T1_262012604_BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya piker
manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan bekerja sama.
Kompetensi itu diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan di atas. Selain itu dimaksudkan pula
untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan
masalah dan mengkomunikasikan idea tau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel,
diagram dan media lain.
Dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan
mengajukan masalah konsektual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah
diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat
peraga atau media lainnya.
6
7
2.1.2 Pengertian Geometri Ruang
Menurut Travers dkk (1987) menyatakan : “Geometry is the study of the
relationship among points, lines, angels, surfaces, and solids” (hal 6). Hal ini menunjukkan
bahwa geometi adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut,
bidang, dan bangun-bangun ruang. Ada dua macam geometri yang dibahas di SD, yaitu
geometri datar dan geometri ruang.
Pelajaran geometri di sekolah dasar merupakan pelajaran yang sangat strategis
untuk mempersiapkan siswa SD agar memiliki kepekaan terhadap lingkungan dengan
membiasakan diri untuk berpikir analitis, agar memiliki daya tanggap keruangan secara
tajam.
Objek-objek yang dbicarakan pada geometri ruang di SD diantaranya balok,
kubus, prisma, limas, tabung dan kerucut. Untuk mulai memperkenalkan bangun-bangun
geometri ruang kepada anak, perlu diperhatikan oleh guru hal-hal sebagai berikut :
1. Gunakan benda-benda model geometri ruang yang terdapat di lingkungan
anak yang telah biasa dikenal anak.
2. Terapkan azaz-azaz didaktik secara konsisten meliputi azas apersepsi,
peragaan, motivasi, bekerja sendiri, kerja sama, penyesuaian individu
anak, kolerasi dan ulangan yang teratur.
3. Gunakan pendekatan pemahaman konsep.
dari : konkret-semikonkret-ke abstrak
dari : sederhana ke kompleks
dari : contoh yang dekat ke jauh
4. Gunakan variasi contoh-contoh peragaan dalam menanamkan konsep.
5. Perbanyak keterlibatan siswa dalam mengekplorasi konsep-konsep
geometri dengan diperbanyak tanya jawab, diskusi dan latihan.
Pengenalan bangun-bangun geometri ruang kepada anak dilakukan secara
bertahap, model-model bangun geometri ruang yang perlu dipersiapkan atau dicakup guna
untuk memperkenalkan bangun geometri ruang misalnya : kotak kapur, almari dan
penghapus. Benda-benda tersebut berbentuk kubus dan balok.
Bangun-bangun geometri ruang pada dasarnya didapat dari benda-benda konkret
dengan melakukan proses abstraksi dan idealisasi. Abstraksasi adalah proses
8
memperhatikan dan menentukan sifat, atribut, ataupun karakteristik yang penting saja
dengan mengesampingkan hal-hal yang berbeda tidak penting. Sedangkan idealisasi
adalah proses menganggap sesuatu dari benda-benda konkret itu ideal.
Berkait dengan keabstrakkan dari materi geometri ruang ini. Johson dan Rising
(1978) menyatakan bahwa : “Mathematics is a creation of the human mind, concerned
primarily with ideas, prosesses, and reasoning”. Yang berarti bahwa matematika
merupakan kreasi pemikiran manusia yang pada intinya berkait dengan ide-ide, prosesproses dan penalaran. Sebagaimana dinyatakan di depan, dari proses idealisasi dan
abstraksi benda-benda konkret seperti tempat kapur, dadu, maupun benda-benda nyata
berdimensi tiga lainnya, manusia mengembangkan pengetahuan yang berkait dengan
benda-benda nyata tersebut yang diberi nama khusus kubus dan balok.
Didalam proses pembelajaran siswa SD yang masih dalam hidup operasional
konkret (pendapat Piaget) sangat sulit menangkap sifat atau karakteristik khusus dari
kubus atau balok, seperti memiliki 6 buah bidang sisi yang berbentuk persegi. Untuk itu,
pembelajaran geometri ruang harus dimulai dari benda-benda konkret seperti tempat
kapur, almari, kerangka kubus, dadu dan benda-benda lainnya ke bentuk-bentuk semi
konkret yang berupa gambar kubus atau balok sehingga pada akhirnya para siswa
tersebut akan dapat memiliki pengetahuan tentang kubus atau balok yang sudah bersifat
abstrak yang sudah ada pikiran tiap-tiap siswa. Hal tersebut dapat diperjelas dengan
skema di bawah ini
Gambar 1
Skema Proses Penalaran Siswa dari Benda Konkret,
Semikonkret ke Abstrak
Benda Konkret
Semikonkret
Abstrak
Benda-benda nyata
Pengetahuan tentang
berdimensi tiga,
sifat/karakteristik
seperti tempat kapur,
khusus dari benda-
dadu
benda nyata tersebut
Gambar di atas adalah gambar suatu kubus. Walaupun kubus merupakan
pengetahuan tentang bangun ruang yang berdimensi tiga, namun gambarnya dibuat pada
9
kertas yang mendatar. Sebagai akibatnya, setiap sisi suatu kubus yang sejatinya atau
kenyataannya berbentuk persegi, namun pada gambar dapat berbentuk persegi
sebagaimana kenyataannya atau berbentuk jajar genjang. Hal-hal tersebut kadang-kadang
menyulitkan para siswa.
Unsur-unsur pada geometri ruang kubus dan balok terdiri atas sisi, rusuk, dan titik sudut.
Sisi adalah sekat atau perbatasan bagian dalam dan bagian luar. Pada bangun ruang
kubus dan balok terdapat sisi yang datar. Para siswa seharusnya diberi kesempatan untuk
melihat, meraba dan mengalami sendiri tentang perbedaan-perbedaan tersebut. Dengan
cara itulah, diharapkan mereka akan lebih mudah mendaptkan pengetahuan geometri
ruang yang mereka pelajari. Rusuk merupakan ruas garis. Ada rusuk yang berupa garis
lurus seperti pada kubus, balok, prisma dan limas, namun ada juga rusuk yang
melengkung seperti pada tabung dan kerucut. Titik sudut merupakan perpotongan tiga
bidang atau perpotongan tiga rusuk atau lebih. Kubus memiliki enam sisi yang terdiri atas
sebuah sisi bagian kiri, sebuah sisi di bagian kanan, sebuah sisi di bagian depan, sebuah
sisi di bagian belakang, sebuah sisi di bagian atas dan sebuah sisi di bagian bawah.
Banyak rusuk ada 12 buah yang di dapat dari 4 rusuk tengah, 4 rusuk alas dan 4 rusuk
atas. Banyak titik sudut ada 8 buah yang didapat dari setiap pojok kubus.
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Balok
rusuk
sisi
sudut
Sifat-sifat bangun ruang balok adalah mempunyai 12 rusuk, 6 sisi, dan 8 titik sudut Sisisisinya berbentuk persegi panjang, sisi yang berhadapan sama dan sebangun rusuk-rusuk
yang sejajar sama panjang
2. Kubus
rusuk
sisi
sudut
Sifat-sifat kubus adalah mempunyai 12 rusuk, 6 sisi, dan 8 titik sudut rusuk-rusuk kubus
sama panjang keenam sisinya berbentuk persegi Keenam sisinya sama luas.
10
2.1. 3 Tujuan Matematika
Dalam Peraturan Materi Pendidikan Nasional RI Nomor 22, 23, 24 tahun 2006
mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mepelajari matematika serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2. 1. 4 Ruang Lingkup Matematika
Ruang lingkup mata pelajaran pada satuan pendidikan SD/MI terdiri atas tiga aspek,
yakni : aspek bilangan, geometrid an pengakuran, serta pengolahan data.
2. 1. 5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Pencapaian tujuan Matematika yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
(BNSP) tersebut harus dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang berstandar nasional
dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) merupakan ketentuan pokok untuk
dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau
pekerjaan secara efektif. Penjabaran lebih lanjut dalam kompetnesi dasar. Kompetensi
dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau
pekerjaan dengan efektif.
Kompetensi dasar ini merupakan Standar Minimum yang secara Nasional yang
harus dicapai oleh siswa dan acuan dal;am pengembangan kurikulum disetiap satuan
11
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk
membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh
guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran disatuan pendidikan harus mengacu pada SK
dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. Secara rinci SK dan KD untuk pelajaran matematika
yang ditujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel sebagai berikut ini:
Tabel 1
SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas IV Semester 2
Standar Kompetensi
8.
Memahami sifat bangun ruang
Kompetensi Dasar
8.1
sederhana dan hubungan antar
bangun datar.
Mennetukan sifat bangun ruang
sederhana.
8.2
Menentukan jaring-jaring balok dan
kubus.
8.3
Mengidentifikasi benda-benda dan
bangun datar simetris.
8.4 Menentukan hasil pencerminan suatu
bangun datar
(Peraturan Pemerintah RI N0.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi)
2.1.6 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar pada
peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik
memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Salah satu komponen yang menetukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan
strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang sedang dibicarakan,
(2) tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4)
keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari,
dan (6) pengembangan dan penalaran matematis.
Menurut teori-teori kognitif dari Piaget, teori Bruner, dan Vygotsky dinyatakan bahwa,
agar terjadi proses belajar pada siswa, maka siswa harus melakukan kegiatan fisik
dengan benda konkret sambil mlakukan kegiatan mental, sedangkan menurut teori tingkah
12
laku (teori Bandura) dinyatakan bahwa proses belajar terlaksana jika terhadap setiap
informasi yang merupakan stimulus, mendapat tanggapan yang diharapkan oleh guru. Hal
ini terjadi apabila kepada siswa disajikan perangkat yang dapat berupa penguasaan yang
positif.
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam pengajaran matematika yakni :
1. Menyiapkan anak untuk belajar matematika
2. Maju dari konkret ke abstrak
3. Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang
4. Generalisasi ke situasi baru
5. Menyadari kekuatan dan kelemahan siswa
6. Membangun konsep yang kokoh tentang konsep dan ketrampilan matematika
7. Menyajikan program matematika yang seimbang
8. Penggunaan kalkulator
Mengajar tidak dapat disamakan dengan mengisi air ke dalam botol atau menuliskan
informasi pada kertas, karena siswa akan berhasil setelah siswa itu berusaha dengan
sungguh-sungguh mengolah, mencerna informasi dari guru. Usaha itu dapat berupa
pemusatan perhatian, membaca dengan teliti disertai perenungan serta penerapannya
dalam bentuk pemecahan masalah.
2.1.7 Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran
1. Pengertian Metode Demonstrasi.
Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan
dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan
bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun
hal-hal yang bersifat rutin. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah dari hal-hal yang
13
didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang
benar. Demonstrasi dilakukan bagi materi yang memerlukan peragaan atau percobaan.
Dalam demonstrasi terutama dalam rangka pengembangan sikap, guru perlu
merencanakan pendekatan secara lebih berhati-hati dan ia memerlukan kecakapan untuk
mengarahkan motivasi dan cara berfikir siswa.
Sedangkan menurut Martinis Yamin (2003:65) penggunaan metode demonstrasi
dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan
alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Keahlian
mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru untuk kemudian siswa diberi
kesempatan untuk melakukan latihan / ketrampilan seperti yang telah diperagakan oleh
guru.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar adalah metode yang digunakan oleh
seorang guru atau orang luar yang sengaja didatangkan atau murid sekalipun untuk
mempertunjukkan gerakan-gerakan atau suatu proses dengan prosedur yang benar
disertai keterangan –keterangan kepada seluruh siswa.
2. Tujuan dan Fungsi Metode Demonstrasi
Tujuan dari metode demonstrasi adalah untuk membimbing dan mengarahkan
siswa agar menggunakan semua indra terpadu sebagai hasil pengamatan. Penerapan
tujuan demonstrasi lebih banyak digunakan untuk memperjelas cara pengerjaan suatu
proses kerja suatu sistem.
Fungsi metode demonstrasi (khususnya untuk pembelajaran matematika)antara
lain:
a. Memberikan gambaran yang jelas dan pengertian yang kongkrit tentang
suatu proses keterampilan dalam mempelajari konsep matematika.
b. Menunjukkan dengan jelas langkah kerja suatu proses / sistem.
c. Memberikan kesempatan kepada siswa sekaligus melatih siswa
melakukan proses pengamatan dengan cermat.
d. Melatih siswa untuk mencoba mencari jawaban atas pertanyaan guru.
e. Membantu meningkatkan daya pikir dalam meningkatkan kemampuan
mengingat dan berfikir. (Dalam http./lintas berita.com)
14
3. Prinsip Dasar Metode Demonstrasi
Sesuai tujuan dan fungsinya prinsip dasar metode demonstrasi adalah:
a. Menciptakan suasana / hubungan baik dengan siswa sehingga ada keinginan dan
kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang didemonstrasikan.
b. Mengusahakan agar demonstrasi dapat memperjelas sesuatu yang sebelumnya
belum dipahami siswa.
Adapun aspek penting dalam menggunakan metode demonstrasi adalah:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang
didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa,
contohnya alat yang didemonstrasikan terlalu kecil atau penjelasannya
tidak jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti oleh aktifitas
siswa yang akan menjadi pengalaman berharga untuk siswa.
c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis.
4.Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
a. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya:
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai siswa setelah proses demonstrasi
berakhir.
2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan.
3) Lakukan uji coba demonstrasi.
b. Tahap pelaksanaan
1) Langkah pembukaan demonstrasi
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya:
a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
15
c) Kemukakan tugas – tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap
penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2) Langkah-langkah pelaksanaan demonstrasi
a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang siswa
untuk befikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang
mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik
memperhatikan demonstrasi.
b) Ciptakan situasi yang menyenangkan.
c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi
dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa untuk membuat
catatan hal-hal yang penting.
d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan
bangun ruang yang lain.
3) Langkah-langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran diakhiri
dengan pemebrian tugas-tugas tertentu misal Pekerjaan Rumah (PR) atau
Tanya Jawab yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan
proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses
demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada
baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama dengan jalannya
proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Demonstrasi
Metode pembelajaran demonstrasi memiliki kelebihan diantaranya :
a. Perhatian siswa akan lebih mudah dipusatkan dalam proses belajar mengajar.
b. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan jika dibandingkan dengan hanya
membaca atau mendengarkan karena siswa akan mendapat gambaran yang jelas
dari hasil pengamatannya.
c. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak akan memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
16
d. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat
diperjelas melalui metode pembelajaran demonstrasi.
2. 1. 8 Penerapan Pendekatan Metode Demonstrasi sesuai dengan Standar Proses
Penggunaan Metode Demonstrasi dalam penelitian diterapkan sesuai dengan
Pendekatan Metode Demonstrasi yang sesuai dengan standar proses yang diterangkan
pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Penerapan Metode Demonstrasi sesuai dengan Standar Proses dalam pembelajaran
Matematika SD Negeri 3 Karangrejo
No.
Tahapan
1.
Pendahuluan
2.
Inti
Ekplorasi
Kegiatan
1.
2.
3.
4.
Guru membuka pelajaran dan memberi salam
Siswa berdoa bersama
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
1.
Guru menyuruh siswa untuk membentuk
kelompok beranggotakan 4 orang
Guru memperlihatkan model bnagun ruang
balok dan kubus kepada siswa
Dengan cermat dan teliti siswa mengamati
bangun ruang balok dan kubus
2.
3.
3.
Elaborasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
4.
Konfirmasi
1.
2.
Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok
membahas tentang sifat-sifat bangun ruang
balok dan kubus
Siswa secara bergantian menyebutkan nama
bangun yang ditunjukkan oleh guru
Siswa secara berkelompok mengerjakan LKS
tentang sifat-sifat bangun ruang balok dan
kubus
Siswa mempresentasikan hasil diskusi
Siswa dan guru membahas hasil diskusi
kelompok
Siswa dan guru membuat kesimpulan hasil
diskusi kelompok
Guru memberikan pemantapan konsep
pelajaran matematika tentang bangun ruang
kepada siswa
Guru dan siswa mengadakan refleksi
17
3.
5.
Penutup
Guru membahas permasalahan yang dihadapi
siswa yang berkaitan dengan soal evaluasi
4. Guru memberikan pemantapan konsep-konsep
agar tidak terjadi kesalahan pada diri pendidik.
1. Guru mengadakan evaluasi
2. Guru menyampaikan informasi pelajaran
selanjutnya
3. Guru menutup pelajaran
2.1.9 Hasil Belajar Matematika
2.1.9.1 Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai
anak didik. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakantindakannya yang berhubungan dengan belajar.
Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10) mengenukakan bahwa “belajar
merupakan kegiatan yang kompleks” menurut Sunaryo Kartadinata, dkk (2002:47) “belajar
merupakan perbuatan perilaku yang disebabkan karena individu mengadakan interaksi
dengan lingkungan.”
Sejalan dengan pengertian di atas, Morgan, dkk (1986) dalam Mulyani Sumantri
dan Johar Permana (2001:13) mengemukakan bahwa belajar adalah “setiap perubahan
tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai latihan dan pengalaman.”Pengertian ini
memuat unsur penting dalam belajar yaitu belajar sebagai perubahan tingkah laku dan
perubahan yang terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman.Sedangkan Hintzman (1978)
dan Muhibbin Syah (2001:90) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu perubahan yang
terjadi dalam organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,menurut prneliti
belajar adalah
perubahan tingkah laku pada diri individu yang relative tetap sebagai hasil latihan dan
pengalaman yang dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan.
18
2.1.9.2 Prinsip Belajar
Prinsip belajar merupakan ketentuan yang harus dijadikan pegangan dan
pelaksanaan kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:42), prinsip-prinsip
belajar meliputi :
1) perhatian dan motivasi,
2) keaktifan,
3) keterlibatan langsung / pengalaman,
4) pengulangan,
5) tantangan,
6) balikan dan penguatan
7) perbedaan individual.
Udin S. Winata Putra, dkk. (2006:2.10) mengemukakan prinsip belajar yaitu :
1) Motivasi, berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang
sedang belajar. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan
yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya, maka motivasi belajar
akan muncul dengan kuat,
2) Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap
suatu obyek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin
baik pula,
3) Aktivitas, meliputi aktivitas mental dan emusional. Dalam pembelajaran,
hendaknya ditingkatkan aktifitas belajar tersebut,
4) Umpan balik, diperlukan oleh siswa untuk mengetahui apakah yang ia lakukan
di dalam proses pembelajaran tersebut sudah benar atau belum,
5) Perbedaan individual, meliputi : pengalaman, minat, bakat, kebiasaan belajar,
kecerdasan, tipe belajar, dan sebagainya.
Menurut Slameto (2003:27-28), ada empat prinsip dalam belajar yaitu :
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar,
2) Sesuai hakikat belajar,
3) Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari,
4) Syarat keberhasilan belajar.
19
Sedangkan menurut Paul Suparno (1997) dalam Sardiman (2007:38)
mengemukakan ada lima prinsip belajar. Kelima prinsip tersebut adalah :
1) Belajar mencari makna,
2) Konstruksi makna adalah proses yang terus-menerus,
3) Belajar bukanlah kegiatan yang mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru,
4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik
dan lingkungannya,
5) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah kami diketahui, si
subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan
bahan yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa prinsip belajar yaitu :
1) Motivasi yang berkaitan dengan suatu tujuan,
2) Perhatian dalam menghadapi situasi problematic,
3) Keaktifan yang meliputi aktivitas mental dan emosional,
4) Umpan balik dan penguatan pada proses pembelajaran, dan
5) Perbedaan individual, meliputi : pengalaman, minat, bakat, kebiasaan belajar,
kecerdasan, tipe belajar, dan sebagainya.
2.1.9.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Belajar sebagai suatu proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak faktor.
Slameto (2003:54) “faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan ekstern.”
2.1.9.4 Hasil Belajar
Menurut Benyamin S. Bloom dalam Mulyono Abdurrohman (2003:38) “ada tiga
ranah (domain) dalam belajar, yaitu ranah kognitif, efektif dan psikomotor.”
Sedangkan Romiszowki dalam Mulyono Abdurrahman (2003:38) berpendapat
bahwa “hasil belajar merupakan keluaran (out puts) dari suatu sistem pemrosesan
masukan (in puts).Masukan dari sistem tersebut berupa macam informasi, sedangkan
keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).”
20
Romiszowski dalam Mulyono Abdurrahman (2003:38) juga mengemukakan bahwa
Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi ; dan hasil belajar dapat
dikelompokkan dalam empat macam saja, yaitu :
1) pengetahuan tentang fakta,
2) pengetahuan tentang prosedur,
3) pengetahuan konsep dan
4) pengetahuan tentang prinsip.
Keterampilan juga terdiri dari empat kategori yaitu :
1) keterampilan berpikir atau keterampilan kognitif,
2) keterampilan untuk bertindak atau motorik,
3) keterampilan bereaksi atau bersikap, dan
4) keterampilan berinteraksi.
Seperti halnya Romizowski, Jhon M. Keller dalam Mulyono Abdurrahman
(2003:38) memandang “hasil belajar sebagai keluaran dari sistim pemrosesan berbagai
masukan yang berupa informasi.”
Keller dalam Mulyono Abdurrahman(2003:39) mengemukakan bahwa “hasil
belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah
perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar.” Ini berarti bahwa
besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi ; sedangkan hasil belajar
dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.
Dari beberapa pendapat para ahli, menurut peneliti bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan kegiatan belajar yang
terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional,
tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru.Anak yang berhasil dalam belajar
ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
2.1.9.5 Pengertian Matematika SD
Matematika yang berarti belajar atau hal yang dipelajari dalam ilmu pasti, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran, ciri utama matematika adalah penalaran
21
deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya sehingga kegiatan antara konsep atau pernyataan dalam
matematika bersifat konsisten, disajikan secara sistematis berdasarkan tingkat
perkembangan siswa pada tiap kelas di Sekolah Dasar yang berorientasi pada lingkungan
sekitar, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi serta mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari (Suwarna dalam Matematika 2004).
“Matematika” merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya
pikir manusia.Matematika sebagai landasan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi terdiri atas teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika
diskrit. (Permendiknas, 2006:416)
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat
pesat, baik materi maupun kegunaannya. Dengan demikian maka setiap upaya
penyusunan kembali atau penyempurnaan kurikulum matematika sekolah perlu selalu
mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut, pengalaman masa lalu serta
kemungkinan masa depan.
Dalam hal ini yang bermaksud dengan matematika Sekolah Dasar adalah matematika
yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah.Matematika sekolah
tersebut terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan
kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu pada
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ini berarti matematika sekolah tidak
dapat dipisahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki matematika. Dua cirri terpenting
dari matematika adalah:
1)
Memiliki objek kejadian yang abstrak dan
2)
Berpola pikir deduktif dan konsisten.
Dari beberapa pengertian di atas bahwa matematika adalah ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern dengan ciri utama memiliki obyek yang
abstrak dan penalaran deduktif yang konsisten dan disajikan secara sistematis.
22
2.1.9.6 Tujuan Mata Pelajaran Matematika SD / MI
Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang Model matematika, menyelesaikan Model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.9.7 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika SD / MI
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI memiliki aspek-aspek
sebagai berikut:
1) Bilangan
2) Geometri dan pengukuran
3) Pengolahan data.
2.1.9.8 Pengertian Pembelajaran
Menurut Sudiman (1998) dalam buku Model Pembelajaran Matematika (2003: 7)
mengatakan bahwa pembelajaran merupakan pedoman kata dari istilah instruction yang
mempunyai arti lebih luas dari pengajaran, pembelajaran merupakan poses belajar, yaitu
hubungan timbale balik antar guru dengan siswa.
Sedangkan menurut Gatot Muhsetyo (2008: 1.26) menyatakan bahwa:
“Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta
23
didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh
kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.”
Berdasarkan pendapat di atas bahwa pembelajaran matematika merupakan
proses belajar menempatkan siswa sebagai subjek belajar melalui serangkaian kegiatan
pemberian pengalaman belajar agar siswa dapat mencapai kompetensi sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
2.1.9.9 Pengukuran Hasil Belajar Matematika
Besarnya peningkatan hasil belajar seseorang dapat diketahui melalui
pengukuran. Secara sederhana pengukuran menurut Wardani NS (2010:24) diartikan
sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu
gejala atau peristiwa atau benda. Selanjutnya Allen dan Yen (1979) menyatakan bahwa
pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan
keadaan individu. Jadi pengukuran itu adalah kegiatan untuk memberikan angka pada
suatu aspek dengan mengikuti cara-cara yang urut. Pengukuran hasil belajar tersebut
secara rinci disajikan melalui kisi-kisi peningkatan hasil belajar matematika seperti dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3
Kisi – Kisi Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Aspek
Indikator
Uaraian
Skor
1
Kognitif
1. Mengidentifikasi sifat-
1. Mendiskripsikan sifat-
sifat bangun ruang
sifat bangun ruang
balok dan kubus.
balok dan kubus
2. Mengidentifikasi
2. Mendiskripsikan
persamaan bangun
persamaan bangun
ruang balok dan kubus.
ruang balok dan kubus
3. Mengidentifikasi
3. Mendiskripsikan
perbedaan bangun
perbedaan bangun
ruang balok dan kubus
ruang balok dan kubus
2
24
Motorik
1. Menggambar bangun
1. Mampu menggambar
ruang balok dan kubus
bangun ruang balok dan
dengan benar
kubus dengan benar
2. Menggambar jaring-
2. Mampu menggambar
jaring balok dan kubus
jaring-jaring balok dan
dengan benar
kubus dengan benar
3. Menggabungkan
3. Mampu
jaring-jaring balok dan
menggabungkan jaring-
kubus dengan benar
jaring balok dan kubus
dengan benar
Reaksi
Mengamati bangun ruang
Siswa mengamati bangun
sikap
balok dan kubus
ruang balok dan kubus
Keterangan:
Skor 1 : Ada/ mampu
Skor 2 : Tidak ada / tidak mampu
2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Wagino (2011) menemukan bahwa penggunaan
metode Demonstrasi yang dilakukannya secara kolaboratif dalam pembelajaran
Matematika tentang sifat-sifat bangun ruang balok dan kubus telah mendorong
perkembangan pemahaman siswa kelas 4. Penggunaan media dan alat peraga membuat
siswa dapat mengembangkan pemahaman yang terintergrasi oleh Guru melalui media alat
peraga dan komunikasi membuat siswa dapat meningkatkan pemahaman yang
terintergrasi oleh guru melalui media alat peraga dan komunikasi. Kelebihan penelitian ini
adalah ada kreativitas peneliti dalam mengembangkan materi pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran.
2.3. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil belajar Matematika tentang sifat bangun ruang balok dan kubus
pada kelas 4 SD negeri 3 Karangrejo rendah yang nilai rata-rata kelasnya kurang dari 65
maka perlu adanya usaha-usaha untuk meningkatkannya. Matematika sebagai ilmu yang
25
sasaran penelaahannya abstrak, cenderung sulit diterima dan dipahami oleh siswa. Hal ini
disebabkan siswa enggan atau kurang berminat dalam mempelajari Matematika. Oleh
karena itu diperlukan oleh suatu penyelenggaraan proses pembelajaran yang dapat
menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu
alternatifnya adalah proses pembelajaran dengan meggunakan metode pembelajaran,
karena sesuai dengan fungsinya dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode
Demonstrasi, siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran Matematka dengan gembira,
senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran Matematika,
sehingga minatnya dalam mempelajari Matematika semakin besar, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan metode
Demonstrasi, pembelejaran Matematika materi pokok menentukan sifat-sifat bangun ruang
sederhana siswa menjadi lebih aktif meningkat dan hasil belajar matematika siswa menjadi
meningkat.
Download