hubungan antara jenis kelamin bayi pada kehamilan dengan

advertisement
HALAMAN JUDUL
HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN BAYI PADA
KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN KANDIDIASIS
VULVOVAGINALIS (KVV) PADA IBU HAMIL DI
RSUD KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh
Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Disusun oleh :
Miftakhun Nissa
H2A011029
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
i
http://lib.unimus.ac.id
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Miftakhun Nissa
NIM : H2A011029
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul HUBUNGAN
ANTARAJENIS KELAMIN BAYI PADA KEHAMILAN DENGAN
KEJADIAN KANDIDIASISVULVOVAGINALIS (KVV) PADA IBU
HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANGadalah benar-benar karya saya sendiri,
kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah
diajukan pada institusi manapun. Saya bertanggungjawab atas keabsahan dan
kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi
akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Semarang, 22 Juli 2014
Yang membuat pernyataan
Miftakhun Nissa
NIM H2A011029
ii
http://lib.unimus.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Proposal Skripsi dari :
Nama
: Miftakhun Nissa
NIM
: H2A011029
Fakultas
: Fakultas Kedokteran
Universitas
: Universitas Muhammadiyah Semarang
Tingkat
: Program Pendidikan Sarjana
Bagian
: Ilmu penyakit kulit dan kelamin
Judul
: HUBUNGAN ANTARAJENIS KELAMIN BAYI PADA
KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN KANDIDIASISVULVOVAGINALIS
(KVV) PADA IBU HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANG
Pembimbing :
1. dr.EkoKrisnarto, Sp.KK
2. dr. AriefTajally, MH.Kes
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran.
Semarang, 21 Juli 2014
Pembimbing I
Pembimbing II
dr.EkoKrisnarto, Sp.KK
dr. Arief Tajally, MH.Kes
NIK.
NIK.
iii
http://lib.unimus.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARAJENIS KELAMIN BAYI PADA KEHAMILAN
DENGAN KEJADIAN KANDIDIASISVULVOVAGINALIS (KVV) PADA
IBU HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANG
Disusun oleh :
Miftakhun Nissa
H2A011029
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Proposal Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang pada tanggal 22 Juli 2014 dan
telah sesuai dengan saran-saran yang diberikan serta berhak untuk melanjutkan
penelitian
Semarang, 22 Juli 2013
Tim Penguji
dr.dr. Retno Indrastiti, Sp.KK
.........................................
dr. Eko Krisnarto, Sp.KK
.........................................
dr. Arief Tajally, MH.Kes
.........................................
Proposal Skripsi ini diterima sebagai salah satu pernyataan untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran
Tanggal, 22 Juli 2014
dr. M. Riza Setiawan
Ketua Program Studi S1 Pendidikan Dokter
iv
http://lib.unimus.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah
dengan
JudulHUBUNGAN
ANTARAJENIS
KELAMIN
BAYI
PADA
KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN KANDIDIASISVULVOVAGINALIS
(KVV) PADA IBU HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANG. Penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat akademis untuk mencapai gelar
Sarjana pada Program Pendidikan Dokter (S-1) Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan
ini dengan rendah hati penulis mengucapkankan terima kasih dan penghargaan
yang setulus-tulusnya kepada :
1. dr. Siti Moetmainnah, SpOG, MARS selaku dekan Universitas
Muhammadiyah Semarang
2. dr. M. Riza Setiawan M.Sc selaku ketua tahap pendidikan akademik
Universitas Muhammadiyah Semarang
3. dr. Eko Krisnarto, Sp.KK selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berati bagi penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
4. dr. Arief Tajally, MH.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan
bimbingan
dan
arahan
yang
sangat
berarti
dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
5. dr. Retno Indrastiti, Sp.KK selaku penguji proposal yang telah
memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya tulis
ini.
6. RSUD Kota Semarang Semarang yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk melakukan penelitian di bagian poli kulit dan kelamin.
v
http://lib.unimus.ac.id
7. Kedua orang tua yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis
dan senantiasa mendoakan serta memotivasi agar dapat menyelesaikan
karya tulis ini sebaik mungkin.
8. Para sahabat penulis terima kasih untuk canda, tawa serta dukungannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sebaik mungkin.
9. Semua pihak dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak
kekurangan oleh sebab itu, penulis sangat mengharapakan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua
pembaca pada umumnya.
Semarang, 21 Juli 2014
Penulis
vi
http://lib.unimus.ac.id
HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN BAYI PADA KEHAMILAN
DENGAN KEJADIAN KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS (KVV) PADA
IBU HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANG
Miftakhun Nissa(1) , Eko Krisnarto (2), Arief Tajally (3)
ABSTRAK
Latar belakang : Kandidiasis sering terjadi pada wanita usia reproduktif, sekitar 75% wanita
reproduktif pernah menderita kandidiasis semasa hidupnya. Faktor risiko kandidiasis
vulvovaginalis (KVV) diantaranya adalah kehamilan. Pada saat kehamilan, estrogen yang
berlebih pada saat hamil dapat menurunkan kemampuan sel epitel vagina untuk menghambat
pertumbuhan Candida albicans sehingga kandidiasis sering terjadi pada wanita yang sedang
hamil.
Tujuan penelitian : Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan apakah terdapat hubungan antara
jenis kelaminbayi pada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil.
Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case-control, dimana
kelompok kasus adalah penderita dengan KVV dan kelompok kontrol adalah penderita dengan
diagnosis bukan KVV. Data yang dikumpulkan menggunakan data sekunder dari catatan medik
(CM) di RSUD Kota Semarang. Selanjutnya dianalisa hubungan usia dan jenis kelamin bayi pada
kehamilan dengan kejadia KVV pada ibu hamil.
Hasil penelitian : Diteliti 50 sampel penderita vaginitis dengan 25 sampel KVV (+) dan 25
sampel KVV (-) sebagai kelompok kontrol. Hasil analisis dengan uji Chi-square person
didapatkan hubungan positif antara jenis kelamin bayi pada kehamilan dengan kejadian
kandidiasis vulvovaginalis (KVV) pada ibu hamil dengan odd ratio-nya adalah 3,188 yang berarti
kelompok ibu hamil dengan dengan jenis kelamin bayi perempuan memiliki risiko untuk menderita
kandidiasis 3,188 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan jenis kelamin bayi laki-laki.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara jenis kelamin bayi pada kehamilan dengan kejadian
kandidiasis vulvovaginalis (KVV) pada ibu hamil.
Kata kunci : KVV, jenis kelamin bayi, kehamilan, spesies kandida.
1)
2)
3)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Universtas Muhammadiyah
Semarang.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyh Semarang.
vii
http://lib.unimus.ac.id
CORRELATION BETWEEN FETAL GENDER DURING PREGNANCY WITH
CANDIDIASIS VULVOVAGINALIS IN PREGNANT WOMAN AT RSUD SEMARANG
Miftakhun Nissa(1) , Eko Krisnarto (2), Arief Tajally (3)
ABSTRACK
Background : Candidiasis often occurs in reproductive age. Approximately 75% reproductive
woman had suffered candidiasis during they lifetime. One of risk factors of Candidiasis
Vulvovaginalis (KVV) is pregnancy. During pregnancy, Excess estrogen can reduce vaginal
epithelial cells ability to inhibit the growth of candida albicans, so candidiasis often occurs in
woman who are pregnant.
Methods : This research is an observational analitic with case-control method, case group is
patients with KVV (+) and control group is patient with KVV (-) . The sampledata
wasretrievedfrom medical records ofpatientsin RSUD Semarang, then analyzed the relationship
between age and fetal gender during pregnancy with candidiasis vulvovaginalis.
Result : samples were examined from 50 patient with 25 samples KVV (+) and 25 samples KVV (-)
as a control. The resullt of the analysis with chi-square pearson test shows that there was positive
relationship between fetal gender during pregnancy with Candidiasis vulvovaginalis (KVV) in
pregnant woman with odd-ratio 3,188, which means a group of pregnant woman with female sex
of the fetus at risk of suffering from Candidiasis 3.188 times greater than pregnant woman with a
male sex of the fetus.
Conclution : There is relationshipbetween fetal gender during pregnancy with candidiasis
vulvovaginalis(KVV) in pregnant woman.
Keywords : KVV, fetal gender, pregnancy, Candida species.
(1)
(2)
(3)
Student of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang.
The Lecture of Skin and Genital in Medical Faculty Muhammadiyah Semarang
University.
The Lecture of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University.
viii
http://lib.unimus.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRAK.......................................................................................................vii
ABSTRACK....................................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 3
1. Tujuan umum ....................................................................................3
2. Tujuan khusus....................................................................................3
D. Keaslian penelitian ................................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian..................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 6
1. Kehamilan ............................. ............................................................... 6
2. Kandidiasis............................................................................................. 9
2.1.Definisikandidiasis................................................................... 9
2.2.Etiologikandidiasis................................................................... 10
2.3.Epidemiologikandidiasis .......................................................... 13
2.4.Faktor-faktorpredisposisikandidiasis ....................................... 14
2.5.Patogenesiskandidiasis............................................................. 17
2.6.Cara penularankandidiasis ....................................................... 20
2.7.Gambarankliniskandidiasis ...................................................... 20
ix
http://lib.unimus.ac.id
2.8.Diagnosis kandidiasis............................................................... 23
2.9.Diagnosis banding kandidiasis ................................................. 24
2.10.Penatalaksanaankandidiasis .................................................... 25
B. Kerangka Teori...................................................................................... 30
C. Kerangka Konsep. ................................................................................. 31
D.Hipotesis Penelitian................................................................................ 31
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................32
B. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................32
C. Populasidansampel...............................................................................33
D. Variabel Penelitian.................................................................................35
E. Definisi operasional...............................................................................36
F. Bahandanalatpenelitian.......................................................................36
G. AlurPenelitian........................................................................................37
H. Pengolahan Data...................................................................................38
I. Analisis data...........................................................................................38
J. Jadwal penelitian....................................................................................39
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Analisa bivariat ......................................................................................40
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..............................................................................................43
B. Saran........................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... ..44
LAMPIRAN........................................................................................................48
x
http://lib.unimus.ac.id
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel
Tabel.1
Tabel.2
Tabel.3
Tabel.4
Tabel.5
Tabel.6
Tabel.7
Tabel.8
Tabel.9
Tabel.10
KeaslianPenelitian
Nilai estrogen normal
LH, FSH Estradiol dan testosteron levels pada
bayi laki laki dan perempuan
Pemeriksaan fermentasi dan utilisai untuk
menentukan spesies Candida
Perbedaan koloni pada KVV asimtomatik dan
KVV simtomatik
Obat antijamur yang digunakan untuk terapi KVV
tanpa komplikasi
Definisi operasional
Jadwal penelitian
Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut
umur
Distribusi penderita KVV dan kontrol pada ibu
hamil menurut jenis kelamin bayi
xi
http://lib.unimus.ac.id
Hal
4
7
8
13
21
26
36
39
41
42
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar
Gambar.1
Gambar.2
Morfologi Candida albicans sp
Skema alur penelitian
xii
http://lib.unimus.ac.id
Hal
15
37
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dataidentitaspasien..................................................................................48
2. Datacaseconrol…………………………………………………….…….49
3. Hasilanalisis data ……………………………………………………….50
4. Suratpermohonanpenelitian…………………………………………….54
5. Suratizinpenelitian……………………………………………………...55
xiii
http://lib.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dekade terakhir ini, khususnya di negara berkembang, penyakit infeksi
masih merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian. Salah satu agen
infeksi yang sering menjangkiti manusia adalah infeksi jamur.1 Insiden penyakit
oleh jamur meningkat secara drastis beberapa tahun belakangan ini.2 Jamur
sebenarnya tidak bersifat patogen bagi manusia, tetapi dapat menimbulkan
penyakit apabila keadaan memungkinkan untuk menginfeksi manusia.3 Hingga
saat ini, penyakit infeksi akibat jamur yang cukup tinggi menginfeksi manusia
adalah kandidiasis.4
Kandidiasis sering terjadi pada wanita usia reproduktif. Sekitar 75 %
wanita
usia
reproduktif
pernah
menderita
kandidiasis
semasa
hidupnya.8Kandidiasis merupakan suatu penyakit karena jamur yang bersifat akut
maupun subakut, disebabkan oleh jamur genus Candida yang dapat mengenai
mulut, kulit, kuku, bronki, paru atau vagina.5Infeksi yang lebih gawat dapat
menyerang jantung, darah dan otak. Penyakit ini dapat mengenai semua orang
baik laki-laki maupun perempuan, juga dapat mengenai semua umur terutama
pada bayi dan orang tua.
Candida albicans merupakan flora normal pada tubuh manusia serta
memiliki sifat opportunitis, sehingga apabila kondisi mendukung akan dapat
berubah menjadi patogen.6 Keadaan lingkungan yang tidak mendukung, gangguan
metabolisme dari host, atau maserasi jaringan dapat mengurangi kekebalan host
sehingga Candida albicans dapat menginvasi jaringan.5 Infeksi Candida pada
vagina umumnya menyerang wanita pada usia 25-44 tahun, terutama yang sudah
menikah.
Menurut Ramayanti (2004) di klinik Ginekologi RSU DR Kariadi
Semarang pada penderita leukorea dilaporkan karena Candida (31,6%),
14
http://lib.unimus.ac.id
Gardnerella (17,6), Trikhomonas (5,7 %) dan Gonococcus (0,9%).7 Menurut
Brown (2005), Kandidiasis vagina lebih sering terjadi pada wanita yang sedang
hamil.9Pada kehamilan terjadi perubahan kadar pH dalam vagina sehingga dapat
menyuburkan tumbuhnya jamur.
Pada jenis kelamin perempuan hormon hormon estrogen dan progesteron
lebih dominan dibandingkan jumlah hormon androgen. Sebaliknya pada jenis
kelamin laki laki, hormon androgen (testosteron) merupakan hormon yang lebih
dominan dibandingkan estrogen dan progesteron. Pada saat kehamilan, estrogen
yang berlebih pada saat hamil juga dapat menurunkan kemampuan sel epitel
vagina untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans.
Dari hasil penelitian tersebut yang menunjukkan bahwa kehamilan
berhubungan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian ulang dengan judul : Hubungan antara jenis kelamin
bayipada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di
RSUD Kota Semarang, untuk mengetahui mengenai keterkaitan jenis kelamin
bayi pada kehamilan dengan terjadinya kandidiasis vulvovaginalis.
Peneliti memilih tempat penelitian di RSUD Kota Semarang karena RSUD
Kota Semarang merupakan RS rujukan dan lokasinya yang dekat dengan peneliti
yang akan memudahkan peneliti melakukan penelitian sehingga lebih efisien
dalam hal biaya, tenaga dan waktu.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara jenis
kelamin bayipada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu
hamil di RSUD Kota Semarang.?”.
15
http://lib.unimus.ac.id
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis
kelamin bayi pada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada
ibu hamil di RSUD Kota Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan proporsi kandidiasis vulvovaginalis di RSUD Kota
Semarang.
b. Menjelaskan hubungan antara jenis kelamin bayilaki-laki pada
kehamilandengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di
RSUD Kota Semarang.
c. Menjelaskan hubungan antara jenis kelamin bayi perempuan pada
kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil
di RSUD Kota Semarang.
16
http://lib.unimus.ac.id
D. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1. Keaslian penelitian
No
Peneliti
Judul
Sampel
Desain
Hasil
1
Eko
Krisnarto
(2004)
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro
HUBUNGAN
ANTARA
KANDIDA
DALAM
AIR
BAK
KAMAR
MANDI
PENDERITA
VAGINITIS
DENGAN
KEJADIAN
KANDIDIASIS
VULVOVAGINIT
IS
60
sampel
penderita
vaginitis
dengan
30
sampel
KVV (+)
dan 30
sampel
KVV (-)
Analitik
dengan
pendekata
n
case
control
Terdapat 15 % air bak
kamar mandi penderita
vaginitis yang mengandung
kandida dan kelompok
wanita yang di kamar
mandinya
mengandung
kandida mempunyai risiko
untuk menderita kandidiasis
2,25 kali lebih besar
dibandingkan
kelompok
yang kamar mandinya tidak
mengandung kandida
2
Rizka
Nugraheni
Martyanti
(2012) FK
UNDIP
FAKTOR RISIKO
KANDIDEMIA DI
RSUP
Dt
KARIADI
SEMARANG
69
sampel
Observasi
analitik
dengan
rancangan
case
control
Pemakaian
amikasin
merupakan faktor risiko
terjadinya kandidemia di
RSUP Dr Kariadi Semarang
3
Shelvy Putri
Amelia
(2009) FK
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
HUBUNGAN
KADAR
GULA
DARAH
DENGAN
KANDIDIASIS
VAGINA PADA
AKSEPTOR
KONTRASEPSI
HORMONAL
53
sampel
Observasi
analitik
dengan
rancangan
case
control
Terdapat hubungan yang
bermakna dan erat antara
kadar gula darah dengan
kejadian kandidiasis vagina
pada akseptor kontrasepsi
hormonal
17
http://lib.unimus.ac.id
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan
antara jenis kelamin bayi pada kehamilan dengan kejadian kandidiasis
vulvovaginalis selama hamil sehingga tidak perlu melakukan USG untuk
mengetahui jenis kelamin bayi.
2. Sebagai tambahan ilmu dalam bidang ilmu penyakit kulit dan kelamin.
3. Sebagai sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk penelitian
selanjutnya dan untuk melengkapi penelitian-penelitian yang telah
dilakukan.
18
http://lib.unimus.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA
1) Kehamilan
Kehamilan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.31 Selama kehamilan
seorang wanita akan mengalami perubahan fisiologis pada sistem organ
tubuhnya. Perubahan-perubahan fisiologis tersebut dapat terjadi pada rahim
atau uterus, serviks uteri, vagina dan vulva, mammae, ovarium, sirkulasi
darah, tractus respiratorius, tractus digestivus, tractus urinarius dan kulit.32
Perubahan fisiologi pada daerah vulva dan vagina berhubungan dengan
kejadian kandidiasis vulvovaginalis yang dialami oleh para wanita yang
sedang hamil.
Diagnosis kehamilan biasanya berawal bila seorang perempuan dengan
keluhan amenore, terdapat pembesaran uterus, tanda hegar, tanda chadwick,
tanda piscaseck, tanda braxton-Hicks, tanda ballotemen, pemeriksaan tes urin
kehamilan positif dan tanda pasti kehamilan dapat dilihat dengan pemeriksaan
USG. Deteksi dari human chorionic gonadotropin (hCG) dalam darah ibu dan
urin merupakan dasar untuk tes endokrin kehamilan. HCG adalah glycoprotein
dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, heterodimer terdiri dari 2 subunit
yang berbeda yaitu α dan β. Subunit α identik dengan LH (Luteneizing
hormone), FSH (follicle-stimulaing hormone) dan TSH (thyroid stimulating
hormone).32
Setiap jenis kelamin yang telah dilahirkan, baik jenis kelamin laki laki
maupun perempuan keduanya memproduksi hormon seks yang sama yaitu
estrogen, progesteron dan androgen, hanya saja jumlah yang dihasilkan yang
berbeda. Pada jenis kelamin perempuan hormon hormon estrogen dan
19
http://lib.unimus.ac.id
progesteron
lebih dominan dibandingkan jumlah hormon androgen.
Sebaliknya pada jenis kelamin laki laki, hormon androgen(testosteron)
merupakan hormon yang lebih dominan dibandingkan estrogen dan
progesteron.35
Selama kehamilan, plasenta menghasilkaan estrogen dalam jumlah
yang besar dari prekusor steroid dalam darah, baik yang berasal dari kelenjar
adrenal janin maupun ibu. Mendekati aterm, kehamilan normal pada manusia
berada dalam kondisi hiperstrogenik, kondisi tersebut semakin meningkat
seiring dengan berlanjutnya kehamilan kemudian berhenti mendadak setelah
kelahiran. Selama 2-4 minggu kehamilan kadar Hcg yang meningkat akan
mempertahankan produksi estradiol dalam korpus luteum ibu. Produksi
estrogen dan progesteron dalam ovarium ibu menurun secara signifikan pada
minggu ketujuh kehamilan. pada minggu ke-7, terjadi transisi luteal-plasenta.
Pada saat ini, lebih dari separuh estrogen yang memasuki sirkulasi maternal
dihasilkan dalam plasenta.35
Tabel 2. Nilai Estrogen normal
Estradiol
Prepubertal children
<10 pg/mL
Male
<60 pg/mL (15-60 pg/mL)
Females ovulating
Early follicular
Pg/mL
30-100
Pregnant
First trimester
Pg/mL
188-2497
Post menopausal
Late follicular
100-400
Luteal phase
60-150
Second trimester Thridh trimester
1278-7192
<18 pg/mL
35
Sumber pustaka
20
http://lib.unimus.ac.id
6137-3460
Tabel 3. LH, FSH, Estradiol dan testosteron levels pada bayi laki laki dan bayi
perempuan
Gender
Age
LH
(month)
Male
FSH
(IU/L)
Estradiol
(IU/L)
(pmol/L)
Testosterone
(nmol/L)
2
2.9(1.2-7.9)
2.2(0.8-5.7)
119.67(5.87-302.86)
7.63(2.91-16.57)
3
3.5(0.7-6.6)
3.4(0.5-6.3)
42.95(<0.03-217.32)
8.53(3.85-19.52)
4
2.4(0.1-5.4)
2.1(1.3-4.2)
4.04(<0.03-113.80)
9.15(3.85-14.11)
5
1.9(<0.1-3.8) 2.1(0.3-4.6)
17.3(<0.03-146.11)
4.36(2.25-10.12)
6
0.6(0.2-4.3)
29.3(<0.03-82.60)
2.14(1.45-5.93)
0.9(<0.1-3.7)
7
0.8(0.1-3.3)
12
0.3(<0.1-1.5)
2
0.6(0.2-3.8)
16.5(<0.03-84.80)
25.3(<0.03-120.1)
0.12(<0.001-1.33)
0.2(<0.1—4.7) 5.9(0.6-48.1)
142.43(1.84-312.04)
0.71(<0.001-2.49)
3
0.2(<0.1-1.0)
7.1(1.3-19.9)
43.32(<0.03-217.32)
0.69(<0.001-1.81)
4
0.3(<0.1-1.1)
6.5(3.0-12.0)
41.48(<0.03-97.65)
0.59(<0.001-1.36)
Female
5
6
7
0.2(<0.1-0.8)
6.1(2.0-14.1)
48.4(<0.03-109.03)
0.33(<0.001-1.43)
0.2(<0.1-0.8)
5.4(2.0-11.4)
23.9(<0.03-113.80)
0.30(<0.001-1.43)
0.2(<0.1-2.5)
12
0.5(<0.1-1.6)
0.40(<0.001-1.34)
0.2(<0.1-1.3)
5.5(2.7-11.3)
55.1(<0.03-102.96)
5.7(0.3-14.7)
3.10(<0.03-107.93)
0.31(0.001-1.74)
0.14(<0.001-1.33)
Daftar pustaka 36
Kondisi vagina selama masa kehamilan memperlihatkan kepekaan
yang tinggi terhadap infeksi kandida.Hal ini nampak dengan tingginya
simtomatik vaginitis.Produksi estrogen menyebabkan perubahan lapisan otot
dan epithelium vagina sehingga menjadi lebih elastis. Perubahan dari
epithelium tersebut juga dapat menyebabkan peningkatan sekresi cairan
berlebih yang disebut degan leukorea.
Sel epitel juga menyebabkan peningkatan kadar glikogen dan interaksi
basil doderlein’s yang memproduksi asam lebih dari serangan berbagai
mikroorganisme karena PH vagina yang meningkat selama masa kehamilan.
Peningkatan hormon estrogen dan progesteron akan mengakibatkan
peningkatan frekuensi glikogen dalam sel epitel vagina yang selanjutnya akan
mengakibatkan proliferasi dan memperkuat perlekatan pada jamur tersebut.8
21
http://lib.unimus.ac.id
Keasamaan
flora
vagina
pada
orang
hamil
dapat
menekan
pertumbuhan mikroorganisme lain yang secara alami menghambat kandida,
dimana bentuk germ tube dan pertumbuhan misella lebih menyukai PH vagina
yang rendah (PH < 5).8
Kadar estrogen yang tinggi pada saat kehamilan yang menyebabkan
perlekatan candida pada sel epitel. Vagina tersebut merupakan media yang
baik bagi pertumbuhan jamur.Perubahan fisiologis selama kehamilan tersebut
bisa asimtomatis atau sampai menimbulkan gejala infeksi.
2) Kandidiasis
a. Definisi kandidiasis
Kandidiosis atau kandidiasis adalah infeksi dengan berbagai
manifestasi klinis yang disebabkan oleh kandida khususnya candida albicans
dari ragi (yeast) lain dari genus kandida. Organisme ini menginfeksi kulit,
kuku, membran mukosa, dan traktus gastrointestinal, tetapi dapat juga
menyebabkan infeksi sistemis.10
Kandidiasis pada wanita umumnya infeksi pertama timbul di vagina
(vaginitis) dan dapat meluas sampai vulva (vulvitis), jika mukosa vagina dan
vulva keduanya terinfeksi disebut kandidiasis vulvovaginalis (KVV). Pada
pria sebagai balanitis atau balanopostitis dan lebih jarang lagi sebagai uretritis,
tetapi lebih sering asimtomatik. Tanda klinis khas dari kandidiasis genital
mudah dikenal dengan istilah awam sariawan (thrush). dan keputihan (duh
tubuh vagina) yang disertai iritasi atau gatal.
Kandidiasis genital yang akhir-akhir ini meningkat frekuensinya, jauh
lebih banyak dijumpai pada wanita berupa vaginitis atau vulvovaginitis.
22
http://lib.unimus.ac.id
b. Etiologi
Penyebab terbanyak kandidiasis vulvovaginalis (KVV) adalah spesias
Candida albicans (80-90%), sedangkan penyebab terbanyak kedua adalah
Torulopsis glabrata (10%), sedangkan 3% lainnya adalah spesies candida lain
seperti Candida tropicalis, Candida pseudotropikalis, Candida kruesi dan
Candida stellatoidea.10,11,12
Candida adalah mikroorganisme eukariotik yang umumnya bersifat
dimorfik, yaitu bisa ditemukan dalam dua fase fenotip yang berbeda di dalam
tubuh manusia sebagai yeast ( sel ragi bertunas), pseudohifa, dan atau hifa
sejati. Blastospora( blastokonidia ) pada umumnya merupakan fenotip yang
bertanggung jawab terhadap penyebaran atau transmisinya, termasuk ketika
menyebar mengikuti aliran darah maupun ketika dalam bentuk kolonisasi
asimtomatik di vagina. Sebaliknya ragi yang sedang bertunas dan membentuk
miselia adalah bentuk invasif terhadap jaringan serta sering teridentifikasi
pada kondisi yang simtomatik.
Yeast berbentuk oval dengan diameter 3-6 µm dan bereproduksi
melalui tunas. Bila tunas-tunas terus tumbuh tetapi tidak dapat melepaskan
diri, mereka membentuk rantai-rantai sel yang memanjang yang tertarik pada
septasi-septasi diantara sel-sel yang disebut dengan pseudohifa. Meskipun
sebagian besar Candida sp dapat tumbuh sebagai bentuk yeast dan filamen,
tetapi beberapa spesies Candida sp memiliki ciri khas sendiri antara lain
Candida albicans dan Candida dubliniensis yang membentuk hifa sejati,
Candida parapsilosis dan Candida tropicalis yang tumbuh sebagai bentuk
yeast ataupun pseudohifa serta Candida glabrata yang sepanjang hidupnya
berbentuk yeast.13,14
Candida sp merupakan flora mikrobial normal pada kulit dan mukosa
manusia. Jamur komensal ini dapat dideteksi di dalam tubuh manusia normal
sebanyak 71 %.15 Sebagai flora komensal, Candida sp merupakan oportunistik
patogen karena pada manusia sehat Candida sp tidak berbahaya. Pada orang
23
http://lib.unimus.ac.id
yang memiliki pertahanan tubuh yang rendah dan terjadi ketidak seimbangan
flora normal dalam tubuhnya maka Candida akan membahayakan dan dapat
menyebabkan gejala penyakit.13,15
Candida alibicans dapat diklasifikasikan sebagai berikut:18
Kingdom
: Fungi
Filum
: Ascomycota
Subfilum
: Ascomycotina
Kelas
: Ascomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Famili
: Saccharomycetaceae
Genus
: Candida
Spesies: Candida albicans
Gambar Morfologi Candida albicans.16
24
http://lib.unimus.ac.id
Sekitar 75% wanita pernah mengalami episode KVV sepanjang
hidupnya.8 Banyak faktor yang merupakan faktor predisposisi atau faktor
risiko, khususnya yang berkaitan dengan dua hal yaitu meningkatnya
karbohidrat termasuk peningkatan glikogen vagina dan penurunan pH. Hal
ini erat hubungannya dengan lingkungan yang hangat dan lembab, pakaian
yang rapat dan ketat, pemakaian kontrasepsi hormonal, kontrasepsi spiral,
antibiotika spektrum luas, obat yang mengandung kortikosteoid, penderita
diabetes mellitus yang tidak terkontrol serta penyakit infeksi dan
keganasan yang menekan daya tahan tubuh.Faktor-faktor ini dapat bekerja
sendiri maupun bersamaan. Tetapi sangat sering faktor predisposisi tidak
ditemukan, sebagai faktor yang mendukung terjadinya penularan seksual.
Kandidiasis vulvovaginalis rekuren (KVVR) didefinisikan sebagai
infeksi yang mengalami kekambuhan empat kali atau lebih dalam setahun.
KVVR dijumpai pada 5% wanita.10 Perubahan hormonal, seperti
kehamilan dan fase lutheal siklus menstruasi, dapat memacu kekambuhan
KVV. Penggunaan larutan pembersih kewanitaan atau douching juga
dapat menyebabkan KVVR. Diduga mekanismenya melalui mekanisme
alergi atau reaksi hipersensitivitas yang mengakibatkan kerentanan
terhadap kandida. Faktor lain yang diduga sebagai penyebab KVVR
adalah kontak seksual yang terlalu sering, hal tersebut diduga karena
abrasi vagina dan alergi terhadap semen pria.8
Infeksi
jamur
pada
genitalia
pria
adalah
balanitis
dan
balanopostitis. Sekitar 30-35% infeksi disebabkan oleh Candida sp. Faktor
predisposisi lain adalah tertular oleh mitra seksual yang menderita KVV,
menderita diabetes mellitus atau tidak melakukan sirkumsisi.8
25
http://lib.unimus.ac.id
Pemeriksaa fermentasi dan utilisasi dapat digunakan untuk
menentukan spesies Candida. Pada tes fermentasi digunakan gula yang
mengandung indikator warnap glukosa, maltosa, sukrosa, dan laktosa,
sementara pada tes utilisasi digunakan glukosa, maltosa, galaktosa, etanol
dan arbutin. (lihat tabel dibawah)
Tabel 4. Pemeriksaan fermentasi dan utilisasi untuk menentukan spesies Candida.
Klamidiospora
FERMENTASI
UTILISASI
glu
mal
Suk
lak
glu
mal
suk
lak
gal
Eta
arb
AG
A
-
+
+
+
-
+
-
-
AG
-
-
+
+
-
-
+
+
-
AG
A
-
+
+
+
-
+
-
-
C. Albicans
+
AG
C.Stellatoidea
-
AG
*
C.Pararsilosis
-
AG
C.Guilliermondii
-
Agt
-
Agt
-
+
+
+
-
+
+
+
C.Tropicalis
-
AG
AG
Agt
-
+
+
+
-
+
-
-
C.Pseudotropicalis
-
AG
-
Agt
AG
+
-
+
+
+
-
+
C.Krusei
-
AG
-
-
-
+
-
-
-
-
+
-
Keterangan : AG = Asam dan gas , AG* = asam, A = Asam 18
c. Epidemiologi
Banyak penelitian epidemiologi infeksi genitalia yang disebabkan
karena ragi telah dilakukan di berbagai daerah dengan geografis maupun
kelompok populasi yang berbeda, dan didapatkan prevalensi kandidiasi vulvo
vagibalis yang semakin meningkat.
Di Amerika Serikat, KVV menempati urutan kedua setelah vaginosis
bacterialis dan tiga kali lebih sering dibandingkan dengan vaginitis karena
trikomoniasis. Di skandinavia prevalensi KVV simomarise ditemukan
sebanyak 13,4%, sementara di RS Dr Sutomo pada tahun 1994-1995 terdapat
18,45% dan 18,62% dari total kunjungan di poli penyakit menular seksual.
Muslimin dkk, juga melaporkan bahwa selama periode Januari 1995Desember 1998 terdapat 16,26% penderita KVV yang berkunjung di
poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RS Dr. Kariadi Semarang.22
26
http://lib.unimus.ac.id
Ramayanti pada tahun 2004 di klinik ginekologi RSU Dr. Kariadi
Semarang melaporkan bahwa infeksi karena kandida meningkat yaitu
sejumlah 31,6%.7 Akhir-akhir ini kejadian infeksi candida semakin meningkat
dari tahun-tahun sebelumnya dan penyebab sebagian besar dari Kandidiasis
vulvo vaginalis adalah Candida albicans.
d. Faktor predisposisi Kandidiasis vulvovaginalais (KVV)
a. Usia
Seseorang dengan usia yang lebih tua akan mudah terinfeksi
karena status imunologiknya tidak sempurna sehingga memudahkan
invasi Candida albicans. 17
b. Kehamilan
Kondisi vagina selama masa kehamilan memperlihatkan kepekaan
yang tinggi terhadap infeksi kandida.11,17
c. Kontrasepsi hormonal
Berbagai penelitian menemukan peningkatan kolonisasi Candida
sp. Kontrasepsi hormonal akan merubah suasana keasaman vagina.
Suasana PH vagina pemakai kontrasepsi hormonal berkisar antara 7,88, sedangkan sekret vagina normal mempunyai PH rata-rata 3,5-4,5. 22
Perubahan keadaan yang disebabkan kontrasepsi hormonal adalah
menimbulkan “pseudo-gestasional change” pada epitel vagina
sehingga PH vagina menjadi favourabel untuk jamur. Disamping itu
kontrasepsi hormonal terutama yang mengandung kadar hormon
estrogen tinggi, akan menyebabkan peningkatan konsentrasi glikogen
pada epitel vagina yang merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan jamur candida.
27
http://lib.unimus.ac.id
Pada penelitian komparatif yang telah dilakukan pada wanita
sehat dengan aktif seksual yang menggunakan tiga jenis kontrasepsi,
yaitu barier, kontrasepsi oral dan IUD, didapatkan hasil adanya
peningkatan insiden kandidiasis sebesar 30-50% pada pemakaian alat
kontrasepsi oral. 11,17
Gardner dkk menyatakan bahwa wanita yang diberikan
kontrasepsi oral menderita kandidiasis vagina lima kali lipat
dibandingkan dengan wanita yang tidak diberikan kontrasepsi oral.
Akan tetapi obat kontrasepsi oral yang baru dengan kadar estrogen yang
lebih
rendah
bukan
merupakan
kandidiasis vulvovaginalis.
faktor
predisposisi
terjadinya
11,17
d. Diabetes mellitus
Pada tubuh penderita DM akan mengalami peningkatan kadar
glukosa dalam darah, jaringan, dan air kencing yang dapat
menyebabkan vulvovaginitis. Timbulnya vulvovaginitis ini akibat
vulva tersiram oleh air kencing yang mengandung kadar gula yang
tinggi. Hali ini menyebabkan vulva menjadi tempat yang baik untuk
pertumbuhan jamur Candida albicans sehingga frekuensi kolonisasi
menjadi lebih tinggi. 17
e. Menstruasi
Pengaruh siklus menstruasi pada perkembangan KVV sangat
kompleks. Wallin dkk, menemukan hasil kultur C.albicans yang
meningkat pada fase akhir siklus menstruasi.11 Galaks melaporkan
bahwa perlekatan antara kandida dengan sel epitel vagina sebelum
menstruasi mungkin berpengaruh terhadap peningkatan PH vagina
pada saat ini.
28
http://lib.unimus.ac.id
Dari beberapa penelitian disebutkan bahwa selama haid,
Lactobacillus menjadi kurang dominan dan PH vagina meningkat
yang kemungkinan diakibatkan karena darah haid.17
f. Pemakaian antibiotika
Pemakaian antibiotika oral, terutama antibiotika spektrum
luas seperti tetrasiklin, amoksisilin, ampisilin atau sefalosporin
sering kali menimbulkan simtomatik kandidiasis vulvovaginalis.
Pemakaian antibiotika ini menekan pertumbuhan bakteri flora
normal di vagina sehingga terjadi kompetisi lactobacillus dan
kandida yang menyebabkan kandida tumbuh lebih subur. 11
Spinillo dkk menemukan prevalensi penggunaan antibiotika
pada penderita KVV berulang sebesar 23%. Sobel meneliti di
kliniknya dan mendapatkan hasil bahwa 80% dari pasien yang
sukses mendapat pengobatan klindamisin atau metronidazol, dalam
pengamatan setelah tiga bulan kemudian didapatkan KVV
simtomatik.11
g. Hubungan seksual
Hubungan
seksual
akan
menyebabkan
lactobacillus
menjadi kurang dominan dan PH vagina akan meningkat akibat
disebabkan oleh semen. Lactobacillus yang menghasilkan H2O2
merupakan bakteri flora normal yang terpenting karena dianggap
dapat
memberikan
ketahanan
dan
mencegah
invasi
atau
berkembangnya Candida. Disamping itu peningkatan presentase
coitus akan dapat menimbulkan trauma yang menyebabkan
pertumbuhan Candida sp meningkat.11
29
http://lib.unimus.ac.id
h. Pakaian yang ketat
Penggunaan pakaian yang ketat atau pakaian dari bahan yang
terbuat dari nilon dapat meningkatkan suhu dan kelembaban yang
memudahkan pertumbuhan kandida spp.11
i. Kegemukan
Kegemukandapat meningkatkan suhu dan kelembaban yang
memudahkan pertumbuhanCandida sp.11
j. Penggunaan tampon atau pembalut wanita
Pada penggunaan tampon atau pembalut wanita didapatkan
kolonisasi Staphilococcus dan penurunan kolonisasi Lactobacillus. Hal
ini dapat mengubah ekosistem vagina sehingga memudahkan
transformasi
kolonisasi
Candida
yang
simtomatik
menjadi
asimtomatik.11
e. Patogenesis23
Candida terdapat dalam 2 bentuk sel (spora) dan bentuk
miseliahifa. Koloni jamur tumbuh menjadi miselia dan umumnya
ditemukan didalam keadaan patogenik. Jika kondisi memungkinkan,
proses penyakit diduga dimulai dari perlekatan sel Candida pada epitel
vagina dan selanjutnya menjadi bentuk miselia. Hifa Candida kemudian
tumbuh dan berkolonisasi pada permukaan vagina. Percobaan invitra
menunjukkan proses perlekatan ini, hifa yang tumbuh dan berkolonisasi
lebih tinggi oleh adanya perubahan estrogen. Penemuan ini dapat memberi
penjelasan bahwa Candidiasis vulvo vaginalis simtomatis sering terjadi
pada perempuan yang berada pada periode antara menarche dan
monopause.
30
http://lib.unimus.ac.id
Selain itu Candida albicans dapat memproduksi enzim prosease yang
bekerja optimal pada PH normal vagina.Hal ini dapat mendukung
pertumbuhan jamur yang dapat menghasilkan beberapa faktor yang dapat
merusak epitel vagina sehingga menyebabkan vaginitis.Mekanisme lainnya
termasuk reaksi alergi terhadap jamur.
Sejumlah kecil dari kelompok penderita KVV ini mengalami episode
kronis/rekuren.Hal ini disebabkan oleh infeksi berulang pada vagina, fase
interseluler yang mantap dari organisme Candida serta faktor munitas dari
penderita.
Manifestasi klinis KVV merupakan hasil interaksi antara patogenitas
spesies candida dengan mekanisme pertahanan hospes (host), yang berkaitan
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi. Menurunnya daya tahan
tubuh penderita, adanya perubahan lingkungan daerah vagina yang
menyebabkan menurunnya pertahanan lokal dan reaksi hipersensitivitas
disertai kemampuan spesies Candida untuk menghasilkan faktor virulensi
memegang peranan penting pada patogenitas infeksi.Walaupun pada sebagian
besar kasus perubahan/transformasi kolonisasi spesies candida dari bentuk
komersal menjadi pathogen bersifat spontan, tidak dapat ditemukan faktor
presipitasinya.
Beberapa faktor penentu patogenesis Candida yang berhubungan
dengan kemampuannya menyebabkan infeksi adalah :
1. Faktor agen
1.1. Spesies dari Candida berdasarkan kemampuan patogenesisnya dengan
urutan dari mulai yang tertinggi sampai yang terendah adalah : C.
albicans, C. stellatoidea, C. tropicalis, C. parapsilosis, C.keyvr, C.
guilliermondi dan C. krusei.
1.2.Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germ tube , sementara
bentuk germ tube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Daya lekat ini
juga dipengaruhi oleh tingkat hidrofobisitas permukaan sel yang
bergantung pada suhu lingkungan.
31
http://lib.unimus.ac.id
1.3. Dimorfisme C. albicans yang mampu tumbuh dalam kultur sebagai
blastospora ( bentuk ragi) dan sebagai pseudohifa, telah diketahui bahwa
dimorfisme terlibat patogenesis Candidiasis.
1.4.C. albicans mampu menghasilkan toksin, dimana toksin tersebut dapat
dibagi berat molekul (BM) tinggi dan BM rendah. Toksin BM tinggi
berperan sebagai adesin dalam proses kolonisasi jamur, disamping itu
juga menghambat penempelan neutrofil pada sel hifa hidup dan
mengganggu fungsi neutrofil lainnya.
1.5.C. albicans dapat menghasilkan enzim yang membantu invasi ke
jaringan. Enzim tersebut dikategorikan dalam 2 kelas yaitu proteinase,
yang berfungsi menghidrolisis ikatan peptide dan berperan langsung
dalam invasi awal di stratum korneum. Enzim lainnya adalah
fosfolipase, yang berperan dalam proses invasi jamur.
2. Faktor pejamu37
2.1. Sistem imun vagina
Sangat sedikit diketahui tentang mekanisme imunologi pada mukosa
vagina, meskipun demikian dari beberapa penelitian diketahui bahwa pada
vagina tikus terdapat sefrekuensi besar epitel, sel langerhans, makrofag dan sel
T. Sel langerhans dapat mempresentasikan antigen. Sel T dan sel penyaji
antigen memberi kemugkinan bahwa mukosa vagina merupakan jaringan
imunokompeten yang mampu memberikan Cell Mediated Immunity (CMI).
2.2. Respon imun vagina
Penelitian pada hewan percobaan mengenai vaginitis karena C. albicans
menunjukkan :
32
http://lib.unimus.ac.id
1. Infeksi lokal pada vagina dapat merangsang respon imun seluler
sistemik spesifik Candida dengan dominasi Th-1.
2. CMI sistemik tidak melindungi tikus terhadap infeksi vagina.
3. Resolusi spontan infeksi primer akan memberikan proteksi parsial
terhadap infeksi sekunder.
Hasil ini memberikan bukti bahwa pada mukosa vagina CMI lokal lebih
penting daripada CMI sistemik.
f. Cara penularan
Kandidiasis vulvovaginalis merupakan salah satu penyakit yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual, karena kolonisasi Candida di penis
empat kali lebih sering terjadi pada pasangan seksual dari wanita dengan KVV
simtomatis. Penelitian yang telah dilakukan oleh Horowitz dkk pada tahun
1987 memperlihatkan adanya spesies Candida di cairan ejakulasi dari
pasangan penderita infeksi Candida rekuren.
Cara infeksi lain yang dapat terjadi adalah secara tidak langsung dari
bagian tubuh lain, juga karena menggunakan air yang tercemar kandida untuk
mencuci, handuk, pakaian maupun benda yang lainnya.
Tractus gastrointestial dianggap sebagai sumber utama Candida dari
perianal ke vagina, terbukti dengan adanya spesies dan galur kandida yang
identik di traktus gastrointestinal dan vagina. Prasetyowati dan subakir
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara
frekuensi koloni Candida didalam rectum dengan kejadian KVV.22
g. Gambaran klinis
Secara garis besar manifestsi klinisnya terbagi menjadi KVV
simtomatik dan asimtomatik .
33
http://lib.unimus.ac.id
1. KVV asimtomatik
Koloni Candida di vagina dalam frekuensi tidak banyak, tidak
invasif, dan yag tidak menimbulkan keluhan sehingga tidak memerlukan
pengobatan.
2. KVV simtomatik
Terdapat koloni Candida dalam frekuensi yang lebih banyak,
organisme berkembang menjadi pseudohifa yang memproduksi protease
dan menimbulkan invasi mukosa sehingga memerlukan pengobatan.
Tabel 5. Perbedaan koloni pada KVV asimtomatis dan KVV simtomatis
terlihat dalam tabel dibawah ini.
Vaginitis asimtomatis
Vaginitis simtomatis
Tipe strain Candida
Serupa
Serupa
Fenotip predominan
Blastospora Budding
Germ tube dan mycelia
3
Konsentrasi
<10 / mL
>104 / mL
Aktivitas proteolitik
+-+
++-++
Koloni putih/ opaque
Sedikit opaque
Lebih opaque
Daftar pustaka11
Gambaran klinis pada wanita :
Keluhan khas dari kandidiasis vulvovaginal adalah :
a. Gatal atau iritasi vulva
b. Duh tubuh vaginal atau keputihan
34
http://lib.unimus.ac.id
Duh tubuh bisa banyak, putih keju, tetapi lazimnya sedikit dan cair.
Kadang-kadang sangat sedikit tetapi iritasi pada vulva dan vagina sangat
nyata, bahkan kadang penderita merasa kering. Terasa nyeri dan panas
terutama selama dan setelah senggama juga sering dirasakan penderita.
Terdapat disuri eksterna apabila urin menyiram vulva yang mengalami
peradangan.
Pada pemeriksaan klinis vulva bisa tenang, tetapi bisa juga kemerahan
, udem dengan fisura , kadang terjadi erosi dan ulserasi. Kelainan yanag
khas adalah adanya pseudomembran berupa plak plak putih seperti
sariawan (thrush) , terdiri daari miselia yang kusut (matted myclia),
leukosit dan sel epitel yang melekat pada dinding vagina.
Dapat juga dijumpai kemerahan pada vagina, sering tertutup oleh
pseudomembran putuh keju. Jika pseudomembran tersebut diambil maka
akan tampak mukosa yang erosif . Duh tubuh biasanya mukoid atau cair
dengan butir-butir atau gumpalan keju (cottage cheeses). Namun duh
tubuh biasanya amat sedikit dan cair, dan vagina dapat tampak normal.
Pada pemeriksaan kolposkopi, terdapat dilatasi atau meningkatnya
pembuluh darah pada dinding vagina atau serviks sebagai tanda
peradangan.26
Gambaran klinis pada pria :
Gejala kandidiasis pada pria berupa kemerahan dan iritasi pada
glans dan di bawah preputium pada yang tidak disirkumsisi. Terdapat rasa
gatal ringan sampai rasa panas hebat. Gangguan yang terjadi segera setelah
coitus suspektus berupa iritasi pada glans yang bisa intensif disertai
vesikulasi dan erosi yang akan hilang dalam beberapa hari,10Hal tersebut
merupakan suatu reaksi hipersensitivitas.
Gejala objektif dijumpai adanya eritem yang difus, fisura, dengan
bintik-bintik merah atau vesikulopostul yang mudah pecah, meninggalkan
erosi dengan skuama putih di tepi (kolaret) terutama bila menyerang glans
35
http://lib.unimus.ac.id
penis dan preputium (balanopostitis). Kadang dijumpai adanya plak
pseudomembran seperti sariawan. Infeksi dapat menyebar ke skrotum dan
daerah inguinal. Pada penderi DM dan penderita imunodefisiensi, edema
berat dan balanitis ulserativa dapat terjadi. Jika kulit skrotum terkena maka
akan menimbulkan keluhan gatal yang hebat.26
h. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran
klinis dan didukung dengan pemeriksaan mikroskopis langsung dan bila
perlu dilakukan dengan biakan.
Diagnosis laboratorik26,27
Diagnosis laboratorik yang cepat adalah dengan garam
fisiologis, KOH atau pulasan gram dari pseudomembran atau duh
tubuh vagina yang akan membuktikan adanya bentuk ragi dari candida
berupa :
a. Sel-sel tunas berbentuk lonjong.
b. Pseudohifa sebagai sel-sel memanjang bersambung tersusun
seperti sosis.
c. Hifa asli bersepta
Sediaan gram lebih baik karena bentuk ragi Candida bersifat
gram positif, sel tunas jarang terlihat, tetapi pseudohifa mudah
ditemukan dari duh tubuh vagina.
Candida albicans adalah satu satunya ragi patogen penting
yang secara invivo menunjukkan adanya pseudohifa yang banyak,
yang mudah dideteksi dari discharge vaginal dengan pulasan
gram.Candida glabrata tidak membentuk pseudohifa, sedangkan
spesies lain walaupun terdapat dalam vagina jarang menimbulkan
36
http://lib.unimus.ac.id
vaginitis. Pemeriksaan mikroskopis ini dapat dipakai sebagai gold
standard terutama sensitivitasnya pada penderita simtomatik sama
dengan biakan.
Biakan jamur (kultur) dari duh tubuh vagina dilakukan untuk
konfirmasi terhadap hasil pemeriksaan mikroskopis yang begatif
(false
negative)
yang
sering
ditemukan
pada
kandidiasis
vulvovaginalis kronis dan untuk mengidentifikasi spesies nonCandida albicans. Biakan kultur memiliki nilai sensitivitas yang
tinggi hingga 90%. Meskipun kultur merupakan metode pemeriksaan
yang paling sensitif dan spesifik untuk mendeteksi kandida, tetapi
hasil positif kultur saja tidak dapat dijadikan indikasi seseorang
menderita kandidiasis jika tidak ditemukan symtom pada vagina
karena 10-15% wanita normal dijumpai kolonisasi kandisa pada
vaginanya.
i. Diagnosis banding
1. Gonore28
Pada wanita, gonore tidak menyebabkan terjadinya iritasi.
Dijumpai duh tubuh yang banyak sekali dengan warna lebih kuning dari
kandidiasis vulvovaginalis. Gambaran klinis yang mungkin didapat
adalah : orifisium uretra dan serviks tampak eritematus dan sembab.
Dengan menekan uretra kemungkinan akan didapatkan adanya pus.
Pada kasus yang parah mungkin didapatkan kondisi vulva yang
sembab, nyeri, meradang dan dapat terjadi infeksi pada kelenjar
bartholini. Pada sediaan yang diambil dari muara uretra, serviks atau
muara saluran kelenjar Bartholini dengan pewarnaan gram akan
didapatkan diplococcus gram negatif intra selular.
37
http://lib.unimus.ac.id
2. Trichomonas vaginalis29
Cairan vagina pada penderita trichomonas vaginalis keluar sangat
banyak, berwarna kuning kehijauan atau agak keabu-abuan dan
berbusa. Mukosa vagina berwarna kemerahan, nyeri dan tampak adanya
bintik-bintik perdarahan (strawberry vagina). Vulva dan disekitarnya
berwarna kemerahan, terdapat nyeri tekan, dan terasa agak gatal. Pada
pemeriksaan langsung usap vagina, tampak parasit bergerak dengan
flagelnya, bakteri lactobacillus sangat sedikit, leukosit dan bakteri
lainnya sangat banyak. Pemeriksaan PH pada infeksi ini adalah 5-7,
sedangkan tes amin dijumpai tes amin yang positif.
3. Vaginosis bacterial30
Dijumpai adanya duh tubuh yang berwarna keabu-abuan,
homogen, berbau amis, tidak menyebabkan iritasi, PH >4,5 dan
didapatkan tes amin positif. Bila duh tubuh ditetesi 1-2 tetes larutan
KOH 10% maka akan tercium bau amis/ ikan (fishy odor). Pda
pemeriksaan mikroskopis dengan sediaan basah secara langsung atau
pewarnaan gram, didapatkan adanya clue cell yaitu sel epitel vagina
yang permukaannya diliputi oleh bakteri Gardnerella vaginalis.
j. Penatalaksanaan
Terdapat banyak antimikotik yang efektif terhadap kandida pada saat ini,
baik untuk pemakaian secara topikal maupun secara sistemik. Kecenderungan
saat ini adalah pemakaian regimen antimikotik oral maupun topikal jangka
pendek dengan dosis yang tinggi.27
Antimikotikal untuk pemakaian lokal/topikal tersedia dalam berbagai
bentuk sediaan misalnya krim, lotion, tablet vaginal dan suposituria. Dengan
itu perlu di diskusikan terlebih dahulu dengan penderita untuk memilih bentuk
yang lebih nyaman digunakan untuk penderita.
38
http://lib.unimus.ac.id
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengobatan KVV/KVVR adalah :
1. Eliminasi faktor-faktor predisposisi sebagai penyebab KVV/KVVR.
2. Pemilihan regimen antijamur yang tepat hingga keluhan menghilang
untuk pemeriksaan mikroskopis dan kultur negatif.
3. Untuk KVVR sebaiknya selalu dilakukan kultur dan uji sensitivitas
antijamur.
Penatalaksanaan KVV dilakukan berdasarkan klasifikasinya :27
1. KVV tanpa komplikasi
KVV tanpa komplikasi dipilih pengobatan topikal. Derivat azole
lebih efektif daripada nistatin, namun harganya jauh lebih mahal.
Pengobatan dengan golongan azole dapat menghilangkan gejala dan
kultur negatif pada 80-90 % kasus.
Tabel 6. Obat antijamur yang digunakan untuk terapi KVV tanpa
komplikasi.
Nama obat
Formulasi
Dosis
Ketokonazole
Itrakonazole
200 mg oral tablet
100 mg oral kapsul
Flukonazole
150 mg oral tablet
50 mg oral tablet
1% krim intravagina
2% krim intravagina
100 mg tab vag
500 mg tab vag
2% krim
200 mg tab vag
100.000 U tab vag
50 mg tab vag
100 mg cap
2 x 1 tab, 5 hari
2 x 1 cap, 2 hari
2 x 2 cap, 1 hari selang 8
jam
Dosis tunggal
1 x 1 tab, 7 hari
5 gram, 7-14 hari
5 gram, 3 hari
2 x 1 tab vag, 3 hari
1 tab vag, 1 hari
5 gram, 1-7 hari
1 tab vag, 1-7 hari
1 x 1 tab, 12-14 hari
1 x 1 tab, 7-12 hari
1 x 1 tab, 7-12 hari
Klotrimazole
Mikonazole
Nistatin
Amphoterisin B
+
Tetrasiklin
39
http://lib.unimus.ac.id
Sumber 33,35
2. KVV dengan komplikasi
a. Infeksi rekuren
Perlu dilakukan biakan jamur untuk mencari spesies
penyebab infeksi rekuren. Dapat diberikan flukonazole 150 mg
selama 3 hari atau topikal golongan azole selama 7-14 hari. Untuk
pengobatan dosis pemeliharaan diberikan tablet ketokonazole 100
mg/hari, kapsul flukonazole 100-150 mg/minggu atau itrakonazole
400 mg/bulan atau 100 mg/hari atau topikal tablet vagina
klotrimazole 500 mg. Pengobatan dosis pemeliharaan ini diberikan
selama 6 bulan.33
b. KVV berat
KVV berat ditandai dengan vulva eritema, edema, eksoriasi
dan fisura. Terapi dapat diberikan flukonazole 150 mg dengan 2
dosis selang waktu pemberian 72 jam atau obat topikal golongan
azole selama 7-14 hari.33
c. KVV dengan penyebab Candida non-albicans
Pemberian obat golongan azole tetap dianjurkan selama 714 hari, kecuali flukonazole karena banyak Cndida non-albicans
yang resisten. Jika terjadi kekambuhan dapat diberikan asam borat
600 mg dalam kapsul gelatin 1x sehari selama 2 minggu. Jika
masih terjadi kekambuhan dianjurkan pemberian nistatin tablet
vagina
100.000
pemeliharaan.
U
per
hari
sebagai
33
40
http://lib.unimus.ac.id
pengobatan
dosis
d. KVV pada penderita imunokompromis
Pengobatan dengan obat anti jamur konvensional dilakukan
dengan pemberian 7-14 hari.33
e. KVV pada wanita hamil
Dianjurkan pengobatan dengan preparat azole topikal :34
1. Mikonazole krim 2%, 5 gram intravagina selama 7 hari atau
100 mg tablet vagina tiap malam selama 7 hari atau mikonazole
200 mg tablet vagina selama 3 hari.
2. Klotrimazole krim 1% sebanyak 5 gram tiap malam selama 714 hari atau 200 mg tablet vagina tiap malam selama 3 hari
atau 500 mg tablet vagina selama 1 hari.
f. KVV pada penderita HIV25
Pengobatan KVV simtomatis pada wanita dengan HIV
positif sama dengan pada wanita dengan HIV negatif. KVV tanpa
komplikasi dapat diterapi dengan flukonazole 150 mg dosis
tunggal jangka pendek, atau topikal azole jangka pendek. KVV
komplikata, sebaiknya diberikan obat sistemik oral atau topikal
dalam
jangka
waktu
lama
dan
dilanjutkan
terapi
dosis
pemeliharaan dengan flukonazole dosis mingguan untuk kasus
KVVR atau ketokonazole dosis 100 mg perhari selama 6 bulan.
Pengobatan untuk penderita kandidiasis asimtomatis masih
kontroversial. Pada wanita dengan HIV negatif tidak dianjurkan
pemberian terapi antijamur. Terapi yang dianjurkan untuk balanitis
adalah klotrimazole topikal atau krim flukonazole 150 mg dosis
41
http://lib.unimus.ac.id
tunggal, dapat juga diberikan krim imidazole maupun nistatin 2 x
sehari selama 7 hari.
Penggunaan terapi sistemik golongan imidazole harus hatihati terutama pada penderita dengan gagal hati atau penderita
dengan riwayat hepatitis. Efek samping lain dapat berupa nausea,
pruritus, fotofobia dan ginekomastia
42
http://lib.unimus.ac.id
B. KERANGKA TEORI
Vagina normal
Faktor risiko:
1.Pendidikan
2.Pekerjaan
3.Status perkawinan
4.Kehamilan
5.penggunaan alat
kontrasepsi
6.Pemakaian
antibiotik
7.Jenis celana dalam
yang digunakan dan
frekuensi ganti
dalam sehari
8.Penggunaan sabun
cuci vagina
9.Cara bilas vagina
10.Kondisi vagina
setelah dibilas
11.Penggunaan
panty liner
12. DM
Terjadi ketidak
seimbangan suasana
flora vagina yang
menyebabkan
terjadinya penurunan
fungsi proteksi
alamiah terhadap
vagina
Terjadi infeksi jamur : Candida
( Candida albicans) menyebabkan
terjadinya vaginitis pada vagina dan
vulva
KANDIDIASIS
VULVOVAGINALIS
43
http://lib.unimus.ac.id
C. KERANGKA KONSEP
Variabel bebas
Variabel terikat
Jenis kelamin pada
kehamilan
KANDIDIASIS
VULVOVAGINALIS
D. HIPOTESIS
Ada
hubungan
antara
jenis
kelamin
bayi
perempuan
pada
kehamilandengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di RSUD
Kota Semarang.
BAB III
44
http://lib.unimus.ac.id
METODOLOGI PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1. Tempat
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan di RSUD Kota Semarang.
2. Waktu
Penelitian dilakukan bulan 1 Agustus 2014 – 31 Desember 2014.
3. Disiplin ilmu
a. Penelitian ini mencakup bidang ilmu penyakit kulit dan kelamin bagian
infeksi menular seksual.
b. Penelitian ini mencakup bidang ilmu obstetri dan gynecologi.
c. Penelitian ini mencakup bidang ilmu anak.
B. JENIS PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik dengan
tujuan penelitian korelasi dan menggunakan metode case controldimana
kelompok kasus adalah penderita KVV (+) dari antara penderita vaginitis
dengan kelompok kontrol adalah KVV (-) dari antara penderita vaginitis dan
pengambilan data secara retrospektif.
C. POPULASI DAN SAMPEL
45
http://lib.unimus.ac.id
1. Populasi penelitian
a. Populasi target
Penderita hamil dengan infeksi kandidiasis yang pernah berobat atau
telah berobat.
b. Populasi terjangkau
Penderita hamil dengan infeksi kandidiasis yang pernah berobat atau
telah berobat di Rumah Sakit Ketileng Kota Semarang pada periode 1
Januari 2014 – 31 Desember 2014.
2. Sampel penelitian
a. Sampel
Pasien
yang
sedang
hamil
yang
terinfeksi
kandidiasis
vulvovaginalis di RSUD Kota Semarang dilakukan pemilihan sampel
sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pencarian data dilakukan pada rekam
medik.
a. Kriteria Inklusi :
1. Pasien hamil penderita infeksi kandida yang telah diketahui jenis
kelamin bayi dan pasien hamil yang telah melahirkan bayinya.
2. Pasien hamil yang sedang mendapatkan terapi obat golongan
azole.
b. Kriteria Eksklusi :
46
http://lib.unimus.ac.id
1. Pasien hamil yang terinfeksi kandida dengan catatan medis yang
tidak lengkap.
2. Pasien hamil yang yang telah melahirkan dengan jenis kelamin
bayi gemelli.
b. Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
consecutive sampling, yaitu semua ibu hamil yang terinfeksi kandida
dengan syarat memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
a. Besar sampel
n1=n2 =
( ∝
(
)
)
Keterangan :
zα
: Tingkat kemaknaan
= 5%
zβ
:Power
=80 %
P1
:Proporsi standard
=50%
P2
:Proporsi yang diteliti
=15%
P
:1/2 (P1+P2)
Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan perhitungan sebagai berikut :
47
http://lib.unimus.ac.id
n1=n2=
,
√
,
,
( ,
,
,
√ .
)
,
,
,
n1= n2 = 26,9
n yang diperlukan untuk setiap kelompok pada penelitian ini adalah 25 orang.
Jumlah total dibutuhkan 50 sampel, 25 sebagai case KVV (+) dan 25 sebagai
kontrol KVV (-).
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
2) Variabel
a. Variabel bebas
Kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di RSUD Kota
Semarang
b. Variabel terikat
Jenis kelamin bayi pada kehamilan.
48
http://lib.unimus.ac.id
3) Definisi operasional
Tabel 7. Definisi operasional
Variabel
Definisi Operasional
Carapengukuran
Kategori
Skala
Data
Kehamilan
Pasien yang terdiagnosis hamil
dalam rekam medis dan telah
diketahui jenis kelamin bayinya
selama kehamilan.
Rekam medis
1.Laki-laki
2.Perempuan
Nominal
Kandidiasis
vulvovaginitis
Pasien hamil yang terdiagnosis
KVV dalam rekam medis atau
mendapatkan terapi golongan
azole
Rekam medis
1.Ya
2.Tidak
Nominal
E. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan pengumpul data dan instrumen dalam penelitian ini dari data
sekunder berupa data rekam medik pasien kandidisis vulvovaginalis di
RSUD Semarang pada periode bulan 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014.
49
http://lib.unimus.ac.id
F. Alur Penelitian
Memeriksa kelengkapan data rekam medis di
RSUD Semarang pasien hamil
Pasien ibu hamil dengan
catatan medis yang
mengalami keputihan
(control)
Pasien ibu hamil dengan catatan
medis yang mengalami keputihan
dan terdiagnosis kandidiasis
volvovaginalis (case )
Pengambilan Data
Analisis data
Gambar . Skema Alur Penelitian
50
http://lib.unimus.ac.id
G. PENGOLAHAN DATA
Data yang diperoleh diolah dengan program komputer.
Tahap pengolahan data :
1. Editing
Data yang diperoleh dilakukan editing (penyuntingan) terlebih
dahulu untuk pengecekan data dan kelengkapan data.
2. Coding
Setelah diedit, selanjutnya merubah data kualitatif menjadi data
numerik.
3. Data Entry
Memasukkan data yang sudah diperoleh ke program komputer.
4. Cleaning
Setelah data sudah dimasukkan lalu dilakukan pembersihan
terhadaap kesalahan data atau ketidaklengkapan data, kemudian
dikoreksi.
H. ANALISIS DATA
Analisis data dengan program komputer :
Data yang tercatat pada catatan rekam medis diberi kode, kemudian
ditabulasi dan dianalisis.
Pengambilan keputusan menggunakan uji kemaknaan, kita menggunakan :
1. Uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel tergantung
dengan variabel bebas
2. Uji hipotesis dengan memakai tabel koningency yang dihitung dengan
Odd Ratio (95 % CI)
3. Batas kemaknaan yang diambil adalah 5 % dengan kriteria sangat
bermakna bila p < 0,01 ; bermakna jika 0,01< P < 0,05 dan tidak
bermakna jika P >= 0,05.
51
http://lib.unimus.ac.id
J. Jadwal Penelitian
Tabel8.Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
1.
Pengajuan
Waktu (Bulan)
1
2
3
Proposal
2.
Revisi Proposal
3.
Pemilihan
data
penelitian,
pengumpulan data,
dan
pengolahan
data
4.
Penyusunan
Laporan
5.
Seminar Hasil
52
http://lib.unimus.ac.id
4
5
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian telah dilakukan di RSUD kota Semarang, dalam kurun waktu 5
bulan ( Agustus– Desember 2014). Peserta penelitian adalah 60 penderita
leukorea ,yang terdiri dari 30 penderita dengan diagnosis KVV dan 30 penderita
non KVV (kelompok kontrol).
A. Analisa Bivariat
Tabel 9. Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut umur
Kelompok umur
Penderita leukore
(tahun)
KVV
Jumlah
Kontrol
Frekuensi
%
Frekuensi
%
frekuensi
%
<20
1
4.0
2
8.0
3
6.0
20-29
16
64.0
13
52.0
29
58.0
30-39
7
28.0
9
36.0
16
32.0
>40
1
4.0
1
4.0
2
4.0
Jumlah
25
25
25
25
50
100
Dari 60 penderita leukorea, dengan 30 penderita KVV dan 30 penderita kontrol
maka angka prevalensi penderita KVV positif yang terbanyak adalah umur 20-29
tahun sebanyak 16 orang (64 %), kemudian umur 30-39 tahun sebanyak 7 orang
(28 %). Setelah dilakukaan uji statistik ternyata tidak ada perbedaan yang
bermakna pada kedua kelompok (p > 0,05 )
Hasil peneelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswani (1995)
dari bag/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Kariadi semarang, dimana usia
terbanyak penderita KVV adalah 20-30 tahun sebesar 27 orang (45%) dan
penelitian Eko Krisnarto dari FK UNDIP Semarang adalah 20-29 tahun (20 %).
53
http://lib.unimus.ac.id
Tabel 10. Distribusi penderita KVV dan kontrol pada ibu hamil menurut jenis
kelamin bayi
Jenis
Penderita leukorea
kelamin
KVV
Jumlah
Sig
Odd
ratio
Confidence
Iterval
0.044
3.188
0,999
Kontrol
bayi
Frekue
%
-nsi
Frekuens
%
Frekuens
i
%
i
Perempuan
17
68
10
40
27
54
Laki-laki
8
32
15
60
23
46
Total
25
100
25
100
50
100
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa terdapat hubungan antara KVV
dengan jenis kelamin bayi pada ibu hamil. Hal ini dapat terlihat dari nilai
signifikansi 0,044 < 0,05. Odd ratio sebesar 3,188 menunjukkan bahwa responden
hamil dengan jenis kelamin bayi perempuan berisiko terkena KVV 3,188 kali bila
dibandingkan dengan responden hamil dengan jenis kelamin bayi laki-laki.
Pada penelitian ini didapatkan interpretasi hasil nilai rasio prevalens
sebanyak 1, yang berarti bahwa variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak
ada pengaruhnya dalam terjadinya efek atau dengan kata lain bersifat netral.
Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa hubungan antara kejadian KVV
dengan jenis kelamin bayi pada ibu hamil berhubungan lemah sehingga perlu
dilakukan sampel yang lebih banyak
Selama kehamilan, plasenta menghasilkaan estrogen dalam jumlah yang
besar dari prekusor steroid dalam darah, baik yang berasal dari kelenjar adrenal
janin maupun ibu. Setiap jenis kelamin yang telah dilahirkan, baik jenis kelamin
laki laki maupun perempuan keduanya memproduksi hormon seks yang sama
54
http://lib.unimus.ac.id
yaitu estrogen, progesteron dan androgen, hanya saja jumlah yang dihasilkan yang
berbeda. Pada jenis kelamin perempuan hormon hormon estrogen dan progesteron
lebih dominan dibandingkan jumlah hormon androgen. Sebaliknya pada jenis
kelamin laki laki, hormon androgen (testosteron) merupakan hormon yang lebih
dominan dibandingkan estrogen dan progesteron.35
Kadar estrogen yang tinggi pada saat kehamilan yang menyebabkan
perlekatan candida pada sel epitel. Vagina tersebut merupakan media yang baik
bagi pertumbuhan jamur.Perubahan fisiologis selama kehamilan tersebut bisa
asimtomatis atau sampai menimbulkan gejala infeksi.
.
55
http://lib.unimus.ac.id
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh usia
terhadap kejadian KVV pada ibu hamil .
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara KVV
denganjenis kelamin bayi pada ibu hamil. Kelompok ibu hamil dengan
jenis kelamin bayi perempuan mempunyai risiko untuk menderita
kandidiasis 3,188 kali lebih besardibandingkan dengan responden
hamil dengan jenis kelamin bayi laki-laki.
B. Saran.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang
lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
56
http://lib.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sundari D, Winarno M W. Informasi tumbuhan obat sebagai antijamur.
Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta, 2001 : 130 : 28-30.
2.
Sheppard D dan Lampiris HW. Antifungal agents di dalam Catzung Bg
editor Basic and Clinical Pharmacology. 9th ed. Singapura : The Mc GrowHill Company, 2004 : 796-7.
3.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I. Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius, 2000 : 105-9.
4.
Adiguna M. S. Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia. Dalam :
Dermatomikosis Superfisialis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia. Jakarata : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2001 : 1-5.
5.
Kuswadji. Kandidiosis. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2002 : 103-6.
6.
Ramali L. M . Werdani S. Kandidiasis Kutan dan Mukokutan. Dalam :
Dermatomikosis Superfisialis. Dalam: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin Indonesia. Jakarata : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2001 : 55-65.
7.
Ramayanti. Pola Mikroorganisme Flour Albus Patologis yang disebabkan
oleh Infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik Ginekologi Rumah Sakit
Umum Dr.Kariadi Semarang, Dalam : Karya tulis ilmiah, 2004.
8.
Sobel J D, Brooker D, Stein G E et al . Single oral dose fluconazole
compared with conventional clitrimazole topical therapy of Candida
vaginitis. Am J Obstet Gynecol. 2005; 172 : 1263-7.
9.
Brown R G , Burns T. Infeksi Jamur. Dalam : Lecture Notes Dermatologi.
Edisi 8. Jakarta : Erlangga, 2005 : 28-40.
10.
Janik MP, Heffernan MP. Yeast to infections : Candidiasis and Tinea
(Pityriasis) Versicolor. Dalam. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
57
http://lib.unimus.ac.id
BA, Paller AS, Leffel DJ. (eds) : Dermatology in General Medicine. 7th
ed. New York: Mc Graw Hill, 2008 : 1822- 30.
11.
Sobel JD. Vulvovaginal Candidiasis. Dalam: Sexually Transmitted
Disease. 4th ed. New York, 2008.
12.
Suyoso S, Shiffting Pathogen to Non-albicans Candida Spesies In
Vulvovaginal Candidiasis. PIT PERDOSKI VII. Yogyakarta, 2003.
13.
Geo F, Janet SB, Stephen AM. Mikrobiologi kedokteran jawets, melnick
dan adelberg. 22nd ed. Jakarta : Salemba Medika. 2008 : 343-5.
14.
Edwards JE. Candida spesies. In : Mandell GL, Bennet JE, Dolin R, eds.
Principles and practice of infectious diseases. 5th ed. Philadelphia: Churcill
Livingstone .2000 : 2656-69.
15.
Mavor AL, Thewes S, Hube B. Systemic fungal infections caused by
Candida spesies: Epidemiology, Infection process and virulence attributes.
Current drugs target. 2005 :8.
16.
Court H and Sudbery PE. Regulation of Cdc42 GTPase activity in the
formation of hyphae in Candida albicans. Molecular Biology of the Cell.
2007; 18:265-81
17.
Samini. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kandidiasis
vaginalis pada wanita. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Surabaya :
Universitas Airlangga. 2001.
18.
Adininggar dan Susilo. Dikutip dalam Ika Saptarini. Perbandingan efek
anti fungi ekstrak heksana daun kunyit (Curcuma longa) dengan
flukonazol terhadap Candida albicans Invitro. Dalam : karya tulis ilmiah.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2004.
19.
Carson DS, Soper DE. Vulvovaginalis Candidiasis. 2003.
20.
Prasetyowati S S. Hubungan antara frekuensi kandida didalam rektum
dengan kandidiasis vaginalis. MDVI vol 28. Jakarta, 2001.
21.
Nyirjesy P. Chronic vulvovaginalis candidiasis. American family
physician . 2001.
58
http://lib.unimus.ac.id
22.
Eko Krisnarto. Hubungan antara Kandida dalam air bak kamar mandi
penderita vaginitis dengan kejadian Kandidiasis vulvovaginitis. Dalam :
Laporan penelitian program S1 Pendidikan dokter FK UNDIP. 2004.
23.
Mardh P. Rodrigues AC, Genc M. Novikova N, Olivera JM, Guaschino S.
Facts and and myths on recurrent vulvovaginal candidiosis-a review on
epidemiology, clinical manifestasian, diagnosis, pathogenesis and therapy.
International journal of STD & AIDS . 2002 ; 13 : 522-39
24.
Sheary B. Dayan L. Recurrent vulvovaginalis candidiasis. SFP. 2008 : 618.
25.
Sobel JD. Vulvovaginal Candidiasis. In :Sexually Transmitted Disease. 4th
ed. China. Mc Graw Hill. 2008 : 823-38.
26.
Adhi D. Hamzah M Aisyah S. Penyakit kelamin. Dalam : Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin edisi kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008 :379426.
27.
Murti astutik D. Kandidiasi vulvovaginalis. Dalam : Murtiastutik D. Buku
ajar Infeksi menular seksual. Surabaya : Airlangga University pres. 2008 :
56-64.
28.
Daili SF. Gonore. Dalam : Daili SK, Makes WIB, Zubier F. Infeksi
menular seksual. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009 : 65-76.
29.
Djajakusumah TS. Trikomoniasis. Dalam : Daili SF. makes WIB, zubier
F. Infeksi menular seksual. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009 : 183-192.
30.
Hillier S. Marazzo J. and K. Holmes K.K. Bacterian vaginosis in : Holmes
KK, sparling P.F, stamm W.W. Pioh P. was seheit J.N. et al. Sexually
Transmitted Disease. 4thed. New York : 2008 : 737-68
31.
Saifuddin, Abdul Bari. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006 : 89.
32.
Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan, edisi III. Jakarta : Yayasan Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2006: 89-97.
33.
John W Ward. Editors. Vulvovaginal Candidiasis. Dalam : Sexually
transmitted diseases treatment guideline. Center for diseases controland
prevention. MMWR. 2002: 45-8.
59
http://lib.unimus.ac.id
34.
Musafirah ST, Djawad K, Amin S. Kandidiosis vulvovaginal. Dalam :
Amiruddin MD. Penyakit menular seksual .LkiS Pelangi Aksara. 2004 :
253-62.
35.
Abbasi-Ghanavati M, Greer LG, Cunningham FG. Pregnancy and
laboratory studies : a reference table for clinicans. Obstetry gynecologogy.
2009 ; 144(6) : 1326-31.
36.
Ji C, Xin-wen Huang, Rong-wang Yang, Xu Wang and Zheng-yan Zhao.
Gonadotropins and sex hormones in healthy chinese infants. China :
Zhejiang University School of Medicine. 2008.
37.
Suharno SS, Noegrohowati T, Effendi E, Bramono K. Mekanisme
pertahanan pejamu pada infeksi kandida. MDVI Vol 27 . 2000 : 187-92.
60
http://lib.unimus.ac.id
Lampiran 1
Identitas pasien
3. Nama ibu hamil
:
4. Umur
:
5. Pekerjaan
:
6. Alamat
:
7. Gravida
:
8. Keputihan berapa kali (selama kehamilan)
:
9. Keputihan dialami pada trimester
:
10. Jenis kelamin anak
:
61
http://lib.unimus.ac.id
Lampiran 2
CASE – KVV
No.
Jenis Kelamin
CONTROL - Normal
Usia Ibu
(Tahun)
No.
Jenis Kelamin
Usia Ibu
(Tahun)
1
Perempuan
29
1
Perempuan
35
2
Laki-laki
27
2
Perempuan
29
3
Laki-laki
38
3
Perempuan
26
4
Perempuan
27
4
Laki-laki
29
5
Laki-laki
23
5
Perempuan
27
6
Laki-laki
18
6
Laki-laki
35
7
Perempuan
41
7
Perempuan
33
8
Perempuan
21
8
Laki-laki
39
9
Laki-laki
35
9
Perempuan
17
10
Perempuan
24
10
Laki-laki
28
11
Laki-laki
27
11
Laki-laki
27
12
Perempuan
22
12
Perempuan
35
13
Perempuan
24
13
Laki-laki
32
14
Laki-laki
31
14
Perempuan
19
15
Perempuan
26
15
Laki-laki
35
16
Perempuan
27
16
Laki-laki
28
17
Perempuan
26
17
Laki-laki
26
18
Perempuan
36
18
Laki-laki
35
19
Laki-laki
32
19
Perempuan
29
20
Perempuan
33
20
Laki-laki
38
21
Perempuan
24
21
Laki-laki
27
22
Perempuan
25
22
Perempuan
23
23
Perempuan
29
23
Laki-laki
21
24
Perempuan
35
24
Laki-laki
41
25
Perempuan
28
25
Laki-laki
26
62
http://lib.unimus.ac.id
Lampiran 3
Jenis Kelamin * Kelompok
Crosstab
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total
Count
% within Jenis Kelamin
Count
% within Jenis Kelamin
Count
% within Jenis Kelamin
Kelompok
Control
Case (KVV)
(Normal)
17
10
63,0%
37,0%
8
15
34,8%
65,2%
25
25
50,0%
50,0%
Total
27
100,0%
23
100,0%
50
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
3,945b
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
,047
1
1
,089
,045
df
2,899
4,000
3,866
1
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
,088
,044
,049
50
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11,50.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Pearson's R
Spearman Correlation
Value
,270
,281
Asymp.
a
Std. Error
Approx. T
,136
2,028
Approx. Sig.
,047
,048c
,136
2,028
,048c
,281
50
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
63
http://lib.unimus.ac.id
b
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Jenis
Kelamin (Perempuan /
Laki-laki)
For cohort Kelompok =
Case (KVV)
For cohort Kelompok =
Control (Normal)
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
3,188
,999
10,171
1,810
,964
3,399
,568
,319
1,010
50
64
http://lib.unimus.ac.id
Usia Ibu * Kelompok
Crosstab
Usia
Ibu
< 20 tahun
20 - 29 tahun
30 - 39 tahun
>= 40 tahun
Total
Kelompok
Control
Case (KVV)
(Normal)
1
2
33,3%
66,7%
Count
% within Usia Ibu
Count
% within Usia Ibu
Count
% within Usia Ibu
Count
% within Usia Ibu
Count
% within Usia Ibu
Total
3
100,0%
16
55,2%
13
44,8%
29
100,0%
7
43,8%
1
9
56,3%
1
16
100,0%
2
50,0%
25
50,0%
50,0%
25
50,0%
100,0%
50
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
3
Asymp. Sig.
(2-sided)
,827
,901
3
,825
,046
1
,830
Value
,894a
df
50
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,00.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Pearson's R
Spearman Correlation
Value
,133
Asymp.
a
Std. Error
Approx. T
Approx. Sig.
,827
,142
,142
,213
,317
,832c
,752c
,031
,046
50
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
65
http://lib.unimus.ac.id
b
Jenis Kelamin * Kelompok
Crosstab
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total
Count
% within Kelompok
Count
% within Kelompok
Count
% within Kelompok
Kelompok
Control
Case (KVV)
(Normal)
17
10
68,0%
40,0%
Total
27
54,0%
8
32,0%
25
15
60,0%
25
23
46,0%
50
100,0%
100,0%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
3,945b
2,899
4,000
df
1
1
1
3,866
Asymp. Sig.
(2-sided)
,047
,089
,045
1
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
,088
,044
,049
50
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11,50.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Pearson's R
Spearman Correlation
Value
,270
,281
,281
50
Asymp.
a
Std. Error
Approx. T
,136
,136
2,028
2,028
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
66
http://lib.unimus.ac.id
b
Approx. Sig.
,047
,048c
,048c
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Jenis
Kelamin (Perempuan /
Laki-laki)
For cohort Kelompok =
Case (KVV)
For cohort Kelompok =
Control (Normal)
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
3,188
,999
10,171
1,810
,964
3,399
,568
,319
1,010
50
67
http://lib.unimus.ac.id
Usia Ibu * Kelompok
Crosstab
Usia
Ibu
< 20 tahun
20 - 29 tahun
30 - 39 tahun
>= 40 tahun
Total
Kelompok
Control
Case (KVV)
(Normal)
1
2
4,0%
8,0%
Count
% within Kelompok
Count
% within Kelompok
Count
% within Kelompok
Count
% within Kelompok
Count
% within Kelompok
Total
3
6,0%
16
64,0%
13
52,0%
29
58,0%
7
28,0%
1
9
36,0%
1
16
32,0%
2
4,0%
25
100,0%
4,0%
25
100,0%
4,0%
50
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
,894a
,901
3
3
Asymp. Sig.
(2-sided)
,827
,825
1
,830
df
,046
50
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,00.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Pearson's R
Spearman Correlation
Value
,133
,031
,046
Asymp.
a
Std. Error
Approx. T
,142
,142
,213
,317
50
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
68
http://lib.unimus.ac.id
b
Approx. Sig.
,827
,832c
,752c
Lampiran 4
69
http://lib.unimus.ac.id
Lampiran 5
70
http://lib.unimus.ac.id
Download