BAB II

advertisement
BAB II
KONSEP PERCAYA DIRI
A. Pengertian Percaya Diri
Asumsi umum yang berkembang bahwa memiliki kepercayaan diri
berarti meyakini kemampuannya dalam melakukan hal-hal tertentu.1 Seorang
da'i yang sudah terbiasa melakukan dakwah dengan lisan di masjid-masjid
atau acara-acara seremonial keagamaan merasa meyakini dirinya mampu
untuk berdakwah. Dalam anggapan umum, dia sering dianggap seorang yang
percaya diri karena mampu melakukannya di depan orang banyak.
Kemampuan ini sering diasumsikan dengan percaya diri. Sementara di lain
waktu, ketika dituntut untuk menulis sebuah buku tentang konsep dakwah
seringkali merasa tidak mampu. Begitu juga dengan kemampuan dan keahlian
lain seperti berdakwah, menulis, mengajar, bisnis, dan lain sebagainya akan
timbul percaya diri untuk melakukannya apabila sudah mampu, memiliki
keahlian dan sukses di dalam bidang tersebut. Sementara keinginan untuk
melakukan tindakan-tindakan lain yang dapat mengembangkan potensi dalam
dirinya selalui dihantui dengan perasaan ketakutan, minder, dan perasaan
malu.
Jika kepercayaan diri seperti ini, maka rasa percaya diri itu hanya
timbul pada saat mengerjakan sesuatu yang mampu dan sudah biasa untuk
1
Barbara De Angelis, Confidence, Percaya Diri, Sumber Sukses dan Kemandirian
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hal. 3.
20
21
dilakukan, sementara dalam melakukan tindakan-tindakan lain yang baru akan
timbul rasa enggan, takut dan perasaan lainnya yang negatif. Oleh karena itu
perlu dicari apa makna percaya diri sesungguhnya yang dapat meningkatkan
harga diri dan konsep diri positif.
Menurut Barbara De Anggelis: "Kepercayaan diri adalah sesesuatu
yang harus mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita
kerjakan".2 Masih menurutnya, kepercayaan diri sejati tidak ada kaitannya
dengan kehidupan lahiriah seseorang. Ia terbentuk bukan dari apa yang
diperbuat, namun dari keyakinan diri, bahwa setiap yang dihasilkan olehnya
memang berada dalam batas-batas kemampuan dan keinginan pribadi.3 Dari
penjelasan Barbara di atas, percaya diri merupakan keyakinan dalam jiwa
manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat
sesuatu, bukan kepada kemampuan, keahlian, hasil dan kesuksesannya tetapi
pada kesedian untuk melakukannya.
Menurut Akrim Ridha, tsiqah (kepercayaan atau confidensi) adalah
kepercayaan manusia akan: (1) cita-cita hidup dan keputusan-keputusannya,
dan (2) potensi dan segala kemungkinan dari dirinya, atau dapat diistilahkan
dengan al iimaan bidzaatihi yaitu kepercayaan terhadap kemampuannya.4
Maksudnya adalah bahwa orang yang percaya diri adalah orang yang
2
Ibid, hal. 5.
Ibid,hal 9.
4
Akrim Ridha, Menjadi Pribadi Sukses, Alih Bahasa: Tarmana Abdul Qasim, (Bandung:
Asy-Syamil, 2002), hal. 22.
3
22
meyakini bahwa ia adalah orang yang memiliki cita-cita dan yakin bahwa ia
mampu
untuk
melakukan
sikap-sikap
dan
tindakan-tindakan
untuk
mewujudkan cita-citanya itu.
Menurut Jacinta F Rini dari team e-psikologi menjelaskan kepercayaan
diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Dengan memiliki ini menurutnya
bukan
berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan
segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi
sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan
individu tersebut di mana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan
percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual,
prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.5
B. Karakteristik Kepribadian Percaya Diri
Menurut Jacinta F. Rini kepribadian yang percaya diri memiliki ciriciri sebagai berikut:
1. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh
orang lain atau kelompok
2. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain berani menjadi
diri sendiri.
3. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil).
5
Jacinta F. Rini, http://www.e-psikologi.com/DEWASA/161002.htm.
23
4. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah
pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan
orang lain).
5. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan
situasi di luar dirinya.
6. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan
situasi yang terjadi.6
Menurut Herbert Feinsterheim dan Jean Bear, suami istri ahli terapi
tingkah laku behaviorism dalam sebuah buku Don’t Say Yes When You Want
to Say No-- yang merupakan bentuk training latihan ketegasan-- menjelaskan
bahwa ciri-ciri pribadi yang percaya diri adalah sebagai berikut:
1. Ia merasa bebas untuk mengemukakan dirinya sendiri. Melalui kata-kata
dan tindakan ia mengeluarkan pernyataan, "inilah diriku. Inilah yang saya
rasakan, saya pikirkan dan saya ingini."
2. Ia dapat berkomunikasi dengan orang lain dari semua tingkatan baik
dengan orang-orang yang tidak dikenal, sahabat-sahabat, keluarga.
Komunikasi ini selalu terbuka, langsung, jujur dan sebagaimana mestinya.
3. Ia mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup. Ia mengejar apa yang
ia ingini sebagai kebalikan dari orang-orang yang pasif yang menunggu
6
Ibid
24
terjadinya sesuatu, orang yang yakin akan dirinya justru berusaha agar
sesuatu itu terjadi.
4.
Ia bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri. Karena sadar bahwa
ia tidak dapat selalu menang, ia menerima keterbatasannya. Akan tetapi ia
selalu berusaha untuk mencapai sesuatu dengan usaha sebaik-baiknya,
sehingga baik ia berhasil, gagal ataupun tidak berhasil dan tidak gagal, ia
tetap memiliki harga dirinya.7
C. Faktor-faktor Munculnya Sikap Percaya Diri atau Rendah diri
1. Faktor Eksternal
a. Pola asuh orang tua (pendidikan rumah)
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah
diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung
sejak usia dini, dalam kehidupan bersama orangtua. Meskipun banyak
faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor
pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat
mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri.8 Hal ini senada dengan
apa yang diungkapkan oleh Gerald Corey dalam menemukan masalahmasalah yang muncul seperti: (1) Ketidak mampuan menaruh
kepercayaan pada diri sendiri dan pada orang lain, ketakutan untuk
mencintai dan untuk membentuk hubungan yang intim, dan rendahnya
7
Herbert Fensterheim PH.D. dan Jean Baer, Jangan Bilang :Ya" Bila Anda Akan
Mengatakan "Tidak" (Jakarta : Gunung Jati, 1980), h1m. 14-15
8
Jacinta F. Rini, http://www.e-psikologi.com/DEWASA/161002.htm
25
rasa harga diri; (2) ketidakmampuan mengakui dan mengungkapkan
perasaan-perasaan benci dan marah, penyangkalan terhadap kekuatan
sendiri sebagai pribadi, dan kekurangan-kekurangan perasaan-perasaan
otonom; (3) ketidakmampuan menerima sepenuhnya seksualitas dan
perasaan-perasaan seksualitas diri sendiri, kesulitan untuk menerima
diri sendiri sebagai pria atau wanita, dan ketakutan terhadap
seksualitas. Menurut pandangan psikoanalitik Freudian, ketiga area
perkembangan personal dan sosial (cinta dan percaya, penanganan
perasaan-perasaan negatif, dan pengembangan penerimaan yang positif
terhadap seksualitas) itu berlandaskan lima tahun pertama kehidupan.9
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sikap orangtua,
terhadap anak dengan menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan
kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan
membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Sementara orang
tua yang kurang memberikan perhatian pada anak, atau suka
mengkritik, sering memarahi anak namun jika anak berbuat baik tidak
pernah dipuji, tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai oleh anak,
atau pun seolah menunjukkan ketidakpercayaan mereka pada
kemampuan dan kemandirian anak. Melalui tindakan perlindungan
yang
9
berlebih-lebihan
overprotective,
akan
menghambat
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT ERESCO,
1988), hal. 21.
26
perkembangan kepercayaan diri pada anak karena anak tidak pernah
diberi kesempatan untuk memecahkan masalahnya sendiri. Tindakan
demikian, akan membuat anak akan merasa, bahwa dirinya buruk,
lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, selalu gagal, tidak pernah
menyenangkan dan membahagiakan dirinya dan orangtua maupun
orang lain. Anak akan merasa rendah diri di mata saudara kandungnya
yang lain atau di hadapan teman-temannya.
b. Lingkungan Masyarakat (pendidikan sosial)
Perkembangan percaya diri akan meningkat atau lebih rendah
juga berkembang melalui interaksi individu dengan lingkungannya.
Lingkungan
psikologis
dan
sosiologis
yang
kondusif
akan
menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
Lingkungan
psikologis
dan
sosiologis
yang
kondusif
adalah
lingkungan dengan suasana demokratis, yaitu adanya suasana penuh
penerimaan,
kepercayaan,
rasa
aman
dan
kesempatan
untuk
mengekspresikan ide-ide dan perasaan. Lingkungan psikologis dan
sosiologis yang tidak kondusif adalah lingkungan dengan suasana
penuh tuntutan, tidak menghargai pendapat orang lain dan tidak ada
kesempatan untuk mengekspresikan ide dan perasaan.Anak yang
tumbuh di tengah lingkungan masyarakat yang menghargai disiplin
waktu, biasanya akan menjadi disiplin. Persaingan yang membudaya
27
akan mendorong anggota-anggotanya bersifat ambisius, dan mungkin
sulit mencintai orang lain.10
c. Lingkungan Pendidikan (pendidikan formal)
Institusi pendidikan yang mengambil sebagian besar waktu
pertumbuhan seseorang juga sangat mempengaruhi percaya diri. Siswa
yang sering diperlakukan buruk (dihukum atau ditegur di depan
umum) cenderung sulit mengembangkan percaya dirinya. Sebaliknya,
yang sering dipuji, dihargai, diberi hadiah (apalagi di depan umum)
akan lebih mudah mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga
lebih percaya diri.11
2. Faktor Internal.
Setelah dipaparkan di atas tentang beberapa faktor yang
mempengaruhi munculnya rendah diri atau percaya diri seseorang, akan
berakibat munculnya faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari
dirinya sendiri. Berupa pemahaman seseorang terhadap dirinya yang
terdiri dari bagaimana orang tersebut memandang diri dan membuat
gambaran tentang dirinya yaitu konsep diri.
Menurut Bambang Soenaryo, PD erat kaitannya dengan konsep
diri, menurutnya adalah cara pandang seseorang terhadap dirinya; baik
dari sisi apa yang dipahami oleh dirinya sendiri, dari sisi apa yang
10
Muhammad Anis Matta, Membentuk Karakter Cara Islam, (Jakarta: Al-I'tishom,
2002), hal. 35.
11
Jannah, Izzatul, Everiday is PE DE Day, (Surakarta: Eureka, t.t.), hal. 28-29.
28
dipahami oleh orang lain terhadap dirinya. Dan dari sisi nilai-nilai idealitas
yang dituntut masyarakat secara umum terhadap dirinya. Yang penting
adalah bagaimana seseorang memiliki konsep diri yang jelas. Dengan
konsep diri yang jelas, seseorang akan mempercayai dirinya sendiri,
mampu menilai posisi dan kualitas dirinya, serta dapat menempatkan diri
dengan baik.12
D. Urgensi Percaya Diri
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa percaya diri merupakan
sikap yang menentukan untuk menggapai kesuksesan dan ketenangan jiwa.
Hal ini dapat diamati melalui kesuksesan-kesuksesan yang dicapai oleh orangorang yang berhasil dapat mereka raih dengan sikap percaya diri dalam
menghadapi dirinya dan lingkungan sekelilingnya.
Sejarah telah membuktikan naiknya orang-orang sukses di panggung
dunia hanya karena kekuatan dirinya memegang keyakinan yang melahirkan
dinamika, konsistensi, tangguh dan tidak pernah takut menghadapi risiko.
Seorang Thomas Alfa Edison yang cacat karena pendengarannya tuli. Dia
dicemooh, bahkan ditampar seorang masinis kereta api. Tetapi, tekad dan
keyakinannya telah melahirkan inovasi paling signifikan dalam peradaban
manusia. Dia telah melakukan 999 kali percobaan untuk menyempurnakan
inovasi yang diyakininya. Seseorang dengan nada sisnis mengejeknya:
12
Vieny, Dina, Rani, Membangun dan Mengasah PD, bahasan utama majalah UMMI
Majalah Wanita. No4/XIV Agustus-September 2002/1423 H.hal11
29
"Apakah anda mau membuat percobaan yang gagal untuk keseribu kalinya?"
dia menjawab: "Aku tidak gagal, Apa yang kulakukan adalah rangkaian
penemuan yang saling bersambung untuk menemukan berbagai penemuan
lainnya, bukan hanya sekedar menemukan bola lampu listrik"13
Pentingnya percaya diri sangat jelas diungkapkan dalam karya Gini
Graham Scoot. Melalui metode Mind Power, ia menjelaskan bahwa percaya
diri adalah salah satu kunci mendapatkan apa yang anda inginkan dalam
hidup.14 Ketika seorang telah mendapatkan apa yang ia citakan dalam
hidupnya maka akan merasa lebih percaya diri dan mempunyai harga diri
yang lebih besar.
Apabila seseorang tidak percaya diri maka seringkali merasa tidak
yakin terhadap kebijakan yang ia ambil dalam memecahkan berbagai masalah,
menjadi lemah ketika mendapat kritik dari orang lain, dan selalu menyalahkan
dirinya bahwa ia tidak mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semua
ini tidak perlu terjadi apabila disadari bahwa semua persoalan pasti ada
pemecahannya, dengan berinteraksi dengan orang lain dan berusaha untuk
mencari solusi yang tepat terhadap permasalahan tersebut. Kritik yang
dilontarkan seseorang terhadap orang lain atau diri sendiri bisa saja sebagai
keuntungan jika diperhatikan dengan objektif, dengan menerimanya apabila
13
Toto Tasmara,.Menuju Muslim Kaffah Menggali Potensi Diri, (Jakarta: Gema Insani
Press,2000), hal.24
14
Gini Graham Scoott, Mind Power: Sukses dalam Bisnis dengan Memberdayakan
MentalImaging, Alih Bahasa: Bern. Hidayat (Jakarta: Grasindo, 1998), hal.43.
30
jika kritik itu sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi atau diabaikan
karena tidak sesuai dengan keinginan
tanpa harus merasa lemah atas
ketidakmampuan diri.
Untuk mengubah citra diri adalah dengan mengarahkan fokus pada
sifat-sifat baik yang terdapat dalam diri, memandang diri sendiri sukses,
membayangkan diri sendiri menjadi orang yang makmur dan diakui oleh
orang-orang lain atas usaha-usaha yang telah dicapai. Keyakinan ini akan
berhasil dengan pandangan jika anda percaya anda hebat, anda memang
hebat!15 Dengan keyakinan terhadap diri sendiri akan membantu menciptakan
pengalaman-pengalaman yang dimiliki untuk bertindak layaknya orang yang
dicita-citakan. Seorang yang percaya diri bahwa ia akan menjadi seorang
intelektual tentu harus berpikir dan bertindak sebagaimana orang yang ia
pikirkan yaitu dengan banyak belajar dan membaca buku serta aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang mendukung apa yang ia pikirkan.
Menurut Jamesh R. Fisher, kepercayaan diri adalah sesuatu yang
membuat manusia sebagai manusia. Percaya diri memberi kekuatan keyakinan
yang menunjang keterpaduan, kerja sama, dan hubungan antar manusia.
Ketidak percayaan diri akan berakibat seseorang merasa kurang populer dalam
pergaulan, lebih suka mengucilkan diri, atau jadi pembuat onar. Ia sulit
berperan dalam lingkungan, bahkan mungkin seolah-olah dikucilkan di
15
Gini Graham Scoott, Mind Power: Sukses dalam Bisnis dengan Memberdayakan
MentalImaging, Alih Bahasa: Bern. Hidayat, (Jakarta: Grasindo, 1998), hal.47
31
lingkungannya,16
yang
dapat
membangkitkan
pertikaian,
persaingan,
mematikan peran, memboroskan daya (energi) yang berharga. Hal ini akan
melemparkan manusia dari kemajuan hingga pada akhirnya dalam
keputusasaan, kehilangan konsentrasi dan kemauan.17 Percaya diri juga tidak
hanya sebatas keyakinan atas kemampuan diri dan memiliki impian untuk
menjadi orang yang sukses tanpa adanya tindakan yang real dalam menggapai
impian. Percaya diri secara sederhana dapat diketahui dengan:
1. Mengetahui siapa anda, berkaitan dengan identitas, ciri-ciri dan sifat anda.
2. Mengetahui apa yang anda wakili, yaitu sistem nilai, keyakinan, dan
ideologi.
3. Apa yang anda lakukan dan manfaatnya bagi orang lain, yaitu tanggung
jawab sosial.
4. Bagaimana anda melakukannya, kapan dan di mana serta teknik anda
dalam melakukan tindakan.
Toto Tasmara dalam bukunya “Menuju Muslim Kaffah Menggali
Potensi Diri” mengutip perkataan Dr. Walter Doyle Staples yang
berkomentar: “Anda harus memikirkan keyakinan kalau anda berpikir sebagai
16
http://www.indomedia.com/Intisari/2000/februari/pede.htm
James R. Fisher, Menjual Berlandaskan Percaya Diri pada Tahun 90an, Alih Bahasa,
Sularno Tjiptowardoyo, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 1994), hal. 5.
17
32
seorang pemenang. Percayalah pada diri anda sendiri. Percayalah pada
kemampuan-kemampuan anda, sebab anda adalah apa yang anda pikirkan”.18
E. Kiat Meningkatkan Percaya Diri
Banyak kiat-kiat yang menjelaskan tentang bagaimana meningkatkan
percaya diri. Jacinta F Rini menawarkan beberapa metode untuk
meningkatkan percayadiri yaitu dengan:19
1. Evaluasi diri secara obyektif
Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Seseorang yang ingin
meninggkatkan percaya diri dapat dilakukan dengan menganalisa dan
melakukan pemetaan terhadap SWOT (Strengths, Weaknesses, Obstacles
and Threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan
strategi pengembangan diri yang lebih realistik.20
2. Beri penghargaan yang jujur terhadap diri
Memberi penghargaan terhadap diri walau sekecil apapun
keberhasilan dan potensi yang kita miliki. Ingatlah bahwa semua itu
didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak
dahulu hingga kini. Mengabaikan atau meremehkan satu saja prestasi yang
pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang
membantu untuk menemukan jalan yang tepat menuju masa depan.
18
Tasmara, Toto. Menuju Muslim Kaffah Menggali Potensi Diri, (Jakarta: Gema Insani
Press,2000), hal. 22.
19
Jacinta F. Rini, http://www.e-psikologi.com/DEWASA/161002.htm
20
Ibid
33
Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya
keinginan yang tidak realistik dan berlebihan; contoh: ingin cepat kaya,
ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika
ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri
yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai
diri sendiri hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.21
3.
Berpikir Positif
Untuk meningkatkan percaya diri dapat timbul dengan berpikir
positif dan memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang
muncul dalam benak setiap individu. Anda bisa katakan pada diri sendiri,
bahwa nobody’s perfect dan it’s okay if I made a mistake. Jangan biarkan
pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus
berakar, bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit
dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai
pikiran dan perasaan anda. Hati-hatilah agar masa depan anda tidak rusak
karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika pikiran
itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian di re-view kembali
secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa
pikiran itu ternyata tidak benar.
21
Ibid
34
4. Gunakan self-affirmation
Untuk memerangi pemikiran yang negatif, dapat menggunakan
self-affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya
diri. Contohnya:
"Saya pasti bisa", atau
"Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang
yang boleh menentukan hidup saya", atau
"Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh
menjadi pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami
tantangan", atau
"Sayalah yang memegang kendali hidup ini", atau
"Saya bangga pada diri sendiri".22
5. Berani mengambil resiko
Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, seseorang bisa
memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian,
anda tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan
strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi
resikonya. Contohnya, anda tidak perlu menyenangkan orang lain untuk
menghindari resiko ditolak. Jika Anda ingin mengembangkan diri sendiri
(bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada resiko dan
tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa
22
Ibid
35
daripada maju bertumbuh dengan mengambil resiko. Ingat: No Risk, No
Gain.23
6. Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan
Ada pepatah mengatakan yang mengatakan orang yang paling
menderita hidupnya adalah orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan
atas apa yang telah diterimanya dalam hidup. Artinya, individu tersebut
tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif.
Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak dilihat sebagai
pemberian dari Tuhan. Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas semua
berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian,
uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta berbagai pengalaman
hidupnya. Ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam,
tidak pernah melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan keluhan,
rasa marah, iri hati dan dengki, kecemburuan, kekecewaan, kekesalan,
kepahitan dan keputusasaan. Dengan “beban” seperti itu, bagaimana
individu itu bisa menikmati hidup dan melihat hal-hal baik yang terjadi
dalam hidupnya? Tidak heran jika dirinya dihinggapi rasa kurang percaya
diri yang kronis, karena selalu membandingkan dirinya dengan orangorang yang membuat “cemburu” hatinya. Oleh sebab itu, belajarlah
23
Ibid
36
bersyukur atas apapun yang dialami dan percayalah bahwa Tuhan pasti
menginginkan yang terbaik untuk hidup setiap manusia.24
7. Menetapkan tujuan yang realistik
Setiap manusia perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang telah
ditetapkannya selama ini, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistik
atau tidak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan
memudahkan dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian akan
menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan
keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya
resiko yang tidak diinginkan.25
Sementara menurut Akrim Ridha, ada 6 faktor yang memproduksi
potensi yang dapat membangkitkan percaya diri yaitu melalui:26
1. Mengapa anda tidak mencoba berusaha?
2. Bekerja atau berbuat langsung (karya nyata)
3. Ihlal atau substitution yaitu dengan mengganti kelemahan dan
kekurangan menjadi potensi lain dalam diri.
4. Terima dan hadapi segala kemungkinan sesuai kemampuan
5. Hitunglah segala bentuk kesuksesan anda
6. Keimanan.
24
Ibid
Ibid.
26
Akrim Ridha, Menjadi Pribadi Sukses, Alih Bahasa: Tarmana Abdul Qasim, (Bandung:
Asy-Syamil, 2002), hal. 29-41.
25
37
Situs counseling center University of Illinois di UrbanaChampaign menawarkan strategi untuk mengembangkan percaya diri yaitu
melalui:27
1. Emphasize strengths. Memfokuskan pada kemampuan diri yang
membuat diri merasa bangga untuk melakukannya. Setiap orang
memiliki bakat dan keahlian masing-masing karena itu setiap orang
harus memfokuskan pada kemampuan diri mereka masing-masing.
2. Take risks. Tidak ada suatu tindakan apapun di dunia ini yang tidak
memiliki risiko maka yang paling penting adalah mengambil risiko
untuk melakukan suatu tindakan.
3. Use
Self-Talk.
Menggunakan
affirmasi
diri
yaitu
dengan
mempergunakan kesempatan untuk mengungkapkan bahwa diri
pribadi adalah sebaik-baik manusia dan orang yang beruntung, untuk
menghilangkan pemikiran negatif. Dengan upaya ini dapat membuat
setiap individu menerima keistimewaan yang ada pada diri mereka
masing-masing.
4. Self-Evaluate. Evaluasi diri atau muhasabah secara terus menerus
dapat membuat seseorang menyadari bagaimana dirinya sesunguhnya
berkaitan dengan sikap, perilaku, cara kerja dan lain sebagainya.
Dengan evaluasi diri dapat memberikan kekuatan pada diri karena ia
27
http://www.couns.uiuc.edu/Brochures/self.htm.
38
akan memperbaiki setiap kesalahan dengan melakukan hal-hal yang
lebih baik bagi dirinya sendiri.
Dalam majalah UMMI menjelaskan untuk membangun percaya
diri dapat dilakukan dengan:
1.
Memiliki kapasitas ilmiah, dengan banyak mencari informasi
(pengetahuan) lewat belajar baik formal maupun non formal.
2.
Kenali dan fokus pada potensi positif, dimulai dengan mengenali
diri, fokus pada kelebihan dan mengembangkan potensi tersebut.
3.
Manfaatkan momen, setiap ada kesempatan untuk melakukan
tindakan lakukanlah.
4.
Bangun karakter pemimpin, seseorang harus berperilaku sesuai
dengan prinsip, nilai dan keyakinan diri berdasarkan kesadaran atau
ilmu.
5.
Memaksa diri dan konsisten, paksakan diri melawan rasa takut
dengan sikap melakukan tindakan, setelah itu bertahanlah dengan
tindakan itu untuk konsisten.
6.
Pelatihan dan organisasi, mengikuti pelatihan pengembangan diri
dan terlibat dalam organisasi.
7.
Melakukan tehnik PD, seperti berusaha duduk pada barisan depan,
melakukan kontak mata saat berbicara, berjalanlah lebih cekatan,
39
berusaha berbicara terang, berwajah cerah dan memperbanyak
senyum dalam aktivitas keseharian.
Tips lain untuk meningkatkan percaya diri seorang pada dasarnya
diawali dengan mengetahui konsep diri yang dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik SWOT. Untuk kemudian mengatasi weakness dan
mengembangkan strenght bakat yang dimiliki.Yang bisa dilakukan juga
adalah mensyukuri nikmat yang telah diberikan atas hasil yang diperoleh
dengan tidak terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain, karena
jika mental tidak sehat akan berakibat minder. Untuk menjadikan percaya
diri, diperlukan motto hidup yang positif dan menuliskannya.
Download