KAJIAN TENTANG POTENSI Gynura procumbens (Lour) Merr

advertisement
KAJIAN TENTANG POTENSI Gynura procumbens (Lour) Merr DALAM
MENGINDUKSI PERBAIKAN DNA PADA MODEL
KARSINOGENESIS MULUT PADA TIKUS PUTIH
A STUDY OF DNA REPAIR INDUCTION POTENCY OF Gynura procumbens (Lour)
Merr ORAL CARCINOGENESIS OF Rattus norvegicus
Dewi Agustina
Fakultas Kedokteran Gigi UGM
ABSTRAK
Efek antikarsinogenesis daun Gynura procumbens telah banyak dibuktikan pada berbagai jenis sel baik
melalui kemampuannya untuk menghentikan proliferasi sel maupun menginduksi apoptosis. Perbaikan
DNA merupakan salah satu mekanisme untuk menghentikan perkembangan penyakit keganasan. GADD45
dan PARP merupakan protein penting dalam menginduksi perbaikan DNA. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengungkap kemampuan daun G. procumbens dalam memacu perbaikan DNA melalui induksi
ekspresi protein GADD45 dan PARP pada model karsinogenesis mulut yang diinduksi karsinogen kimiawi.
Sejumlah 92 tikus putih Sprague Dawley jantan dibagi dalam 11 kelompok penelitian. yang terdiri dari
kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan dengan karsinogen kimiawi disertai ekstrak etanolik
daun G. procumbens. Pada akhir minggu ke-36 dilakukan pemeriksaan histopatologis (H&E) dan analisis
imunohistokimiawi dengan metode labelled streptavidin biotin untuk mendeteksi ekspresi GADD45 dan
PARP. Analisis histopatologis menunjukkan bahwa, ekstrak etanolik daun G. procumbens berefek
antikarsinogenesis mulut pada fase inisiasi dengan cara preventif (kelompok II) dan profilaksis (kelompok
III). Tidak terdapat perbedaan ekspresi GADD45 dan PARP yang signifikan pada semua kelompok
penelitian, termasuk pada kelompok yang ekstrak etanolik daun G. procumbens dapat berefek preventif
atau profilaksis. Disimpulkan bahwa, efek antikarsinogenesis daun G. procumbens tidak melalui induksi
perbaikan DNA pada model yang digunakan.
Kata kunci : G. procumbens, PARP, GADD45, ekspresi, karsinogenesis
ABSTRACT
Anticarcinogenic effect of G. procumbens leaves has been evidenced in various cells either related with its
antiproliferative effect or apoptosis induction. DNA repair is one of mechanisms to inhibit malignancy.
GADD45 and PARP are essential proteins for DNA repair. The aim of this study is to elucidate the DNA
repair potency of G. procumbens leaves in chemical carcinogen induced-oral carcinogenesis. Ninety two
male Sprague Dawley rats were divided into 11 groups consisting of control groups and groups treated by
chemical carcinogen and ethanolic extract of G. procumbens leaves. At the end of the 36th week,
histopathologic examination (H&E) and immunohistochemical analysis using labeled streptavidin biotin
method to detect the expression of GADD45 and PARP were conducted. Histopathologic analysis showed
that the ethanolic extract of G. procumbens leaves has an oral anticarcinogenic effect in initiation phase
either through its preventive (Group II) or prophylactic effect (Group III). No significant differences of
GADD45 and PARP expressions were detected in groups of study, including in groups which the ethanolic
extract of G. procumbens leaves had preventive or prophylactic effect. It is concluded that the
anticarcinogenic effect of G. procumbens leaves does not occur through the induction of DNA repair in the
model used.
Key words : G. procumbens, PARP, GADD45, expression, carcinogenesis
Alamat korespondensi :
Dewi Agustina, Bagian Ilmu Penyakit Mulut, FKG UGM, Jl. Denta, Sekip Utara, Yogyakarta – 55281
Telp/Fax : 0274-515307
HP : 08121567238
e-mail : dewiagustina2004yahoo.com
PENDAHULUAN
Di Indonesia pengobatan penyakit kanker
secara tradisional dengan menggunakan
tumbuh-tumbuhan sudah menjadi tradisi
turun-temurun. Walaupun bukti ilmiah tentang
efektifitas penyembuhannya belum banyak
terungkap, namun praktek pengobatan
penyakit kanker secara tradisional herbal tetap
berjalan terus. Salah satu tanaman yang secara
empirik telah banyak dipakai untuk obat
kanker, yaitu tanaman Gynura procumbens
(Lour) Merr (Indonesia : sambung nyawa;
Jawa : ngokilo).
Ciri utama penyakit kanker yaitu terjadi
proliferasi sel yang berlebihan, di sisi lain
terjadi
hambatan
terhadap
apoptosis,
diferensiasi sel maupun perbaikan DNA.
Diantara gen supresor tumor yang telah
banyak diidentifikasi, p53 merupakan gen
yang berperan penting karena p53 merupakan
salah satu regulator utama proses proliferasi,
apoptosis maupun perbaikan DNA. Hambatan
proses proliferasi sel, induksi apoptosis dan
perbaikan DNA merupakan mekanisme
pertahanan seluler untuk menghentikan
perkembangan penyakit keganasan (Whyte
dkk., 2001). Protein yang dihasilkan oleh p53
dapat memacu ekspresi gen-gen efektor
downstream-nya seperti growth arrest and
DNA damage inducible 45 (gadd45) yang
berperan untuk menginduksi perbaikan DNA
setelah P53 mengalami poli(ADP-ribosilasi)
yang dikatalisis oleh ensim poly(ADP-ribose)
polymerase (PARP) (Malanga dkk., 1998).
Selain itu, PARP juga berperan penting untuk
terjadinya perbaikan DNA yang dilakukan
oleh GADD45 (Smulson dkk., 1994).
Efek
antikanker
maupun
antikarsinogenesis daun G. procumbens telah
banyak dibuktikan di Indonesia melaui
penelitian in vitro (Meiyanto dan Septisetyani,
2005; Jenie dkk., 2006) maupun in vivo
melalui pengamatan secara patologis anatomis
dan histopatologis (Sugiyanto dkk., 1993).
Hasil pembuktian tersebut mengindikasikan
bahwa, daun G. procumbens mempunyai
potensi untuk dikembangkan sebagai obat
antikanker dan antikarsinogenesis. Efek
antikarsinogenesis daun G. procumbens telah
terbukti pada karsinogenesis paru, lambung
dan payudara, namun tampaknya efek tersebut
perlu dibuktikan pada karsinogenesis lain.
Pernyataan tersebut didasarkan pada etiologi
yang berbeda untuk setiap jenis karsinogenesis
kemungkinan akan memberikan mekanisme
molekuler yang berbeda pula, akibatnya untuk
setiap jenis karsinogenesis belum tentu
memberikan efek penghambatan yang sama.
Selama ini efek antikarsinogeneis daun G.
procumbens belum pernah dikaji pada
karsinogenesis mulut. Demikian juga sampai
saat ini belum pernah ada yang mengungkap
mekanisme antikarsinogenesis daun G.
procumbens melalui kemampuannya untuk
memacu perbaikan DNA terutama dengan
melihat ekspresi protein GADD45 dan ensim
poly(ADP-ribose) polymerase (PARP). Oleh
karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk
mengungkap
kemampuan
daun
G.
procumbens dalam memacu perbaikan DNA
melalui induksi ekspresi protein GADD45 dan
ensim PARP pada model karsinogenesis mulut
yang
diinduksi
karsinogen
kimiawi.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi ilmiah dalam mengkaji
mekanisme aksi daun G. procumbens dalam
menghambat karsinogenesis mulut.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan
1.Sembilan puluh dua tikus putih Sprague
Dawley jantan (F54) berumur ± 3 minggu
dengan berat badan (BB) berkisar 40 – 77 g
dari pembiakan in-breeding (PPOM,
Jakarta). Subjek dibagi dalam 11 kelompok
penelitian
untuk
melihat
efek
antikarsinogenesis ekstrak etanolik daun G.
procumbens baik bersifat preventif dan
profilaksis dalam karsinogenesis mulut,
dengan pembagian sebagai berikut.
Kelompok I : Induksi 4NQO 8 minggu
(kontrol positif)
Kelompok II : Induksi 4NQO 8 minggu
bersamaan pemberian ekstrak etanolik daun
G. procumbens 10 minggu. Pemberian
ekstrak dimulai 1 minggu sebelum induksi
4NQO
Kelompok III: Induksi 4NQO 8 minggu.
Satu minggu setelah induksi 4NQO selesai,
ekstrak etanolik daun G. procumbens mulai
diberikan sampai akhir minggu ke-36
Kelompok IV: Induksi 4NQO 16 minggu
(kontrol positif)
Kelompok V: Induksi 4NQO 16 minggu
bersamaan pemberian ekstrak etanolik daun
G. procumbens 18 minggu. Pemberian
ekstrak dimulai 1 minggu sebelum induksi
4NQO
Kelompok VI: Induksi 4NQO 16 minggu.
Satu minggu setelah induksi 4NQO selesai,
ekstrak etanolik daun G. procumbens mulai
diberikan sampai akhir minggu ke-36
Kelompok VII: Induksi 4NQO 24 minggu
(kontrol positif)
Kelompok VIII: Induksi 4NQO 24 minggu
bersamaan pemberian ekstrak etanolik daun
G. procumbens 26 minggu. Pemberian
ekstrak dimulai 1 minggu sebelum induksi
4NQO
Kelompok IX: Induksi 4NQO 24 minggu.
Satu minggu setelah induksi 4NQO selesai,
ekstrak etanolik daun G. procumbens mulai
diberikan sampai akhir minggu ke-36
Kelompok X: Pemberian ekstrak etanolik
daun G. procumbens 36 minggu (kontrol
positif Gp)
Kelompok XI: Tanpa perlakuan (kontrol
negatif).
2.Daun G. procumbens yang dipakai adalah
daun yang masih muda dipetik dari tanaman
yang belum berumur satu tahun yang berasal
dari ladang yang sama di Kecamatan
Cangkringan,
Kabupaten
Sleman,
Yogyakarta. Pemetikan daun dimulai 3 helai
dari pucuk, dipilih daun yang besarnya
hampir sama. Ekstrak etanolik daun
G.procumbens
dibuat
dengan
cara
Soxhletasi dengan cairan penyarinya adalah
etanol 80%. Setiap kali melakukan
Soxhletasi menggunakan ± 300 g simplisia
daun G. Procumbens yang dilarutkan dalam
1500 ml etanol 80%.
3.Karsinogen 4 nitroquinoline 1-oxide
(4NQO) (Sigma Chemical Company,
Australia) dilarutkan ke dalam propane-1,2diol (PD) (Sigma Aldrich Chemic Gmbh,
Germany) untuk mencapai konsentrasi 0,5%
(m/v); ekstrak etanolik daun Gynura
procumbens (Lour) Merr yang disuspensi ke
dalam ± 5 ml akuades; antibodi monoklonal
GADD45
(SC-6850,
Santa
Cruz
Biotechnology Inc., California, USA),
antibodi poliklonal PARP (RB-1516-PO,
Lab Vision Corporation, Fremont, CA,
USA), UltraVision Detection System AntiPolyvalent, UltraVision Detection System
Anti-Polyvalent, Horseradish Peroxidase
(HRP)/ 3-amino-9- ethylcarbazole (AEC)
Kit (RTU) (TP-015-HA; Lab Vision
Corporation, Fremont, CA, USA), 3,3’diaminobenzidine tetrahydrochloride (DAB)
(K3465,
Dako
Cytomation,
Real
Carpinteria, CA, USA), hematoksilin dan
eosin (H&E) (AR157, Dako Denmark A/S,
Produktionsvej 42, Glostrup, Denmark).
Jalannya Penelitian
Pemeliharaan subjek penelitian
Tikus putih dipelihara dalam
kandang kotak plastik yang ditutup kawat
kasa dalam ruangan dengan kelembaban
udara ± 50%, ventilasi cukup, suhu ±
25°C (dengan pendingin udara) dan
penerangan 12 jam sehari. Asupan nutrisi
berupa pelet AD-II (PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk., Sidoarjo, Jawa Timur,
Indonesia), air minum berasal dari air kran
ad libitum diberikan melalui botol minum
kaca.
Pembuatan model karsinogenesis mulut
Model karsinogenesis mulut diperoleh
dengan mengaplikasikan 4NQO pada mukosa
lidah tikus putih sebelah dorsal tiga kali
seminggu. Aplikasi 4NQO dilakukan dengan
kuas gambar no. 2 satu kali usapan setiap kali
induksi (0,15 ± 0,03 mg). Pemberian ekstrak
etanolik daun G. procumbens dilakukan dua
kali seminggu melalui intubasi oral dengan
sonde (kanul bengkok). Ekstrak disiapkan
segar setiap minggu. Dosis setiap kali
pemberian
setara
dengan
350
mg
simplisia/100g berat badan tikus putih. Semua
perlakuan yang diberikan pada hewan uji
tidak diperlukan tindakan anestesi. Subjek
hanya ditahan pada punggung dan tengkuknya
sehingga diperoleh akses ke dalam rongga
mulut.
pewarnaan imunohistokimiawi pada lidah
hanya dilakukan pada lapisan sel-sel epitel
lidah sebelah dorsal dengan mikroskop cahaya
perbesaran 400 x. Dianggap terjadi
imunoreaktivitas atau reaksi positif jika
muncul warna merah bata (AEC sebagai
kromogen) atau coklat (DAB sebagai
kromogen) pada nukleus. Persentasi sel yang
terwarnai positif dihitung dari 200 sel yang
diamati x 100%.
Nekropsi subjek penelitian
Semua tikus putih dinekropsi pada
akhir masa penelitian (akhir minggu ke36) dengan cara didekapitasi yang
sebelumnya tikus telah dibius dengan eter.
Selanjutnya dilakukan eksisi lidah dan
lidah dipotong menjadi dua pada mid line.
Pewarnaan H&E dan imunohistokimiawi
Jaringan hasil eksisi difiksasi ke
dalam bufer formalin 10% selama < 24 jam,
selanjutnya disiapkan untuk pewarnaan H&E
(Drury
dan
Wallington,
1967) dan
imunohistokimiawi.
Pewarnaan
imunohistokimiawi pada penelitian ini
mengacu pada metode labelled streptavidin
biotin (LSAB) disertai pemanasan didalam
microwave oven selama 10 menit (mengacu
protokol dari
Labvision Corporation,
Fremont, CA, USA).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari analisis histopatologis terbukti bahwa,
ekstrak etanolik daun G. procumbens berefek
antikarsinogenesis
pada
fase
inisiasi
karsinogenesis mulut yang dibuktikan dengan
menurunnya insidensi karsinoma sel skuamosa
lidah sebesar 66,7% pada kelompok II dan
sebesar 75% pada kelompok III.
Efek
antikarsinogenesis daun G. procumbens pada
fase inisiasi karsinogenesis mulut bersifat
preventif (untuk kelompok II) dan profilaksis
(untuk kelompok III). Efek antikarsinogenesis
daun G. procumbens tidak efektif pada fase
pascainisiasi
yang
dibuktikan
dengan
penurunan insidensi karsinoma sel skuamosa
lidah 11,1% dan 16,7% (Tabel 1).
Penilaian hasil pewarnaan H&E dan
imunohistokimiawi
Penentuan diagnosis lesi lidah dari
pewarnaan H&E secara histopatologis
mengacu pada "Histological Typing of Cancer
and Precancer of the Oral Mucosa" dari
WHO (Pindborg dkk., 1997). Penilaian hasil
Tabel 1 Persentasi masing-masing diagnosis histopatologis (H&E) berdasarkan kelompok penelitian
Kelompok
Histo
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Normal
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
50
Hiperplasia
0
50
37,5
0
0
0
0
0
100
50
Displasia
0
16,7 37,5
0
0
16,7
0
11,1 16,7
0
0
100 88,9 83,3
0
0
KSS
100 33,3
25
100
100 83,3
Keterangan :
Histo : Pemeriksaan histopatologis (H&E)
0
KSS : Karsinoma Sel Skuamosa
Ekspresi GADD45 terutama terdeteksi
pada lapisan keratin dan pada beberapa sel di
lapisan granulosum sebelah atas dari epitel
lidah normal, maupun pada jaringan yang
mengalami hiperplasia, displasia dan KSS
terdiferensiasi baik namun sukar untuk
dikuantifikasi (Gambar A). Reaksi yang
positif tidak terdeteksi pada sarang-sarang
tumor dari lesi KSS terdiferensiasi baik yang
belum terbentuk mutiara keratin. Sel-sel tumor
pada KSS terdiferensiasi sedang dari tikus
putih kelompok IX menunjukkan ekspresi
GADD45 yang kuat dengan persentasi
ekspresi sampai 43,2% serta memberikan
intensitas pewarnaan yang cukup signifikan
(Gambar B).
Aktivitas PARP terdeteksi cukup kuat
pada sel-sel tumor yang invasif ke arah lamina
propria dari lesi KSS terdiferensiasi sedang
dari kelompok IX, dengan persentasi ekspresi
mencapai 34,3% serta memberikan intensitas
pewarnaan yang cukup kuat (Gambar C).
Namun, aktivitas PARP ini terdeteksi semakin
menurun dengan semakin ke superfisial letak
sel tumor, bahkan pada permukaan lesi tidak
dijumpai aktivitas PARP. Aktivitas PARP
juga banyak terdeteksi pada mutiara keratin
dari KSS terdiferensiasi baik. Aktivitas PARP
tidak terdeteksi secara nyata pada sel-sel epitel
yang mengelilingi mutiara keratin (Gambar
D). Sel-sel epitel dari jaringan normal,
hiperplastik, displastik maupun KSS mikroinvasif tidak menunjukkan aktivitas PARP
yang signifikan. Pada umumnya, tidak
terdapat perbedaan ekspresi GADD45 dan
PARP pada semua kelompok penelitian,
termasuk pada kelompok yang ekstrak
etanolik daun G. procumbens dapat berefek
preventif (kelompok II) atau profilaksis
(kelompok III).
Gambar A. Ekspresi GADD45 tampak pada
mutiara-mutiara
keratin
dan
lapisan
granulosum sebelah atas pada KSS
terdiferensiasi baik (tanda panah putih), namun
ekspresi tersebut tidak dijumpai pada sarang
tumor yang belum membentuk mutiara keratin
(tanda panah hitam) dari tikus putih kelompok
II (LSAB, DAB, 100x.).
Gambar B. Ekspresi GADD45 dijumpai pada
sel-sel tumor dari KSS terdiferensiasi sedang
(tanda panah putih) dan pada limfosit dan
fibrosit (tanda panah hitam) dari tikus putih
kelompok IX (LSAB, AEC, 400x.).
Gambar C. Aktivitas PARP terdeteksi cukup
kuat pada sel-sel tumor dari KSS
terdiferensiasi sedang yang invasif ke lamina
propria (tanda panah) dari tikus putih
kelompok IX (LSAB, DAB, 400x.).
Ekspresi GADD45 dan aktivitas PARP
menunjukkan hasil yang sama pada semua
jaringan yang diperiksa, kecuali pada KSS
terdiferensiasi sedang. Terdeteksi GADD45
dan PARP pada KSS terdiferensiasi sedang
dari kelompok IX tersebut kemungkinan
karena proses diferensiasi sel terjadi lebih
aktif, sehingga poli(ADP-ribosilasi) yang
terjadi lebih banyak (D’Amours dkk.,1999).
Selain itu, berkenaan dengan induksi 4NQO
yang sampai 24 minggu, kemungkinan masih
banyak sel yang membentuk carcinogen-DNA
adducts. Pembentukan adducts ini berusaha
dikoreksi oleh GADD45 dengan stimulasi dari
flavonoid yang terkandung di dalam daun G.
procumbens, namun ternyata pemberian
ekstrak etanolik daun G. procumbens tidak
dapat menginduksi perbaikan DNA yang rusak
akibat induksi 4NQO, walaupun efek
antikarsinogenesis ekstrak etanolik daun G.
procumbens baik yang bersifat preventif
maupun profilaksis telah terbukti pada
kelompok II dan III.
Untuk dapat melakukan fungsinya dalam
memperbaiki kerusakan DNA, gadd45
Gambar D. Aktivitas PARP terdeteksi
pada mutiara keratin dari lesi KSS
terdiferensiasi baik (tanda panah hitam),
namun aktivitas PARP tidak terdeteksi
nyata pada sel-sel epitel yang mengelilingi
mutiara keratin (tanda panah putih) dari
tikus putih kelompok V (LSAB, DAB,
400x.).
memerlukan bantuan ensim PARP (Smulson
dkk.,
1994).
Hasil
penelitian
ini
mengindikasikan bahwa, ensim PARP
kemungkinan
tidak
teraktivasi
secara
semestinya
yang
ditunjukkan
dengan
munculnya imunoreaktivitas di lapisan keratin
daripada di nukleus sel-sel epitel, maka
menjadi rasional jika proses perbaikan DNA
juga tidak terjadi.
Secara
teori
seharusnya
PARP
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
kerusakan DNA akibat induksi 4NQO, yang
kemudian terjadi proses automodification
untuk memberi kesempatan bagi protein yang
berfungsi dalam perbaikan DNA mempunyai
akses ke area DNA yang rusak untuk
mengadakan perbaikan (Yung dan Satoh,
2001). Namun kiranya proses tersebut tidak
terjadi,
dengan
kata
lain
efek
antikarsinogenesis ekstrak etanolik daun G.
procumbens yang terbukti pada kelompok
II dan III, kemungkinan tidak melalui
induksi ekspresi GADD45.
Menurut Regan dan Setlow (1974), proses
perbaikan DNA yang rusak akibat induksi
4NQO sama dengan proses perbaikan DNA
yang rusak akibat UV. Proses tersebut dicapai
melalui jalur nucleotide excision repair (NER)
yang mampu mengangkat hampir semua jenis
kerusakan DNA (Ogawa dkk., 2006). Di sisi
lain dilaporkan bahwa, base excision repair
(BER) merupakan salah satu cara bagi
flavonoid untuk menunjukkan potensinya
sebagai agen antikarsinogenesis (Henning,
2003), sehingga menjadi rasional jika ekstrak
etanolik daun G. procumbens pada penelitian
ini tidak mampu menginduksi proses
perbaikan DNA.
Jika berpedoman pada proses perbaikan
DNA melalui NER yang hanya memerlukan
waktu kurang lebih 20 jam untuk mengganti
seluruh kerusakan nukleotida, maka deteksi
ekspresi GADD45 dan aktivitas PARP
seharusnya dilakukan segera mungkin setelah
induksi dengan 4NQO atau setidak-tidaknya
masih dalam fase inisiasi. Dengan melakukan
deteksi ekspresi GADD45 dan aktivitas PARP
pada fase akhir dari karsinogenesis,
kemungkinan besar proses perbaikan DNA
sulit terdeteksi. Pada umumnya, proses
perbaikan DNA berlangsung pada fase awal
karsinogenesis yaitu ketika pertamakali terjadi
induksi kerusakan DNA dan inipun terjadi
pada periode replikasi sel (Daniells, 2006;
Nguewa dkk., 2003). Pada keratinosit mulut,
replikasi sel dilakukan di lapisan basal dari
epitel mulut, sehingga jika ada proses
perbaikan DNA seharusnya ekspresi GADD45
dan aktivitas PARP terdeteksi pada sel-sel di
lapisan
basal.
Terdeteksinya
ekspresi
GADD45 dan aktivitas PARP terutama pada
lapisan keratin, mengindikasikan bahwa,
ekspresi GADD45 dan aktivitas PARP
tersebut kemungkinan tidak fungsional yang
didukung dengan kenyataan bahwa, dalam
penelitian ini karsinogenesis mulut tetap
berlangsung secara progresif.
KESIMPULAN
Ekspresi GADD45 dan PARP yang
terdeteksi pada penelitian ini mengindikasikan
bahwa, efek antikarsinogenesis ekstrak
etanolik daun G. procumbens tampaknya tidak
melalui induksi perbaikan DNA pada model
karsinogenesis mulut yang diinduksi dengan
4NQO.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih diucapkan kepada Pemerintah
Indonesia yang telah memberikan dananya
melalui BPPS dan Hibah Bersaing XII dan
kepada UGM yang telah memberikan dananya
melalui SDM dan LPPM sehingga penelitian
ini dapat terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA
D’Amours D, Desnoyers S, D’Silva I and Poirier
GG. 1999. Poly(ADPribosyl)ation reactions in
the regulation of nuclear functions. Biochem.
J. 342 : 249-268.
Daniells S. 2006. Naringenin, a flavonoid found in
grapefruit and oranges, helped to repair
damaged DNA in cancer cells. J. of
Nutritional Biochem. 17 : 89-95.
Drury RAB and Wallington EA. 1967. Carletons
histological technique. Oxford University
Press. New York. pp. 102-113.
Henning
S.
2003.
http://cdmrp.army.mil/script/get item.
diakses pada Januari 2007.
Jenie RI, Meiyanto E dan Murwanti R. 2006. Efek
antiangiogenik ekstrak etanolikik daun G.
procumbens (Lour) Merr pada membran korio
alantois (CAM) embrio ayam. Majalah
Farmasi Indonesia. 17(1) : 50-55.
Malanga M, Pleschke J, Kleczkowska H and
Althaus F. 1998. Poly(ADP-ribose) binds to
specific domains of p53 and alters its DNA
binding functions. J. Biol. Chem. 273 : 1183911843.
Meiyanto E dan Septisetyani EP. 2005. Efek
antiproliferatif dan apoptosis fraksi fenolik
ekstrak etanolikik daun G. procumbens (Lour)
Merr terhadap sel HeLa. Artocarpus. 5(2) : 7480.
Nguewa PA, Fuertes MA, Alonso C and Perez JM.
2003.
Pharmacological
modulation
of
Poly(ADP-ribose) Polymerase-mediated cell
death : Exploitation in cancer chemotherapy.
Mol. Pharmacol. 64 : 1007-1014.
Pindborg JJ, Reichart PA, Smith CJ, van der Waal
I and Sobin LH. 1997. World Health
Organization
International
Histological
Classification of Tumours : Histological
Typing of Cancer and Precancer of the Oral
Mucosa, 2nd ed. Springer-Verlag.
Berlin
Heidelberg. pp. 1-40.
Ogawa K, Masutani M, Kato K, Tang M, Kamada
N, Suzuki H, Nakagama H, Sugimura T and
Shirai T. 2006. Parp-1 deficiency does not
enhance liver carcinogenesis induced by 2amino-3-methylimidazo [4,5-f] quinoline in
mice. Cancer Lett. 236(1) : 32-38.
Regan JD and Setlow RB. 1974. Two forms of
repair in the DNA of human cells damaged by
chemical carcinogens and mutagens. Cancer
Res. 34 : 3318-3325.
Smulson M, Istock N, Ding R and Cherney B.
1994. Deletion mutants of poly(ADP-ribose)
polymerase support a model of cycle
association and dissociation of enzyme from
DNA ends during DNA repair. Biochemistry.
33 : 6186-6191.
Sugiyanto, Sudarto B dan Meiyanto E. 1993. Efek
penghambatan karsinogenisitas benzo(a)piren
oleh preparat tradisional tanaman Gynura sp.
dan identifikasi awal senyawa yang berkhasiat.
Laporan Penelitian P4M DitJen DikTi.
Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.
Whyte DA, Broton CE and Shillitoe EJ. 2002. The
unexplained survival of cells in oral cancer :
what is the role of p53 ? J Oral Pathol Med.
31 : 125-133.
Yung TMC and Satoh MS. 2001. Functional
competition
between
poly(ADP-ribose)
polymerase and its 24-kDa apoptotic fragment
in DNA repair and transcription. J. Biol.
Chem. 276(14) : 11279-11286.
Download