Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 DISTRIBUSI TEMPORAL ARTHROPODA PADA TUMBUHAN LIAR KROKOT (Portulaca oleracea L.) DI LAHAN PERTANIAN TOMAT DESA KARANGWEDORO KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG Arthropods Temporal Distribution On Portulaca Oleracea L. Wild Plants In Tomato Farm Of Karangbesuki Village Dau Sub-District Malang District Intan Lestari Mulyaning Tyas, Alvina Putri Purnama Sari, Muhammad Saefi, dan Widi Cahya Adi Magister Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang Perum. Kebalenan Baru 2 Blok C/16, Banyuwangi, 08986354547; [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi temporal arthropoda pada tumbuhan liar Portulaca oleracea L. di lahan pertanian tomat Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Metode pengamatan dilakukan secara visual control. Pengamatan dilakukan pada 3 periode pengamatan dengan durasi 15 menit sebanyak 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi temporal Arthropoda pada tumbuhan Portulaca oleracea L. menunjukkan bahwa rata-rata kunjungan harian pada 12.00-13.00 WIB lebih tinggi daripada kunjungan harian pada pukul 07.00-08.00 dan 16.00-17.00 WIB. Hasil ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan waktu yang paling tepat untuk dilakukan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di lahan pertanian tomat. Kata kunci: distribusi temporal, arthropoda, pengendalian hama terpadu, agroekosistem, refugia Abstract The research aims to analyze the arthropods‘ temporal distribution on Portulaca oleracea L. wild plants in tomato farm of Karangwedoro Village, Dau Sub-district, Malang District. The observational method uses visual control in 3 observational periods, 15 minutes duration for 4 times repeatation. The result shows that Arthropods temporal distribution on Portulaca oleracea L. wild plants average of call frequency at 12 p.m to 1 p.m is the highest compared with 7 a.m to 8 a.m and 4 p.m to 5 p.m. It can be used to determine the most appropriate time to do Integrated Pest Management (IPM) in tomato garden. Key words: spatial distribution, arthropods, Integrated Pest Management (IPM), agroecosystem, refugia PENDAHULUAN Agrosistem merupakan suatu komunitas yang didalamnya terdapat interaksi antara komponen biotik dan abiotik. Agroekosistem merupakan suatu kondisi yang di dalamnya terdapat interaksi antara komunitas tanaman, hewan, dan lingkungan. Agroekosistem juga merupakan hasil usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil pertanian (Kirana 2015, Resti 2015). Agroekosistem yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan tidak terlepas dari gangguan-gangguan baik internal maupun eksternal. Gangguan ini dapat berupa penyakit pada tanaman atau hama pengganggu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2011) menjelaskan bahwa hama dan penyakit merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman pertanianan, seperti: kopi menurun sampai 30%, penyakit cacar daun pada karet berumur 5-10 tahun yang menurunkan produksi sampai 30%. Salah satu hama yang saat ini banyak mengganggu lahan pertanian masyarakat 755 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 berasal dari kelompok arthropoda, yang secara fungsi ekologis memang dikelompokkan dalam hama karena merugikan manusia. Hama ini merugikan karena persebaran atau distribusinya yang semakin meningkat. Menurut Karmawati (1983) kelimpahan populasi serangga beserta sebarannya berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya atau dari satu waktu ke waktu berikutnya. Artinya, kelimpahan populasi serangga tersebut tidak akan punah atau terus menurun sampai populasi menghilang. Kelimpahan populasi hama salah satunya dipengaruhi oleh pemanasan global sehingga berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan dan ekobiologi sektor pertanian (Marwoto dan Indiati, 2009). Faktor lain yang mempengaruhi populasi hama dari faktor internal yaitu aktifitas arthropoda, seperti: kemampuan berkembang biak, siklus hidup, dan umur arthropoda. Sementara faktor eksternal dipengaruhi oleh faktor fisik, makanan, dan hayati (Resti, 2015). Faktor hayati menjadi salah satu faktor pertumbuhan populasi hama karena perannya mengendalikan populasi hama tersebut, dengan memanfaatkan musuh alami dari hama tersebut. Menurut Laba (2001) gulma atau rumput-rumputan dan tanaman yang mengandung polen dapat dimanfaatkan untuk pelestarian parasitoid dan predator sebagai sumber makanan, tempat berlindung, dan berkembang biak, sebelum inang atau mangsa utama hadir di pertanaman. Teknik pengendalian serangga hama dengan musuh alami ini dapat mengkonservasi musuh alami itu sendiri yaitu dengan melindungi atau memelihara populasi musuh alami yang sudah ada disekitar lokasi. Hasil survei pada 12 November 2015 di Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang, tepatnya di lahan pertanian tomat didapatkan bahwa pada lokasi ini terdapat banyak jenis arthropoda yang hinggap pada tomat dan tumbuhan di sekitar pohon tomat tersebut. Tumbuhan yang banyak ditemui sekitar pohon tomat yang lebih banyak dihinggapi jenis arthropoda yaitu Portulaca oleracea L. atau tumbuhan krokot, yang merupakan salah satu jenis gulma (Herlinda, 2004). Portulaca oleracea L. dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pengendali hama. Dijelaskan oleh Addina (2013) bahwa tumbuhan liar yang umumnya lebih dikenal dengan sebutan gulma, ternyata memiliki potensi sebagai penarik serangga yang berperan sebagai musuh alami dan dapat bermanfaat bagi proses pengendalian hama pada tanaman budidaya secara hayati. Berdasarkan hasil survei, maka dilakukan penelitian terkait penyebaran (distribusi) populasi arthropoda yang dalam hama ini berperan sebagai hama terhadap tanaman tomat. Penelitian yang dilakukan yaitu terkait penyebaran hama (arthropoda) secara temporal dengan memperhitungkan waktu terhadap distribusi arthropoda pada tumbuhan Portulaca oleracea L. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan distribusi temporal Arthropoda pada tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) di lahan pertanian Tomat, Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripstif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif. Hal ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis distribusi temporal arthropoda pada tumbuhan liar krokot merah (Portulaca oleracea L.) di lahan pertanian tomat (agroekosistem) Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua populasi arthropoda di area lahan pertanian tomat (agroekosistem) Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang, 756 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 sedangkan sampel dicuplik dari kunjungan arthropoda pada waktu yang telah ditentukan, yaitu tiga periode pengamatan, di antaranya: periode I (pukul 07.00-08.00), periode II (pukul 12.00-13.00), dan periode III (pukul 16.00-17.00) selama 15 menit tiap periode pengamatan sebanyak 4 kali ulangan. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini, di antaranya: kamera digital (untuk dokumentasi penelitian), alat tulis (untuk mencatat hasil penelitian), jaring serangga (untuk menangkap arthropoda), kantung plastik (untuk menyimpan arthropoda yang ditangkap), klorofom (untuk mengawetkan arthropoda), jam tangan (untuk menentukan durasi pengamatan), termohigrometer (untuk mengetahui suhu dan kelembaban udara), mikroskop binokuler (untuk mengamati dan mengidentifikasi jenis arthropoda) dan sebagai penunjang digunakan pula buku determinasi untuk serangga ―The Pest of Crops in Indonesia‖. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Survei Pendahuluan Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian yaitu lahan pertanian tomat Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan metode dan teknik dasar pengambilan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, survei pendahuluan juga dilakukan untuk mengetahui dan mengkaji jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan liar yang ada di agroekosistem tersebut. 2. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Berdasarkan hasil survei pendahuluan, dapat ditentukan lokasi pengambilan sampel yaitu pada keseluruhan tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) di lahan pertanian tomat Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang. 3. Pengamatan Arthropoda Arthropoda yang berkunjung di tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) di lahan pertanian tomat Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang diamati dengan pengamatan langsung menggunakan metode ―visual control‖ pada waktu yang telah ditentukan. Arthropoda yang diamati kemudian dicatat, ditangkap dengan menggunakan jaring serangga, dimasukkan ke kantung plastik dengan diberi klorofom, dan selanjutnya ditentukan famili dan peran ekologisnya berdasarkan ciri dan morfologinya dengan menggunakan mikroskop yang didasarkan pada Metcal (1992). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data hasil pengamatan berupa distribusi temporal Arthropoda pada tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) disajikan pada Tabel 1. 757 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Tabel 1. Distribusi Temporal Arthropoda pada Tumbuhan Liar Krokot (Portulaca oleracea L.) No. Family Waktu 1. Formicidae 2. Alydidae 3. Coccinellidae 4. Staphylinidae 5. Scarabaeidae 07.00-08.00 12.00-13.00 16.00-17.00 07.00-08.00 12.00-13.00 16.00-17.00 07.00-08.00 12.00-13.00 16.00-17.00 07.00-08.00 12.00-13.00 16.00-17.00 07.00-08.00 12.00-13.00 16.00-17.00 Ulangan/hari 1 2 3 5 4 5 8 8 8 2 0 1 6 4 3 2 5 7 1 2 2 3 0 1 2 1 0 1 3 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 Jumlah Total 4 5 7 1 3 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 Jumlah 19 31 4 16 15 6 4 3 6 3 1 0 0 1 0 109 RataRata 4,75 7,75 1 4 3,75 1,5 1 0,75 1,5 0,75 0,25 0 0 0,25 0 27,25 Gambar 1. Distribusi Temporal Arthropoda pada Tumbuhan Liar Krokot (Portulaca oleracea L.) berdasarkan Periode Waktu dan Famili Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa terdapat 5 famili arthropoda, yaitu Formicidae, Alydidae, Coccinellidae, Staphylinidae, dan Scarabaeidae, dengan distribusi temporal yang bervariasi, yang meliputi pukul 07.00-08.00 (periode I), 12.00-13.00 (periode II), dan 16.00-17.00 (periode III). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa famili Formicidae dapat dijumpai pada tumbuhan liar Krokot (Portulaca oleracea L.) pada semua periode. Pada periode I ditemukan 19 ekor, periode II ditemukan 31 ekor, dan periode III ditemukan 4 ekor. Famili Alydidae juga dapat dijumpai pada semua periode (periode I, II, dan III), berturut-turut sebanyak 16 ekor, 15 ekor, dan 6 ekor. Begitu juga famili Coccinellidae yang dapat dijumpai pada semua periode, di antaranya: periode I 758 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 ditemukan 4 ekor, periode II ditemukan 3 ekor, dan periode III ditemukan 6 ekor. Famili Staphylinidae dapat ditemukan pada periode I sebanyak 3 ekor, pada periode II sebanyak 1 ekor, sedangkan pada periode III tidak ditemukan. Lain halnya dengan famili Scarabaeidae yang hanya dapat ditemukan pada periode II sebanyak 1 ekor. Data pada tabel menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan kelima famili yang ditemukan pada tumbuhan liar Krokot (Portulaca oleracea L.) berdasarkan periode yang telah ditentukan sebanyak 109 ekor. Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa jumlah famili yang paling banyak ditemukan adalah famili Formicidae, yang dapat ditemukan pada seluruh periode, dengan jumlah paling tinggi ditemukan pada periode II (pukul 12.00-13.00). Famili lain yang juga banyak ditemukan pada seluruh periode adalah famili Alydidae dan Coccinellidae. Untuk famili Alydidae, jumlah paling tinggi ditemukan pada periode I (pukul 07.00-08.00), sedangkan untuk famili Coccinellidae, jumlah paling tinggi ditemukan pada periode III (pukul 16.00-17.00). Famili lain, seperti Staphylinidae tidak ditemukan pada periode III, sedangkan famili Scarabeidae hanya ditemukan pada periode II. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi masing-masing famili bervariasi dalam setiap periode waktu yang ditentukan. Pembahasan a. Kunjungan Harian Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) setiap harinya terdapat arthropoda yang hinggap di tumbuhan tersebut. Frekuensi kunjungan arthropoda pada tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) berbeda-beda dan menunjukkan bahwa tumbuhan krokot merupakan tumbuhan habitat arthropoda dan dapat dijadikan tumbuhan refugia. Tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) memiliki fungsi sebagai tumbuhan perangkap serangga hama agar tidak mengunjungi tanaman tomat yang dapat merugikan hasil produksi. Tumbuhan ini banyak dikunjungi karena memiliki daya tarik pada bagian tumbuhan tersebut. Hal ini didukung oleh penjelasan Litbang Pertanian (2007) terkait tumbuhan krokot sebagai tanaman gulma yang banyak dikunjungi oleh serangga yaitu tumbuhan krokot memiliki bunga yang di ujung percabangan, berkelompok, terdiri dari 2-6 kuntum bunga, daun mahkotanya berjumlah lima, kecil-kecil berwarna kuning, mulai mekar pada pagi hari antara pukul 08.00-11.00, dan mulai layu menjelang sore hari. Buahnya berbentuk oval, mempunyai biji yang berjumlah banyak, berwarna hitam coklat mengkilap. banyak serangga yang menghinggapi tumbuhan ini karena banyaknya biji serta bunga yang mekar sejak pagi sebagai sumber nektar bagi serangga. Banyaknya serangga yang mengunjungi ini terbukti berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, banyak serangga yang menghinggapi tumbuhan ini. 759 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Gambar 2. Bagian Tumbuhan Krokot, tempat biji, yang banyak dihinggapi serangga (Sumber: Dokumentasi Pribadi) b. Distribusi Temporal Berdasarkan hasil pengamatan, ditunjukkan bahwa frekuensi kunjungan serangga berdasarkan distribusi temporal atau waktu yang dimulai pada periode I (pukul 07.0008.00), periode II (pukul 12.00-13.00), dan peridoe III (pukul 16.00-17.00) memiliki frekuensi yang berbeda setiap waktu dari setiap serangga. Secara umum, dapat dilihat waktu kunjungan paling banyak dari setiap serangga yaitu pada pukul 07.00-08.00 dan 12.00-13.00 hal ini karena secara umum dipengaruhi oleh beberapa hal, dijelaskan olah Hamid (dalam Nelly, 2015) bahwa keanekaragaman dan kelimpahan serangga secara umum pada suatu habitat tidak hanya ditentukan oleh kemampuannya berkembangbiak namun juga oleh sumber daya yang tersedia, salah satunya mangsa atau inang. Selain itu kunjungan terhadap waktu juga dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada pukul 07.00-08.00 dan 12.00-13.00 menunjukkan suhu 290C-320C, yang merupakan keadaan yang cocok bagi kelompok serangga khususnya Formicidae (semut). Hal ini didukung oleh pendapat Rahmawati (2004) yang menyatakan kisaran suhu udara pada mesofauna tanah termasuk insekta, yaitu antara 29,60C sampai 32,10C. Selain itu, menurut Agung (tanpa tahun) serangga juga membutuhkan kadar air dalam udara atau kelembaban tertentu untuk beraktifitas. Berdasarkan pengukuran kelembaban pada lahan pertanian tomat saat pukul 07.0008.00 dan 12.00-13.00 didapatkan kelembaban yaitu berkisar 59-62%. Kondisi ini dapat dikatakan ideal karena kelembaban lingkungan berhubungan dengan banyaknya kandungan air di udara, sehingga waktu tersebut merupakan waktu yang cocok untuk serangga mengunjungi tanaman krokot sebagai inang. Pada periode waktu yang semakin sore (antara pukul 13.00-17.00), keberadaan serangga semakin berkurang, hal ini karena keadaan lingkungan pada waktu tersebut tidak lagi mendukung aktifitas dari serangga. Menurut Untung (dalam Sanjaya dan Setiawati, 2005) kelimpahan serangga akan berkurang ketika sumber makanan, tempat berlindung, tempat kawin dan faktor lingkungan lainnya tidak mencukupi. Secara keseluruhan, distribusi terbanyak dari serangga ini berasal dari famili Formicidae atau kelompok semut. Famili Formicidae ini memiliki distribusi terbanyak, atau memiliki nilai kunjungan paling besar terhadap tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) karena famili yang merupakan anggota semut ini memiliki penyebaran yang cukup luas. Jumlah dan jenisnya yang beranekaragam sehingga mudah untuk dikenali (Riyanto, 2007). Dijelaskan kembali oleh Borror et al (dalam Samudra, 2013) Formicidae yang lebih dikenal dengan semut, merupakan kelompok yang umum, menyebar luas dan banyak dikenal orang karena semut menyukai lahan yang tidak digenangi air, semut 760 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 menyukai lahan hortikultura karena tidak tergenang air. Menurut Rahmawati (2004), Formicidae merupakan hewan yang paling mempunyai tingkat adaptasi yang paling tinggi terhadap lingkungan sehingga jumlahnya sangat besar mencapai 70% dari keseluruhan fauna tanah. Selain itu, penyebab famili Formicidae mudah dijumpai dimana saja karena makanan dari famili ini sangat beragam. Resti (2015) menjelaskan bahwa semut merupakan serangga tanah yang hampir ada di setiap habitat dan predator yang pholypagus artinya dapat memangsa apa saja sehingga kelangsungan hidupnya tidak terbatas oleh kesulitan mendapatkan makanan dan populasinya mendapatkan makan menjadi sangat besar. Distribusi terbanyak kedua setelah Formicidae adalah famili Alydidae atau serangga kelompok walang sangit yang memiliki ciri berbau busuk, yaing tersebar berdasarkan waktu kunjungan dari pagi hingga sore hari. Kelompok Alydidae turut sebagai serangga yang mengunjungi tanaman liar ini merupakan kelompok serangga yang cukup umum terdapat pada daun-daun tumbuhan gulma dan semak sepanjang sisi-sisi jalanan pada daerah-daerah hutan (Samba, dkk, 2014). Selanjutnya serangga yang banyak mengunjungi tumbuhan krokot ini yaitu famili Coccinellidae. Famili ini merupakan serangga kelompok kepik, serangga kelompok ini juga sering kita temui pada tanaman, famili Coccinellidae merupakan famili dari ordo Coleoptera yang merupakan ordo terbesar dari serangga-serangga dan mengandung sekitar 40% dari jenis yang terkenal dari heksapoda (Borror et at, dalam Nelly, 2015). Banyak jenis yang mempunyai kepentingan ekonomi yang besar salah satunya sebagai agens hayati hama tanaman pertanian karena sifatnya sebagai predator. Ditambahkan kembali oleh Yaherwandi (2005) penyebab tingginya tingkat keanekaragaman Coccinellidae predator pada suatu habitat ditentukan oleh berbagai faktor seperti bioekologi, kondisi lingkungan dan pengelolaan ekosistem. Kelompok serangga selanjutnya yang mengunjungi tanaman krokot pada lahan pertanian tomat berasal dari famili Staphylinidae dan Scarabaeidae. Kedua famili ini merupakan famili yang masih satu ordo dengan Coccinelidae yaitu berasal dari ordo Coleoptera. Famili Staphylinidae merupakan serangga dengan salah satu jenis yang terkenal yaitu tomcat. Keberadaan dua famili terakhir ini dalam mengunjungi tanaman krokot tidak memiliki frekuensi yang besar dari tiga famili sebelumnya hal ini karena menurut Kalshoven (dalam Nugraha, 2012) kumbang rove tidak efektif sebagai predator karena sifatnya yang polifagus. Populasi kumbang ini meningkat pesat saat pada bulan akhir musim penghujan (Maret dan April) dan akan berkurang setelah memasuki musim kemarau. PENUTUP Kesimpulan Distribusi temporal Arthropoda pada tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) di area lahan pertanian tomat (agroekosistem) Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang bervariasi dan menunjukkan bahwa kunjungan harian arthropoda pada pukul 12.00-13.00 lebih tinggi daripada kunjungan harian pada pukul 07.00-08.00 dan 16.00-17.00. Tiap famili dari arthropoda memiliki tingkat kunjungan harian yang berbeda pada tiap periode yang dikarenakan oleh faktor internal (fisiologis, kemampuan berkembang biak, siklus hidup, umur) dan faktor eksternal (faktor fisik, makanan, suhu 761 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 dan kelembaban). Frekuensi kunjungan harian arthropoda ini menunjukkan bahwa tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) merupakan habitat bagi arthropoda dan dapat dijadikan sebagai tanaman refugia. Saran Pengelola lahan pertanian tomat dan petani dapat memanfaatkan teori ini untuk dijadikan acuan dalam meningkatkan produksi tomat tanpa adanya musuh alami dengan penanaman tanaman refugia. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian sejenis, dengan melakukan pengamatan mengenai distribusi temporal arthropoda di musim hujan dengan menggunakan jenis tumbuhan liar yang lain sebagai Pengendalian Hama Terpadu (PHT). DAFTAR PUSTAKA Addina, L., Yanuwiadi, B., Gama, Z. P. & Leksono, A.S., 2013. Efek Perpaduan Beberapa Tumbuhan Liar di Sekitar Area Pertanaman Padi dalam Menarik Arthropoda Musuh Alami dan Hama. El-Hayah, 3 (2): 71-81. Agung, S. A. P., Ibrohim & Tuarita, H. 2014. Kajian Struktur dan Komposisi Komunitas Serangga Predator yang Berpotensi Sebagai Agen Pengendali Hayati di Kebun Kopi Desa Bangelan Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. (Online). (http://jurnal online.um.ac.id/data/artikel/artikel4DC05DBF975285880B3D4F6C4 DEFC0E3.pdf, diakses tanggal 10 Desember 2015). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Kebijakan Tanggap Ledakan Hama Penting Tanaman Kebun. (Online). (http://www.litbang.pertanian.go.id/hamapenyakit/perkebunan/hama.pdf, diakses tanggal 27 November 2015). Herlinda, S. 2004. Jenis Tumbuhan Inang, serta Populasi dan Kerusakan oleh Pengorok Daun, Liriomyza huidobrensis (Blanchard) pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.). Jurnal Tanaman Tropika, 7 (1): 59-68. Karmawati, E. 1983. Makalah Pendukung Ekologi Serangga: Dinamika Populasi Serangga. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Kirana, C. 2015. Distribusi Spasial Arthropoda pada Tumbuhan Liar di Kebun Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Bioeksperimen, 1 (2): 9-21. Laba, I. W. 2001. Keanekaragaman Hayati Arthropoda dan Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi pada Ekosistem Sawah. (Online). (http://tumoutou.net/3_sem1_012/i_w_laba.htm, diakses tanggal 27 November 2015). Litbang Pertanian. 2007. Krokot (Portulaca oleracea) Gulma Berkhasiat obat Mengandung Omega 3. (Online), (https://www.scribd.com/doc/58355253/warta-Vol-13-No-1-2007, diakses tanggal 10 Desember 2015). Marwoto & Indiati, S. W. 2009. Strategi Pengendalian Hama Kedelai dalam Era Perubahan Iklim Global. Iptek Tanaman Pangan, 4 (1): 94-103. Nelly, N., Yaherwandi & Effendi, M. S. 2015. Keanekaragaman Coccinelidae Predator dan kutu daun (Aphididae spp.) pada Ekosistem Pertanaman Cabai. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1 (2): 247-253. Nugraha, A. 2012. Kumbang Rove [Tomcat], Genus: Paederus (Coleoptera: Staphylinidae). (Online). 762 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 (https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=kLprVr3FFJe1uQS61r64Cw#q=PT. +Aardwolf+Pestkare+Indonesia+Kumbang+Rove+%5BTomcat%5D%2C+Genus:+ Paederus+(Coleoptera:+Staphylinidae), diakses tanggal 10 Desember 2015). Rahmawati, 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah di Kawasan Hutan Wisata Al am Sibolangit. (Online). (http://dokumen.tips/documents/hutan rahmawaty12 55888ae95552d.html , diakses tanggal 10 Desember 2015). Resti, V.D.A. 2015. Distribusi Temporal Arthropoda pada Tumbuhan Liar Centella asiatica L. di Kebun Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Bioeksperimen, 1 (2): 1-8. Riyanto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Jurnal Penelitian Sains, 10 (2): 241-253. Samba, dkk. 2014. Populasi Serangga pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum varlongum) dengan Menggunakan Pupuk Organik dan Anorganik di Desa Tonsewer Kecamatan Tompaso Dua. (Online), (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/view/5960/5474, diakses tanggal 10 Desember 2015). Samudra, F. B., Izzati, M., & Purnaweni, H. 2013. Kelimpahan dan Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Kebun Sayuran Organik ―Urban Farming‖. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013. Sanjaya, Y. & Setiawati, W. 2005. Keragaman Serangga pada Tanaman Roay (Phaseolus lunatus). BIODIVERSITAS, 6 (4): 276-280. Yaherwendi. 2009. Struktur Komunitas Hymenoptera Parasitoid pada Berbagai Lanskap Pertanian di Sumatra Barat. J. Entomol. Indon, 6 (1): 1-14. 763