PEMIKIRAN KH. HASYIM ASY’ARI TENTANG AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN SABILUNNAJAH DESA WATU TULIS KEC. PRAMBON KAB. SIDOARJO TAHUN 2006 - 2011 (THOUGHT KH. HASYIM ASY’ARI ABOUT AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH CASE STUDY IN BOARDING SCHOOL SABILUNNAJAH WATU TULIS VILLAGE DISTRICT PRAMBON DISTRICT SIDOARJO IN 2006 – 2011) Tina Solina ([email protected]) FX. Wartoyo Widjijanto Program Studi Pendidikan Sejarah, STKIP PGRI Sidoarjo Jl. Jenggala Kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo Abstrak Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang ahlus sunnah wal jamaah studi kasus di pondok pesantren Sabilunnajah Desa Watu Tulis Kecamatan Prambon Kabupaten Sidoarjo Tahun 2006 - 2011 diteliti untuk membaca kembali sosok aktor sejarah pada dimensi pemikirannya yang secara langsung ikut berperan dalam panggung sejarah bangsa Indonesia, terutama pemikirannya tentang Ahlus sunnah wal jama’ah. Proses masuknya Ahlus sunnah wal jama’ah ke Indonesia bersamaan dengan proses masuknya Islam ke Indonesia, Ahlus sunnah wal jama’ah mengalami pelembagaan ditengah-tengah muslim Nusantara sejak kehadiran KH. Hasyim Asy’ari yang berhasil mendirikan organisasi agama Islam Nahdhatul Ulama 1926. Beliau juga mendirikan pondok pesantren Tebu Ireng di Jombang tahun 1899. Beliau memiliki banyak penjabaran tentang pemikirannya mengenai Ahlus sunnah wal jama’ah di antaranya mengenai ziarah kubur, tawassul, istigasah, peringatan maulid nabi SAW dan pendidikan. Pondok pesantren Sabilunnajah yang berhaluan Ahlus sunnah wal jama’ah menerapkan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tersebut. Kata Kunci : Ahlus sunnah wal jama’ah, KH. Hasyim Asy’ari, Pondok pesantren Sabilunnajah. Abstract KH. Hashim Ash'ari consideration about ahlus Sunna wal jama’ah, pilgrims boarding school case study in the Sabilunnajah village of Watu Tulis Prambon Sidoarjo 2006 - 2011 researched to re-read the history of the figure dimension of thinking that directly contribute to Indonesian 1 history, especially his thoughts on Ahlus sunnah wal jama’ah. The process of Ahlus Sunnah wal entry of pilgrims to Indonesia along with the arrival of Islam in Indonesia, Ahlus Sunnah wal jama’ah experienced institutionalization in the midst of Muslim archipelago since the presence of KH. HashimAsh'ari who success fully founded the Ulema Islam Nahdhatul 1926. He also established a boarding school in Jombang Tebu Ireng on 1899. He has a lot of description of Ahlus Sunnah wal jama’ah consideration tyey are the pilgrim age grave, Tawassul, istigasah, Maulid Prophet SAW celebration and education. Boarding school Sabilunnajah Which is applying KH.Hasyim Asy’ari consideration. Keywords: Ahlus Sunnah wal Jama’ah, KH. Hashim Asy'ari, boarding school Sabilunnajah. Pendahuluan Pendekatan manusia terhadap ajaran agamannya akan menimbulkan paham keagamaan. Dalam satu agama dapat terjadi lebih dari satu faham keagamaan, fahamfaham tersebut berkembang dan kemudian menjadi aliran pemikiran keagamaan (madhab). Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang dalam khazanah barat disebut sunnism yang merupakan fahan keagamaan, aliran pemikiran dan dalam salah satu fase sejarah tertentu menjadi kelompok-kelompok agama (firqah). Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mengandung gagasan awal berupa konsistensi untuk menjaga otensitas dan validitas sesuai yang dibawa oleh nabi. Sepanjang sejarah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mendapat dukungan dari mayoritas umat Islam serta mendapat pengakuan sebagai ideologi berbagai kelompok di penjuru dunia Islam. Nadhatul Ulama atau yang lebih dikenal dengan nama NU merupakan sebuah organisasi keagamaan yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1926. Sejak awal berdirinya organisasi ini menegaskan diri sebagai pendukung faham Ahlus sunnah wal jama’ah. Pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah berdiri pada tahun 1976 oleh bunyai Hj. Ma’rufah, terletak di desa Watutulis Kecamatan Prambon Kabupaten Sidoarjo. Pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah berhaluan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam hal ini dapat dilihat dai visi misi pondok. Berdasarkan latar belakang di atasa dapat di rumuskan masalah-masalah sebagai bahan kajian yang akan diteliti, yaitu bagaimanakah sejarah munculnya ahlus sunnah wal jama’ah dan penyebarannya di Indonesia?, bagaimanakah latar belakang 2 kehidupan KH. Hasyim Asy’ari dan pemikiran-pemikirannya?, bagaimanakah penerapan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah?. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah munculnya ahlus sunnah wal jama’ah dan penyebarannya di nusantara, mengetahui latar belakang kehidupan KH. Hasyim Asy’ari dan pemikiran-pemikirannya, mengetahui penerapan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah. Metode penelitian yang dipakai penulis adalah metode sejarah . metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.1 Metode sejarah baik dalam pengertian sebagai seperangkat prinsip ataupun sebagai proses terdiri dari empat langkah yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.2 (1) Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Berhasil tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber. Sumber-sumber tulisan dan lisan dibagi atas dua macam sumber primer dan sumber sekunder. (2) Kritik Sumber, sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan kritik intern. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas (sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan. (3) Interpretasi, setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subyektif, harus subyektif rasional, jangan subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran. (4) 1 Louis Gottschalk; penterjemah Nugroho Notosusanto, mengerti sejarah ( Jakarta : Universitas Indonesia 1985 ), hlm. 32. 2 Aminuddin kasdi, Memahami sejarah (edisi revisi ) ( Surabaya : UNESA University Press, 2005 ), hlm. 10. 3 Historiografi, kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu. Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya. Hasil dan Pembahasan A. Sejarah munculnya Ahlus sunnah wal jama’ah dan penyebarannya di Indonesia 1. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Aqidah secara terminologi adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininnya.3 Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid, dan taat kepadanya, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip agama (ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ dari salafusin shalih, serta seluruh berita-berita pasti, baik secara ilmiah maupun secara alamiyah yang telah ditetapkan menurut alqur’an dan as-sunnah yang shahih serta ijma’ salafush shalih.4 2. Istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah SAW. dan para sahabatnya. Didalam sejarah pembentukan hukum Islam diterangkan bahwa sumber hukum Islam yang dipakai setelah nabi Muhammad SAW wafat di masa sahabat adalah al-qur’an, as sunnah, alijma’ (pendapat) sahabat dan apabila terjadi perbebedaan di kalangan para sahabat, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah aqidah Ahlus Sunnah wal jama’ah ( Jakarta:Pustaka Imam Asy-syafi’i, 2006), hlm. 27. 4 Ibid, hlm. 27-28. 3 4 maka khalifah memilih yang lebih maslahat (mendatangkan kebaikan). Ketika pemerintahan dipegang oleh bani Umayyah para sahabat banyak yang meninggalkan Makkah dan Madina, kemudian timbul masalah baru di kalangan sahabat yaitu “pendapat dijadikan dasar untuk menetapkan hukum setelah al-qur’an dan hadits”. Berawal dari masalah tersebut maka timbulah dua aliran besar dalam kalangan ulama dan kaum mujtahidin yaitu golongan al hadits dan golongan Ahl al-ra’y atau ahl alqiyas.Para pengikut Ali bin Abi Thalib memilih golongan ahl as-sunnah yang memihak kepada para sahabat nabi, sikap pengikut Ali yang memihak aliran ahl as-sunnah dalam bidang hukum menimbulkan kecurigaan khalifah Bani Umayyah. Sejak Abul Abbas Ash-Shaffah yang memerintah pada tahun 132-136 H / 749-754 M, kekejaman yang dilakukan terhadap golongan ahl as-sunnah tak terkirakan, meski mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari penguasa, kaum muslimin tetap mengikuti aliran ahl as-sunnah. Dengan dasar inilah ahl as-sunnah atau ahli hadis itu dinamakan jama’ah yang bearti jama’ahnya kaum muslimin. Dari kejadian tersebut maka muncul istilah Alh as-sunnah wal jama’ah (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ) dalam bidang hukum syariat. 3. Doktrin Ahlus Sunnah Wal Jama’ah a. Bidang aqidah Pada fase awal ketika Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dipresentasikan oleh kelompok al-hadits dan salafiyyun, pemikiran-pemikiran di bidang aqidah diperoleh berdasarkan elaborasi ayat-ayat al-qur’an secara tekstual. Secara ringkas pemikiran mereka di bidang aqidah adalah bahwa Allah itu satu (Esa), Dia tempat meminta, tiada tuhan selain Allah, Allah tidak memerlukan anak atau pendamping, maha hidup, maha mengetahui, maha kuasa, maha medengar, maha melihat, berkehendak dan berfirman. Menurut mereka al-qur’an ada;ah firman Allah bukan makhluk. Allah memiliki wajah dan tangan, namun tidak seperti kebanyakan wajah dan tangan. Allah dapat dilihat dengan pengelihatan mata telanjang manusia pada hari kiamat nanti.5 b. Bidang Fiqih 5 Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl Al-sunnah WaAlJama’ah ( Surabaya : Khalista 2010 ), hlm. 52 5 Ekstensi madhab-madhab dalam fiqih tidak secara otomatis mengikuti perubahan umat Islam di bidang aqidah. Dengan demikian tidak tepat bila dikatakan bahwa para pengikutt empat madhab adalah sunni, atau sebaliknya, kaum sunni adalah pengikut empat madhab.6 Secara umum sumber hukum yang dijadikan pijakan dalam fiqih sunni adalah al-qur’an, as-sunnah, ijma’ dan qiyas. Keberadaan al-qur’an tidak diragukan lagi di kalangan sunni, sedangkan as-sunnah sebagai sumber hukum kedua keberdaannya masih dipertimbangkan menurut tiga tingkatan kualitas kekuatannya. c. Bidang sosial politik Negara dimaksudkan untuk mengayomi kehidupan umat, melayani mereka serta menjaga kemaslahatan bersama (maslahah musytarakah). Keharusan ini bagi faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah hanyalah sebatas kewajiban fakultatif (fardhu kifayah) saja. Oleh karena itu, konsep berdirinya negara (imamah) dalam Aswaja tidaklah termasuk salah satu pilar (rukun) keimanan sebagaiman yang diyakini oleh Syi'ah. Aswaja hanya memberikan kriteria (syarat-syarat) yang harus dipenuhi oleh suatu negara. Sepanjang persyaratan tegaknya negara tersebut terpenuhi, maka negara tersebut bisa diterima sebagai pemerintahan yang sah dengan tidak mempedulikan bentuk negara tersebut. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu negara tersebut adalah : (1) Prinsip Shura (Musyawarah), (2) Prinsip Al-'Adl (Keadilan), (3) Prinsip AlHurriyyah (Kebebasan), 4. Proses masuknya Islam ke Indonesia Penyebaran Islam merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia tapi juga yang paling tidak jelas. Sumber-sumber yang ada tentang isimilasi sangat langka dan sering dan sangat tidak informatif. Secara umum ada dua proses yang mungkin telah terjadi, pertama penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Proses kedua orang-orang asing asia (Arab, India, Cina dll) yang telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap disuatu wilayah Indonesia, kawin dengan penduduk asli dan mengikuti gaya hidup lokal. Kedua 6 Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl Al-sunnah WaAlJama’ah ( Surabaya : Khalista 2010 ), 53 6 proses ini mungkin sering terjadi bersama-sama.7 Dapat dipastikan bahwa Islam sudah ada di Negara bahari asia tenggara sejak awal zaman Islam, dari masa khalifah ketiga yaitu Ustman Bin Affan (644-656), utusan-utusan muslim dari tanah arab mulai tiba di istana cina. Pada abad IX sudah ada ribuan pedagang muslim di Kanton. Batu nisan muslim yang tertua ditemukan di Leran Jawa Timur dan bertarikh tahun 475 H (1082 M), nisan seorang putri yang bernama Maimun tetapi nisan ini terdampar di kota pelabuhan Leran. Petunjuk pertama tentang muslim Indonesia berkaitan dengan bagian utara Sumatra. Dipemakaman Lemrah ditemukan nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin Al-basir yang wafat pada tahun 608 H (1211 M). Pada waktu musafir Venesia Marco Polo singga di Sumatera dalam perjanan pulangnya dari cina pada tahun 1292 dia mengenal Perlak sebagai kota Islam sedangkan dua tempat didekatnya disebut Basma dan Samara bukanlah kota Islam. Musafir maroko Ibnu Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya ke Cina dan dari Cina pada tahun 1345 dan 1346 mendapati bahwa penguasanya adalah seorang pengikut madzab fiqih Syafi’i 8. Raja Samudra Pasai Sultan Ahmad Bahian Syah Malik Al-Zahir (727-750 H / 1326-1345 M.), mengenai orang ini, Syamsu mencatatnya sebagai, “Seorang muslim penganut paham Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, sangat patuh pada agamanya, gemar mengadakan musyawarah dengan para ulama dan ahli fiqih di istananya, tumpuan penyiar-penyiar agama Islam dan orang-orang yang berilmu, juga pemimpin perang yang agung.” 9. Pesantren memiliki peranan penting dalam penyebaran paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Nusantara. a. Penyebaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Jawa Di pulau jawa penyebaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di mulai sejak munculnya Wali Songo. Penerimaan terhadap kebudayaan lokal atau penggunaan pendekatan budaya menjadi bagian terpenting dari strategi dakwah Wali Songo tersebut. Dalam bahasa lain, Wali Songo lebih menggunakan pendekatan yang berusaha 7 M. Recklefe, sejarah Indonesia Modern 1200-2008 ( Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008 ), hlm. 3. 8 Ibid, hlm. 5. 9 Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl Al-sunnah WaAlJama’ah ( Surabaya : Khalista ,2010), hlm. 106. 7 menciptakan suasana damai, penuh toleransi, hidup berdampingan dengan pengikut agama dan tradisi lain yang berbeda tanpa mengorbankan agama dan tradisi masingmasing. 10 Mengenai nama-nama Wali Songo yang umum dikenal dikalangan masyarakat yaitu : (1) Maulana Malik Ibrahim, (2) Sunan Ampel, (3) Sunan Bonang, (4) Sunan Giri, (5) Sunan Drajat, (6) Sunan Kalijaga, (7) Sunan Kudus, (8) Sunan Muria, (9) Sunan Gunung Jati. B. Latar belakang kehidupan KH. Hasyim Asy’ari dan pemikiran- pemikirannya 1. Latar belakang keluarga KH. Hasyim Asy’ari KH. Hasyim Asy’ari memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim bin Asy’ary, dilihat dari silsilah KH. Hasyim Asy’ari memiliki dua arah sekaligus, aristokrat atau bangsawan Jawa dan elit agama (Islam). Dari jalur ayah mata rantai generasinya bertemu langsung dengan bangsawan muslim jawa (sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir) dan sekaligus elit agama jawa (sunan giri). Sementara dari jalur ibu, KH. Hasyim Asy’ari masih keturunan langsung brawijaya VI (Lembu Peteng) yang berlatar belakang bangsawan Hindu Jawa. KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan dari pasangan KH. Asy’ari dan Halimah pada hari Selasa Kliwon tanggal 14 Februari tahun 1871 M atau 12 Dzulqa’dah tahun 1287 H. di Jombang. Sejak kecil KH. Hasyim Asy’ari hidup dalam lingkungan pesantren muslim tradisional Gedang. 2. Riwayat pendidikan KH. Hasyim Asy’ari Sejak kecil sampai usia 14 tahun KH. Hasyim Ays’ari mendapatkan pendidikan langsung dari ayahnya dan kekeknya Kyai Utsman. KH. Hasyim Asy’ari merasa tidak puas terhadap ilmu yang diperolehnya sehingga membuat beliau berkeinginan untuk mencari sumber pengetahun lain diluar pesantren ayahnya. Oleh karena itu semenjak berusia 15 tahun beliau berkelana dari satu pesantren ke pesantren lain, mulai menjadi santri di pesantren Wonokoyo Probolinggo, sampai ke pesantren Siwalan Panji Sidoarjo yang di asuh oleh Kyai Yaa’kub. KH. Hasyim Asy’ary Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl Al-sunnah WaAlJama’ah ( Surabaya : Khalista ,2010), hlm. 107. 10 8 meninggalkan tanah air untuk menuntut ilmu pada ulama-ulama terkenal di Makkah sambil menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya,11 di tahun 1893. Dari guru beliau syeh Mahfud Al-Tarmasy KH. Hasyim Asy’ari mendapat ijazah untuk mengajar hadist Shahih Al-bukhari. Prestasi belajar KH. Hasyim Asy’ari yang menonjol, membuatnya memperolah kepercayaan untuk mengajar di masjidil Haram.12 Tujuh tahun waktu dihabiskan KH. Hasyim Asy’ari untuk menggali pengetahuan dari guru-gurunya, akhirnya pada tahun 1313 H / 1899 M. KH. Hasyim Asy’ari memutuskan pulang ke tanah air. 3. KH. Hasyim Asy’ari dan NU Nahdlatul ulama atau yang sering kita kenal dengan sebutan NU dikenal sebagai organisasi sosial keagamaan yang bersifat tradisional. NU didirikan pada tahun 1926 oleh tokoh ulama tradisional dan usahawan Jawa Timur. Pembentukannya seringkali dijelaskan sebagai reaksi defensive terhadap berbagai aktivitas kelompok reformis, muhammadiyah dan kelompok moderenis moderat yang aktif dalam gerakan politik sarekat Islam (SI). Selain faktor dalam negeri kelahiran NU juga dipengaruhi faktor dari luar negeri, yaitu adanya kabar akan diadakannya semacam muktamar khilafah oleh Saudi Arabia yang berkeinginan menjadi khalifah Islamiyah tunggal untuk menggantikan khalifah utsmaniyah di Turki yang baru saja digulingkan oleh Gerakan Turki Muda yang di pimpin Kemal Attaturk pada tahun 1924. Berdirinya NU mendapat sambutan dan dukungan dari Kyai-Kyai yang ada di desa. NU berkembang dengan cepat meliputi daerah-daerah pedesaan yang terdapat Kyai dan haji serta pesantren tradisional. Kiprah KH. Hasyim Asy’ari di NU bukan sebagai salah satu pendiri utama melaikan juga sebagai pelindung dan pengawal utama gerak langkah NU. 4. KH. Hasyim Asy’ari dan Tebu Ireng Pesantren Tebu Ireng yang berada di Jombang ini sangat dikenal karena menjadi pusat perjuangan sejak pertengahan abad ke-19. Tebu Ireng sendiri lahir sebagai respon terhadap tumbuhnya kapitalisme liberal yang tubuh bersamaan tumbuhnya industri gula di kawasan itu. Pabrik gula itu membawa ekses ketidakadilan Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl Al-sunnah WaAlJama’ah ( Surabaya : Khalista, 2010), hlm. 75. 12 Ibid, hlm. 76. 11 9 sosial, pemiskinan, dan berbagai macam kriminalitas yang sengaja dilestarikan oleh penjajah guna melemahkan mental masyarakat jajahan. Sebagai seorang aktivis muda, KH. Hasyim Asy’ari tergerak untuk mengatasi tantangan struktural itu, maka pada tahun Rabiul Awal 1317/1899 M didirikanlah sebuah pesantren di Tebu Ireng di Cukir. Berhadapan persis dengan pabrik Gula Cukir. Pada masa menjelang kemerdekaan dan masa awal kemerdekaan dalam mempertahankan kemerdekaan, posisi Pesantren Tebu Ireng sangat sentral. Bersamaan dikeluarkannya Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, para pimpinan Nasional baik Bung Karno, Tan malaka dan Bung Tomo selalu berkordinasi ke Tebu Ireng untuk menghadapi sekutu. Dengan peran politiknya yang besar, melahirkan tokoh-tokoh besar, Tebu Ireng menjadi semakin dikenal, apalagi pendirinya yakni KH Hasyim Asy'ari dan kemudian puteranya KH Wachid Hasyim mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional sehingga namanya menghiasi sejarah perjuangan nasional. 5. Pemikiran-pemikiran KH. Hasyim Asy’ary a. Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang ziarah kubur dan tawasul Ziarah kubur adalah Sunnah Rasulullah SAW. dan ziarah merupakan cara kita untuk mendo’akan orang-orang yang telah mendahului kita.13 Perintah ziarah kubur ditujukan pada laki-laki dan perempuan dan bila ziarah kubur itu memiliki pahala yang besar maka melarang seorang perempuan melakukan ziarah kubur akan menyebabkan mereka kehilangan amal shaleh dan syafa’at Rasulullah SAW. Dalam karangan ringkas mengenai Ahlus Sunnah Wal Jama’ah KH. Hasyim Asy’ari menegaskan tidak ada alasan untuk melarangan pelaksanaan ziarah kubur dan justru menjadi penting bagi umat muslim. Menurut KH. Hasyim Asy’ari dalam salah satu karyanya menegaskan tidak ada larangan sedikitpun yang menunjuk pada praktek tawasul apalagi mengatakan tawasul sebagai bagian dari bid’ah. Sebaliknya tawasul dalam perwujudannya baik melalui para Nabi, para wali dan orang-orang salih menjadi praktek agama Islam yang dibolehkan. b. Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang istigasah 13 Jalaluddin Rakhmat, Memaknai Kematian (Depok : Pustaka iman, 2006 ), hlm. 249. 10 KH. Hasyim Asy’ari mengatakan : “Permintaan kepada Allah (melalui tawasul dan istigasah) dalam doa-doa yang diucapkan seluruhnya ditujukan kepada Allah dengan kesendirian-Nya dan tiada sekutu bagi-Nya, namun menggunakan berbagai macam perantara. Hal itu tidak ditetapkan sebagai syirik atau meminta kepada selainNya. dan begitu jaga meminta kepada Muhammad dan para wali yang salih, bukan berarti meminta kepada mereka tetapi justru meminta kepada Allah dengan ke-Esaanya melalui mereka. KH. Hasyim Asy’ari mengkritik secara tegas pernyataan kalangan modernis yang menuding tawasul, dan istigasah sebagai praktik bid’ah dan dekat dengan penyekutuan tuhan (syirik). c. Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang Peringatan Maulid Nabi KH. Hasyim Asy’ari berpendapat bahwa peringatan maulid Nabi hukumnya sunnah. Menurut KH. Hasyim Asy’ari arti penting dari peringatan maulid Nabi adalah membangkitkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. melalui peringatan maulid setiap orang diajak mengagungkan dan meluhurkan Nabi. Selain itu peringatan maulid Nabi merupakan perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT. atas anugrah melalui diutusnya Muhammad sebagai Rasul seluruh alam semesta. d. Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan Dalam salah satu karyanya adab al-Amin wa al-Muta’allim KH. Hasyim Asy’ari menyebutkan bahwasannya pendidikan itu penting sebagai sarana mencapai kemanusianya sehingga menyadari siapa seseungguhnya penciptanya, untuk diciptakan, melakukan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, untuk berbuat baik didunia dengan menenggakan keadilan, sehingga layak disebut makhluk yang lebih mulia disbanding makhluk-makhluk lain yang diciptakan Tuhan. C. Penerapan Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di Pondok Pesantren Putra-Putri Sabilunnajah 1. Karakteristik pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah Keberadaan pondok pesantren dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah sebagai lembaga pendidikan agama Islam mengalami perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan 11 bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang kehilangan kekhasannya. Secara faktual pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah merupakan tipe pondok pesantren komprehensif. Pondok pesantren ini disebut komprehensif karena merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara tradisional dan modern. 2. Penerapan ziarah kubur dan tawasul Dalam penerapannya di pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah ziarah kubur hukumnya sunnah baik laki-laki maupun perempuan14 sesuai dengan apa yang ditegaskan dan menjadi pikiran KH. Hasyim Asy’ari. Adapun hikmah dan Ziarah kubur adalah wasilah ( sarana ) untuk taqwa kepada Allah, melihat kuburan yang sunyi, gelap, timbunan tanah diatasnya akan menggerakkan hati dan jiwa manusia untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian. Tawasul memiliki arti lantaran kepada orang yang dianggap dekat dengan Allah dan shalih untuk memohon kepada Allah SWT. Agar mudah di ijabahi karena orang yang dekat dengan Allah SWT. atau shalih merupakan kekasih Allah SWT.15 Tidak ada larangan sedikitpun bertawasul, sebaliknya tawasul kepada para Nabi, para wali dan orang-orang salih menjadi praktek agama Islam yang dibolehkan (sunnah). 3. Istigasah Membaca do’a-do’a memohon pertolongan dari Allah (istigasah) ditetapkan hukum sunnah. Antara do’a dan istigasah terdapat makna umum dan makna khusus yang mutlak, artinya setiap Istigasah adalah do'a dan bukan setiap do'a adalah Istigasah. Ada beberapa bentuk istigasah, pertama istigasah yang di perintahkan : yaitu istigasah kepada Allah ta'ala dan Istigasah yang di perbolehkan : yaitu istigasah (meminta bantuan) kepada seseorang yang mempunyai sifat hayyun (hidup), hadir (ada di hadapan), qodir (mampu). 4. Peringatan maulid nabi 14 H. Nur Kholis Yahya S.Pd pengasuh pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah (wawancara) 15 Ibid 12 H. Nur Kholis Yahya S.Pd berpendapat bahwa peringatan maulid Nabi hukumnya sunnah. Menurut beliau peringatan maulid Nabi memiliki arti yang penting yaitu untuk membangkitkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. melalui peringatan maulid setiap orang diajak mengagungkan dan meluhurkan Nabi. Selain itu peringatan maulid Nabi merupakan perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT. atas anugrah yang telah diberikan dengan diutusnya Muhammad sebagai Rasul seluruh alam semesta. Peringatan maulid nabi sendiri dilakukan dengan cara melakukan kegiatan keagamaan di antaranya pembacaan diba’ yang dilakukan bersama-sama, membaca shalawat nabi, Mauidhatul hasanah ( nasehat ) yang bertujuan mengingatkan segala perbuatan pasti ada sangsi dan akibat. 5. Sistem pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pada dasarnya fungsi utama pondok pesantren adalah sebagai lembaga yang bertujuan mencetak muslim yang memiliki dan menguasai ilmu-ilmu agama secara mendalam serta menghayati dan mengamalkan dengan ikhlas semata-mata ditunjukkan untuk mengabdi kepada Allah SWT di dalam hidup dan kehidupan. Pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah sebagai lembaga pendidikan mengelola masalah pendidikan dengan jalan memaduhkan antara sistem pendidikan tradisional dengan modern. Sistem pendidikan tradisional yang di anut adalah Sistem wetonan, untuk sistem pendidikan modern yang dianut adalah sistem klasikal. Simpulan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah SAW. dan para sahabatnya, Istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sudah ada sejak generasi sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in. Proses masuknya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ke Indonesia bersamaan dengan proses masuknya Islam ke Indonesia, sedangkan penyebaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di pulau Jawa terjadi sejak munculnya Wali Songo. KH. Hasyim Asy’ari merupakan keturunan bangsawan Jawa sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir dan elit agama Islam sunan giri, sejak kecil 13 KH. Hasyim Asy’ari hidup dalam lingkungan pesantren muslim tradisional Gedang. Sejak berusia 15 tahun beliau berkelana dari satu pesantren ke pesantren lain. Nadhatul Ulama merupakan sebuah organisasi keagamaan yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1926 selain itu beliu juga mendirikan pondok pesantren Tebu Ireng di Jombang pada tahun 1899. Pemikiran beliau tentang Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tidak jauh dari doktrin (ajaran) ahlus sunnah yang awal pertumbuhannya di negeri arab. Beliau memiliki banyak penjabaran tentang pemikirannya mengenai Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di antaranya mengenai ziarah kubur, tawassul, istigasah, peringatan maulid nabi SAW dan pendidikan. Pondok pesantren putra-putri Sabilunnajah yang berhaluan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menerapkan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tersebut. DAFTAR RUJUKAN Gosttschalk, Louis. 1986. Mengerti sejarah. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-press) . Jawas, Yazid Bin Abdul Qadir. 2006. Syarah aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. Jakarta : Pustaka Imam Asy-syafi’i. Kasdi, Aminuddin. 2005. Memahami sejarah. Surabaya : UNESA University Press. Rakhmat, Jalaluddin. 2006. Memaknai Kematian. Depok : Pustaka Iman. Recklefe, M. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Zuhri, Achmad Muhibbin. 2010. Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl Alsunnah WaAl-Jama’ah. Surabaya : Khalista. http://www.tebuireng.org/view/126/kisah-tebuireng-dari-mbah-hasyim-hingga-gusdur.html. 14 15