HUKUM JOULE PANAS YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS LISTRIK (L1) Nama : I Putu Giri Harta Yogeswara NR P : 1413100071 Tgl. Prak. : 21 Maret 2014 Nama Asst. : Ella Agustin KIMIA MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM HUKUM JOULE PANAS YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS LISTRIK (L1) I PUTU GIRI HARTA YOGESWARA 1413100071 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2014 ABSTRAK i DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii Daftar Gambar ........................................................................................................ iii Daftar Tabel ........................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 2 2.1 Hukum Joule............................................................................................. 2 2.2 Arus Elektron dan Arus Listrik Dalam Sebuah Kawat ............................ 4 2.3 Kalor dan Kalorimeter .............................................................................. 6 BAB III PERALATAN DAN CARA KERJA ....................................................... 9 3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 9 3.2 Cara Kerja...................................................................................................... 9 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 10 ii Daftar Gambar Gambar 2. 1 Conan ................................................................................................ 2 Gambar 2. 2 Cevorn ............................................................................................... 5 Gambar 2. 3 Kalor .................................................................................................. 8 iii Daftar Tabel Tabel 2. 1 Periodieke Tabel.................................................................................... 7 iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernahkah Anda menggunakan kompor listrik? Kompor listrik kini banyak digunakan di dapur keluarga. Selain penggunaannya yang praktis, kompor listrik juga mengurangi resiko terjadinya ledakan akibat kebocoran tabung gas. 1.2 Maksud Dan Tujuan Praktikum tentang panas yang ditimbulkan oleh arus listrik ini bertujuan untuk menentukan panas yang ditimbulkan arus listrik serta membuktikan Hukum Joule dan menentukan harga 1 Joule. 1.3 Permasalahan Permasalahan dalam praktikum ini adalah menghitung harga H dengan persamaan 2.11, yang sebelumnya dilakukan pengamatan terhadap nilai V (Volt), I (Ampere), dan t (sekon) dituangkan ke dalam tabel, sehingga didapat harga H, digambarkan dalam bentuk grafik, dengan T sebagai fungsi t selama arus mengalir dan ditarik suatu kesimpulan terhadap grafik tersebut. Menghitung Q1 dan Q2 (Kalor) dengan persamaan 2.12, kemudian dibandingkan dengan harga H yang telah dihitung. Lalu menghitung Tara Kalor Mekanik mengingat 1 Joule = 0,24 Kalori. 1 BAB II DASAR TEORI 2.1 Hukum Joule Saat kita membicarakan tentang arus electron yang bergerak bebas dengan kecepatan konstan di dalam konduktor, gerak listrik mungkin lebih tepat disebut sebagai akselerasi, yang diakhiri dengan sebuah tumbukan oleh partikel konduktor. Elektron mendapatkan energi kinetik pada jalur bebas diantara tumbukan. Pada tumbukan lain, elektron mendapatkan sejumlah energi. Energi yang mereka dapatkan dari partikel “tetap” (kata “tetap” di sini berarti posisi partikel yang tidak berubah) menambah amplitudo vibrasi. Dengan kata lain, elektron berubah menjadi Energi Termal atau Energi Panas. Untuk mendapatkan pembuktian pertambahan panas pada konduktor, pertama kita menganalisis gambaran umum power input terhadap sebuah rangkaian listrik. Gambar 1.1 memperlihatkan bagian dari rangkaian itu secara konvensional adalah arus ί dari kiri menuju kanan.Ѵa dan Ѵb adalah potensial listrik pada batang a dan b. Gambar 2. 1 Conan 2 Saat interval dt, banyaknya pengisian dq = ί dt yang memasuki rangkaian listrik bagian a, pada waktu yang sama keluar melalui rangkaian listrik b dengan besar arus yang sama. Dengan demikian, ada transfer dq dari potensial Ѵa menuju Ѵb. Energi dW diberikan pada persamaan: dW = dq(Ѵa−Ѵb) = ί dtѴab………………………………(2.1) dari persamaan di atas, maka untuk mendapatkan power input (daya) adalah, P = dW∕dt = ί Ѵab ……………………(2.2) Persamaan ini menunjukkan bahwa daya sebanding dengan arus dan beda potensial. Jika arus itu Amper, atu coulomb/sekon, dan potensial energi adalah volt, atau joules/coulomb, maka satuan daya kita ketahui joules/detik atau Watt, dimana: Coulumb × Joule sekon Coulumb = Joule = Watt……………(2.3) sekon Pada kasus tertentu dimana rangkaian antara a dan b adalah rangkaian dengan resistan R, seluruh energy yang didapat diubah menjadi panas, di mana potensial energi Ѵab diberikan sebagai, Ѵab = ί R ……………………………...(2.4) Maka, P = ί Ѵab = ί × ί R …………………………..(2.5) Atau, P = ί2R ……………………………………(2.6) Jika dihubungkan dengan waktu dt, persamaan (2.6) menjadi: dH = ί2R……………………………………(2.7) 3 dt Di mana H adalah jumlah panas yang timbul (Joule). Jika konduktor adalah linier, jika R konstan terhadap ί, persamaan (2.7) menyatakan bahwa “nilai pertambahan panas adalah sebanding dengan pertambahan jumlah arus”. Fakta ini diungkapkan oleh James Prescott Joule (1818 – 1889) dalam percobaan rangkaian pengukuran ekuivalen mekanika panas dan menjadi dasar “Hukum Joule”. Jika persamaan (2.7) dihubungkan dengan Hukum Ohm dan arus adalah Amper, nilai pertambahan panas dalam joule/sekon atau Watt, persamaan ini bisa diubah menjadi kalori/sekon dari relasi 1 kalori = 4.186 joule. Dari persamaan (2.7), panas dH yang berkembang pada konduktor pada waktu dt adalah: dH = R ί2dt…………………………………(2.8) dan waktu intervalnya antara 0 sampai t, maka H =0 ∫1 R ί2 dt………………………………(2.9) Jika arus listrik dan resistan konstan, H =R ί2t ……………………………………(2.10) Atau, H = Ѵ ί t……………………………………(2.11) Di mana H adalah panas yang dihasilkan (Joule), Ѵ adalah potensial listrik (volt), ί adalah arus listrik (Ampere), dan t adalah waktu (sekon). Jika arus dan potensial listrik konstan, maka perubahan panas oleh arus listrik dapat dihitung (Sears, 1951) 2.2 Arus Elektron dan Arus Listrik Dalam Sebuah Kawat Kita telah mengetahui jika arus listrik dalam sebuah batang logam adalah Nol, elektron adalam logam tidak akan bergerak (keseimbangan statis). Elektron akan bergerak bila ada arus listrik mengalir di dalam batang logam. Sebagai ilustrasi, 4 ketika sebuah logam dipolarisasi oleh energi luar, elektron dialamnya akan mengalami perubahan E sampai Nol. Kita akan berpikir tentang sesuatu seperti perubahan di dalam logam, menyebabkan pergerakan elektron berhenti bergerak jika tidak ada aliran listrik. Dalam rangkaian listrik, elektron bebas dalam kawat logam dapat bergerak kontiniu. Pada gambar 2.2 akibat adanya arus listrik menyebabkan elektron bebas bergerak dari kanan ke kiri secara kontiniu dengaan kecepatan v. Saat arus listrik masuk, jumlah elektron yang meninggalkan kawat logam akan sebanding dengan jumlah elektron yang masuk. Gambar 2. 2 Cevorn Saat elektron bergerak dalam kawat logam, terjadi tumbukan dengan inti atom. Tumbukan ini yang menyebabkan panas pada kawat (panas akan terus bertambah 5 selama pengaruh arus listrik terhadap kawat logam tetap terjaga). Pergerakan elektron juga menyebabkan efek magnetik. Efek panas dan magnetik inilah yang disebut “arus elektron”, banyaknya elektron yang memasuki kawat per sekon (Chabay, 1995) 2.3 Kalor dan Kalorimeter Kalor adalah “energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena adanya perbedaan temperatur”. Dalam satuan SI, satuan untuk kalor adalah Joule. Gagasan bahwa kalor berhubungan dengan energi dibuktikan oleh James Prescott Joule (1818-1889). Joule melakukan sejumlah percobaan penting untuk menetapkan pandangan kita saat ini bahwa kalor, seperti kerja, mempresentasikan transfer energy. Salah satu bentuk dari dari percobaan Joule ditunjukkan gambar 2.3. Beban yang jatuh menyebabkan roda pedal berputar. Gesekan antara air dan roda pedal menyebabkan temperatur naik sedikit (sebenarnya hampir tidak terukur oleh Joule). Kenaikan temperature yang sama didapat dengan memanaskan air di atas kompor. Pada percobaan ini, banyak percobaan penting lainnya (salah satunya melibatkan energi listrik), Joule menentukan bahwa sejumlah kerja tertentu yang dilakukan selalu ekivalen dengan sejumlah masukan kalor tertentu. Secara kuantitatif, kerja 4,186 joule (J) ternyata ekivalen dengan 1 kalori (kal) kalor. Ini dikenal sebagai tara kalor mekanik. 6 Tabel 2. 1 Periodieke Tabel Jika kalor diberikan pada sebuah benda, temperaturnya akan naik. Tetapi seberapa besar temperatur naik? Besarnya kalor Q yang dibutuhkan untuk merubah temperature zat tertentu sebanding dengan massa m zat tersebut dan dengan perubahan temperature ∆T, Q = mc ∆T………………………………...(2.12) di mana c adalah besaran karakteristik dari zat tersebut yang disebut kalor jenis. Karena c = Q/m∆T, kalor jenis dinyatakan dalam satuan J/kg.Co atau kkal/kg.Co (satuan SI yang sesuai). 7 Gambar 2. 3 Kalor Ketika bagian-bagian yang berbeda dari sistem yang terisolasi berada pada temperature yang berbeda, kalor yang mengalir dari bagian dengan temperatur yang lebih tinggi ke bagian dengan temperature rendah. Jika sistem terisolasi seluruhnya, tidak ada energi yang bisa mengalir ke dalam atau ke luar. Kekekalan energi menyatakan bahwa kalor sebanyak satu bagian sistem sama dengan kalor yang didapat oleh bagian yang lain, dikenal sebagai Azas Black. Pertukaran energy merupakan dasar teknik dari kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. Untuk melakukan pengukuran semacam itu, digunakan calorimeter. Satu kegunaan penting calorimeter adalah penentuan kalor jenis zat. Satu sampel dipanaskan sampai suhu yang tinggi yang diukur dengan akurat, dan dengan cepat ditempatkan pada air yang dingin calorimeter. Kalor yang hilang pada sampel tersebut adalah kalor yang diterima oleh calorimeter. Dengan mengukur temperatur akhir campuran tersebut, kalor jenis dapat dihitung (Giancoli, 2000). 8 BAB III PERALATAN DAN CARA KERJA 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Kalorimeter dengan perlengkapannya 1 set; Termometer 1 buah; Adaptor 1 buah; Adaptor 1 buah; Stopwatch 1 buah; Tahanan geser (Rg) 1 buah; Ampermeter (A) dan Voltmeter (V) masing-masing satu buah; Air secukupnya. 3.2 Cara Kerja Dibuat rangkaian seperti gambar 3.1 (a) dan dihubungkan dengan tegangan PLN seiijin asisten. Diisi Kalorimeter K dengan air dan dicatat massa air dalam Kalorimeter. Diberi beda potensial selama 10 menit. Diusahakan arus konstan dengan mengatur tegangan geser Rg. Dicatat kenaikan suhu tiap 30 detik selama 10 menit. Dilakukan untuk gambar 3.1 (b) Gambar 3.1 (a) Rangkaian Pertama Gambar 3.1 (b) Rangkaian Kedua 9 Daftar Pustaka Chabay, R. W. (1995). Electric and Magnetic Interaction. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc. Giancoli, D. C. (2000). Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Sears, F. W. (1951). Electricity And Magnetism. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company, Inc. 10