62 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 Saran Bercermin dari simpulan di atas, maka sarannya sebagai berikut: 1. Tenaga kerja pariwisata kita harus mengantongi sertifikat uji kompetensi yang berkualitas berstandar ASEAN, untuk mengantisipasi masuknya naker Filipina yang berjumlah ratusan ribu itu. 2. Dengan mengantongi selembar sertifikat uji kompetensi dari Lembaga Sertifikasi Profesi Pariwisata, dapat dijadikan bukti autentik (Syah) sebagai naker yang sudah memiliki kemampuan memadai menguasi knowledge (pengetahuan) dan skill (ketrampilan) di bidangnya yang berstandar ASEAN. 3. Oleh karena itu para naker pribumi yang belum mengantongi sertifikat uji kompetensi pariwisata dari LSP Pariwisata Indonesia, mesti buruan memperolehnya supaya tidak kehabisan kursi di negeri sendiri, lalu jadi penonton di negeri sendiri. Ayo bangkit, bangkit, bangkit! Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, Program Magister Kepariwisataan (hand out). Denpasar Universitas Udayana. b. DAFTAR PUSTAKA Agusmidah. 2011. Dilematika Hukum Ketenagakerjaan Tinjauan Politik. Medan Penerbit PT. Sofmedia. Ardika I Wayan. (2003). Pariwisata Budaya Berkelanjutan, Denpasar : Program Studi Magister Kajian Pariwisata. Bahder Ohan Nasution. 2004. Hukum Ketenagakerjaan Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja. Bandung Penerbit Bandar Maju. Black, J and Conroy, M. 1997. Accessibility Measures and The Social Evaluation of Urban Structure Enviroment and Planning A. 9. PP 1013-1031 Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group. Erawan, I. Nyoman. 2008. Guy Standing. 1999. Global Labour Flexibility. Harris, Rob. Et al. (2002). Sustainable Tourism A Global Perspective. Oxford. Ltd. Khakim Abdul. 2004. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan UndangUndang No. 13 Tahun 2013. Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti. Kusmayadi Sugiarto, Endar. 2000. Methodology dalam Bidang Kepariwisataan.Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Leiper, Neil. 2004. Tourism Management. Australia National Library of Australia Catalogin in Publication Data. Mascardo, Gianna. 2003. Interpretation and Sustainable Tourism: Function Examples and Principles (Journal of Tourism Studies, Vol 14. No. 1 May 2003). Scheyvens, Regina. 2004. Tourism For Development Empowering Comunities, Harlow, England. Person Education. Sjahputra, Tungga Imam. 2009. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta:Harvarindo. Suryawan, A.A. 2008. Manajemen Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, Program Magister Kajian Pariwisata (handout) Denpasar. Universitas Udayana. Wiratraman; R. Herlambang. 2006. Hak Buruh, Revisi UU 13/2006 dan Imperialisme Global. Surabaya Post, 1 Mei 2006 diakses 10 Maret 2007. Manajemen _____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah63 TRANSFORMASI GENETIK DENGAN Agrobacterium rhizogenes PADA EKSPLAN AKAR TOMAT (Lycopersicum esculentum, Mill) UNTUK INDUKSI PEMBENTUKAN AKAR RAMBUT Oleh : Novita Hidayatun Nufus, Wahyu Widoretno, Arifin Noor Sugiharto Dosen pada Universitas 45 Mataram Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan transformasi genetik dengan A.rhizogenes dalam menginduksi akar rambut eksplan tomat, mengetahui pengaruh lama waktu inokulasi serta OD bakteri terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar rambut, mengetahui pertumbuhan akar rambut hasil transformasi di dalam media seleksi kanamisin, mengetahui integrasi T-DNA A.rhizogenes di dalam DNA akar transforman melalui deteksi dengan teknik PCR. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap factorial dengan 2 faktor yaitu kerapatan bakteri (yang ditunjukkan dengan nilai Optical Density/OD) dan lama inokulasi. Eksplan akar diinfeksi dengan A. rhizogenes (OD 0.5, OD 1.0 dan) masing-masing selama 15 menit, 30 menit 45 menit dan 60 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transformasi dengan A. rhizogenes dapat menginduksi akar rambut dari eksplan akar kecambah tomat. Persentase eksplan yang membentuk akar rambut, total jumlah akar yang terbentuk dan total berat basah akar dipengaruhi oleh OD bakteri A.rhizogenes tetapi tidak dipengaruhi oleh lama inokulasi. Walaupun lama inokulasi secara independen tidak berpengaruh, terdapat interaksi antara penggunaan lama inokulasi dengan OD bakteri terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar rambut eksplan tomat. Penggunaan OD tinggi (OD 1) dengan lama inokulasi yang singkat (15 menit) memberikan hasil terbaik yaitu 82% yang menghasilkan 33 akar dengan berat total 316mg. Ekplan yang ditransformasi mampu tumbuh dan menghasilkan akar pada medium selektif kanamisin yang mengindikasikan bahwa akar rambut yang terbentuk pada eksplan tertransformasi ialah akar rambut transforman. Sebaliknya, hampir seluruh eksplan kontrol tidak dapat tumbuh dan mati di dalam medium selektif kanamisin. Hasil analisis PCR tidak menunjukkan adanya pembentukan pita DNA pada seluruh sampel DNA transforman dan DNA plasmid A.rhizogenes. Ketidakcocokan antara primer dan DNA target yang kemungkinan besar disebabkan oleh mutasi pada sekuen DNA di daerah penempelan primer (primer binding site) A.rhizogenes menyebabkan primer gagal mengenali dan mengamplifikasi segmen target T-DNA yang telah terintegrasi di dalam DNA akar rambut tomat. Kata kunci: Lycopersicum esculentum, Agrobacterium rhizogenes, akar rambut, lama inokulasi, densitas bakteri PENDAHULUAN Tanaman tomat(Lycopersicum esculentum, Mill) adalah salah satu tanaman yang dikenal luas penggunaannya sebagai bahan makanan yang banyak mengandung zat gizi tinggi bagi kesehatan. Selain kaya akan vitamin, mineral dan serat, tomat juga mengandung berbagai jenis senyawa antioksidan yang bermanfaat bagi manusia. Antioksidan yang diproduksi tomat merupakan produk dari metabolisme sekunder yang dilakukannya (Dalimartha, 1999; Tugiyono, 2006; Andayani et al, 2008). Salah satu metabolit sekunder yang diproduksi oleh tanaman tomat adalah likopen. Likopen memiliki potensi yang tinggi sebagai anti kanker karena kemampuannya dalam menghambat radikal bebas berbahaya bagi tubuh manusia (Tugiyono, 2006) sehingga produksi likopen dalam jumlah besar perlu untuk dilakukan. Produksi likopen dalam skala besar dapat dilakukan dengan dari kultur akar rambut tomat melalui transformasi genetik menggunakan Agrobacterium rhizogenes. Akar rambut terbentuk sebagai hasil transformasi genetik A.rhizogenes ke dalam genom tanaman. A. rhizogenes memiliki plasmid yang disebut dengan root inducing plasmid (Ri-plasmid), dengan daerah DNA yang dapat ditransfer, disebut sebagai T-DNA (White dan Nester, 1980., Ambros, et al, 1986., Akasaka et al, 1997., Doran, 2002., Zhang et al, 2007). Integrasi T-DNA yang dilanjutkan dengan ekspresi gen-gen pada T-DNA dapat menginduksi _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015 64 Media Bina Ilmiah proliferasi multibranchial di tempat akar yang terinfeksi sehingga disebut dengan akar rambut (Rahimi et al, 2008). Tahap awal yang sangat menentukan keberhasilan transformasi dengan A.rhizogenes ialah inokulasi. Beberapa faktor dalam inokulasi yang dapat dimanipulasi untuk optimalisasi terjadinya transformasi ialah kepadatan bakteri yang ditunjukkan dengan nilai optical density (OD) dan lama waktu inokulasi yang digunakan. Optimalisasi kedua faktor tersebut dapat meningkatkan kontak yang kemudian memicu perlekatan bakteri pada dinding sel tanaman, sehingga mampu meningkatkan keberhasilan transormasi tomat dengan A.rhizogenes. Dengan demikian penentuan kombinasi lama waktu inokulasi dan kerapatan bakteri yang terbaik bagi eksplan akar tanaman tomat diperlukan sehingga diharapkan proses transformasi dapat berlangsung dengan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan transformasi genetik dengan A.rhizogenes dalam menginduksi pembentukan akar rambut pada eksplan akar tomat.Mengetahui pengaruh lama waktu inokulasi serta OD bakteri terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar rambut eksplan akar tomat.Mengetahui kemampuan pertumbuhan akar rambut eksplan tomat hasil transformasi dengan A.rhizogenes di dalam media selektif kanamisin.Mengetahui adanya integrasi T-DNA A.rhizogenes di dalam DNA akar rambut transforman melalui deteksi dengan teknik PCR. ISSN No. 1978-3787 Setelah 24 jam eksplan dicuci dengan antibiotik cefotaxime 500 ppm selama 10 menit dan dikultur pada medium MS padat tanpa ZPT yang telah dicampur cefotaxim 500 ppm (Negara, 2009). Inkubasi eksplan pada medium eliminasi dilakukan selama 10 hari untuk mematikan A. rhizogenes. Eksplan dari setiap kombinasi perlakuan OD dan lama inokulasi dikultur sebanyak 5 eksplan pada tiap botol dan diulang sebanyak 3 kali. Kemudian eksplan dipindah ke medium MS+kanamisin 100 ppm selama 30 hari, setelah 30 hari dilakukan pengukuran presentase jumlah eksplan yang hidup, jumlah akar yang terbentuk dan berat basah akar. Deteksi integrasi T-DNA dengan teknik PCR dilakukan menggunakan 4 macam primer yang masing-masing didesain untuk sekuen pada gen rolB, sekuen pada TR-DNA, serta sekuen pada TLDNA. Sebagai kontrol positif digunakan DNA plasmid A. rhizogenes ATCC-15834 dan sebagai kontrol negatif digunakan DNA akar kecambah tomat in vitro. Isolasi DNA akar dilakukan dengan menggunakan metode CTAB, sedangkan isolasi DNA plasmid A. rhizogenes ATCC-15834 dilakukan dengan menggunakan metode minipreparation. Proses PCR dilakukan menggunakan kombinasi dari 3 jenis PCR mix (taq green polymerase, Intron, dan FastartROCHE), variasi beberapa komposisi PCR dan berbagai suhu reaksi. Hasil PCR difraksinasi dengan elektroforesis gel agarose 1% kemudian visualisasi dengan sinar UV. HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Eksplan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar yang berasal dari kecambah tomat umur 10 hari. Kecambah tersebut dipotong bagian akar dan hipokotilnya masing-masing dengan ukuran ± 1 cm, kemudian eksplan ditusuk-tusuk dengan lanset steril sebelum diinfeksi dengan A. rhizogenes. Induksi pembentukan akar rambut dilakukan dengan cara merendam potongan eksplan hipokotil dan akar ke dalam suspensi bakteri dengan perlakuan OD 0, 0.5 dan 1.0, kemudian eksplan dan suspensi bakteri tersebut masing-masing dishaker pada kecepatan 100rpm dengan perlakuan lama inokulasi 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Eksplan yang telah diinfeksi dalam suspensi bakteri OD 0, 0.5 dan 1.0 selama 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 menit diletakkan di atas kertas saring steril, selanjutnya dilakukan kokultivasi dengan cara memindahkan masingmasing eksplan tersebut ke dalam medium MS tanpa ZPT selama 24 jam dalam kondisi gelap. _____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 Respon awal eksplan yang telah ditransformasi memperlihatkan adanya pembengkakan yang terjadi pada daerah bekas perlukaan tempat berlangsungnya inokulasi. Pembengkakan diamati terjadi rata-rata 2 hari setelah inokulasi dilakukan. Pembengkakan tersebut merupakan respon sel tanaman terhadap integrasi T-DNA A.rhizogenes di dalam DNA tanaman. T-DNA memuat gen-gen penyandi protein tertentu yang berperan dalam proses biosintesis zat pengatur tumbuh yaitu auksin dan sitokinin di dalam sel tanaman. Ekspresi dari gengen tersebut mempengaruhi produksi hormon endogen di dalam sel tanaman yang kemudian menyebabkan terjadinya pembengkakan (pembentukan kalus) pada jaringan eksplan akar tomat (Gelvin, 2003). Berbeda dengan eksplan tertransformasi, pengamatan yang dilakukan pada eksplan yang tidak diinokulasi dengan A.rhizogenes (selanjutnya disebut eksplan kontrol) tidak menunjukkan adanya pembengkakan pada permukaan eksplan. http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 Pembengkakan pada daerah perlukaan eksplan yang tertransformasi merupakan tahapan inisiasi awal terbentuknya akar rambut (Mathius et al, 2004). Pengamatan yang dilakukan pada eksplan tertransformasi menunjukkan bahwa akar rambut terbentuk pada daerah pembengkakan bekas perlukaan eksplan. Terbentuknya akar rambut ratarata terjadi pada hari ke-3 setelah berada dalam media eliminasi bakteri yaitu 5 hari setelah inokulasi dilakukan. Pada hari ke-7 sampai hari ke-10 setelah inokulasi dilakukan, sebagian besar eksplan telah membentuk akar. Hasil pengamatan pada eksplan kontrol menunjukkan bahwa terbentuknya akar terjadi dalam waktu yang relatif lebih cepat dibanding dengan eksplan tertransformasi. Secara umum, akar terbentuk 3 hari setelah inokulasi. Penundaan waktu inisiasi akar pada eksplan terinokulasi kemungkinan besar disebabkan karena transformasi yang terjadi pada sel tanaman memiliki implikasi terhadap jaringan tanaman, baik yang mengalami transformasi (jaringan transforman) maupun yang tidak (jaringan non transforman). Pertumbuhan jaringan transforman biasanya kalah oleh pertumbuhan jaringan non transforman. Hal ini disebabkan karena jaringan transforman mengandung gen sisipan yang mengganggu proses metabolisme tanaman. Terganggunya proses metabolisme pada jaringan transforman selanjutnya menyebabkan terganggunya proses pembelahan sel, sehingga pertumbuhannya menjadi lebih lambat, yang berakibat pada tertundanya proses pembentukan akar pada eksplan tertransformasi. Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Akasaka et al (1998) yang menyebutkan bahwa penundaan inisiasi akar pada eksplan terinokulasi disebabkan oleh substansi-substansi kimia yang disekresikan oleh bakteri. Selain perbedaan waktu inisiasi akar, morfologi akar yang terbentuk pada eksplan yang ditransformasi dengan eksplan kontrol menunjukkan adanya perbedaan. Akar yang terbentuk pada eksplan tertransformasi umumnya relatif lebih tipis, percabangan yang relatif sangat banyak, serta memiliki banyak rambut akar sehingga tampak halus seperti rambut. Sebaliknya, akar yang terbentuk pada eksplan kontrol tampak relatif lebih tebal, tumbuh lurus ke bawah, dan kelihatan kaku, serta memiliki rambut akar relatif lebih sedikit dibanding dengan eksplan terinokulasi. Akar yang terbentuk pada eksplan tertransformasi memiliki karakteristik akar rambut transforman seperti yang disebutkan oleh Giri dan Narasu (2000), serta Rahimi et al (2008) yang Media Bina Ilmiah65 menyatakan bahwa akar rambut dikarakterisasikan dengan tingkat percabangan yang tinggi, kelimpahan rambut akar dan bersifat plagiotropik. Sebaliknya, eksplan kontrol tidak menunjukkan karakter-karakter tersebut, yang menandakan bahwa akar yang terbentuk pada eksplan kontrol terjadi sebagai akibat aktivitas pertumbuhan jaringan eksplan yang pada dasarnya berasal dari akar. Setelah 30 hari berada dalam media selektif, tiap-tiap eksplan menunjukkan respon yang berbeda-beda. Pengamatan yang dilakukan pada eksplan yang diinokulasikan dengan A.rhizogenes memperlihatkan akar-akar yang tumbuh pada saat berada dalam media selektif ada yang mati dan ada pula yang dapat bertahan hidup. Pada hari ke-20 setelah berada dalam media seleksi, akar-akar baru mulai tumbuh di permukaan eksplan. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh eksplan kontrol dimana hampir seluruh akar yang tumbuh di dalam media eliminasi mati dan tercatat tidak ada akar-akar baru yang tumbuh setelah berada di dalam media eliminasi. Hasil serupa didapatkan oleh Koronfel (1998) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan akar-akar non transforman dalam media yang mengandung 10 ppm kanamisin terhambat, kemudian mati dalam jangka waktu 7 hari. Pertumbuhan akar rambut dari eksplan yang ditransformasi dalam media seleksi merupakan hasil ekspresi gen resistensi kanamisin pada TDNA yang telah terintegrasi ke dalam DNA akar rambut tomat. Hasil ini juga diperkuat oleh pernyataan White dan Nester (1986) bahwa Agrobacterium rhizogenes galur ATCC 15834 memiliki gen penanda resistensi terhadap antibiotik kanamisin pada T-DNA plasmidnya, yaitu pada plasmid pRi 15834c. Kanamisin ialah antibiotik yang dapat berikatan pada sub unit 30S dalam ribosom sehingga mencegah inisiasi translasi yang mengakibatkan kegagalan sintesis protein (Koronfel, 1998). Gen resistensi terhadap kanamisin (yang terdapat pada T-DNA) mengkode aminoglycoside phospotransferase yang memfosforilasi kanamisin (Karcher, 1995). Keberadaan gen penyandi resistensi terhadap kanamisin berperan dalam seleksi akar hasil transformasi. Akar hasil transformasi yang telah terintegrasi oleh T-DNA bakteri dapat hidup dan tumbuh dalam media selektif yang mengandung kanamisin. _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015 66 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 35 Total jumlah akar yang terbentuk 30 25 c 20 15 b b 10 5 0 a aa a 0 0.5 Kepadatan bakteri (OD) Keterangan: a) OD = 0, 15 menit; b) OD = 0, t = 60 menit; c) OD = 0.5, t=15 menit; d) OD = 0.5, t=30 menit; f) OD = 0.5, t=60 menit; g) OD = 1, t=15 menit; h) OD = 1, t=45 menit Hasil analisis statistik terhadap pengaruh lama inokulasi dan OD bakteri terhadap persentase transformasi, jumlah seluruh akar pada masingmasing perlakuan, serta berat basah akar pada yang dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan peningkatan OD dengan lama inokulasi yang digunakan. Walaupun lama inokulasi sebagai secara independen tidak berpengaruh terhadap persentase pembentukan akar, jumlah akar, serta berat basah akar yang dihasilkan eksplan tomat, interaksi antara lama inokulasi dan kepadatan bakteri berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan nilai dari ketiga parameter tersebut. Penggunaan OD tinggi dengan lama inokulasi yang singkat dan penggunaan OD rendah dengan lama inokulasi yang relatif lama dapat meningkatkan persentase pembentukan akar, jumlah akar, serta berat basah akar secara signifikan. Persentase pembentukan akar (%) 100 c 80 c c b 60 b b 40 20 a 0 5.557 0 0.5 Kepadatan bakteri (OD) 1 _____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 Total berat basah akar (mg) 350 Gambar 1. Perkembangan dan pembentukan akar pada eksplan masing-masing perlakuan setelah 28 hari berada di dalam media seleksi c c b b c c 300 250 200 1 c c b b c b b 150 100 50 0 aaa a 0 0.5 Kepadatan bakteri (OD) Gambar 2 1 Pengaruh kepadatan bakteri (OD) dan lama inokulasi A.rhizogenes pada pembentukan dan pertumbuhan akar selama 30 hari pada medium selektif kanamisin. a)persentase pembentukan akar, b) total akar yang terbentuk, c) total berat basah akar. Rataan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasaran uji BNT dengan selang kepercayaan 95% Persentase transformasi, yang ditunjukkan dengan persentase jumlah eksplan yang membentuk akar, secara signifikan meningkat selaras dengan peningkatan OD yang digunakan. Interaksi yang signifikan di antara perlakuan dengan lama inokulasi dengan peningkatan OD yang digunakan menghasilkan kombinasi perlakuan yang mengoptimalkan pembentukan akar pada eksplan tomat. Interaksi ini menghasilkan persentase transformasi tertinggi pada kombinasi perlakuan OD 1 dengan inokulasi selama 15 menit yaitu 82.2% Perhitungan dan pengamatan terhadap jumlah akar yang dihasilkan oleh ekplan tomat menunjukkan bahwa OD bakteri yang digunakan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan jumlah akar yang dihasilkan. Dari grafik di atas, tampak jelas peningkatan jumlah total akar yang terbentuk pada OD 0, 0.5, dan 1. Interaksi antara OD dan lama inokulasi memberikan pola yang khas, dimana penggunaan OD tinggi dengan lama inoklasi singkat serta OD http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 rendah dengan inokulasi yang lebih lama mampu memaksimalkan jumlah akar yang terbentuk pada eksplan tomat. Interaksi antara lama inokulasi dan OD menghasilkan jumlah akar tertinggi pada OD 1 dengan lama inokulasi 15 menit yaitu sebanyak 31.33 akar. Sedangkan penggunaan OD 0.5 dengan lama inokulasi singkat (13-30 menit) menghasilkan jumlah akar paling sedikit, yaitu berturut-turut 17.33 dan 18.33. Peningkatan total berat basah akar menunjukkan pola yang serupa dengan kedua parameter sebelumnya. Berdasarkan pola peningkatan berat basah yang tergambar pada grafik serta hasil perhitungan didapatkan nilai total berat basah tertinggi yang dihasilkan pada penggunaan OD 1 dengan lama inokulasi 15 menit yaitu 316 mg. Total berat basah akar terendah diberikan oleh perlakuan dengan OD rendah (0.5) dengan lama inokulasi singkat (15menit), dimana berat basah akar yang dihasilkan ialah 214mg. Berdasarkan hasil pengamatan dan uji statistik, diketahui bahwa kepadatan bakteri (OD) yang digunakan memegang peranan penting di dalam proses transformasi dan produksi akar transforman dari tanaman tomat. Konsentrasi bakteri yang terlalu rendah berakibat pada rendahnya kemampuan bakteri untuk menginokulasi jaringan tanaman, sedang konsentrasi terlalu tinggi juga dapat menyebabkan rusaknya sel-sel tanaman karena kondisi hipertonis larutan yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya persentase transformasi. Pada penelitian ini, perlakuan dengan kombinasi penggunaan OD rendah (0.5) dengan lama inokulasi yang singkat (15-30menit) mengakibatkan perlekatan bakteri yang terjadi relatif lebih rendah dibanding dengan OD tinggi (1), yang ditunjukkan dari frekuensi transformasi yang terjadi lebih rendah dibanding dengan OD 1. Kesimpulan yang diperoleh tersebut diperkuat oleh pernyataan Manan et al (2009) serta Sivanesan dan Jeong (2009). Menurut Manan et al (2009), kepadatan bakteri dalam suspensi yang digunakan mempengaruhi jumlah sel bakteri di dalam tanaman, yang merupakan faktor penting keberhasilan transformasi dengan Agrobacterium. Jumlah bakteri yang berlebihan di dalam sel tanaman dapat membuat tanaman menjadi stress sehingga mempengaruhi potensi regenerasinya. Sivanesan dan Jeong (2009) juga menyatakan bahwa pertumbuhan bakteri yang terlalu tinggi di dalam sel tanaman dapat menurunkan pembentukan akar dan menyebabkan kerusakan (browning) pada jaringan tanaman. Sebaliknya, jumlah sel bakteri yang sedikit dapat mengurangi potensi transformasi tanaman. Media Bina Ilmiah67 Peningkatan persentase pembentukan akar, jumlah seluruh akar, dan berat basah yang dihasilkan tiap eksplan yang ditransformasi dengan A. rhizogenes merupakan akibat dari ekspresi onkogen dari T-DNA A.rhizogenes. Onkogen yang termuat pada TL-DNA yaitu root locus (rol) gen, berperan penting pada proses pembentukan akar rambut tanaman. Ekspresi gen-gen ini baik secara independen maupun sinergis mampu menginduksi pembentukan akar rambut pada tanaman tomat. Sebagai contoh integrasi dan ekspresi gen rolB mampu mempengaruhi pertumbuhan instrinsik sehingga akar rambut tomat dapat tumbuh di dalam medium tanpa penambahan zpt. Selain TL-DNA, TR-DNA juga memiliki juga berperan pada pembentukan akar rambut pada eksplan tomat. TR-DNA yang terintegrasi ke dalam genom tanaman memuat gen-gen yang homolog terhadap iaam dan iaah pada A.tumifaciens. Gen iaam mengkode tryptophan monooxygenase yang mengubah triptofan menjadi indol asetamide, sedangkan iaah mengkode indole asetamide hydrolase yang mampu mengubah indole asetamide menjadi indole asetic acid (IAA). Kedua gen yang homolog terhadap iaam dan iaah tersebut adalah aux1 dan aux2 pada A.rhizogenes (Hashem, 2009). Ekspresi kedua gen tersebut bersama dengan gen-gen rol menyebabkan terjadinya perubahan level hormone endogen tanaman. Perubahan level hormon endogen ini kemudian memicu perimbangan baru dalam tanaman yang pada akhirnya akan menginisiasi pembentukan akar rambut pada eksplan tomat. Integrasi T-DNA ke dalam genom tanaman tomat tidak hanya mempengaruhi produksi fitohormon endogen (auksin dan sitokinin) dalam tanaman. Ekspresi gen-gen pada onkogen, dalam hal ini root loci (rol gen) pada TL-DNA, juga membuat tanaman lebih peka terhadap perubahan level fitohormon endogen tersebut. Ekspresi gengen ini berperan pada peningkatan sensitivitas auksin dan penurunan sensitivitas tanaman terhadap sitokinin. Deteksi integrasi T-DNA A. rhizogeneske dalam genom tanaman dapat diketahui dengan mengaplikasikan beberapa teknik biologi molekuler, salah satunya adalah deteksi integrasi T-DNA dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Teknik PCR diaplikasikan dengan menggunakan 3 primer spesifik yang masingmasing mengamplifikasi segmen pada gen rolB (2 macam primer) dan segmen pada TR-DNA. Sebelum PCR, dilakukan pengujian pada hasil isolasi DNA tanaman dan DNA plasmid A.rhizogenes. Hasil uji kualitatif dan kuantitatif _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015 68 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 DNA masing-masing sampel ditampilkan pada gambar dan tabel berikut: Tabel 1. Analisis kuantitatif sampel DNA bakteri, DNA akar kontrol, dan DNA akar transforman dari masing-masing perlakuan Gambar 4 Hasil elektroforesis DNA A.rhizogenes ATCC 15834 plasmid Keterangan: M)marka DNA ladder 1 kb, 1) DNA plasmid bakteri (volume suspensi 1.5ml), 2)DNA plasmid bakteri (volume suspensi 2x1.5ml) Gambar 3. Visualisasi hasil elektroforesis DNA total pada masing-masing sampel. Analisis PCR yang kemudian dilanjutkan dengan elektroforesis pada sampel DNA akar rambut hasil transformasi dengan A.rhizogenes, DNA akar kontrol, serta DNA plasmid A.rhizogenes dengan 3 primer yang digunakan tidak menunjukkan terbentuknya amplikon yang ditandai dengan tidak terlihatnya pita DNA pada seluruh sampel DNA yang digunakan. Keterangan: 1)DNA akar kontrol, 2) DNA akar hasil perlakuan 0.5-15, 3) DNA akar hasil perlakuan 0.5-30, 3) DNA akar hasil perlakuan 0.5-45, 4) DNA akar hasil perlakuan 0.5-60, 5) DNA akar hasil perlakuan 1-15, 6) DNA akar hasil perlakuan 1-30, 7) DNA akar hasil perlakuan 1-30, 8) DNA akar hasil perlakuan 1-45, 9) DNA akar hasil perlakuan 1-60, 10) DNA bakteri (volume suspensi 1.5ml), 11)DNA bakteri (volume suspensi 2x1.5ml) Berdasarkan hasil spektrofotometri dan elektroforesis DNA total diketahui bahwa konsentrasi, kemurnian, dan profil DNA hasil isolasi dari masing-masing sampel rata-rata relatif baik. Selain itu, gambar 5.2.2 juga menunjukkan bahwa DNA bakteri yang terisolasi merupakan DNA total (whole genome), bukan DNA plasmid yang ditandai dengan pita DNA yang terbentuk berada pada bagian atas dan tidak adanya fraksinasi seperti layaknya profil DNA plasmid pada umumnya. Untuk itu, dilakukan isolasi ulang DNA plasmid bakteri. Hasil isolasi plasmid bakteri A.rhizogenes (gambar 5.3.3) menunjukkan adanya fraksinasi DNA dari berat molekul besar ke DNA dengan berat molekul yang lebih kecil, yang merupakan salah satu ciri profil DNA plasmid. _____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 Gambar 5 Hasil elektroforesis proses PCR dengan plasmid rolB: M) Marka 1 kb DNA ladder, 1)DNA akar kontrol, 2) DNA plasmid bakteri, 3)DNA akar hasil perlakuan 0.5-15, 4)DNA akar hasil perlakuan 0.5-45, 5)DNA akar hasil perlakuan 0.5-60, 6)DNA akar hasil perlakuan 1-15, 7)DNA akar hasil perlakuan 1-30 http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 Hasil PCR sampel DNA akar tanaman dari seluruh perlakuan dan sampel DNA plasmid bakteri menggunakan primer yang mengamplifikasi TL-DNA (hasil desain) tidak menunjukkan terbentuknya amplikon, terlihat dari tidak adanya pita DNA pada visualisasi dengan gel agarose (1%) setelah dilakukan elektroforesis. Telah dilakukan juga beberapa optimasi untuk mendapatkan hasil PCR, antara lain optimasi suhu annealing yang digunakan, yaitu 55 °C, 57°C, 59°C dan 60°C, serta aplikasi PCR langsung dari koloni bakteri tanpa dilakukan isolasi DNA terlebih dahulu. Namun demikian, hasil yang diberikan oleh seluruh program yang dijalankan tidak menghasilkan amplikon yang ditandai dengan tidak terbentuknya pita DNA pada gel elektroforesis. Tidak terbentuknya amplikon pada seluruh sampel DNA yang digunakan terjadi karena ketidaksesuaian antara primer yang digunakan dengan DNA target, sehingga proses annealing (penempelan primer pada sekuen DNA target) tidak berlangsung. Salah satu kemungkinan yang menyebabkan ketidaksesuaian antara sekuen DNA target dengan primer spesifik yang digunakan ialah terjadinya mutasi yang mengubah susunan sekuen DNA pada daerah penempelan primer (primer binding site). Mutasi pada primer binding site yang menyebabkan gagalnya amplifikasi sekuen DNA target oleh primer, telah dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hass et al (1995) menyebutkan bahwa kehilangan satu primer binding site pada sekuen operon antara virB dan virG pada Ti plasmid tipe nopalin menyebabkan primer yang didesain untuk mengamplifikasi TDNA A.rhizogenes hanya dapat mendeteksi sebagian kecil daerah gen target. PENUTUP Pada penelitian ini telah didapatkan metode inokulasi yang mampu memberikan persentase transformasi terbaik dengan berat basah akar tertinggi pada eksplan tomat. Untuk itu pada penelitian selanjutnya, perlu dilakukan kultur akar pada media cair guna mendapatkan biomassa akar yang banyak untuk produksi metabolit sekunder likopen. Proses PCR pada penelitian ini tidak dapat mendeteksi integrasi T-DNA A.rhizogenes pada DNA akar transforman yang disebabkan oleh primer yang tidak kompatibel dengan DNA target. Kemungkinan terjadinya mutasi pada daerah penempelan primer (primer binding site) A.rhizogenes ATCC 15834 menyebabkan tidak didapatkannya desain primer yang tepat untuk deteksi integrasi T-DNA. Untuk itu, pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan sekuensing DNA bakteri A.rhizogenes ATCC 15834 yang Media Bina Ilmiah69 akan digunakan guna mengetahui sekuen DNA yang tepat sebagai dasar untuk menesain primer yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA Akasaka Y., M. Mii., H. Daimon. 1998. Morphological alteration and root nodul formation in Agrobacerium rhizogenes-mediated transgenic hairy root of peanut (Arachis hypogaea L), Anals of Bothany81: 355-362 Alpizar, E., e. Dechamp., L. Lapetre-Montes., C. Guilhaumon., B.Bertrand., C. Jordan., P. Lashermes., H. Ethienne.2008. Agrobacterium rhizogenestransformed root of coffee (Coffea arabica): condition for long-term proliferation, morphological, and molecular characterization, Journal of Bothany. 101: 929-940 Andayani, R., Lisawati, Y., and Maemunah. 2008. Penentuan kadar anti oksidan, fenolat, dan likopen pada buah tomat (Lycopersicon esculentum). Jurnal Sains dan Teknologi. 13:1-1 Dalimartha, S. 1999. Atlas tumbuhan obat Indonesia, jilid 3. Penerbit puspa Swara, Anggota IKAPI. Jakarta Doran, P.M. 2002. Properties and application of hairy root cultures di dalam K. M. O. Caldentey., W.H Barz (ed), Plant biotechnology and transgenic plants. Marcell Dekker Icn. New York.p.126157 Escobar, M.A. and A.M.Dandekar. 2003. Agrobacterium tumifaciens as an agent of disease.TRENDS in Plant science8 (8): 380-386 Gelvin, S.B. 2003. Agrobacterium mediated plant transformation: the biology behind the ‘gene jockeying tool’. Microbiology and Molecular Biology reviews67 (1): 16-37 Giri, A and A.L. Narasu. 2000. Transgenic hairy roots: recent trends and applications. Biotechnology Advances18: 1-22 Hashem, E.A. 2009. Estimation of the endegenous auxin and cytokinin in hairy roots incited on Solanum Dulcamara plants by Ri plasmid Agrobacterium rhizogenes. Australian Journal of _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015 70 Media Bina Ilmiah Basic and Applied Sciences3 (1): 142147 Hillier, L and P.Green. 2010. OSP: a computer program for choosing PCR and DNA sequencing primer. Cold Spring Harbour Laboratory Press. Missouri. Pp 124-128. Diakses dari genome.cship.org Karcer, S.J. 1995. Molecular Biology, a project approach: antibiotic information. San Diedo: Academic Press, Inc. pp 239246 Kartikeyan, A., S. Palanivel., S.Parvathy., R.B. Rhaj. Hairy root induction of hypocotil segments of groundnut (Arachis hypogaea L.). African Biotechnology, Academic Journal ISSN.6 (15): 1817-1820 Mathius, N.T., Reflini, N.Haris., J.Santoso., dan Roswiem. 2004.Kultur akar rambutCinchona ledgeriana danC. succirubra dalam kultur in vitro.Menara Perkebunan. 72(2): 7287 ISSN No. 1978-3787 Tim Penulis PS. 2009. Budidaya tomat secara komersil. Penebar Swadaya: Depok.pp 105-113 Twyman, R.M., P. Christou., E. Stroger. 2002. Genetic transformation of plants and the their cells di dalam K. M. O. Caldentey., W.H Barz (ed), Plant biotechnology and transgenic plants, Marcell Dekker Icn. New York.pp.126-157 White, F.F and E.W. Nester. 1980. Plasmid encodes virulence traits in Agrobacterium rhizogenes. Journal of bacteriology141 (3): 1134-1141 Zhang, G.H., Y.R. Liang., J. Jin., J.L Lu., D. Borthakur., J.J Dong., X.Q. Zheng. 2007. Induction of hairy root byAgrobacterium rhizogenes in relation to L-theanin production in Camellia sinensis. Journal of Horticultural Science and Botechnology82 (4): 636-64 Mannan,A., N.Shaheen., W.Arshad., R.A.Qureshi., M.Zia., B.Mirza. 2008. Hairy root induction and artemisinin analysis in Artemisia dubia and Artemisia indica. African Journal of Biotechnology7 (18): 3288-3292 Mannan, A., T.N.Syed., B.Mirza. 2009. Factors affecting Agrobacterium tumifaciens mediated transformation of Artemisia absinthium L. Pak.J.Bot41(6): 32393246 Negara, S.M.P.K. 2009. Induksi akar rambut pada hipokotil tomat (Lycopersicum esculentum, Mill.) melalui transformasi genetik dengan Agrobacterium rhizogenes dan penambahan auksin. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas brawijaya. Malang. Rahimi, K., K. Haghbeen., J. Marevatjo., F.R Jazii., R. Sheikhani. 2008. Succesful production of hairy root of Valeriana sysimbriifolium by Agrobacterium rhizogenes. Journal of Biotechnology7 (2): 200-204 Tugiyono, H, 2006, Bertanam tomat. Penebar Swadaya, Jakarta _____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com