serangan pasukan Khairun akan berakhir dengan kekalahan telak. De Mesquita pun menyusun sebuah skenario, setelah gagasannya untuk menyingkirkan Khairun sudah bulat. Pada 26 Februari 1570, Khairun diundang ke Benteng Gamlamo untuk membahas upaya perdamaian Moro. Khairun datang memenuhi undangan tersebut bersama sejumlah bobatonya. Setelah bertukar pikiran dan pandangan masing-masing, kedua pihak setuju bahwa gangguan keamanan di Moro harus diakhiri. 57 Edisi 10 / Juli 2016 Tanpa ragu Khairun melangkah masuk, lalu pintu tertutup. Ketika menuju ruang audensi gubernur, seorang tentara Portugis—Sersan Antonio Pimental—menghampiri Khairun. Tanpa Ibid, hlm.85 35 Laporan Khusus SYAMINA bicara sepatah kata pun, Pimental—kemenakan de Mesquita sendiri—mencabut keris di pinggangnya dan melakukan tusukan berkali-kali ke tubuh Khairun. Edisi 10 / Juli 2016 di dada putranya, SB. Salah satu nasihatnya yang terekam dalam pita sejarah adalah: “Antara Islam dan Katolik terdapat jurang pemisah yang lebar. Sejarah kemenangan Islam di Andalusia (Spanyol), Khalifah Barat, membuat mereka membenci dan iri kebesaran Kesultanan Ternate. Mereka menderita penyakit dendam kesumat serta pemusnahan di mana saja setiap melihat negeri-negeri Islam, baik di Goa, Malaka, Jawa, dan kita di Maluku sini. Kalau kita di Ternate kalah maka nasib kita akan sama dengan negerinegeri Islam di Jawa, Sulawesi, dan Sumatra.” Sultan Ternate yang malang ini roboh dan langsung meninggal dunia. Sejak itu, Khairun tak kembali lagi ke istananya. Sebuah sumber tradisional mengatakan bahwa jasadnya dipotongpotong kemudian digantung untuk dipertontonkan kepada khalayak ramai, digarami, kemudian sebuah kapal Portugis membawanya ke tengah laut lepas dan dibenamkan ke dasar laut. Khairun meninggal dengan amat menyedihkan. Saat diangkat menjadi Sultan Ternate yang ke25, usia Baabullah sudah cukup matang, sekitar 42 tahun. Segenap penghuni kerajaan tak ragu sebab ia telah terlatih secara nyata di berbagai medan pertempuran masa pergolakan melawan Portugis.58 Dengan wafatnya Khairun, perubahan yang sangat mendasar terjadi di Maluku. Orang-orang Portugis maupun agama Kristen Katolik akan kehilangan prakarsa, hak-hak politik, bahkan berbagai keuntungan komersial yang telah mereka peroleh selama ini. Dengan terbunuhnya Khairun, Portugis mengira skenario Gubernur Diego Lopez de Mesquita berhasil membuka jalan lurus untuk merebut kembali posisinya yang superior atas dua aspek pokok yang mendasari tugas seorang gubernur: Pertama, menguasai perdagangan rempah-rempah secara monopoli; dan kedua, mengembangkan serta meningkatkan konversi ke agama Kristen—dua hal yang selama ini ditentang Khairun. Tampilnya Baabullah Baabullah Sang Penakluk lahir di Ternate, 10 Februari 1528 M. Baabullah merupakan generasi ke-5 Sultan Zainal Abidin (1485-1500). Generasi pertamanya adalah Sultan Bayanullah (1500-1522), kedua Sultan Maharani Noekila (1522-1532), ketiga Sultan Tabariji (1532-1536), dan keempat Sultan Khairun Jamil (1536-1570). Alih-alih mendapat untung dengan berhasil dijalankannya skenario de Mesquita, impian Portugis justru sirna dengan terbunuhnya Khairun. Keadaan justru berbalik. Ibarat orang menyelam, sejak terbunuhnya Khairun dan naiknya Baabullah, orang Portugis yang menyelam tidak pernah lagi muncul ke permukaan. Hal ini dikarenakan reaksi keras yang datang dari rakyat, para sultan se-Maluku, dan kalangan Portugis sendiri—khususnya para misionaris. Sultan Tidore, misalnya, menyerukan perang jihad secara total terhadap Portugis. Ketika muda, Baabullah telah digembleng ilmu kemiliteran oleh Salahaka Sula dan Salahaka Ambon. Keduanya merupakan Panglima Kerajaan Ternate. Berkat bimbingan kedua tokoh ini, dalam usia muda Baabullah telah diangkat menjadi Kaicil Paparangan (panglima tertinggi angkatan perang). Dalam bidang pengetahuan agama Islam, Sultan Khairun sendiri dan para ulama istana tak jemu-jemunya membimbing Baabullah. Anak muda gagah perkasa ini memang dipersiapkan untuk memegang tampuk Kerajaan Ternate. Jadilah ia, selain menguasai ketatanegaraan dan kemiliteran, juga terdidik secara mental sebagai calon sultan pengganti Chairun. Baabullah Datu Syah bin Sultan Khairun Jamil semasa kecil dikenal sebagai Kaicil Baru, putera tertua Sultan Khairun dari permaisurinya Bold Tanjung, puteri tertua Sultan Bacan Alauddin I. Sang ayah inilah yang terus mengobarkan semangat dan kesadaran sebagai bangsa merdeka 58-, Sultan Ternate Baabullah, Khalifah Islam Nusantara dan Penakluk Kaum Imperialis, Majalah Suara Hidayatullah, April 2000/ Dzulhijjah-Muharram 1421 36 Laporan Khusus SYAMINA Khairun pernah berencana mengirim Bab mengikuti pendidikan pada Kolese Sao Paulo di Goa (India), tetapi batal. Khairun akhirnya memilih untuk mengajar Baabullah sendiri di rumah secara privat. Edisi 10 / Juli 2016 dalam upacara pelantikan sultan ini, menyatakan kesetiaannya dengan penuh ruhul jihad dan mati syahid. Baabullah adalah seorang tokoh militer, karena jabatan yang di sandangnya sebelum naik tahta menggantikan Khairun—yakni jabatan paling akhir—adalah Kapita Laut Kerajaan Ternate. Sejak usia muda, Bab telab dididik secara militer. Penaklukan-penaklukan daerah seberang laut Kerajaan Ternate yang dilakukannya juga telah melambungkan namanya sebagai “penguasa 92 pulau” yang semuanya berpenghuni. Ini memberi indikasi bahwa Bab merupakan seorang militer yang jenius. Ketika memasuki usia remaja, Bab menunjukkan pribadinya sebagai seorang pemberani dan memiliki bakat-bakat keprajuritan. Dalam usia yang masih sangat muda, Bab diangkat sebagai Kapita Laut, jabatan militer tertinggi dalam struktur Kerajaan Ternate. Karena jabatannya itu pula, ia terlibat dalam berbagai ekspedisi penaklukkan, terutama ke wilayah Sulawesi Utara dan Tengah. Bahkan, setelah menjadi sultan pun Bab masih memimpin ekspedisi ke Buton, Tobungku, Banggai dan Salayar. Prestasi terbesamya adalah mengusir Portugis keluar dari Maluku dan tak kembali lagi untuk selamanya, setelah benteng Sao Joao Baptista (Benteng Gamlamo) dikepung selama lima tahun dan menyerah pada Saint Stephen’s Day, 28 Desember 1570. Sejak terbunuhnya Khairun pada 28 Februari1570, sejumlah tindakan militer diambil Bab untuk merespon situasi saat itu. Angkatan Perang Kesultanan Ternate dikirim ke Moro (1570) Bacan (1571) dan Ambon (1571) untuk menangkal setiap gejolak yang mungkin timbul berkenaan dengan perintah dan larangan yang dikeluarkan Sultan Bab usai pelantikannya. 59 Bab pertama kali menikah dengan Bega, seorang bangsawan Sulawesi Selatan dan pada 1571 menikah untuk kedua kalinya dengan adik Sultan Iskandar Tsani dari Tidore. Baabullah, yang diberi predikat sebagai “ penguasa 92 pulau” mempunyai lima anak: dua laki-laki dan tiga perempuan. Yang tertua Mandar Sjah, kemudian Saiduddin Barakati, Ainul Yaqin—yang menikah dengan Sultan Kodrati dari Jailolo—Boki Ramdan Gagalo, yang menikah dengan Sultan Tidore dan puteri terakhir (tidak jelas namanya) menikah dengan Sangaji Moti. Bab wafat dalam usia yang relatif muda, yakni 45 tahun, pada 25 Mei 1583. Pasukan tentara Islam di bawah pimpinan Sultan Baabullah sendiri bergerak menuju kedua jurusan: satu pasukan tentara Islam dikirim untuk mengepung benteng pertahanan PortugisKristen di Ternate dan satu pasukan tentara Islam lainnya ditugaskan untuk menghancurkan benteng Portugis-Kristen di Ambon. Raja Bacan yang telah menjadi pemeluk Kristen sepenuhnya memberi bantuan kepada Portugis-Kristen, sedangkan Sultan Tidore menyokong tentara Islam Ternate.60 Dan syair inilah yang selalu dikumandangkan laskar jihad Ternate dalam rangka mengajak persatuan untuk mengusir penjajah Portugis: Deklarasi Jihad Baabullah saat Pelantikannya Moro-moro se maku gise Baabullah Datu Syah bin Sultan Khairun Jamil dilantik pada 28 Februari 1570 menggantikan ayahnya, Khairun. Dalam pidato penerimaan jabatan seusai dilantik sebagai Sultan Ternate ke8, Bab—demikian panggilan akrab rakyat Ternate kepada dirinya—bersumpah menuntut balas atas kematian ayahnya. Bab juga bersumpah akan berjihad hingga orang Portugis terakhir meninggalkan negerinya. Semua rakyat yang hadir No kakoro siwange ma buluke Si wange ma sosiru Jo Mapolo sara sekore mie Ini formoni Bismillah! 59 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm. 181-196 60 Abdul Qadir Djaelani, Perang Sabil Versus Perang Salib, Ummat Islam Melawan Penjajah Kristen Portugis Dan Belanda, Yayasan Pengkajian Islam Madinah Al-Munawwarah Jakarta 1420 H / 1999 M, hlm.4 37 Laporan Khusus SYAMINA Edisi 10 / Juli 2016 yang siap dikerahkan. Jadi, serangan ke Hitu ini dimaksudkan Bab untuk mencegah datangnya bala bantuan Portugis ke Ternate.62 (Jika panggilan jihad telah diumumkan wajiblah diteruskan pada rakyat, Di matahari naik dan rakyat di matahari masuk, Bersatulah dengan rakyat di angin selatan, Dan rakyat di angin utara, bangkitlah berperang. Dengan niat Bismillah!)61 Pertempuran dasyat tak terhindar sehingga korban di kedua belah-pihak banyak yang berguguran. Dengan semangat mati syahid yang dimiliki oleh pasukan Sultan Ternate, akhirnya benteng pertahanan Portugis Kristen di Ambon berhasil dibakar, sehingga hanya sebagian kecil pasukan Portugis-Kristen yang dapat menyelamatkan diri dan terus ke Malaka. Kemenangan di Ambon Lima juanga besar segera diberangkatkan Baabullah ke Ambon. Juanga-juanga tersebut memuat 600 tentara pimpinan Kaicil Kalasineo, paman Baabullah sendiri. Pengerahan armada ke Ambon adalah suatu pertimbangan yang tepat yang menunjukkan keahlian strategi militer Baabullah untuk menangkal segala kemungkinan yang dapat terjadi, sebab di Ambon dan Seram terdapat konsentrasi pasukan Portugis yang cukup besar melebihi pasukan Portugis yang ada di Ternate, yang sewaktu-waktu dapat dikerahkan untuk menyerbu Gamlamo. Tinggallah para pemeluk Kristen di Ambon menjadi panik dan cemas, khawatir disembelih oleh tentara Islam Ternate. Tetapi, begitu pasukan tentara Islam tiba, dengan tegas mereka menyatakan bahwa umat Kristen Ambon akan diampuni dan tidak akan dipaksa masuk agama Islam, asal mengakui tunduk kepada kekuasaan Sultan Baabullah. Yang dikejar dan harus dibunuh adalah penjajah Portugis-Kristen sebagai pengkhianat yang keji.63 Ambon juga merupakan gerbang masuk ke dan dari Maluku—seperti ke Makassar, Jawa, Malaka, Goa, Kalimantan dan Filipina—sehingga ia harus cepat diawasi. Itulah sebabnya Bab mengirim pasukannya ke Ambon dan tidak ke daerah lain, begitu ia naik tahta. Dari sudut ini, Bab adalah seorang strategi militer yang ulung. Pada saat yang sama, Benteng Gamlamo juga mulai dikepung Baabullah. Bab menuntut agar pembunuh ayahnya—Gubernur Diego Lopez de Mesquita—diajukan ke pengadilan Portugis di Ternate dan apabila terbukti bersalah agar dijatuhi hukuman setimpal. Tuntutan ini disampaikan Bab kepada Raja Portugis di Lisboa maupun kepada raja muda di Goa. Armada ini mula-mula berlayar ke Buru untuk menambah personil militer, kemudian ke Lesidi dan Kambua di Hoamoal. Dari sana armada berlayar ke Hitu untuk menyerang benteng Portugis di sana. Akan tetapi, ketika pasukan Ternate tiba, benteng telah kosong-melompong. Pimpinan benteng tersebut, Duarte de Menezes, bersama pasukannya sebanyak 700 orang telah melarikan diri ke Leitimor. Duarte sendiri tak lama kemudian meninggal di sana. Apabila tuntutan dipenuhi, Maluku siap memulihkan kembali hubungan dan semua hakhak yang telah diberikan kepada Portugis, seperti yang berlaku selama ini. Tetapi, Portugis sukar memenuhi tuntutan itu, karena ada konvensi yang berlaku bagi seorang gubernur, yakni ia tidak dapat dihukum untuk perbuatan yang ia lakukan selama masa jabatannya (the governor can do no wrong). Jumlah pasukan Portugis dalam benteng di Hitu cukup banyak. Demikian pula, pemukimanpemukiman Kristen seperti di Hative, Tamimi, Hukumahu, dan desa-desa di kawasan Leitimor terdiri dari orang-orang maupun tentara Portugis Seorang pastor dari Misi Jesuit bernama Bertoli bertanya pada Mesquita mengapa ia membunuh Khairun. Dengan enteng ia menjawab dengan penuh kebohongan, “Karena Khairun telah menghalang-halangi transportasi bahan makanan 61-, Sultan Ternate Baabullah, Khalifah Islam Nusantara dan Penakluk Kaum Imperialis, Majalah Suara Hidayatullah, April 2000/ Dzulhijjah-Muharram 1421 62 63 38 M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm. 195-197 Abdul Qadir Djaelani, Perang Sabil, Op.Cit.,hlm. Laporan Khusus SYAMINA Portugis dari Moro ke Ternate dan menunjukkan sikap permusuhan dalam semua tindakannya.” Edisi 10 / Juli 2016 di Ambon, ia mengeluarkan pengumuman yang merupakan tindak lanjut atas penolakan Portugis menyeret Mesquita ke pengadilan, yaitu: Setelah usai pembunuhan terhadap Sultan Khairun, Mesquita bermaksud mengadakan sidang atau pertemuan darurat dengan petinggi-petinggi Portugis yang ada di Ternate, untuk memperoleh legitimasi atas perbuatannya itu. Tetapi, semua petinggi yang diundang, tak satu pun hadir setelah tahu bahwa Baabullah telah ditetapkan sebagai sultan pengganti Khairun. 1. Melarang semua kapal asing memasuki perairan Maluku. 2. Melarang konversi orang-orang Islam ke agama Kristen dan membatalkan semua kemudahan yang pernah diberikan Khairun kepada Misi Jesuit selama ini 3. Memerintahkan orang-orang Portugis partikelir, personel militer, Misi Jesuit, dan orang-orang Kristen Pribumi di Moro dan Bacan untuk berkumpul di Ternate. Malah secara diam-diam, de Mesquita dideportasikan ke Ambon dengan menyandang predikat sebagai tawanan. Ia berada di bawah pengawasan Sancho de Vasconcellos, penguasa Portugis di pulau itu. Raja muda Goa lalu mengirim Alvaro de Atayde sebagai pengganti de Mesquita sebagai gubernur Maluku. De Atayde temyata tidak dapat berbuat banyak untuk “mengapungkan” martabat dan kekuasaan Portugis yang telah tenggelam ke dasar lautan. 1. Larangan Masuk Kapal Asing Larangan semua kapal asing (Portugis) memasuki perairan Maluku dimaksudkan Bab untuk memutuskan hubungan Portugis di Maluku dengan dunia luar. Selain untuk mengisolasi mereka dan Malaka dan Goa, larangan ini juga ditujukan untuk mencegah bala bantuan personil, senjata dan amunisi mengalir ke Benteng Gamlamo. Bab tahu bahwa di Ambon, Seram, dan Banda, masih ada sejumlah awak militer Portugis yang sewaktuwaktu dapat dikerahkan untuk mematahkan kepungan terhadap benteng. Menurut sebuah sumber, raja muda Goa Ayres de Saldanha cenderung menyerahkan de Mesquita kepada Bab untuk diadili oleh Pengadilan Portugis di Ternate. Tetapi, Agustino Nunez, seorang komandan armada dan Sanchode Vasconcellos, komandan benteng di Ambon, menolaknya dan akan mendeportasikan de Mesquita ke Goa. Selain itu, Ambon dan Banda merupakan pintu masuk ke Maluku bagi kapal-kapal Portugis yang datang dari Goa, Malaka, dan Filipina. Tetapi, kapalkapal Portugis yang akan meninggalkan Maluku dibiarkan saja pergi tanpa gangguan. Contohnya adalah eskader Pareira Marramaque, yang berjumlah lima buah. Setelah usai mengevakuasi tentara dan misionaris dari Moro ke Ternate, eskader ini diizinkan kembali ke Ambon bersama pasukannya. Pada 1579, Kapal Nunes, dengan dikawal Vasconcellos, membawa de Mesquita menuju Malaka. Tetapi,di antara Surabaya dan Jepara, kapal diamuk angin ribut sehingga mereka harus berlabuh. Ketika sedang berjalan-jalan di tepi pantai, de Mesquita diserang beberapa orang bersenjata pada 24 September1579. De Mesquita tewas seketika dan jenazahnya dinaikkan ke kapal, yang kemudian berlayar menuju Malaka. Para penyerang adalah orang-orang Gresik—sekutu dan punya hubungan militer dengan Ternate, yang bersama orang Hitu menyerang pasukan Portugis di Ambon. Untuk mencegah infiltrasi musuh, perbatasan antara Pulau Obi, Banda, dan Buru dijaga ketat. Sebanyak lima juanga, masing-masing didayung 130 orang, yang memuat ratusan tentara (baru-baru) dipimpin seorang kapitan dari Kepulauan Sanana— bernama Kalakinka—dikerahkan untuk berpatroli selama 24 jam sehari. Kalakinka terpilih mengemban tugas tersebut karena selain dikenal sebagai seorang pemberani ia juga memiliki ilmu kebal dan sarat dengan berbagai ilmu hitam (black magic). Beberapa Keputusan Penting Baabullah setelah dilantik Segera setelah Sultan Bab tahu bahwa pembunuh ayahnya, de Mesquita, telah berada 39 Laporan Khusus SYAMINA Dalam mitos di Kepulauan Sanana dikisahkan bahwa setelah beberapa bulan menjaga perbatasan dan mondar-mandir antara Pulau Obi dan Buano, Kalakinka merasa bosan karena tidak ada kapal Portugis yang lewat. Pada suatu malam ia memanggil saihu semua juanga dan naik ke atas juanganya. Perintah yang keluar dari mulutnya adalah tiga juanga malam itu mengikutinya dan tidak diberitahukan kepada para saihu tujuan pelayarannya. Edisi 10 / Juli 2016 ke Moro dan memberikan perlindungan serta keamanan. Tetapi, kini Sultan Bab membatalkan semua fasilitas tersebut dan sehubungan dengan itu Bab melarang konversi orang-orang Muslim ke agama Kristen. Ketika para misionaris meninggalkan Moro, terdapat 70.000 orang Moro yang telah dibaptis— dari jumlah tersebut, setengahnya adalah orang Islam yang murtad. Tidak mengherankan apabila Baabullah harus mengeluarkan larangan konversi bagi orang Islam. Setelah lewat tengah malam, ia memerintahkan semua juanga menuju Seram. Ketika ayam mulai berkokok, tanda pagi akan segera tiba, ketiga juanga mendarat tidak jauh dari kamp Portugis di Lisabata. Pembantaian terhadap serdadu Portugis pun mulai berlangsung. Dalam waktu satu jam lebih, seluruh anggota garnisun Portugis di situ selesai dibabat. Pukul 10.00 pagi, Kalakinka dan pasukannya sudah kembali mendarat di Pulau Buano dan memulai tugasnya merondai kembali perairan Banda dan Obi. Larangan ini harus dilihat dalam kaitannya dengan fungsi Sultan Ternate sebagai Amiruddin, atau pemimpin agama Islam, yang secara implisit maupun eksplisit harus menolong dan membimbing orang Islam. Lagipula, bagi Baabullah, alasan pelarangan konversi ini sangat sederhana: “Sebagian pribumi itu sudah beragama, mengapa harus dialihkan ke agama lain?” 3. Perintah Agar Semua Orang Portugis dan Kristen Berkumpul di Ternate Ketika pagi tiba dan penduduk Lisabata keluar ke jalan, mereka terperanjat melihat mayat serdadu Portugis berserakan di tengah jalan. Beberapa waktu kemudian, barulah rakyat Lisabata tahu bahwa pasukan Kalakinka mendarat di sana dan melakukan pembantaian. Salahakan (gubernur) Kepulauan Sula sangat memuji kepahlawanan Kalakinka. Sementara orang orang Kristen Pribumi Bacan, berikut tentara Portugis dan misionarisnya, langsung berlayar ke Lisabata (Seram) di Ambon. Mereka tidak pernah datang lagi ke Ternate. Perintah agar semua personil militer dan para pedagang Portugis serta personil Misi Jesuit berikut semua orang Kristen Pribumi—tidak termasuk perempuan, anak-anak, orang sakit dan para manula—berkumpul di Ternate terutama didasarkan pada pertimbangan militer. Di Moro, selain terdapat pasukan reguler yang mengawal para misionaris—seperti di Tolo (terbanyak), Mamuya, Sugala, Sakita, Mira, dan Pulau Rao—juga terdapat pasukan tentara yang dibawa Pereira Marramaque sejumlah 500 orang. Pasukan Marramaque ini ditempatkan di Mamuya, ibu kota kerajaan Moro. 2. Larangan Konversi Selama Khairun berkuasa, sultan yang sangat toleran ini belum pernah melarang penyebaran agama Kristen di kalangan penduduk Pribumi— berbeda dengan kebijakan sebaliknya yang berlaku di Kesultanan Tidore. Karena itu, konversi besarbesaran pun terjadi di kalangan rakyat, terutama di Moro dan Bacan. Di kalangan para bobatopun hal serupa terjadi, seperti konversi yang dilakukan Sangaji Mod, Gamkonora, Tolo, Sugala, dan Cio. Untuk melaksanakan perintah ini, Bab mengirim tidak kurang dari 30 juanga berbagai ukuran dengan pasukan sebanyak 3.000 orang. Tugas yang diperintahkan Bab kepada pasukannya adalah: Cari dan kejar orang-orang Portugis dan bunuh mereka di manapun mereka ditemukan. Tetapi, perintah ini dikecualikan untuk anggota Misi Jesuit. Khairun sering membantu Misi Jesuit dengan juanga yang membawa para misionaris dari Ternate Ketika akan memasuki Sugala, armada Baabullah memergoki empat perahu Portugis yang 40 Laporan Khusus SYAMINA penuh muatan bahan pangan untuk kepentingan benteng di Ternate. Semua muatan disita dan awaknya disuruh kembali ke tempatnya semula. Edisi 10 / Juli 2016 di Jazirah Hitu karena Hitu bersekutu dengan Ternate, kemungkinan Honibappo berada di jazirah Leitimor. Juga perlu dipertanyakan apakah armada juanga pimpinan Rubohongi itu sejumlah lima juanga yang diperintahkan Bab—seperti ditulis Stapel di atas—ataukah armada tersendiri yang datang ke Ambon. Sultan Bab memang mengerahkan juanga dan pasukan yang jauh lebih besar dari pasukan reguler Portugis dan pasukan Pareira Marramaque dengan persenjataan lengkap. Karena itu, begitu perintah evakuasi tiba, semua pasukan reguler, misionaris dan orang-orang Kristen Pribumi lokal langsung berlayar ke Ternate. Stapel tidak menyebut siapa pimpinan kelima juanga yang dikirim Bab ke Ambon pasca kematian Khairun. Menurut Valentijn (hal.207), Rubohongi memimpin ekspedisi untuk menyerang Portugis di Ambon pada 1576, sementara dalam pocumenta (Vol.II hal.12), Rubohongi, dengan bantuan Laulata dan Talele, menyerbu benteng Portugis pada 1591. Marramaque menggunakan kapalnya untuk mengevakuasi tentara, misionaris, dan orang partikelir Portugis lainnya dari Moro ke Ternate. Sementara orang-orang Kristen Pribumi datang ke Ternate dengan menggunakan perahu mereka sendiri. Dalam pelayaran ini banyak di antara mereka yang tenggelam dan hilang ditelan laut, karena angin topan dan ombak melanda perahu mereka. Pada pertengahan 1570, seluruh evakuasi dari Moro rampung. Orang Portugis, misionaris, dan tentara diperintahkan masuk ke dalam benteng. Sementara orang-orang Kristen Pribumi diberikan dua opsi oleh Bab: Pertama, kembali ke agama asli/Islam (rekonversi) dan pulang kampung atas tanggungan kerajaan; atau kedua, tetap pada keyakinan agama Kristen dan memperoleh status sebagai tawanan dan masuk ke dalam Benteng Gamlamo berbaur bersama orang-orang Portugis. Sementara itu, Bab mengirim lima juanga besar. Tiap juanga didayung 130 orang berikut 120 tentara ke Ambon. Sasaran serbuan pertama para prajurit Ternate ini adalah benteng baru yang kebetulan dikomandani Marramaque, yang ketika itu tengah berada di Moro dan disibukkan dengan evakuasi para serdadu, para misionaris dan partikelir Portugis lainnya ke Ternate sesuai perintah Bab. Selama absennya Marramaque, komandan benteng berada di tangan Duarte de Menezes. Tetapi, karena berita kedatangan juanga Ternate bocor, de Menezes berikut 700 pasukannya melarikan diri ke Leitimor pada Agustus 1571, sebelum pasukan Bab tiba. Sebagian besar Pribumi Kristen memilih opsi pertama dan beberapa hari kemudian sejumlah juanga mengantar mereka pulang ke Morotia dan Morotai. Tetapi, ada beberapa ratus yang memilih opsi kedua dan masuk ke dalam benteng dengan status sebagai tawanan. Pada 1570, Sultan Bab mulai melakukan pengepungan terhadap Benteng Gamlamo, yang ketika itu dihuni oleh lebih dari 900 orang. Pada saat yang sama, Sultan Bacan meminta kepada komandan Portugis di Tidore agar melakukan penyerbuan ke Ternate. Tetapi, karena Portugis dalam posisi sedang lemah, permintaan Sultan Bacan ditolak. Baabullah sangat marah mendengar peristiwa ini dan menganggapnya sebagai sebuah pengkhianatan. G.E. Rumphius mencatat bahwa beberapa waktu setelah Khairun wafat, Sultan Bab mengirim Rubohongi ke Ambon. Dengan bantuan orangorang Hitu, Rubohongi menyisir perairan sekitar Teluk Ambon dan menyerang kapal-kapal Portugis yang mereka temukan. Akibatnya, tidak ada lagi kapal yang berlabuh di Teluk Ambon dan Portugis harus membangun sebuah benteng darurat di Honibappo. Bab lalu mengirim seorang utusan ke Kasiruta dan meracuni Sultan Bacan. Pada 1571, Portugis menempatkan sebuah garnisun kecil di Bacan. Bab mengirim pasukannya dan menyerang Bacan. Tentara Portugis berikut Misi Jesuit yang tersisa di Bacan pun berakhir. Rumphius tidak menjelaskan apakah pelabuhan darurat ini berada di Leitimor atau 41 Laporan Khusus SYAMINA Strategi Pengepungan Benteng Gamlamo Edisi 10 / Juli 2016 mengurangi pasokan logistiknya sebanyak 50%. Sementara pasokan logistik dari Bacan—setelah diserbu pasukan Bab pada 1571—mulai tersendat dan pada 1574 pasokan terhenti sama sekali. Benteng Portugis di Ternate dibangun pada bulan Juni 1522 dengan mengerahkan 500 orang pekerja setiap hari dan selesai dan diresmikan penggunaannya pada Bulan Februari 1523. Benteng ini pertama kali dinamakan Sao Joao Baptista de Ternate karena mulai dibangun pada perayaan hari Santo Yohanassi Pembaptis (24 Juni 1522). Nama benteng kemudian diubah menjadi Nostra Senhora del Rosario (Gadis Cantik Berkalung Bunga Mawar), karena nama ini sukar diucapkan rakyat Ternate sehingga mereka hanya menyebutnya dengan nama Benteng Gamlamo, mengikuti nama kota tempat benteng dibangun. Hal serapa juga terjadi pada para nelayan Ternate, yang biasa menyuplai ikan basah. Suplai ikan basah ini mulai tersendat dan akhirnya terhenti sama sekali. Hanya Moro dan sebagian kecil daerah Ternate—yakni Sau dan Jailolo—yang masih tetap memasok. Akan tetapi, karena jarak Moro-Ternate cukup jauh dan sangat tergantung pada angin serta cuaca, pasokan bahan pangan dari daerah ini sering terlambat. Akibatnya, penyakit busung lapar dan kekurangan nutrisi mulai merajalela di kalangan penghuni Benteng Gamlamo. Untuk mengatasi kekurangan lauk, binatang piaraan seperti anjing dan kucing mulai disembelih. Spesifikasi Teknis Benteng menurut Antonio Galvano adalah: Dinding luar: 26–27 fatthoms;64 ukuran dinding: 1 fatthoms; Menara: 5 fatthoms (dua lantai); lahan terbuka sekitar bangunan sekitar 6 fatthoms.65 Lama kelamaan binatang peliharaan mulai habis dan kini tikus pun mulai diburu. Tidak ada tikus yang bisa selamat bila berani masuk benteng. Ketika tikus mulai langka, giliran cicak dan serangga lainnya mulai ditangkap. Pada Mei 1570, semua personil militer Portugis, para pedagang, misionaris, serta pribumi Kristen Moro dan Ternate telah berada di dalam Benteng Gamlamo. Suplai bahan pangan datang dari Moro, Tidore, Bacan, dan dari Ternate sendiri. Bahan pangan yang dipasok berupa beras, sagu, jagung, sayuran, ikan, dan daging. Semuanya dilakukan atas dasar kemanusiaan. Sementara itu, penyakit busung lapar, beri-beri dan penyakit malnutrisi lainnya mulai berkecamuk bekerja sama dengan penyakit malaria yang mulai mewabah. Obat-obatan tidak ada karena telah lama habis. Para penghuni benteng, yakni orang-orang Portugis, mulai menggunakan ramuan tradisional, seperti daun-daunan dan akar-akar kayu. Bahkan, pengobatan melalui dukun mulai dipercayai. Karena logistik untuk memasok 900 orang cukup banyak, pada tahun pertama pengepungan, pasukan Bab membolehkan penghuni Pribumi keluar di siang hari dari benteng untuk menambah bahan pangan mereka. Tetapi, di sore hari mereka harus kembali ke dalam benteng. Tiap malam, dukun-dukun pribumi memanggil roh-roh nenek moyang mereka untuk menyembuhkan penyakit orang-orang Portugis. Seorang Frater dengan rasa putus asa menyatakan, “Hanya orang-orang yang sudah meninggal yang paling berbahagia!” Penghuni benteng orang-orang Portugis tetap dilarang keluar. Pada tahun kedua, jam meninggalkan benteng mulai dipersingkat, dari 10 jam menjadi hanya enam jam dalam sehari. Tahun berikutnya, izin diperpendek lagi menjadi hanya empat jam sehari. Pada 1574, penghuni benteng hanya dibolehkan keluar dua jam dalam sehari. Pada pekan ketiga Desember 1575, sebuah laporan yang sampai ke Sultan Bab menyatakan bahwa terlihat tidak kurang dari tiga kapal Portugis sedang bermanuver di sekitar Pulau Mayau, kawasan Batang Dua—suatu gugusan kepulauan dalam lingkungan Kerajaan Ternate yang terletak antara Ternate dan Manado. Mulai tahun 1575, izin keluar benteng dihentikan. Pada waktu yang sama, Tidore telah 64Satu fatthoms = 6 kaki atau 1,8 meter 65Galvao, Historia, hlm. 211 dalam; M Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.42-43 42 Laporan Khusus SYAMINA Bab berpikir kemungkinan ketiga kapal itu membawa pasukan Portugis yang akan menyerbu Maluku dan membebaskan benteng. Sebuah ekspedisi khusus pun dikirim ke perairan Pulau Mayau untuk memastikan apakah ketiga kapal itu masih berada di sana. Edisi 10 / Juli 2016 kembali. Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit Jepara. Pasukan yang dipimpin oleh Ki Demang Laksamana itu tiba di Malaka pada bulan Oktober 1574. Pasukan Portugis di Malaka dan Raja Muda Portugis di Goa, India juga sibuk membantu Pasukan Portugis mempertahankan posisinya di Malaka sehingga tidak bisa mengirim bantuan untuk pasukan Portugis di Maluku yang terkepung di dalam Benteng Gamlamo.66 Pada 22 Desember 1575, ekspedisi itu kembali dan melaporkan bahwa ketiga kapal tersebut masih ada di sekitar Kepulauan Mayau, tetapi tidak dapat bergerak karena angin bertiup sangat lamban. Apabila angin bertiup kencang dalam tempo 12 jam ketiga kapal itu bisa tiba di Ternate. Gubernur De Lacerda tidak punya pilihan lain selain menerima semua syarat yang diminta Baabullah. Tetapi, ia meminta agar penyerahan semua personil, berikut persenjataan pasukannya, dilakukan besok pagi, tepat pukul 09.00. Kaicil Tololalu kembali ke istana melaporkan kepada Sultan Baabullah hasil pembicaraannya dengan Gubernur De Lacerda. Pada 24 Desember 1575, Baabullah mengutus pamannya, Kaicil Tolo, untuk menemui Gubernur Portugis terakhir, Nuno Pareira De Lacerda, di dalam Benteng Gamlamo. De Lacerda sendiri dalam keadaan sakit dan kurus kering, karena kekurangan nutrisi. Kaicil Tolo menyampaikan pesan Baabullah yang terdiri dari tiga butir: Bab memerintahkan Kapita Laut Rubohongi agar menyiapkan sejumlah juanga dan pasukan pengawal yang akan mengawal penghuni benteng ketika akan dideportasi ke Ambon. Pada 28 Desember 1575, tepat jam 09.00 pagi, bertepatan dengan Saint Stephen’s Day (Hari Suci Santo Stefanus), Gubernur De Lacerda berjalan tertatihtatih keluar dari gerbang Benteng Gamlamo diikuti penghuni lain yang semuanya dalam kondisi sangat memprihatinkan, karena sakit dan kelaparan serta kekurangan nutrisi. Pertama: Penghuni benteng supaya menyerah tanpa syarat dalam waktu 24 jam, terhitung mulai jam 12.00 siang nanti; Kedua: Semua penghuni benteng akan dideportasi ke Ambon atau Malaka, setelah terjadi penyerahan. Ketiga: Apabila tidak mau menyerah, pada pukul 06.00 besok pagi pasukan Baabullah sebanyak 10.000 orang akan menyerbu. Ketika dihitung ulang, jumlah mereka tinggal 400 dari jumlah semula 900 orang lebih pada saat memasuki benteng di Mei 1570. Gubernur De Lacerda membacakan syarat-syarat penyerahan tanpa syarat dari pemerintah dan pasukan Portugis kepada Sultan Ternate, Baabullah Datu Syah. Portugis Menyerah Tanpa Syarat Saat itu posisi Portugis di Asia Tenggara mulai melemah. Hal itu terjadi karena serangan dari beberapa kerajaan Islam terhadap kekuatan Portugis di Malaka dan Maluku. Portugis di Malaka menghadapi serangan dari Kerajaan Johor, Aceh dan Jepara (Ratu Kalinyamat). Pada tahun 1550 Ratu Kalinyamat mengirim 4.000 tentara Jepara dalam 40 buah kapal memenuhi permintaan Sultan Johor untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan bangsa Eropa. Pasukan Jepara itu kemudian bergabung dengan pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang. Usai penandatanganan akta penyerahan— masing-masing oleh Gubernur De Lacerda atas nama Pemerintah Portugis dan Sultan Baabullah atas nama Kerajaan Ternate—Baabullah mengeluarkan pengumuman yang berisi dua hal: 1. Benteng Gamlamo diakui tetap menjadi milik Kerajaan Portugis dan De Lacerda 66 Pada tahun 1573, Sultan Aceh meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk menyerang Malaka 43 Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional. De Graaf HJ, Pigeaud Th GT. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalinyamat SYAMINA Laporan Khusus Edisi 10 / Juli 2016 Penguasa 100 Pulau diminta meninggalkan satu regu pasukannya di dalam benteng untuk menjaganya. Ternate memiliki daerah seberang laut terbesar di kawasan timur Indonesia ketika itu. Sewaktu Baabullah tampil sebagai sultan menggantikan ayahnya, Khairun, Ternate telah mengontrol sejumlah daerah seberang laut, yang membentang dari Mindanao di utara hingga Bima di selatan serta Makassar di barat hingga Banda di timur. 2. Orang-orang Portugis yang beristrikan pribumi Ternate atau Maluku lainnya, boleh tetap tinggal di Ternate. Keesokan harinya, 28 Desember 1575, ketiga kapal Portugis yang kepergok di perairan Pulau Mayau, lego jangkar dan berlabuh di Talangame. Ternyata kapal itu tidak membawa pasukan seperti yang diduga semula. Sebaliknya, kapal tersebut membawa pedagang yang akan membeli cengkeh. Sultan Bab memerintahkan pada hari itu juga agar kapal dipenuhi dengan muatan cengkeh. Sebelum jam 18.00 sore, ketiga kapal dengan muatan cengkeh dan 400 orang eks penghuni Benteng Gamlamo bertolak menuju Ambon. Hampir semua daerah tersebut diperoleh Ternate lewat penaklukan pada waktu Baabullah menjabat sebagai Kapita Laut di bawah pemerintahan Khairun. Beberapa daerah Ternate lainnya, seperti Kepulauan Sula dan Kepulauan Ambon, telah dipersembahkan oleh klan Tomaito dan Tomagola dari keluarga Fala Raha,70 sebelum kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol. Kehadiran Portugis di Maluku berakhir dengan sangat tragis. Portugis yang telah beijaya selama 63 tahun (1512-1575) harus mengakhiri kehadirannya dalam keadaan sangat terhina dan meninggalkan negeri ini serta tak kembali lagi untuk selamanya.67 Berikut adalah nama pulau-pulau yang berada di bawah kekuasaan Ternate di masa Sultan Baabullah:71 zz Mangindanau atau Mindanao, di mana Ternate mempunyai hak atas sebagian besar pulau itu Setelah diusir dari Pulau Ternate di Maluku Utara, Portugis membangun benteng pertahanan baru pada tahun 1576. Benteng baru terletak di Pantai Honibopo, yang merupakan bagian dari wilayah Desa Ahusu, salah satu desa kristen, sekutu Portugis di Ambon.68 zz Sarangan (dekat Mindanao) Perang Ternate-Portugis69 Tanggal 1588–1550 Lokasi Ternate Hasil Perubahan wilayah Kemenangan Kesultanan Ternate Kesultanan Ternate berhasil mengusir Portugis dari Ternate Pihak yang terlibat Imperium Portugal Kesultanan Ternate Komandan Lopez de Mesquita Sultan Baabullah Korban garnisun tewas 500 67 68 69 Tidak diketahui M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit.Hlm.208-209 Gerrit J- Knaap, A City Of Migrants: Kota Ambon At The End Of The Seventeenth Century, hlm.105 Charles Phillips and Alan Axelrod, Encyclopedia of Wars. Facts On File, Inc.New York NY 10001. http://www.factsonfile.com Hlm.913 https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Ternate-Portugal 70 Fala Raha (empat wisma), sebutan untuk empat klan yang mendirikan dan membesarkan Kerajaan Ternate sejak awal. Mereka adalah klan Tomaito, Tomagola, Marsaoli dan Limatahu 71Valentijn, Oud en Nieuw Oost Indien, hal.3-4, dalam; M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.210-212 44 SYAMINA Laporan Khusus Edisi 10 / Juli 2016 Pulau-pulau di sekitar Manado: - Lembe (dekat Bitung) - Ganga - May-in - Piso - Manado Tua - Tagias atau Kepulauan Penyu - Belet Banggai dan pulau-pulau di sekitamya: - Gapa - Sabuber Kepulauan Sula, Taliabau dan Seram serta Kepulauan Ambon: - Sula Taliabu - Sula Mangoli Gambar perkiraan Daerah Kekuasaan Ternate pada masa Sultan Baabullah - Sula Besi - Halmahera (sebagian besar Pulau-pulau di sekitar Kepulauan Sangir: - Seram (sebagian) - Lirong - Nusca - Masape - Kabruang - Tagbau - Kearma - Ambalau - Karkarotgang - Bukit - Siauw - Manipa - Nusa - Tomane - Pondang - Kelang - Karatta - Beeng - Labeang - Buano - Limpang - Tarrang - Massare - Oma dan Honimoa (sebagian) - Cabulusu - Batuinko - Mahono - Ambon (di Teluk Hitu) - Memumu - Lawesang - Buru - Solor (beberapa desa) - Pangasare (Tagulandang) - Cabin - Bellande - Roong - Cambale Sulawesi Tenggara: - Bing - Pasaigi - Mobore - Buton - Para - Biaro - Memomu - Pantsyano - Sangobulan - Banca- Sangir - Salayar - Kakeitang - Talisse - Batu - Pangasane - Nitusiba - Wingko - Salangkere Sekitar Halmahera 45 - Mayau - Cubi - Tafiiri - Saketa - Gommon - Ismogo SYAMINA Laporan Khusus - Liefye Matulle - Makian - Motir - Gono - Maitara - Hiri - Cayu Edisi 10 / Juli 2016 Kandahar. Daerah ini disewakan kepada East India Compay (EIC). Karena daerah seberang lautnya begitu luas, menurut sebuah sumber, Bab mampu mengerahkan 90.700 tentara bila diperlukan. Kontributor terbesar pasukan Bab—di atas 10.000 pasukan—adalah Viranulla dan Ambon (15.000), Teluk Tomini (12.000), Batu Cina dan sekitarnya termasuk Halmahera Utara (10.000). Penyumbang terkecil adalah Moti dan Hiri, masing-masing 300 pasukan. Untuk Sulawesi, misalnya, Ternate mengontrol Teluk Tomini, Gorontalo, Limboto, Kayeli, Palu, Banggai dan kepulauannya, Tobunku, Tibore, Butung, Selayar dan Batu Cina.72 Sebagian besar daerah seberang laut Ternate berada di Sulawesi. Di Teluk Manado saja, misalnya, wilayah Ternate membentang dari Manado hingga Teluk Tomini, Kayeli dan mencakup sejumlah besar pemukiman serta kerajaan mini, seperti Boroko dan Parigi serta kerajaan mini lainnya yang membentang sepanjang Teluk Tomini. Ketika Benteng Gamlamo dikepung, pasukan yang digunakan berjumlah kira-kira 10.000 orang, yang direkrut dari Jailolo, Gamkonora, Moti, Makian, Hiri dan Ternate sendiri. Pasukan elite Baabullah dari Jailolo dan Gamkonora adalah pasukan Alifuru, yang ketahanan fisiknya sangat luar biasa. Mereka dapat tidak tidur selama beberapa hari dan makan seadanya.73 Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa Sultan Baabullah adalah penguasa atas 72 pulau. Tetapi, Francoise Valentijn membantah pendapat itu. Bukunya tentang Sejarah Maluku, Oud en Nieuw Oostlndien (Vol.I b), yang secara khusus membahas sejarah Maluku (Beschrijving der Mollucas) terbit di Doordrecht dan Amsterdam pada 1724. Pada halaman 3-4 buku tersebut, Valentijn menuliskan seluruh nama-nama pulau berpenghuni yang menurut hitungannya berjumlah 92. Pembunuh Sultan Khairun, Antonio Pimental, meninggal dalam kesengsaran selama pengepungan karena penyakit beri-beri, bersama banyak orang Portugis lainnya di dalam Benteng. Adapun otak pembunuhan, yang memerintahkan eksekusi dan mutilasi Sultan Khairun, mantan Gubernur Mesquita tewas di Jepara ketika kapal yang ditumpanginya diserbu oleh orang tak di kenal. Menutup daftar nama-nama pulau itu, ia mencatat, “Jumlah ini menunjukkan bukan 72, tetapi 92 pulau yang diketahui dari namanya, tidak termasuk ratusan pulau kecil yang terletak di sekitar Banggai, yang berjumlah cukup banyak, dikenal dengan nama Pulau Penyu dan berbagai pulau kecil lainnya yang belum dikenal.” Bahkan, Francis Drake dari Inggris yang bertemu Baabullah selama empat hari—yakni pada 5-9 November 1579— dengan lantang mengatakan bahwa Baabullah adalah penguasa seratus pulau (“Baabullah was Lord of a Hundred Island”). Setelah mengusir orang Portugis, Sultan Baab pindah ke Benteng Gamalama yang ia ubah menjadi istana kerajaan. Ia hidup dan memerintah di sana dalam keadaan penuh kewibawaan dan keadilan. Ia mencurahkan tenaganya dengan penuh semangat dan kecerdasan untuk memelihara persekutuan sewilayah yang telah ia ciptakan untuk mengalahkan orang Portugis. Dengan armada kora-koranya ia mengunjungi pulau demi pulau, sambil menuntut pembaruan sumpah setia pulau-pulau itu, dan menjelajah sampai sejauh Makassar, penguasa daerah yang paling berkuasa di luar Jawa. Ia menahan diri untuk menguasai Tidore, musuh bebuyutan yang baru- Hal yang sangat menarik berkenaan dengan daerah seberang lautnya adalah hak Ternate yang cukup besar atas sebagian dari Pulau Mindanao, khususnya daerah-daerah di sekitar Teluk Bontuan, di kawasan Kerajaan Boussan di luar Kerajaan 73 72Andaya, The world of Maluku , hlm.84 dalam; M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.213 46 Thomas Forest, A Voyage to New Guinea and The Moluccas, Kuala Lumpur; Oxford University Press, 1969 hlm. 35 dalam; M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.210-214 Laporan Khusus SYAMINA baru ini menjadi sekutunya mengusir Portugis, dan membiarkan keberadaan orang Portugis di sana di samping beberapa orang Spanyol. Edisi 10 / Juli 2016 Eropa mulai berusaha mencari sendiri sumber rempah-rempah, termasuk Belanda.75 Penutup Baabullah masih menjalin hubungan dagang dengan Portugis maupun Spanyol. Supaya orang Portugis tahu diri maka Sultan Baab mengambil sikap seperti pembesar Eropa. Ia mengeluarkan peraturan bahwa semua orang Barat yang datang berkunjung harus membuka topi dan melepaskan sepatunya begitu mereka mendarat di Ternate. Dalam sejarah Kesultanan Ternate, Baabullah adalah Sultan Ternate terbesar yang pernah dimiliki kerajaan ini. Kebesarannya tidak sematamata terletak pada keberhasilannya mengantarkan negeri dan rakyatnya ke puncak legitimasi kekuasaaan, tetapi terutama pada keberhasilannya mengusir kekuasaan penjajah adidaya pada masanya—yakni Portugis—yang telah menguasai hampir separuh dunia. Ia tidak berbicara apa-apa tentang pedang, karena menganggap bahwa seseorang yang sudah tidak bersepatu dan tidak bertopi dan yang dengan demikian sudah dipermalukan, takkan keranjingan untuk memamerkan kebolehannya bermain senjata. Dengan sikap merendahkan ia menerima tamu di tempat yang dahulu merupakan balai besar benteng Portugis. Perasaan terzalimi dengan kekejaman Portugis dan perlakuan tidak adil yang selalu mereka alami selama puluhan tahun, telah menyulut semangat Jihad rakyat Muslim Maluku yang berhasil dikobarkan oleh Sultan Baabullah. Pembunuhan dan mutilasi atas tubuh Sultan Khairun telah menjadi pemantik api perlawanan terhadap penjajah Portugis yang kafir dan zalim. Dalam berdagang ia lebih mendikte daripada merundingkan syarat perdagangan. Pada suatu kejadian yang tak terlupakan, ketika suatu gabungan delegasi Portugis-Spanyol datang menghadap, mereka menimbulkan amarahnya, dan mengusir mereka dari hadapannya. Mereka baru saja menyerahkan suatu surat pribadi dari Raja Philip II, di mana disebut tentang beberapa hadiah mahal, tapi yang oleh duta kurang ajar ini ditahan dan baru akan diserahkan setelah memperoleh kepastian bahwa sultan menyetujui usul perdagangan mereka. Inilah zaman emas Kesultanan Ternate.74 Ancaman akidah berupa kristenisasi yang dilakukan di bawah todongan senjata juga telah menjadi pemupuk semangat jihad rakyat Maluku. Dengan semangat jihad yang membara, Baabullah dan rakyat Muslim Maluku berhasil mengusir penjajah Portugis dari Maluku dan menyelamatkan rakyat dari upaya kristenisasi yang membonceng kolonialisme. Bab berjasa dalam menanamkan rasa percaya diri yang optimal kepada rakyat Maluku. Rasa percaya diri ini telah menjadi senjata paling canggih dalam mengusir kekuasaan adidaya Portugis, yang bercokol di negerinya selama 53 tahun secara terus menerus—dihitung sejak gubernur pertama Portugis, Antonio de Brito, dilantik pada 1522. Setelah terusir dari Ternate, pasokan rempahrempah -terutama lada dan cengkeh- ke eropa mulai tersendat. Hal ini terjadi karena mereka kesulitan memperoleh pasokan, yang selama ini bisa mereka dapatkan dengan mudah dan murah bahkan gratis karena monopoli jahat yang mereka berlakukan. Hal itu semua kini tak bisa dilakukan. Mereka harus membayar dengan harga yang pantas kalau ingin mendapat rempah-rempah dari Maluku. Pasokan yang merosot tajam membuat beberapa negara Walaupun ambisi politik dan militer Baabullah—sebagai penguasa 92 pulau yang semuanya berpenghuni—telah menelan sejumlah besar rakyat sebagai tebusannya, tetapi pengorbanan besar rakyat Maluku itu tidak sia75 74 Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Op.Cit., hlm. 89-90 47 Ernst van Veen, Voc Strategies In The Far East (1605-1640), Bulletin of Portuguese - Japanese Studies (BPJS), núm. 3, december, 2001, Universidade Nova de Lisboa Lisboa, Portugal, hlm. 85 http://www. redalyc.org/articulo.oa?id=36100306 Laporan Khusus SYAMINA sia jika dibandingkan dengan hasil-hasil yang dicapainya. Aceh dan Demak untuk mengenyahkan Portugis dari Asia Tenggara. Persekutuan Aceh–Demak– Ternate ini merupakan simbol persatuan Asia Tenggara karena ketiganya sebagai yang terbesar dan terkuat pada masa itu merangkai wilayah barat, tengah dan timur Asia Tenggara dalam satu ikatan persaudaraan, mewujudkan kembali persatuan Asia Tenggara sejak keruntuhan Majapahit.77 Hasil paling maksimal untuk menebus pengorbanan yang amat besar itu adalah Portugis terpaksa angkat kaki dan meninggalkan Maluku untuk selama-lamanya. Rakyat membayar mahal untuk hal tersebut. Tetapi, hasil yang dicapai juga maksimal, disamping kebanggaan, heroisme dan penemuan kembali jati diri yang hampir punah. Satu hal yang perlu dicatat; Baabullah memperlakukan Portugis yang kalah dengan manusiawi dan adil, walaupun selama ini Portugis telah menjajah dan berbuat zalim dan tidak adil terhadap pemimpin dan rakyat Maluku. Sultan Baabullah tidak menaruh dendam dan tidak berlaku kejam untuk membalas apa yang dilakukan Purtugis di masa lalu. Sikap ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi di Granada Spanyol ketika penguasa Kristen berhasil mengalahkan Umat Islam. Saat itu orang Islam diperlakukan dengan semena-mena dan tidak manusuawi serta dipaksa untuk masuk agama Kristen. Bahkan salah satu tujuan mereka ke Asia tenggara adalah mengejar Muslim yang mereka sebut orang Moor. Di sini terlihat Toleransi dan jiwa besar yang ditunjukan oleh Sultan Baabullah, sebagai pemimpin Islam yang berakhlaqul Karimah sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. (K. Subroto) Dengan demikian, jasa terbesar Baabullah adalah penanaman rasa percaya diri dan kebanggaan yang mempunyai nilai tersendiri. Dengan kata lain, Bab telah berhasil membimbing rakyatnya mencari dan menemukan jati diri serta integritas mereka yang selama lebih dari setengah abad telah memudar dan nyaris lenyap. Sisi lain yang perlu dicatat mengenai Sultan Ternate terbesar ini adalah keberhasilannya mempertahankan nilai-nilai Islam, agama yang menjadi identitas kerajaan-kerajaan di Maluku. Kepergian Portugis dari Maluku sekaligus juga membawa pergi segala bentuk penginjilan atau kristenisasi yang telah menjadi benih permusuhan dan perpecahan di kalangan rakyat Maluku selama lebih dari setengah abad. Upaya Baabullah mempertahankan agama Islam yang menjadi identitas kerajaan-kerajaan Maluku, merupakan prestasi yang harus diberi penilaian tersendiri. DAFTAR PUSTAKA Prestasi Baabullah lainnva yang perlu dicatat adalah keberhasilannya mengubah kondisi ekonomi di era kerakusan dan monopolistis menjadi perdagangan bebas yang menguntungkan semua pihak. Para pedagang Jawa, Arab, Melayu, Makassar dan Cina, yang selama ini tersingkir dan selalu dikejar-kejar Portugis ataupun Spanyol, kini memperoleh kebebasan untuk bersaing dalam perdagangan, yang tentunya sangat menguntungkan para petani cengkeh dan KerajaanTernate yang memperoleh pajaknya. Inilah beberapa prestasi Sultan Baabullah yang patut dicatat dan Dikenang.76 Abdul Qadir Djaelani, Perang Sabil Versus Perang Salib, Ummat Islam Melawan Penjajah Kristen Portugis Dan Belanda, Yayasan Pengkajian Islam Madinah Al-Munawwarah Jakarta 1420 H / 1999 M Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1, Penerbit Surya Dinasti Bandung. Edisi revisi 2015. C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 14151825, The History Of Human Society, General Editor: J. H. Plumb, Hutchinson of London Sultan Baab tetap melanjutkan kebijakan ayahnya dengan menjalin persekutuan dengan 76 Edisi 10 / Juli 2016 77 M. Adnan Amal, "Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I", Universitas Khairun Ternate 2002. Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Masa Lalu Penuh Gejolak", Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm. 225-226 48 Laporan Khusus SYAMINA Edisi 10 / Juli 2016 Charles Phillips and Alan Axelrod, Encyclopedia of Wars. Facts On File, Inc.New York NY 10001. http://www.factsonfile.com Celeberrimae.jpg License: Public Domain Contributors: Geagea, Joe Kress, Kilom691, Kintetsubuffalo, Pe-Jo, Ras67, Stunteltje, Tm Cheviano E. Alputila, Pasang Surut Penyebaran Agama Katolik Di Maluku Utara Pada Abad 1617, Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 1, Balai Arkeologi Ambon Juli 2014 http://en.wikipedia.org/w/index. php?title=File:Spain_and_Portugal.png License: GNU Free Documentation License Contributors: Lencer Crafton, R.H.A., A Pegeant of the Spice Islands, London: John Bale, Sons & Danielson Ltd, 1936 http://en.wikipedia.org/w/index. php?title=File:Treaty_of_Tordesillas.jpg License: Public Domain Contributors: Original: Biblioteca Nacional de Lisboa Photo: User:Joserebelo De Graaf HJ, Pigeaud Th GT. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_ Kalinyamat Dr. Dieter Bartels, The Evolution of God in the Spice Islands: The Converging and Diverging of Protestant Christianity and Islam in the Colonial and Post-Colonial Periods, paper was presented at the Symposium “Christianity in Indonesia” at the Frobenius Institute of the Johann Wolfgang Goethe University at Frankfurt/Main on December 14, 2003 Jane I. Smith, Islam and Christendom Historical, Cultural and Religious Interaction from The Seventh to The Fifteenth Centuries. Dr. Usman Thalib M.Hum, Sejarah Masuknya Islam di Maluku, Diterbitkan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Provinsi Maluku dan Maluku Utara 2011 Joanna Hall Brierley; Spices, The Story of Indonesia’s Spice Trade. Oxford University Press, 1994.D’Clercq, FSA; De Bijdragen tot de kennis der Residentie Ternate, E.J. d’Brill, Leiden. 1890. Transalated by Paul Michael Taylor: Ternate,The Residency and It’s Sulatanate, Smithsonian Institute, Washington.D.C, 1999 Elton G.R., The New Cambridge Modern History, Vol II, (Cambridge at the university Press, 1968) John L. Esposito (Ed). The Oxford History of Islam. Oxford University Press, New York, 1999. Ernst van Veen, Voc Strategies In The Far East (16051640), Bulletin of Portuguese - Japanese Studies (BPJS), núm. 3, december, 2001, Universidade Nova de Lisboa Lisboa, Portugal http://www. redalyc.org/articulo.oa?id=36100306 Leonard Y. Andaya, Dunia Maluku, Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal, edisi terjemah Bahasa Indonesia, Penerbit Ombak 2015 Gerrit J- Knaap, A City Of Migrants: Kota Ambon At The End Of The Seventeenth Century, M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah, Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250 – 1950. Edisi I Nopember 2001 Hans W. Weigert et.al. 1957. Principle of Polilitical Geography. Apleton.New York, hlm. 254. M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah, Universitas Khairun Ternate, Edisi Revisi 2006 Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional. M. Adnan Amal, Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I, Universitas Khairun Ternate 2002 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku. Komunitas Bambu, 2009 Majalah Suara Hidayatullah, Sultan Ternate Baabullah, Khalifah Islam Nusantara dan Penakluk Kaum Imperialis, Majalah Suara http://en.wikipedia.org/w/index. php?title=File:Blaeu_-_Moluccae_Insulae_ 49 Laporan Khusus SYAMINA Hidayatullah, April 2000/Dzulhijjah-Muharram 1421 Nguyen Thi Ha Thanh, European Trade on the Far East and the Mercantile Relationship with Vietnam from the 16th to 19th Century, Ridho Rachman, dkk., Kesultanan Ternate Tidore: Studi Kasus Awal Berdiri, Perlawanan Dan Kemunduran Oleh Bangsa Asing Abad 15 Sampai 17, Departemen Ilmu Sejarah , Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok Mei 2011 Sir Thomas Arnold (ed), 1965. The Legacy of Islam. Oxford University Press.London Syaiful Bahri Ruray, Rediscovery The Spices Islands, The Legal and Socio-Political Life in North Moluccas. Makalah pada Simposium: “Maluku Utara Dalam Perspektif Diversitas Multidimensi”. Kerjasama Pemda Provinsi Maluku Utara, University of Le Havre-Perancis, Yayasan Saloi dan UNKHAIR, UMMU, UNERA. Ternate, 1 November 2010. Thomas Forest, A Voyage to New Guinea and The Moluccas, Kuala Lumpur; Oxford University Press, 1969 Tome Pires, Suma Oriental, terjemah edisi ketiga, Penerbit Ombak Yogyakarta, 2016 Wiliard A. Hanna & Des Alwi, Ternate dan Tidore Masa lalu Penuh Gejolak, Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 1996 50 Edisi 10 / Juli 2016