pengepungan benteng portugis

advertisement
PENGEPUNGAN BENTENG PORTUGIS
Kekalahan Superpower Portugis oleh Jihad Baabullah di Ternate
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi 10 / Juli 2016
PENGEPUNGAN BENTENG PORTUGIS
Kekalahan Super Power Portugis Oleh Jihad Baabullah Di Ternate
K. Subroto
Laporan Khusus
Edisi 10 / Juli 2016
ABOUT US
Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga
kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk
kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua
elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media
yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi
corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan
peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan
gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal.
Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing
penulis.
Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami,
kirimkan e-mail ke:
[email protected].
Seluruh laporan kami bisa didownload di website:
www.syamina.org
2
SYAMINA
Laporan Khusus
Edisi 10 / Juli 2016
DAFTAR ISI
EXECUTIVE SUMMARY
Pengepungan Benteng Portugis
Kekalahan Super Power Portugis Oleh Jihad Baabullah
Di Ternate
Daftar Isi—3
khir Perang Salib di Andalusia Spanyol 1494
begitu pilu. Dengan jatuhnya Granada ke
tangan orang Kristen tahun 1494 M dari
umat Islam, hilanglah toleransi beragama dan
kedamaian dalam berniaga. Timbullah penindasan
di luar kemanusiaan. Umat Islam dipaksa untuk
pindah agama Kristen. Jika tidak mau murtad
harus meninggalkan Spanyol, namun tidak boleh
membawa putra-putrinya. Mereka yang tidak
sanggup meninggalkan putra-putrinya, mereka
memilih masuk Kristen. Apabila tidak mau pindah
agama Kristen dibakar hidup-hidup. Selain itu juga
dibangkitkan gerakan Anti Semitisme. Artinya Anti
Islam dan Yahudi. Hal ini tidak pernah terjadi pada
masa Islam.
A
Mukadimah, The Spices Island—6
Perjanjian Tordesillas; Awal Kelahiran Kolonialisme
Barat —9
Persaingan Portugis Spanyol—11
Pengaruh Portugis dan Kedigdayaan kekuatan
Maritimnya—13
Keuntungan Perdagangan Rempah-rempah yang
Menggiurkan—14
Misi Agama dan Perdagangan—16
Kedatangan Portugis, Disambut sebagai Tamu—18
Pemberian Hak Monopoli—20
Mengamankan Monopoli dan Menggembos Kekuasaan
Sultan—21
Kekejaman Portugis Membangkitkan Perlawanan—21
Tuduhan Pengkhianaian—25
Arogansi dan Konspirasi—26
Misi Penginjilan (kristenisasi)—27
Ternate diserahkan pada Portugis oleh Sultan
Tabariji—30
Hubungan Mesra Sultan Khairun Portugis berbuah
pahit—30
Tampilnya Baabullah—36
Deklarasi Jihad Baabullah saat Pelantikannya—37
Kemenangan di Ambon—38
Beberapa Keputusan Penting Baabullah setelah
dilantik—39
Strategi Pengepungan Benteng Gamlamo—42
Portugis Menyerah Tanpa Syarat—43
Penguasa 100 Pulau—44
Penutup —47
Daftar Pustaka—48
Dengan kemenangan itu Portugis dan
sekutunya, Spanyol merasa sebagai penguasa
Dunia. Portugis dan Spanyol mulai bersaing
untuk menemukan dan menguasai negeri-negeri
di barat dan di Timur untuk dieksploitasi secara
ekonomi sekaligus menyebarkan agama Katolik.
Untuk menghindari konflik antara dua kekuatan
maritim-raksasa ketika itu: Spanyol dan Portugis,
Paus Alexander VI memprakarsai lahirnya Traktat
Tordesillas (7 Juni 1494) yang “membagi” dunia
menjadi dua bagian, separuh untuk Spanyol dan
separuh lagi untuk Portugis.
Portugis yang mendapat bagian Timur
kemudian bergerak ke negeri-negeri yang mereka
sebut Timur Jauh, yakni Asia dengan semangat
dan misi reconquita dores (penaklukan terhadap
Muslim). Mereka mengejar dan memporakporandakan negeri asal Muslim yang mereka
benci, Afrika Utara. Setelah menghancurkan dan
3
Laporan Khusus
SYAMINA
membantai di sana, mereka berusaha mencari
orang-orang Moor (Muslim) di luar Afrika utara
sambil mencari negeri asal rempah-rempah yang
konon dari negeri di Timur yang dikuasai orangorang Muslim.
Edisi 10 / Juli 2016
Kesultanan Ternate. Kedatangan mereka yang
dilengkapi kapal dan senjata modern telah
memunculkan harapan baru untuk memenangkan
persaingan antar negeri di Kawasan Pulau Rempahrempah yang selama ini bersaing ketat untuk
mengontrol wilayah tersebut.
Tahun 1488 Portugis sampai di Tanjung Harapan
di Afrika Selatan. Namun belum mengetahui jalan
ke India maupun Asia Tenggara, sehingga mereka
mencari pemandu dalam pelayaran mereka. Tahun
1498 tentara Portugis yang dipimpin Vasco da Gama
tiba di India dengan dipandu oleh seorang navigator
Muslim, Ahmad bin Abdul Majid. Menurut Sir
R.F. Burton, Ahmad bin Abdul Majid adalah yang
pertama menemukan kompas.
Dengan angan-angan Sultan Ternate yang
muluk-muluk akhirnya semua permintaan
tamunya tersebut dikabulkan. Hak monopoli
perdagangan rempah-rempah pun diberikan pada
Portugis karena awalnya Portugis mau membayar
dengan harga yang lebih tinggi daripada yang
dibayarkan para pedagang Arab, Jawa, Melayu
dan Cina selama ini. Di samping itu Ternate akan
mempunyai daya saing yang lebih kuat karena
mempunyai mitra asing. Untuk tujuan itu Portugis
dibolehkan dan dibantu membangun benteng
pertahanan di Ternate.
Portugis dengan cepat memiliki banyak basis
penting di kawasan Timur: Malaka (1511)—pasar
rempah-rempah utama, sebuah gerbang untuk
masuk ke arah timur dari Eropa, Ambon (1537),
Ternate (1530) dan Tidore (1578) dan Makau (1557)
di Cina.
Lambat laun Portugis menampakkan sifat
aslinya sebagai penjajah, bukan mitra dagang
atau sekutu bagi Ternate. Sebagai pemilik hak
monopoli perdagangan rempah-rempah, mereka
menentukan harga semau mereka sendiri, bahkan
di bawah harga pasar yang selama ini berlaku
untuk mengeruk keuntungan yang besar. Selain
itu petani Ternate juga dikenai pajak penjualan
yang tinggi dan petani dipaksa untuk menjual
dan menyerahkan hasil panennya hanya kepada
Portugis.
Di wilayah yang dilalui pelayaran Kerajaan
Katolik Portugis terjadi bencana kemanusiaan. Hal
itu terjadi karena motivasi pelayaran mereka bukan
berniaga sebagaimana pelayaran yang sebelumnya
lazim dilakukan di Asia dan Afrika. Tetapi motivasi
mereka adalah reconquita dores (penaklukan
terhadap Muslim). Ketika Portugis sampai di Goa
India, mereka baru menyadari bahwa Negara
sumber rempah-rempah yang selama ini dicari
bukan India.
Di bidang politik Portugis juga mulai
berani mencampuri urusan pemerintahan.
Bahkan mereka campur tangan dalam suksesi
kepemimpinan Sultan Ternate untuk menjamin
bahwa Sultan Ternate selanjutnya tidak menentang
Portugis untuk melanggengkan posisi mereka di
Ternate. Untuk memuluskan tujuan itu, Portugis
mewajibkan para putra Sultan untuk dididik di
dilingkungan orang-orang Portugis di dalam
Benteng Portugis sampai menginjak dewasa.
Intrik-intrik dan persekongkolan pun terjadi.
Pangeran atau pejabat Kesultanan yang tidak
disukai atau dianggap sebagai ancaman Portugis
akan disingkirkan dengan berbagai cara. Mulai dari
diracuni, dibuang, dipenjara atau dibunuh dengan
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Dalam usaha mencari negeri asal rempahrempah yang mereka buru karena harganya yang
sangat mahal waktu itu, pelayaran Portugis kembali
meminta bantuan pemandu Muslim. Nakoda
Ismail, seorang pedagang Melayu yang punya
banyak pengalaman pelayaran ke Maluku, diminta
menjadi pemandu ekspedisi Portugis itu. Dia
menggunakan jung Cina sebagai kapal pemandu,
yang berlayar paling depan menuntun ketiga
kapal Portugis pimpinan d’Abreau. Pelayaran ini
merupakan pelayaran armada Eropa pertama di
perairan Nusantara.
Sampai di Maluku Portugis diterima sebagai
tamu dan mitra dagang yang sangat dihormati
4
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi 10 / Juli 2016
Portugis juga berlaku sangat kejam. Siapa saja
yang menentang kemauan gurbenur Portugis akan
ditangkap, disiksa dan bahkan dieksekusi dengan
cara yang sangat keji, walaupun kesalahannya
sangat sepele.
Kerajaan Ternate. Baabullah kemudian diangkat
menjadi Sultan Pengganti Khairun dan menyerukan
jihad pada seluruh rakyat Ternate dan negeri-negeri
di sekitarnya untuk menghancurkan dan mengusir
Portugis dari Maluku.
Misi penginjilan pun segera dijalankan.
Para penyebar agama didatangkan untuk
mengonversi agama rakyat Ternate yang mayoritas
Muslim menjadi Kristen Katolik. Para pejabat
dan bangsawan pun tidak luput dari sasaran
Kristenisasi. Banyak rakyat, pejabat dan keluarga
Kerajaan Ternate yang kemudian dimurtadkan.
Rakyat dan negeri-negeri sekitar Ternate
menyambut seruan jihad Sultan Baabullah.
Serangan terhadap Portugis dilakukan secara
serentak dengan dukungan tersebut. Dimulai
dengan markasnya di Ambon untuk mencegah bala
bantuan masuk. Dilanjutkan dengan membersihkan
seluruh Kepulauan Maluku dari orang-orang
Portugis. Markas Portugis di Benteng Gamalama
pun mulai dikepung. Orang-orang Portugis yang
menyerah semua dimasukkan ke dalam benteng
tersebut. Pengepungan berlangsung sampai lima
tahun tanpa aksi militer. Pasokan bahan makanan
yang semakin lama semakin dibatasi membuat
orang-orang Portugis seakan di dalam Penjara yang
besar.
Sultan Khairun yang sejak kecil mengenyam
pendidikan dan hidup bersama orang Portugis
awalnya mendukung segala program Portugis
termasuk Kristenisasi. Bahkan tak jarang Sultan
memfasilitasi dan mengawal misi penginjilan
di berbagai pulau sekitar Ternate. Namun pada
akhirnya Khairun menyadari kesalahannya.
Anggapan bahwa Portugis baik mulai sirna dari
hatinya. Kekejaman dan ketidak adilan Portugis
yang selama ini diberlakukan pada rakyatnya
kini sudah tidak bisa tolerir lagi ketika kekejaman
dan ketidak adilan itu dia alami sendiri. Khairun
tidak setuju dengan rencana Portugis yang akan
menaikkan lagi pajak penjualan yang selama ini
sudah memberatkan rakyat.
Pada tahun kelima tepatnya 28 Desember
1575, bertepatan dengan Saint Stephen’s Day (Hari
Suci Santo Stefanus), Portugis menyerah tanpa
syarat setelah diultimatum oleh Sultan Baabullah.
Gubernur dan Pasukan Portugis keluar dari
benteng dengan menunduk dan dengan kondisi
tubuh yang kurus kering dan sangat lemah karena
kekurangan gizi dan serangan penyakit. Dari
semula 900 orang yang terkepung dalam Benteng
tinggal 400 orang saja yang keluar saat menyerah
pada Sultan Baabullah. Portugis menyerah dan
keluar dari Maluku dengan hina setelah berkuasa
dan berjaya mengeruk keuntungan dengan zalim
di Maluku selama 53 tahun (1522-1575).
Khairun
mulai
membangun
kekuatan
militernya. Anaknya yang tertua sekaligus sebagai
putra mahkota diangkat sebagai Kapita Laut
(panglima perang) Kerajaan Ternate.
Sikap Khairun yang mulai berubah dirasakan
Portugis, dan dianggap sebagai pembangkangan
kepada Gubernur Portugis yang berpotensi
sebagai ancaman terhadap keberlangsungan misi
Portugis. Gubernur kemudian merencanakan
untuk menyingkirkan Khairun. Tipu muslihat pun
dijalankan, dan rencana licik gubernur berjalan
lancar. Khairun ditikam oleh orang suruhan
Gubernur ketika diundang ke dalam benteng
untuk berunding. Setelah dibunuh jasad Khairun
dimutilasi dan dibuang ke laut.
Kejahatan
Portugis
terakhir
semakin
memuncakkan kemarahan rakyat dan keluarga
5
SYAMINA
Laporan Khusus
Edisi 10 / Juli 2016
PENGEPUNGAN BENTENG PORTUGIS
Kekalahan Super Power Portugis Oleh Jihad Baabullah Di Ternate
Mukadimah, The Spices Islands
Nama Maluku berasal dari kosakata Arab “AlMulk” atau Jazirah Al Mulk yang berarti “Tanah
Para Raja”, kumpulan/semenanjung kerajaan yang
terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil. Maluku dikenal
dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki
keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan
alam yang berlimpah. Yang menarik, pada bendera
Kesultanan Ternate tertulis dengan aksara arab
kalimat “Al Muluk Buldan Ternate”.2
Rangkaian pulau-pulau penghasil rempahrempah (Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan
Bacan) sudah sejak lama disebut dengan nama
Maluku. Dalam tambo Dinasti Tang dari China
(618-906) disebut sebagai Ma-li-ki. Dan dalam
buku Negarakertagama (1365) menuliskannya
dengan Maloko, sementara para pedagang Arab
menamakannya Jazirah
Al Mamluk. Bangsa
Portugis sebelum mengunjungi kawasan ini
menyebutnya dengan Kepulauan Rempah-rempah
(as ilhas de Crafo). Setelah datang pada abad ke- 16,
mereka baru mengetahui namanya yang kemudian
mereks sebut Molucco atau jamaknya Moluccas.1
Penulis-penulis Barat mengenal dan menyebut
Kepulauan Maluku sebagai “kepulauan rempahrempah” (spice island). Penyebutan ini, dalam
abad-abad pertengahan, diberikan sebelum orang
Barat mengetahui secara pasti lokasi negeri asal
rempah-rempah yang mereka konsumsi.
Karena rempah-rempah memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan harga jualnya mahal,
pedagang-pedagang Cina merahasiakan asal-usul
dan daerah penghasilnya selama berabad-abad.
Sumber-sumber Cina yang belakangan kemudian
mengungkapkan
bahwa
pedagang-pedagang
Cina telah mengetahui Maluku sebagai penghasil
rempah-rempah dan melakukan pelayaran niaga
ke kawasan ini melalui Manila sejak abad ke-13.
Jung-jung besar Cina telah melayari daerah Maluku
sebelum pedagang lokal (Jawa dan Melayu) dan
pedagang asing lainnya (Arab dan Gujarat) tiba di
daerah ini satu abad kemudian.3
Gambar Peta Moluccas
1
2
M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah, Edisi Revisi 2006,
Universitas Khairun Ternate, hlm. vi
3
6
Dr. Usman Thalib M.Hum, Sejarah Masuknya Islam di Maluku,
Diterbitkan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional
(BPSNT) Provinsi Maluku dan Maluku Utara 2011. Hlm. 10
M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah, Perjalanan Sejarah
Maluku Utara 1250 – 1950. Edisi I Nopember 2001. Hlm.142
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi 10 / Juli 2016
mengunjungi Jawa dan Sumatera untuk penelitian
ilmu obat-obatan. Bukunya, Suma Oriental, ditulis
di Malaka dan diselesaikan di Goa.
Gambar Peta Maluku yang dibuat pada masa Belanda4
Alfonso d’Alburquerque, Laksamana Portugis
yang kemudian menjadi Raja Muda di Goa, setelah
berhasil menaklukkan Malaka pada 1511, mengirim
Antonio de Abreu dan Francisco Serrao dalam
sebuah armada yang terdiri dari tiga kapal dengan
perintah: “Cari dan temukan pulau rempahrempah!” Pernyataan ini merupakan sebuah bukti
bahwa Raja Muda tersebut belum mengetahui
negeri asal rempah-rempah, yakni Maluku.
Gb. Kepulauan Maluku
Maluku, sangat menarik bagi orang asing sejak
zaman Romawi. Mereka datang untuk mencari
cengkeh dan pala, dua komoditi rempah-rempah
yang saat itu mempunyai harga yang sangat
tinggi melebihi emas di Asia dan Eropa. Pedagang
tersebut, secara berurutan, membawa agama
Hindu, Islam, dan Kristen ke pulau-pulau ini.
Tome Pires, ketika bertemu pedagangpedagang bangsa Melayu menyatakan, “Tuhan
telah menciptakan Timor untuk kayu cendana dan
Banda untuk Pala serta Maluku untuk cengkeh, dan
barang dagangan ini tidak dikenal di tempat lain di
dunia ini kecuali di tempat-tempat tadi; dan telah
saya tanyakan dan selidiki dengan teliti apakah
barang ini terdapat di tempat lain, dan semua
orang katakan tidak.”
Islam sudah cukup mapan dan memiliki
pemeluk yang besar saat kedatangan orang Eropa
pertama (Portugis Katolik) pada tahun 1512 M.
Selama dua abad berikutnya, umat Islam berada di
garis depan dalam pertempuran melawan penjajah
Eropa, pertama Portugis, dan kemudian dari
awal abad ke-17, Belanda yang beragama Kristen
Protestan.6
Ambon saat itu tidak masuk dalam sebutan
Maluku. Pires menyatakan bahwa Kepulauan
Maluku terdiri dari 5 pulau, yaitu; Ternate, Tidore,
Moti, Makian dan Bacan.5 Pires adalah pakar obatobatan Portugis yang tiba di Malaka beberapa
saat setelah penaklukannya oleh Portugis. Ia juga
Maluku Utara adalah sebuah kawasan titik
temu dan perkenalan Asia Tenggara dengan dunia
luar bermula. Perdagangan rempah-rempah
tercatat sejak abad ke-7 Periode Dinasti T’ang
(618-907 M) di Cina. Perdagangan ini dengan
sendirinya membuka jalur perjalanan ke Maluku.
Periode Dinasti T’ang adalah periode di mana
4Sumber:
http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=File:Blaeu_-_
Moluccae_Insulae_Celeberrimae.jpg License: Public Domain
Contributors: Geagea, Joe Kress, Kilom691, Kintetsubuffalo, Pe-Jo,
Ras67, Stunteltje, Tm
5
Tome Pires, Suma Oriental, terjemah edisi ketiga, Penerbit Ombak
Yogyakarta 2016.Hlm.264 dan 276.Ambon masuk dalam wilayah
administratif Maluku dimulai pada masa pemerintahan Kolonial
Belanda yang menjadikan Ambon sebagai pusat administratif
Kepulauan Maluku, yang kemudian kebijakan ini diteruskan oleh
Pemerintah Indonesia paska kemerdekaan 1945. Lihat Dr. Usman
Thalib M.Hum, Op.Cit. hlm.15
6
7
Dr. Dieter Bartels, The Evolution of God in the Spice Islands: The
Converging and Diverging of Protestant Christianity and Islam in
the Colonial and Post-Colonial Periods, paper was presented at the
Symposium “Christianity in Indonesia” at the Frobenius Institute
of the Johann Wolfgang Goethe University at Frankfurt/Main on
December 14, 2003. Hlm.1
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi 10 / Juli 2016
Cina membuka diri untuk perdagangan global dan
mengembangkan doktrin Tiongkok (Zhong-Guo)
atau Kekaisaran Tengah, yang menganggap Cina
sebagai sentral peradaban dunia.
T’ang adalah salah satu dari 3 dinasti yang
sangat berpengaruh dalam sejarah Cina. Pada Era
T’ang ini Maluku Utara pun menjadi titik sentral
perdagangan dan mulai didatangi oleh para
pelaut Cina, Arab, Melayu dan Jawa. Karena dari
kepulauan inilah cengkeh dan pala berasal.
Gb. Cengkeh Kering
Kata cengkeh (eugenia caryphyllus) sendiri
berasal dari bahasa Mandarin: xi’jia, artinya
tumbuhan paku, sedangkan dalam bahasa lokal
disebut bualawa (belawa). Disebut clove dalam
bahasa Inggris, clou di Perancis dan nagel di
Belanda.
Dalam penggalian aerkologi di lembah
Eufrat hingga Babylonia, ditemukan artefak
cengkeh Maluku pada era Mesopotamia lama.
Ini membuktikan bahwa cengkeh telah sampai
di Mesopotamia pada 3000 SM. Cengkeh telah
diperdagangkan oleh pedagang Arab, India di
Pantai Malabar hingga Romawi dan Yunani kuno.
Kota Tyre di Yunani adalah pusat perdagangan
Barat dan Timur hingga ditaklukan oleh Alexander
The Great pada 322 SM. Pada tahun yang sama
Alexander The Great menemukan pelabuhan
Alexandria, Mesir dan mengubahnya menjadi
pusat perdagangan rempah-rempah Timur dan
kawasan Mediterania.
Rempah-rempah Maluku yang dibawa pelaut
Cina diperdagangkan melalui laut dan darat dengan
menelusuri Gurun Gobi, Lembah Khayber Pass,
Nepal hingga memasuki daratan Eropa (Venice)
dan Mesir (Alexandria). Venice adalah pusat
perdagangan rempah-rempah di Mediterania
selama berlangsungnya Perang Salib (1096-1291).
Jalur ini dinamakan jalur sutera (the silk road),
sebuah sebutan yang dicetuskan oleh bangsawan
Jerman, Baron Ferdinand von Richthoven. Silk Road
atau seiden strasse adalah makna metafora untuk
menggambarkan jalinan persahabatan bangsabangsa yang terjalin dengan halus sejak berabadabad lamanya. Bahkan ada yang menyebut dengan
istilah caravan road, karena perdagangan jalur
darat tempo dulu itu menggunakan unta sebagai
kendaraan.
Adapub kegunaan lain cengkeh adalah sebagai
bahan baku obat-obatan (farmasi), kosmetik,
parfum dan bumbu masakan. Adapun di Cina,
cengkeh digunakan sebagai pengharum mulut
sebelum seseorang menghadap sang kaisar. Karena
bau mulut bisa membuat seseorang kena hukum
pancung di Cina.
Menurut catatan de’Clercq, pemukiman Cina,
Arab, Jawa dan Melayu telah ada di Ternate sejak
abad ke-13. Bahkan jauh sebelum itu, Brierley
menulis :Queen of Sheba brought precious stones,
gold and spices to Solomon in 992 BC, and 3000
pounds of pepper……. (Ratu Saba’ membawa batu
mulia, emas dan rempah-rempah untuk Sulaiman
pada tahun 992 SM, dan 3000 pon lada….)8
Cengkeh sendiri telah digunakan jauh
sebelum Masehi. Menurut laporan para biarawan
Fransiscan, yang dikutip dari Ch. van Frassen,
menyebut bahwa cengkeh digunakan oleh raja-raja
Mesir untuk mumi mereka. Ditemukan unsur pala
dan cengkeh pada mumi Firaun (Ramses II) raja
Mesir.7
8
7
Dr. Usman Thalib M.Hum, Op.Cit. Hlm.11
8
Joanna Hall Brierley; Spices, The Story of Indonesia’s Spice Trade.
Oxford University Press, 1994.D’Clercq, FSA; De Bijdragen tot de
kennis der Residentie Ternate, E.J. d’Brill, Leiden. 1890. Transalated
by Paul Michael Taylor: Ternate,The Residency and It’s Sulatanate,
Smithsonian Institute, Washington.D.C, 1999. Dalam; Syaiful Bahri
Ruray, hlm.4
Laporan Khusus
SYAMINA
Dari perkenalan dengan Cina, Arab, Jawa dan
Melayu inilah peradaban Maluku mulai berkembang
menjadi kosmopolit abad pertengahan. Karena
Maluku mulai menjadi pusat perhatian dunia.9
Kepentingan penguasaan perdagangan rempahrempah tersebut mendorong terbentuknya
persekutuan daerah-daerah di Maluku Utara yang
disebut dengan Ulilima dan Ulisiwa.
Edisi 10 / Juli 2016
Akhirnya Spanyol di Maluku bersekutu dengan
Tidore.10
Kekalahan Portugis di Maluku menjadi
kejadian yang begitu mengejutkan dunia saat itu.
Portugis yang telah puluhan tahun menancapkan
pengaruhnya dengan kuat di Maluku dengan
kekuatan yang tidak diragukan lagi sebagai super
power pada masa itu. Unggul dalam hal manajemen
dan persenjataan serta kekuatan laut yang kuat dan
modern hampir membuat orang Maluku pesimis
mengusir Portugis dari Maluku. Bahkan banyak
di antara para pemimpinnya yang mendukung
pemerintahan Portugis dan lebih jauh lagi murtad
dari agama Islam karena pengaruh Portugis.
Dengan kondisi seperti itu tak heran bila kemudian
dunia dibuat terhenyak dengan kekalahan Portugis
di Maluku kala itu.
Ulilima berarti persekutuan lima bersaudara
yang dipimpin oleh Ternate yang terdiri dari
Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon, sedangkan
Ulisiwa adalah persekutuan sembilan bersaudara
yang terdiri dari Tidore, Makayan, Jailolo dan
pulau-pulau yang terletak di Kepulauan Halmahera
sampai Irian Barat.
Perjanjian Tordesillas; Awal Kelahiran Kolonialisme
Barat
Traktat Tordesillas (7 Juni 1494) antara Spanyol
dan Portugis telah “membagi” dunia menjadi dua
bagian, separuh untuk Spanyol dan separuh lagi
untuk Portugis. Selain membagi dunia, suatu garis
demarkasi sepanjang 370 leagues juga ditarik pada
bagian barat Kepulauan Cape Verde dan Azores
pada 46 derajat Bujur Barat. Garis bujur ini melewati
kedua kutub hingga ke belahan bumi yang lain.
Penarikan garis demarkasi ini dilakukan
atas prakarsa Paus Alexander VI dengan tuiuan
menghindari konflik antara dua kekuatan maritimraksasa ketika itu: Spanyol dan Portugis. Dengan
demikin terciptalah dunia yang terbelah dua.
Berikut hak eksplorasi eksklusif perdagangan dan
atasnya. Portugis menguasai daerah dan negerinegeri “non-Kristen” yang terletak di bagian
timur dunia. Sementara bagian Barat dunia yang
melintasi semenanjung Amerika Selatan adalah
wilayah Spanyol.
Gambar Persekutuan Ulilima dan Ulisiwa
Antara persekutuan Ulilima dan Ulisiwa
tersebut terjadi persaingan. Persaingan tersebut
semakin nyata setelah datangnya bangsa Barat ke
Kepulauan Maluku. Bangsa Barat yang pertama kali
datang adalah Portugis yang akhirnya bersekutu
dengan Ternate tahun 1512. Karena persekutuan
tersebut maka Portugis diperbolehkan mendirikan
benteng di Ternate. Spanyol pun datang ke Maluku
pada waktu itu bermusuhan dengan Portugis.
9
Syaiful Bahri Ruray, Rediscovery The Spices Islands, The Legal and
Socio-Political Life in North Moluccas. Makalah pada Simposium
: “Maluku Utara Dalam Perspektif Diversitas Multidimensi”.
Kerjasama Pemda Provinsi Maluku Utara, University of Le HavrePerancis, Yayasan Saloi dan UNKHAIR, UMMU, UNERA. Ternate, 1
November 2010. Hlm. 2-4
10
9
Ridho Rachman, dkk., Kesultanan Ternate Tidore: Studi Kasus Awal
Berdiri, Perlawanan Dan Kemunduran Oleh Bangsa Asing Abad
15 Sampai 17, Departemen Ilmu Sejarah , Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Indonesia, Depok Mei 2011
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi 10 / Juli 2016
mengirim ekspedisi untuk menandai garis itu,
kemudian mengklaim dan menjadikannya sebagai
pusat harta karun yang sangat menguntungkan.
Selanjutnya adalah memperdagangkan harta karun
kepulauan rempah-rempah tersebut dan berupaya
menguasainya. Cita-cita inilah yang terpendam
dan menguasai pikiran Raja Spanyol yang ambisius
itu.12
Perlu dicatat, bahwa imperialisme Barat
terhadap berbagai Negara di dunia dan Asia
Tenggara khususnya lahir dari Perjanjian Tordesillas
di Spanyol 7 Juni 1494. Dalam perjanjian ini Paus
Alexander VI memberikan kewenangan pada
Portugis untuk menguasai dan mengekploitasi
dunia Belahan Timur dan Spanyol diberikan
kewenangan untuk menguasai dunia bagian Barat.13
Dengan mencetuskan perjanjian ini, Paus
Alexander VI menyetujui dan membenarkan
imperialisme dengan tujuan: Gold (emas),
dengan menjajah akan memperoleh kekayaan
yang dirampas dari tanah jajahan. Gospel (misi
penyebaran agama katolik), di tanah jajahan akan
dikembangkan agama Katolik. Glory (kejayaan),
dengan keberhasilan memperoleh Gold dan Gospel,
Negara penjajah akan memperoleh kejayaan.
Gambar Teks Perjanjian Tordesillas11
Tetapi, sarana dan prasarana ilmiah ketika itu
belum memadai untuk menetapkan secara akurat
garis bujur yang menjadi batas demarkasi Spanyol
dan Portugis. Akibatnya, dalam praktik, penetapan
garis demarkasi menjadikan Portugis berdaulat
atas seluruh kawasan Timur, dari batas barat
Brazil, serta wilayahnya akan mencakup kawasan
Atlantik, Afrika Utara dan Samudera Hindia hingga
ke Hindia Timur. Sementara Spanyol kebagian
wilayah barat, yang mereka sebut sebagai Las
Ilhas Poniente atau Kepulauan Barat. Spanyol
menemukan dan menaklukkan sejumlah daerah
yang secara geografis sangat jauh dari Madrid serta
merupakan dunia yang belum pernah mereka lihat
sebelumnya. Apabila matahari terbit di Madrid, di
Manila baru senja.
Saat itu, Paus juga mengajarkan bahwa bangsabangsa di luar Negara Vatikan yang tidak beragama
Katolik dinilai sebagai bangsa yang biadab. Maka,
negara atau wilayah tersebut diangggap sebagai
wilayah kosong tanpa pemilik (terra nullius),
sehingga boleh dikuasai Portugis dan Spanyol.
Berangkat dari keyakinan tersebut, dalam
praktik pengembangan agama Katolik dibenarkan
praktik perbudakan, penindasan, dan bahkan
pemusnahan suatu bangsa (genosida) serta
berbagai tindakan yang bertentangan dengan
kemanusiaan dan keadilan demi misi suci (mission
sacre) Katolik.
Tidak seorang pun tahu apa yang ada di bagian
dunia baru itu, khususnya di Asia. Raja Spanyol,
Charles V, hanya berharap bahwa kepulauan
rempah-rempah (Spice Islands) masuk di dalam
garis demarkasi Spanyol, atau paling tidak berada
dalam garis perbatasan. Karena asumsi demikian,
ia pun berpikir mengapa kerajaannya tidak
11
Di wilayah yang dilalui pelayaran Kerajaan
Katolik Portugis terjadi bencana kemanusiaan. Hal
itu terjadi karena motivasi pelayaran mereka bukan
12
M. Adnan Amal. Portugis dan Spanyol di Maluku,Op.Cit.hlm. 245246
13 Hans W. Weigert et.al. 1957. Principle of Polilitical Geography.
Apleton.New York, hlm. 254. Dalam Ahmad Mansur S. Api Sejarah
1. Hlm.158.
Diambil dari: http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=File:Treaty_
of_Tordesillas.jpg License: Public Domain Contributors: Original:
Biblioteca Nacional de Lisboa Photo: User:Joserebelo
10
Laporan Khusus
SYAMINA
berniaga sebagaimana pelayaran yang sebelumnya
lazim dilakukan di Asia dan Afrika. Tetapi motivasi
mereka adalah reconquita dores (penaklukan
terhadap Muslim). Ketika Portugis sampai di Goa
India, mereka baru menyadari bahwa Negara
sumber rempah-rempah yang selama ini dicari
bukan India melainkan Kepulauan Maluku dan
sekitarnya.14
Edisi 10 / Juli 2016
Sementara itu, pada perempat terakhir abad
ke-15, Kerajaan Turki Usmani mulai memasuki
arena perdagangan dan kapal-kapalnya mulai
berseliweran di pantai Afrika Timur serta
berupaya mencapai Kepulauan Maluku. Tetapi,
Bortholomeuz Diaz dan Vasco da Gama akhirnya
berhasil “memecahkan persoalan” untuk Portugis
dengan penemuan dan pendaratan mereka di
Goa (India) pada 1498. Sejak saat itu, Portugis
mulai menghadang kapal-kapal Turki dan armada
Arab dari perairan antara Goa dan Madagaskar.
Penaklukan Goa oleh Portugis telah membuka
pintu baginya menuju Malaka, kemudian ke
kepulauan rempah-rempah Maluku.
Menurut Jane I. Smith; Dengan jatuhnya
Granada ke tangan orang Kristen pada tahun 1494
M dari umat Islam, hilanglah toleransi beragama
dan kedamaian dalam berniaga. Timbullah
penindasan di luar kemanusiaan. Umat Islam
dipaksa untuk pindah agama Kristen. Jika tidak
mau murtad harus meninggalkan Spanyol. Namun
tidak boleh membawa putra-putrinya. Umumnya
mereka tidak sanggup meninggalkan putraputrinya, mereka memilih masuk Kristen. Apabila
tidak mau pindah agama Kristen dibakar hiduphidup atau autodafe. Selain itu juga dibangkitkan
di seluruh Spanyol gerakan Anti Semitisme. Artinya,
Anti Islam dan Yahudi. Hal ini tidak pernah terjadi
pada masa Islam15.
Melihat kompetisi yang makin ketat antara
Portugis dan Spanyol dan guna mencegah
teijadinya konflik terbuka antar keduanya karena
Spanyol baru saja menyelesaikan ekspedisi
penemuan benua Amerika oleh Columbus yang
amat sukses (1492), Paus Alexander VI berusaha
dan berhasil membawa kedua kerajaan maritim
tersebut ke meja perundingan, yang melahirkan
Traktat Tordesillas pada 7 Juni 1494.
Persaingan Portugis Spanyol
Konflik yang bercorak kompetitif
antara Portugis dan Spanyol
tidak terlepas dari motif
mencari keuntungan. Selain
keuntungan, juga upaya untuk
memperoleh hak kepemilikan
(ownership) atas Kepulauan
Maluku—seperti diperlihatkan
Portugis di Goa dan Spanyol di
Meksiko serta Kepulauan Filipina.
Apabila ownership atas Kepulauan Maluku
telah berada di tangan, maka owner akan melarang
pihak lain memasukinya. Hal ini diperlihatkan
Portugis kepada Spanyol. Ketika Portugis tiba di
Maluku, Spanyol belum bermimpi tentang harta
karun kepulauan ini.
Gb. Peta pembagian Dunia berdasar Perjanjian Tordesillas
dan Saragosa16
Dengan traktat yang bernuansa imperialisme
ini, bola dunia dibagi dua: Asia untuk Portugis
dan Amerika untuk Spanyol. Berdasarkan Traktat
Tordesillas, Portugis dan Spanyol setuju adanya
garis demarkasi sepanjang 370 leagues (satu league
14
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1, Penerbit Surya Dinasti
Bandung. Edisi revisi 2015. Hlm.158-160
15 Jane I. Smith, Islam and Christendom Historical, Cultural and
Religious Interaction from The Seventh to The Fifteenth Centuries.
Dalam; John L. Esposito (Ed). 1999. The Oxford History of Islam.
Oxford University Press, New York, hlm.344.dalam; Ahmad Mansur
S. Api Sejarah 1, Op.Cit, hlm. 158-159
16Sumber:
http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=File:Spain_
and_Portugal.png License: GNU Free Documentation License
Contributors: Lencer
11
Laporan Khusus
SYAMINA
= tiga mil) yang membentang dari sebelah barat
Kepulauan Cape Verde hingga Kepulauan Cipangu
dan Antika. Dunia terbelah dua: bagian timur untuk
Portugis dan bagian barat untuk Spanyol.
Edisi 10 / Juli 2016
Maluku ekspedisi Loaisia pada 1525 dan Saavedra
tiga tahun kemudian (1528).
Kedua ekspedisi ini, maupun ekspedisi
Magelhaens sebelumnya (1521), telah menabrak
ketentuan Traktat Tordesillas dan menunjukkan
ketidakberdayaan Portugis menghadapi Spanyol.
Konflik agak mereda setelah ditanda tanganinya
Traktat Zaragoza (Saragosa) oleh perwakilan kedua
pihak pada 22 April 1529. Traktat ini kemudian
diratifikasi Raja Spanyol, Charles I, di Lerida dan
Raja Portugis, Joao III, di Lisboa pada 20 Juni 1530.
Traktat Zaragoza menetapkan bahwa Spanyol
akan keluar dari Maluku dan mengakui kepulauan
tersebut milik Portugis. Sebagai kompensasi,
Spanyol akan memperoleh imbalan sebanyak
350.000 dukat emas (satu dukat emas = 375
maravedis, mata uang Spanyol).
Karena Maluku berada pada bagian timur
bola dunia, ia masuk ke dalam garis demarkasi
Portugis dan ketentuan ini sukar diterima Spanyol.
Para ahli navigasi, hukum, pedagang dan lainnya,
mendesak Raja Spanyol agar tidak mematuhi
ketentuan tentang garis demarkasi tersebut, yang
memberikan Maluku kepada Portugis.
Sekalipun demikian, dalam implementasinya,
masih ada oknum-oknum pencari keuntungan
dari Spanyol yang menolak Traktat Zaragoza,
Raja muda Spanyol di Meksiko, misalnya, dengan
bantuan beberapa unsur militer Spanyol, pada
1542 mengirimkan ekspedisi Villalobos ke Maluku.
Villalobos dengan tentaranya merondai perairan
Maluku selama hampir empat tahun.
Bahkan Magelhaens, pelaut Portugis yang
telah membelot kepada Raja Spanyol dan berniat
melakukan ekspedisi untuk menemukan Maluku,
mengirim pesannya kepada Raja Spanyol agar
tidak mengakui garis demarkasi Tordesillas,
“karena Maluku menyimpan harta karun yang
melimpah ruah”. Secara internal Raja Spanyol
dapat menerima pandangan para ahli tersebut.
Tetapi, karena pengarah Paus yang demikian kuat,
raja berpura-pura menerima ketentuan tentang
garis demarkasi itu.
Portugis
kemudian
mulai
mencurigai
Spanyol ketika ekspedisi Magelhaens bertolak
menuju Maluku lewat barat, disusul pernyataanpernyataan raja setelah ekspedisi Magelhaens
bertolak dari Sevilla, bahwa Kepulauan Maluku
akan menjadi milik Spanyol, yang dikecam sangat
keras oleh Portugis. Tetapi, pendapat umum di
Spanyol dan Meksiko mendukung kebijakan yang
diambil raja tentang Maluku. Untuk mendukung
klaim Spanyol atas Maluku, setelah suksesnya
ekspedisi Magelhaens, berturut-turut telah tiba di
Konflik Portugis-Spanyol baru benar-benar
tuntas setelah Sultan Baabullah mengenyahkan
Portugis dari Maluku untuk selama-lamanya
pada 1575. Portugis berhasil dipaksa Baabullah
meninggalkan Maluku dalam keadaaan yang sangat
hina, suatu hal yang tragis bagi sebuah kerajaan
adidaya pada masa itu. Tetapi, perdamaian yang
sebenarnya baru dicapai Portugis dan Spanyol
setelah terbentuknya Uni Portugis-Spanyol pada
12
SYAMINA
Laporan Khusus
1580, yang
tersebut.17
mempersatukan
kedua
kerajaan
Edisi 10 / Juli 2016
motivasi tersebut, kedua kerajaan mempunyai
tujuan yang sama. Perbedaan hanya terletak
pada upaya: bagaimana bisa berada di kepulauan
rempah-rempah.
Pengaruh Portugis dan Kedigdayaan Kekuatan
Maritimnya
Dalam perlombaan menuju negeri harta
karun rempah-rempah, ternyata Portugis lebih
dulu tiba di sana. Pada 1498, mereka telah berada
di India dan 11 tahun kemudian hadir di Malaka
(1511). Kurang dari setahun kemudian, de Abreau
dengan kapalnya berada di Banda dan kembali ke
Malaka dengan muatan pala dan fuli. Sementara
Francisco Serrao, pada waktu yang sama, telah
menandatangani akta monopoli rempah-rempah
(cengkeh dan kayu manis) dengan Sultan Ternate,
Bayan Sirullah. Portugis ternyata memenangkan
perlombaan ini. Spanyol baru tiba di Tidore pada
1521.
Pada perempatan terakhir abad ke-15, setelah
menguasai Mesir, armada komersial Turki dan
pedagang-pedagang Muslim Arab serta Gujarat
bersama para pedagang Melayu, Cina dan Nusantara
mulai melayari kepulauan rempah-rempah,
secara bersama-sama berhasil mengembangkan
Pelabuhan Malaka menjadi menjadi bandar transit
bagi perdagangan rempah-rempah Asia Tenggara.
Pala dan fili dari Banda, cengkeh dan kayu manis
dari Maluku, lada dari Banten dan Sumatera, serta
rempah-rempah lain dari Kalimantan dan beras
dari Jawa, sutera dan porselen dari Cina, hasilhasil tekstil dari India, Jepang, serta lainnya, cukup
tersedia di Bandar Malaka.
Perlombaan yang menguntungkan Portugis ini
semata-mata terletak pada start yang lebih awal dan
jarak tempuh Portugis yang lebih pendek setelah
mereka berada di Goa dibandingkan Spanyol.
Inilah yang disebut Edward Gaylood Bourn sebagai
“absennya pengetahuan perihal dunensi yang
benar tentang peta bumi dan informasi tentang
letak kepulauan rempah-rempah yang sangat jauh
dari bagian timur India, yang diperoleh Magellan
melalui Barat.”18
Portugis,
dengan
ekspedisi
bahari
Bartholomeus Diaz dan Vasco da Gama, berhasil
memecahkan problem mencapai kepulauan
rempah-rempah dengan pendaratan mereka di
India (Calicut) pada 1498. Kedua pelaut Portugis itu
sekaligus merintis dan menciptakan untuk pertama
kalinya hubungan maritim antara Barat dan dunia
Timur, khususnya antara Eropa dan Timur Jauh,
yang akan menjadi sasaran eksplorasi Portugis.
Sementara untuk Spanyol, Columbus juga berbuat
serupa dan menemukan benua baru Amerika pada
1492, yang merupakan Hindianya Dunia Barat.
Portugis merupakan bangsa Eropa pertama
yang menjangkau kawasan Timur (Asia) melalui
laut. Pada tahun 1498, Portugis membuka jalur
pelayaran ke Timur. Vasco da Gama, pemimpin
ekspedisi tersebut, sering disebut sebagai perintis
sejarah pelayaran Eropa ke Asia Timur. Periode
ini dapat disebut pula sebagai awal abad kekuatan
maritim Eropa.
Perlombaan eksplorasi antara Portugis dan
Spanyol berdasarkan garis demarkasi Traktat
Tordesillas, tidak lepas dari upaya keduanya
mencari,
menemukan,
memperdagangkan,
kemudian menguasai Kepulauan Maluku, yang
menyimpan dan menghasilkan harta karun berupa
rempah-rempah yang laku keras dan memberikan
keuntungan fantastis. Inilah hakikat dan motivasi
perlombaan penguasaan maritim dan upaya
penemuan daerah-daerah yang disebut sebagai
dunia baru oleh Portugis dan Spanyol. Berdasarkan
Melalui Tanjung Harapan, Portugis dengan
cepat menampakkan kekuatan maritimnya di Laut
Arabia dan menaklukkan armada dagang musuh
utamanya, bangsa Moor di Dice serta menjarah
kapal-kapal dagang mereka dan menduduki
sejumlah negeri di kawasan Teluk.
Setelah menang di Perjanjian Tordesillas,
Portugis dengan cepat memiliki banyak basis
17 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku. Komunitas
Bambu, 2009, hlm. 360. Lihat juga; Bourne, Edward G.,“Historical
Introduction,” dalam Blairet.al, The Phillippines Islands,Vol.I hal.2
dst.
18 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku. Komunitas
Bambu, 2009, hlm. 246-248
13
Laporan Khusus
SYAMINA
penting di kawasan Timur: Malaka (1511) -pasar
rempah-rempah utama, sebuah gerbang untuk
masuk ke arah timur dari Eropa; Ambon (1537),
Ternate (1530) dan Tidore (1578); Makau (1557)
di Cina, di mana mereka membentuk rute yang
menguntungkan yaitu Makau-Jepang untuk
sementara waktu. Dengan “lebih dari lima puluh
benteng dan pabrik, di sepanjang Sofala (pelabuhan
di pantai tenggara Afrika) sampai Nagasaki”19
Edisi 10 / Juli 2016
Pada waktu Perjanjian Tordesillas (1494)
Portugis belum berlayar sampai Samudera Persia
(yang kemudian namanya diubah menjadi Samudra
Hindia oleh orang Barat). Pada tahun 1488 Portugis
baru sampai di Tanjung Pengharapan di Afrika
Selatan. Namun, belum mengetahui jalan ke India
maupun Asia Tenggara.22
Tahun 1511 Malaka ditaklukkan Portugis dan
dengan demikian terbukalah Banda Kepulauan
Maluku dan seluruh wilayah Asia Tenggara.
Sejak tahun 1415, Portugis telah meraih banyak
kemenangan yang signifikan dalam perang yang
dilakukan. Dengan semangat Perang Salib, Portugis
berhasil menduduki Centa, kota pelabuhan Maroko
di Afrika yang berpenduduk Muslim. Dari sini
Portugis secara simultan berhasil memasuki kawasan
kawasan Atlantik dan menguasai Kepulauan
Canaris, Madeira, Azores, dan Kepulauan Cape
Verde. Portugis kemudian meneruskan kampanye
melawan Islam dengan motif ekonomi.23
Pada dekade selanjutnya pengaruh Portugis
semakin meluas dan perdagangannya tumbuh
dengan pesat. Alfonso d’Albuquerque (yang kelak
menjadi Raja Muda di Goa [1509-1515]) adalah
figur pemimpin yang revolusioner ekspansionis di
wilayah Asia Timur. Ia menjadi orang kepercayaan
Raja Portugis dan menjadi pemimpin eksekutif
pemerintahan merangkap kepala perdagangan.
Pada periode 1509 hingga 1520 merupakan
masa krusial dalam sejarah ekspansi Portugis di
kawasan Asia Timur, karena raja Portugis begitu
berambisi untuk menyebarkan institusi-institusi
pemerintahannya (kolonialisme) ke Asia Timur
secara permanen.
Keuntungan Perdagangan Rempah-rempah yang
Menggiurkan
Pada abad pertengahan hingga akhir abad ke18 rempah-rempah merupakan komoditas yang
paling dicari. Rempah-rempah menjadi sangat
penting di Eropa karena berbagai kegunaan
yang dimilikinya. Pada musim dingin, di mana
daging segar susah didapatkan karena ketiadaan
pakan untuk ternak, solusi terbaik adalah dengan
mengawetkan daging dengan menggunakan garam.
Untuk menghilangkan rasa asin dan bau tengik dari
daging yang mulai membusuk maka digunakanlah
rempah-rempah untuk menyamarkannya. Selain
berfungsi memberi rasa pada ikan atau daging yang
diawetkan rempah dipercaya sebagai peningkat
gairah seksual, obat berbagai penyakit, serta
dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik.24
Paruh Pertama abad ke-16 merupakan zaman
keemasan Kerajaan Portugis di laut. Saat itu hanya
ada dua kekuatan yang cukup perpengaruh yaitu
Portugis dan Spanyol.20 Tahun 1498 da Gama tiba
di India dengan dipandu oleh seorang navigator
Muslim, Ahmad bin Abdul Majid. Menurut Sir
R.F. Burton, Ahmad bin Abdul Majid adalah yang
pertama menemukan kompas.21
Sampai abad ke-16, kalangan gereja Katolik
dan Protestan belum memahami konsep bahwa
bumi bulat. Ketika ada gerejawan yang menyatakan
dunia bulat akan dibakar hidup-hidup. Bahkan
Marten Luther sekalipun sebagai pencetus Kristen
Protestan juga menolak pemahaman bahwa dunia
bulat, karena pemahaman bahwa dunia bulat
berasal dari pakar geografi Islam.
Sebab kedua karena sangat menguntungkan
untuk diperdagangkan. Hal ini dapat diketahui
dari perbedaan harga antara pasar Maluku dan
pasar Malaka serta Eropa. Harga satu bahar (456
19 Nguyen Thi Ha Thanh, European Trade on the Far East and the
Mercantile Relationship with Vietnam from the 16th to 19th Century,
hlm.354
20 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku. Komunitas
Bambu, 2009, hlm. 1-2
21 Sir Thomas Arnold (ed), 1965. The Legacy of Islam.Oxford University
Press.London, hlm.96.
22 Ahmad Mansur S. Api Sejarah 1, Op.Cit, hlm.159
23 M. Adnal Amal, Portugis dan Spanyol, op.Cit., hlm.126.
24 Cheviano E. Alputila, Pasang Surut Penyebaran Agama Katolik Di
Maluku Utara Pada Abad 16-17, Kapata Arkeologi Volume 10
Nomor 1, Balai Arkeologi Ambon Juli 2014, hlm. 2
14
Laporan Khusus
SYAMINA
lb, atau setara 309 kg) di Maluku hanya dua ducat
(satu ducat=5,25). Sementara di Malaka harganya
mencapai 10 ducat (525 gulden), yang untuk
ukuran saat itu termasuk sangat tinggi. Di pasar
Calcutta, harga cengkeh naik tajam menjadi 500600 fanom (satu fanom=satu real) dan cengkeh
raja mencapai 700 fanom. Pada 1600 harga
satu pon25 cengkeh di Maluku hanya setengah
penny26, tetapi di pasar Eropa bisa mencapai 16
poundsterling atau 32.000 %.
Edisi 10 / Juli 2016
ini berangkat dengan lima kapal, satu kabur dan
kembali ke Sevilla, tiga lainnya karam dan rusak.
Yang berhasil kembali dengan muatan cengkeh
tinggal satu kapal. Keuntungan yang diperoleh dari
penjualan muatan satu kapal itu dapat menutup
kerugian ketiga kapal yang rusak dan karam dan
masih tersisa keuntungan yang cukup bagi raja dan
awak kapal yang selamat.27
Misi da Gama sebenarnya bukan untuk
penelitian atau mempelopori pelayaran tetapi
untuk berdagang. Dari pelayaran pertama ke
India da Gama memperoleh keuntungan lebih
dari 600% (enam kali lipat) dari seluruh biaya
eksploitasi, mulai dari pembuatan kapal, barang
dagangan yang di bawa hingga biaya hidup serta
gaji para ABK selama hampir satu tahun. Saat itu,
keuntungan dagang senilai 600% hampir mustahil
diperoleh.
Seorang pedagang Arab pernah menyatakan:
“Bila Anda memuat cengkeh ke empat kapal dan
tiga kapal tenggelam, maka dengan keuntungan dari
penjualan muatan satu kapal yang tersisa, kerugian
yang ditimbulkan oleh kapal lainnya dapat kembali
dan sisanya masih cukup besar bagi Anda!”
Pernyataan pedagang Arab tersebut pernah
terjadi pada ekspedisi Magelhaens. Ekspedisi
Rute Pelayaran Vasco da Gama
25 satu pon = 0,54 kg
26 Penny = mata uang Inggris (poundsterling). 100 penny = satu
poundsterling
27
15
M. Adnal Amal, Portugis dan Spanyol, op.Cit., hlm.357. lihat juga;
Crafton, R.H.A., A Pegeant of the Spice Islands, London: John Bale,
Sons & Danielson Ltd, 1936, hal. 4 dst.
Laporan Khusus
SYAMINA
lautnya seperti China yang sebelumnya merajai
Samudra Hindia telah menarik diri. Demikian juga
dengan Majapahit di Jawa yang telah melemah.
Kedaan ini sangat menguntungkan bagi Portugis
sebagai negara maritim untuk melakukan aksi
penjajahannya.
Pada tahun 1503, Portugis mendirikan Casa da
India (wisma India), semacam kantor dagang yang
mengatur regulasi monopoli perdagangan emas di
Guinea. Di sinilah emas dibarter dengan rempahrempah Maluku, merica Banten dan Sumatera,
yang selanjutnya diangkut ke Lisboa dan diekspor
ke seluruh Eropa.
Pada permulaan abad ke-16, hanya tiga negara
Asia yang memiliki angkatan laut cukup kuat, yaitu
Mamluk di Mesir dan Syiria, Kerajaan Gujarat di
India, Turki, dan Jepara (Demak) di Jawa.29Negerinegeri ini memilki kapal cukup banyak, baik yang
berukuran besar maupun kecil, dan dipersenjatai
dengan berbagai meriam kaliber besar dan ringan.
Monopoli Portugis sebenarnya tidak didukung
modal yang besar, tetapi dibangun dengan intrikintrik politik dan kekuatan Militer. Intrik politik yang
dilakukan bahkan kadang terlalu kasar dan kotor.
Portugis tidak seperti Inggris atau Belanda yang
memiliki perekonomian yang berkembang serta
memiliki industri sendiri yang bisa memberikan
kemakmuran untuk rakyatnya. Oleh sebab itu,
untuk mendukung ekonomi rakyatnya yang
lemah, Portugis memainkan intrik-intrik politik
dengan membodohi dan menipu para sultan dan
pemimpin lokal di daerah-daerah yang di kuasai.
Dengan kondisi seperti itu hampir tidak ada
rintangan untuk mencapai kemenangan total
terhadap Islam, sehingga Portugis berharap bahwa
kelak ia akan menemukan kerajaan kristiani di
kawasan Timur, seperti dimitoskan Frater John.
Impian ini kemudian dijelmakan di Maluku
dengan Proklamasi pada tahun 1544 oleh Don
Manuel Tabraji (Sultan Ternate yang dimurtadkan
Portugis) yang menyatakan kerajaannya sebagai
Kerajaan Kristen di bawah Raja Portugis.30
Dengan monopoli, Portugis bisa membeli
barang dagangan dengan harga murah, bahkan
kadang diambil paksa dan tidak dibayar sama sekali.
Seperti yang terjadi di Maluku, rempah-rempah
berkualitas bagus dibayar dengan harga murah,
kemudian pajak penjualan yang tinggi masih
dibebankan pada rakyat yang memproduksinya.
Ketidakakuratan timbangan juga menjadi alat
pemeras yang mencekik rakyat.
Misi Agama dan Perdagangan
Bagi Portugis, terdapat dua alasan untuk
menjelaskan kemajuan mereka di bidang pelayaran.
Pertama, ekspansi bangsa Lusitania ini didukung
oleh pemimpinnya saat itu, yaitu Raja Henry ‘Si
Pelaut’ (1394-1460 M) yang mendorong pelautpelaut Portugis untuk melakukan penemuan daerah
baru. Kedua adalah pengejaran terhadap orangorang Moor (Islam) pasca perang salib. Kebencian
terhadap Islam terjadi karena dendam bangsa
Portugis dan Spanyol yang sempat dikuasai lima
abad lamanya (700-1250 M) oleh bangsa Muslim
dari Afrika Utara. Untuk mewujudkan hal tersebut,
Raja Henry berusaha untuk mengembangkan
perdagangan Portugis dengan cara menguasai
perdagangan rempah-rempah.31
Oleh sebab itu, keuntungan Portugis dari
perdagangan rempah-rempah Maluku dan daerah
sekitarnya (pala dari banda, merica dari Banten dan
Sumatera serta gula dari Madura) berlipat ratusan
persen. Karena dibeli dengan murah atau bahkan
gratis dan dijual dengan harga yang sangat mahal.
Walaupun dijual sangat mahal tetapi rempahrempah dari kawasan ini laku keras di Eropa. Hal
ini terjadi karena tidak ada saingan lain di Eropa.
Monopoli dan dominasi berlangsung sampai akhir
abad ke-16.28
Kondisi lokal di berbagai wilayah telah
memuluskan armada Portugis dalam ekspansinya
ke Asia Timur dan Tenggara. Negeri-negeri di
Asia Timur dan Tenggara saat itu tidak memiliki
angkatan laut yang kuat. Negara yang kuat angkatan
28
Edisi 10 / Juli 2016
29
Elton G.R., The New Cambridge Modern History, Vol II, (Cambridge
at the university Press, 1968), hlm. 592 dalam M. Adnan Amal,
Portugis dan Soanyol Op.Cit., hlm.127
30 M. Adnan Amal, Portugis dan Soanyol Op.Cit., hlm.127
31 Cheviano E. Alputila, Pasang Surut Penyebaran Agama Katolik Di
Maluku Utara Pada Abad 16-17, Kapata Arkeologi Volume 10
Nomor 1, Balai Arkeologi Ambon Juli 2014, hlm. 2
M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm. 2-3
16
Laporan Khusus
SYAMINA
Andaya menyebut bahwa tujuan para
fidalguia32 di Asia ada tiga: (1) untuk melanjutkan
perang melawan Islam (Moor) ke wilayah-wilayah
kekuasaan bangsa Moor; (2) untuk meningkatkan
harkat dan martabat mereka dengan pencapaian
prestasi peperangan atau pengabdian yang luar
biasa pada raja Portugis; dan (3) memperkaya
diri dan menjamin kelangsungan status dan gaya
hidup mereka dan keluarganya.33
Edisi 10 / Juli 2016
Timur. Pertama, ideologi agama menginginkan
pembagian perdagangan yang mengalir dari Asia
ke Eropa, dan kedua, menyerang dan memberi
pukulan langsung pada orang-orang Muslim
yang menjadi musuhnya pada Perang Salib yang
berlangsung sebelumnya.
Menurut Raja Manuel, perang hendaknya tidak
menghalangi untuk mengambil keuntungan dari
perdagangan, perang dan perdagangan bisa berjalan
bersama. Perang terhadap Muslim di Asia Timur
yang dilancarkan Portugis berarti juga serangan
terhadap Arab yang sudah memiliki cengkeraman
yang kokoh dalam perdagangan di kawasan itu.35
Kebiasaan
Portugis
menyebut
semua
Muslim yang mereka temui sebagai ‘Moor’ yang
diidentikkan dengan bangsa Muslim Maroko di
Afrika Utara yang selama ini mereka musuhi.
Maka ketika bertemu Muslim di Mindanao mereka
sebut sebagai orang Moor (Mouros).34 Sebutan itu
berlangsung sampai sekarang, bangsa Muslim di
Mindanau disebut sebagai orang Moro.
Pemikiran raja manuel tersebut menjadi
pedoman bagi seluruh aparat Portugis, terutama
para pimpinan armada dan militer. Dengan dasar
doktrin ini pula pelayaran-pelayaran ke India
dimulai Vasco da Gama pada 1498, disusul ke
Afrika Timur dengan menduduki swabuli, dan dari
Somalia ke Safala yang menutup hubungan ArabIndia melalui Tanjung Harapan dan Teluk Persia.
Pada tahun 1500 Portugis telah berada di Kilwa
dan Mombasa, Malindi serta Pate di Afrika Timur.
Setelah Goa diduduki, Gujarat, Chocin dan Ormuz
(1515) yang berpenduduk Muslim juga mengalami
nasib yang sama.36
Masa itu, Raja Portugis adalah pelindung
gereja Katolik Roma. Walaupun gereja adalah
institusi mandiri, tetapi Raja Portugis mempunyai
kontrol yang absolut atasnya. Hal ini terjadi karena
separoh dari seluruh pembiayaan gereja berasal
dari kerajaan. Portugis tidak terpengaruh dengan
reformasi Protestan di Jerman, Belanda dan negara
Eropa lainnya. Ia menjadi ujung tombak misi
Katolik Roma abad ke-16 yang mengembangkan
the Society of Jesus (Jesuit). Raja kemudian
merekrut Xavier sebagai pembabtisnya ketika akan
melakukan misi penginjilan di daerah jajahan yang
baru dikuasanya seperti India, Malaka dan Maluku.
Francis Xavier adalah salah seorang pendiri Jesuit
bersama dengan Ignatius Loyola.
Salah satu sebab mengapa Portugis begitu getol
memburu Muslim yang mereka sebut orang Moor
adalah; hasrat untuk mendepak para pedagang
Arab, Turki, dan Gujarat dari jaringan perdagangan
di kawasan tersebut. Sebab hingga tahun 1500 jalur
perdagangan di Asia Timur dan Tenggara dikuasai
para pedagang Islam tersebut. Para pedagang Arab,
Turki, dan Gujarat mendominasi jalur perdagangan
di sekitar laut Arab, Afrika Timur hingga Teluk India
dan kepulauan Asia Tenggara. Mereka memegang
peranan kunci dan berpengaruh kuat dalam
aktivitas perdagangan dari Gujarat dan Malabar
hingga Malaka dan dari Aceh hingga Maluku,
Banda dan Ambon dengan armada kapal besar
dan kecil, akan tetapi kontruksi kapalnya yang
tidak menggunakan besi dan tidak dipersenjatai
Ekspansi Portugis juga tidak terlepas dari
misi untuk memburu orang-orang Moor (Islam),
setelah khilafah Bani Umayah di Spanyol mulai
runtuh dan berakhir dengan jatuhnya kota kaum
Muslim Granada pada tahun 1492 ke tangan
pasukan Spanyol. Seperti diungkapkan G.R.
Elton, Raja Manuel dari Portugis mempunyai
dua agenda dalam ekspansinya di kawasan Asia
32Atau fidalgo sebutan untuk kaum bangsawan Eropa
33 Leonard Y. Andaya, Dunia Maluku, Indonesia Timur Pada Zaman
Modern Awal, edisi terjemah Bahasa Indonesia, Penerbit Ombak
2015, hlm. 25-26
34 C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825, The
History Of Human Society, General Editor: J. H. Plumb, Hutchinson
of London, hlm.44
35
36
17
Elton G.R., The new Cambridge Modern History, Vol II, (Cambridge
at the university Press, 1968), hlm 592 dalam M. Adnan Amal,
Portugis dan Soanyol Op.Cit., hlm.125-126
M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.126
Laporan Khusus
SYAMINA
dengan meriam membuat kapan mereka mudah
dikalahkan kapal Portugis.37
Hanya dalam tempo empat bulan setelah
Malaka jatuh, pada akhir Desember 1511
d’Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah
pimpinan
orang
kepercayaannya,
Antonio
d’Abreau, yang menakhodai salah satu kapal
sebagai kapal komando. Sementara dua kapal
lainnya dikomandoi Francisco Serrao dan Simao
Alfonso Bisigudo. Persaingan antara Johor, Aceh
dan Malaka memuluskan usaha Portugis menguasai
Malaka.
Selain berusaha untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah, setiap gubernur Portugis yang
bertugas di Maluku Utara memiliki tugas lain
yaitu menyebarkan Katolik kepada siapapun yang
ditemui. Hubungan kerajaan Portugis dan Spanyol
dengan agama Katolik pada abad pertengahan
lazim disebut padroado. Agama menguasai seluruh
sendi kehidupan masyarakat sehingga Gereja
Katolik sebagai lembaga pengayom berada di atas
pemerintahan yang berkuasa. Dengan kata lain
kerajaan sebagai abdi dari gereja wajib melindungi
agama Katolik dari ancaman-ancaman dan
mendukung penyiarannya sampai keluar negara.38
Nakoda Ismail, seorang pedagang Melayu yang
punya banyak pengalaman pelayaran ke Maluku,
diminta menjadi pemandu ekspedisi Portugis
itu. Dia menggunakan jung Cina sebagai kapal
pemandu, yang berlayar paling depan menuntun
ketiga kapal Portugis pimpinan d’Abreau. Pelayaran
ini merupakan pelayaran armada Eropa pertama di
perairan Nusantara.
Kedatangan Portugis, Disambut sebagai Tamu
Penaklukan Malaka mempunyai arti penting
bagi strategi perdagangan Portugis. Malaka
dijadikan sebagai markas besar armadanya untuk
mengontrol perdagangan di seluruh wilayah Asia
Timur dan Tenggara, seperti; Cina, Siam, Annam
dan Maluku. Kapal-kapal Portugis dapat berpatroli
ke seluruh kawasan tersebut dengan intensitas
tinggi, sehingga kapal-kapal negara lain yang
selama ini mengakses rempah-rempah Maluku,
Banten dan Sumatera (seperti kapal Arab, Turki,
Cina, Gujarat, Siam dan Melayu) dapat digiring
ke pelabuhan Malaka untuk membeli rempahrempah di sana. Dengan cara seperti itu Portugis
memperoleh keuntungan yang fantastis. Kapalkapal Portugis juga mengeksplorasi pelabuhanpelabuhan niaga di Jawa (seperti Tuban dan
Gresik), Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Pelabuhan pertama yang disinggahi ekspedisi
Portugis ini adalah Gresik, sebuah pelabuhan
niaga utama di pantai Utara Pulau Jawa. Eskader
d’Abreau lego jangkar di Lutotao, kota pelabuhan
niaga Pulau Banda Besar, pada awal 1512.
Penduduk Banda menunjukkan sikap simpatik
kepada para pendatang Eropa tersebut. D’Abreau,
selaku pimpinan eskader, membeli sebuah jung
Cina untuk menggantikan kapal Serrao, kemudian
ketiga kapal tersebut dipenuhi dengan muatan
rempah-rempah berupa pala dan fuli. Tidak semua
rempah-rempah itu dibeli. Sebagian diperoleh
dengan menukarkannya dengan bahan pakaian
dari katun buatan Kambayan. Nakhoda Ismail
juga mengisi junknya dengan rempah-rempah,
kemudian berlayar menuju Hitu di Ambon, untuk
selanjutnya kembali ke Malaka melalui Gresik.
Setelah Malaka ditaklukkan pada Juli 1511,
pikiran Alfonso d’Albuquerque mulai terfokus pada
kepulauan rempah-rempah penghasil pala (Banda)
dan cengkeh (Maluku). Portugis memandang
kepulauan rempah-rempah (spice islands) begitu
penting dan harus segera dikuasai. Rempahrempah yang dihasilkannya memiliki perbedaan
harga sangat mencolok di pasar Malaka dan Eropa
ketimbang di pulau asalnya.
37
38
Edisi 10 / Juli 2016
Eskader de Brito memutuskan menunggu
angin muson dan kembali ke Malaka pada triwulan
pertama tahun itu juga (1512), tanpa menggunakan
pemandu. Junk Serrao bertolak paling akhir dan
sempat merekrut beberapa Muslim Banda sebagai
kru kapal. Setelah melewati bagian barat Pulau
Banda, kapal Serrao diamuk badai dan perlahanlahan mulai rusak, kemudian terhempas di gugusan
karang Pulau Nusa Penyu.
C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825. Op.Cit., hlm.
44, lihat juga; M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.127
Cheviano E. Alputila, Op.Cit., hlm.2
18
Laporan Khusus
SYAMINA
Serrao dan kru kapalnya akhirnya mendarat
di pulau yang tidak berpenghuni itu, tanpa air dan
makanan. Informasi yang disampaikan kru Muslim
dari Banda kepada Serrao menyatakan bahwa para
perompak dan bajak laut yang di dikenal dengan
sebutan Celates dan Badjau secara berkala datang
ke pulau itu dan menangkap siapa saja serta
merampok barang apa saja yang mereka temukan.
jauh, serta orang-orang besi yang akan menjadi
penduduk kawasan Ternate dan akan memberikan
kemenangan dan kemakmuran kepada Maluku.
Oleh sebab itu, Sultan Bayan menyambut hangat
kedatangan Serrao, sebagai “seseorang dari
belahan bumi yang jauh”.
Serrao diperlakukan sebagai tamu kerajaan
setibanya di Ternate. Dan selaku tamu kerajaan,
ia memperoleh berbagai kemudahan. Selain
pemberian hak monopoli perdagangan cengkeh,
Serrao juga diberi jabatan sebagai penasihat Sultan
dan Kerajaan serta Komandan Tentara Kerajaan,
yang mendampingi Kapita Laut. Dengan pemberian
hak monopoli tersebut, untuk pertama kalinya
dunia tata niaga cengkeh di Maluku dimonopoli
oleh Portugis.
Setelah berunding dengan krunya, akhirnya
diputuskan menyergap para perompak yang
datang dan merampas perahu mereka. Beberapa
hari kemudian, muncul sebuah perahu mendekati
Pulau Penyu. Serrao dan kru kapalnya bersembunyi
di semak-semak dan setelah perahu para perompak
itu merapat ke darat, Serrao dan krunya menyerbu
mereka. Tetapi, perundingan segera terjadi dan
para perompak bersedia mengantarkan Serrao
beserta krunya ke salah satu pelabuhan di Pulau
Nusa Tellu (Tiga Bersaudara) di pantai barat Hitu
(Ambon Utara).
Sultan Bayan juga berpesan kepada Serrao
bahwa apabila ia tiba kembali di Portugis, ia
harus berupaya meyakinkan Raja Don Manuel
untuk membangun sebuah benteng Portugis
di Ternate dan tidak di tempat lain. Pada 1522,
usai pembangunan Benteng Gamlamo, Portugis
menempatkan gubernur pertamanya, Antonio de
Brito, mantan komandan benteng tersebut.
Berita kedatangan Serrao di Nusa Tellu, sampai
ke telinga Sultan Ternate, Bayan Sirullah alias Boleif
alias Abu Lais dan Sultan Tidore, Al-Manshur.
Kedua sultan itu berpacu untuk menjemput dan
memboyong Serrao ke kerajaan mereka masingmasing untuk merangkul dan menarik mitra asing
ke pihaknya.
Dalam suratnya kepada Raja Portugis, yang
kemudian dikirim dengan ekspedisi pertama, Sultan
Bayan juga menyatakan bahwa negerinya beserta
semua isinya dipersembahkan kepada Portugis
dan ia meminta bantuan Portugis untuk dapat
mempertahankannya. Sultan Bayan juga sempat
mengirimkan kembali dua kru Serrao ke Portugis
seraya menitipkan pesan agar lebih banyak orang
Portugis terlibat dalam bisnis rempah-rempah.
Sultan Bayan dari Ternate mengirimkan
sembilan juanga yang dipimpin saudaranya
sendiri, Kaicil39 Vaidua (Kaicil Kuliba), dengan
tugas menjemput dan memboyong Serrao beserta
sembilan kru Portugisnya ke Ternate. Sultan
Bayan Sirullah sendiri sebelumnya dikenal sebagai
Kolano40 Majira. Serrao menerima tawaran Sultan
Bayan dan ikut Kaicil Vaidua ke Ternate. Tidak lama
kemudian, juanga yang dikirim Sultan Tidore tiba,
tetapi Serrao dan krunya sudah dalam perjalanan
menuju Ternate.
Selama berada di Ternate, Serrao tinggal di
istana Sultan Bayan. Tidak berapa lama kemudian,
sebuah jung Portugis di bawah Kapten Alvaro do
Cocho dan Pilot Luis Batin tiba di Ternate. Inilah
kapal Portugis pertama yang membawa dokumen
dari Maluku ke Portugis. Francisco Serrao
memanfaatkannya untuk menulis surat kepada
Raja Portugis, Don Manuel, sekaligus mengirim
beberapa kru Portugisnya.41
Bagi Kerajaan Ternate, kedatangan Serrao
memiliki makna amat penting. Sultan Ternate
adalah seorang peramal (astrolog). Ia telah memberi
tahu ramalannya kepada rakyat Ternate tentang
kedatangan seseorang dari belahan bumi yang
39
40
Edisi 10 / Juli 2016
Sebutan untuk anak raja (pangeran)
Sebutan untuk raja pada masa lalu
41
19
M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol.Op.Cit.,hlm. 20-25
Laporan Khusus
SYAMINA
Pemberian Hak Monopoli
Edisi 10 / Juli 2016
Tetapi, kedua alasan itu hanya mampu bertahan
selama sepuluh tahun pertama. Pada 1521, tiba di
Tidore dua kapal Spanyol—Victoria dan Trinidad—
yang merupakan sisa armada Magellan. Kedua
kapal itu dipimpin Elcano. Ketika tiba di Tidore,
kedua kapal itu mendapat sambutan hangat Sultan
Al-Manshur.
Tidak sampai dua tahun setelah kedatangan
Serrao di Ternate, Sultan Bayanullah memberikan
hak monopoli perdagangan rempah-rempah
kepada Portugis. Ada dua alasan yang menjadi
dasar pemberian hak tersebut:
Pertama, untuk meningkatkan kemakmuran
rakyat dan pendapatan Kerajaan, karena Portugis
awalnya bersedia membayar dengan harga lebih
mahal ketimbang para pedagang Jawa, Arab, Cina
dan Melayu selama ini. Kedua, untuk membangun
power bagi Kerajaan Ternate dalam persaingannya
dengan kerajaan-kerajaan lain di Maluku (terutama
Tidore). Sebab, mempunyai mitra asing dipandang
lebih kuat dan lebih handal ketimbang mitra lokal,
karena mitra asing Portugis itu memiliki persenjataan
modern, seperti bedil, meriam dan kanon.
Keadaan pun berubah secara drastis. Spanyol
membayar harga cengkeh hampir dua kali lipat dari
yang dibayar Portugis, serta memborong semua
cengkeh yang ada di Tidore dan Makian. Sejak itu,
harga jual cengkeh rakyat di Tidore dijadikan tolok
ukur, sehingga pasokan cengkeh untuk Portugis di
Ternate mulai berkurang.
Kedatangan sisa armada Magellan di Tidore itu
membuat situasi ekonomi dan militer di Maluku
ikut berubah, khususnya persaingan antara Ternate
dan Tidore. Sultan Bayan sendiri sempat menyurat
kepada Raja Portugis di Lisboa meminta segera
mendirikan benteng di Ternate: “Jangan di tempat
lain, tetapi di Ternate,” demikian Sultan Bayan
menggarisbawahi suratnya.43
Sekali lagi, persaingan dan permusuhan
antara Ternate, Tidore dan kerajaan di sekitarnya
memuluskan usaha Portugis menguasai dan
menjajah Maluku. Hal serupa juga terjadi di
Malaka dan Kalikut India saat Portugis berusaha
menguasai daerah tersebut.42
Gambar Silsilah Raja Ternate
42
C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825. Op.Cit.,
hlm. 50
43
20
M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.25-26
SYAMINA
Laporan Khusus
Mengamankan Monopoli
Kekuasaan Sultan
dan
Menggembos
membumihanguskannya. Usai menyerang Mareku,
pasukan Portugis dan Ternate menyerang Makian,
Kayoa dan Gane Barat (Halmahera), wilayah
Kerajaan Tidore. Setelah takluk, ketiga daerah
tersebut diserahkan kepada Ternate.
Kebijakan utama yang dijalankan Portugis di
Maluku ialah mengamankan monopoli rempahrempah dari berbagai rongrongan dan pelanggaran.
Yang dipandang sebagai pelanggar adalah para
pedagang Makassar, Jawa, Gujarat, Arab dan Cina,
karena mereka merasa Portugis telah merampas
lahan bisnis yang telah ditekuninya sejak puluhan
tahun. Tetapi, perongrong terbesar yang tiba
sepuluh tahun kemudian adalah Spanyol, yang
bekerja sama secara resmi dengan Kesultanan
Tidore.
Tatkala popularitas Pangeran Taruwese mulai
merosot, saudara tirinya, Pangeran Boiyako,
seorang yang saleh dan berperangai murah hati,
muncul sebagai tokoh tandingan. Karena itu,
Pangeran Taruwese merekayasa beberapa potong
bukti lalu secara terbuka menuduh Pangeran
Boiyako melakukan guna-guna dan mengancam
untuk membawa dia ke pengadilan, sementara dia
sendiri akan bertindak sekaligus sebagai penuntut
umum, juri dan hakim. Pangeran Boiyako yang
dilanda rasa bingung mencari dan mendapat
perlindungan di benteng Portugis. Tapi akibat
merasa bahwa juga di sana ia tak bisa luput dari niat
jahat Taruwese, ia menjatuhkan diri dari menara
dan menemukan ajalnya.
Bagi Portugis, cengkeh merupakan salah satu
primadona perdagangan—bukan hanya di seluruh
Asia, tetapi juga di Eropa—dengan harga jual
yang sangat mahal. Ia memberikan keuntungan
berlimpah ruah. Atas dasar mengail keuntungan
besar itulah, Portugis membangun Benteng
Gamlamo dan kekuatan militernya di Ternate.
Tetapi, Portugis juga sadar bahwa Kerajaan
Ternate, sebagai produsen cengkeh terbesar di
Maluku, tidak boleh terlalu kuat. Ternate tidak
boleh dibiarkan tumbuh menjadi kerajaan yang
secara militer melebihi Portugis. Kerajaan ini harus
terus diawasi dan digembosi kekuatannya sehingga
tidak menjadi ancaman potensial bagi Portugis.
Itulah sebabnya, kebijakan yang dijalankan para
gubemurnya di Maluku kadang bertentangan
dengan pandangan-pendangan Raja Portugis
sendiri. Taktik penggembosan kekuasaan para
sultan Maluku sering dilakukan dengan kekerasan.44
Tetapi maut sebagai hukuman yang pantas
sedang mendekati Taruwese. Seekor babi milik
Kapten Menesez terlepas dari kandangnya di dalam
benteng dan berlari-Iari di kota. Rakyat Ternate,
yang semua orang Muslim dan haram tersentuh
binatang najis itu, membunuh binatang tersebut.
Menesez menuduh kepala ulama di balik perbuatan
itu dan memenjarakan dia di dalam benteng.
Orang kota segera berbondong-bondong
memprotes
tindakan
Menesez.
Menesez
pun mengalah terhadap tekanan umum dan
membebaskan tahanannya. Ulama yang berang
langsung menyerukan jihad atau perang suci
terhadap kaum kafir. Dalam waktu singkat
orang Portugis boleh dikata terkurung di dalam
bentengnya. Mereka diganggu serta diboikot oleh
penduduk, dan tidak dapat memperoleh perbekalan
setempat yang sangat mereka butuhkan. Serdadu
yang lapar berusaha memperoleh bahan makanan
di pulau yang berdekatan, tetapi mereka diusir
dengan kekerasan oleh rakyat.
Kekejaman Portugis Membangkitkan Perlawanan
Dari 19 orang Gubernur Portugis yang
pernah berkuasa di Maluku, hampir semuanya
menegakkan kekuasaannya melalui jalan perang.
Gubernur pertama, Antonio de Brito (1522-1525),
memulai kariernya dengan menyerang Tidore dua
tahun setelah memangku jabatan, dengan alasan
sepele yang sebenamya dapat diselesaikan oleh
seorang Kepala Desa. De Brito, dengan bantuan
Wakil Sultan Ternate, Taruwese dan pasukannya
menggempur ibu kota Tidore, Mareku, kemudian
44
Edisi 10 / Juli 2016
Lalu, Menesez menangkap tiga tua-tua desa
dan mengancam mereka dengan hukuman yang
mengerikan, kalau mereka tidak bisa membujuk
rakyat untuk memperlihatkan penyesalan dengan
M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.26-27
21
Laporan Khusus
SYAMINA
Gubernur Portugis yang tangannya paling
berdarah adalah Tristao de Atayde (1534-1537).
Ketika Bacan menolak permintaannya menyerahkan
cengkeh, ia langsung menyerang kerajaan itu dan
meratakan dengan tanah kompleks pemukiman
kerajaan. Ia juga memerintahkan pasukannya
merusak dan membongkar pemakaman kerajaan.
Tulang belulang dikeluarkan dan diancam akan
digergaji hingga terpenggal-penggal, kecuali Sultan
Bacan menyerahkan sejumlah uang tebusan.
Setelah pembayaran uang tebusan, tulangbelulang itu kembali dimasukkan ke dalam tanah
dan dikuburkan.
cara menyerahkan perbekalan. Tua-tua itu menolak
dan hukuman pun menimpa mereka.
Pengawal kapten menghunus pedangnya
dan memotong tangan dari dua tahanan mereka
hingga putus; orang ketiga dilemparkan ke anjinganjing buldog galak yang mengoyak dagingnya
dan menggiringnya masuk laut. Dalam sakaratul
mautnya, tua-tua itu memegang dan menggigit
kuping salah seekor anjing erat-erat, dan membawa
anjing itu bersama-sama dengan dia ke dasar laut.
Taruwese
berusaha
mengembalikan
popularitasnya dan kekuasaannya dengan tampil
sebagai pemimpin suatu pemberontakan terbuka
yang dilancarkan di seluruh daerah. Rakyat Tidore
bergabung dengan rakyat Ternate dalam usaha
pembalasan dendam atas orang Portugis. Kapten
Menesez menggunakan taktik nekad karena sudah
merasa terpojok.
Atayde juga bernegosiasi dengan Katarabumi,
Mangkubumi Kerajaan Jailolo. Dengan alasan
Sultan Zainal Abidin masih di bawah umur dan
sakit-sakitan dan karena Jailolo bersekutu dengan
Spanyol yang akan mendepak Portugis dari Maluku,
Atayde menyerang Jailolo. Sultan Zainal Abidin
dibawa ke benteng Ternate “untuk memulihkan
kesehatannya” dan Katarabumi diangkat sebagai
pejabat Sultan Jailolo, kemudian menjadi sultan
definitif dengan gelar Kolano. Sejak itu Zainal
Abidin bukan hanya tak kembali lagi ke Jailolo,
tetapi hilang tak tentu rimbanva.
Ia menangkap Pangeran Taruwese, yang
dengan tidak hati-hati berkunjung ke benteng
untuk mengajukan tuntutan. Ia kemudian
dibelenggu dan dipenjarakan. Menesez menuduh
dia serentetan panjang kejahatan, termasuk
pembunuhan dan pengkhianatan. Ia dibaringkan
di atas alat penyiksaan dan disiksa untuk mengorek
pengakuan, dan kemudian diserahkan kepada para
algojo. Pada hari Minggu pagi pada permulaaan
tahun 1530 kepala Taruwese dan potonganpotongan tubuhnya yang masih segar dipamerkan
di tembok benteng.
Gubernur yang dianggap paling sukses dalam
tugasnya, Antonio Galvao (1537-1540), juga
melakukan perang melawan Tidore, Bacan dan
Jailolo. Tidore digempur hingga babak belur.
Ibukotanya yang baru dibangun dibumihanguskan
dan desa-desa yang berada di sekitar benteng
dibakar. Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain
dipaksa turun tahta dan atas nama Raja Portugis
hendak diggantikannya dengan Kaicil Rade, Kapita
Laut Tidore. Tetapi, usaha suksesi ini ditolak Kaicil
Rade karena tidak ingin mengkhianati kakaknya.
Usai menggempur Tidore Galvao bertolak ke Jailolo,
tetapi topan memaksanya kembali ke Ternate.
Seluruh kepulauan bangkit dalam demonstrasi
kebencian dan kekerasan yang ditujukan pada
orang Portugis. Kapten Menesez dan pasukannya
tersekap bersama-sama di dalam benteng mereka,
dengan jatah makan setengah takaran dan
persediaan mesiu yang sudah berkurang sampai
ke titik kritis. Mereka hanya dapat menunggu
keajaiban. Lalu, seperti yang sering terjadi dalam
masa-masa darurat, seorang kapten Portugis tiba
untuk menggantikan Menesez, dan muncullah
keadaan yang kelihatan memberikan kesempatan
untuk memuiai suatu lembaran sejarah yang baru.45
45
Edisi 10 / Juli 2016
Gubernur Berenaldin de Sousa dua kali
menjabat Gubernur Portugis di Maluku. Pada
masa jabatan pertama (1547-1549), ia tampak
begitu tenang dan cukup santun. Tetapi, sebelum
mengakhiri masa jabatan keduanya (1550-1552),
ia memimpin sendiri pasukan menyerang Jailolo
bersama pasukan Ternate yang dipimpin Khairun.
Wiliard A. Hanna & Des Alwi, Ternate dan Tidore Masa lalu Penuh
Gejolak, Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 1996, hlm. 43-46
22
Laporan Khusus
SYAMINA
kepada mereka untuk mengambil makanan rakyat
dengan cara apapun tanpa dibayar. Maka terjadilah
perampokan di Kampung Tobona. Karena rakyat
Tobona tidak mau menyerahkan makanan mereka,
terjadilah perkelahian massal antara rakyat
melawan tentara.
Serangan Portugis ke Jailolo kali ini, selain berhasil
melengserkan Kolano Katarabumi, juga mengakhiri
eksistensi Jailolo sebagai sebuah kerajaan.
Katarabumi
yang
perkasa
dipaksa
meninggalkan tahtanya (1551) dan kerajaannya
berubah status menjadi sebuah distrik yang
dipimpin seorang sangaji46 di bawah Kerajaan
Ternate. Ketimbang Jailolo, Tidore dan Bacan
lebih beruntung. Walaupun diserang berkali-kali,
keduanya tetap eksis sebagai kerajaan. Sementara
Jailolo tenggelam dan tak pernah timbul kembali.
Sebagai kerajaan tertua dan terbesar di Maluku
yang wilayahnya meliputi hampir seluruh
Halmahera, lenyapnya eksistensi Kerajaan Jailolo
sangat menyedihkan.
Beberapa tentara Portugis mati terbunuh,
demikian pula rakyat Tobona yang membela
haknya. Akibatnya, de Menezes memerintahkan
Kaicil Darwis menyerahkan Sangaji Tobona
kepadanya. Darwis mengira Sangaji akan ditahan
untuk sementara lalu dibebaskan. Tetapi, nasib
buruk menimpa Sangaji akibat ulah de Menezes.
Kedua pergelangan tangan Sangaji Tobona
dipotong, kemudian tangannya diikat di belakang
punggungnya. Dua ekor anjing galak dilepaskan
dan mulai mengeroyok Sangaji serta mencabikcabik seluruh tubuhnya. Sangaji mula-mula
membela dirinya dengan balik menggigit anjing
itu. Tetapi, karena tangannya terikat, ia tidak
dapat berbuat banyak. Sangaji Tobona tewas dan
mayatnya dicampakkan ke laut.
Gubernur Jorge de Menezes (1527-1530) dan
Tristao de Atayde adalah figur yang lemah dalam
kepemimpinan, miskin pengalaman, dan tidak
berbakat. Untuk menutupi semua kelemahan
itu, dia berlaku kejam agar ditakuti rakyat dan
terlihat berwibawa. Dalam menjalankan tugasnya,
tak segan-segan melakukan kekejaman yang
mendatangkan maut.
Daftar kekejaman de Menezes masih bisa
diperpanjang lagi dengan sejumlah hukuman sadis
yang dijatuhkan kepada para petinggi Kerajaan
Ternate, berupa eksekusi mati tanpa melalui
pengadilan. Mereka yang dieksekusi adalah:
Hukum Soasio dan Kaicil Darwis. Tanpa bukti yang
kuat, mereka dituduh berupaya menghubungi
para Sultan Maluku (Jailolo, Tidore, dan Bacan),
Raja Moredan raja-raja Papua dari Kepulauan
Raja Ampat—yaitu Waigeo, Misool, Waigama
dan Gebe—untuk bersatu dan bersama Ternate
mengenyahkan Portugis dari Maluku. Eksekusi
beruntun terhadap ketiga petinggi kerajaan tersebut
telah menimbulkan rasa takut rakyat Ternate.
Bahkan, penduduk kampung Melayu banyak yang
pindah ke Toloko menjauhi Gamlamo.
Gubernur de Menezes, misalnya, berani
menghukum Kaicil Vaidua—paman Sultan Bayan—
yang dipercaya untuk menjemput Serrao di Ambon
dan membawanya ke Ternate. Kabarnya, pada suatu
hari Kaicil Vaidua membunuh seekor anak babi
milik seorang Cina berkewarganegaraan Portugis.
Pemilik anak babi itu mengadukan perbuatan
Vaidua kepada Gubernur Menezes. Kaicil Vaidua
ditangkap dan ditahan. Atas permintaan Kaicil
Darwis, Vaidua dibebaskan. Tetapi, ketika akan
meninggalkan benteng tempat penahanannya, de
Menezes memerintahkan seorang sersan Portugis
untuk menyemir wajah dan mulut Vaidua dengan
lemak babi. Padahal de Menezes tahu bahwa
Vaidua adalah seorang Muslim.
Eksekusi seperti yang dilakukan de Menezes,
juga dilakukan de Atayde. Yang sangat tidak
masuk akal adalah eksekusi yang dilakukannya
terhadap Ourobachela, bendaharawan kerajaan
yang paling dihormati rakyat. Ketika bangsawan ini
meninggalkan rumahnya di ibu kota Gamlamo dan
mengungsi karena mengira akan terjadi kerusuhan
Demikian pula, ketika kapal suplai logistik
terlambat tiba dari Malaka, de Menezes
memerintahkan pasukannya untuk keliling Kota
Ternate mencari bahan pangan. Tentara Portugis
mengartikan perintah ini sebagai pemberian izin
46
Edisi 10 / Juli 2016
Gelar untuk pemimpin komunitas Tradisional atau kepala wilayah/
distrik
23
Laporan Khusus
SYAMINA
berkenaan dengan wafatnya Sultan Abu Hayat di
dalam tahanan, ia harus menebus ikhtiarnya itu
dengan kematian. De Atayde mengeksekusinya
di depan gerbang benteng. Walhasil, teror dan
kekejaman mewarnai pemerintahan Portugis di
bawah de Atayde dan de Menezes.47
Akibatnya adalah kemarahan umum, karena baik
orang Portugis maupun rakyat Ternate hanya mau
berpura-pura saja mematuhi peraturan-peraturan
monopoli lama maupun baru.
Perdagangan cengkeh tidak berhasil. Pekerjaan
di benteng tidak mendapat kemajuan. Pangeran
Boihiat tidak dikembalikan kepada ibunya; dan
Kapten Pereira terancam oleh pemberontakan
rakyat Ternate dan pembangkangan orang Portugis.
Pendukung utama persengkokolan ini adalah Ibu
Ratu yang ditakuti itu dan seorang perwira muda,
Vincent de Fonseca, yang semangatnya berapi-api.
Fonseca yang tidak disukai Kapten Pereira karena
soal-soal sepele seperti kurang hormat dan kurang
patuh, mempunyai banyak pengikut di kalangan
orang-orang benteng yang lebih berjiwa petualang,
dan Ibu Ratu tidak pernah kehabisan pemuda
bangsawan yang senang berperang.
Sementara itu, Kapten Pereira berupaya
menenangkan Ibu Ratu, yang kini menjadi
wali. Dengan berbuat demikian ia mencoba
mencapai berbagai tujuan penting yang lain, yakni
memulai lagi perdagangan dan merampungkan
pembangunan benteng. Ia memberi tahu tokoh
ningrat beruban yang menyenangkan, tetapi
nampaknya tak dapat dibinasakan itu, bahwa
puteranya, Pangeran Boihiat yang masih hidup,
akan dibebaskan dari benteng dan dapat diangkat
menduduki takhta kerajaan jika beberapa
persyaratan tertentu dipenuhi dengan segera.
Pertama, rakyat Temate harus mengantarkan
kepada pedagang-pedagang Portugis hasil seluruh
panen tahunan cengkeh. Kedua, mereka harus
menyediakan bahan dan tenaga untuk membangun
kembali dan memperluas dinding-dinding benteng
dan bangunan-bangunan yang ada di dalamnya.
Sang Ratu secara mengherankan memperlihatkan
kesediaan, dan berkat pengaruhnya pada rakyat
dapat terkumpul material dalam jumlah besar, di
samping tenaga manusia dan rempah-rempah,
sehingga kapten dapat memulai upaya mencapai
tujuan berikutnya.
Kelompok itu telah membuat skenario yang
tampaknya mustahil gagal. Prajurit Ternate
dan Tidore yang bersenjata lengkap menurut
skenario harus bersembunyi di mesjid yang
berdekatan, sementara beberapa bangsawan
akan mendatangi pintu gerbang untuk meminta
diizinkan masuk, dengan alasan ingin memberi
hormat kepada Pangeran Boihiat. Lazimnya
mereka akan diperbolehkan masuk. Kunjungan ini
direncanakan bertepatan dengan waktu tidur siang
orang Portugis, di kala seluruh penghuni benteng,
termasuk tentu saja sang kapten, kurang waspada.
Fonseca dan beberapa rekan yang terpilih akan
menunggu di bangsal, siap membantu para tamu,
yang akan menangkap dan melucuti Kapten
Pereira, membebaskan sang Pangeran, dan
memaksa barisan penjaga yang mengantuk untuk
membuka pintu gerbang benteng.
Tujuan
berikutnya
ialah
menegakkan
pemberlakuan dengan keras sistem monopoli, yang
tentu saja berarti bertindak seperti polisi terhadap
para pemasok Maluku maupun para pembeli
Portugis. Ia mengeluarkan perintah bahwa tidak
boleh ada pasar cengkeh selain yang ada di benteng,
dan yang berlaku di situ adalah harga monopoli.
Untuk memperkuat kedudukannya, Portugis
memerintahkan untuk menyita dan memusnahkan
semua timbangan, anak timbangan, dan alat-alat
penakar yang berada di tangan kalangan swasta.
Semua rempah-rempah yang disembunyikan,
akan dirampas, dan siapa pun yang terlibat dalam
perdagangan liar akan ditangkap dan diadili.
47
Edisi 10 / Juli 2016
Para pejuang yang siap siaga itu akan
menyerbu masuk dan menghadapi siapa pun
di kalangan orang Portugis yang tidak mau
mendukung tuntutan Fonseca, untuk memangku
jabatan kapten. Kerjasama antara rakyat Ternate
dan Portugis yang kemudian terjadi akan
menghasilkan arus rempah-rempah yang banyak
sekali, sehingga pihak yang berwajib di Goa akan
memaafkan
penyimpangan-penyimpangan
M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm. 30-31
24
Laporan Khusus
SYAMINA
tertentu dalam pergantian kepemimpinan
benteng dan pemberlakuan monopoli.
Apabila tuduhan dikenakan kepada seorang
sultan yang masih menjabat, kewenangan gubernur
hanya menangkap dan menahan. Selanjutnya,
sultan tersebut dikirim ke Goa untuk menjalani
masa tahanan lanjutan, hingga perkaranya
diputus oleh Raja Portugis di Lisboa. Karena status
hukum semacam itu, yakni sebagai tahanan, hakhak sipil para tahanan juga dikurangi. Misalnya:
selama berada di Goa, mereka tidak dibolehkan
meninggalkan negeri itu. Proses perkara semacam
ini memakan waktu bertahun-tahun hingga
diputuskan Raja Portugis sendiri.
Pelaksanaan kudeta itu tidak seluruhnya
mengikuti skenario. Tetapi, meskipun Kapten
Pereira mencium adanya sesuatu yang tak beres,
lalu menangkap Fonseca dan menyekapnya dalam
ruang tahanan di bawah tanah, adegan pertama dan
kedua dari babak pertama berlangsung menurut
rencana dan jadwal. Para pejuang bersembunyi di
mesjid, dan rombongan bangsawan dapat masuk
benteng.
Rakyat Ternate menyerang kapten dengan
keris mereka, dan Fonseca dapat lolos dari selnya,
menembakkan senapannya langsung ke arahnya.
Para pejuang di mesjid menyerbu pintu gerbang
benteng dan dalam perkelahian yang terjadi jatuh
banyak korban orang Portugis maupun rakyat
Ternate, tetapi benteng tidak terebut dan sang
Pangeran juga tidak terbebaskan. Tentara mengusir
para pengacau dan Kapten Pereira meninggal
malam itu tanggal 27 Mei 1532, karena lukalukanya, dan para pejuang Ternate mengepung
benteng, sementara orang Portugis dihadapkan
kepada suatu dilema yang serius.48
Para tertuduh tindakan pengkhianatan yang
dideportasikan ke Goa berada dalam penantian
yang cukup lama, dengan status “ditahan”. Tabariji,
misalnya, telah berada dalam tahanan kota di Goa
sejak 1535, tetapi perkaranya baru diputuskan Raja
Portugis pada 1544. Sementara Nyai Cili Nukila dan
Patisarangi yang dideportasi ke Goa tidak pernah
kembali lagi keTemate. Khairun bernasib lebih
baik, sebab ia hanya menjalani masa tahanannya di
Malaka dan Goa kurang dari dua tahun. Kematian
Tabariji pada 30 Juni 1545 telah memperpendek
masa tahanannya, dan pada April 1546 ia kembali
ke Maluku.
Tuduhan Pengkhianatan
Dari
sejumlah
data
historis,
dapat
disimpulkan bahwa seseorang dituduh melakukan
pengkhianatan apabila ia:
Tuduhan ini terutama dialamatkan kepada
para sultan dan bangsawan tinggi lainnya.Atas
dasar tuduhan tersebut, Gubernur Portugis dapat
menangkap, menahan dan mendeportasikan
petinggi kerajaan ke Goa untuk diadili di sana.
Contoh paling awal adalah apa yang dilakukan
Gubernur de Menezes terhadap Kaicil Darwis.
Karena dituduh melakukan pengkhianatan, Darwis
langsung dieksekusi dengan memenggal kepalanya
di depan publik di gerbang Benteng Gamlamo.
Ketika tuduhan dikenakan, Darwis menjabat
sebagai Pelaksana Pemerintah Kerajaan, karena
baik Abu Hayat maupun Deyalo sedang berada
dalam tahanan Portugis. Karena Darwis bukan
sultan, pada proses penyelesaian perkara dan
hukumannya dilakukan sendiri oleh gubernur.
48
Edisi 10 / Juli 2016
a. Disangka melakukan perbuatan yang
sangat membahayakan eksistensi Portugis
di Maluku. Contohnya adalah Kaicil Darwis
yang dituduh melakukan persekongkolan
dengan Sultan Maluku, para raja Kepulauan
Raja Ampat dan Moro, untuk mendepak
kekuasaan Portugis dari Maluku.
b. Bila seorang sultan tidak mampu
menghentikan
serangan
penduduk
terhadap suatu komunitas Kristen. Sultan
Tabariji, misalnya, dipandang tidak mampu
menghentikan serangan orang Muslim
Galela dan Jailolo terhadap pemukiman
Kristen Mamuya, Tolo, dan Sugala di
Morotia dan Cio, yang mengakibatkan
terbunuhnya Pastor Simon Vaz.
Wiliard A. Hanna & Des Alwi, Ternate dan Tidore Masa lalu Penuh
Gejolak, Op.Cit., hlm. 47-49
25
Laporan Khusus
SYAMINA
c. Melakukan daya upaya menghentikan
konversi rakyat Pribumi ke agama
Kristen. De Atayde menangkap, menahan,
kemudian mendeportasikan Khairun ke
Goa berdasarkan tuduhan tersebut.
Edisi 10 / Juli 2016
pribadi de Brito. Taruwese sendiri akhirnya dicopot
sebagai wakil sultan oleh Gubernur Vicente de
Fonseca pada 1533.
Sementara arogansi Galvao terjadi sewaktu
menolak utusan resmi Sultan Amiruddin (King
Mir) dari Tidore untuk bertemu dengannya.
Galvao dengan pongah meminta agar sultan
sendiri atau wakil resminya datang menemuinya.
Baru setelah Kaicil Rade diutus sultan, Galvao
dapat menerimanya. Tetapi, ketika perundingan
perdamaian dengan Kaicil Rade mencapai tahap
final, Galvao menghendaki Sultan Amiruddin
harus datang sendiri menemuinya, walaupun
delegasi Kerajaan Tidore telah menyatakan bahwa
Kaicil Rade adalah wakil resmi sultan dan menurut
hukum adat Tidore, sultan pantang menemui orang
yang belum dikenalnya. Karena takut perundingan
perdamaian gagal, Kaicil Rade menyanggupi akan
mempertemukan gubernur dan Sultan Tidore
keesokan harinya.
d. Pengkhianatan yang dipandang paling
besar dosanya adalah sikap anti-Kristen.
Khairun misalnya dianggap anti-Kristen,
karena pembelaan terhadap agama yang
dianutnya, yakni Islam. Oleh sebab itu,
Gubernur Diego Lopez de Mesquita
(1566-1571) memberi perintah kepada
kemenakannya, Sersan Antonio Pemintel,
untuk membunuh Khairun pada 28
Februari 1570.
Arogansi dan Konspirasi
Dalam melaksanakan tugasnya, para gubernur
berlaku arogan. Sifat arogan diperlihatkan
antara lain oleh de Brito, gubernur pertama dan
Galvao, gubernur ketujuh. De Brito, misalnya,
lebih banyak berhubungan dengan wakil sultan,
Taruwese, ketimbang dengan Nyai Cili, yang
menjabat Mangkubumi, pemegang kekuasaan
eksekutif Kerajaan Ternate. Ia meremehkan Nyai
Cili. Padahal, secara kualitatif, Nyai Cili jauh lebih
cerdas ketimbang Taruwese.
Selain arogansi, konspirasi juga telah mewarnai
pemerintahan Portugis di Maluku dan digunakan
sebagai salah satu sistem yang efektif. Di atas telah
disinggung hubungan konspiratif de Brito dengan
Taruwese untuk mencegah kembalinya Abu Hayat
keatas tahta Kerajaan Ternate. Tetapi, setelah
mencopot Taruwese dari jabatan wakil sultan,
Fonseca sendiri membangun konspirasi baru
dengan Patisarangi untuk mendongkrak Tabariji
ke atas tahta Kerajaan Ternate, dengan tidak
memberi peluang kepada yang paling berhak atas
tahta—yakni Deyalo. Untuk memperkuat posisi
Tabariji, Fonseca menolak pembebasan Abu Hayat
dari tahanan, sehingga Sultan Ternate ini mangkat
dalam penjara.
De Brito juga berkonspirasi dengan Taruwese
untuk mencegah Abu Hayat naik tahta. De
Brito berjanji kepada Taruwese bahwa ia dapat
menaikkannya ke atas tahta Kerajaan Ternate,
asalkan Taruwese membantunya membangun
Benteng Gamlamo dan peperangan-peperangan
yang akan dilakukannya. Karena itu, Taruwese pun
mengerahkan ratusan pekerja setiap hari, sehingga
benteng dapat diselesaikan dalam waktu yang
relatif singkat.
Tabariji akhirnya memperoleh predikat sebagai
sultan-nya Fonsecsa dan Patisarangi, bukan Sultan
Ternate. Tabariji adalah putra Patisarangi dengan
Nyai Cili Nukila. Sementara Abu Hayat dan Deyalo
adalah putra Sultan Bayan Sirullah dengan Nyai Cili
Boki Raja Nukila. Dalam hubungan darah seperti
itu, Tabatriji tidak berhak atas tahta Kerajaan
Ternate. Tetapi, dengan konspirasi tersebut,
Tabariji akhirnya berhasil naik tahta.
Tetapi, hingga de Brito meninggalkan Ternate,
seluruh janjinya kepada Taruwese tidak ada
satu pun yang dipenuhi. De Brito sebenarnya
telah menipu Taruwese, yang menjadi korban
ambisinya sendiri. Taruwese juga terkecoh dengan
mengerahkan pasukan Ternate ketika menyerang
Tidore, Makian, Kayoa dan Gane Barat, yang
memakan banyak korban, guna memenuhi ambisi
26
Laporan Khusus
SYAMINA
Konspirasi lainnya dilakukan de Atayde dengan
Mangkubumi Jailolo, Katarabumi (Catabruno).
De Atayde menyerang Jailolo dengan alasan
orang-orang Spanyol di sana telah memberikan
perlindungan kepada beberapa perkampungan
yang dahulunya dikuasai Portugis. Setelah Jailolo
dikepung dan ditaklukkan, Sultan Firuz—dikenal
juga dengan nama Sultan Zainal Abidin—yang
masih di bawah umur dan sakit-sakitan, dibawa ke
Benteng Gamlamo “untuk berobat”. Ketika sultan
telah berada di Gamlamo, Atayde menobatkan
Katarabumi sebagai Kolano Jailolo.
pedagang bernama Gonsalo Veloso dipandang
sebagai penyebar awal agama Kristen di Maluku.
Para pakar sejarah Kristenisasi Maluku
membagi periodesasi penginjilan ke dalam dua
periode utama: (i) Masa Pra-Xaverian dan (ii)
Masa Jesuit. Penguasa Portugis pada masa awal
kekuasaannya lebih disibukkan dengan bisnis
cengkeh dan peperangan melawan kerajaankerajaan Maluku, seperti Tidore, Jailolo dan Bacan.
Di samping itu, para penguasa ini juga ikut campur
tangan dalam masalah-masalah suksesi kerajaankerajaan Maluku, sehingga salah satu tugas pokok
tentang kristenisasi terabaikan.
Gambaran singkat tentang sistem yang
mewarnai praktik pemerintahan Portugis di Maluku
perlu dikemukakan untuk menjawab beberapa
pertanyaan mendasar: Mengapa Portugis harus
menyerang Tidore, Jailolo dan Bacan; mengapa
Abu Hayat dan Deyalo harus ditahan; mengapa
tuntutan pembebasannya selalu ditolak; mengapa
Tabariji harus dideportasi ke Goa; apa sebabnya
Khairun harus dibunuh dan sebagainya.49
Setelah Benteng Gamlamo usai dibangun,
barulah Kerajaan Portugis menempatkan seorang
vikaris dengan tugas khusus merawat rohani para
tentara dan keluarganya serta orang-orang sipil
Portugis lainnya. Penginjilan jarang dilakukan,
demikian pula konversi agama. Bahkan, dapat
dikatakan bahwa kedua tugas itu tidak pernah
dilakukan, terutama di luar Ternate, seperti di
Moro dan Bacan.
Misi Penginjilan (Kristenisasi)
Baru pada masa pemerintahan Gubernur
Tristao de Atayde (1533-1536), Vikaris Simon
Vaz memulai kegiatannya dengan konversi dan
pembaptisan Raja Moro beserta para bobatonya
di Mamuya, Morotia, sekitar 1534. Vikaris Simon
Vaz ditempatkan di dalam benteng dan baru
melakukan aktivitasnya apabila ada permintaan
Gubernur Portugis.
Ketika Vasco da Gama tiba di Calicut pada
1498, ia mengemukakan pernyataan: “Saya datang
untuk orang-orang Kristen dan rempah-rempah!”
Pernyataan da Gama bahwa ideologi agama
datang untuk Kristen tidak sepenuhnya berlaku,
khususnya untuk Maluku. Sebab, selama 24 tahun
pertama sejak Francisco Serrao menginjakkan
kakinya di bumi Maluku, kristenisasi di kawasan ini
belum dimulai penguasa Portugis.
Setelah kolano Mamuya dan para bobatonya,
Sangaji Tolo dan Sugala merupakan orang
berikutnya yang berhasil dikristenkan. Konversi
kolano Moro, Sangaji Tolo, dan Sugala ke dalam
agama Kristen mempunyai pengaruh cukup
signifikan, karena rakyat Mamuya, Tolo, dan Sugala
ramai-ramai meminta dibaptis.
Baru pada 1534, ketika Tristiao de Atayde
diangkat sebagai gubernur, seorang vikaris
bernama Simon Vaz ditugaskan khusus untuk
kristenisasi. Vaz adalah penginjil pertama yang
beroperasi di Maluku dengan bantuan resmi
pemerintah Portugis. Vaz dan kawan-kawannya
diboyong de Atayde ke Maluku sebagai vikaris
yang tidak terikat pada suatu badan atau organisasi
penginjil. Sekalipun demikian, perlu dicatat bahwa
upaya awal penyebaran agama Kristen Katolik di
Maluku telah dilakukan secara pribadi. Seorang
49
Edisi 10 / Juli 2016
Sementara di Bacan, Frater Antonio Vaz juga
berhasil membaptis sekitar enam hingga tujuh
sangaji. Bahkan, Sultan Bacan, Alauddin I dan
keluarganya juga bisa dibaptis. Pembaptisan
Rliltan Bacan dengan nama baptis Don Joao—
sama seperti nama Raja Portugis saat itu—berikut
puteranya Don Henrique dan menantunya yang
M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.26-35
27
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi 10 / Juli 2016
menjabat sebagai Sangaji Labuha, Rui Pereira,
telah mengejutkan Sultan Khairun di Ternate.
Berikut rincian yang berhasil dikristenkan per
daerah:
Sementara itu, laju Kristenisasi sudah tidak
dapat lagi dibendung, terutama di Bacan, Morotia
dan Morotai. Sentra-sentra Jesuit didirikan di
Tolo—kota terbesar di Morotia dengan 3.000
penduduk—dan di Saketa, serta di Mira, Morotai.
a. Ternate
Budak-budak dan perempuan Pribumi yang
kawin dengan laki-laki Portugis adalah mereka
yang sejak awal telah dikonversi. Tetapi, jumlah
mereka hanya beberapa ratus orang.
Fakta-fakta sejarah menunjukkan bahwa
kristenisasi dan konversi di kalangan Pribumi
Maluku terjadi lantaran sebab-sebab atau faktorfaktor berikut:
Di kalangan para bangsawan, yang berhasil
dikristenkan adalah:
1. Sultan Don Manuel Tabariji, dibaptis di
Goa.
a. Bantuan keamanan untuk menangkal
ancaman/serangan
kerajaan-kerajaan
besar. Contohnya: Kolano Moro melakukan
konversi karena mengharapkan bantuan
keamanan dari Portugis. Hal serupa juga
dilakukan Sangaji Tolo dan Sultan Bacan,
Alauddin I.
2. Adik tiri Sultan Khairun yang menikah
dengan Baltazar Veloso, seorang pedagang,
dibaptis dengan nama Dona Catarina.
3. Nyai Cili Bold Raja Nukila, mantan
Mangkubumi Ternate, dibaptis dengan
nama Dona Isabel.
4. Patisarangi, suami kedua Nyai Cili, ayah
Sultan Don Manuel Tabariji.
b. Pada sistem konversi seperti ini, apa yang
dilakukan seorang sultan atau kolano
akan diikuti rakyatnya secara massal.
Contohnya: pembaptisan massal di Tolo,
Mamuya, Sugala, Cawa dan Bacan. Tetapi,
kelemahan konversi seperti ini terjadi di
Kasiruta dan Labuha. Ketika sultan dan
sangajinya murtad dari Kristen, rakyatnya
juga ramai-ramai melakukan hal serupa.
5. Kolano Sabia, dibaptis dengan nama
Manuel Galvao.
b. Jailolo
Di kalangan Pribumi Jailolo tidak terjadi
konversi, karena misi Jesuit tidak beroperasi di
sana. Bila ada beberapa tokoh yang dikonversi, hal
itu berlangsung di Ternate. Ada tiga tokoh Jailolo
yang dikonversi, yaitu:
c. Konversi juga banyak dilakukan para budak
yang kurang jelas motifnya.
d. Perempuan pribumi yang melakukan
perkawinan campuran dengan lelaki
Portugis
1. Sangaji Gamkonora.
e. Di Bacan, ketakutan kepada roh-roh jahat
seperti suwanggi, puntiana, meki, yang
selalu menguber manusia, merupakan
salah satu sebab orang melakukan konversi.
3. Seorang Arab.
2. Kemenakan Raja Jailolo, yang dibaptis
dengan nama Antonio de Sa.
c. Bacan
Sultan Bacan Alauddin I dibaptis pada Juli
1557 dalam suatu upacara besar bersama seluruh
keluarga dan rakyatnya. Bersama ia dibaptis pula
delapan sangaji Kasiruta dan Labuha. Menantunya
yang menjadi Sangaji Labuha diberi nama baptis
Ruy Pereira dan bersama ia ikut pula dikonversi
300 orang rakyatnya. Sultan Bacan memilih nama
baptis sendiri, yaitu Don Joao de Kasiruta, sama
seperti Raja Portugis dan Raja Moro.
f. Gangguan kesehatan berat juga membawa
orang untuk konversi. Di Tolo dan Bacan,
setiap orang yang terganggu kesehatannya
tidak lagi pergi ke dukun, tetapi mendatangi
frater untuk penyembuhannya dengan
meminta dibaptis.50
50
M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.128-132
28
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi 10 / Juli 2016
Puteri Alauddin I, bernama Tanjung, menikah
dengan Sultan Khairun (ayah Baabullah). Itulah
sebabnya, baik Khairun maupun Baabullah
meminta Alauddin I kembali lagi ke agama Islam.
Bahkan, Baabullah memberikan ultimatum kepada
Don Joao de Kasiruta. Atas ultimatum Baabullah
itulah, Don Joao de Kasiruta kembali lagi ke agama
Islam. Dengan kembalinya Alauddin I ke agama
Islam, sebagian rakyatnya juga kembali memeluk
Islam.
Saudara Don Joao dibaptis di Ternate pada 1
Januari 1558 dan seorang kemenakannya yang lain,
yang menjadi Kapita Laut Bacan, juga dibaptis di
Ternate dan memperoleh nama baptis Don Duarte
de Bacan. Pada 1571, Baabullah menyerang Bacan
(Kasiruta) dan sejak itu berakhirlah riwayat misi
Jesuit di Bacan.
d. Tidore
Hanya ada dua sultan yang agak moderat
terhadap misi Jesuit. Mereka adalah Gapi Baguna
(1586-1599) dan Mole Majemu (1599-1626). Tetapi,
sifat moderat itu mempunyai latar belakang politik.
Sultan Gapi Baguna mulai jinak terhadap Portugis
karena khawatir akan kekuatan militer Ternate
di bawah Baabullah. Dialah yang mengizinkan
Portugis membangun sebuah benteng di Tidore
pada 1587, dengan menyediakan lokasinya dan
mengundang seorang frater untuk bertempat
tinggal di sekitar benteng guna memberikan
pelayanan spiritual kepada orang-orang Portugis
dan Spanyol yang bermukim di Tidore. Sekalipun
demikian, konversi atau kristenisasi terhadap
pribumi Tidore tetap dilarang.
Gambar Peta Halmahera dan Pulau-Pulau di Sekitarnya51
e. Moro
Misi Jesuit memperoleh sukses besar di Moro.
Diawali dengan konversi Raja Moro Toiliza,
kemudian diikuti sangaji Tolo, Sugala, Sao, Sakita
dan Mira dan para bobato lainnya. Rakyat Moro
baik yang di Morotia maupun Morotai mulai
berbondong-bondong minta dikonversi ke Kristen.
Berbeda dengan Ternate dan Bacan, Moro
menjadi ajang perebutan pengaruh antara dua
kerajaan paling kuat secara militer di Maluku ketika
itu: Ternate dan Jailolo. Campur tangan militer Jailolo
di bawah pimpinan Katarabumi menyebabkan Misi
Jesuit tidak hadir lagi di Moro, sejak terbunuhnya
Frater Simon Vaz di Sao Morotai pada 1535 hingga
kedatangan Francis Xavier pada 1546, karena Moro
menjadi negeri yang sangat berbahaya.
Ketika Gapi Baguna wafat dan digantikan Mole
Majemu, keadaan Portugis di Maluku sudah sangat
lemah. Frater Rafael de Barafe dalam suratnya
pada 30 Mei 1615, yang dikirim kepada Frater
General Roma, memberitahukan bahwa seorang
Pangeran Tidore pada 1665 telah dikonversi
bersama keluarganya di Manila, bukan di Tidore.
Tidak disebut nama pangeran Tidore tersebut.
Tetapi, dialah satu-satunya bangsawan Tidore yang
berhasil dikonversi dari Islam ke Kristen.
Tetapi, terlepas dari bahaya dan gangguan
keamanan, sejak 1546 telah terjadi konversi besarbesaran di Moro. Di Tolo misalnya, sebanyak 2.000
orang dibaptis hanya dalam waktu seminggu.
51
29
Sumber: Böhm dan Pangemanan, 2010: 76
Laporan Khusus
SYAMINA
Sampai 1553. Menurut laporan Frater de Castro,
jumlah orang yang telah dikonversi mencapai
35.000 orang.
Jailolo terhadap pemukiman Kristen Mamuya, Tolo
dan Sugala di Morotia dan Cio, yang mengakibatkan
terbunuhnya Pastor Simon Vaz. Oleh kerena itu dia
kemudian ditahan oleh Gubertnur de Atayde dan
dideportasi ke Goa.
Sewaktu Francis Xavier mengunjungi Moro
pada 1546, baru terdapat 29 komunitas Kristen.
Tetapi, pada 1562 telah berdiri 36 komunitas
dan tiga tahun kemudian (1565) terdapat 46-49
komunitas Kristen di seluruh Moro. Tiap komunitas
terdiri dari 7.000-8.000 jiwa yang berasal dari satu
hingga dua kelompok desa. Hal ini berarti jumlah
orang yang telah dikonversi di Moro sampai 1562
mencapai 39.000 orang. Tiap komunitas memiliki
gereja sendiri dan mereka tahu kapan tiba hari
Minggu, bahkan hari raya seperti Natal dan Paskah.
Sementara menunggu perkaranya diputuskan
dia berkenalan dengan seorang bangsawan
Portugis, Jordao de Freitas, yang pernah datang ke
Maluku selama beberapa hari. de Freitas menasihati
Tabariji agar pindah ke agama Katolik supaya dia
dapat memperoleh tahtanya kembali. Setelah
dia menjadi Katolik, Tabariji memproklamasikan
bahwa Kerajaan Ternate sebagai kerajaan Kristen
dan menjadi vazal Portugis.
Sumber lain yang dikemukakan Herbert Jacobs
S.J. mencatat sebagai berikut: Sampai 1552,terdapat
35.000 orang dari 29 kampung atau desa. Empat
tahun kemudian (1556) angka itu berubah menjadi
55.000 dari 75 pemukiman.Selama kunjungan
hampir empat bulan di Moro, Francis Xavier
membaptis sekitar 3.000 jiwa, anak-anak dan orang
dewasa.
Setelah hampir sepuluh tahun berada di Goa,
barulah perkara Tabariji memperoleh keputusan.
Tabariji merupakan satu-satunya Sultan Ternate
yang berhasil dikonversi ke agama Kristen. Ia
memperoleh nama baptis Don Manuel.
Ketika perkaranya diputus oleh Raja Portugis,
Tabariji memperoleh pembebasan karena tuduhan
terhadap dirinya tidak terbukti. Setiba di Malaka,
Tabariji meninggal dunia sebelum sempat bertemu
Khairun. Ada rumor, meninggalnya Tabariji
karena diracun Khairun. Tetapi menurut seorang
penulis, Tabariji meninggal karena bunuh diri
dengan jalan minum racun. Hal ini disebabkan
rasa malu terhadap rakyatnya berkenaan dengan
konversinya dari Islam ke Kristen. Padahal sebagai
sultan, Tabariji adalah Amiruddin (pemimpin
tertinggi agama Islam) yang bertugas menjaga dan
melindungi agama Islam yang dianut mayoritas
rakyatnya. Penghibahan Kepulauan Ambon dan
Seram kepada de Freitas juga telah menyalahi adat
dan aturan kerajaan dan hal ini juga menjadi faktor
pemicu bunuh diri Tabariji.53
Dalam suratnya pada 7 Februari 1553, Frater
Juan de Beira menyatakan kepada Jesuit of Combra
bahwa ketika bertugas di Tolo pada awal 1553, ia
pernah mengkonversi 5.000 orang dalam sehari
dan 20.000 orang dalam seminggu. Ketika gunung
api Dukono di Tobelo meningkat aktivitasnya,
penduduk Cawa dan sekitamya berbondongbondong datang ke Tolo minta dibaptis.
Ketika seluruh petugas Misi Jesuit harus
meninggalkan Moro karena semua tentara Portugis
ditarik ke Ternate, setelah terjadi pembunuhan
terhadap Sultan Khairun, Misi Jesuit meninggalkan
75.000 umatnya di Moro. Setelah itu, banyak gereja
yang dibakar atau dirusak dan banyak orang Kristen
terbunuh. Ketika Gubernur Spanyol Geronimo da
Silva menarik pasukannya dari Moro pada 1663,
berakhirlah aktivitas misi di sana.52
Hubungan Mesra Sultan Khairun-Portugis berbuah
Pahit
Sultan Khairun Jamil bin Bayan Sirullah,
dilahirkan di Ternate pada 1522, dari ibunya seorang
perempuan Jawa. Ia memperoleh pendidikan pada
Seminari di Goa, sekolah Portugis satu-satunya
Ternate Diserahkan kepada Portugis oleh Sultan Tabariji
Sultan Tabariji dipandang tidak mampu
menghentikan serangan orang Muslim Galela dan
52
Edisi 10 / Juli 2016
M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit, hlm, 172-176
53
30
M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.71-73
Laporan Khusus
SYAMINA
yang ada waktu itu. Pada 1535, dalam usia 13
tahun, ia menggantikan saudara tirinya Tabariji
sebagai Sultan Ternate. Karena belum cukup umur,
sebagai Mangkubumi ditunjuk Samarau, mantan
salahakan (gubernur) Kerajaan Ternate di Ambon.
Edisi 10 / Juli 2016
de Sousa memberitahu Khairun bahwa ia akan
mendarat hari itu juga dan Sultan Khairun
baru mendarat keesokan harinya setelah segala
sesuatunya siap.
Khairun turun dari Kapal Bufara dan di depan
penyambut yang berjubel, Khairun berjalan
menuju Gamlamo, diiringi musik dan sejumlah
bobato. Di sepanjang jalan ia dielu-elukan rakyat.
Khairun, yang memakai jubah bangsawan tinggi
Portugis, tampak berwibawa. Lelaki dengan postur
tubuh tinggi besar itu menyalami rakyat ketika
memasuki ibu kota Gamlamo.Ia memakai topi dan
sepatu dari kulit, dengan wajah yang cerah.
Pada 1544, Khairun ditangkap atas tuduhan
pengkhianatan. Bersama Khairun, ikut ditangkap
juga Mangkubumi Samarau dan keduanya
dideportasi ke Goa. Samarau pada usia lanjut (70
tahun) diperiksa di Malaka, kemudian dikembalikan
ke Ternate karena tidak terbukti bersalah. Tetapi,
ketika tiba di Ambon, ia dibunuh oleh orang-orang
suruhan Gubernur de Atayde.
Khairun sendiri, setelah tiba di Goa,
dikembalikan lagi ke Ternate, karena semua
dakwaan atas dirinya tidak terbukti. Haknya atas
tahta Kerajaan Ternate dipulihkan dan pada
1546 dilantik kembali sebagai sultan untuk kedua
kalinya.
Setelah itu, Khairun memasuki istana
menunggu pelantikannya. Dua hari kemudian,
Khairun dilantik kembali sebagai Sultan Ternate
untuk kedua kalinya (1546-1570). Pada pidato
pelantikannya Khairun menandaskan:
1. Ternate tetap sebagai sebuah Kerajaan
Islam
Ia menikah pertama kali dengan Bob Tanjung,
puteri tertua Sultan Bacan, Alauddin I. Baabullah
lahir dari perkawinan Khairun dengan Bob Tanjung.
Khairun punya enam anak laki-laki dan tiga anak
perempuan. Yang tertua adalah Baabullah. Istri
keduanya seorang perempuan dari Sula. Terakhir
Khairun menikah dengan putri Sultan Tidore,
Iskandar Zulkanain
2. Akta hibah Don Manuel Tabariji atas
Kepulauan Ambon kepada Jordao de
Freitas tidak sah dan batal demi hukum,
karena wasiat dibuat oleh Wasi yang tengah
menghadapi kematian. Kepulauan Ambon
bukan milik pribadi Don Manuel Tabariji
sehingga pemasrahannya kepada pihak
ketiga menjadi tidak sah pula.
Khairun naik tahta menggantikan saudara
tirinya Tabariji, yang dipaksa turun oleh Gubernur
Tristao de Atayde lantaran dituduh melakukan
pengkhianatan. Tabariji dipandang bersalah
karena membiarkan orang-orang Muslim Galela
menyerbu Mamuya, ibu kota Kerajaan Moro dan
membunuh orang-orang Kristen lokal yang baru
dikonversi ke Kristen. Sepuluh tahun setelah
Tabariji dicopot, pada 1544 giliran Khairun
ditangkap dan ditahan dengan tuduhan yang sama
oleh Gubernur de Freitas. Bersama jogugunya yang
telah berusia lanjut, Samarau, Khairun dideportasi
ke Goa melalui Malaka.
Dalam melaksanakan tugasnya di Maluku,
Misi Jesuit memperoleh berbagai kemudahan dari
Sultan Khairun. Fasilitas itu antara lain berbentuk
sarana transportasi, berupa juanga berikut awak
pendayung, yang membawa personil mereka ke
Moro. Bantuan transportasi seperti ini lazimnya
diajukan melalui gubernur. Karena semua logistik
Misi dikirim dari Malaka, apabila kapal logistik
belum tiba, kerajaan lazimnya juga memberikan
bantuan darurat berupa beras, ikan dan lainnya.
Tetapi, bantuan paling mendasar yang diberikan
Khairun adalah dibolehkannya Misi mengkonversi
rakyat Pribumi—baik yang belum maupun yang
telah beragama (Islam)—ke dalam agama Kristen.
Padahal, upaya konversi di kalangan pribumi
semacam itu dilarang di Kerajaan Tidore.
Saat tersiar berita di Ternate bahwa Tabariji
meninggal dunia, rakyat bersorak gembira. Ketika
Kapten Duarte Miranda, komandan Kapal Bufara,
melabuhkan kapalnya di Pelabuhan Talangame,
31
Laporan Khusus
SYAMINA
Pemimpin pastoral di Morotai, Alfonso de
Castro, pernah melaporkan kepada pusat Misi
Jesuit di Roma bahwa toleransi yang ditunjukkan
Sultan Khairun kepada agama Kristen sangat
luar biasa dan ketika terjadi gangguan keamanan
yang mengancam Misi dan orang-orang Kristen
lokal, Khairun mengirim juanga dengan beberapa
ratus prajurit untuk membantu. Dengan pedang
terhunus di tangan, mereka diperintahkan berlayar
ke Moro mencari para pengganggu keamanan dan
membunuhnya, sekalipun yang bersangkutan
memeluk agama Islam.
Edisi 10 / Juli 2016
menyarankan agar mereka sebaiknya dibebaskan
saja.54
Bagi Khairun, penangkapan diri dan
keluarganya, kali ini telah menggoreskan luka
yang dalam. Ia menilai tindakan de Eca sangat
keterlaluan dan merupakan tindakan sewenangwenang serta menghina pribadi, keluarga, dan
kerajaannya. Sejak kejadian yang menimpa dirinya
itu, pandangannya terhadap pemerintah Portugis
beserta segala yang berindikasi Portugis—termasuk
Misi Jesuit—berubah.
Pada November 1555, tiba di Ternate Don
Duarte de Eca, gubernur baru yang menggantikan
Francisco Lopez de Sousa (1550-1552). Gubernur
de Eca mempunyai perangai yang tak jauh berbeda
dengan de Freitas: seorang egois dan otoriter.
Berbagai tindakannya mulai tidak berkenaan di hati
Khairun. Yang amat menyebalkan Khairun adalah
kebijakan de Eca menaikkan pajak cengkeh yang
harus dibayar rakyat dan kerajaan kepada Portugis.
Kebijakannya selalu bertumpu pada menjaga
jarak, bila yang dihadapi itu Portugis, tidak
terkecuali dalam pergaulan sehari-hari. Khairun
yang selalu tampak akrab dengan orang-orang
Portugis, secara perlahan-lahan mulai berhatihati. Bahkan, ia tak dapat menyembunyikan
kekesalannya kepada orang-orang tertentu. Tokoh
yang selalu berpembawaan terbuka dan berterus
terang itu mulai tertutup dan kadang kala sukar
ditebak. Ia berubah menjadi oposan Portugis.
Penolakan Khairun terhadap kenaikan pajak
penjualan cengkeh ini oleh de Eca ditafsirkan
sebagai sikap menolak bekerja sama dan
membangkang terhadap aturan penguasa Portugis.
Oleh sebab itu, pada 1 Desember 1558, Gubernur de
Eca memerintahkan tentaranya menangkap Sultan
Khairun, adik-adiknya, dan ibunya—seorang
perempuan Jawa—untuk kemudian dijebloskan ke
dalam penjara Benteng Gamlamo.
Khairun telah berubah, dia dianggap menjadi
tokoh yang menghalangi program Portugis di
bidang perdagangan maupun pelaksanaan
konversi keagamaan. Sebagai Sultan Ternate,
Khairun mengeluarkan berbagai peraturan yang
menghambat kedua hal tersebut. Di bidang
perdagangan rempah-rempah, misalnya, ia sangat
pro perdagangan bebas dan menentang pungutan
pajak penghasilan terhadap petani cengkeh.
Penangkapan dan penahan ini telah
menimbulkan kemarahan rakyat, baik yang
pribumi maupun orang-orang Portugis sendiri,
karena mereka tahu bahwa pajak cengkeh selama
ini hanya masuk ke kantong gubernur dan tak
sepeser pun digunakan untuk kepentingan mereka.
Demikian pula, untuk menghadapi laju konversi
yang sangat mengkhawatirkan, Khairun pernah
mengadakan pertemuan dengan Sultan Tidore,
Bacan, dan Jailolo pada 1544 untuk membendung
penginjilan yang dilakukan Misi Jesuit. Pertemuan
itu menghasilkan keputusan untuk memisahkan
pemukiman orang Islam dari pemukiman orang
Kristen, dengan tujuan mencegah konversi orangorang Islam ke dalam agama Kristen
De Eca memasukkan sultan dan adik tirinya
Pangeran Guzart ke dalam sel tahanan di bawah
tanah di benteng. Sel mereka kotor, lembab, dan
penuh tikus. Mengingat makanan di penjara yang
bahkan lebih buruk daripada di benteng, siapapun
bisa saja mati keracunan akibat terkontaminasi
makanan itu. Mereka diperlakukan sedemikian
kerasnya, sehingga para penjaga, yang orang
Portugis pun, menyatakan keberatan dan
Gubernur Manuel de Vasconcellos hanya
mampu bertahan selama dua tahun dan pada
1561ia digantikan oleh Henrique de Sa, yang pernah
tinggal lama di Maluku. Sebagai orang yang telah
54 Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Masa Lalu
Penuh Gejolak", Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996, hlm.77
32
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi 10 / Juli 2016
mengenal Maluku dan keluarga Kerajaan Ternate
dari dekat, de Sa mencoba menciptakan hubungan
yang lebih baik dengan Khairun. Selama tiga tahun
menjalankan tugasnya, (1561-1564) hubungan
baik dengan Khairun bisa dibinanya. Oleh sebab
itu, selama masa kekuasaan de Sa, Khairun dapat
bekerja sama dengan baik.
Ketika memasuki perairan Kalimantan, armada
itu bertemu dengan armada Spanyol pimpinan
Legaspi yang memprovokasi Marramaque dan
menghalaunya ke Cebu di Filipina Selatan. Baru
pada Oktober 1568, sebagian armada itu mencapai
Ambon. Sementara Marramaque sendiri baru tiba
di Ambon pada Januari 1569.
Hubungan yang relatif sama juga beijalan pada
masa Gubernur Alvaro de Mendosa (1564-1566).
Tetapi, pada masa kekuasaan Gubernur Diego
Lopez de Mesquita—pengganti de Mendosa—yang
berdarah dingin, luka lama Khairun akibat ulah
Gubernur Duarte de Eca atas diri dan keluarganya
kambuh.
Dari Ambon, Marramaque kemudian bertolak
ke Moro dan tiba pada akhir 1569. Marramaque
menempatkan pasukannya di paroki Misi yang
ada di Tolo, Mamuya, Pulau Rao, Sakita dan
Mira serta Sugala. Tetapi, Khairun curiga apakah
armada Marramaque itu benar-benar bertujuan
menjaga keamanan dan tidak ada maksudmaksud tersembunyi lainnya di balik itu. Menurut
Khairun, tidak tertutup kemungkinan armada itu
akan menyerang Ternate atau salah satu kerajaan
Maluku.
Sejak masa awal pemerintahannya, de
Mesquita tidak pernah berlaku santun kepada
rakyat maupun keluarga Kerajaan Ternate. Ia tidak
pernah membina hubungan baik dengan Khairun
dan Khairun juga telah mengubah pandangan
dan kebijakannya terhadap Pemerintah Portugis
sejak penghinaan oleh de Eca. Khairun tahu betul
maksud-maksud jahat yang tersembunyi di balik
kata-kata manis yang diucapkan de Mesquita.
Berdasarkan kecurigaan tersebut, Khairun
memerintahkan
Kapita
Laut
Baabullah
mengirimkan sejumlah juanga merondai perairan
Moro guna melindungi rakyat setempat dan
memantau kegiatan armada Marramaque. Ia juga
menitahkan kepada Baabullah untuk mengambil
tindakan seperlunya bila terjadi petualangan militer
Portugis. Pada Desember 1569, Baabullah mengirim
sejumlah juanga untuk tugas pemantauan ke Moro
seperti yang diperintahkan Khairun.
Pada Mei 1565, sebuah laporan yang berasal
dari Misi Jesuit di Moro diterima raja muda Goa.
Laporan itu menyatakan bahwa kekacauan dalam
menjalankan tugas di Moro akhir-akhir ini meningkat
drastis lantaran serangan-serangan orang Islam.
Karena ancaman terhadap keselamatan Misi
sudah sedemikian rupa, pimpinan Misi bermaksud
mengevakuasi personilnya ke Ternate dan
meninggalkan 70.000 anggota jemaatnya orangorang Kristen lokal. Dalam serangan tersebut,
gereja dibakar dan sejumlah orang Kristen lokal
dibunuh. Sementara itu, Gubernur de Mesquita
menuduh Sultan Ternate, Khairun Jamil, sebagai
otak yang berada di balik semua kejadian tersebut.
Pereira melaut dengan sebagian besar
armadanya untuk mengadakan berbagai misi patroli
pengamanan yang sebagian dilancarkan bersama
dengan angkatan bersenjata Sultan Khairun. Segala
kegiatan itu temyata mengeruk begitu banyak
pengeluaran untuk kapal, persenjataan, dan tenaga,
sehingga sebelum ia menyadari apa yang terjadi,
ia telah kehilangan sebagian besar kekuatannya.
Bersama dengan Pangeran Baab, armada korakoranya, dan tentaranya yang berjumlah 1000 orang
itu, Laksamana Pereira, misalnya berpetualang ke
Mindanao dengan tujuan untuk menyerang orang
Spanyol.
Raja Muda Goa, Don Antao Noronhe
memerintahkan Gonsalo Pereira Marramaque
memimpin sebuah armada—terdiri dari 12 kapal—
yang membawa lebih dari 500 serdadu dengan 2
misi. Pertama; melindungi misi Kristen dan orang
Kristen. Kedua; membangun benteng baru di
Ambon.55
55
Orang Portugislah yang akhirnya diserang,
karena Pangeran Baab dan anak buahnya
menghilang di tengah-tengah pertempuran itu,
dan muncul kembali beberapa minggu kemudian
Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Op.Cit., hlm. 78
33
Laporan Khusus
SYAMINA
di Selat Malaka untuk merampasi kapal-kapal
Portugis.56
sederhana, tempat kapal-kapal singgah untuk
menambah perbekalan dan menunggu angin
musim hujan.
Dugaan
Khairun
bahwa
Marramaque
melakukan provokasi militer kemudian terbukti.
Pereira Marramaque datang ke Moro bukan untuk
melindungi Misi Jesuit dan orang-orang Kristen
lokal, seperti diperintahkan raja muda Goa. Tetapi
ia memprovokasi keadaan untuk melanggengkan
kekuasaan Portugis atas Moro dan, dengan
demikian, Portugis akan menganeksasi Maluku
dengan bantuan Moro.
Portugis segera membangun benteng, tetapi
segera pula memutuskan bahwa tempatnya kurang
baik, dan karena itu memindahkan operasi ke
pantai utara Teluk Ambon, suatu tempat yang
sangat bagus untuk pangkalan militer dan angkatan
laut di Lautan Pasifik Selatan. Di sini justru,
sewaktu ia merasa telah mantap dan para pastor
yang menyertainya berhasil mengajak banyak
orang memeluk agama Kristen, ia dikejutkan
oleh serangan mendadak yang dilancarkan oleh
Pangeran Rubihongo (Baabullah).
Walaupun armada Ternate dan armada Portugis
telah saling berhadap-hadapan, akan tetapi
kontak senjata tidak terjadi. Upaya Marramaque
dan petualangan militemya gagal karena tidak
memperoleh dukungan para sangaji dan pimpinan
informal Moro lainnya. Guna menghindari
konflik terbuka dengan pasukan Khairun, armada
Marramaque mengakhiri petualangannya dan
kembali ke Ambon pada tahun berikutnya.
Perahu kora-kora milik pangeran itu jauh
lebih bagus daripada kapal layar milik Pereira yang
manapun, yang pada saat itu merapat di pantai
untuk diperbaiki, sementara jumlah anak buahnya
melebihi jumlah orang Portugis, tiga atau empat
lawan satu. Rakyat Ternate membakar kapalkapal Portugis, dan sudah hampir menerobos
tembok-tembok benteng yang belum selesai, dan
tampaknya sudah akan menang, sampai ketika
Kapten Pereira sendiri memimpin suatu serangan
balasan yang membalikkan hasil pertempuran itu.
Tetapi, Gubernur de Mesquita mengumumkan
di Ternate bahwa pasukan Khairun telah
menyerbu Misi Jesuit dan orang-orang Kristen
lokal, membunuh dan memaksa mereka keluar
dari Kristen. Khairun dengan tegas membantah
berita-berita dan pengumuman Mesquita. Tetapi,
pengumuman Mesquita telah membuat resah
pimpinan Misi Jesuit di Ternate, yang memutuskan
memanggil kembali atau mengevakuasi selurah
personil Misi dari Moro karena terancam
keamanannya. Putusan penarikan itu akhirnya
ditangguhkan setelah ada jaminan keamanan dari
Sultan Khairun.
Walaupun hampir kehilangan semua kapal,
Pereira merampas lebih dari selusin perahu korakora milik Rubihongo. Setelah mendengar dari
para tawanan mengenai keadaan di Ternate di
mana benteng dikepung lagi, Pereira berangkat
dengan korakora bersama seratus anak buahnya
untuk membantu Kapten Mesquita.
Tidak lama setelah ia tiba di Ternate, ia
mendengar kabar bahwa Rubihongo mengepung
lokasi di Ambon, di mana keadaan pasukan lebih
buruk daripada di Ternate. Dengan letih sekali dan
benar-benar sakit, Pereira kembali ke Ambon lagi,
di mana ia tiga hari kemudian menemui ajalnya
dengan meninggalkan 80 tentara yang masih
hidup untuk memutuskan apakah mereka harus
melarikan diri, menyerahkan diri atau bertempur.
Lima puluh orang memilih untuk menyelinap
ke laut dan kembali ke Malaka. Seorang kapten
bernama Sancho de Vasconcellos dan 30 anak
buahnya memutuskan untuk tetap tinggal.
Walau agak terlambat, laksamana Pereira
teringat akan tugasnya membangun sebuah benteng
di Ambon. Maka ia kemudian menggerakkan
armadanya ke arah selatan. Setelah melakukan
operasi di sepanjang pantai Hitu dan merasa telah
menunjukkan kekuasaan kepada para kepala suku,
ia memilih Hila sebagai lokasi pembangunan
benteng, karena pemilihan lokasi lain mungkin
akan menimbulkan masalah. Hila adalah sebuah
desa kecil di tepi pantai, di mana orang Portugis
sejak lama telah memiliki pusat pertahanan yang
56
Edisi 10 / Juli 2016
Ibid, hlm.80
34
Laporan Khusus
SYAMINA
Kapten Vasconcellos menyelamatkan kapal
San Fransisco, yang pernah menjadi kapal
komando Pereira, memuatkan ke dalam kapal itu
sisa-sisa amunisi dan perbekalan, demikian juga
jenazah sang laksamana, dan bertolak melintasi
Teluk Ambon ke wilayah Kristen di Leitimor.
Kapal rongsokan itu mengalami kebocoran dan
tenggelam; orang-orang yang terdampar itu
berenang ke pantai dan disambut dengan lebih
meriah daripada yang dapat diharapkan oleh
penduduk desa Kristen Nusaniva.
Misi Jesuit tidak perlu dievakuasi dan mereka
akan bekerja seperti biasa. Baik pasukan Portugis
maupun pasukan Ternate akan bekerja sama lebih
intens untuk menjadikan Moro aman dan damai.
Untuk mengukuhkan perjanjian tersebut,
Khairun dengan al-Qur’an di tangan dan de
Mesquita dengan Bible-nya bersumpah bahwa
kedua pihak akan menaati perjanjian perdamaian
itu. Karena perjanjian damai ini dikukuhkan di atas
kitab suci masing-masing, tak secuil pun timbul
keraguan pada benak Khairun bahwa apa yang
dilakukan de Mesquita adalah sebuah skenario
yang tersembunyi di balik niat jahatnya untuk
menyingkirkan Khairun. Babak pertama skenario
de Mesquita berjalan dengan sukses. Kini tinggal
menyusuli skenario babak kedua dan yang paling
menentukan.
Di sana, dengan bantuan penduduk desa
itu, Sancho de Vasconcellos dan rekan-rekannya
membangun pagar yang terbuat dari kayu balok
sebagai kubu pertahanan, yang dengan ekspedisi
yang luar biasa itu, nantinya berubah menjadi
benteng, yang sekitarnya di kemudian hari didirikan
kota Ambon.57
Pada 28 Februari 1570, dalam rangka merayakan
perjanjian perdamaian Portugis-Ternate, de
Mesquita kembali mengundang Khairun untuk
suatu pesta kecil yang diselenggarakan khusus
untuknya. Tetapi, sebelum keduanya tampil
bersama di bangsal, de Mesquita minta agar
Khairun datang ke kediamannya, di lantai dua
menara Benteng Gamlamo.
Dalam bayangan de Mesquita, keamanan Moro
akan bermasalah apabila armada Marramaque
meninggalkan daerah tersebut. Oleh sebab itu, de
Mesquita berpendapat bahwa untuk menjamin
keamanan Moro, sumber atau potensi yang
menyebabkan gangguan keamanan tersebut harus
dicari. Menurut de Mesquita, pemicu keruwetan
Moro adalah Khairun, yang bila disingkirkan, Moro
akan kembali aman.
Beberapa bobato yang punya firasat kurang
baik, menasihati Khairun agar mengurungkan
niatnya datang ke pesta itu. Tetapi, Khairun percaya
pada itikad baik de Mesquita yang baru saja sehari
sebelumnya bersumpah dengan meletakkan
tangannya di atas Bible. Pada pukul 19.00, Khairun
dan para bobato serta pengawalnya tiba di depan
pintu menara benteng lantai dua, ketika para
bobato dan pengawal sultan akan memasuki pintu
lantai dua menara tersebut, mereka dicegat masuk
oleh tentara pengawal Portugis. Tentara pengawal
itu mengatakan bahwa yang akan dimasuki itu
adalah kediaman pribadi gubernur dan yang
dijinkan masuk hanya Sultan Khairun seorang diri.
Para pengawal dan bobato disuruh kembali dan
akan diberitahu bila pesta telah berakhir.
Akan tetapi, bagaimana atau dengan cara apa
Khairun disingkirkan? Menyingkirkan Khairun
dengan kekuatan militer jelas tidak mungkin, karena
personil militer Khairun lebih besar dari kekuatan
militer Portugis sendiri. Dengan demikian, apabila
suatu perang terbuka pecah, kemampuan militer
Portugis untuk menangkal serangan pasukan
Khairun akan berakhir dengan kekalahan telak.
De Mesquita pun menyusun sebuah skenario,
setelah
gagasannya
untuk
menyingkirkan
Khairun sudah bulat. Pada 26 Februari 1570,
Khairun diundang ke Benteng Gamlamo untuk
membahas upaya perdamaian Moro. Khairun
datang memenuhi undangan tersebut bersama
sejumlah bobatonya. Setelah bertukar pikiran dan
pandangan masing-masing, kedua pihak setuju
bahwa gangguan keamanan di Moro harus diakhiri.
57
Edisi 10 / Juli 2016
Tanpa ragu Khairun melangkah masuk, lalu
pintu tertutup. Ketika menuju ruang audensi
gubernur, seorang tentara Portugis—Sersan
Antonio Pimental—menghampiri Khairun. Tanpa
Ibid, hlm.85
35
Laporan Khusus
SYAMINA
bicara sepatah kata pun, Pimental—kemenakan de
Mesquita sendiri—mencabut keris di pinggangnya
dan melakukan tusukan berkali-kali ke tubuh
Khairun.
Edisi 10 / Juli 2016
di dada putranya, SB. Salah satu nasihatnya yang
terekam dalam pita sejarah adalah:
“Antara Islam dan Katolik terdapat jurang
pemisah yang lebar. Sejarah kemenangan Islam
di Andalusia (Spanyol), Khalifah Barat, membuat
mereka membenci dan iri kebesaran Kesultanan
Ternate. Mereka menderita penyakit dendam
kesumat serta pemusnahan di mana saja setiap
melihat negeri-negeri Islam, baik di Goa, Malaka,
Jawa, dan kita di Maluku sini. Kalau kita di Ternate
kalah maka nasib kita akan sama dengan negerinegeri Islam di Jawa, Sulawesi, dan Sumatra.”
Sultan Ternate yang malang ini roboh dan
langsung meninggal dunia. Sejak itu, Khairun
tak kembali lagi ke istananya. Sebuah sumber
tradisional mengatakan bahwa jasadnya dipotongpotong kemudian digantung untuk dipertontonkan
kepada khalayak ramai, digarami, kemudian
sebuah kapal Portugis membawanya ke tengah
laut lepas dan dibenamkan ke dasar laut. Khairun
meninggal dengan amat menyedihkan.
Saat diangkat menjadi Sultan Ternate yang ke25, usia Baabullah sudah cukup matang, sekitar 42
tahun. Segenap penghuni kerajaan tak ragu sebab
ia telah terlatih secara nyata di berbagai medan
pertempuran masa pergolakan melawan Portugis.58
Dengan wafatnya Khairun, perubahan yang
sangat mendasar terjadi di Maluku. Orang-orang
Portugis maupun agama Kristen Katolik akan
kehilangan prakarsa, hak-hak politik, bahkan
berbagai keuntungan komersial yang telah mereka
peroleh selama ini.
Dengan terbunuhnya Khairun, Portugis
mengira skenario Gubernur Diego Lopez de
Mesquita berhasil membuka jalan lurus untuk
merebut kembali posisinya yang superior atas
dua aspek pokok yang mendasari tugas seorang
gubernur: Pertama, menguasai perdagangan
rempah-rempah secara monopoli; dan kedua,
mengembangkan serta meningkatkan konversi ke
agama Kristen—dua hal yang selama ini ditentang
Khairun.
Tampilnya Baabullah
Baabullah Sang Penakluk lahir di Ternate, 10
Februari 1528 M. Baabullah merupakan generasi
ke-5 Sultan Zainal Abidin (1485-1500). Generasi
pertamanya adalah Sultan Bayanullah (1500-1522),
kedua Sultan Maharani Noekila (1522-1532), ketiga
Sultan Tabariji (1532-1536), dan keempat Sultan
Khairun Jamil (1536-1570).
Alih-alih mendapat untung dengan berhasil
dijalankannya skenario de Mesquita, impian
Portugis justru sirna dengan terbunuhnya Khairun.
Keadaan justru berbalik. Ibarat orang menyelam,
sejak terbunuhnya Khairun dan naiknya Baabullah,
orang Portugis yang menyelam tidak pernah lagi
muncul ke permukaan. Hal ini dikarenakan reaksi
keras yang datang dari rakyat, para sultan se-Maluku,
dan kalangan Portugis sendiri—khususnya para
misionaris. Sultan Tidore, misalnya, menyerukan
perang jihad secara total terhadap Portugis.
Ketika muda, Baabullah telah digembleng
ilmu kemiliteran oleh Salahaka Sula dan Salahaka
Ambon. Keduanya merupakan Panglima Kerajaan
Ternate. Berkat bimbingan kedua tokoh ini, dalam
usia muda Baabullah telah diangkat menjadi Kaicil
Paparangan (panglima tertinggi angkatan perang).
Dalam bidang pengetahuan agama Islam,
Sultan Khairun sendiri dan para ulama istana tak
jemu-jemunya membimbing Baabullah. Anak
muda gagah perkasa ini memang dipersiapkan
untuk memegang tampuk Kerajaan Ternate.
Jadilah ia, selain menguasai ketatanegaraan dan
kemiliteran, juga terdidik secara mental sebagai
calon sultan pengganti Chairun.
Baabullah Datu Syah bin Sultan Khairun Jamil
semasa kecil dikenal sebagai Kaicil Baru, putera
tertua Sultan Khairun dari permaisurinya Bold
Tanjung, puteri tertua Sultan Bacan Alauddin I.
Sang ayah inilah yang terus mengobarkan
semangat dan kesadaran sebagai bangsa merdeka
58-, Sultan Ternate Baabullah, Khalifah Islam Nusantara dan Penakluk
Kaum Imperialis, Majalah Suara Hidayatullah, April 2000/
Dzulhijjah-Muharram 1421
36
Laporan Khusus
SYAMINA
Khairun pernah berencana mengirim Bab mengikuti
pendidikan pada Kolese Sao Paulo di Goa (India),
tetapi batal. Khairun akhirnya memilih untuk
mengajar Baabullah sendiri di rumah secara privat.
Edisi 10 / Juli 2016
dalam upacara pelantikan sultan ini, menyatakan
kesetiaannya dengan penuh ruhul jihad dan mati
syahid.
Baabullah adalah seorang tokoh militer, karena
jabatan yang di sandangnya sebelum naik tahta
menggantikan Khairun—yakni jabatan paling
akhir—adalah Kapita Laut Kerajaan Ternate.
Sejak usia muda, Bab telab dididik secara militer.
Penaklukan-penaklukan daerah seberang laut
Kerajaan Ternate yang dilakukannya juga telah
melambungkan namanya sebagai “penguasa 92
pulau” yang semuanya berpenghuni. Ini memberi
indikasi bahwa Bab merupakan seorang militer
yang jenius.
Ketika
memasuki
usia
remaja,
Bab
menunjukkan pribadinya sebagai seorang
pemberani
dan
memiliki
bakat-bakat
keprajuritan. Dalam usia yang masih sangat
muda, Bab diangkat sebagai Kapita Laut, jabatan
militer tertinggi dalam struktur Kerajaan Ternate.
Karena jabatannya itu pula, ia terlibat dalam
berbagai ekspedisi penaklukkan, terutama ke
wilayah Sulawesi Utara dan Tengah. Bahkan,
setelah menjadi sultan pun Bab masih memimpin
ekspedisi ke Buton, Tobungku, Banggai dan
Salayar. Prestasi terbesamya adalah mengusir
Portugis keluar dari Maluku dan tak kembali
lagi untuk selamanya, setelah benteng Sao Joao
Baptista (Benteng Gamlamo) dikepung selama
lima tahun dan menyerah pada Saint Stephen’s
Day, 28 Desember 1570.
Sejak terbunuhnya Khairun pada 28
Februari1570, sejumlah tindakan militer diambil
Bab untuk merespon situasi saat itu. Angkatan
Perang Kesultanan Ternate dikirim ke Moro (1570)
Bacan (1571) dan Ambon (1571) untuk menangkal
setiap gejolak yang mungkin timbul berkenaan
dengan perintah dan larangan yang dikeluarkan
Sultan Bab usai pelantikannya. 59
Bab pertama kali menikah dengan Bega,
seorang bangsawan Sulawesi Selatan dan pada 1571
menikah untuk kedua kalinya dengan adik Sultan
Iskandar Tsani dari Tidore. Baabullah, yang diberi
predikat sebagai “ penguasa 92 pulau” mempunyai
lima anak: dua laki-laki dan tiga perempuan. Yang
tertua Mandar Sjah, kemudian Saiduddin Barakati,
Ainul Yaqin—yang menikah dengan Sultan Kodrati
dari Jailolo—Boki Ramdan Gagalo, yang menikah
dengan Sultan Tidore dan puteri terakhir (tidak
jelas namanya) menikah dengan Sangaji Moti. Bab
wafat dalam usia yang relatif muda, yakni 45 tahun,
pada 25 Mei 1583.
Pasukan tentara Islam di bawah pimpinan
Sultan Baabullah sendiri bergerak menuju kedua
jurusan: satu pasukan tentara Islam dikirim
untuk mengepung benteng pertahanan PortugisKristen di Ternate dan satu pasukan tentara Islam
lainnya ditugaskan untuk menghancurkan benteng
Portugis-Kristen di Ambon. Raja Bacan yang telah
menjadi pemeluk Kristen sepenuhnya memberi
bantuan kepada Portugis-Kristen, sedangkan
Sultan Tidore menyokong tentara Islam Ternate.60
Dan syair inilah yang selalu dikumandangkan
laskar jihad Ternate dalam rangka mengajak
persatuan untuk mengusir penjajah Portugis:
Deklarasi Jihad Baabullah saat Pelantikannya
Moro-moro se maku gise
Baabullah Datu Syah bin Sultan Khairun Jamil
dilantik pada 28 Februari 1570 menggantikan
ayahnya, Khairun. Dalam pidato penerimaan
jabatan seusai dilantik sebagai Sultan Ternate ke8, Bab—demikian panggilan akrab rakyat Ternate
kepada dirinya—bersumpah menuntut balas
atas kematian ayahnya. Bab juga bersumpah
akan berjihad hingga orang Portugis terakhir
meninggalkan negerinya. Semua rakyat yang hadir
No kakoro siwange ma buluke
Si wange ma sosiru
Jo Mapolo sara sekore mie
Ini formoni Bismillah!
59 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm. 181-196
60 Abdul Qadir Djaelani, Perang Sabil Versus Perang Salib, Ummat
Islam Melawan Penjajah Kristen Portugis Dan Belanda, Yayasan
Pengkajian Islam Madinah Al-Munawwarah Jakarta 1420 H / 1999
M, hlm.4
37
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi 10 / Juli 2016
yang siap dikerahkan. Jadi, serangan ke Hitu ini
dimaksudkan Bab untuk mencegah datangnya bala
bantuan Portugis ke Ternate.62
(Jika panggilan jihad telah diumumkan
wajiblah diteruskan pada rakyat, Di matahari
naik dan rakyat di matahari masuk, Bersatulah
dengan rakyat di angin selatan, Dan rakyat di
angin utara, bangkitlah berperang. Dengan
niat Bismillah!)61
Pertempuran dasyat tak terhindar sehingga
korban di kedua belah-pihak banyak yang
berguguran. Dengan semangat mati syahid yang
dimiliki oleh pasukan Sultan Ternate, akhirnya
benteng pertahanan Portugis Kristen di Ambon
berhasil dibakar, sehingga hanya sebagian
kecil pasukan Portugis-Kristen yang dapat
menyelamatkan diri dan terus ke Malaka.
Kemenangan di Ambon
Lima juanga besar segera diberangkatkan
Baabullah ke Ambon. Juanga-juanga tersebut
memuat 600 tentara pimpinan Kaicil Kalasineo,
paman Baabullah sendiri. Pengerahan armada
ke Ambon adalah suatu pertimbangan yang tepat
yang menunjukkan keahlian strategi militer
Baabullah untuk menangkal segala kemungkinan
yang dapat terjadi, sebab di Ambon dan Seram
terdapat konsentrasi pasukan Portugis yang cukup
besar melebihi pasukan Portugis yang ada di
Ternate, yang sewaktu-waktu dapat dikerahkan
untuk menyerbu Gamlamo.
Tinggallah para pemeluk Kristen di Ambon
menjadi panik dan cemas, khawatir disembelih
oleh tentara Islam Ternate. Tetapi, begitu
pasukan tentara Islam tiba, dengan tegas mereka
menyatakan bahwa umat Kristen Ambon akan
diampuni dan tidak akan dipaksa masuk agama
Islam, asal mengakui tunduk kepada kekuasaan
Sultan Baabullah. Yang dikejar dan harus
dibunuh adalah penjajah Portugis-Kristen sebagai
pengkhianat yang keji.63
Ambon juga merupakan gerbang masuk ke dan
dari Maluku—seperti ke Makassar, Jawa, Malaka,
Goa, Kalimantan dan Filipina—sehingga ia harus
cepat diawasi. Itulah sebabnya Bab mengirim
pasukannya ke Ambon dan tidak ke daerah lain,
begitu ia naik tahta. Dari sudut ini, Bab adalah
seorang strategi militer yang ulung.
Pada saat yang sama, Benteng Gamlamo juga
mulai dikepung Baabullah. Bab menuntut agar
pembunuh ayahnya—Gubernur Diego Lopez de
Mesquita—diajukan ke pengadilan Portugis di
Ternate dan apabila terbukti bersalah agar dijatuhi
hukuman setimpal. Tuntutan ini disampaikan Bab
kepada Raja Portugis di Lisboa maupun kepada
raja muda di Goa.
Armada ini mula-mula berlayar ke Buru untuk
menambah personil militer, kemudian ke Lesidi
dan Kambua di Hoamoal. Dari sana armada
berlayar ke Hitu untuk menyerang benteng Portugis
di sana. Akan tetapi, ketika pasukan Ternate tiba,
benteng telah kosong-melompong. Pimpinan
benteng tersebut, Duarte de Menezes, bersama
pasukannya sebanyak 700 orang telah melarikan
diri ke Leitimor. Duarte sendiri tak lama kemudian
meninggal di sana.
Apabila tuntutan dipenuhi, Maluku siap
memulihkan kembali hubungan dan semua hakhak yang telah diberikan kepada Portugis, seperti
yang berlaku selama ini. Tetapi, Portugis sukar
memenuhi tuntutan itu, karena ada konvensi yang
berlaku bagi seorang gubernur, yakni ia tidak dapat
dihukum untuk perbuatan yang ia lakukan selama
masa jabatannya (the governor can do no wrong).
Jumlah pasukan Portugis dalam benteng di
Hitu cukup banyak. Demikian pula, pemukimanpemukiman Kristen seperti di Hative, Tamimi,
Hukumahu, dan desa-desa di kawasan Leitimor
terdiri dari orang-orang maupun tentara Portugis
Seorang pastor dari Misi Jesuit bernama Bertoli
bertanya pada Mesquita mengapa ia membunuh
Khairun. Dengan enteng ia menjawab dengan
penuh kebohongan, “Karena Khairun telah
menghalang-halangi transportasi bahan makanan
61-, Sultan Ternate Baabullah, Khalifah Islam Nusantara dan Penakluk
Kaum Imperialis, Majalah Suara Hidayatullah, April 2000/
Dzulhijjah-Muharram 1421
62
63
38
M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm. 195-197
Abdul Qadir Djaelani, Perang Sabil, Op.Cit.,hlm.
Laporan Khusus
SYAMINA
Portugis dari Moro ke Ternate dan menunjukkan
sikap permusuhan dalam semua tindakannya.”
Edisi 10 / Juli 2016
di Ambon, ia mengeluarkan pengumuman yang
merupakan tindak lanjut atas penolakan Portugis
menyeret Mesquita ke pengadilan, yaitu:
Setelah usai pembunuhan terhadap Sultan
Khairun, Mesquita bermaksud mengadakan sidang
atau pertemuan darurat dengan petinggi-petinggi
Portugis yang ada di Ternate, untuk memperoleh
legitimasi atas perbuatannya itu. Tetapi, semua
petinggi yang diundang, tak satu pun hadir setelah
tahu bahwa Baabullah telah ditetapkan sebagai
sultan pengganti Khairun.
1. Melarang semua kapal asing memasuki
perairan Maluku.
2. Melarang konversi orang-orang Islam ke
agama Kristen dan membatalkan semua
kemudahan yang pernah diberikan
Khairun kepada Misi Jesuit selama ini
3. Memerintahkan orang-orang Portugis
partikelir, personel militer, Misi Jesuit, dan
orang-orang Kristen Pribumi di Moro dan
Bacan untuk berkumpul di Ternate.
Malah secara diam-diam, de Mesquita
dideportasikan ke Ambon dengan menyandang
predikat sebagai tawanan. Ia berada di bawah
pengawasan Sancho de Vasconcellos, penguasa
Portugis di pulau itu. Raja muda Goa lalu mengirim
Alvaro de Atayde sebagai pengganti de Mesquita
sebagai gubernur Maluku. De Atayde temyata tidak
dapat berbuat banyak untuk “mengapungkan”
martabat dan kekuasaan Portugis yang telah
tenggelam ke dasar lautan.
1. Larangan Masuk Kapal Asing
Larangan semua kapal asing (Portugis)
memasuki perairan Maluku dimaksudkan Bab
untuk memutuskan hubungan Portugis di Maluku
dengan dunia luar. Selain untuk mengisolasi mereka
dan Malaka dan Goa, larangan ini juga ditujukan
untuk mencegah bala bantuan personil, senjata
dan amunisi mengalir ke Benteng Gamlamo. Bab
tahu bahwa di Ambon, Seram, dan Banda, masih
ada sejumlah awak militer Portugis yang sewaktuwaktu dapat dikerahkan untuk mematahkan
kepungan terhadap benteng.
Menurut sebuah sumber, raja muda Goa Ayres
de Saldanha cenderung menyerahkan de Mesquita
kepada Bab untuk diadili oleh Pengadilan Portugis
di Ternate. Tetapi, Agustino Nunez, seorang
komandan armada dan Sanchode Vasconcellos,
komandan benteng di Ambon, menolaknya dan
akan mendeportasikan de Mesquita ke Goa.
Selain itu, Ambon dan Banda merupakan pintu
masuk ke Maluku bagi kapal-kapal Portugis yang
datang dari Goa, Malaka, dan Filipina. Tetapi, kapalkapal Portugis yang akan meninggalkan Maluku
dibiarkan saja pergi tanpa gangguan. Contohnya
adalah eskader Pareira Marramaque, yang berjumlah
lima buah. Setelah usai mengevakuasi tentara
dan misionaris dari Moro ke Ternate, eskader ini
diizinkan kembali ke Ambon bersama pasukannya.
Pada 1579, Kapal Nunes, dengan dikawal
Vasconcellos, membawa de Mesquita menuju
Malaka. Tetapi,di antara Surabaya dan Jepara, kapal
diamuk angin ribut sehingga mereka harus berlabuh.
Ketika sedang berjalan-jalan di tepi pantai, de
Mesquita diserang beberapa orang bersenjata pada
24 September1579. De Mesquita tewas seketika dan
jenazahnya dinaikkan ke kapal, yang kemudian
berlayar menuju Malaka. Para penyerang adalah
orang-orang Gresik—sekutu dan punya hubungan
militer dengan Ternate, yang bersama orang Hitu
menyerang pasukan Portugis di Ambon.
Untuk mencegah infiltrasi musuh, perbatasan
antara Pulau Obi, Banda, dan Buru dijaga ketat.
Sebanyak lima juanga, masing-masing didayung 130
orang, yang memuat ratusan tentara (baru-baru)
dipimpin seorang kapitan dari Kepulauan Sanana—
bernama Kalakinka—dikerahkan untuk berpatroli
selama 24 jam sehari. Kalakinka terpilih mengemban
tugas tersebut karena selain dikenal sebagai seorang
pemberani ia juga memiliki ilmu kebal dan sarat
dengan berbagai ilmu hitam (black magic).
Beberapa Keputusan Penting Baabullah setelah
dilantik
Segera setelah Sultan Bab tahu bahwa
pembunuh ayahnya, de Mesquita, telah berada
39
Laporan Khusus
SYAMINA
Dalam mitos di Kepulauan Sanana dikisahkan
bahwa setelah beberapa bulan menjaga perbatasan
dan mondar-mandir antara Pulau Obi dan
Buano, Kalakinka merasa bosan karena tidak ada
kapal Portugis yang lewat. Pada suatu malam ia
memanggil saihu semua juanga dan naik ke atas
juanganya. Perintah yang keluar dari mulutnya
adalah tiga juanga malam itu mengikutinya dan
tidak diberitahukan kepada para saihu tujuan
pelayarannya.
Edisi 10 / Juli 2016
ke Moro dan memberikan perlindungan serta
keamanan. Tetapi, kini Sultan Bab membatalkan
semua fasilitas tersebut dan sehubungan dengan
itu Bab melarang konversi orang-orang Muslim ke
agama Kristen.
Ketika para misionaris meninggalkan Moro,
terdapat 70.000 orang Moro yang telah dibaptis—
dari jumlah tersebut, setengahnya adalah orang
Islam yang murtad. Tidak mengherankan apabila
Baabullah harus mengeluarkan larangan konversi
bagi orang Islam.
Setelah lewat tengah malam, ia memerintahkan
semua juanga menuju Seram. Ketika ayam mulai
berkokok, tanda pagi akan segera tiba, ketiga juanga
mendarat tidak jauh dari kamp Portugis di Lisabata.
Pembantaian terhadap serdadu Portugis pun mulai
berlangsung. Dalam waktu satu jam lebih, seluruh
anggota garnisun Portugis di situ selesai dibabat.
Pukul 10.00 pagi, Kalakinka dan pasukannya sudah
kembali mendarat di Pulau Buano dan memulai
tugasnya merondai kembali perairan Banda dan
Obi.
Larangan ini harus dilihat dalam kaitannya
dengan fungsi Sultan Ternate sebagai Amiruddin,
atau pemimpin agama Islam, yang secara
implisit maupun eksplisit harus menolong
dan membimbing orang Islam. Lagipula, bagi
Baabullah, alasan pelarangan konversi ini sangat
sederhana: “Sebagian pribumi itu sudah beragama,
mengapa harus dialihkan ke agama lain?”
3. Perintah Agar Semua Orang Portugis dan
Kristen Berkumpul di Ternate
Ketika pagi tiba dan penduduk Lisabata keluar
ke jalan, mereka terperanjat melihat mayat serdadu
Portugis berserakan di tengah jalan. Beberapa
waktu kemudian, barulah rakyat Lisabata tahu
bahwa pasukan Kalakinka mendarat di sana dan
melakukan pembantaian. Salahakan (gubernur)
Kepulauan Sula sangat memuji kepahlawanan
Kalakinka. Sementara orang orang Kristen Pribumi
Bacan, berikut tentara Portugis dan misionarisnya,
langsung berlayar ke Lisabata (Seram) di Ambon.
Mereka tidak pernah datang lagi ke Ternate.
Perintah agar semua personil militer dan
para pedagang Portugis serta personil Misi Jesuit
berikut semua orang Kristen Pribumi—tidak
termasuk perempuan, anak-anak, orang sakit dan
para manula—berkumpul di Ternate terutama
didasarkan pada pertimbangan militer.
Di Moro, selain terdapat pasukan reguler
yang mengawal para misionaris—seperti di Tolo
(terbanyak), Mamuya, Sugala, Sakita, Mira, dan
Pulau Rao—juga terdapat pasukan tentara yang
dibawa Pereira Marramaque sejumlah 500 orang.
Pasukan Marramaque ini ditempatkan di Mamuya,
ibu kota kerajaan Moro.
2. Larangan Konversi
Selama Khairun berkuasa, sultan yang sangat
toleran ini belum pernah melarang penyebaran
agama Kristen di kalangan penduduk Pribumi—
berbeda dengan kebijakan sebaliknya yang berlaku
di Kesultanan Tidore. Karena itu, konversi besarbesaran pun terjadi di kalangan rakyat, terutama
di Moro dan Bacan. Di kalangan para bobatopun
hal serupa terjadi, seperti konversi yang dilakukan
Sangaji Mod, Gamkonora, Tolo, Sugala, dan Cio.
Untuk melaksanakan perintah ini, Bab
mengirim tidak kurang dari 30 juanga berbagai
ukuran dengan pasukan sebanyak 3.000 orang.
Tugas yang diperintahkan Bab kepada pasukannya
adalah: Cari dan kejar orang-orang Portugis dan
bunuh mereka di manapun mereka ditemukan.
Tetapi, perintah ini dikecualikan untuk anggota
Misi Jesuit.
Khairun sering membantu Misi Jesuit dengan
juanga yang membawa para misionaris dari Ternate
Ketika akan memasuki Sugala, armada
Baabullah memergoki empat perahu Portugis yang
40
Laporan Khusus
SYAMINA
penuh muatan bahan pangan untuk kepentingan
benteng di Ternate. Semua muatan disita dan
awaknya disuruh kembali ke tempatnya semula.
Edisi 10 / Juli 2016
di Jazirah Hitu karena Hitu bersekutu dengan
Ternate, kemungkinan Honibappo berada di
jazirah Leitimor. Juga perlu dipertanyakan apakah
armada juanga pimpinan Rubohongi itu sejumlah
lima juanga yang diperintahkan Bab—seperti
ditulis Stapel di atas—ataukah armada tersendiri
yang datang ke Ambon.
Sultan Bab memang mengerahkan juanga dan
pasukan yang jauh lebih besar dari pasukan reguler
Portugis dan pasukan Pareira Marramaque dengan
persenjataan lengkap. Karena itu, begitu perintah
evakuasi tiba, semua pasukan reguler, misionaris
dan orang-orang Kristen Pribumi lokal langsung
berlayar ke Ternate.
Stapel tidak menyebut siapa pimpinan kelima
juanga yang dikirim Bab ke Ambon pasca kematian
Khairun. Menurut Valentijn (hal.207), Rubohongi
memimpin ekspedisi untuk menyerang Portugis di
Ambon pada 1576, sementara dalam pocumenta
(Vol.II hal.12), Rubohongi, dengan bantuan Laulata
dan Talele, menyerbu benteng Portugis pada 1591.
Marramaque menggunakan kapalnya untuk
mengevakuasi tentara, misionaris, dan orang
partikelir Portugis lainnya dari Moro ke Ternate.
Sementara orang-orang Kristen Pribumi datang
ke Ternate dengan menggunakan perahu mereka
sendiri. Dalam pelayaran ini banyak di antara
mereka yang tenggelam dan hilang ditelan laut,
karena angin topan dan ombak melanda perahu
mereka.
Pada pertengahan 1570, seluruh evakuasi dari
Moro rampung. Orang Portugis, misionaris, dan
tentara diperintahkan masuk ke dalam benteng.
Sementara orang-orang Kristen Pribumi diberikan
dua opsi oleh Bab: Pertama, kembali ke agama
asli/Islam (rekonversi) dan pulang kampung atas
tanggungan kerajaan; atau kedua, tetap pada
keyakinan agama Kristen dan memperoleh status
sebagai tawanan dan masuk ke dalam Benteng
Gamlamo berbaur bersama orang-orang Portugis.
Sementara itu, Bab mengirim lima juanga
besar. Tiap juanga didayung 130 orang berikut
120 tentara ke Ambon. Sasaran serbuan pertama
para prajurit Ternate ini adalah benteng baru
yang kebetulan dikomandani Marramaque, yang
ketika itu tengah berada di Moro dan disibukkan
dengan evakuasi para serdadu, para misionaris
dan partikelir Portugis lainnya ke Ternate sesuai
perintah Bab. Selama absennya Marramaque,
komandan benteng berada di tangan Duarte de
Menezes. Tetapi, karena berita kedatangan juanga
Ternate bocor, de Menezes berikut 700 pasukannya
melarikan diri ke Leitimor pada Agustus 1571,
sebelum pasukan Bab tiba.
Sebagian besar Pribumi Kristen memilih opsi
pertama dan beberapa hari kemudian sejumlah
juanga mengantar mereka pulang ke Morotia dan
Morotai. Tetapi, ada beberapa ratus yang memilih
opsi kedua dan masuk ke dalam benteng dengan
status sebagai tawanan.
Pada 1570, Sultan Bab mulai melakukan
pengepungan terhadap Benteng Gamlamo, yang
ketika itu dihuni oleh lebih dari 900 orang. Pada saat
yang sama, Sultan Bacan meminta kepada komandan
Portugis di Tidore agar melakukan penyerbuan
ke Ternate. Tetapi, karena Portugis dalam posisi
sedang lemah, permintaan Sultan Bacan ditolak.
Baabullah sangat marah mendengar peristiwa ini dan
menganggapnya sebagai sebuah pengkhianatan.
G.E. Rumphius mencatat bahwa beberapa
waktu setelah Khairun wafat, Sultan Bab mengirim
Rubohongi ke Ambon. Dengan bantuan orangorang Hitu, Rubohongi menyisir perairan sekitar
Teluk Ambon dan menyerang kapal-kapal Portugis
yang mereka temukan. Akibatnya, tidak ada lagi
kapal yang berlabuh di Teluk Ambon dan Portugis
harus membangun sebuah benteng darurat di
Honibappo.
Bab lalu mengirim seorang utusan ke Kasiruta
dan meracuni Sultan Bacan. Pada 1571, Portugis
menempatkan sebuah garnisun kecil di Bacan.
Bab mengirim pasukannya dan menyerang Bacan.
Tentara Portugis berikut Misi Jesuit yang tersisa di
Bacan pun berakhir.
Rumphius
tidak
menjelaskan
apakah
pelabuhan darurat ini berada di Leitimor atau
41
Laporan Khusus
SYAMINA
Strategi Pengepungan Benteng Gamlamo
Edisi 10 / Juli 2016
mengurangi pasokan logistiknya sebanyak 50%.
Sementara pasokan logistik dari Bacan—setelah
diserbu pasukan Bab pada 1571—mulai tersendat
dan pada 1574 pasokan terhenti sama sekali.
Benteng Portugis di Ternate dibangun pada
bulan Juni 1522 dengan mengerahkan 500 orang
pekerja setiap hari dan selesai dan diresmikan
penggunaannya pada Bulan Februari 1523. Benteng
ini pertama kali dinamakan Sao Joao Baptista de
Ternate karena mulai dibangun pada perayaan hari
Santo Yohanassi Pembaptis (24 Juni 1522). Nama
benteng kemudian diubah menjadi Nostra Senhora
del Rosario (Gadis Cantik Berkalung Bunga Mawar),
karena nama ini sukar diucapkan rakyat Ternate
sehingga mereka hanya menyebutnya dengan
nama Benteng Gamlamo, mengikuti nama kota
tempat benteng dibangun.
Hal serapa juga terjadi pada para nelayan
Ternate, yang biasa menyuplai ikan basah. Suplai
ikan basah ini mulai tersendat dan akhirnya terhenti
sama sekali. Hanya Moro dan sebagian kecil daerah
Ternate—yakni Sau dan Jailolo—yang masih tetap
memasok. Akan tetapi, karena jarak Moro-Ternate
cukup jauh dan sangat tergantung pada angin serta
cuaca, pasokan bahan pangan dari daerah ini sering
terlambat. Akibatnya, penyakit busung lapar dan
kekurangan nutrisi mulai merajalela di kalangan
penghuni Benteng Gamlamo. Untuk mengatasi
kekurangan lauk, binatang piaraan seperti anjing
dan kucing mulai disembelih.
Spesifikasi Teknis Benteng menurut Antonio
Galvano adalah: Dinding luar: 26–27 fatthoms;64
ukuran dinding: 1 fatthoms; Menara: 5 fatthoms
(dua lantai); lahan terbuka sekitar bangunan sekitar
6 fatthoms.65
Lama kelamaan binatang peliharaan mulai
habis dan kini tikus pun mulai diburu. Tidak ada
tikus yang bisa selamat bila berani masuk benteng.
Ketika tikus mulai langka, giliran cicak dan serangga
lainnya mulai ditangkap.
Pada Mei 1570, semua personil militer Portugis,
para pedagang, misionaris, serta pribumi Kristen
Moro dan Ternate telah berada di dalam Benteng
Gamlamo. Suplai bahan pangan datang dari Moro,
Tidore, Bacan, dan dari Ternate sendiri. Bahan
pangan yang dipasok berupa beras, sagu, jagung,
sayuran, ikan, dan daging. Semuanya dilakukan
atas dasar kemanusiaan.
Sementara itu, penyakit busung lapar, beri-beri
dan penyakit malnutrisi lainnya mulai berkecamuk
bekerja sama dengan penyakit malaria yang mulai
mewabah. Obat-obatan tidak ada karena telah lama
habis. Para penghuni benteng, yakni orang-orang
Portugis, mulai menggunakan ramuan tradisional,
seperti daun-daunan dan akar-akar kayu. Bahkan,
pengobatan melalui dukun mulai dipercayai.
Karena logistik untuk memasok 900 orang
cukup banyak, pada tahun pertama pengepungan,
pasukan Bab membolehkan penghuni Pribumi
keluar di siang hari dari benteng untuk menambah
bahan pangan mereka. Tetapi, di sore hari mereka
harus kembali ke dalam benteng.
Tiap
malam,
dukun-dukun
pribumi
memanggil roh-roh nenek moyang mereka untuk
menyembuhkan penyakit orang-orang Portugis.
Seorang Frater dengan rasa putus asa menyatakan,
“Hanya orang-orang yang sudah meninggal yang
paling berbahagia!”
Penghuni benteng orang-orang Portugis
tetap dilarang keluar. Pada tahun kedua, jam
meninggalkan benteng mulai dipersingkat, dari 10
jam menjadi hanya enam jam dalam sehari. Tahun
berikutnya, izin diperpendek lagi menjadi hanya
empat jam sehari. Pada 1574, penghuni benteng
hanya dibolehkan keluar dua jam dalam sehari.
Pada pekan ketiga Desember 1575, sebuah
laporan yang sampai ke Sultan Bab menyatakan
bahwa terlihat tidak kurang dari tiga kapal Portugis
sedang bermanuver di sekitar Pulau Mayau,
kawasan Batang Dua—suatu gugusan kepulauan
dalam lingkungan Kerajaan Ternate yang terletak
antara Ternate dan Manado.
Mulai tahun 1575, izin keluar benteng
dihentikan. Pada waktu yang sama, Tidore telah
64Satu fatthoms = 6 kaki atau 1,8 meter
65Galvao, Historia, hlm. 211 dalam; M Adnan Amal, Portugis dan
Spanyol, Op.Cit. hlm.42-43
42
Laporan Khusus
SYAMINA
Bab berpikir kemungkinan ketiga kapal itu
membawa pasukan Portugis yang akan menyerbu
Maluku dan membebaskan benteng. Sebuah
ekspedisi khusus pun dikirim ke perairan Pulau
Mayau untuk memastikan apakah ketiga kapal itu
masih berada di sana.
Edisi 10 / Juli 2016
kembali. Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000
prajurit Jepara. Pasukan yang dipimpin oleh Ki
Demang Laksamana itu tiba di Malaka pada bulan
Oktober 1574. Pasukan Portugis di Malaka dan Raja
Muda Portugis di Goa, India juga sibuk membantu
Pasukan Portugis mempertahankan posisinya di
Malaka sehingga tidak bisa mengirim bantuan
untuk pasukan Portugis di Maluku yang terkepung
di dalam Benteng Gamlamo.66
Pada 22 Desember 1575, ekspedisi itu kembali
dan melaporkan bahwa ketiga kapal tersebut masih
ada di sekitar Kepulauan Mayau, tetapi tidak dapat
bergerak karena angin bertiup sangat lamban.
Apabila angin bertiup kencang dalam tempo 12
jam ketiga kapal itu bisa tiba di Ternate.
Gubernur De Lacerda tidak punya pilihan
lain selain menerima semua syarat yang diminta
Baabullah. Tetapi, ia meminta agar penyerahan
semua personil, berikut persenjataan pasukannya,
dilakukan besok pagi, tepat pukul 09.00. Kaicil
Tololalu kembali ke istana melaporkan kepada
Sultan Baabullah hasil pembicaraannya dengan
Gubernur De Lacerda.
Pada 24 Desember 1575, Baabullah mengutus
pamannya, Kaicil Tolo, untuk menemui Gubernur
Portugis terakhir, Nuno Pareira De Lacerda, di
dalam Benteng Gamlamo. De Lacerda sendiri
dalam keadaan sakit dan kurus kering, karena
kekurangan nutrisi. Kaicil Tolo menyampaikan
pesan Baabullah yang terdiri dari tiga butir:
Bab memerintahkan Kapita Laut Rubohongi
agar menyiapkan sejumlah juanga dan pasukan
pengawal yang akan mengawal penghuni benteng
ketika akan dideportasi ke Ambon. Pada 28
Desember 1575, tepat jam 09.00 pagi, bertepatan
dengan Saint Stephen’s Day (Hari Suci Santo
Stefanus), Gubernur De Lacerda berjalan tertatihtatih keluar dari gerbang Benteng Gamlamo diikuti
penghuni lain yang semuanya dalam kondisi sangat
memprihatinkan, karena sakit dan kelaparan serta
kekurangan nutrisi.
Pertama: Penghuni benteng supaya menyerah
tanpa syarat dalam waktu 24 jam, terhitung mulai
jam 12.00 siang nanti;
Kedua: Semua penghuni benteng akan
dideportasi ke Ambon atau Malaka, setelah terjadi
penyerahan.
Ketiga: Apabila tidak mau menyerah, pada
pukul 06.00 besok pagi pasukan Baabullah sebanyak
10.000 orang akan menyerbu.
Ketika dihitung ulang, jumlah mereka tinggal
400 dari jumlah semula 900 orang lebih pada saat
memasuki benteng di Mei 1570. Gubernur De
Lacerda membacakan syarat-syarat penyerahan
tanpa syarat dari pemerintah dan pasukan Portugis
kepada Sultan Ternate, Baabullah Datu Syah.
Portugis Menyerah Tanpa Syarat
Saat itu posisi Portugis di Asia Tenggara
mulai melemah. Hal itu terjadi karena serangan
dari beberapa kerajaan Islam terhadap kekuatan
Portugis di Malaka dan Maluku. Portugis di Malaka
menghadapi serangan dari Kerajaan Johor, Aceh
dan Jepara (Ratu Kalinyamat). Pada tahun 1550
Ratu Kalinyamat mengirim 4.000 tentara Jepara
dalam 40 buah kapal memenuhi permintaan Sultan
Johor untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan
bangsa Eropa. Pasukan Jepara itu kemudian
bergabung dengan pasukan Persekutuan Melayu
hingga mencapai 200 kapal perang.
Usai penandatanganan akta penyerahan—
masing-masing oleh Gubernur De Lacerda atas
nama Pemerintah Portugis dan Sultan Baabullah
atas
nama
Kerajaan
Ternate—Baabullah
mengeluarkan pengumuman yang berisi dua hal:
1. Benteng Gamlamo diakui tetap menjadi
milik Kerajaan Portugis dan De Lacerda
66
Pada tahun 1573, Sultan Aceh meminta
bantuan Ratu Kalinyamat untuk menyerang Malaka
43
Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI.
Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat
Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan
Departemen Pendidikan Nasional. De Graaf HJ, Pigeaud Th GT.
2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalinyamat
SYAMINA
Laporan Khusus
Edisi 10 / Juli 2016
Penguasa 100 Pulau
diminta meninggalkan satu regu pasukannya
di dalam benteng untuk menjaganya.
Ternate memiliki daerah seberang laut terbesar
di kawasan timur Indonesia ketika itu. Sewaktu
Baabullah tampil sebagai sultan menggantikan
ayahnya, Khairun, Ternate telah mengontrol
sejumlah daerah seberang laut, yang membentang
dari Mindanao di utara hingga Bima di selatan serta
Makassar di barat hingga Banda di timur.
2. Orang-orang Portugis yang beristrikan
pribumi Ternate atau Maluku lainnya,
boleh tetap tinggal di Ternate.
Keesokan harinya, 28 Desember 1575, ketiga
kapal Portugis yang kepergok di perairan Pulau
Mayau, lego jangkar dan berlabuh di Talangame.
Ternyata kapal itu tidak membawa pasukan seperti
yang diduga semula. Sebaliknya, kapal tersebut
membawa pedagang yang akan membeli cengkeh.
Sultan Bab memerintahkan pada hari itu juga agar
kapal dipenuhi dengan muatan cengkeh. Sebelum
jam 18.00 sore, ketiga kapal dengan muatan
cengkeh dan 400 orang eks penghuni Benteng
Gamlamo bertolak menuju Ambon.
Hampir semua daerah tersebut diperoleh
Ternate lewat penaklukan pada waktu Baabullah
menjabat sebagai Kapita Laut di bawah
pemerintahan Khairun. Beberapa daerah Ternate
lainnya, seperti Kepulauan Sula dan Kepulauan
Ambon, telah dipersembahkan oleh klan Tomaito
dan Tomagola dari keluarga Fala Raha,70 sebelum
kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol.
Kehadiran Portugis di Maluku berakhir dengan
sangat tragis. Portugis yang telah beijaya selama 63
tahun (1512-1575) harus mengakhiri kehadirannya
dalam keadaan sangat terhina dan meninggalkan
negeri ini serta tak kembali lagi untuk selamanya.67
Berikut adalah nama pulau-pulau yang berada
di bawah kekuasaan Ternate di masa Sultan
Baabullah:71
zz Mangindanau atau Mindanao, di mana
Ternate mempunyai hak atas sebagian
besar pulau itu
Setelah diusir dari Pulau Ternate di Maluku
Utara, Portugis membangun benteng pertahanan
baru pada tahun 1576. Benteng baru terletak di
Pantai Honibopo, yang merupakan bagian dari
wilayah Desa Ahusu, salah satu desa kristen, sekutu
Portugis di Ambon.68
zz Sarangan (dekat Mindanao)
Perang Ternate-Portugis69
Tanggal
1588–1550
Lokasi
Ternate
Hasil
Perubahan
wilayah
Kemenangan Kesultanan Ternate
Kesultanan Ternate berhasil mengusir Portugis dari Ternate
Pihak yang terlibat
Imperium Portugal
Kesultanan Ternate
Komandan
Lopez de Mesquita
Sultan Baabullah
Korban
garnisun tewas 500
67
68
69
Tidak diketahui
M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit.Hlm.208-209
Gerrit J- Knaap, A City Of Migrants: Kota Ambon At The End Of The
Seventeenth Century, hlm.105
Charles Phillips and Alan Axelrod, Encyclopedia of Wars. Facts
On File, Inc.New York NY 10001. http://www.factsonfile.com
Hlm.913 https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Ternate-Portugal
70
Fala Raha (empat wisma), sebutan untuk empat klan yang mendirikan
dan membesarkan Kerajaan Ternate sejak awal. Mereka adalah klan
Tomaito, Tomagola, Marsaoli dan Limatahu
71Valentijn, Oud en Nieuw Oost Indien, hal.3-4, dalam; M. Adnan
Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.210-212
44
SYAMINA
Laporan Khusus
Edisi 10 / Juli 2016
Pulau-pulau di sekitar Manado:
- Lembe (dekat Bitung)
- Ganga
- May-in
- Piso
- Manado Tua
- Tagias atau Kepulauan Penyu
- Belet
Banggai dan pulau-pulau di sekitamya:
- Gapa
- Sabuber
Kepulauan Sula, Taliabau dan Seram serta
Kepulauan Ambon:
- Sula Taliabu
- Sula Mangoli
Gambar perkiraan Daerah Kekuasaan Ternate pada masa
Sultan Baabullah
- Sula Besi
- Halmahera (sebagian besar
Pulau-pulau di sekitar Kepulauan Sangir:
- Seram (sebagian)
- Lirong - Nusca - Masape
- Kabruang
- Tagbau - Kearma
- Ambalau
- Karkarotgang - Bukit - Siauw
- Manipa
- Nusa
- Tomane - Pondang
- Kelang
- Karatta
- Beeng - Labeang
- Buano
- Limpang
- Tarrang
- Massare
- Oma dan Honimoa (sebagian)
- Cabulusu - Batuinko
- Mahono
- Ambon (di Teluk Hitu)
- Memumu
- Lawesang
- Buru
- Solor (beberapa desa)
- Pangasare (Tagulandang)
- Cabin
- Bellande
- Roong
- Cambale
Sulawesi Tenggara:
- Bing - Pasaigi
- Mobore
- Buton
- Para
- Biaro
- Memomu
- Pantsyano
- Sangobulan
- Banca- Sangir
- Salayar
- Kakeitang
- Talisse
- Batu
- Pangasane
- Nitusiba
- Wingko
- Salangkere
Sekitar Halmahera
45
- Mayau
- Cubi
- Tafiiri
- Saketa
- Gommon
- Ismogo
SYAMINA
Laporan Khusus
- Liefye Matulle
- Makian
- Motir
- Gono
- Maitara
- Hiri
- Cayu
Edisi 10 / Juli 2016
Kandahar. Daerah ini disewakan kepada East India
Compay (EIC).
Karena daerah seberang lautnya begitu
luas, menurut sebuah sumber, Bab mampu
mengerahkan 90.700 tentara bila diperlukan.
Kontributor terbesar pasukan Bab—di atas 10.000
pasukan—adalah Viranulla dan Ambon (15.000),
Teluk Tomini (12.000), Batu Cina dan sekitarnya
termasuk Halmahera Utara (10.000). Penyumbang
terkecil adalah Moti dan Hiri, masing-masing 300
pasukan.
Untuk Sulawesi, misalnya, Ternate mengontrol
Teluk Tomini, Gorontalo, Limboto, Kayeli, Palu,
Banggai dan kepulauannya, Tobunku, Tibore,
Butung, Selayar dan Batu Cina.72 Sebagian besar
daerah seberang laut Ternate berada di Sulawesi.
Di Teluk Manado saja, misalnya, wilayah Ternate
membentang dari Manado hingga Teluk Tomini,
Kayeli dan mencakup sejumlah besar pemukiman
serta kerajaan mini, seperti Boroko dan Parigi serta
kerajaan mini lainnya yang membentang sepanjang
Teluk Tomini.
Ketika Benteng Gamlamo dikepung, pasukan
yang digunakan berjumlah kira-kira 10.000 orang,
yang direkrut dari Jailolo, Gamkonora, Moti,
Makian, Hiri dan Ternate sendiri. Pasukan elite
Baabullah dari Jailolo dan Gamkonora adalah
pasukan Alifuru, yang ketahanan fisiknya sangat
luar biasa. Mereka dapat tidak tidur selama
beberapa hari dan makan seadanya.73
Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa
Sultan Baabullah adalah penguasa atas 72 pulau.
Tetapi, Francoise Valentijn membantah pendapat
itu. Bukunya tentang Sejarah Maluku, Oud en Nieuw
Oostlndien (Vol.I b), yang secara khusus membahas
sejarah Maluku (Beschrijving der Mollucas) terbit
di Doordrecht dan Amsterdam pada 1724. Pada
halaman 3-4 buku tersebut, Valentijn menuliskan
seluruh nama-nama pulau berpenghuni yang
menurut hitungannya berjumlah 92.
Pembunuh
Sultan
Khairun,
Antonio
Pimental, meninggal dalam kesengsaran selama
pengepungan karena penyakit beri-beri, bersama
banyak orang Portugis lainnya di dalam Benteng.
Adapun otak pembunuhan, yang memerintahkan
eksekusi dan mutilasi Sultan Khairun, mantan
Gubernur Mesquita tewas di Jepara ketika kapal
yang ditumpanginya diserbu oleh orang tak di
kenal.
Menutup daftar nama-nama pulau itu, ia
mencatat, “Jumlah ini menunjukkan bukan 72,
tetapi 92 pulau yang diketahui dari namanya, tidak
termasuk ratusan pulau kecil yang terletak di sekitar
Banggai, yang berjumlah cukup banyak, dikenal
dengan nama Pulau Penyu dan berbagai pulau
kecil lainnya yang belum dikenal.” Bahkan, Francis
Drake dari Inggris yang bertemu Baabullah selama
empat hari—yakni pada 5-9 November 1579—
dengan lantang mengatakan bahwa Baabullah
adalah penguasa seratus pulau (“Baabullah was
Lord of a Hundred Island”).
Setelah mengusir orang Portugis, Sultan
Baab pindah ke Benteng Gamalama yang ia ubah
menjadi istana kerajaan. Ia hidup dan memerintah
di sana dalam keadaan penuh kewibawaan dan
keadilan. Ia mencurahkan tenaganya dengan penuh
semangat dan kecerdasan untuk memelihara
persekutuan sewilayah yang telah ia ciptakan untuk
mengalahkan orang Portugis.
Dengan armada kora-koranya ia mengunjungi
pulau demi pulau, sambil menuntut pembaruan
sumpah setia pulau-pulau itu, dan menjelajah
sampai sejauh Makassar, penguasa daerah yang
paling berkuasa di luar Jawa. Ia menahan diri untuk
menguasai Tidore, musuh bebuyutan yang baru-
Hal yang sangat menarik berkenaan dengan
daerah seberang lautnya adalah hak Ternate yang
cukup besar atas sebagian dari Pulau Mindanao,
khususnya daerah-daerah di sekitar Teluk Bontuan,
di kawasan Kerajaan Boussan di luar Kerajaan
73
72Andaya, The world of Maluku , hlm.84 dalam; M. Adnan Amal,
Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.213
46
Thomas Forest, A Voyage to New Guinea and The Moluccas, Kuala
Lumpur; Oxford University Press, 1969 hlm. 35 dalam; M. Adnan
Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.210-214
Laporan Khusus
SYAMINA
baru ini menjadi sekutunya mengusir Portugis, dan
membiarkan keberadaan orang Portugis di sana di
samping beberapa orang Spanyol.
Edisi 10 / Juli 2016
Eropa mulai berusaha mencari sendiri sumber
rempah-rempah, termasuk Belanda.75
Penutup
Baabullah masih menjalin hubungan dagang
dengan Portugis maupun Spanyol. Supaya orang
Portugis tahu diri maka Sultan Baab mengambil
sikap seperti pembesar Eropa. Ia mengeluarkan
peraturan bahwa semua orang Barat yang datang
berkunjung harus membuka topi dan melepaskan
sepatunya begitu mereka mendarat di Ternate.
Dalam sejarah Kesultanan Ternate, Baabullah
adalah Sultan Ternate terbesar yang pernah
dimiliki kerajaan ini. Kebesarannya tidak sematamata terletak pada keberhasilannya mengantarkan
negeri dan rakyatnya ke puncak legitimasi
kekuasaaan, tetapi terutama pada keberhasilannya
mengusir kekuasaan penjajah adidaya pada
masanya—yakni Portugis—yang telah menguasai
hampir separuh dunia.
Ia tidak berbicara apa-apa tentang pedang,
karena menganggap bahwa seseorang yang sudah
tidak bersepatu dan tidak bertopi dan yang dengan
demikian sudah dipermalukan, takkan keranjingan
untuk memamerkan kebolehannya bermain
senjata. Dengan sikap merendahkan ia menerima
tamu di tempat yang dahulu merupakan balai besar
benteng Portugis.
Perasaan terzalimi dengan kekejaman Portugis
dan perlakuan tidak adil yang selalu mereka alami
selama puluhan tahun, telah menyulut semangat
Jihad rakyat Muslim Maluku yang berhasil
dikobarkan oleh Sultan Baabullah. Pembunuhan
dan mutilasi atas tubuh Sultan Khairun telah
menjadi pemantik api perlawanan terhadap
penjajah Portugis yang kafir dan zalim.
Dalam berdagang ia lebih mendikte daripada
merundingkan syarat perdagangan. Pada suatu
kejadian yang tak terlupakan, ketika suatu
gabungan delegasi Portugis-Spanyol datang
menghadap, mereka menimbulkan amarahnya,
dan mengusir mereka dari hadapannya. Mereka
baru saja menyerahkan suatu surat pribadi dari
Raja Philip II, di mana disebut tentang beberapa
hadiah mahal, tapi yang oleh duta kurang ajar
ini ditahan dan baru akan diserahkan setelah
memperoleh kepastian bahwa sultan menyetujui
usul perdagangan mereka. Inilah zaman emas
Kesultanan Ternate.74
Ancaman akidah berupa kristenisasi yang
dilakukan di bawah todongan senjata juga telah
menjadi pemupuk semangat jihad rakyat Maluku.
Dengan semangat jihad yang membara, Baabullah
dan rakyat Muslim Maluku berhasil mengusir
penjajah Portugis dari Maluku dan menyelamatkan
rakyat dari upaya kristenisasi yang membonceng
kolonialisme.
Bab berjasa dalam menanamkan rasa percaya
diri yang optimal kepada rakyat Maluku. Rasa
percaya diri ini telah menjadi senjata paling canggih
dalam mengusir kekuasaan adidaya Portugis, yang
bercokol di negerinya selama 53 tahun secara
terus menerus—dihitung sejak gubernur pertama
Portugis, Antonio de Brito, dilantik pada 1522.
Setelah terusir dari Ternate, pasokan rempahrempah -terutama lada dan cengkeh- ke eropa mulai
tersendat. Hal ini terjadi karena mereka kesulitan
memperoleh pasokan, yang selama ini bisa mereka
dapatkan dengan mudah dan murah bahkan gratis
karena monopoli jahat yang mereka berlakukan.
Hal itu semua kini tak bisa dilakukan. Mereka harus
membayar dengan harga yang pantas kalau ingin
mendapat rempah-rempah dari Maluku. Pasokan
yang merosot tajam membuat beberapa negara
Walaupun ambisi politik dan militer
Baabullah—sebagai penguasa 92 pulau yang
semuanya
berpenghuni—telah
menelan
sejumlah besar rakyat sebagai tebusannya, tetapi
pengorbanan besar rakyat Maluku itu tidak sia75
74 Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Op.Cit., hlm.
89-90
47
Ernst van Veen, Voc Strategies In The Far East (1605-1640), Bulletin
of Portuguese - Japanese Studies (BPJS), núm. 3, december, 2001,
Universidade Nova de Lisboa Lisboa, Portugal, hlm. 85 http://www.
redalyc.org/articulo.oa?id=36100306
Laporan Khusus
SYAMINA
sia jika dibandingkan dengan hasil-hasil yang
dicapainya.
Aceh dan Demak untuk mengenyahkan Portugis
dari Asia Tenggara. Persekutuan Aceh–Demak–
Ternate ini merupakan simbol persatuan Asia
Tenggara karena ketiganya sebagai yang terbesar
dan terkuat pada masa itu merangkai wilayah barat,
tengah dan timur Asia Tenggara dalam satu ikatan
persaudaraan, mewujudkan kembali persatuan
Asia Tenggara sejak keruntuhan Majapahit.77
Hasil paling maksimal untuk menebus
pengorbanan yang amat besar itu adalah Portugis
terpaksa angkat kaki dan meninggalkan Maluku
untuk selama-lamanya. Rakyat membayar mahal
untuk hal tersebut. Tetapi, hasil yang dicapai juga
maksimal, disamping kebanggaan, heroisme dan
penemuan kembali jati diri yang hampir punah.
Satu hal yang perlu dicatat; Baabullah
memperlakukan Portugis yang kalah dengan
manusiawi dan adil, walaupun selama ini Portugis
telah menjajah dan berbuat zalim dan tidak adil
terhadap pemimpin dan rakyat Maluku. Sultan
Baabullah tidak menaruh dendam dan tidak
berlaku kejam untuk membalas apa yang dilakukan
Purtugis di masa lalu. Sikap ini bertolak belakang
dengan apa yang terjadi di Granada Spanyol ketika
penguasa Kristen berhasil mengalahkan Umat
Islam. Saat itu orang Islam diperlakukan dengan
semena-mena dan tidak manusuawi serta dipaksa
untuk masuk agama Kristen. Bahkan salah satu
tujuan mereka ke Asia tenggara adalah mengejar
Muslim yang mereka sebut orang Moor. Di sini
terlihat Toleransi dan jiwa besar yang ditunjukan
oleh Sultan Baabullah, sebagai pemimpin Islam
yang berakhlaqul Karimah sebagaimana yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. (K. Subroto)
Dengan demikian, jasa terbesar Baabullah
adalah penanaman rasa percaya diri dan
kebanggaan yang mempunyai nilai tersendiri.
Dengan kata lain, Bab telah berhasil membimbing
rakyatnya mencari dan menemukan jati diri serta
integritas mereka yang selama lebih dari setengah
abad telah memudar dan nyaris lenyap.
Sisi lain yang perlu dicatat mengenai Sultan
Ternate terbesar ini adalah keberhasilannya
mempertahankan nilai-nilai Islam, agama yang
menjadi identitas kerajaan-kerajaan di Maluku.
Kepergian Portugis dari Maluku sekaligus juga
membawa pergi segala bentuk penginjilan atau
kristenisasi yang telah menjadi benih permusuhan
dan perpecahan di kalangan rakyat Maluku
selama lebih dari setengah abad. Upaya Baabullah
mempertahankan agama Islam yang menjadi
identitas kerajaan-kerajaan Maluku, merupakan
prestasi yang harus diberi penilaian tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Prestasi Baabullah lainnva yang perlu dicatat
adalah keberhasilannya mengubah kondisi
ekonomi di era kerakusan dan monopolistis
menjadi perdagangan bebas yang menguntungkan
semua pihak. Para pedagang Jawa, Arab, Melayu,
Makassar dan Cina, yang selama ini tersingkir
dan selalu dikejar-kejar Portugis ataupun
Spanyol, kini memperoleh kebebasan untuk
bersaing dalam perdagangan, yang tentunya
sangat menguntungkan para petani cengkeh dan
KerajaanTernate yang memperoleh pajaknya.
Inilah beberapa prestasi Sultan Baabullah yang
patut dicatat dan Dikenang.76
Abdul Qadir Djaelani, Perang Sabil Versus Perang
Salib, Ummat Islam Melawan Penjajah Kristen
Portugis Dan Belanda, Yayasan Pengkajian
Islam Madinah Al-Munawwarah Jakarta 1420
H / 1999 M
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1,
Penerbit Surya Dinasti Bandung. Edisi revisi
2015.
C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 14151825, The History Of Human Society, General
Editor: J. H. Plumb, Hutchinson of London
Sultan Baab tetap melanjutkan kebijakan
ayahnya dengan menjalin persekutuan dengan
76
Edisi 10 / Juli 2016
77 M. Adnan Amal, "Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800
Jilid I", Universitas Khairun Ternate 2002.
Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Masa Lalu
Penuh Gejolak", Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996
M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm. 225-226
48
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi 10 / Juli 2016
Charles Phillips and Alan Axelrod, Encyclopedia of
Wars. Facts On File, Inc.New York NY 10001.
http://www.factsonfile.com
Celeberrimae.jpg License: Public Domain
Contributors: Geagea, Joe Kress, Kilom691,
Kintetsubuffalo, Pe-Jo, Ras67, Stunteltje, Tm
Cheviano E. Alputila, Pasang Surut Penyebaran
Agama Katolik Di Maluku Utara Pada Abad 1617, Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 1, Balai
Arkeologi Ambon Juli 2014
http://en.wikipedia.org/w/index.
php?title=File:Spain_and_Portugal.png
License: GNU Free Documentation License
Contributors: Lencer
Crafton, R.H.A., A Pegeant of the Spice Islands,
London: John Bale, Sons & Danielson Ltd, 1936
http://en.wikipedia.org/w/index.
php?title=File:Treaty_of_Tordesillas.jpg
License:
Public
Domain
Contributors:
Original: Biblioteca Nacional de Lisboa Photo:
User:Joserebelo
De Graaf HJ, Pigeaud Th GT. 2001. Kerajaan Islam
Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_
Kalinyamat
Dr. Dieter Bartels, The Evolution of God in the
Spice Islands: The Converging and Diverging
of Protestant Christianity and Islam in the
Colonial and Post-Colonial Periods, paper was
presented at the Symposium “Christianity
in Indonesia” at the Frobenius Institute of
the Johann Wolfgang Goethe University at
Frankfurt/Main on December 14, 2003
Jane I. Smith, Islam and Christendom Historical,
Cultural and Religious Interaction from The
Seventh to The Fifteenth Centuries.
Dr. Usman Thalib M.Hum, Sejarah Masuknya Islam
di Maluku, Diterbitkan oleh Balai Pelestarian
Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Provinsi
Maluku dan Maluku Utara 2011
Joanna Hall Brierley; Spices, The Story of Indonesia’s
Spice Trade. Oxford University Press,
1994.D’Clercq, FSA; De Bijdragen tot de kennis
der Residentie Ternate, E.J. d’Brill, Leiden.
1890. Transalated by Paul Michael Taylor:
Ternate,The Residency and It’s Sulatanate,
Smithsonian Institute, Washington.D.C, 1999
Elton G.R., The New Cambridge Modern History, Vol
II, (Cambridge at the university Press, 1968)
John L. Esposito (Ed). The Oxford History of Islam.
Oxford University Press, New York, 1999.
Ernst van Veen, Voc Strategies In The Far East (16051640), Bulletin of Portuguese - Japanese Studies
(BPJS), núm. 3, december, 2001, Universidade
Nova de Lisboa Lisboa, Portugal http://www.
redalyc.org/articulo.oa?id=36100306
Leonard Y. Andaya, Dunia Maluku, Indonesia
Timur Pada Zaman Modern Awal, edisi
terjemah Bahasa Indonesia, Penerbit Ombak
2015
Gerrit J- Knaap, A City Of Migrants: Kota Ambon At
The End Of The Seventeenth Century,
M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah,
Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250 – 1950.
Edisi I Nopember 2001
Hans W. Weigert et.al. 1957. Principle of Polilitical
Geography. Apleton.New York, hlm. 254.
M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah,
Universitas Khairun Ternate, Edisi Revisi 2006
Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat
di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek
Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional
Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional
Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen
Pendidikan Nasional.
M. Adnan Amal, Maluku Utara, Perjalanan Sejarah
1250 - 1800 Jilid I, Universitas Khairun Ternate
2002
M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku.
Komunitas Bambu, 2009
Majalah Suara Hidayatullah, Sultan Ternate
Baabullah, Khalifah Islam Nusantara dan
Penakluk Kaum Imperialis, Majalah Suara
http://en.wikipedia.org/w/index.
php?title=File:Blaeu_-_Moluccae_Insulae_
49
Laporan Khusus
SYAMINA
Hidayatullah, April 2000/Dzulhijjah-Muharram
1421
Nguyen Thi Ha Thanh, European Trade on the
Far East and the Mercantile Relationship with
Vietnam from the 16th to 19th Century,
Ridho Rachman, dkk., Kesultanan Ternate Tidore:
Studi Kasus Awal Berdiri, Perlawanan Dan
Kemunduran Oleh Bangsa Asing Abad 15
Sampai 17, Departemen Ilmu Sejarah , Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok Mei
2011
Sir Thomas Arnold (ed), 1965. The Legacy of Islam.
Oxford University Press.London
Syaiful Bahri Ruray, Rediscovery The Spices
Islands, The Legal and Socio-Political Life in
North Moluccas. Makalah pada Simposium:
“Maluku Utara Dalam Perspektif Diversitas
Multidimensi”. Kerjasama Pemda Provinsi
Maluku Utara, University of Le Havre-Perancis,
Yayasan Saloi dan UNKHAIR, UMMU, UNERA.
Ternate, 1 November 2010.
Thomas Forest, A Voyage to New Guinea and The
Moluccas, Kuala Lumpur; Oxford University
Press, 1969
Tome Pires, Suma Oriental, terjemah edisi ketiga,
Penerbit Ombak Yogyakarta, 2016
Wiliard A. Hanna & Des Alwi, Ternate dan Tidore
Masa lalu Penuh Gejolak, Pustaka Sinar
Harapan Jakarta, 1996
50
Edisi 10 / Juli 2016
Download