program studi teknologi pangan

advertisement
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bakteri asam laktat (BAL) merupakan salah satu contoh mikroorganisme yang
menguntungkan dan mempunyai peran penting dalam industri pangan, seperti dalam
proses fermentasi makanan sehingga dapat memperpanjang umur simpan produk. BAL
selain menguntungkan bagi industri pangan juga memiliki keuntungan bagi kesehatan,
terutama bagi pencernaan manusia. Hasil proses fermentasi oleh bakteri asam laktat
berupa asam laktat dan sebagian kecil asam-asam lain seperti asam asetat, etanol, dan
CO2 yang berperan menghambat aktivitas bakteri pembusuk dan patogen. Contohnya
pada penelitian aktivitas antimikroba bakteri asam laktat yang diisolasi dari daging sapi
(Al-Allaf et al., 2009), susu fermentasi (Savadogo et al., 2004), dan minuman
fermentasi tradisional Etiopia (Tadasse et al., 2005). Kegunaan BAL dalam industri
pangan mendorong dilakukannya eksplorasi strain BAL dari berbagai sumber seperti
pada produk fermentasi buah dan sayuran (Rahayu & Margino, 1997).
Isolasi serta identifikasi BAL dari berbagai sumber bahan pangan terus dikaji seperti
pada penelitian Rahayu (2003) ditemukan BAL spesies Lactobacillus plantarum dan
Lactobacillus plantarum-pentosus yang diperoleh dari hasil fermentasi mandai
cempedak yang berasal dari daerah Banjarmasin. Sedang Forouhandeh et al., (2010),
menemukan bahwa di dalam yoghurt yang berasal dari Bahmenj Iran menghasilkan
BAL spesies Lactobacillus fermentum, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus
paracasei. Penelitian Yuliana & Dizon (2011), pada tempoyak (fermentasi durian) yang
berasal dari daerah Filipina terdapat BAL dengan spesies Lactobacillus plantarum,
Lactobacillus sp, Weissella paramesenteroides, dan Pediococcus acidilactici.
Pertumbuhan BAL sangat dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik sehingga adanya
perbedaan dari kondisi suatu daerah dapat memungkinkan terjadinya perbedaan jenis
BAL yang diperoleh walaupun bahan yang digunakan sama. Diharapkan bakteri asam
laktat yang diperoleh dari fermentasi durian (Durio zibethinus Murr.) lokal Gunung Pati,
1
dami nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) var. salak, Gunung Pati, rebung kuning
bambu betung (Dendrocalamus asper) Lokal Mranggen dapat bermanfaat bagi
keragaman bakteri asam laktat bahan baku lokal. Hal ni berarti menambah temuan
bakteri asam laktat yang bersumber dari bahan baku lokal. Dalam industri pangan
manfaat bakteri asam laktat diantaranya dapat berguna sebagai probiotik dalam
makanan ataupun minuman (Soomro et al., 2002). BAL digunakan sebagai probiotik
karena sebagian strain BAL bukan merupakan bakteri patogen dan kemampuannya
untuk hidup di saluran pencernaan serta dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen
(sifat antimikrobial) sehingga dapat dimanfaatkan untuk kesehatan tubuh (Rolfe, 2000).
Secara umum beberapa genus BAL telah diketahui memiliki peranan penting dalam
industri pangan adalah Lactobacillus, Leuconostoc, Pediococcus dan Streptococcus.
Berdasarkan revisi terbaru, genus yang saat ini termasuk dalam BAL meliputi
Aeroccous, Carnobacterium (Lactobacillius atopikal), Enterococcus, Lactobacillus,
Lactococcus, Leuconostoc, Oenococcus, Pediococcus, Streptococcus, Tertragenococcus
atau Pediococcus halophilus, Weisella, dan Vaganococcus (Rahayu & Margino, 1997).
1.2. Tinjauan Pustaka
1.2.1 Bakteri Asam Laktat (BAL)
Bakteri asam laktat merupakan bakteri chemotrophic, yang memiliki ciri-ciri khas
seperti: (i) tergolong gram positif; (ii) berbentuk cocci, rod-shape, coccobacilli
umumnya membentuk rantai; (iii) hanya membutuhkan sedikit oksigen (microaerophilic); (iv) tidak membentuk spora; (v) tidak bergerak (non-motile); dan (vi)
bereaksi negatif terhadap hidrogen peroksida (H2O2). Bakteri asam laktat tidak
menghasilkan enzim katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen. Beberapa bakteri yang memerlukan oksigen akan membentuk hidrogen
peroksida, yang merupakan produk sampingan metabolisme aerob yang bersifat toksik.
Bakteri yang mampu menghasilkan enzim katalase, akan bertahan hidup dalam kondisi
aerobik (Tadesse et al., 2005; Battcock & Azam-Ali, 1998). Menurut Josephsen &
Jespersen dalam Hui et al. (2004), bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat dan
senyawa antimikrobial lain yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri perusak.
2
BAL terbagi dalam dua golongan, yaitu bakteri homofermentatif dan bakteri
heterofermentatif. Bakteri homofermentatif memecah gula menjadi asam laktat,
sedangkan bakteri heterofermentatif mengubah gula menjadi asam laktat, asam asetat,
dan etanol (Battcock & Azam-Ali, 1998). Proses biokimia pembentukan asam laktat
pada bakteri homofermentatif (Gambar 1) dan heterofermentatif (Gambar 2). Asam
laktat yang dihasilkan dari aktivitas metabolisme bakteri asam laktat menyebabkan
kondisi bahan mentah (makanan) menjadi asam. Hal ini justru menguntungkan,
mengingat kondisi pH rendah menghambat hampir semua mikroba perusak (food
spoilage microbes).
Glukosa
Heksokinase
Glukosa-6-fosfat
Fosfoglukosa isomerase
Fruktosa-6-fosfat
Fosfofruktokinase
Fruktosa-1,6-bifosfat
Aldolase
Gliseraldehid-3-fosfat
Gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase
1,3-bifosfogiserat
Fosfogliserat kinase
3-fosfogliserat
Fosfogliserat mutase
2- fosfogliserat
Enolase
Fosfoenolpiruvat
Piruvat kinase
Piruvat
Laktat
Gambar 1. Proses biokimia pembentukan asam
laktat pada bakteri homofermentatif
(Belitz et al., 2009)
3
Glukosa-6-fosfat
dehidrogenase
Heksokinase
Glukosa
Glukosa-6-fosfat
6-fosfoglucono-δ-lakton
Laktonase
6-fosfoglukonat
6-fosfoglukonat dehidrogenase
Ribulose 5-fosfat
Fosfopentose epimerase
Xilulose-5-fosfat
Xilulose-5-fosfat fosfoketolase
Asetil fosfat
Gliseraldehid-3-fosfat
Gliseraldehid-3-
Acetat kinase
fosfat dehidrogenase
Etanal
1,3-bifosfogiserat
Fosfogliserat kinase
Asam asetat
3-fosfogliserat
Etanol
Fosfogliserat mutase
2- fosfogliserat
Enolase
Fosfoenolpiruvat
Piruvat kinase
Piruvat
Gambar 2. Proses biokimia pembentukan asam
laktat pada bakteri heterofermentatif
(Belitz et al., 2009)
Laktat
4
1.2.2. Fermentasi Durian, Dami Nangka dan Rebung Kuning Bambu Betung
1.2.2.1. Fermentasi Durian (Durio zibethinus Murr.)
Durian (Durio zibethinus Murr.) seringkali disebut “king of fruit” (Gambar 3) semakin
dikenal oleh masyarakat luas karena mempunyai rasa yang enak. Durian yang memiliki
rasa kurang enak seperti rasa yang asam seringkali hanya dibuang begitu saja tanpa ada
pengolahan lebih lanjut (Rukmana, 1996).
Gambar 3. Durian (Durio zibethinus Murr.) yang digunakan sebagai bahan fermentasi
tempoyak (Dokumentasi Hengky Saputra, 2011)
Kandungan air dalam 100 gram durian adalah 67 g (Tabel 1). Kandungan air yang
tinggi dapat menyebabkan durian mudah rusak atau busuk. Proses fermentasi
merupakan salah satu cara pengolahan dan pengawetan durian menghasilkan produk
yang dikenal dengna nama lokal “tempoyak”. Bahan utama yang diperlukan untuk
membuat tempoyak adalah daging durian dan garam. Fermentasi berlangsung secara
alami tanpa penambahan inokulum. Penambahan garam diperlukan untuk membentuk
tekstur dan menyediakan lingkungan hidup bagi bakteri asam laktat sehingga hanya
mikroorganisme tahan garam yang dapat hidup. Garam akan membentuk tekstur durian
menjadi lunak karena terjadinya pengeluaran cairan dari durian (peristiwa osmosis)
(Battcock & Azam-Ali, 1998). Kualitas durian akan menentukan hasil akhir proses
fermentasi untuk menghasilkan kualitas tempoyak yang baik (Yuliana & Dizon, 2011).
5
Tabel 1. Kandungan gizi dalam 100 gram buah durian (Durio zibethinus Murr.)
Kandungan gizi
Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (mg)
Fospor (mg)
Kalium (mg)
Tiamina (mg)
Riboflavin (mg)
Vitamin C (mg)
Sumber: (Verheij & Coronel, 1997).
Kadar
67
2,5
2,5
28,3
1,4
0,8
20
63
601
0,27
0,29
57
1.2.2.2. Fermentasi Dami Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk)
Dami nangka (Gambar 4) merupakan bagian nangka yang dapat diolah dan diproses
sebagai bahan makanan tradisional. Jika tidak diolah lebih lanjut, dami nangka sering di
buang atau merupakan limbah dan menempati porsi 40-50% dari total limbah yang
dihasilkan dari buah nangka. Proses fermentasi dami nangka dengan penambahan garam
menghasilkan produk yang dikenal dengan nama “mandai” tanpa penambahan
inokulum (Nur, 2009).
Gambar 4. Dami Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) var. salak, Gunung Pati
yang Digunakan Sebagai Bahan Penelitian (tanda panah)
6
(Dokumentasi Elke Novionalita Hartanto, 2011)
1.2.2.3. Fermentasi Rebung Kuning Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
Rebung merupakan tunas muda tanaman bambu yang muncul dipermukaan dasar
rumpun. Tunas muda bambu dapat dikonsumsi, sehingga digolongkan ke dalam
sayuran. Rebung yang dapat dikonsumsi adalah rebung yang berasal dari bambu betung
(Dendrocalamus asper), bambu temen (Gigontochloa verticillata), bambu kuning
(Dendrocalamus litiforus), dan bambu hijau (Bambusa aldhami) (Andoko, 2003).
Morfologi rebung berbentuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung
daun bambu dengan warna kekuningan (Gambar 5). Rebung mentah mempunyai
kandungan air sekitar 90% setiap berat bersihnya (Rai, 2007).
Gambar 5. Rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) (Dokumentasi Donny
Setiadi, 2011)
Proses fermentasi rebung dilakukan dengan menambahkan larutan garam. Larutan
garam berfungsi agar cairan yang terdapat dalam rebung tertarik keluar melalui proses
osmosis dan juga berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen sehingga
diharapkan hanya bakteri asam laktat saja yang tumbuh. Hasil akhir proses fermenatasi
sering disebut asinan rebung. Pada proses fermentasi rebung, tidak ditambahkan
inokulum.
1.3. Tujuan Penelitian
 Mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri asam laktat yang diperoleh dari
“tempoyak”, “mandai” dan asinan rebung kuning.
7
 Melakukan uji terhadap bakteri asam laktat dengan menggunakan API 20 STREP
test kit dan API 50 CHL
2. MATERI DAN METODE
Penelitian akan dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Teknologi
Pertanian, Unika Soegijapranata untuk fermentasi durian (Durio zibethinus Murr.) lokal
Gunung Pati, dami nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) var. salak, Gunung Pati,
rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) Lokal Mranggen
2.1.
Materi
2.1.1. Alat
Peeralatan yang digunakan adalah tabung reaksi, tabung durham, labu takar 100 ml,
cawan petri, Erlenmeyer (250 ml dan 500 ml), mikropipet, bluetip, yellowtip, bunsen,
autoclave Hirayama HL36AE, jarum ose, blender, penangas air (Yellow Line MAG HS
7), vortex (Thermolyne 37600), mixer, timbangan digital (Ohaus), mikroskop trinokuler
(Olympus BX41) dengan kamera Olympus DP20, kaca preparat, pipet ukur, pipet tetes
dan eppendorf tube.
2.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah durian (Durio zibethinus Murr.) lokal Gunung
Pati, Semarang, dami nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) var. salak, Gunung Pati,
rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) Lokal Mranggen. Media agar
MRS (Pronadisa) dan broth MRS (Merck, Gemany), CaCO3, 96% alkohol, larutan 1 M
NaOH, larutan 1 M HCl, reagensia pengecatan gram dan spora (larutan ungu kristal,
larutan iodium gram, larutan safranin, hijau melakit), 3% larutan hidrogen peroksida
(H2O2), indikator fenolftalein 1% dan akuades steril.
8
2.2.
Metode
Tempoyak,
mandai, asinan
rebung kuning
Pengujian Total asam
laktat (Amin, et al, 2004)
Pengenceran menggunakan pepton water steril 10-1 sd 10-7
Isolasi pada media MRS agar dari masing-masing pengenceran
Identifikasi







.
Morfologi (Sneath et al., 1984)
Pewarnaan gram (Hadioetomo, 1993)
Pewarnaan spora (Lay, 1994)
Aktivitas katalase (Lay, 1994)
Uji Motilitas (Rahayu & Margino, 1997)
Uji Produksi gas (Rahayu & Margino, 1997).
Pertumbuhan pada berbagai pH, suhu dan NaCl
(Rahayu & Margino, 1997)
Identifikasi spesies
API 50 CHL dan 20 STREP test kit
9
Gambar 6. Tahapan isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat dari tempoyak, mandai
dan asinan rebung.
10
2.2.1. Pembuatan Tempoyak, Mandai dan Asinan Rebung Kuning
2.2.1.1. Pembuatan Tempoyak
Sejumlah 125 g daging durian matang ditambahkan 3,75 g garam (3% (b/b)), dicampur
hingga rata. Campuran yang sudah rata dimasukkan dalam wadah plastik dan ditutup rapat.
Fermentasi akan berlangsung secara alami selama 8 hari pada suhu ruang (28-340C)
(Yuliana & Dizon, 2011).
2.2.1.2. Pembuatan Mandai
Dami nangka sejumlah 100 g dicampur dengan larutan garam sejumlah 15% dari berat
dami nangka yang digunakan. Dami nangka direndam sampai seluruh permukaan terendam.
Kontainer ditutup dan proses fermentasi berlangsung selama 7 hari pada suhu ruang sekitar
30oC (Rahayu, 2003).
2.2.1.3. Pembuatan Asinan Rebung Kuning
Rebung kuning bambu betung yang telah dibersihkan sejumlah 200 g direndam dalam
larutan garam 2,5% sebanyak 350 ml (seluruh bagian rebung terendam air larutan garam),
kemudian kontainer ditutup. Proses fermentasi berlangsung selama 7 hari pada suhu ruang
sekitar 30 oC (Rahayu, 2003).
2.2.2. Pengujian Total Asam Laktat
Masing-masing sampel (tempoyak, mandai, asinan rebung kuning) ditimbang 10 g,
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan air destilasi sampai tanda
tera. Sejumlah 5 ml sampel yang telah diencerkan tersebut diambil dan dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein 1%. Selanjutnya dititrasi
menggunakan larutan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah muda. Total asam tertitrasi
diasumsikan sebagai total asam laktat (%). Penghitungan total asam tertitrasi adalah sebagai
berikut:
11
Total asam laktat (%) = ml NaOH x Normalitas NaOH x 0.9 x 100%
g sampel
(Amin et al., 2004)
2.2.3. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat
Sejumlah
25 g sampel diencerkan ke dalam 225 ml 0,1% pepton steril (merupakan
pengenceran 10-1) dan dilakukan pengenceran hingga 10 -6. Setiap pengenceran diambil 0,1
ml dan diinokulasikan pada media agar MRS yang mengandung 1% CaCO 3 dengan metode
spread plate secara aspetis dan diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam. Koloni yang
membentuk zona bening, diidentifikasi sebagai bakteri asam laktat. Kultur dimurnikan
dengan metode dan media yang sama (Yuliana & Dizon, 2011; Amin et al., 2006). Setiap
koloni yang terbentuk diamati dan diidentifikasi hingga tahap genus berdasarkan morfologi,
pewarnaan gram, pewarnaan spora, aktivitas katalase, uji motilitas, dan uji produksi gas.
Kemudian diseleksi dengan menumbuhkan isolat pada berbagai suhu, pH, dan NaCl
(Rahayu & Margino,1997). Penamaan taksonomi dilakukan menggunakan Bergey’s manual
of Determinative Bacteriology (Sneath et al., 1984).
2.2.4. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Berdasarkan Karakter Morfologikal
Identifikasi isolat bakteri asam laktat berdasarkan jumlah isolat dan bentuk (coccus, rodshape, coccobacillus) dilakukan dengan pengamatan menggunakan mikroskop (Sneath, et
al., 1984).
2.2.4.1. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Berdasarkan Pewarnaan Gram
Isolat bakteri asam laktat dioleskan pada gelas obyek, kemudian diberi 2 tetes larutan ungu
kristal dan didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, sisa larutan ungu kristal dibuang dan
gelas obyek dibilas menggunakan akuaes. Pengecatan dilanjutkan dengan larutan iodium
gram selama 3 menit, dan dibilas menggunakan akuades. Setelah itu, dilakukan pemucatan
menggunakan alkohol 95% setetes demi setetes selama 20 detik, kemudian bilas dengan
akuades. Pengecatan terakhir dilakukan menggunakan larutan safranin selama 1 – 2 menit,
12
dan dibilas dengan akuades. Pengamatan warna yang diserap oleh bakteri asam laktat
dilakukan dengan pengamatan mikroskop (Madigan et al., 2003).
2.2.4.2. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Berdasarkan Pewarnaan Spora
Isolat bakteri asam laktat dioleskan pada kaca objek dan difiksasi di atas api bunsen. Kaca
objek diletakkan di atas kaki tiga dan kaca objek ditutup dengan kertas saring, diberi
pewarna hijau melakit dan dipanaskan selama 5 menit. Panas akan mengembangkan lapisan
luar spora sehingga hijau melakit dapat masuk ke dalam spora. Kaca objek didinginkan
selama 1 menit kemudian kertas saring dibuang dan dibilas dengan air. Diberi pewarna
safranin dan didiamkan selama 1 menit, kemudian dibilas dengan air. Pengamatan dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10 X 100 (Lay, 1994).
2.2.5. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Berdasarkan Uji Aktivitas Katalase
Satu ose isolat bakteri asam laktat dioleskan pada kaca objek yang telah diberi alkohol,
kemudian ditetesi dengan larutan H2O2. Katalase positif ditandai oleh pembentukan
gelembung udara pada koloni dan sekitarnya (Lay, 1994).
2.2.6. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Berdasarkan Uji Motilitas
Isolat bakteri asam laktat diambil secara aseptis menggunakan jarum ose yang lurus bagian
ujungnya, kemudian isolat bakteri ditusukkan ke dalam MRS agar lunak tegak (konsentrasi
agar pada MRS diturunkan sampai 0,5%). Inkubasi dilakukan pada suhu 370C selama 48
jam. Isolat non motil hanya tumbuh pada sekitar tusukan inokulasi sedangkan isolat motil
akan tumbuh menyebar (Rahayu & Margino, 1997).
2.2.7. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Berdasarkan Produksi Gas
Isolat ditumbuhkan pada 5 ml media MRS broth yang diberi tabung durham terbalik untuk
menangkap gas yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat selama dalam pertumbuhannya.
13
Kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam. Isolat yang menghasilkan gelembung
diidentifikasi sebagai bakteri heterofermentatif, sedangkan isolat yang tidak menghasilkan
gelembung gas disebut homofermentatif (Rahayu & Margino, 1997).
2.2.8. Kemampuan Pertumbuhan Bakteri pada Berbagai Suhu, pH, dan NaCl
2.2.8.1. Pertumbuhan Bakteri pada Suhu (100C, 450C, dan 500C)
Isolat bakteri asam laktat ditumbuhkan dalam 5 ml media MRS broth dan diinkubasi
selama 48 jam pada suhu 370C. Kemudian dari 5 ml inokulum bakteri asam laktat, diambil
50 μl inokulum dan diinokulasikan ke dalam 5 ml medium MRS broth. Kemudian
diinkubasi pada suhu 100C, 450C, dan 500C selama 48 jam. Pengamatan pertumbuhan
dilakukan dengan mengukur nilai absorbansi pada panjang gelombang 700 nm jam ke-24
dan ke-48 (Rahayu & Margino, 1997).
2.2.8.2. Pertumbuhan Bakteri pada pH (4,4 dan 9,6)
Isolat bakteri asam laktat ditumbuhkan dalam 5 ml media MRS broth dan diinkubasi
selama 48 jam pada suhu 370C. Kemudian dari 5 ml inokulum bakteri asam laktat, diambil
50 μl inokulum dan diinokulasikan ke dalam 5 ml medium MRS broth yang memiliki pH
4,4 dan 9,6 dengan larutan 1 M HCl atau larutan 0,5 M NaOH kemudian diinkubasi pada
suhu 370C selama 48 jam. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan mengukur nilai
absorbansi pada panjang gelombang 700 nm jam ke-24 dan ke-48 (Rahayu & Margino,
1997).
2.2.8.3. Pertumbuhan Bakteri pada Kadar NaCl (6,5% dan 18%)
Isolat bakteri asam laktat ditumbuhkan dalam 5 ml media MRS broth dan diinkubasi
selama 48 jam pada suhu 370C. Kemudian dari 5 ml inokulum bakteri asam laktat, diambil
50 μl inokulum dan diinokulasikan ke dalam 5 ml MRS broth dengan konsentrasi NaCl
6,5% dan 18% kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam. Pengamatan
pertumbuhan dilakukan dengan mengukur nilai absorbansi pada panjang gelombang 700
nm jam ke-24 dan ke-48 (Rahayu & Margino, 1997).
14
2.2.9. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Menggunakan API 20 STREP test kit
API 20 STREP test kit (Bio Merieux SA, France) merupakan alat identifikasi spesies genus
Aerococcus,
Alloiococcus,
Granulicatella,
Spesies
bakteri
Enterococcus,
Gemella,
Gardnerella,
Globicatella,
Lactococcus Leuconoctoc, Listeria, Pediococcus dan Streptococcus.
asam
laktat
diidentifikasi
berdasarkan
kemampuannya
dalam
memfermentasi 20 jenis sumber karbon yang terdapat pada API 20 STREP test kit.
Pembacaan hasil identifikasi menggunakan API WEB software (API bioMerieux)
(Pelinescu et al., 2009).
2.2.10. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Menggunakan API 50 HCL test kit
API 50 CHL adalah test kit yang digunakan untuk identifikasi genus Lactobacillus hingga
ke tingkat spesies. Test kit tersusun atas 49 jenis gula (49 tube) yang selanjutnya akan
difermentasi oleh isolat yang akan diidentifikasi. Apabila isolat yang diuji mampu
memfermentasi sumber gula dan menghasilkan asam, maka indikator bromkresol ungu
akan mengubah warna larutan gula dari ungu menjadi kuning. Pembacaan hasil identifikasi
menggunakan API WEB software (API bioMerieux) (Pelinescu et al., 2009).
2.2.11. Pembuatan Stok Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat yang telah diidentifikasi dapat disimpan apabila akan digunakan
kembali dalam bentuk kultur stok dalam freezer dengan suhu hingga -10oC pada media
MRS broth yang mengandung gliserol 15% dalam tabung eppendorf (Gawad et al., 2010).
15
3. HASIL PENELITIAN
Proses fermentasi untuk durian, dami nangka dan rebung kuning berlangsung sekitar 7 hari
secara fakultatif anaerob. Setelah proses fermentasi selesai, tekstur tempoyak menjadi lunak
dan berwarna kuning krem (Gambar 7.a.). Fermentasi dami nangka yang sudah selesai
teksturnya menjadi lunak dan beraroma alkohol (Gambar 7.b.). Setelah proses fermentasi
asinan rebung kuning selesai, menghasilkan aroma alkohol yang menyengat, tekstur yang
lunak dan warna rebung berubah menjadi kuning cerah (Gambar 7.c.).
b
a
c
Gambar 7. Tempoyak (a), mandai (b) dan asinan rebung (c) yang digunakan sebagai
sumber bakteri asam laktat yang telah melalui proses fermentasi sekitar 7 hari
16
Berdasarkan hasil pengujian total asam laktat pada tempoyak diketahui bahwa rata-rata
total asam laktat adalah 0,495% pada awal fermentasi dan terus meningkat hingga menjadi
1,770% pada akhir fermentasi. Total asam laktat mandai terus meningkat seiring dengan
waktu fermentasi, hasilnya berkisar antara 0,0495% - 0,207%. Sedang kandungan asam
laktat pada asinan rebung kuning bambu betung semakin meningkat siring bertambahnya
waktu fermentasi. Total asam laktat pada hari ke–0 sebesar 0,285% dan pada hari akhir
fermentasi (hari ke-7) adalah 0,534 %.
3.1. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Lakat Pada Tempoyak, Mandai, Dan
Asinan Rebung Kuning Menggunakan Tes Biokimia
Koloni yang tumbuh pada media agar MRS yang mengandung 1% CaCO3 membentuk zona
bening dan diidentifikasi sebagai bakteri asam laktat, kemudian dimurnikan pada media
yang sama hingga membentuk koloni tunggal (Gambar 8).
Gambar 8. Isolat bakteri asam laktat yang membentuk koloni tunggal dan membentuk zona
bening
17
3.1.1. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Pada Tempoyak
Setiap koloni asam laktat diidentifikasi lebih lanjut hingga tahap genus berdasarkan
morfologi, pewarnaan gram, pewarnaan spora, aktivitas katalase, uji motilitas, produksi gas.
Pada Tabel 2 diketahui bahwa dari 24 isolat, 7 isolat tidak termasuk bakteri asam laktat
karena tidak membentuk zona bening (tanda *) sehingga tidak dilakukan pengujian lebih
lanjut. Hasil pengujian menunjukkan semua isolat berbentuk cocci, gram positif, tidak
membentuk spora, katalase negatif, non-motil, dan tidak membentuk gas (homofermentatif).
Sedang 17 isolat lainnya termasuk bakteri asam laktat karena membentuk zona bening dan
diidentifikasi lebih lanjut (Tabel 3).
18
Tabel 2. Hasil tes biokimia identifikasi bakteri asam laktat (BAL) pada tempoyak
No
Isolat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
11
12
13
14
15
21
22
23
24
31
32
33
34
41
42
43
44
51
52
53
54
61
62
63
Zona
bening
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Bentuk
sel
*
c
c
c
c
*
c
c
*
*
c
c
*
c
*
c
*
c
c
c
c
c
c
c
Pewarnaan Pewarnaan
Gram
Spora
*
*
+
+
+
+
*
*
+
+
*
*
*
*
+
+
*
*
+
*
*
+
*
*
+
+
+
+
+
+
+
-
Katalase
Motilitas
*
*
*
*
*
*
*
-
*
*
*
*
*
*
*
-
Produksi
Gas
*
*
*
*
*
*
*
-
BAL
NB
B
B
B
B
NB
B
B
NB
NB
B
B
NB
B
NB
B
NB
B
B
B
B
B
B
B
Keterangan: “c” = bakteri bentuk cocci
: “*” = tidak dilakukan pengujian lebih lanjut
: “+” = positif / membentuk
: “-“ = negatif / tidak membentuk
: ”B” = Bakteri asam laktat
: “NB” = Non-Bakteri asam laktat / bukan bakteri asam laktat
19
Tabel 3. Hasil uji kemampuan tumbuh 17 isolat BAL pada berbagai suhu, pH dan kadar
NaCl
No
Isolat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
12
13
14
15
22
23
32
33
41
43
51
52
53
54
61
62
63
10
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Suhu (0C)
45
50
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
4,4
-
pH
9,6
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
NaCl (%)
6,5
18
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Genus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Enterococcus
Keterangan: “+” = tumbuh
: “-“ = tidak tumbuh
Berdasarkan pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa 17 isolat yang diuji dapat tumbuh pada
suhu 100C dan 450C, tumbuh pada media dengan pH 9,6 serta tumbuh pada media yang
mengandung 6,5% NaCl. Genus Enterococcus merupakan genus bakteri asam laktat yang
tumbuh pada suhu 10 dan 450C, media yang mengandung 6,5% NaCl dan pada pH 9,6.
Isolat yang mempunyai pertumbuhan terbaik dibandingkan dengan isolat lainnya
berdasarkan nilai absorbansi pada uji kemampuan pertumbuhan pada berbagai suhu, pH
dan NaCl (Lampiran 1; Tabel 12) diidentifikasi lebih lanjut menggunakan API 20 STREP
test kit. API 20 STREP test kit mengandung 20 jenis karbon (20 tube) difermentasi oleh
isolat yang akan diidentifikasi. Kemampuan bakteri asam laktat untuk memfermentasi
berbagai jenis karbon diamati secara kualitatif berdasarkan perubahan warna yang terjadi
sesuai dengan tube masing-masing. Isolat yang mampu memfermentasi berbagai sumber
karbon, akan mengalami perubahan warna pada tube API 20 STREP test kit seperti Tabel 4.
20
Tabel 4. Warna sumber karbon pada API 20 STREP test kit berdasarkan hasil fermentasi
(Negatif dan Positif)
Tube
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Komponen aktif
Pyruvate
Hippurate
Esculin
Pyrrolidonyl-2-naphthlyamide
6-Bromo-2-naphthyl_-D-dalactopryranosise
Naphthol AS-BI_-D-glucuranote
2-naphthyl-_-D-galactopyranoside
2- naphthyl phosphate
L-leucine-2-naphtylamide
Arginine
RribOse
L-arabinose
Mannitol
Sorbitol
Lactose
Trehalose
Inulin
Rafginose
Starch (2)
Glycogen
Warna hasil fermentasi karbon
Negatif
Positif
Coklat
Merah
Bening
Biru gelap
Kuning pucat Hitam
Bening
Jingga
Bening
Violet
Bening
Biru
Bening
Violet
Bening
Violet
Bening
Jingga
Kuning
Merah
Merah
Kuning
Merah
Kuning
Merah
Kuning
Merah
Kuning
Merah
Kuning
Merah
Kuning
Merah
Kuning
Merah
Kuning
Merah
Kuning
Merah
Kuning
Berdasarkan nilai absorbansi uji kemampuan pertumbuhan pada berbagai suhu, pH dan
NaCl (Lampiran 1; Tabel 12), diperoleh 2 isolat yang terbaik dan yaitu isolat 51 dan 63.
Isolat 53 dan 61 menunjukkan perbedaan kemampuan memferrmentasi sumber karbon,
isolat 51 mampu memfermentasi karbon 2-naphthyl phosphate sedangkan isolate 63 tidak
dapat memfermentasi karbon tersebut. Setelah isolat 51 dan 63 diidentifikasi kemampuan
memfermentasi berbagai sumber karbon (Tabel 5; Gambar 9), dilanjutkan analisa data
dengan menggunakan API WEB software. Hasil identifikasi untuk kedua isolat bakteri
asam laktat yang diperoleh adalah Enterococcus faecium (Lampiran 2).
21
Tabel 5.
Tube
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Hasil identifikasi fermentasi berbagai sumber karbon menggunakan API 20
STREP test kit pada tempoyak
Komponen Aktif
Pyruvate
Hippurate
Esculin
Pyrrolidonyl-2-naphthlyamide
6-Bromo-2-naphthyl_-D-dalactopryranosise
Naphthol AS-BI_-D-glucuranote
2-naphthyl-_-D-galactopyranoside
2- naphthyl phosphate
L-leucine-2-naphtylamide
Arginine
RribOse
L-arabinose
Mannitol
Sorbitol
Lactose
Trehalose
Inulin
Rafginose
Starch (2)
Glycogen
Isolat
51
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
63
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Keterangan: *+* : bakteri asam laktat mampu memfermentasi sumber karbon
*-* : bakteri asam laktat tidak mampu memfermentasi sumber karbon
22
51
63
Gambar 9. Hasil identifikasi isolat 51 dan 63 menggunakan API 20 STREP test kit
3.1.2. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Pada Mandai
Berdasarkan isolasi mandai pada media MRS agar dengan 1% CaCO3, diperoleh 24 koloni
tunggal yang dapat dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu 20 isolat termasuk dalam
bakteri asam laktat (BAL) dan 4 isolat tidak termasuk BAL. Identifikasi genus BAL
dilakukan berdasarkan morfologi, pewarnaan gram, aktivitas katalase, motilitas, produksi
gas, dan kemampuan tumbuh pada suhu 10oC, 45oC, dan 50oC, pH 4,4 dan 9,6 serta
kemampuan tumbuh pada konsentrasi NaCl 6,5%, dan 18% (Tabel 6 dan 7).
23
Tabel 6. Hasil tes biokimia identifikasi bakteri asam laktat (BAL) pada mandai
No
Isolat
Zona
bening
Bentuk
Bakteri
Pewarnaan
Gram
Pewarnaan
Spora
Katalase
Motilitas
Produksi
Gas
BAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1A1
1A2
1B1
1B2
2A1
2A2
2B1
2B2
3A1
3A2
3B1
3B2
4A1
4A2
4B1
4B2
5A1
5A2
5B1
5B2
6A1
6A2
6B1
6B2
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
*
b
b
b
b
*
b
b
b
*
*
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
*
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
*
Ungu
Ungu
Ungu
*
*
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
*
Merah
Merah
Merah
Merah
*
Merah
Merah
Merah
*
*
+
+
+
*
+
+
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
+
*
*
*
*
*
*
+
+
*
+
*
*
B
B
B
B
B
B
B
NB
NB
B
B
B
NB
NB
NB
NB
B
B
NB
B
B
B
NB
NB
Keterangan
: “b”
: “+”
: “-“
: “*“
: “B”
: “NB“
= bakteri bentuk batang
= isolat tumbuh (media keruh)
= isolat tidak tumbuh (media bening)
= tidak dilakukan pengujian
= termasuk Bakteri Asam Laktat
= tidak termasuk Bakteri Asam Laktat
Pada Tabel 6 diketahui bahwa 15 isolat termasuk dalam BAL karena memiliki ciri-ciri:
membentuk zona bening, berbentuk batang, gram positif, tidak membentuk spora, katalase
negatif, non motil, bersifat obligat homofermentatif, fakultatif heterofermentatif, atau
obligat heterofermentatif.
24
Tabel 7. Hasil uji kemampuan tumbuh 15 isolat BAL pada berbagai suhu, pH dan kadar
NaCl
No
Isolat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1A1
1A2
1B1
1B2
2A1
2A2
2B1
3A2
3B1
3B2
5A1
5A2
5B2
6A1
6A2
Keterangan
: “+”
: “-“
: “*“
: “ND”
Suhu (oC)
10
45
50
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
NaCl (%)
6,5
18
+
+
+
+
+
+
+
+
-
4,4
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
pH
9,6
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Genus
Lactobacillus
ND
ND
Lactobacillus
ND
ND
ND
ND
ND
Lactobacillus
Lactobacillus
ND
ND
Lactobacillus
ND
= isolat tumbuh (media keruh)
= isolat tidak tumbuh (media bening)
= tidak dilakukan pengujian
= Not Detected
Berdasarkan uji kemampuan tumbuh 15 isolat, diketahui bahwa 5 isolat termasuk dalam
genus Lactobacillus karena memiliki ciri-ciri: pada umumnya dapat tumbuh pada suhu
10oC, 45oC, dan 50oC, pada pH 4,4, dan pada konsentrasi NaCl 6,5%, serta tidak dapat
tumbuh pada pH 9,6 dan konsentrasi NaCl 18%. Sedangkan 10 isolat lain belum dapat
diidentifikasi karena ciri-ciri pertumbuhannya tidak termasuk dengan genus bakteri asam
laktat lain seperti Carnobacterium (dapat tumbuh pada suhu 10oC tetapi tidak dapat tumbuh
pada suhu 45oC, konsentrasi NaCl 18% dan pada pH 9,6) dan Bifidobacterium (dapat
tumbuh pada suhu 45oC , tetapi tidak dapat tumbuh pada pH 4,4 dan 9,6.
25
Nilai absorbansi uji kemampuan pertumbuhan pada berbagai suhu, pH dan NaCl (Lampiran
1; Tabel 13-15), diperoleh 2 isolat yang yang mewakili genus Lactobacillus yaitu isolat
1A1 dan 3B2. Setelah isolat 1A1 dan 3B2 diidentifikasi kemampuan memfermentasi
berbagai sumber karbon dengan API 50 CHL test kit (Tabel 8; Gambar 10 dan 11),
dilanjutkan analisa data dengan menggunakan API WEB software. Hasil identifikasi
menunjukkan bahwa isolat 1A1 dan 3B2 merupakan Lactobacillus pentosus dengan tingkat
signifikansi 91,6% dan 97,3% (Lampiran 2).
26
Tabel 8. Hasil identifikasi fermentasi berbagai sumber karbon menggunakan API 50 CHL
test kit pada mandai
Tube
Komponen Aktif
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
CONTROL
GLYcerol
ERYthritol
D-ARAbinose
L-ARAbinose
D-RIBose
D-XYLose
L-XYLose
D-ADOnitol
β-Methyl-D-Xyloside
D-GALactose
D-GLUcose
D-FRUctose
D-MaNnosE
L-SorBosE
L-RHAmnose
DULcitol
INOsitol
D-MANnitol
D-SORbitol
α-Methyl-D-Mannoside
α-Methyl-D-Glucoside
N-Acetyl-Glucosamine
AMYgdalin
ARButin
ESCulin
SALicin
D-CELIobiose
D-MALtose
D-LACtose
D-MELibiose
D-Sucrose
D-TREhalose
INUlin
D-MeleZitose
D-RAFfinose
Starch
GLYcoGen
XyLiTol
GENtibiose
D-TURanose
D-LYXose
D-TAGatose
D-FUCose
L-FUCose
D-ARabitoL
L-ARabitoL
potassium GlucoNaTe
potassium 2-Keto-Gluconate
potassium 5-Keto-Gluconate
Keterangan
Isolat
1A1
3B2
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
: “+” = sumber karbon terfermentasi oleh bakteri asam laktat
: “-“ = sumber karbon tidak terfermentasi oleh bakteri asam laktat
27
Identifikasi dengan API 50 CHL test kit digunakan untuk mengetahui kemampuan isolat
untuk memfermentasi 49 jenis gula (Tabel 8). Diketahui adanya perbedaan jenis sumber
karbon yang dapat difermentasi oleh isolat 1A1 dan isolat 3B2 yaitu pada kemampuan
memfermentasi sumber karbon D-TAGatose. Isolat 1A1 tidak dapat memfermentasi
sumber karbon D-TAGatose sedangkan isolat 3B2 dapat memfermentasi sumber karbon DTAGatose. Perubahan warna dari API 50 CHL test kit dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11.
Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi kuning dan hasil negatif
ditunjukkan dengan tidak terjadi perubahan warna (tetap biru).
28
Gambar 10. Hasil identifikasi isolat 1A1 dengan API 50 CHL test kit
29
Gambar 11. Hasil identifikasi isolat 3B2 dengan API 50 CHL test kit
30
3.1.3. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Pada Asinan Rebung Kuning
Kultur bakteri asam laktat yang diperoleh dari asinan rebung kuning ditumbuhkan pada
media MRS agar dengan 1% CaCO3. Hasilnya diperoleh 30 koloni tunggal yang terdiri atas
21 isolat termasuk dalam bakteri asam laktat sedangkan 9 isolat tidak termasuk bakteri
asam laktat. Identifikasi BAL dilakukan melalui uji biokimia (pewarnaan gram dan spora,
uji katalase, uji motilitas, uji pembentukan gas) pada isolat yang diperoleh (Tabel 9) serta
uji kemampuan pertumbuhan bakteri asam laktat pada suhu 10 oC, 45 oC, dan 50 oC,
kemampuan tumbuh pada kadar NaCl 6,5%, dan 18%, serta pH 4,4 dan 9,6 (Tabel 10).
31
Tabel 9. Hasil tes biokimia identifikasi bakteri asam laktat (BAL) pada asinan rebung
kuning
No
Isolat
Zona
bening
Pewarnaan
Gram
Pewarnaan
Spora
Bentuk
Bakteri
Katalase
Motilitas
Produksi
Gas
BAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
111
121
112
122
211
221
231
212
222
232
311
321
312
322
411
421
412
422
511
521
512
522
611
621
631
641
711
721
731
741
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
*
+
+
+
+
*
+
*
*
+
+
+
+
+
+
+
*
+
+
*
+
+
+
+
*
+
+
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
b
*
b
b
b
b
*
b
*
*
b
b
b
b
b
b
b
*
b
b
*
b
b
b
b
*
b
b
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
B
NB
B
B
B
B
NB
B
NB
NB
B
B
B
B
B
B
B
NB
B
B
NB
B
B
B
B
NB
B
B
NB
NB
Keterangan
: “b”
: “*”
: “+”
: “-“
: “B”
: “NB”
= bakteri bentuk basil
= tidak dilakukan pengujian lebih lanjut
= positif / membentuk
= negatif / tidak membentuk
= bakteri asam laktat
= non-bakteri asam laktat / bukan bakteri asam laktat
32
Tabel 10. Hasil uji kemampuan tumbuh 21 isolat BAL pada berbagai suhu, pH dan kadar
NaCl
No
Isolat
Suhu (oC)
10
45
50
NaCl (%)
6,5
18
pH
4,4
9,6
Genus
BAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
111
112
122
211
221
212
311
321
312
322
411
421
412
511
521
522
611
621
631
711
721
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Lactobacillus
Lactobacillus
ND
ND
ND
Lactobacillus
Lactobacillus
Lactobacillus
ND
Lactobacillus
Lactobacillus
ND
ND
Lactobacillus
ND
ND
ND
ND
ND
ND
ND
Keterangan
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
: “+” = tumbuh
: “-“ = tidak tumbuh
: ND = not detected
Isolat bakteri asam laktat pada asinan rebung kuning tumbuh baik pada suhu 10oC hingga
50 oC kadar NaCl 6,5%, serta pada pH 4,4 dan 9,6 namun tidak dapat tumbuh pada kadar
NaCl 18%. Sehingga diperoleh bahwa 8 isolat yang sesuai dengan ciri bakteri asam laktat
dengan genus Lactobacillus, dimana genus Lactobacillus memiliki ciri-ciri pertumbuhan
spesifik yaitu tidak tumbuh pada kadar NaCl 18% dan pH 9,6. Sedangkan 13 isolat bakteri
asam laktat yang lain belum dapat teridentifikasi karena kurang sesuai dengan ciri-ciri
genus bakteri asam laktat berbentuk basil yang lain (Tabel 10). Dua isolat (111 dan 321)
yang memiliki karakteristik terbaik untuk ciri-ciri pertumbuhan Lactobacillus yang nampak
dari nilai absorbansi terendah (Lampiran 1; Tabel 16-18), diuji dengan menggunakan API
50 CHL test kit. Setelah inkubasi selama 48 jam terjadi perubahan warna dari ungu menjadi
kuning (hasil positif) pada Tabel 11.
33
Tabel 11. Hasil identifikasi fermentasi berbagai sumber karbon menggunakan API 50 CHL
test kit pada asinan rebung kuning
Tube
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Keterangan
Komponen Aktif
: “+”
: “-“
Isolat
111
CONTROL
GLYcerol
ERYthritol
D-ARAbinose
L-ARAbinose
+
D-RIBose
+
D-XYLose
+
L-XYLose
D-ADOnitol
β-Methyl-D-Xyloside
D-GALactose
+
D-GLUcose
+
D-FRUctose
+
D-MaNnosE
+
L-SorBosE
L-RHAmnose
DULcitol
INOsitol
D-MANnitol
+
D-SORbitol
+
α-Methyl-D-Mannoside
+
α-Methyl-D-Glucoside
+
N-Acetyl-Glucosamine
+
AMYgdalin
+
ARButin
+
ESCulin
+
SALicin
+
D-CELIobiose
+
D-MALtose
+
D-LACtose
+
D-MELibiose
+
D-Sucrose
+
D-TREhalose
+
INUlin
D-MeleZitose
+
D-RAFfinose
+
Starch
GLYcoGen
XyLiTol
GENtibiose
+
D-TURanose
+
D-LYXose
D-TAGatose
+
D-FUCose
L-FUCose
D-ARabitoL
L-ARabitoL
potassium GlucoNaTe
potassium 2-Keto-Gluconate
potassium 5-Keto-Gluconate
= bakteri asam laktat mampu memfermentasi gula
= bakteri asam laktat tidsk mampu memfermentasi gula
321
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
34
Gambar 12. Hasil identifikasi isolat 111 dengan menggunakan API 50 CHL test kit
35
Gambar 13. Hasil identifikasi isolat 321 dengan menggunakan API 50 CHL test kit.
Isolat 111 memiliki kemampuan dalam memfermentasi 25 jenis gula (perubahan warna
menjadi kuning pada Gambar 12) dan merupakan Lactobacillus plantarum dengan
presentase kemiripan dengan ciri-ciri pada database API-LAB software sebesar 90,8%
(Gambar 19). Isolat 321 dapat memfermentasi 23 jenis gula (warna menjadi kuning pada
Gambar 12) dan merupakan Lactobacillus pentosus dengan presentase kemiripan ciri-ciri
pada database API-LAB software sebesar 84,3% (Gambar 20). Perbedaan kedua isolat
terletak pada kemampuannya memfermentasi gula α-Methyl-D-Mannoside dan α-Methyl-DGlucoside (Tabel 11).
36
4. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian total asam laktat pada tempoyak, mandai dan asinan rebung
kuning menunjukkan adanya peningkatan selama proses fermentasi. Pada tempoyak
diketahui rata-rata total asam laktat adalah 0,495% pada awal fermentasi dan meningkat
menjadi 1,770% pada akhir fermentasi. Total asam laktat mandai terus meningkat dari
0,0495%
sampai 0,207%. Sedang kandungan asam laktat pada asinan rebung kuning
bambu betung semakin meningkat pada hari ke–0 sebesar 0,285% dan pada hari akhir
fermentasi (hari ke-7) adalah 0,534 %.
Kandungan asam laktat yang meningkat mempunyai hubungan dengan perubahan pH.
Semakin tinggi kandungan asam suatu bahan maka akan semakin rendah pH bahan tersebut
(Ray & Bhunia, 2007). Bakteri asam laktat akan memproduksi asam laktat secara maksimal
pada pH 5,5-6,0 akan berhenti pada pH 4,5 (Rehm & Reed, 1996). Hasil pengukuran pH
pada akhir fermentasi rata-rata 4,5. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa BAL berada pada
fase stasioner pertumbuhannya, kecepatan pertumbuhan akan menurun karena jumlah
nutrisi yang sedikit dan jumlah BAL mencapai optimum. Hal ini terjadi karena sebagian sel
akan mati dan sel lainnya akan memperbanyak diri untuk mencapai kondisi yang stabil
(Ray & Bhunia, 2007).
4.1. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Menggunakan Tes Biokimia
Isolat yang diperoleh (17 untuk tempoyak, 15 untuk mandai dan 21 untuk asinan rebung
kuning) diidentifikasi berdasarkan morfologi pewarnaan gram, pewarnaan spora, uji
motilitas. Hasil identifikasi menunjukkan semua isolat berbentuk cocci, gram positif, tidak
membentuk spora dan tidak bergerak (non-motil) (Tabel 3, 7 dan 10 berurutan untuk
tempoyak, mandai dan asinan rbung kuning). Battcock & Azam-Ali (1998), juga
memberikan penjelasan ciri-ciri yang dimiliki bakteri asam laktat seperti: gram positif,
tidak membentuk spora, berbentuk cocci atau bacilli, tidak bergerak (non-motil), bereaksi
37
negatif dengan hidrogen peroksida (H2O2). Dengan demikian karakteristik isolat yang
dihasilkan adalah karakteristik bakteri asam laktat.
Morfologi bakteri berdasarkan pewarnaan gram, dibedakan menurut komposisi dinding
selnya. Bakteri gram positif (ungu) memiliki dinding sel yang tersusun atas lapisan
peptidoglikan yang tebal yaitu 90% dari total komposisi dinding sel. Sedang bakteri gram
negatif (merah muda) tersusun atas lapisan tipis peptidoglikan yaitu 10% dari total
komposisi dinding sel dan sebagian besar berupa lipid (Smith & Hussey, 2005). Hasil
pewarnaan gram menunjukkan bahwa seluruh isolat bakteri berwarna ungu dan berbentuk
basil/batang (untuk mandai dan asinan rebng kuning), sedang bentuk cocci diperoleh pada
isolat bakteri pada tempoyak. Menurut De Vuyst & Vandamme (1994), bakteri asam laktat
yang berbentuk basil/batang termasuk genus Lactobacillus, Carnobacterium, dan
Bifidobacterium. Pada pewarnaan spora, seluruh isolat tidak membentuk spora karena
berwarna merah.
Hasil pengujian semua isolat berdasarkan aktivitas katalase menunjukkan katalase negatif
karena tidak membentuk gelembung gas. Katalase merupakan enzim yang berfungsi untuk
menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen (2H2O2
2 H2O + O2 )
(Fugelsang & Edwards, 2007; Hendriksen et al., 2003).
Isolat yang diuji berdasarkan uji motilitas, diidentifikasi bersifat non motil karena hanya
mengalami pertumbuhan di sepanjang garis inokulasi. Hal ini menunjukkan bahwa
keseluruhan isolate BAL tidak memiliki flagella. Menurut Sharma (2007), flagella
merupakan struktur berfilamen yang tersusun atas protein yang melekat pada permukaan
sel dan memungkinkan terjadinya pergerakan dari bakteri yang bersifat motil. Semua isolat
pada tempoyak termasuk genus Enterococcus bersifat non-motil (Tabel 3).
Menurut Lorena (2005), genus Enterococcus tumbuh dengan baik pada suhu 100C-450C.
Hal ini sesuai dengan hasil uji pertumbuhan pada bebagai suhu, dimana isolat Enterococcus
tumbuh pada suhu 100C-450C (Tabel 3). Berdasarkan hasil metabolisme glukosa, genus
38
Enterococcus bersifat homofermentatif yaitu hanya menghasil asam laktat sebagai hasil
metabolismenya yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya gelembung gas pada tabung
durham dalam pangujian produksi gas (Tabel 2).
Identifikasi isolat pada mandai berdasarkan kemampuan memproduksi gas dilakukan di
dalam media yang mengandung glukosa dan tidak mengandung glukonat. Hasil identifikasi
menunjukkan bahwa dari 15 isolat yang diuji, 4 isolat merupakan bakteri asam laktat
obligat heterofermentatif karena membentuk gas pada tabung durham. Sedangkan 11 isolat
lainnya dapat termasuk dalam bakteri asam laktat fakultatif heterofermentatif atau obligat
homofermentatif karena tidak membentuk gas pada tabung durham (Suryani et al., 2010;
De Vuyst & Vandamme, 1994).
Berdasarkan hasil tes biokimia dan hasil pengujian kemampuan pertumbuhan bakteri asam
laktat pada berbagai suhu, pH serta kadar NaCl, maka dapat diketahui bahwa bakteri asam
laktat yang terdapat dalam asinan rebung kuning termasuk dalam genus obligat
homofermentatif atau fakultatif heterofermentatif Lactobacillus. Genus Lactobacillus
umumnya ditemukan pada substrat yang kaya akan karbohidrat seperti pada membran
mukosa manusia, sayur-sayuran, buah-buahan, makanan hasil fermentasi serta makanan
membusuk (Rahayu & Margino, 1997).
4.2. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Menggunakan API 20 STREP Test Kit (Untuk
Tempoyak)
Dua isolat Enterococcus yang dipilih yaitu isolat 51 dan 63 berdasarkan nilai absorbansi
terbesar pada uji suhu, pH dan NaCl (Lampiran 1; Tabel 12). diidentifikasi menggunakan
API 20 STREP test kit, yang merupakan alat identifikasi bakteri asam laktat berdasarkan
kemampuan isolat memfermentasi berbagai sumber karbon (Pelinescu et al., 2009). Isolat
51 teridentifikasi sebagai Enterococcus faecium dengan signifikansi 99,1% dan isolat 61
teridentifikasi Enterococcus faecium dengan signifikannsi 99,2% (Lampiran 2; Gambar 14).
Perbedaan hasil identifikasi antara isolat 51 dan 63 terdapat pada kemampuan isolat 51
39
dalam memfermentasi karbon 2-naphthyl phosphate (warna tube violet), sedangkan isolat
63 tidak mampu memfermentasi jenis karbon tersebut (warna tube bening).
Hasil identifikasi isolat pada tempoyak (durian lokal Gunung Pati, Semarang) yang
diperoleh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Yuliana & Dizon (2011) pada
fermentasi tempoyak di Filipina, dimana BAL yang teridentifikasi adalah Lactobacillus
plantarum, Weissella paramesenteroides dan Pediococcus acidilactici. Hasil penelitian
Yuliana & Dizon (2011), memiliki persamaan dan perbedaan karakteristik dengan
Enterococcus faecium. Persamaannya terletak pada keempat spesies berisifat gram positif,
katalase negatif dan non-motil. Sedangkan perbedaannya terdapat pada tipe fermentasi
dimana Weissella paramesenteroides bersifat heterofermentatif sendangkan Lactobacillus
plantarum,
Pediococcus
acidilactici dan
Enterococcus
bersifat
homofermentatif.
Berdasarkan bentuknya Latobacillus plantarum dan Weissella paramesenteroides
berbentuk batang, sedangkan Pediococcus acidilactici dan Enterococcus berbentuk bulat.
Berdasarkan pada suhu pertumbuhannya Pediococcus acidilactici dan Latobacillus
plantarum merupakan kelompok bakteri termofilik yaitu dapat tumbuh pada suhu 10-500C,
kemudian Weissella paramesenteroides hanya dapat tumbuh pada suhu 370C sedangkan
Enterococcus faecium termasuk dalam kelompok bakteri mesofil dapat tumbuh pada suhu
10-450C
Terdapatnya perbedaan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa faktor lingkungan
seperti waktu, kelembapan, suhu, oksigen, dan substrat pertumbuhan dalam hal ini adalah
varietas dan daerah asal durian yang digunakan berpengaruh terhadap hasil fermentasi
tempoyak dan bakteri asam laktat yang berperan didalamnya.
4.3. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Menggunakan API 50 CHL Test Kit (Untuk
Mandai)
Identifikasi berdasarkan kemampuan memproduksi gas, diketahui bahwa isolat 1A1 dan
3B2 tidak menghasilkan gas. Menurut De Vuyst & Vandamme (1994), fakultatif
40
heterofermentatif Lactobacillus tidak dapat membentuk CO2 dari glukosa, tapi dapat
membentuk CO2 dari glukonat. Hasil identifikasi isolat 1A1 dan 3B2 berdasarkan API 50
CHL test kit menunjukkan bahwa isolat 1A1 merupakan Lactobacillus pentosus dengan
tingkat signifikansi 91,6%. Sedangkan isolat 3B2 juga merupakan Lactobacillus pentosus
dengan tingkat signifikansi 97,3% (Lampiran 2; Gambar 15).
Identifikasi BAL yang diperoleh dari mandai (nangka Gunung Pati, Semarang) berbeda
dengan BAL yang diperoleh dari mandai (nangka Kalimantan Selatan) (Rahayu, 2003).
Hasil isolasi mandai nangka Kalimantan Selatan merupakan Lactobacillus plantarumpentosus yang memiliki ciri-ciri: mampu tumbuh pada suhu 15oC dan 45oC, pada pH 3,5
dan 9,0; serta Streptococcus thermophillus, yang memiliki ciri-ciri: mampu tumbuh pada
suhu 15oC, 45oC, dan 50oC, serta pada pH 3,5 dan 9,0 (Rahayu, 2003). Sedangkan hasil
isolasi mandai nangka Gunung Pati merupakan Lactobacillus pentosus dengan ciri-ciri:
pada umumnya dapat tumbuh pada suhu 10 oC, 45 oC, dan 50 oC, pada pH 4,4, dan pada
konsentrasi NaCl 6,5%, namun tidak dapat tumbuh pada pH 9,6 dan konsentrasi NaCl 18%.
Dengan demikian diketahui bahwa perbedaan tempat tumbuh nangka yang digunakan
sebagai bahan pembuatan mandai akan mempengaruhi jenis dan kemampuan adaptasi dari
bakteri asam laktat yang dapat diisolasi.
4.4. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Menggunakan API 50 CHL Test Kit (Untuk
Asinan Rebung Kuning)
Isolat 111 dan 321 memiliki kemampuan pertumbuhan paling rendah pada pH 9,6 bila
dibandingkan dengan 6 isolat lain yang menunjukan ciri Lactobacillus. Kemampuan
pertumbuhan yang paling rendah ini ditunjukan dengan nilai absorbansi yang paling kecil
bila dibandingkan 6 isolat lain yang menunjukan ciri Lactobacillus (Lampiran 1; Tabel 1618).
Berdasarkan pada hasil fermentasi BAL terhadap beberapa sumber gula dengan
menggunakan API 50 CHL test kit ini isolat 111 teridentifikasi Lactobacillus dengan
41
spesies Lactobacillus plantarum dengan presentase kemiripan dengan API WEB software
sebesar 90,8%, sedangkan isolat 321 teridentifikasi sebagai Lactobacillus pentosus dengan
presentase kemiripan dengan API WEB software API 50 CHL sebesar 84,3% (Lampiran 2;
Gambar 16).
Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus pentosus memiliki karakteristik fenotip yang
mirip. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Zanoni et al., (1987), dimana yang
membedakan Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus pentosus adalah kemampuannya
dalam memfermentasi Gliserol, D-Melezitose, D-xilose, dan α-Methyl-D-Mannoside.
Lactobacillus plantarum dapat memfermentasi D-Melezitose dan α-Methyl-D-Mannoside
namun tidak dapat memfermentasi Gliserol dan D-xilose, sedangkan Lactobacillus pentosus
dapat memfermentasi Gliserol dan D-xilose namun tidak dapat memfermentasi DMelezitose dan α-Methyl-D-Mannoside. Hal ini sesuai dengan hasil identifikasi (Tabel 8),
dimana Lactobacillus plantarum dapat memfermentasi α-Methyl-D-Mannoside sedangkan
Lactobacillus pentosus tidak dapat memfermentasi α-Methyl-D-Mannoside. Selain dari
pada kemampuan dari memfermentasi α-Methyl-D-Mannoside, hal lain yang membedakan
Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus pentosus adalah kemampuan dalam
memfermentasi α-Methyl-D-Glucoside. Lactobacillus plantarum dapat memfermentasi αMethyl-D-Glucoside sedangkan Lactobacillus pentosus tidak dapat memfermentasi αMethyl-D-Glucoside.
Lactobacillus plantarum serta Lactobacillus pentosus hasil isolasi asinan rebung kuning
bambu betung (Mranggen) memiliki karakteristik yang berbeda dengan Lactobacillus
plantarum serta Lactobacillus pentosus yang diisolasi dari asinan rebung pada daerah
Palembang.
Perbedaan
karakteristik
tersebut
merupakan
perbedaan
kemampuan
pertumbuhannya. Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari asinan rebung yang berasal
dari daerah Palembang mampu tumbuh pada suhu 15 oC-45oC serta pada pH 3,5 hingga pH
9, sedangkan Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari asinan rebung kuning bambu
betung (Mranggen) tidak dapat hidup pada suhu 10oC dan 50oC, pada pH 9,6 serta pada
kadar NaCl 18% namun dapat tumbuh pada suhu 45oC dan pH 4,4 serta kadar NaCl 6,5%.
42
Selain itu, hasil penelitian asinan rebung (Palembang) diperoleh Lactobacillus pentosus
yang memiliki kemampuan pertumbuhan yang mirip dengan Lactobacillus plantarum yaitu
tumbuh pada suhu 15oC-45oC serta pada pH 3,5 hingga pH 9. Sedangkan Lactobacillus
pentosus pada asinan rebung kuning bambu betung (Mranggen) mampu tumbuh pada suhu
45oC dan suhu 50oC serta pada pH 4,4 namun tidak dapat tumbuh pada suhu 10oC, kadar
NaCl 6,5% dan 18% serta pada pH 9,6. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan
kesamaan bahan yang digunakan namun tempat fermentasi serta asal substrat yang berbeda
akan menghasilkan spesies bakteri asam laktat yang memiliki ciri-ciri spesifik berbeda
terhadap kemampuan pertumbuhannya.
43
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
 Hasil isolasi tempoyak hasil fermentasi durian (Durio zibethinus Murr.) lokal
Gunung Pati, Semarang diperoleh 17 isolat bakteri asam laktat dan semua isolat
bakteri asam laktat golongan genus Enterococcus. Berdasarkan uji fermentasi BAL
terhadap 20 komponen aktif sumber gula dengan menggunakan API 20 Strep test kit
diperoleh 2 dari 17 isolat Enterococcus adalah Enterococcus faecium dengan tingkat
signifikasnsi 99,1% dan 99,2% sedangkan 15 isolat lainya belum diidentifikasi.
 Hasil isolasi mandai nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) var. salak, Gunung
Pati diperoleh 15 isolat bakteri asam laktat yang terdiri atas 5 isolat bakteri asam
laktat dengan genus Lactobacillus dan 10 isolat bakteri asam laktat yang belum dapat
diidentifikasi. Berdasarkan uji fermentasi BAL terhadap 49 komponen aktif sumber
gula dengan menggunakan API 50 CHL test kit diperoleh 2 isolat merupakan
Lactobacillus pentosus dengan tingkat signifikansi 91,6% dan 97,3%.
 Pada asinan rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) lokal Mranggen,
Jawa Tengah, diperoleh 21 isolat yang termasuk dalam bakteri asam laktat yang
terdiri atas 8 isolat bakteri asam laktat dengan genus Lactobacillus dan 13 isolat
bakteri asam laktat belum dapat teridentifikasi. Berdasarkan uji fermentasi BAL
terhadap 49 komponen aktif sumber gula dengan menggunakan API 50 CHL test kit
diperoleh 2 isolat merupakan Lactobacillus plantarum dengan tingkat signifikansi
90,8% dan 97,3%. Lactobacillus pentosus dengan tingkat signifikansi 84,3%
5.2. Saran
Penelitian lanjutan diperlukan untuk mendukung penelitian ini, seperti:
 Indentifikasi terhadap isolasi bakteri asam laktat lainnya yang belum dapat dilakukan
pada penelitian ini baik pada isolasi tempoyak, mandai maupun asinan rebung
kuning. Menguji kemampuan bakteri asam laktat hasil isolasi tempoyak, mandai,
asinan rebung kuning dalam menghambat pertumbuhan berbagai bakteri patogen.
 Screening in vivo yang telah ditemukan (Enterococcus faecium, Lactobacillus
pentosus, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus pentosus) untuk membuktikan
manfaatnya di industri pangan sebagai inokulum minuman probiotik.
44
6. PENGHARGAAN
Mengucapkan terima kasih kepada Hengky Saputra, Elke Novionalita Hartanto,
dan Donny Setiadi yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk menggunakan
dokumentasi dan data uji karakteristik bakteri asam laktat.
45
7. DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. 2003. Budidaya bambu rebung. Penerbit Kanisius. Yogakarta.
Al-Allaf, M. A. H., Al-Rawi, A. M. M., and Al-Mola, A. T. (2009). Antimicrobial
activity of lactic acid bacteria isolated from minced beef meat against some
pathogenic bacteria. Iraqi Journal of Veterinary Sciences. Vol 23. Supplement I:
115-117. <http://www.vetmedmosul.org/ijvs/media/conf-1-18e.pdf>. Diakses 5
Januari 2010.
Amin, M.A., J. Zakiah, Ng.L. Khim and K.W. Lai. 2006. Fermentation of tempoyak
using isolated tempoyak culture. Research Journal of Microbiology. Vol 1 (3):
243-254.
______________________________. 2004. Effect of salt on tempoyak fermentation
and sensory evaluation. Journal of Biology Science. Vol 4 (5): 650-653.
Battcock, M. and S. Azam-Ali. 1998. Fermented fruits and vegetables, a global
perspective. FAO Agricultural Services Bulletin No. 134.
http://www.fao.org/docrep/x0560e/x0560e10.htm. Diaskes tanggal 7 januari
2012.
De Vuyst, L. and Vandamme, E.J. 1994. Bacteriocins of Lactic Acid Bacteria. Blackie
Academic & Professional. Glasgow.
Fugelsang, K.C., and Edwards, C.G. 2007. Wine Microbiology, Practical Applications
and Procedures. Springer Science + Bussiness Media LLC: New York, USA.
http://books.google.co.id/books?id=sLAszaQ4yV0C&pg=PA256&lpg=PA256&d
q=lactic+acid+bacteria+catalase+hydrogen+peroxide+fugelsang&source=bl&ots=
BuEKqEjK1R&sig=5G4bbYY2o9Bi88PwQTVu_cFB74&hl=en&sa=X&ei=5yp9
T7B3kMytB-iZ2IAN&ved=0CCEQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false. Diakses
tanggal 16 Maret 2012.
Gawad, A.E., A.E. Fatah and A. Rubayyi. 2010. Identification and Characterization of
Dominan Lactic Acid Bacteria Isolated from Traditional Rayeb Milk in Egypt.
Journal of American Science Vol 6 (10): 728-735.
Hendriksen, R.S., Agenaar, J., Bergen, M.V. 2003. Identification of Thermotolerant
Campylobacter.http://www.antimicrobialresistance.dk/data/images/campylobacter
4_pdf.pdf. Diakses tanggal 21 Februari 2012.
Hui, Y. H., Meunier-Goddik, L., Hansen, Å. S., Josephsen, J., Stanfield, P. S., and
Toldrá, F. (2004). Handbook of food and Beverage Fermentation Technology.
Marcel Dekker, Inc. United States of America.
Lay, B.W. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persana. Jakarta.
46
Lorena, M. 2005. Enterococci in Milk Product. Dissertation. University Palmerston
North. New Zealand.
http://epicentre.massey.ac.nz/Portals/0/EpiCentre/Downloads/Publications/Thesi
s/MirthaGimenezMVSFinal.pdf. Diakses tanggal 4 Maret 2012.
Madigan, M. T., Martinko, J. M., and Parker, J. (2003). Brock Biology of
Microorganism 10th ed. Pearson Education, Inc. New Jersey. xxv + 1019 p.
Nur, H.S. 2009. Suksesi mikroba dan aspek biokimiawi fermentasi mandai dengan
kadar garam rendah. Makara Sains. Vol. 60(1): 13-16.
Pelinescu, D.R., E. Sasarman, M. Carmen, Chifiriuc, I. Stoica, A.M. Nohit, I. Avram, F.
Serbancea, and T. V. Dimov. 2009. Isolation and identification of some
Lactobacillus and Enterococcus strains by a polyphasic taxonomical approach.
Romanian Biotechnological Letters. Vol 14 (2): 4225-4233.
Rahayu, E.S. 2003. Lactic acid bacteria in fermented foods of Indonesian origin.
Agritech. Vol.23 (2): 75-84.
. dan S. Margino. 1997. Bakteri Asam Laktat: Isolasi dan Identifikasi. PAU
Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Rai, S. 2007. Edible bamboo shoot. A review. Bulletin of Arunachal Forest Research.
Vol. 23: 39-44.
Ray, B. and A. Bhunia. 2007. Fundamental Food Microbiology. 4th Edition. CRC
Press. United States of America.
Rehm, H.J. and G. Reed. 1996. Biotechnology. 2nd Edition. VCH Verlagsgesellschaft
mbH, Weinheim. Germany.
Rolfe, R.D. 2000. The Role Of Probiotic Culture In The Control Of Gastrointestinal
Health. In Symposium: Probiotic Bacteria: Implication for Human Health.
American Society for Nutritional Science. Journal of Nutrition Vol 130: 396S402S.
Rukmana, R. 1992. Durian budidaya dan pascapanen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Savadogo, A., Ouattara, C. A. T., Bassole, H. N., and Traore, A., S. (2004).
Antimicrobial Activities of Lactic Acid Bacteria Strains Isolated from Burkina
Faso Fermented Milk. Pakistan Journal of Nutrition 3 (3) : 174-179.
<http://www.pjbs.org/pjnonline/fin202.pdf>. Diakses tanggal 19 November
2009.
Sharma, A. 2007. Structure of Archael, Eubacterial, and Eukaryotic Microbial Cells.
http://www.scribd.com/doc/38130742/ArchaelCells. Diakses tanggal 23 Juni 2012.
47
Smith, A.C. and Hussey, M.A. 2005. Gram Stain Protocol.
http://www.microbelibrary.org/component/resource/gram-stain/2886-gram-stainprotocols. Diakses tanggal 3 Maret 2012.
Sneath, P.H.A., N.S. Mair, M.E., Sharpe, J.G. Holt. 1984. Bergeys Manual of
Systematic Bacteriology. Vol 2. Williams & Wilkins. Baltimore. New York.
Soomro, A.H., Masud, T., and Anwaar, K. 2002. Role of Lactic Acid Bacteria (LAB) in
Food Preservation and Human Health – A Review. Pakistan Journal of
Nutrition Vol 1(1): 20-24.
Suryani, Y., Astuti, Oktavia, B., Umniyati, S. 2010. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Asam Laktat dari Limbah Kotoran Ayam Sebagai Agensi Probiotik dan Enzim
Kolesterol Reduktase. Prosiding Seminar Nasional Biologi 3 Juli 2010.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Tadasse, G., Ephraim, E., and Ashenafi, M. (2005). Assessment of the antimicrobial
activity of lactic acid bacteria isolated from Borde and Shamita, traditional
Ethiopian fermented beverages, on some food-borne pathogens and effect of
growth medium on the inhibitory activity. Internet Journal of Food Safety V:
13-20.
<http://www.internetjfs.org/articles.ijfsv5-3pdf>. Diakses tanggal 19 November
2010.
Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E. 1997. Plant Resources of South-Asia 2: Edible fruits
and nuts (Sumber daya nabati Asia Tenggara 2: buah-buahan yang dapat
dimakan. Diterjemahkan oleh: Sarkat Danimihardja, Hadi Sutarno, Ning Wikan
Utami, Djaja Siti Hazar Hoeden). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yuliana, N. and E.I. Dizon. 2011. Phenotypic Identification of Lactic Acid Bacteria
Isolated from Tempoyak (Fermented Durian) Made in the Philippines.
International of Journal Biology, Vol 3 (2): 145-151.
Zanoni, P.,Farrow, J.A., Phillips, B.A., and Collins, M.D. 1987. Lactobacillus pentosus
(Fred, Peterson, and Anderson) sp. nov., norn, rev. International Journal of
Systematic Bacteriology Vol 37(4): 339-341.
48
Download