HALAMAN JUDUL HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN BAYI PADA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS (KVV) PADA IBU HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Disusun oleh : Miftakhun Nissa H2A011029 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2015 i http://lib.unimus.ac.id PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Miftakhun Nissa NIM : H2A011029 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARAJENIS KELAMIN BAYI PADA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN KANDIDIASISVULVOVAGINALIS (KVV) PADA IBU HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANGadalah benar-benar karya saya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada institusi manapun. Saya bertanggungjawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar. Semarang, 22 Juli 2014 Yang membuat pernyataan Miftakhun Nissa NIM H2A011029 ii http://lib.unimus.ac.id HALAMAN PERSETUJUAN Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Proposal Skripsi dari : Nama : Miftakhun Nissa NIM : H2A011029 Fakultas : Fakultas Kedokteran Universitas : Universitas Muhammadiyah Semarang Tingkat : Program Pendidikan Sarjana Bagian : Ilmu penyakit kulit dan kelamin Judul : HUBUNGAN ANTARAJENIS KELAMIN BAYI PADA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN KANDIDIASISVULVOVAGINALIS (KVV) PADA IBU HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANG Pembimbing : 1. dr.EkoKrisnarto, Sp.KK 2. dr. AriefTajally, MH.Kes Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Kedokteran. Semarang, 21 Juli 2014 Pembimbing I Pembimbing II dr.EkoKrisnarto, Sp.KK dr. Arief Tajally, MH.Kes NIK. NIK. iii http://lib.unimus.ac.id HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN ANTARAJENIS KELAMIN BAYI PADA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN KANDIDIASISVULVOVAGINALIS (KVV) PADA IBU HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANG Disusun oleh : Miftakhun Nissa H2A011029 Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Proposal Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang pada tanggal 22 Juli 2014 dan telah sesuai dengan saran-saran yang diberikan serta berhak untuk melanjutkan penelitian Semarang, 22 Juli 2013 Tim Penguji dr.dr. Retno Indrastiti, Sp.KK ......................................... dr. Eko Krisnarto, Sp.KK ......................................... dr. Arief Tajally, MH.Kes ......................................... Proposal Skripsi ini diterima sebagai salah satu pernyataan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Tanggal, 22 Juli 2014 dr. M. Riza Setiawan Ketua Program Studi S1 Pendidikan Dokter iv http://lib.unimus.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan JudulHUBUNGAN ANTARAJENIS KELAMIN BAYI PADA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN KANDIDIASISVULVOVAGINALIS (KVV) PADA IBU HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANG. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat akademis untuk mencapai gelar Sarjana pada Program Pendidikan Dokter (S-1) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkankan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada : 1. dr. Siti Moetmainnah, SpOG, MARS selaku dekan Universitas Muhammadiyah Semarang 2. dr. M. Riza Setiawan M.Sc selaku ketua tahap pendidikan akademik Universitas Muhammadiyah Semarang 3. dr. Eko Krisnarto, Sp.KK selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berati bagi penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. 4. dr. Arief Tajally, MH.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam menyelesaikan karya tulis ini. 5. dr. Retno Indrastiti, Sp.KK selaku penguji proposal yang telah memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya tulis ini. 6. RSUD Kota Semarang Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian di bagian poli kulit dan kelamin. v http://lib.unimus.ac.id 7. Kedua orang tua yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis dan senantiasa mendoakan serta memotivasi agar dapat menyelesaikan karya tulis ini sebaik mungkin. 8. Para sahabat penulis terima kasih untuk canda, tawa serta dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sebaik mungkin. 9. Semua pihak dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak kekurangan oleh sebab itu, penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya. Semarang, 21 Juli 2014 Penulis vi http://lib.unimus.ac.id HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN BAYI PADA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS (KVV) PADA IBU HAMIL DI RSUD KOTA SEMARANG Miftakhun Nissa(1) , Eko Krisnarto (2), Arief Tajally (3) ABSTRAK Latar belakang : Kandidiasis sering terjadi pada wanita usia reproduktif, sekitar 75% wanita reproduktif pernah menderita kandidiasis semasa hidupnya. Faktor risiko kandidiasis vulvovaginalis (KVV) diantaranya adalah kehamilan. Pada saat kehamilan, estrogen yang berlebih pada saat hamil dapat menurunkan kemampuan sel epitel vagina untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans sehingga kandidiasis sering terjadi pada wanita yang sedang hamil. Tujuan penelitian : Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan apakah terdapat hubungan antara jenis kelaminbayi pada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil. Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case-control, dimana kelompok kasus adalah penderita dengan KVV dan kelompok kontrol adalah penderita dengan diagnosis bukan KVV. Data yang dikumpulkan menggunakan data sekunder dari catatan medik (CM) di RSUD Kota Semarang. Selanjutnya dianalisa hubungan usia dan jenis kelamin bayi pada kehamilan dengan kejadia KVV pada ibu hamil. Hasil penelitian : Diteliti 50 sampel penderita vaginitis dengan 25 sampel KVV (+) dan 25 sampel KVV (-) sebagai kelompok kontrol. Hasil analisis dengan uji Chi-square person didapatkan hubungan positif antara jenis kelamin bayi pada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis (KVV) pada ibu hamil dengan odd ratio-nya adalah 3,188 yang berarti kelompok ibu hamil dengan dengan jenis kelamin bayi perempuan memiliki risiko untuk menderita kandidiasis 3,188 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan jenis kelamin bayi laki-laki. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara jenis kelamin bayi pada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis (KVV) pada ibu hamil. Kata kunci : KVV, jenis kelamin bayi, kehamilan, spesies kandida. 1) 2) 3) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Universtas Muhammadiyah Semarang. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyh Semarang. vii http://lib.unimus.ac.id CORRELATION BETWEEN FETAL GENDER DURING PREGNANCY WITH CANDIDIASIS VULVOVAGINALIS IN PREGNANT WOMAN AT RSUD SEMARANG Miftakhun Nissa(1) , Eko Krisnarto (2), Arief Tajally (3) ABSTRACK Background : Candidiasis often occurs in reproductive age. Approximately 75% reproductive woman had suffered candidiasis during they lifetime. One of risk factors of Candidiasis Vulvovaginalis (KVV) is pregnancy. During pregnancy, Excess estrogen can reduce vaginal epithelial cells ability to inhibit the growth of candida albicans, so candidiasis often occurs in woman who are pregnant. Methods : This research is an observational analitic with case-control method, case group is patients with KVV (+) and control group is patient with KVV (-) . The sampledata wasretrievedfrom medical records ofpatientsin RSUD Semarang, then analyzed the relationship between age and fetal gender during pregnancy with candidiasis vulvovaginalis. Result : samples were examined from 50 patient with 25 samples KVV (+) and 25 samples KVV (-) as a control. The resullt of the analysis with chi-square pearson test shows that there was positive relationship between fetal gender during pregnancy with Candidiasis vulvovaginalis (KVV) in pregnant woman with odd-ratio 3,188, which means a group of pregnant woman with female sex of the fetus at risk of suffering from Candidiasis 3.188 times greater than pregnant woman with a male sex of the fetus. Conclution : There is relationshipbetween fetal gender during pregnancy with candidiasis vulvovaginalis(KVV) in pregnant woman. Keywords : KVV, fetal gender, pregnancy, Candida species. (1) (2) (3) Student of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang. The Lecture of Skin and Genital in Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University. The Lecture of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University. viii http://lib.unimus.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v ABSTRAK.......................................................................................................vii ABSTRACK....................................................................................................viii DAFTAR ISI................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...xii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2 C. Tujuan Penelitian................................................................................... 3 1. Tujuan umum ....................................................................................3 2. Tujuan khusus....................................................................................3 D. Keaslian penelitian ................................................................................ 4 E. Manfaat Penelitian..................................................................................5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 6 1. Kehamilan ............................. ............................................................... 6 2. Kandidiasis............................................................................................. 9 2.1.Definisikandidiasis................................................................... 9 2.2.Etiologikandidiasis................................................................... 10 2.3.Epidemiologikandidiasis .......................................................... 13 2.4.Faktor-faktorpredisposisikandidiasis ....................................... 14 2.5.Patogenesiskandidiasis............................................................. 17 2.6.Cara penularankandidiasis ....................................................... 20 2.7.Gambarankliniskandidiasis ...................................................... 20 ix http://lib.unimus.ac.id 2.8.Diagnosis kandidiasis............................................................... 23 2.9.Diagnosis banding kandidiasis ................................................. 24 2.10.Penatalaksanaankandidiasis .................................................... 25 B. Kerangka Teori...................................................................................... 30 C. Kerangka Konsep. ................................................................................. 31 D.Hipotesis Penelitian................................................................................ 31 BAB III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................32 B. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................32 C. Populasidansampel...............................................................................33 D. Variabel Penelitian.................................................................................35 E. Definisi operasional...............................................................................36 F. Bahandanalatpenelitian.......................................................................36 G. AlurPenelitian........................................................................................37 H. Pengolahan Data...................................................................................38 I. Analisis data...........................................................................................38 J. Jadwal penelitian....................................................................................39 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Analisa bivariat ......................................................................................40 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..............................................................................................43 B. Saran........................................................................................................43 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... ..44 LAMPIRAN........................................................................................................48 x http://lib.unimus.ac.id DAFTAR TABEL Daftar Tabel Tabel.1 Tabel.2 Tabel.3 Tabel.4 Tabel.5 Tabel.6 Tabel.7 Tabel.8 Tabel.9 Tabel.10 KeaslianPenelitian Nilai estrogen normal LH, FSH Estradiol dan testosteron levels pada bayi laki laki dan perempuan Pemeriksaan fermentasi dan utilisai untuk menentukan spesies Candida Perbedaan koloni pada KVV asimtomatik dan KVV simtomatik Obat antijamur yang digunakan untuk terapi KVV tanpa komplikasi Definisi operasional Jadwal penelitian Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut umur Distribusi penderita KVV dan kontrol pada ibu hamil menurut jenis kelamin bayi xi http://lib.unimus.ac.id Hal 4 7 8 13 21 26 36 39 41 42 DAFTAR GAMBAR Daftar Gambar Gambar.1 Gambar.2 Morfologi Candida albicans sp Skema alur penelitian xii http://lib.unimus.ac.id Hal 15 37 DAFTAR LAMPIRAN 1. Dataidentitaspasien..................................................................................48 2. Datacaseconrol…………………………………………………….…….49 3. Hasilanalisis data ……………………………………………………….50 4. Suratpermohonanpenelitian…………………………………………….54 5. Suratizinpenelitian……………………………………………………...55 xiii http://lib.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dekade terakhir ini, khususnya di negara berkembang, penyakit infeksi masih merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian. Salah satu agen infeksi yang sering menjangkiti manusia adalah infeksi jamur.1 Insiden penyakit oleh jamur meningkat secara drastis beberapa tahun belakangan ini.2 Jamur sebenarnya tidak bersifat patogen bagi manusia, tetapi dapat menimbulkan penyakit apabila keadaan memungkinkan untuk menginfeksi manusia.3 Hingga saat ini, penyakit infeksi akibat jamur yang cukup tinggi menginfeksi manusia adalah kandidiasis.4 Kandidiasis sering terjadi pada wanita usia reproduktif. Sekitar 75 % wanita usia reproduktif pernah menderita kandidiasis semasa hidupnya.8Kandidiasis merupakan suatu penyakit karena jamur yang bersifat akut maupun subakut, disebabkan oleh jamur genus Candida yang dapat mengenai mulut, kulit, kuku, bronki, paru atau vagina.5Infeksi yang lebih gawat dapat menyerang jantung, darah dan otak. Penyakit ini dapat mengenai semua orang baik laki-laki maupun perempuan, juga dapat mengenai semua umur terutama pada bayi dan orang tua. Candida albicans merupakan flora normal pada tubuh manusia serta memiliki sifat opportunitis, sehingga apabila kondisi mendukung akan dapat berubah menjadi patogen.6 Keadaan lingkungan yang tidak mendukung, gangguan metabolisme dari host, atau maserasi jaringan dapat mengurangi kekebalan host sehingga Candida albicans dapat menginvasi jaringan.5 Infeksi Candida pada vagina umumnya menyerang wanita pada usia 25-44 tahun, terutama yang sudah menikah. Menurut Ramayanti (2004) di klinik Ginekologi RSU DR Kariadi Semarang pada penderita leukorea dilaporkan karena Candida (31,6%), 14 http://lib.unimus.ac.id Gardnerella (17,6), Trikhomonas (5,7 %) dan Gonococcus (0,9%).7 Menurut Brown (2005), Kandidiasis vagina lebih sering terjadi pada wanita yang sedang hamil.9Pada kehamilan terjadi perubahan kadar pH dalam vagina sehingga dapat menyuburkan tumbuhnya jamur. Pada jenis kelamin perempuan hormon hormon estrogen dan progesteron lebih dominan dibandingkan jumlah hormon androgen. Sebaliknya pada jenis kelamin laki laki, hormon androgen (testosteron) merupakan hormon yang lebih dominan dibandingkan estrogen dan progesteron. Pada saat kehamilan, estrogen yang berlebih pada saat hamil juga dapat menurunkan kemampuan sel epitel vagina untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans. Dari hasil penelitian tersebut yang menunjukkan bahwa kehamilan berhubungan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ulang dengan judul : Hubungan antara jenis kelamin bayipada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di RSUD Kota Semarang, untuk mengetahui mengenai keterkaitan jenis kelamin bayi pada kehamilan dengan terjadinya kandidiasis vulvovaginalis. Peneliti memilih tempat penelitian di RSUD Kota Semarang karena RSUD Kota Semarang merupakan RS rujukan dan lokasinya yang dekat dengan peneliti yang akan memudahkan peneliti melakukan penelitian sehingga lebih efisien dalam hal biaya, tenaga dan waktu. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara jenis kelamin bayipada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di RSUD Kota Semarang.?”. 15 http://lib.unimus.ac.id C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin bayi pada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di RSUD Kota Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan proporsi kandidiasis vulvovaginalis di RSUD Kota Semarang. b. Menjelaskan hubungan antara jenis kelamin bayilaki-laki pada kehamilandengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di RSUD Kota Semarang. c. Menjelaskan hubungan antara jenis kelamin bayi perempuan pada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di RSUD Kota Semarang. 16 http://lib.unimus.ac.id D. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1. Keaslian penelitian No Peneliti Judul Sampel Desain Hasil 1 Eko Krisnarto (2004) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro HUBUNGAN ANTARA KANDIDA DALAM AIR BAK KAMAR MANDI PENDERITA VAGINITIS DENGAN KEJADIAN KANDIDIASIS VULVOVAGINIT IS 60 sampel penderita vaginitis dengan 30 sampel KVV (+) dan 30 sampel KVV (-) Analitik dengan pendekata n case control Terdapat 15 % air bak kamar mandi penderita vaginitis yang mengandung kandida dan kelompok wanita yang di kamar mandinya mengandung kandida mempunyai risiko untuk menderita kandidiasis 2,25 kali lebih besar dibandingkan kelompok yang kamar mandinya tidak mengandung kandida 2 Rizka Nugraheni Martyanti (2012) FK UNDIP FAKTOR RISIKO KANDIDEMIA DI RSUP Dt KARIADI SEMARANG 69 sampel Observasi analitik dengan rancangan case control Pemakaian amikasin merupakan faktor risiko terjadinya kandidemia di RSUP Dr Kariadi Semarang 3 Shelvy Putri Amelia (2009) FK Universitas Sebelas Maret Surakarta HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KANDIDIASIS VAGINA PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL 53 sampel Observasi analitik dengan rancangan case control Terdapat hubungan yang bermakna dan erat antara kadar gula darah dengan kejadian kandidiasis vagina pada akseptor kontrasepsi hormonal 17 http://lib.unimus.ac.id E. MANFAAT PENELITIAN 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan antara jenis kelamin bayi pada kehamilan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis selama hamil sehingga tidak perlu melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin bayi. 2. Sebagai tambahan ilmu dalam bidang ilmu penyakit kulit dan kelamin. 3. Sebagai sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk penelitian selanjutnya dan untuk melengkapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan. 18 http://lib.unimus.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1) Kehamilan Kehamilan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.31 Selama kehamilan seorang wanita akan mengalami perubahan fisiologis pada sistem organ tubuhnya. Perubahan-perubahan fisiologis tersebut dapat terjadi pada rahim atau uterus, serviks uteri, vagina dan vulva, mammae, ovarium, sirkulasi darah, tractus respiratorius, tractus digestivus, tractus urinarius dan kulit.32 Perubahan fisiologi pada daerah vulva dan vagina berhubungan dengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis yang dialami oleh para wanita yang sedang hamil. Diagnosis kehamilan biasanya berawal bila seorang perempuan dengan keluhan amenore, terdapat pembesaran uterus, tanda hegar, tanda chadwick, tanda piscaseck, tanda braxton-Hicks, tanda ballotemen, pemeriksaan tes urin kehamilan positif dan tanda pasti kehamilan dapat dilihat dengan pemeriksaan USG. Deteksi dari human chorionic gonadotropin (hCG) dalam darah ibu dan urin merupakan dasar untuk tes endokrin kehamilan. HCG adalah glycoprotein dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, heterodimer terdiri dari 2 subunit yang berbeda yaitu α dan β. Subunit α identik dengan LH (Luteneizing hormone), FSH (follicle-stimulaing hormone) dan TSH (thyroid stimulating hormone).32 Setiap jenis kelamin yang telah dilahirkan, baik jenis kelamin laki laki maupun perempuan keduanya memproduksi hormon seks yang sama yaitu estrogen, progesteron dan androgen, hanya saja jumlah yang dihasilkan yang berbeda. Pada jenis kelamin perempuan hormon hormon estrogen dan 19 http://lib.unimus.ac.id progesteron lebih dominan dibandingkan jumlah hormon androgen. Sebaliknya pada jenis kelamin laki laki, hormon androgen(testosteron) merupakan hormon yang lebih dominan dibandingkan estrogen dan progesteron.35 Selama kehamilan, plasenta menghasilkaan estrogen dalam jumlah yang besar dari prekusor steroid dalam darah, baik yang berasal dari kelenjar adrenal janin maupun ibu. Mendekati aterm, kehamilan normal pada manusia berada dalam kondisi hiperstrogenik, kondisi tersebut semakin meningkat seiring dengan berlanjutnya kehamilan kemudian berhenti mendadak setelah kelahiran. Selama 2-4 minggu kehamilan kadar Hcg yang meningkat akan mempertahankan produksi estradiol dalam korpus luteum ibu. Produksi estrogen dan progesteron dalam ovarium ibu menurun secara signifikan pada minggu ketujuh kehamilan. pada minggu ke-7, terjadi transisi luteal-plasenta. Pada saat ini, lebih dari separuh estrogen yang memasuki sirkulasi maternal dihasilkan dalam plasenta.35 Tabel 2. Nilai Estrogen normal Estradiol Prepubertal children <10 pg/mL Male <60 pg/mL (15-60 pg/mL) Females ovulating Early follicular Pg/mL 30-100 Pregnant First trimester Pg/mL 188-2497 Post menopausal Late follicular 100-400 Luteal phase 60-150 Second trimester Thridh trimester 1278-7192 <18 pg/mL 35 Sumber pustaka 20 http://lib.unimus.ac.id 6137-3460 Tabel 3. LH, FSH, Estradiol dan testosteron levels pada bayi laki laki dan bayi perempuan Gender Age LH (month) Male FSH (IU/L) Estradiol (IU/L) (pmol/L) Testosterone (nmol/L) 2 2.9(1.2-7.9) 2.2(0.8-5.7) 119.67(5.87-302.86) 7.63(2.91-16.57) 3 3.5(0.7-6.6) 3.4(0.5-6.3) 42.95(<0.03-217.32) 8.53(3.85-19.52) 4 2.4(0.1-5.4) 2.1(1.3-4.2) 4.04(<0.03-113.80) 9.15(3.85-14.11) 5 1.9(<0.1-3.8) 2.1(0.3-4.6) 17.3(<0.03-146.11) 4.36(2.25-10.12) 6 0.6(0.2-4.3) 29.3(<0.03-82.60) 2.14(1.45-5.93) 0.9(<0.1-3.7) 7 0.8(0.1-3.3) 12 0.3(<0.1-1.5) 2 0.6(0.2-3.8) 16.5(<0.03-84.80) 25.3(<0.03-120.1) 0.12(<0.001-1.33) 0.2(<0.1—4.7) 5.9(0.6-48.1) 142.43(1.84-312.04) 0.71(<0.001-2.49) 3 0.2(<0.1-1.0) 7.1(1.3-19.9) 43.32(<0.03-217.32) 0.69(<0.001-1.81) 4 0.3(<0.1-1.1) 6.5(3.0-12.0) 41.48(<0.03-97.65) 0.59(<0.001-1.36) Female 5 6 7 0.2(<0.1-0.8) 6.1(2.0-14.1) 48.4(<0.03-109.03) 0.33(<0.001-1.43) 0.2(<0.1-0.8) 5.4(2.0-11.4) 23.9(<0.03-113.80) 0.30(<0.001-1.43) 0.2(<0.1-2.5) 12 0.5(<0.1-1.6) 0.40(<0.001-1.34) 0.2(<0.1-1.3) 5.5(2.7-11.3) 55.1(<0.03-102.96) 5.7(0.3-14.7) 3.10(<0.03-107.93) 0.31(0.001-1.74) 0.14(<0.001-1.33) Daftar pustaka 36 Kondisi vagina selama masa kehamilan memperlihatkan kepekaan yang tinggi terhadap infeksi kandida.Hal ini nampak dengan tingginya simtomatik vaginitis.Produksi estrogen menyebabkan perubahan lapisan otot dan epithelium vagina sehingga menjadi lebih elastis. Perubahan dari epithelium tersebut juga dapat menyebabkan peningkatan sekresi cairan berlebih yang disebut degan leukorea. Sel epitel juga menyebabkan peningkatan kadar glikogen dan interaksi basil doderlein’s yang memproduksi asam lebih dari serangan berbagai mikroorganisme karena PH vagina yang meningkat selama masa kehamilan. Peningkatan hormon estrogen dan progesteron akan mengakibatkan peningkatan frekuensi glikogen dalam sel epitel vagina yang selanjutnya akan mengakibatkan proliferasi dan memperkuat perlekatan pada jamur tersebut.8 21 http://lib.unimus.ac.id Keasamaan flora vagina pada orang hamil dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme lain yang secara alami menghambat kandida, dimana bentuk germ tube dan pertumbuhan misella lebih menyukai PH vagina yang rendah (PH < 5).8 Kadar estrogen yang tinggi pada saat kehamilan yang menyebabkan perlekatan candida pada sel epitel. Vagina tersebut merupakan media yang baik bagi pertumbuhan jamur.Perubahan fisiologis selama kehamilan tersebut bisa asimtomatis atau sampai menimbulkan gejala infeksi. 2) Kandidiasis a. Definisi kandidiasis Kandidiosis atau kandidiasis adalah infeksi dengan berbagai manifestasi klinis yang disebabkan oleh kandida khususnya candida albicans dari ragi (yeast) lain dari genus kandida. Organisme ini menginfeksi kulit, kuku, membran mukosa, dan traktus gastrointestinal, tetapi dapat juga menyebabkan infeksi sistemis.10 Kandidiasis pada wanita umumnya infeksi pertama timbul di vagina (vaginitis) dan dapat meluas sampai vulva (vulvitis), jika mukosa vagina dan vulva keduanya terinfeksi disebut kandidiasis vulvovaginalis (KVV). Pada pria sebagai balanitis atau balanopostitis dan lebih jarang lagi sebagai uretritis, tetapi lebih sering asimtomatik. Tanda klinis khas dari kandidiasis genital mudah dikenal dengan istilah awam sariawan (thrush). dan keputihan (duh tubuh vagina) yang disertai iritasi atau gatal. Kandidiasis genital yang akhir-akhir ini meningkat frekuensinya, jauh lebih banyak dijumpai pada wanita berupa vaginitis atau vulvovaginitis. 22 http://lib.unimus.ac.id b. Etiologi Penyebab terbanyak kandidiasis vulvovaginalis (KVV) adalah spesias Candida albicans (80-90%), sedangkan penyebab terbanyak kedua adalah Torulopsis glabrata (10%), sedangkan 3% lainnya adalah spesies candida lain seperti Candida tropicalis, Candida pseudotropikalis, Candida kruesi dan Candida stellatoidea.10,11,12 Candida adalah mikroorganisme eukariotik yang umumnya bersifat dimorfik, yaitu bisa ditemukan dalam dua fase fenotip yang berbeda di dalam tubuh manusia sebagai yeast ( sel ragi bertunas), pseudohifa, dan atau hifa sejati. Blastospora( blastokonidia ) pada umumnya merupakan fenotip yang bertanggung jawab terhadap penyebaran atau transmisinya, termasuk ketika menyebar mengikuti aliran darah maupun ketika dalam bentuk kolonisasi asimtomatik di vagina. Sebaliknya ragi yang sedang bertunas dan membentuk miselia adalah bentuk invasif terhadap jaringan serta sering teridentifikasi pada kondisi yang simtomatik. Yeast berbentuk oval dengan diameter 3-6 µm dan bereproduksi melalui tunas. Bila tunas-tunas terus tumbuh tetapi tidak dapat melepaskan diri, mereka membentuk rantai-rantai sel yang memanjang yang tertarik pada septasi-septasi diantara sel-sel yang disebut dengan pseudohifa. Meskipun sebagian besar Candida sp dapat tumbuh sebagai bentuk yeast dan filamen, tetapi beberapa spesies Candida sp memiliki ciri khas sendiri antara lain Candida albicans dan Candida dubliniensis yang membentuk hifa sejati, Candida parapsilosis dan Candida tropicalis yang tumbuh sebagai bentuk yeast ataupun pseudohifa serta Candida glabrata yang sepanjang hidupnya berbentuk yeast.13,14 Candida sp merupakan flora mikrobial normal pada kulit dan mukosa manusia. Jamur komensal ini dapat dideteksi di dalam tubuh manusia normal sebanyak 71 %.15 Sebagai flora komensal, Candida sp merupakan oportunistik patogen karena pada manusia sehat Candida sp tidak berbahaya. Pada orang 23 http://lib.unimus.ac.id yang memiliki pertahanan tubuh yang rendah dan terjadi ketidak seimbangan flora normal dalam tubuhnya maka Candida akan membahayakan dan dapat menyebabkan gejala penyakit.13,15 Candida alibicans dapat diklasifikasikan sebagai berikut:18 Kingdom : Fungi Filum : Ascomycota Subfilum : Ascomycotina Kelas : Ascomycetes Ordo : Saccharomycetales Famili : Saccharomycetaceae Genus : Candida Spesies: Candida albicans Gambar Morfologi Candida albicans.16 24 http://lib.unimus.ac.id Sekitar 75% wanita pernah mengalami episode KVV sepanjang hidupnya.8 Banyak faktor yang merupakan faktor predisposisi atau faktor risiko, khususnya yang berkaitan dengan dua hal yaitu meningkatnya karbohidrat termasuk peningkatan glikogen vagina dan penurunan pH. Hal ini erat hubungannya dengan lingkungan yang hangat dan lembab, pakaian yang rapat dan ketat, pemakaian kontrasepsi hormonal, kontrasepsi spiral, antibiotika spektrum luas, obat yang mengandung kortikosteoid, penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol serta penyakit infeksi dan keganasan yang menekan daya tahan tubuh.Faktor-faktor ini dapat bekerja sendiri maupun bersamaan. Tetapi sangat sering faktor predisposisi tidak ditemukan, sebagai faktor yang mendukung terjadinya penularan seksual. Kandidiasis vulvovaginalis rekuren (KVVR) didefinisikan sebagai infeksi yang mengalami kekambuhan empat kali atau lebih dalam setahun. KVVR dijumpai pada 5% wanita.10 Perubahan hormonal, seperti kehamilan dan fase lutheal siklus menstruasi, dapat memacu kekambuhan KVV. Penggunaan larutan pembersih kewanitaan atau douching juga dapat menyebabkan KVVR. Diduga mekanismenya melalui mekanisme alergi atau reaksi hipersensitivitas yang mengakibatkan kerentanan terhadap kandida. Faktor lain yang diduga sebagai penyebab KVVR adalah kontak seksual yang terlalu sering, hal tersebut diduga karena abrasi vagina dan alergi terhadap semen pria.8 Infeksi jamur pada genitalia pria adalah balanitis dan balanopostitis. Sekitar 30-35% infeksi disebabkan oleh Candida sp. Faktor predisposisi lain adalah tertular oleh mitra seksual yang menderita KVV, menderita diabetes mellitus atau tidak melakukan sirkumsisi.8 25 http://lib.unimus.ac.id Pemeriksaa fermentasi dan utilisasi dapat digunakan untuk menentukan spesies Candida. Pada tes fermentasi digunakan gula yang mengandung indikator warnap glukosa, maltosa, sukrosa, dan laktosa, sementara pada tes utilisasi digunakan glukosa, maltosa, galaktosa, etanol dan arbutin. (lihat tabel dibawah) Tabel 4. Pemeriksaan fermentasi dan utilisasi untuk menentukan spesies Candida. Klamidiospora FERMENTASI UTILISASI glu mal Suk lak glu mal suk lak gal Eta arb AG A - + + + - + - - AG - - + + - - + + - AG A - + + + - + - - C. Albicans + AG C.Stellatoidea - AG * C.Pararsilosis - AG C.Guilliermondii - Agt - Agt - + + + - + + + C.Tropicalis - AG AG Agt - + + + - + - - C.Pseudotropicalis - AG - Agt AG + - + + + - + C.Krusei - AG - - - + - - - - + - Keterangan : AG = Asam dan gas , AG* = asam, A = Asam 18 c. Epidemiologi Banyak penelitian epidemiologi infeksi genitalia yang disebabkan karena ragi telah dilakukan di berbagai daerah dengan geografis maupun kelompok populasi yang berbeda, dan didapatkan prevalensi kandidiasi vulvo vagibalis yang semakin meningkat. Di Amerika Serikat, KVV menempati urutan kedua setelah vaginosis bacterialis dan tiga kali lebih sering dibandingkan dengan vaginitis karena trikomoniasis. Di skandinavia prevalensi KVV simomarise ditemukan sebanyak 13,4%, sementara di RS Dr Sutomo pada tahun 1994-1995 terdapat 18,45% dan 18,62% dari total kunjungan di poli penyakit menular seksual. Muslimin dkk, juga melaporkan bahwa selama periode Januari 1995Desember 1998 terdapat 16,26% penderita KVV yang berkunjung di poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RS Dr. Kariadi Semarang.22 26 http://lib.unimus.ac.id Ramayanti pada tahun 2004 di klinik ginekologi RSU Dr. Kariadi Semarang melaporkan bahwa infeksi karena kandida meningkat yaitu sejumlah 31,6%.7 Akhir-akhir ini kejadian infeksi candida semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumnya dan penyebab sebagian besar dari Kandidiasis vulvo vaginalis adalah Candida albicans. d. Faktor predisposisi Kandidiasis vulvovaginalais (KVV) a. Usia Seseorang dengan usia yang lebih tua akan mudah terinfeksi karena status imunologiknya tidak sempurna sehingga memudahkan invasi Candida albicans. 17 b. Kehamilan Kondisi vagina selama masa kehamilan memperlihatkan kepekaan yang tinggi terhadap infeksi kandida.11,17 c. Kontrasepsi hormonal Berbagai penelitian menemukan peningkatan kolonisasi Candida sp. Kontrasepsi hormonal akan merubah suasana keasaman vagina. Suasana PH vagina pemakai kontrasepsi hormonal berkisar antara 7,88, sedangkan sekret vagina normal mempunyai PH rata-rata 3,5-4,5. 22 Perubahan keadaan yang disebabkan kontrasepsi hormonal adalah menimbulkan “pseudo-gestasional change” pada epitel vagina sehingga PH vagina menjadi favourabel untuk jamur. Disamping itu kontrasepsi hormonal terutama yang mengandung kadar hormon estrogen tinggi, akan menyebabkan peningkatan konsentrasi glikogen pada epitel vagina yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur candida. 27 http://lib.unimus.ac.id Pada penelitian komparatif yang telah dilakukan pada wanita sehat dengan aktif seksual yang menggunakan tiga jenis kontrasepsi, yaitu barier, kontrasepsi oral dan IUD, didapatkan hasil adanya peningkatan insiden kandidiasis sebesar 30-50% pada pemakaian alat kontrasepsi oral. 11,17 Gardner dkk menyatakan bahwa wanita yang diberikan kontrasepsi oral menderita kandidiasis vagina lima kali lipat dibandingkan dengan wanita yang tidak diberikan kontrasepsi oral. Akan tetapi obat kontrasepsi oral yang baru dengan kadar estrogen yang lebih rendah bukan merupakan kandidiasis vulvovaginalis. faktor predisposisi terjadinya 11,17 d. Diabetes mellitus Pada tubuh penderita DM akan mengalami peningkatan kadar glukosa dalam darah, jaringan, dan air kencing yang dapat menyebabkan vulvovaginitis. Timbulnya vulvovaginitis ini akibat vulva tersiram oleh air kencing yang mengandung kadar gula yang tinggi. Hali ini menyebabkan vulva menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan jamur Candida albicans sehingga frekuensi kolonisasi menjadi lebih tinggi. 17 e. Menstruasi Pengaruh siklus menstruasi pada perkembangan KVV sangat kompleks. Wallin dkk, menemukan hasil kultur C.albicans yang meningkat pada fase akhir siklus menstruasi.11 Galaks melaporkan bahwa perlekatan antara kandida dengan sel epitel vagina sebelum menstruasi mungkin berpengaruh terhadap peningkatan PH vagina pada saat ini. 28 http://lib.unimus.ac.id Dari beberapa penelitian disebutkan bahwa selama haid, Lactobacillus menjadi kurang dominan dan PH vagina meningkat yang kemungkinan diakibatkan karena darah haid.17 f. Pemakaian antibiotika Pemakaian antibiotika oral, terutama antibiotika spektrum luas seperti tetrasiklin, amoksisilin, ampisilin atau sefalosporin sering kali menimbulkan simtomatik kandidiasis vulvovaginalis. Pemakaian antibiotika ini menekan pertumbuhan bakteri flora normal di vagina sehingga terjadi kompetisi lactobacillus dan kandida yang menyebabkan kandida tumbuh lebih subur. 11 Spinillo dkk menemukan prevalensi penggunaan antibiotika pada penderita KVV berulang sebesar 23%. Sobel meneliti di kliniknya dan mendapatkan hasil bahwa 80% dari pasien yang sukses mendapat pengobatan klindamisin atau metronidazol, dalam pengamatan setelah tiga bulan kemudian didapatkan KVV simtomatik.11 g. Hubungan seksual Hubungan seksual akan menyebabkan lactobacillus menjadi kurang dominan dan PH vagina akan meningkat akibat disebabkan oleh semen. Lactobacillus yang menghasilkan H2O2 merupakan bakteri flora normal yang terpenting karena dianggap dapat memberikan ketahanan dan mencegah invasi atau berkembangnya Candida. Disamping itu peningkatan presentase coitus akan dapat menimbulkan trauma yang menyebabkan pertumbuhan Candida sp meningkat.11 29 http://lib.unimus.ac.id h. Pakaian yang ketat Penggunaan pakaian yang ketat atau pakaian dari bahan yang terbuat dari nilon dapat meningkatkan suhu dan kelembaban yang memudahkan pertumbuhan kandida spp.11 i. Kegemukan Kegemukandapat meningkatkan suhu dan kelembaban yang memudahkan pertumbuhanCandida sp.11 j. Penggunaan tampon atau pembalut wanita Pada penggunaan tampon atau pembalut wanita didapatkan kolonisasi Staphilococcus dan penurunan kolonisasi Lactobacillus. Hal ini dapat mengubah ekosistem vagina sehingga memudahkan transformasi kolonisasi Candida yang simtomatik menjadi asimtomatik.11 e. Patogenesis23 Candida terdapat dalam 2 bentuk sel (spora) dan bentuk miseliahifa. Koloni jamur tumbuh menjadi miselia dan umumnya ditemukan didalam keadaan patogenik. Jika kondisi memungkinkan, proses penyakit diduga dimulai dari perlekatan sel Candida pada epitel vagina dan selanjutnya menjadi bentuk miselia. Hifa Candida kemudian tumbuh dan berkolonisasi pada permukaan vagina. Percobaan invitra menunjukkan proses perlekatan ini, hifa yang tumbuh dan berkolonisasi lebih tinggi oleh adanya perubahan estrogen. Penemuan ini dapat memberi penjelasan bahwa Candidiasis vulvo vaginalis simtomatis sering terjadi pada perempuan yang berada pada periode antara menarche dan monopause. 30 http://lib.unimus.ac.id Selain itu Candida albicans dapat memproduksi enzim prosease yang bekerja optimal pada PH normal vagina.Hal ini dapat mendukung pertumbuhan jamur yang dapat menghasilkan beberapa faktor yang dapat merusak epitel vagina sehingga menyebabkan vaginitis.Mekanisme lainnya termasuk reaksi alergi terhadap jamur. Sejumlah kecil dari kelompok penderita KVV ini mengalami episode kronis/rekuren.Hal ini disebabkan oleh infeksi berulang pada vagina, fase interseluler yang mantap dari organisme Candida serta faktor munitas dari penderita. Manifestasi klinis KVV merupakan hasil interaksi antara patogenitas spesies candida dengan mekanisme pertahanan hospes (host), yang berkaitan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi. Menurunnya daya tahan tubuh penderita, adanya perubahan lingkungan daerah vagina yang menyebabkan menurunnya pertahanan lokal dan reaksi hipersensitivitas disertai kemampuan spesies Candida untuk menghasilkan faktor virulensi memegang peranan penting pada patogenitas infeksi.Walaupun pada sebagian besar kasus perubahan/transformasi kolonisasi spesies candida dari bentuk komersal menjadi pathogen bersifat spontan, tidak dapat ditemukan faktor presipitasinya. Beberapa faktor penentu patogenesis Candida yang berhubungan dengan kemampuannya menyebabkan infeksi adalah : 1. Faktor agen 1.1. Spesies dari Candida berdasarkan kemampuan patogenesisnya dengan urutan dari mulai yang tertinggi sampai yang terendah adalah : C. albicans, C. stellatoidea, C. tropicalis, C. parapsilosis, C.keyvr, C. guilliermondi dan C. krusei. 1.2.Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germ tube , sementara bentuk germ tube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Daya lekat ini juga dipengaruhi oleh tingkat hidrofobisitas permukaan sel yang bergantung pada suhu lingkungan. 31 http://lib.unimus.ac.id 1.3. Dimorfisme C. albicans yang mampu tumbuh dalam kultur sebagai blastospora ( bentuk ragi) dan sebagai pseudohifa, telah diketahui bahwa dimorfisme terlibat patogenesis Candidiasis. 1.4.C. albicans mampu menghasilkan toksin, dimana toksin tersebut dapat dibagi berat molekul (BM) tinggi dan BM rendah. Toksin BM tinggi berperan sebagai adesin dalam proses kolonisasi jamur, disamping itu juga menghambat penempelan neutrofil pada sel hifa hidup dan mengganggu fungsi neutrofil lainnya. 1.5.C. albicans dapat menghasilkan enzim yang membantu invasi ke jaringan. Enzim tersebut dikategorikan dalam 2 kelas yaitu proteinase, yang berfungsi menghidrolisis ikatan peptide dan berperan langsung dalam invasi awal di stratum korneum. Enzim lainnya adalah fosfolipase, yang berperan dalam proses invasi jamur. 2. Faktor pejamu37 2.1. Sistem imun vagina Sangat sedikit diketahui tentang mekanisme imunologi pada mukosa vagina, meskipun demikian dari beberapa penelitian diketahui bahwa pada vagina tikus terdapat sefrekuensi besar epitel, sel langerhans, makrofag dan sel T. Sel langerhans dapat mempresentasikan antigen. Sel T dan sel penyaji antigen memberi kemugkinan bahwa mukosa vagina merupakan jaringan imunokompeten yang mampu memberikan Cell Mediated Immunity (CMI). 2.2. Respon imun vagina Penelitian pada hewan percobaan mengenai vaginitis karena C. albicans menunjukkan : 32 http://lib.unimus.ac.id 1. Infeksi lokal pada vagina dapat merangsang respon imun seluler sistemik spesifik Candida dengan dominasi Th-1. 2. CMI sistemik tidak melindungi tikus terhadap infeksi vagina. 3. Resolusi spontan infeksi primer akan memberikan proteksi parsial terhadap infeksi sekunder. Hasil ini memberikan bukti bahwa pada mukosa vagina CMI lokal lebih penting daripada CMI sistemik. f. Cara penularan Kandidiasis vulvovaginalis merupakan salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual, karena kolonisasi Candida di penis empat kali lebih sering terjadi pada pasangan seksual dari wanita dengan KVV simtomatis. Penelitian yang telah dilakukan oleh Horowitz dkk pada tahun 1987 memperlihatkan adanya spesies Candida di cairan ejakulasi dari pasangan penderita infeksi Candida rekuren. Cara infeksi lain yang dapat terjadi adalah secara tidak langsung dari bagian tubuh lain, juga karena menggunakan air yang tercemar kandida untuk mencuci, handuk, pakaian maupun benda yang lainnya. Tractus gastrointestial dianggap sebagai sumber utama Candida dari perianal ke vagina, terbukti dengan adanya spesies dan galur kandida yang identik di traktus gastrointestinal dan vagina. Prasetyowati dan subakir membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara frekuensi koloni Candida didalam rectum dengan kejadian KVV.22 g. Gambaran klinis Secara garis besar manifestsi klinisnya terbagi menjadi KVV simtomatik dan asimtomatik . 33 http://lib.unimus.ac.id 1. KVV asimtomatik Koloni Candida di vagina dalam frekuensi tidak banyak, tidak invasif, dan yag tidak menimbulkan keluhan sehingga tidak memerlukan pengobatan. 2. KVV simtomatik Terdapat koloni Candida dalam frekuensi yang lebih banyak, organisme berkembang menjadi pseudohifa yang memproduksi protease dan menimbulkan invasi mukosa sehingga memerlukan pengobatan. Tabel 5. Perbedaan koloni pada KVV asimtomatis dan KVV simtomatis terlihat dalam tabel dibawah ini. Vaginitis asimtomatis Vaginitis simtomatis Tipe strain Candida Serupa Serupa Fenotip predominan Blastospora Budding Germ tube dan mycelia 3 Konsentrasi <10 / mL >104 / mL Aktivitas proteolitik +-+ ++-++ Koloni putih/ opaque Sedikit opaque Lebih opaque Daftar pustaka11 Gambaran klinis pada wanita : Keluhan khas dari kandidiasis vulvovaginal adalah : a. Gatal atau iritasi vulva b. Duh tubuh vaginal atau keputihan 34 http://lib.unimus.ac.id Duh tubuh bisa banyak, putih keju, tetapi lazimnya sedikit dan cair. Kadang-kadang sangat sedikit tetapi iritasi pada vulva dan vagina sangat nyata, bahkan kadang penderita merasa kering. Terasa nyeri dan panas terutama selama dan setelah senggama juga sering dirasakan penderita. Terdapat disuri eksterna apabila urin menyiram vulva yang mengalami peradangan. Pada pemeriksaan klinis vulva bisa tenang, tetapi bisa juga kemerahan , udem dengan fisura , kadang terjadi erosi dan ulserasi. Kelainan yanag khas adalah adanya pseudomembran berupa plak plak putih seperti sariawan (thrush) , terdiri daari miselia yang kusut (matted myclia), leukosit dan sel epitel yang melekat pada dinding vagina. Dapat juga dijumpai kemerahan pada vagina, sering tertutup oleh pseudomembran putuh keju. Jika pseudomembran tersebut diambil maka akan tampak mukosa yang erosif . Duh tubuh biasanya mukoid atau cair dengan butir-butir atau gumpalan keju (cottage cheeses). Namun duh tubuh biasanya amat sedikit dan cair, dan vagina dapat tampak normal. Pada pemeriksaan kolposkopi, terdapat dilatasi atau meningkatnya pembuluh darah pada dinding vagina atau serviks sebagai tanda peradangan.26 Gambaran klinis pada pria : Gejala kandidiasis pada pria berupa kemerahan dan iritasi pada glans dan di bawah preputium pada yang tidak disirkumsisi. Terdapat rasa gatal ringan sampai rasa panas hebat. Gangguan yang terjadi segera setelah coitus suspektus berupa iritasi pada glans yang bisa intensif disertai vesikulasi dan erosi yang akan hilang dalam beberapa hari,10Hal tersebut merupakan suatu reaksi hipersensitivitas. Gejala objektif dijumpai adanya eritem yang difus, fisura, dengan bintik-bintik merah atau vesikulopostul yang mudah pecah, meninggalkan erosi dengan skuama putih di tepi (kolaret) terutama bila menyerang glans 35 http://lib.unimus.ac.id penis dan preputium (balanopostitis). Kadang dijumpai adanya plak pseudomembran seperti sariawan. Infeksi dapat menyebar ke skrotum dan daerah inguinal. Pada penderi DM dan penderita imunodefisiensi, edema berat dan balanitis ulserativa dapat terjadi. Jika kulit skrotum terkena maka akan menimbulkan keluhan gatal yang hebat.26 h. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dan didukung dengan pemeriksaan mikroskopis langsung dan bila perlu dilakukan dengan biakan. Diagnosis laboratorik26,27 Diagnosis laboratorik yang cepat adalah dengan garam fisiologis, KOH atau pulasan gram dari pseudomembran atau duh tubuh vagina yang akan membuktikan adanya bentuk ragi dari candida berupa : a. Sel-sel tunas berbentuk lonjong. b. Pseudohifa sebagai sel-sel memanjang bersambung tersusun seperti sosis. c. Hifa asli bersepta Sediaan gram lebih baik karena bentuk ragi Candida bersifat gram positif, sel tunas jarang terlihat, tetapi pseudohifa mudah ditemukan dari duh tubuh vagina. Candida albicans adalah satu satunya ragi patogen penting yang secara invivo menunjukkan adanya pseudohifa yang banyak, yang mudah dideteksi dari discharge vaginal dengan pulasan gram.Candida glabrata tidak membentuk pseudohifa, sedangkan spesies lain walaupun terdapat dalam vagina jarang menimbulkan 36 http://lib.unimus.ac.id vaginitis. Pemeriksaan mikroskopis ini dapat dipakai sebagai gold standard terutama sensitivitasnya pada penderita simtomatik sama dengan biakan. Biakan jamur (kultur) dari duh tubuh vagina dilakukan untuk konfirmasi terhadap hasil pemeriksaan mikroskopis yang begatif (false negative) yang sering ditemukan pada kandidiasis vulvovaginalis kronis dan untuk mengidentifikasi spesies nonCandida albicans. Biakan kultur memiliki nilai sensitivitas yang tinggi hingga 90%. Meskipun kultur merupakan metode pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik untuk mendeteksi kandida, tetapi hasil positif kultur saja tidak dapat dijadikan indikasi seseorang menderita kandidiasis jika tidak ditemukan symtom pada vagina karena 10-15% wanita normal dijumpai kolonisasi kandisa pada vaginanya. i. Diagnosis banding 1. Gonore28 Pada wanita, gonore tidak menyebabkan terjadinya iritasi. Dijumpai duh tubuh yang banyak sekali dengan warna lebih kuning dari kandidiasis vulvovaginalis. Gambaran klinis yang mungkin didapat adalah : orifisium uretra dan serviks tampak eritematus dan sembab. Dengan menekan uretra kemungkinan akan didapatkan adanya pus. Pada kasus yang parah mungkin didapatkan kondisi vulva yang sembab, nyeri, meradang dan dapat terjadi infeksi pada kelenjar bartholini. Pada sediaan yang diambil dari muara uretra, serviks atau muara saluran kelenjar Bartholini dengan pewarnaan gram akan didapatkan diplococcus gram negatif intra selular. 37 http://lib.unimus.ac.id 2. Trichomonas vaginalis29 Cairan vagina pada penderita trichomonas vaginalis keluar sangat banyak, berwarna kuning kehijauan atau agak keabu-abuan dan berbusa. Mukosa vagina berwarna kemerahan, nyeri dan tampak adanya bintik-bintik perdarahan (strawberry vagina). Vulva dan disekitarnya berwarna kemerahan, terdapat nyeri tekan, dan terasa agak gatal. Pada pemeriksaan langsung usap vagina, tampak parasit bergerak dengan flagelnya, bakteri lactobacillus sangat sedikit, leukosit dan bakteri lainnya sangat banyak. Pemeriksaan PH pada infeksi ini adalah 5-7, sedangkan tes amin dijumpai tes amin yang positif. 3. Vaginosis bacterial30 Dijumpai adanya duh tubuh yang berwarna keabu-abuan, homogen, berbau amis, tidak menyebabkan iritasi, PH >4,5 dan didapatkan tes amin positif. Bila duh tubuh ditetesi 1-2 tetes larutan KOH 10% maka akan tercium bau amis/ ikan (fishy odor). Pda pemeriksaan mikroskopis dengan sediaan basah secara langsung atau pewarnaan gram, didapatkan adanya clue cell yaitu sel epitel vagina yang permukaannya diliputi oleh bakteri Gardnerella vaginalis. j. Penatalaksanaan Terdapat banyak antimikotik yang efektif terhadap kandida pada saat ini, baik untuk pemakaian secara topikal maupun secara sistemik. Kecenderungan saat ini adalah pemakaian regimen antimikotik oral maupun topikal jangka pendek dengan dosis yang tinggi.27 Antimikotikal untuk pemakaian lokal/topikal tersedia dalam berbagai bentuk sediaan misalnya krim, lotion, tablet vaginal dan suposituria. Dengan itu perlu di diskusikan terlebih dahulu dengan penderita untuk memilih bentuk yang lebih nyaman digunakan untuk penderita. 38 http://lib.unimus.ac.id Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengobatan KVV/KVVR adalah : 1. Eliminasi faktor-faktor predisposisi sebagai penyebab KVV/KVVR. 2. Pemilihan regimen antijamur yang tepat hingga keluhan menghilang untuk pemeriksaan mikroskopis dan kultur negatif. 3. Untuk KVVR sebaiknya selalu dilakukan kultur dan uji sensitivitas antijamur. Penatalaksanaan KVV dilakukan berdasarkan klasifikasinya :27 1. KVV tanpa komplikasi KVV tanpa komplikasi dipilih pengobatan topikal. Derivat azole lebih efektif daripada nistatin, namun harganya jauh lebih mahal. Pengobatan dengan golongan azole dapat menghilangkan gejala dan kultur negatif pada 80-90 % kasus. Tabel 6. Obat antijamur yang digunakan untuk terapi KVV tanpa komplikasi. Nama obat Formulasi Dosis Ketokonazole Itrakonazole 200 mg oral tablet 100 mg oral kapsul Flukonazole 150 mg oral tablet 50 mg oral tablet 1% krim intravagina 2% krim intravagina 100 mg tab vag 500 mg tab vag 2% krim 200 mg tab vag 100.000 U tab vag 50 mg tab vag 100 mg cap 2 x 1 tab, 5 hari 2 x 1 cap, 2 hari 2 x 2 cap, 1 hari selang 8 jam Dosis tunggal 1 x 1 tab, 7 hari 5 gram, 7-14 hari 5 gram, 3 hari 2 x 1 tab vag, 3 hari 1 tab vag, 1 hari 5 gram, 1-7 hari 1 tab vag, 1-7 hari 1 x 1 tab, 12-14 hari 1 x 1 tab, 7-12 hari 1 x 1 tab, 7-12 hari Klotrimazole Mikonazole Nistatin Amphoterisin B + Tetrasiklin 39 http://lib.unimus.ac.id Sumber 33,35 2. KVV dengan komplikasi a. Infeksi rekuren Perlu dilakukan biakan jamur untuk mencari spesies penyebab infeksi rekuren. Dapat diberikan flukonazole 150 mg selama 3 hari atau topikal golongan azole selama 7-14 hari. Untuk pengobatan dosis pemeliharaan diberikan tablet ketokonazole 100 mg/hari, kapsul flukonazole 100-150 mg/minggu atau itrakonazole 400 mg/bulan atau 100 mg/hari atau topikal tablet vagina klotrimazole 500 mg. Pengobatan dosis pemeliharaan ini diberikan selama 6 bulan.33 b. KVV berat KVV berat ditandai dengan vulva eritema, edema, eksoriasi dan fisura. Terapi dapat diberikan flukonazole 150 mg dengan 2 dosis selang waktu pemberian 72 jam atau obat topikal golongan azole selama 7-14 hari.33 c. KVV dengan penyebab Candida non-albicans Pemberian obat golongan azole tetap dianjurkan selama 714 hari, kecuali flukonazole karena banyak Cndida non-albicans yang resisten. Jika terjadi kekambuhan dapat diberikan asam borat 600 mg dalam kapsul gelatin 1x sehari selama 2 minggu. Jika masih terjadi kekambuhan dianjurkan pemberian nistatin tablet vagina 100.000 pemeliharaan. U per hari sebagai 33 40 http://lib.unimus.ac.id pengobatan dosis d. KVV pada penderita imunokompromis Pengobatan dengan obat anti jamur konvensional dilakukan dengan pemberian 7-14 hari.33 e. KVV pada wanita hamil Dianjurkan pengobatan dengan preparat azole topikal :34 1. Mikonazole krim 2%, 5 gram intravagina selama 7 hari atau 100 mg tablet vagina tiap malam selama 7 hari atau mikonazole 200 mg tablet vagina selama 3 hari. 2. Klotrimazole krim 1% sebanyak 5 gram tiap malam selama 714 hari atau 200 mg tablet vagina tiap malam selama 3 hari atau 500 mg tablet vagina selama 1 hari. f. KVV pada penderita HIV25 Pengobatan KVV simtomatis pada wanita dengan HIV positif sama dengan pada wanita dengan HIV negatif. KVV tanpa komplikasi dapat diterapi dengan flukonazole 150 mg dosis tunggal jangka pendek, atau topikal azole jangka pendek. KVV komplikata, sebaiknya diberikan obat sistemik oral atau topikal dalam jangka waktu lama dan dilanjutkan terapi dosis pemeliharaan dengan flukonazole dosis mingguan untuk kasus KVVR atau ketokonazole dosis 100 mg perhari selama 6 bulan. Pengobatan untuk penderita kandidiasis asimtomatis masih kontroversial. Pada wanita dengan HIV negatif tidak dianjurkan pemberian terapi antijamur. Terapi yang dianjurkan untuk balanitis adalah klotrimazole topikal atau krim flukonazole 150 mg dosis 41 http://lib.unimus.ac.id tunggal, dapat juga diberikan krim imidazole maupun nistatin 2 x sehari selama 7 hari. Penggunaan terapi sistemik golongan imidazole harus hatihati terutama pada penderita dengan gagal hati atau penderita dengan riwayat hepatitis. Efek samping lain dapat berupa nausea, pruritus, fotofobia dan ginekomastia 42 http://lib.unimus.ac.id B. KERANGKA TEORI Vagina normal Faktor risiko: 1.Pendidikan 2.Pekerjaan 3.Status perkawinan 4.Kehamilan 5.penggunaan alat kontrasepsi 6.Pemakaian antibiotik 7.Jenis celana dalam yang digunakan dan frekuensi ganti dalam sehari 8.Penggunaan sabun cuci vagina 9.Cara bilas vagina 10.Kondisi vagina setelah dibilas 11.Penggunaan panty liner 12. DM Terjadi ketidak seimbangan suasana flora vagina yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi proteksi alamiah terhadap vagina Terjadi infeksi jamur : Candida ( Candida albicans) menyebabkan terjadinya vaginitis pada vagina dan vulva KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS 43 http://lib.unimus.ac.id C. KERANGKA KONSEP Variabel bebas Variabel terikat Jenis kelamin pada kehamilan KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS D. HIPOTESIS Ada hubungan antara jenis kelamin bayi perempuan pada kehamilandengan kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di RSUD Kota Semarang. BAB III 44 http://lib.unimus.ac.id METODOLOGI PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Tempat Penelitian dan pengumpulan data dilakukan di RSUD Kota Semarang. 2. Waktu Penelitian dilakukan bulan 1 Agustus 2014 – 31 Desember 2014. 3. Disiplin ilmu a. Penelitian ini mencakup bidang ilmu penyakit kulit dan kelamin bagian infeksi menular seksual. b. Penelitian ini mencakup bidang ilmu obstetri dan gynecologi. c. Penelitian ini mencakup bidang ilmu anak. B. JENIS PENELITIAN Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik dengan tujuan penelitian korelasi dan menggunakan metode case controldimana kelompok kasus adalah penderita KVV (+) dari antara penderita vaginitis dengan kelompok kontrol adalah KVV (-) dari antara penderita vaginitis dan pengambilan data secara retrospektif. C. POPULASI DAN SAMPEL 45 http://lib.unimus.ac.id 1. Populasi penelitian a. Populasi target Penderita hamil dengan infeksi kandidiasis yang pernah berobat atau telah berobat. b. Populasi terjangkau Penderita hamil dengan infeksi kandidiasis yang pernah berobat atau telah berobat di Rumah Sakit Ketileng Kota Semarang pada periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014. 2. Sampel penelitian a. Sampel Pasien yang sedang hamil yang terinfeksi kandidiasis vulvovaginalis di RSUD Kota Semarang dilakukan pemilihan sampel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pencarian data dilakukan pada rekam medik. a. Kriteria Inklusi : 1. Pasien hamil penderita infeksi kandida yang telah diketahui jenis kelamin bayi dan pasien hamil yang telah melahirkan bayinya. 2. Pasien hamil yang sedang mendapatkan terapi obat golongan azole. b. Kriteria Eksklusi : 46 http://lib.unimus.ac.id 1. Pasien hamil yang terinfeksi kandida dengan catatan medis yang tidak lengkap. 2. Pasien hamil yang yang telah melahirkan dengan jenis kelamin bayi gemelli. b. Cara Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik consecutive sampling, yaitu semua ibu hamil yang terinfeksi kandida dengan syarat memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. a. Besar sampel n1=n2 = ( ∝ ( ) ) Keterangan : zα : Tingkat kemaknaan = 5% zβ :Power =80 % P1 :Proporsi standard =50% P2 :Proporsi yang diteliti =15% P :1/2 (P1+P2) Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan perhitungan sebagai berikut : 47 http://lib.unimus.ac.id n1=n2= , √ , , ( , , , √ . ) , , , n1= n2 = 26,9 n yang diperlukan untuk setiap kelompok pada penelitian ini adalah 25 orang. Jumlah total dibutuhkan 50 sampel, 25 sebagai case KVV (+) dan 25 sebagai kontrol KVV (-). D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 2) Variabel a. Variabel bebas Kejadian kandidiasis vulvovaginalis pada ibu hamil di RSUD Kota Semarang b. Variabel terikat Jenis kelamin bayi pada kehamilan. 48 http://lib.unimus.ac.id 3) Definisi operasional Tabel 7. Definisi operasional Variabel Definisi Operasional Carapengukuran Kategori Skala Data Kehamilan Pasien yang terdiagnosis hamil dalam rekam medis dan telah diketahui jenis kelamin bayinya selama kehamilan. Rekam medis 1.Laki-laki 2.Perempuan Nominal Kandidiasis vulvovaginitis Pasien hamil yang terdiagnosis KVV dalam rekam medis atau mendapatkan terapi golongan azole Rekam medis 1.Ya 2.Tidak Nominal E. Bahan dan Alat Penelitian Bahan pengumpul data dan instrumen dalam penelitian ini dari data sekunder berupa data rekam medik pasien kandidisis vulvovaginalis di RSUD Semarang pada periode bulan 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014. 49 http://lib.unimus.ac.id F. Alur Penelitian Memeriksa kelengkapan data rekam medis di RSUD Semarang pasien hamil Pasien ibu hamil dengan catatan medis yang mengalami keputihan (control) Pasien ibu hamil dengan catatan medis yang mengalami keputihan dan terdiagnosis kandidiasis volvovaginalis (case ) Pengambilan Data Analisis data Gambar . Skema Alur Penelitian 50 http://lib.unimus.ac.id G. PENGOLAHAN DATA Data yang diperoleh diolah dengan program komputer. Tahap pengolahan data : 1. Editing Data yang diperoleh dilakukan editing (penyuntingan) terlebih dahulu untuk pengecekan data dan kelengkapan data. 2. Coding Setelah diedit, selanjutnya merubah data kualitatif menjadi data numerik. 3. Data Entry Memasukkan data yang sudah diperoleh ke program komputer. 4. Cleaning Setelah data sudah dimasukkan lalu dilakukan pembersihan terhadaap kesalahan data atau ketidaklengkapan data, kemudian dikoreksi. H. ANALISIS DATA Analisis data dengan program komputer : Data yang tercatat pada catatan rekam medis diberi kode, kemudian ditabulasi dan dianalisis. Pengambilan keputusan menggunakan uji kemaknaan, kita menggunakan : 1. Uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel tergantung dengan variabel bebas 2. Uji hipotesis dengan memakai tabel koningency yang dihitung dengan Odd Ratio (95 % CI) 3. Batas kemaknaan yang diambil adalah 5 % dengan kriteria sangat bermakna bila p < 0,01 ; bermakna jika 0,01< P < 0,05 dan tidak bermakna jika P >= 0,05. 51 http://lib.unimus.ac.id J. Jadwal Penelitian Tabel8.Jadwal Penelitian No Kegiatan 1. Pengajuan Waktu (Bulan) 1 2 3 Proposal 2. Revisi Proposal 3. Pemilihan data penelitian, pengumpulan data, dan pengolahan data 4. Penyusunan Laporan 5. Seminar Hasil 52 http://lib.unimus.ac.id 4 5 BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSUD kota Semarang, dalam kurun waktu 5 bulan ( Agustus– Desember 2014). Peserta penelitian adalah 60 penderita leukorea ,yang terdiri dari 30 penderita dengan diagnosis KVV dan 30 penderita non KVV (kelompok kontrol). A. Analisa Bivariat Tabel 9. Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut umur Kelompok umur Penderita leukore (tahun) KVV Jumlah Kontrol Frekuensi % Frekuensi % frekuensi % <20 1 4.0 2 8.0 3 6.0 20-29 16 64.0 13 52.0 29 58.0 30-39 7 28.0 9 36.0 16 32.0 >40 1 4.0 1 4.0 2 4.0 Jumlah 25 25 25 25 50 100 Dari 60 penderita leukorea, dengan 30 penderita KVV dan 30 penderita kontrol maka angka prevalensi penderita KVV positif yang terbanyak adalah umur 20-29 tahun sebanyak 16 orang (64 %), kemudian umur 30-39 tahun sebanyak 7 orang (28 %). Setelah dilakukaan uji statistik ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok (p > 0,05 ) Hasil peneelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswani (1995) dari bag/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Kariadi semarang, dimana usia terbanyak penderita KVV adalah 20-30 tahun sebesar 27 orang (45%) dan penelitian Eko Krisnarto dari FK UNDIP Semarang adalah 20-29 tahun (20 %). 53 http://lib.unimus.ac.id Tabel 10. Distribusi penderita KVV dan kontrol pada ibu hamil menurut jenis kelamin bayi Jenis Penderita leukorea kelamin KVV Jumlah Sig Odd ratio Confidence Iterval 0.044 3.188 0,999 Kontrol bayi Frekue % -nsi Frekuens % Frekuens i % i Perempuan 17 68 10 40 27 54 Laki-laki 8 32 15 60 23 46 Total 25 100 25 100 50 100 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa terdapat hubungan antara KVV dengan jenis kelamin bayi pada ibu hamil. Hal ini dapat terlihat dari nilai signifikansi 0,044 < 0,05. Odd ratio sebesar 3,188 menunjukkan bahwa responden hamil dengan jenis kelamin bayi perempuan berisiko terkena KVV 3,188 kali bila dibandingkan dengan responden hamil dengan jenis kelamin bayi laki-laki. Pada penelitian ini didapatkan interpretasi hasil nilai rasio prevalens sebanyak 1, yang berarti bahwa variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek atau dengan kata lain bersifat netral. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa hubungan antara kejadian KVV dengan jenis kelamin bayi pada ibu hamil berhubungan lemah sehingga perlu dilakukan sampel yang lebih banyak Selama kehamilan, plasenta menghasilkaan estrogen dalam jumlah yang besar dari prekusor steroid dalam darah, baik yang berasal dari kelenjar adrenal janin maupun ibu. Setiap jenis kelamin yang telah dilahirkan, baik jenis kelamin laki laki maupun perempuan keduanya memproduksi hormon seks yang sama 54 http://lib.unimus.ac.id yaitu estrogen, progesteron dan androgen, hanya saja jumlah yang dihasilkan yang berbeda. Pada jenis kelamin perempuan hormon hormon estrogen dan progesteron lebih dominan dibandingkan jumlah hormon androgen. Sebaliknya pada jenis kelamin laki laki, hormon androgen (testosteron) merupakan hormon yang lebih dominan dibandingkan estrogen dan progesteron.35 Kadar estrogen yang tinggi pada saat kehamilan yang menyebabkan perlekatan candida pada sel epitel. Vagina tersebut merupakan media yang baik bagi pertumbuhan jamur.Perubahan fisiologis selama kehamilan tersebut bisa asimtomatis atau sampai menimbulkan gejala infeksi. . 55 http://lib.unimus.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh usia terhadap kejadian KVV pada ibu hamil . 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara KVV denganjenis kelamin bayi pada ibu hamil. Kelompok ibu hamil dengan jenis kelamin bayi perempuan mempunyai risiko untuk menderita kandidiasis 3,188 kali lebih besardibandingkan dengan responden hamil dengan jenis kelamin bayi laki-laki. B. Saran. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih baik 56 http://lib.unimus.ac.id DAFTAR PUSTAKA 1. Sundari D, Winarno M W. Informasi tumbuhan obat sebagai antijamur. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta, 2001 : 130 : 28-30. 2. Sheppard D dan Lampiris HW. Antifungal agents di dalam Catzung Bg editor Basic and Clinical Pharmacology. 9th ed. Singapura : The Mc GrowHill Company, 2004 : 796-7. 3. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I. Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius, 2000 : 105-9. 4. Adiguna M. S. Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia. Dalam : Dermatomikosis Superfisialis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Jakarata : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001 : 1-5. 5. Kuswadji. Kandidiosis. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2002 : 103-6. 6. Ramali L. M . Werdani S. Kandidiasis Kutan dan Mukokutan. Dalam : Dermatomikosis Superfisialis. Dalam: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Jakarata : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001 : 55-65. 7. Ramayanti. Pola Mikroorganisme Flour Albus Patologis yang disebabkan oleh Infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik Ginekologi Rumah Sakit Umum Dr.Kariadi Semarang, Dalam : Karya tulis ilmiah, 2004. 8. Sobel J D, Brooker D, Stein G E et al . Single oral dose fluconazole compared with conventional clitrimazole topical therapy of Candida vaginitis. Am J Obstet Gynecol. 2005; 172 : 1263-7. 9. Brown R G , Burns T. Infeksi Jamur. Dalam : Lecture Notes Dermatologi. Edisi 8. Jakarta : Erlangga, 2005 : 28-40. 10. Janik MP, Heffernan MP. Yeast to infections : Candidiasis and Tinea (Pityriasis) Versicolor. Dalam. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest 57 http://lib.unimus.ac.id BA, Paller AS, Leffel DJ. (eds) : Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: Mc Graw Hill, 2008 : 1822- 30. 11. Sobel JD. Vulvovaginal Candidiasis. Dalam: Sexually Transmitted Disease. 4th ed. New York, 2008. 12. Suyoso S, Shiffting Pathogen to Non-albicans Candida Spesies In Vulvovaginal Candidiasis. PIT PERDOSKI VII. Yogyakarta, 2003. 13. Geo F, Janet SB, Stephen AM. Mikrobiologi kedokteran jawets, melnick dan adelberg. 22nd ed. Jakarta : Salemba Medika. 2008 : 343-5. 14. Edwards JE. Candida spesies. In : Mandell GL, Bennet JE, Dolin R, eds. Principles and practice of infectious diseases. 5th ed. Philadelphia: Churcill Livingstone .2000 : 2656-69. 15. Mavor AL, Thewes S, Hube B. Systemic fungal infections caused by Candida spesies: Epidemiology, Infection process and virulence attributes. Current drugs target. 2005 :8. 16. Court H and Sudbery PE. Regulation of Cdc42 GTPase activity in the formation of hyphae in Candida albicans. Molecular Biology of the Cell. 2007; 18:265-81 17. Samini. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kandidiasis vaginalis pada wanita. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Surabaya : Universitas Airlangga. 2001. 18. Adininggar dan Susilo. Dikutip dalam Ika Saptarini. Perbandingan efek anti fungi ekstrak heksana daun kunyit (Curcuma longa) dengan flukonazol terhadap Candida albicans Invitro. Dalam : karya tulis ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2004. 19. Carson DS, Soper DE. Vulvovaginalis Candidiasis. 2003. 20. Prasetyowati S S. Hubungan antara frekuensi kandida didalam rektum dengan kandidiasis vaginalis. MDVI vol 28. Jakarta, 2001. 21. Nyirjesy P. Chronic vulvovaginalis candidiasis. American family physician . 2001. 58 http://lib.unimus.ac.id 22. Eko Krisnarto. Hubungan antara Kandida dalam air bak kamar mandi penderita vaginitis dengan kejadian Kandidiasis vulvovaginitis. Dalam : Laporan penelitian program S1 Pendidikan dokter FK UNDIP. 2004. 23. Mardh P. Rodrigues AC, Genc M. Novikova N, Olivera JM, Guaschino S. Facts and and myths on recurrent vulvovaginal candidiosis-a review on epidemiology, clinical manifestasian, diagnosis, pathogenesis and therapy. International journal of STD & AIDS . 2002 ; 13 : 522-39 24. Sheary B. Dayan L. Recurrent vulvovaginalis candidiasis. SFP. 2008 : 618. 25. Sobel JD. Vulvovaginal Candidiasis. In :Sexually Transmitted Disease. 4th ed. China. Mc Graw Hill. 2008 : 823-38. 26. Adhi D. Hamzah M Aisyah S. Penyakit kelamin. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008 :379426. 27. Murti astutik D. Kandidiasi vulvovaginalis. Dalam : Murtiastutik D. Buku ajar Infeksi menular seksual. Surabaya : Airlangga University pres. 2008 : 56-64. 28. Daili SF. Gonore. Dalam : Daili SK, Makes WIB, Zubier F. Infeksi menular seksual. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009 : 65-76. 29. Djajakusumah TS. Trikomoniasis. Dalam : Daili SF. makes WIB, zubier F. Infeksi menular seksual. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009 : 183-192. 30. Hillier S. Marazzo J. and K. Holmes K.K. Bacterian vaginosis in : Holmes KK, sparling P.F, stamm W.W. Pioh P. was seheit J.N. et al. Sexually Transmitted Disease. 4thed. New York : 2008 : 737-68 31. Saifuddin, Abdul Bari. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006 : 89. 32. Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan, edisi III. Jakarta : Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006: 89-97. 33. John W Ward. Editors. Vulvovaginal Candidiasis. Dalam : Sexually transmitted diseases treatment guideline. Center for diseases controland prevention. MMWR. 2002: 45-8. 59 http://lib.unimus.ac.id 34. Musafirah ST, Djawad K, Amin S. Kandidiosis vulvovaginal. Dalam : Amiruddin MD. Penyakit menular seksual .LkiS Pelangi Aksara. 2004 : 253-62. 35. Abbasi-Ghanavati M, Greer LG, Cunningham FG. Pregnancy and laboratory studies : a reference table for clinicans. Obstetry gynecologogy. 2009 ; 144(6) : 1326-31. 36. Ji C, Xin-wen Huang, Rong-wang Yang, Xu Wang and Zheng-yan Zhao. Gonadotropins and sex hormones in healthy chinese infants. China : Zhejiang University School of Medicine. 2008. 37. Suharno SS, Noegrohowati T, Effendi E, Bramono K. Mekanisme pertahanan pejamu pada infeksi kandida. MDVI Vol 27 . 2000 : 187-92. 60 http://lib.unimus.ac.id Lampiran 1 Identitas pasien 3. Nama ibu hamil : 4. Umur : 5. Pekerjaan : 6. Alamat : 7. Gravida : 8. Keputihan berapa kali (selama kehamilan) : 9. Keputihan dialami pada trimester : 10. Jenis kelamin anak : 61 http://lib.unimus.ac.id Lampiran 2 CASE – KVV No. Jenis Kelamin CONTROL - Normal Usia Ibu (Tahun) No. Jenis Kelamin Usia Ibu (Tahun) 1 Perempuan 29 1 Perempuan 35 2 Laki-laki 27 2 Perempuan 29 3 Laki-laki 38 3 Perempuan 26 4 Perempuan 27 4 Laki-laki 29 5 Laki-laki 23 5 Perempuan 27 6 Laki-laki 18 6 Laki-laki 35 7 Perempuan 41 7 Perempuan 33 8 Perempuan 21 8 Laki-laki 39 9 Laki-laki 35 9 Perempuan 17 10 Perempuan 24 10 Laki-laki 28 11 Laki-laki 27 11 Laki-laki 27 12 Perempuan 22 12 Perempuan 35 13 Perempuan 24 13 Laki-laki 32 14 Laki-laki 31 14 Perempuan 19 15 Perempuan 26 15 Laki-laki 35 16 Perempuan 27 16 Laki-laki 28 17 Perempuan 26 17 Laki-laki 26 18 Perempuan 36 18 Laki-laki 35 19 Laki-laki 32 19 Perempuan 29 20 Perempuan 33 20 Laki-laki 38 21 Perempuan 24 21 Laki-laki 27 22 Perempuan 25 22 Perempuan 23 23 Perempuan 29 23 Laki-laki 21 24 Perempuan 35 24 Laki-laki 41 25 Perempuan 28 25 Laki-laki 26 62 http://lib.unimus.ac.id Lampiran 3 Jenis Kelamin * Kelompok Crosstab Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total Count % within Jenis Kelamin Count % within Jenis Kelamin Count % within Jenis Kelamin Kelompok Control Case (KVV) (Normal) 17 10 63,0% 37,0% 8 15 34,8% 65,2% 25 25 50,0% 50,0% Total 27 100,0% 23 100,0% 50 100,0% Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 3,945b 1 Asymp. Sig. (2-sided) ,047 1 1 ,089 ,045 df 2,899 4,000 3,866 1 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) ,088 ,044 ,049 50 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50. Symmetric Measures Nominal by Nominal Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Contingency Coefficient Pearson's R Spearman Correlation Value ,270 ,281 Asymp. a Std. Error Approx. T ,136 2,028 Approx. Sig. ,047 ,048c ,136 2,028 ,048c ,281 50 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. 63 http://lib.unimus.ac.id b Risk Estimate Value Odds Ratio for Jenis Kelamin (Perempuan / Laki-laki) For cohort Kelompok = Case (KVV) For cohort Kelompok = Control (Normal) N of Valid Cases 95% Confidence Interval Lower Upper 3,188 ,999 10,171 1,810 ,964 3,399 ,568 ,319 1,010 50 64 http://lib.unimus.ac.id Usia Ibu * Kelompok Crosstab Usia Ibu < 20 tahun 20 - 29 tahun 30 - 39 tahun >= 40 tahun Total Kelompok Control Case (KVV) (Normal) 1 2 33,3% 66,7% Count % within Usia Ibu Count % within Usia Ibu Count % within Usia Ibu Count % within Usia Ibu Count % within Usia Ibu Total 3 100,0% 16 55,2% 13 44,8% 29 100,0% 7 43,8% 1 9 56,3% 1 16 100,0% 2 50,0% 25 50,0% 50,0% 25 50,0% 100,0% 50 100,0% Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 3 Asymp. Sig. (2-sided) ,827 ,901 3 ,825 ,046 1 ,830 Value ,894a df 50 a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00. Symmetric Measures Nominal by Nominal Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Contingency Coefficient Pearson's R Spearman Correlation Value ,133 Asymp. a Std. Error Approx. T Approx. Sig. ,827 ,142 ,142 ,213 ,317 ,832c ,752c ,031 ,046 50 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. 65 http://lib.unimus.ac.id b Jenis Kelamin * Kelompok Crosstab Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total Count % within Kelompok Count % within Kelompok Count % within Kelompok Kelompok Control Case (KVV) (Normal) 17 10 68,0% 40,0% Total 27 54,0% 8 32,0% 25 15 60,0% 25 23 46,0% 50 100,0% 100,0% 100,0% Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 3,945b 2,899 4,000 df 1 1 1 3,866 Asymp. Sig. (2-sided) ,047 ,089 ,045 1 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) ,088 ,044 ,049 50 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50. Symmetric Measures Nominal by Nominal Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Contingency Coefficient Pearson's R Spearman Correlation Value ,270 ,281 ,281 50 Asymp. a Std. Error Approx. T ,136 ,136 2,028 2,028 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. 66 http://lib.unimus.ac.id b Approx. Sig. ,047 ,048c ,048c Risk Estimate Value Odds Ratio for Jenis Kelamin (Perempuan / Laki-laki) For cohort Kelompok = Case (KVV) For cohort Kelompok = Control (Normal) N of Valid Cases 95% Confidence Interval Lower Upper 3,188 ,999 10,171 1,810 ,964 3,399 ,568 ,319 1,010 50 67 http://lib.unimus.ac.id Usia Ibu * Kelompok Crosstab Usia Ibu < 20 tahun 20 - 29 tahun 30 - 39 tahun >= 40 tahun Total Kelompok Control Case (KVV) (Normal) 1 2 4,0% 8,0% Count % within Kelompok Count % within Kelompok Count % within Kelompok Count % within Kelompok Count % within Kelompok Total 3 6,0% 16 64,0% 13 52,0% 29 58,0% 7 28,0% 1 9 36,0% 1 16 32,0% 2 4,0% 25 100,0% 4,0% 25 100,0% 4,0% 50 100,0% Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value ,894a ,901 3 3 Asymp. Sig. (2-sided) ,827 ,825 1 ,830 df ,046 50 a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00. Symmetric Measures Nominal by Nominal Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Contingency Coefficient Pearson's R Spearman Correlation Value ,133 ,031 ,046 Asymp. a Std. Error Approx. T ,142 ,142 ,213 ,317 50 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. 68 http://lib.unimus.ac.id b Approx. Sig. ,827 ,832c ,752c Lampiran 4 69 http://lib.unimus.ac.id Lampiran 5 70 http://lib.unimus.ac.id