STUDI MENGENAI BENTUK DARI POLLEN BUNGA BAWANG PUTIH (Alium sativum L.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE POLLEN Liza Aniatus Zahrah Program Studi Pendidikan Biologi. FKIP.Universitas Muhammadiyah Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK Metode asetolisis adalah salah satu metode pembuatan pembuatan preparat serbuk sari yang menggunakan prinsip melisikan dinding sel serbuk sari dengan asam asetat glacial serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan. Liliaceae sering dikenal sebagai suku bawang-bawangan. Bunga bawang putih mempunyai susunan majemuk payung sederhana, muncul disetiap anak umbi, 1-3 daun pelindung, seperti selaput. Beberapa spesies memiliki umbi, sementara yang lain memiliki rimpang. Bunga bawang putih termasuk dalam family Liliaceae yakni suku bawang-bawangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur bentuk morfologi dari pollen Bunga Bawang Putih. Identifikasi dilakukan dengan metode Pollen. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa pollen Bunga Bawang Putih memiliki bentuk bulat, permukaan tidak merata (Cytoplasm), Exine (lapisan luar pollen), dan Intine (lapisan bagian dalam pollen). Kata kunci : Bunga Bawang Putih (Alium sativuml L.), Pollen, Metode Asetolisis. ABSTRACK Asetolisis method is one method of making of making preparations pollen which uses the principle melisikan pollen cell wall with glacial acetic acid and concentrated sulfuric acid as an additive . Liliaceae often known as tribal onions . Garlic flowers have tabled an umbrella simple compound , appears every child tubers , leaves 1-3 protector , such as membranes . Some species have bulbs , while others have rhizomes . Garlic flowers are included in the family Liliaceae onions rate . This study was conducted to determine the structural morphology of the pollen Flower Garlic. Identification was conducted by Pollen . Identification results showed that pollen Flower Garlic has a spherical shape , the surface is uneven ( cytoplasm ) , exine ( outer layer of pollen ) , and Intine ( inner layer of pollen ) . Keywords : Flower Garlic ( Alium sativuml L. ) , Pollen , Asetolisis method . I. PENDAHULUAN Pollen merupakan gametofit jantan pada tumbuhan Gymnospermae dan Angiospermae, sedangkan spora biasanya dihasilkan tumbuhan non vaskuler seperti alga, jamur, lumut serta tumbuhan vaskuler tingkat rendah yaitu paku-pakuan. Melalui pembelahan meiosis, sel induk mikrospora membelah manjadi empat sel haploid yang disebut mikrospora atau sering disebut sebagai butir pollen (serbuk sari) dan spora (Aftab, 2006). Hal 4 Perkembangbiakan pada tumbuhan biji terletak pada bunga. Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif pada tumbuhan biji. Bunga mempunyai dua bagian utama, yaitu perhiasan bunga dan alat kelamin bunga. Perhiasan bunga terdiri atas kelopak dan mahkota. Alat kelamin bunga terdiri atas putik dan benang sari (Nugroho, 2006). Kepala sari adalah adalah bagian dari benang sari yang terletak pada ujung tangkai sari, merupakan suatu badan yang bentuknya bermacammacam : bulat, lonjong, jorong, bulat telur, bangun kerinjal dan lain-lain. Didalamnya terdapat dua ruang sari (theca). Tetapi pada dasarnya dapat pula hanya satu atau lebih ruang sari. Satu ruang sari biasanya terdiri atas dua kantong sari (locullumenntum), tetapi sekat yang memisahkan kedua kantong sari itu akhirnya menjadi satu ruang sari saja (Tjitrosoepomo, 2001). Penampang melintang kepala sari yang muda tiap kantong sari terdapat sel pembentuk serbuk sari yang terbungkus oleh dinding sari yang terdiri atas empat lapis yaitu : kulit luar (epidermis), lapisan serabut (endotesium), lapisan anthera dan lapisan dalam (tapetum) (Hidayat, 1995). Ilmu yang mempelajari tentang pollen dan spora disebut palinologi yang umumnya lebih terfokus pada struktur dinding (Erdtman, 1969).Selain sebagai tempat gametofit jantan danalat penyerbukan pada tumbuhan berbunga,serbuk sari memiliki fungsi dan pentingdalam beberapa bidang meliputi morfologiserbuk sari dan kaitannya dalam taksonomi,filogeni dan palinologi fosil.Beberapa karakter dari morfologi serbuksari adalah: simetri, ukuran dan bentuk,struktur dinding serbuk sari (pollen wall),stratifikasi exine, ornamentasi exine,kerutan/alur dan lubang. (Agashe dan Caulton, 2009). Hal 5. Butir pollen yang masak dikelilingi oleh dinding sari pektuselulosa yang tipis yakni intin. Di luar intin terdapat lapisan lain yang disebut eksin. Komponen utama eksin disebut sporopolenin. Suatu substansi yang keras yang memberikan daya tahan yang hebat kepada butir pollen. Sifat kimia dari sporopolenin belum jelas, namun telah dikemukakan bahwa zat kimia itu polimer-polimer oksidatif dari karetenoid atau este ester karetenoid (Tjitrosoepomo, 2001. Eksin biasanya terdiri atas bagian luar yang terukir yang disebut seksin dan bagian dalamnya disebut neksin. Neksin yang benar-benar menutupi intin biasanya membentuk suatu lapisan yang tipis. Ukuran seksin diakibatkan karena adanya tangkaitangkai yang membesar tersusun radial disebut bakula dimana kepalanya membesar. Bakula tersebut beragam ukurannya dan dapat terpisah atau dalam kelompok-kelompok. Pada banyak genera kepala bakula melebur membentuk tektum yang dapat pula dilubangi atau diukir dengan cara-cara yang spesifik. Pembentukan dari kantung udara seperti yang terdapat pada pinus akibat terpisahnya seksin dan neksin (Tjitrosoepomo, 2001) Metode yang biasa digunakan dalam mengamati preparat pollen ialah dengan metode asetolisis. Asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari yang menggunakan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan asam asetat glasial serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil amatan morfologi dinding serbuk sari ornamentasi dari serbuk sari tersebut. Serbuk sari yang digunakan dalam pembuatan preparat haruslah merupakan serbuk sari yang matang. Serbuk sari yang matang dapat ditandai dengan sudah tidak ada air dalam serbuk sari tersebut, jika serbuk sari dipatahkan maka hanya akan seperti tepung saja (Anonim, 2009). Bunga Bawang purih mempunyai Habitus : Herba annual (2-4 bulan), tegak, 30 – 60 cm. Batang : kecil (corpus), 0,5 – 1 cm. Daun : bangun garis, kompak, datar, lebar 0,4 – 1,2 cm, pangkal pelepah membentuk umbi, bulat telur melebar, anak umbi, bersudut, dibungkus oleh selaput putih, pelepah bagian atas membentuk batang semu. Bunga : susunan majemuk payung sederhana, muncul disetiap anak umbi, 1-3 daun pelindung, seperti selaput. Tenda bunga : enam daun, bebas atau berlekatan di pangkal, bentuk memanjang, meruncing, putihputih kehijauan-ungu (Sudarsono et al., 2006). Umbi lapis Allium sativum L. berupa umbi majemuk berbentuk hampir bundar, garis tengahnya 4 – 6 cm terdiri dari 8 – 20 siung seluruhnya diliputi 3 – 5 selaput tipis serupa kertas berwarna agak putih, tiap siung diselubungi oleh 2 selaput serupa kertas, selaput luar warna agak putih dan agak longgar, selaput dalam warna merah muda dan melekat pada bagian padat dari siung tetapi mudah dikupas; siung bentuk membulat dibagian punggung, bidang samping rata atau agak bersudut. Gambar 1.1 Bunga Bawang Putih (Alium sativum L.) Walker (1975) menyatakan bahwa serbuk sari merupakan alat penyebaran dan perbanyakan generatif dari tumbuhan berbunga. Secara sitologi, serbuk sari merupakan sel dengan tiga nukleus, yang masing-masing dinamakan inti vegetatif, inti generatif I, dan inti generatif II. Sel dalam serbuk sari dilindungi oleh dua lapisan (disebut intine untuk yang di dalam dan exine yang di bagian luar), untuk mencegahnya mengalami dehidrasi. Butir pollen monokotil umumnya lonjong dibandingkan dikotil. Pada monokotil butir pollen tetrad tunggal yang biasanya tersusun dalam satu bidang, sedangkan dikotil susunannya biasaanya tetrahedral. Morfologi Umum Pollen (Walker, 1975). II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2009), penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi bentuk pollen dari bunga bawang putih. ALAT Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Tabung sentrifuge, Water bath, Seperangkat alat fiksasi, Kaca benda, Kaca penutup, dan Mikroskop. BAHAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pollen bunga kecubung (Datura metel L.), Larutan FAA, Aquadest, Alkohol 70%, 80%, 100%,Xylo dan Enthelen. CARA KERJA FIKSASI serbuk sari Bunga Bawang Putih dimasukkan kedalam botol flakon dan difiksasi dengan larutan FAA selama 24 jam. PERLAKUAN PEMBUATAN METODE POLLEN Bahan dipindahkan ke tabung centrifuge untuk mengendapkan agar mudah mengambil bahannya, kemudian mesentrifuge selama 15 menit (3000 rpm). Mengganti cairan dengan asam asetat dibanding asam sulfat (18:2) atau 9 tetes:1 tetes. Memanaskan di water bath pada suhu 60oC selama 15 menit. Mendinginkan dengan centrifuge. Mengganti cairan dengan aquades setelah dicentrifuge. Bahan dipindahkan ke gelas benda. Dehidrasi alkohol 70%, 80%, 100%, 100%, masing-masing selama 5 menit. Menetesi dengan alkohol:xylol 3:1, 1:1; 1:3. Masingmasing 5 menit. Menetesi xylol 1 selama 5 menit. Menetesi xylol 2 selama 5 menit, kemudian langsung diberi enthelen kemudian ditutup dengan kaca penutup. Mengamati dalam mikroskop. III. HASIL DAN PEMBAHASAN. Praktikum dengan judul “Metode Pollen Pada Bunga Bawang Putih (Alium sativum L)“ ini bertujuan untuk mengamati berbagai macam bentuk Pollen. Prinsip kerja pada praktikum ini adalah dengan melakukan persiapan alat dan bahan yang dilakukan dalam proses fiksasi. Setelah itu, memfiksasi dengan menggunakan FAA (Formaldehyde acetic acid) selama 24 jam pada hari pertama. Fiksasi adalah suatu usaha untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan, dalam hal ini serbuk sari agar tetap pada tempatnya, dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran dengan media kimia sebagai fiksatif , selanjutnya untuk hari ke 2 dilakukan proses perlakuan dengan menuangkan pollen tadi kedalam tabung lalu di centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Setelah di centrifuge kembali namun cairannya diganti denga Asama asetat: Asam sulfat perbandingannya 9:1 dan di panaskan pada waterbath dengan suhu 60oC selama 15 menit. Dicentrifuge kembali dengan mengganti cairan dengan aquades. Setelah itu dipindah ke gelas benda dan dilakukan dehidrasi alkohol secara bertingkat yaitu, 70%, 80%, 100%, 100% masing-masing 3 menit, lalu ditetesi xylol : alkohol dengan perbandingan 3:1, 1:1, 1:3 setelah itu ditetesi xylol dan melakukan pengamatan. Berdasarkan literatur lain untuk pengamatan pollen bunga bawang putih ini berbentuk bulat dikelilingi duri-duri tebal yang cantik. Dinding serbuk sari terdiri dari dua lapisan, yaitu Eksin (lapisan luar) tersusun atas sporopolenin, dan In tin (lapisan dalam) yang tersusun atas selulosa. Struktur dinding serbuk sari, khususnya bagian eksin, merupakan salah satu karakter yang digunakan dalam identifikasi. Struktur halus eksin dapat dibedakan menjadi tiga tire, yaitu: tektat, semitektat, dan intektat. 1 Gambar 3.1 Preparat pollen bunga bawang putih (Alium sativum L.) Keterangan: 1. Penebalan keluar Berdasarkan pengamatan yang dilakukan cara kerja sudah cukup baik mengikuti langkah-langkah pembuatan preparat pollen, namun yang membedakan dengan literature mungkin di literature diberi perlakuan pewarnaan. Namun didalam praktikum yang dilakukan tidak ada perlakuan untuk pewarnaan atau biasa disebut staining. Kesulitan –kesulitan yang ditemukan saat praktikum berlangsung antara lain: a. Bahan yang diperoleh (benang sari) sedikit. b. Benang sari masih muda jadi masih menghasilkan air, karena benang sari yang peling baik untuk preparat pollen adalah benag sari yang sudah berbentuk serbuk jadi tidak mengandung kadar air. c. Dehidrasi alkohol juga mempengaruhi factor kegagalan preparat pollen. d. Harus sabar, karena pembuatan preparat pollen sangat membutuhkan keuletan yang baik dan ketelatenan yang baik. e. Harus berhati-hati. IV. KESIMPULAN Pollen merupakan gametofit jantan pada tumbuhan Gymnospermae dan Angiospermae, sedangkan spora biasanya dihasilkan tumbuhan non vaskuler seperti alga, jamur, lumut serta tumbuhan vaskuler tingkat rendah yaitu paku-pakuan. Melalui pembelahan meiosis, sel induk mikrospora membelah manjadi empat sel haploid yang disebut mikrospora atau sering disebut sebagai butir pollen (serbuk sari) dan spora. Setelah melakukan percobaan mengenai pembuatan preparat pollen bunga bawang putih (Alium sativum) dengan metode asetolisis dapat diktahui bahwa asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari yang menggunkan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan asam asetat glasial serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan, dengan langkah-langkah pembuatannya adalah fiksasi, sentrifuge, pemanasan, sentrifuge, pencucian, sentrifuge, pewarnaan, penutupan dan labeling. Pembuatan preparat pollen butuh kesabaran sehingga dapat menghasilkan preparat yang sempurna. Pemilihan benang sari haruslah benang sari yang matang dan banyak, karena apabila tidak matang maka benang sari masih mengandung air sehingga tidak dapat dilakukan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa susunan bentuk pollen kecubung adalah tetrahedral dan disebut tanaman Dikotil. Pada bagian yang tampak pada pollen bunga bawang putih terdapat Exine, yang merupakan lapisan luar pollen, sedangkan Intine, merupakan lapisan bagian dalam. Serta permukaan yang tidak merata (berduri-duri). Untuk perhitungan lebar skala 1 : 136 dan skala skala 2: 135 maka lebar pollen adalah 1 mm. Sedangkan untuk perhitungan panjang skala 1 : 12 dan skala 2 : 11 maka panjang pollen adalah 1 mm. Untuk luasnya di dapat rumus P x L : 1 x 1 : 1mm. Dari perhitungan ini dapat kita ketahui bahwa ukuran pollen pada bunga bawang putih sangat kecil ini dibuktikan dengan dilakukan perbesaran 40 x 10. Hasil preparat sempurna apabila dilakukan sesuai prosedur kerja yang baik. Mengenai jurnal peelitian ini masih banyak kekurangan yang sangat banyak oleh karena itu penulis ingin meminta saran apabila ada yang kurang benar atau pun kurang tepat penulisannya. V. DAFTAR PUSTAKA Aftab, RukhshindaAnd Anjum Perveen. 2006. A Palynological Study Of Some CultivatedTrees From Karachi. Pak. J. Bot., 38(1): 1528 Hidayat, B, Estiti, 1995. Anatomi dari Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung. Nugroho, hartono dkk., 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar Swadaya. Depok. Sugiharto, 1989. Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tjitrosoepomo, gembong, 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta. Walker, J.W. and Doyle, J.A. (1975). The basis of Angiosperm phylogeny: Palynology. Ann. Mo. Bot.Gard. 62: 666- 732. Anonim, 2009. Preparat Pollen dan Spora. http://t4q1y4.blog.com/. Diakses pada tanggal 27 September 2012, pukul 22.23 WITA. Hayati, Sativani, R, 2010. Pembuatan Preparat Serbuk Sari Belamcanda chinesis. http://oryza sativa.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 27 September 2012, pukul 22.20 WITA