BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya piker manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan bekerja sama. Kompetensi itu diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan idea tau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram dan media lain. Dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah konsektual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga atau media lainnya. 6 7 2.1.2 Pengertian Geometri Ruang Menurut Travers dkk (1987) menyatakan : “Geometry is the study of the relationship among points, lines, angels, surfaces, and solids” (hal 6). Hal ini menunjukkan bahwa geometi adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang, dan bangun-bangun ruang. Ada dua macam geometri yang dibahas di SD, yaitu geometri datar dan geometri ruang. Pelajaran geometri di sekolah dasar merupakan pelajaran yang sangat strategis untuk mempersiapkan siswa SD agar memiliki kepekaan terhadap lingkungan dengan membiasakan diri untuk berpikir analitis, agar memiliki daya tanggap keruangan secara tajam. Objek-objek yang dbicarakan pada geometri ruang di SD diantaranya balok, kubus, prisma, limas, tabung dan kerucut. Untuk mulai memperkenalkan bangun-bangun geometri ruang kepada anak, perlu diperhatikan oleh guru hal-hal sebagai berikut : 1. Gunakan benda-benda model geometri ruang yang terdapat di lingkungan anak yang telah biasa dikenal anak. 2. Terapkan azaz-azaz didaktik secara konsisten meliputi azas apersepsi, peragaan, motivasi, bekerja sendiri, kerja sama, penyesuaian individu anak, kolerasi dan ulangan yang teratur. 3. Gunakan pendekatan pemahaman konsep. dari : konkret-semikonkret-ke abstrak dari : sederhana ke kompleks dari : contoh yang dekat ke jauh 4. Gunakan variasi contoh-contoh peragaan dalam menanamkan konsep. 5. Perbanyak keterlibatan siswa dalam mengekplorasi konsep-konsep geometri dengan diperbanyak tanya jawab, diskusi dan latihan. Pengenalan bangun-bangun geometri ruang kepada anak dilakukan secara bertahap, model-model bangun geometri ruang yang perlu dipersiapkan atau dicakup guna untuk memperkenalkan bangun geometri ruang misalnya : kotak kapur, almari dan penghapus. Benda-benda tersebut berbentuk kubus dan balok. Bangun-bangun geometri ruang pada dasarnya didapat dari benda-benda konkret dengan melakukan proses abstraksi dan idealisasi. Abstraksasi adalah proses 8 memperhatikan dan menentukan sifat, atribut, ataupun karakteristik yang penting saja dengan mengesampingkan hal-hal yang berbeda tidak penting. Sedangkan idealisasi adalah proses menganggap sesuatu dari benda-benda konkret itu ideal. Berkait dengan keabstrakkan dari materi geometri ruang ini. Johson dan Rising (1978) menyatakan bahwa : “Mathematics is a creation of the human mind, concerned primarily with ideas, prosesses, and reasoning”. Yang berarti bahwa matematika merupakan kreasi pemikiran manusia yang pada intinya berkait dengan ide-ide, prosesproses dan penalaran. Sebagaimana dinyatakan di depan, dari proses idealisasi dan abstraksi benda-benda konkret seperti tempat kapur, dadu, maupun benda-benda nyata berdimensi tiga lainnya, manusia mengembangkan pengetahuan yang berkait dengan benda-benda nyata tersebut yang diberi nama khusus kubus dan balok. Didalam proses pembelajaran siswa SD yang masih dalam hidup operasional konkret (pendapat Piaget) sangat sulit menangkap sifat atau karakteristik khusus dari kubus atau balok, seperti memiliki 6 buah bidang sisi yang berbentuk persegi. Untuk itu, pembelajaran geometri ruang harus dimulai dari benda-benda konkret seperti tempat kapur, almari, kerangka kubus, dadu dan benda-benda lainnya ke bentuk-bentuk semi konkret yang berupa gambar kubus atau balok sehingga pada akhirnya para siswa tersebut akan dapat memiliki pengetahuan tentang kubus atau balok yang sudah bersifat abstrak yang sudah ada pikiran tiap-tiap siswa. Hal tersebut dapat diperjelas dengan skema di bawah ini Gambar 1 Skema Proses Penalaran Siswa dari Benda Konkret, Semikonkret ke Abstrak Benda Konkret Semikonkret Abstrak Benda-benda nyata Pengetahuan tentang berdimensi tiga, sifat/karakteristik seperti tempat kapur, khusus dari benda- dadu benda nyata tersebut Gambar di atas adalah gambar suatu kubus. Walaupun kubus merupakan pengetahuan tentang bangun ruang yang berdimensi tiga, namun gambarnya dibuat pada 9 kertas yang mendatar. Sebagai akibatnya, setiap sisi suatu kubus yang sejatinya atau kenyataannya berbentuk persegi, namun pada gambar dapat berbentuk persegi sebagaimana kenyataannya atau berbentuk jajar genjang. Hal-hal tersebut kadang-kadang menyulitkan para siswa. Unsur-unsur pada geometri ruang kubus dan balok terdiri atas sisi, rusuk, dan titik sudut. Sisi adalah sekat atau perbatasan bagian dalam dan bagian luar. Pada bangun ruang kubus dan balok terdapat sisi yang datar. Para siswa seharusnya diberi kesempatan untuk melihat, meraba dan mengalami sendiri tentang perbedaan-perbedaan tersebut. Dengan cara itulah, diharapkan mereka akan lebih mudah mendaptkan pengetahuan geometri ruang yang mereka pelajari. Rusuk merupakan ruas garis. Ada rusuk yang berupa garis lurus seperti pada kubus, balok, prisma dan limas, namun ada juga rusuk yang melengkung seperti pada tabung dan kerucut. Titik sudut merupakan perpotongan tiga bidang atau perpotongan tiga rusuk atau lebih. Kubus memiliki enam sisi yang terdiri atas sebuah sisi bagian kiri, sebuah sisi di bagian kanan, sebuah sisi di bagian depan, sebuah sisi di bagian belakang, sebuah sisi di bagian atas dan sebuah sisi di bagian bawah. Banyak rusuk ada 12 buah yang di dapat dari 4 rusuk tengah, 4 rusuk alas dan 4 rusuk atas. Banyak titik sudut ada 8 buah yang didapat dari setiap pojok kubus. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Balok rusuk sisi sudut Sifat-sifat bangun ruang balok adalah mempunyai 12 rusuk, 6 sisi, dan 8 titik sudut Sisisisinya berbentuk persegi panjang, sisi yang berhadapan sama dan sebangun rusuk-rusuk yang sejajar sama panjang 2. Kubus rusuk sisi sudut Sifat-sifat kubus adalah mempunyai 12 rusuk, 6 sisi, dan 8 titik sudut rusuk-rusuk kubus sama panjang keenam sisinya berbentuk persegi Keenam sisinya sama luas. 10 2.1. 3 Tujuan Matematika Dalam Peraturan Materi Pendidikan Nasional RI Nomor 22, 23, 24 tahun 2006 mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mepelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2. 1. 4 Ruang Lingkup Matematika Ruang lingkup mata pelajaran pada satuan pendidikan SD/MI terdiri atas tiga aspek, yakni : aspek bilangan, geometrid an pengakuran, serta pengolahan data. 2. 1. 5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Pencapaian tujuan Matematika yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional (BNSP) tersebut harus dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang berstandar nasional dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif. Penjabaran lebih lanjut dalam kompetnesi dasar. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif. Kompetensi dasar ini merupakan Standar Minimum yang secara Nasional yang harus dicapai oleh siswa dan acuan dal;am pengembangan kurikulum disetiap satuan 11 pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran disatuan pendidikan harus mengacu pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. Secara rinci SK dan KD untuk pelajaran matematika yang ditujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel sebagai berikut ini: Tabel 1 SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas IV Semester 2 Standar Kompetensi 8. Memahami sifat bangun ruang Kompetensi Dasar 8.1 sederhana dan hubungan antar bangun datar. Mennetukan sifat bangun ruang sederhana. 8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus. 8.3 Mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris. 8.4 Menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar (Peraturan Pemerintah RI N0.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi) 2.1.6 Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar pada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menetukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, dan (6) pengembangan dan penalaran matematis. Menurut teori-teori kognitif dari Piaget, teori Bruner, dan Vygotsky dinyatakan bahwa, agar terjadi proses belajar pada siswa, maka siswa harus melakukan kegiatan fisik dengan benda konkret sambil mlakukan kegiatan mental, sedangkan menurut teori tingkah 12 laku (teori Bandura) dinyatakan bahwa proses belajar terlaksana jika terhadap setiap informasi yang merupakan stimulus, mendapat tanggapan yang diharapkan oleh guru. Hal ini terjadi apabila kepada siswa disajikan perangkat yang dapat berupa penguasaan yang positif. Menurut Mulyono Abdurrahman (2003) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengajaran matematika yakni : 1. Menyiapkan anak untuk belajar matematika 2. Maju dari konkret ke abstrak 3. Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang 4. Generalisasi ke situasi baru 5. Menyadari kekuatan dan kelemahan siswa 6. Membangun konsep yang kokoh tentang konsep dan ketrampilan matematika 7. Menyajikan program matematika yang seimbang 8. Penggunaan kalkulator Mengajar tidak dapat disamakan dengan mengisi air ke dalam botol atau menuliskan informasi pada kertas, karena siswa akan berhasil setelah siswa itu berusaha dengan sungguh-sungguh mengolah, mencerna informasi dari guru. Usaha itu dapat berupa pemusatan perhatian, membaca dengan teliti disertai perenungan serta penerapannya dalam bentuk pemecahan masalah. 2.1.7 Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran 1. Pengertian Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah dari hal-hal yang 13 didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar. Demonstrasi dilakukan bagi materi yang memerlukan peragaan atau percobaan. Dalam demonstrasi terutama dalam rangka pengembangan sikap, guru perlu merencanakan pendekatan secara lebih berhati-hati dan ia memerlukan kecakapan untuk mengarahkan motivasi dan cara berfikir siswa. Sedangkan menurut Martinis Yamin (2003:65) penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru untuk kemudian siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan / ketrampilan seperti yang telah diperagakan oleh guru. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar adalah metode yang digunakan oleh seorang guru atau orang luar yang sengaja didatangkan atau murid sekalipun untuk mempertunjukkan gerakan-gerakan atau suatu proses dengan prosedur yang benar disertai keterangan –keterangan kepada seluruh siswa. 2. Tujuan dan Fungsi Metode Demonstrasi Tujuan dari metode demonstrasi adalah untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar menggunakan semua indra terpadu sebagai hasil pengamatan. Penerapan tujuan demonstrasi lebih banyak digunakan untuk memperjelas cara pengerjaan suatu proses kerja suatu sistem. Fungsi metode demonstrasi (khususnya untuk pembelajaran matematika)antara lain: a. Memberikan gambaran yang jelas dan pengertian yang kongkrit tentang suatu proses keterampilan dalam mempelajari konsep matematika. b. Menunjukkan dengan jelas langkah kerja suatu proses / sistem. c. Memberikan kesempatan kepada siswa sekaligus melatih siswa melakukan proses pengamatan dengan cermat. d. Melatih siswa untuk mencoba mencari jawaban atas pertanyaan guru. e. Membantu meningkatkan daya pikir dalam meningkatkan kemampuan mengingat dan berfikir. (Dalam http./lintas berita.com) 14 3. Prinsip Dasar Metode Demonstrasi Sesuai tujuan dan fungsinya prinsip dasar metode demonstrasi adalah: a. Menciptakan suasana / hubungan baik dengan siswa sehingga ada keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang didemonstrasikan. b. Mengusahakan agar demonstrasi dapat memperjelas sesuatu yang sebelumnya belum dipahami siswa. Adapun aspek penting dalam menggunakan metode demonstrasi adalah: a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa, contohnya alat yang didemonstrasikan terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas. b. Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti oleh aktifitas siswa yang akan menjadi pengalaman berharga untuk siswa. c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan. d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis. 4.Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi a. Tahap persiapan Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya: 1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai siswa setelah proses demonstrasi berakhir. 2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. 3) Lakukan uji coba demonstrasi. b. Tahap pelaksanaan 1) Langkah pembukaan demonstrasi Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan. b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. 15 c) Kemukakan tugas – tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. 2) Langkah-langkah pelaksanaan demonstrasi a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang siswa untuk befikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. b) Ciptakan situasi yang menyenangkan. c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa untuk membuat catatan hal-hal yang penting. d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan bangun ruang yang lain. 3) Langkah-langkah mengakhiri demonstrasi Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran diakhiri dengan pemebrian tugas-tugas tertentu misal Pekerjaan Rumah (PR) atau Tanya Jawab yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama dengan jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Demonstrasi Metode pembelajaran demonstrasi memiliki kelebihan diantaranya : a. Perhatian siswa akan lebih mudah dipusatkan dalam proses belajar mengajar. b. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan jika dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan karena siswa akan mendapat gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. c. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak akan memerlukan keterangan-keterangan yang banyak. 16 d. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas melalui metode pembelajaran demonstrasi. 2. 1. 8 Penerapan Pendekatan Metode Demonstrasi sesuai dengan Standar Proses Penggunaan Metode Demonstrasi dalam penelitian diterapkan sesuai dengan Pendekatan Metode Demonstrasi yang sesuai dengan standar proses yang diterangkan pada tabel berikut ini: Tabel 2 Penerapan Metode Demonstrasi sesuai dengan Standar Proses dalam pembelajaran Matematika SD Negeri 3 Karangrejo No. Tahapan 1. Pendahuluan 2. Inti Ekplorasi Kegiatan 1. 2. 3. 4. Guru membuka pelajaran dan memberi salam Siswa berdoa bersama Guru mengecek kehadiran siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 1. Guru menyuruh siswa untuk membentuk kelompok beranggotakan 4 orang Guru memperlihatkan model bnagun ruang balok dan kubus kepada siswa Dengan cermat dan teliti siswa mengamati bangun ruang balok dan kubus 2. 3. 3. Elaborasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 4. Konfirmasi 1. 2. Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok membahas tentang sifat-sifat bangun ruang balok dan kubus Siswa secara bergantian menyebutkan nama bangun yang ditunjukkan oleh guru Siswa secara berkelompok mengerjakan LKS tentang sifat-sifat bangun ruang balok dan kubus Siswa mempresentasikan hasil diskusi Siswa dan guru membahas hasil diskusi kelompok Siswa dan guru membuat kesimpulan hasil diskusi kelompok Guru memberikan pemantapan konsep pelajaran matematika tentang bangun ruang kepada siswa Guru dan siswa mengadakan refleksi 17 3. 5. Penutup Guru membahas permasalahan yang dihadapi siswa yang berkaitan dengan soal evaluasi 4. Guru memberikan pemantapan konsep-konsep agar tidak terjadi kesalahan pada diri pendidik. 1. Guru mengadakan evaluasi 2. Guru menyampaikan informasi pelajaran selanjutnya 3. Guru menutup pelajaran 2.1.9 Hasil Belajar Matematika 2.1.9.1 Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakantindakannya yang berhubungan dengan belajar. Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10) mengenukakan bahwa “belajar merupakan kegiatan yang kompleks” menurut Sunaryo Kartadinata, dkk (2002:47) “belajar merupakan perbuatan perilaku yang disebabkan karena individu mengadakan interaksi dengan lingkungan.” Sejalan dengan pengertian di atas, Morgan, dkk (1986) dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:13) mengemukakan bahwa belajar adalah “setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai latihan dan pengalaman.”Pengertian ini memuat unsur penting dalam belajar yaitu belajar sebagai perubahan tingkah laku dan perubahan yang terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman.Sedangkan Hintzman (1978) dan Muhibbin Syah (2001:90) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas,menurut prneliti belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu yang relative tetap sebagai hasil latihan dan pengalaman yang dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan. 18 2.1.9.2 Prinsip Belajar Prinsip belajar merupakan ketentuan yang harus dijadikan pegangan dan pelaksanaan kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:42), prinsip-prinsip belajar meliputi : 1) perhatian dan motivasi, 2) keaktifan, 3) keterlibatan langsung / pengalaman, 4) pengulangan, 5) tantangan, 6) balikan dan penguatan 7) perbedaan individual. Udin S. Winata Putra, dkk. (2006:2.10) mengemukakan prinsip belajar yaitu : 1) Motivasi, berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat, 2) Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu obyek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik pula, 3) Aktivitas, meliputi aktivitas mental dan emusional. Dalam pembelajaran, hendaknya ditingkatkan aktifitas belajar tersebut, 4) Umpan balik, diperlukan oleh siswa untuk mengetahui apakah yang ia lakukan di dalam proses pembelajaran tersebut sudah benar atau belum, 5) Perbedaan individual, meliputi : pengalaman, minat, bakat, kebiasaan belajar, kecerdasan, tipe belajar, dan sebagainya. Menurut Slameto (2003:27-28), ada empat prinsip dalam belajar yaitu : 1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, 2) Sesuai hakikat belajar, 3) Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari, 4) Syarat keberhasilan belajar. 19 Sedangkan menurut Paul Suparno (1997) dalam Sardiman (2007:38) mengemukakan ada lima prinsip belajar. Kelima prinsip tersebut adalah : 1) Belajar mencari makna, 2) Konstruksi makna adalah proses yang terus-menerus, 3) Belajar bukanlah kegiatan yang mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru, 4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, 5) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah kami diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa prinsip belajar yaitu : 1) Motivasi yang berkaitan dengan suatu tujuan, 2) Perhatian dalam menghadapi situasi problematic, 3) Keaktifan yang meliputi aktivitas mental dan emosional, 4) Umpan balik dan penguatan pada proses pembelajaran, dan 5) Perbedaan individual, meliputi : pengalaman, minat, bakat, kebiasaan belajar, kecerdasan, tipe belajar, dan sebagainya. 2.1.9.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Belajar sebagai suatu proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak faktor. Slameto (2003:54) “faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan ekstern.” 2.1.9.4 Hasil Belajar Menurut Benyamin S. Bloom dalam Mulyono Abdurrohman (2003:38) “ada tiga ranah (domain) dalam belajar, yaitu ranah kognitif, efektif dan psikomotor.” Sedangkan Romiszowki dalam Mulyono Abdurrahman (2003:38) berpendapat bahwa “hasil belajar merupakan keluaran (out puts) dari suatu sistem pemrosesan masukan (in puts).Masukan dari sistem tersebut berupa macam informasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).” 20 Romiszowski dalam Mulyono Abdurrahman (2003:38) juga mengemukakan bahwa Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi ; dan hasil belajar dapat dikelompokkan dalam empat macam saja, yaitu : 1) pengetahuan tentang fakta, 2) pengetahuan tentang prosedur, 3) pengetahuan konsep dan 4) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori yaitu : 1) keterampilan berpikir atau keterampilan kognitif, 2) keterampilan untuk bertindak atau motorik, 3) keterampilan bereaksi atau bersikap, dan 4) keterampilan berinteraksi. Seperti halnya Romizowski, Jhon M. Keller dalam Mulyono Abdurrahman (2003:38) memandang “hasil belajar sebagai keluaran dari sistim pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi.” Keller dalam Mulyono Abdurrahman(2003:39) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar.” Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi ; sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak. Dari beberapa pendapat para ahli, menurut peneliti bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru.Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional. 2.1.9.5 Pengertian Matematika SD Matematika yang berarti belajar atau hal yang dipelajari dalam ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran, ciri utama matematika adalah penalaran 21 deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kegiatan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten, disajikan secara sistematis berdasarkan tingkat perkembangan siswa pada tiap kelas di Sekolah Dasar yang berorientasi pada lingkungan sekitar, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi serta mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari (Suwarna dalam Matematika 2004). “Matematika” merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.Matematika sebagai landasan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terdiri atas teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. (Permendiknas, 2006:416) Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Dengan demikian maka setiap upaya penyusunan kembali atau penyempurnaan kurikulum matematika sekolah perlu selalu mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut, pengalaman masa lalu serta kemungkinan masa depan. Dalam hal ini yang bermaksud dengan matematika Sekolah Dasar adalah matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah.Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu pada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ini berarti matematika sekolah tidak dapat dipisahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki matematika. Dua cirri terpenting dari matematika adalah: 1) Memiliki objek kejadian yang abstrak dan 2) Berpola pikir deduktif dan konsisten. Dari beberapa pengertian di atas bahwa matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dengan ciri utama memiliki obyek yang abstrak dan penalaran deduktif yang konsisten dan disajikan secara sistematis. 22 2.1.9.6 Tujuan Mata Pelajaran Matematika SD / MI Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang Model matematika, menyelesaikan Model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2.1.9.7 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika SD / MI Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI memiliki aspek-aspek sebagai berikut: 1) Bilangan 2) Geometri dan pengukuran 3) Pengolahan data. 2.1.9.8 Pengertian Pembelajaran Menurut Sudiman (1998) dalam buku Model Pembelajaran Matematika (2003: 7) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan pedoman kata dari istilah instruction yang mempunyai arti lebih luas dari pengajaran, pembelajaran merupakan poses belajar, yaitu hubungan timbale balik antar guru dengan siswa. Sedangkan menurut Gatot Muhsetyo (2008: 1.26) menyatakan bahwa: “Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta 23 didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.” Berdasarkan pendapat di atas bahwa pembelajaran matematika merupakan proses belajar menempatkan siswa sebagai subjek belajar melalui serangkaian kegiatan pemberian pengalaman belajar agar siswa dapat mencapai kompetensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 2.1.9.9 Pengukuran Hasil Belajar Matematika Besarnya peningkatan hasil belajar seseorang dapat diketahui melalui pengukuran. Secara sederhana pengukuran menurut Wardani NS (2010:24) diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa atau benda. Selanjutnya Allen dan Yen (1979) menyatakan bahwa pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Jadi pengukuran itu adalah kegiatan untuk memberikan angka pada suatu aspek dengan mengikuti cara-cara yang urut. Pengukuran hasil belajar tersebut secara rinci disajikan melalui kisi-kisi peningkatan hasil belajar matematika seperti dalam tabel berikut ini: Tabel 3 Kisi – Kisi Peningkatan Hasil Belajar Matematika Aspek Indikator Uaraian Skor 1 Kognitif 1. Mengidentifikasi sifat- 1. Mendiskripsikan sifat- sifat bangun ruang sifat bangun ruang balok dan kubus. balok dan kubus 2. Mengidentifikasi 2. Mendiskripsikan persamaan bangun persamaan bangun ruang balok dan kubus. ruang balok dan kubus 3. Mengidentifikasi 3. Mendiskripsikan perbedaan bangun perbedaan bangun ruang balok dan kubus ruang balok dan kubus 2 24 Motorik 1. Menggambar bangun 1. Mampu menggambar ruang balok dan kubus bangun ruang balok dan dengan benar kubus dengan benar 2. Menggambar jaring- 2. Mampu menggambar jaring balok dan kubus jaring-jaring balok dan dengan benar kubus dengan benar 3. Menggabungkan 3. Mampu jaring-jaring balok dan menggabungkan jaring- kubus dengan benar jaring balok dan kubus dengan benar Reaksi Mengamati bangun ruang Siswa mengamati bangun sikap balok dan kubus ruang balok dan kubus Keterangan: Skor 1 : Ada/ mampu Skor 2 : Tidak ada / tidak mampu 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang relevan Penelitian yang dilakukan oleh Wagino (2011) menemukan bahwa penggunaan metode Demonstrasi yang dilakukannya secara kolaboratif dalam pembelajaran Matematika tentang sifat-sifat bangun ruang balok dan kubus telah mendorong perkembangan pemahaman siswa kelas 4. Penggunaan media dan alat peraga membuat siswa dapat mengembangkan pemahaman yang terintergrasi oleh Guru melalui media alat peraga dan komunikasi membuat siswa dapat meningkatkan pemahaman yang terintergrasi oleh guru melalui media alat peraga dan komunikasi. Kelebihan penelitian ini adalah ada kreativitas peneliti dalam mengembangkan materi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. 2.3. Kerangka Berpikir Berdasarkan hasil belajar Matematika tentang sifat bangun ruang balok dan kubus pada kelas 4 SD negeri 3 Karangrejo rendah yang nilai rata-rata kelasnya kurang dari 65 maka perlu adanya usaha-usaha untuk meningkatkannya. Matematika sebagai ilmu yang 25 sasaran penelaahannya abstrak, cenderung sulit diterima dan dipahami oleh siswa. Hal ini disebabkan siswa enggan atau kurang berminat dalam mempelajari Matematika. Oleh karena itu diperlukan oleh suatu penyelenggaraan proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu alternatifnya adalah proses pembelajaran dengan meggunakan metode pembelajaran, karena sesuai dengan fungsinya dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode Demonstrasi, siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran Matematka dengan gembira, senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran Matematika, sehingga minatnya dalam mempelajari Matematika semakin besar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan metode Demonstrasi, pembelejaran Matematika materi pokok menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana siswa menjadi lebih aktif meningkat dan hasil belajar matematika siswa menjadi meningkat.