Staff Ahli Kemenlu: Afrika Negara Potensial di Bidang Ekonomi

advertisement
Staff Ahli Kemenlu: Afrika Negara Potensial di Bidang
Ekonomi
Staff ahli Kementriaan Luar Negeri Republik Indonesia bidang Ekonomi Sosial dan
Budaya, M Wahid Supriyadi mengatakan bahwa saat ini negara-negara di Benua
Afrika merupakan pasar potensial di bidang ekonomi bagi negara Indonesia. Hal ini
dikatakannya dalam Semiloka Potensi Ekonomi dan Peluang Pasar Indonesia di
Afrika, Selasa (8/5) di gedung rektorat lantai 8 Universitas Brawaijaya.
Lebih lanjut dikatakan oleh Wahid, bahwa pemikiran para pebisnis selama ini dalam
melakukan investasi perdagangan ke negara Timur seperti Eropa harus melirik ke
Barat terutama pada negara Afrika dan Sub Sahara.
Sementara itu, Sekjen Aspasif Kemenlu RI, Ratu Silvi Gayatri mengatakan bahwa
antitesa para pebisnis dalam memandang negara Afrika sebagai negara terbelakang,
miskin, dengan tingkat kriminalitas tinggi harus diubah. Karena saat ini negara-negara
di benua Afrika sudah memasuki perkembangan di beberapa aspek, seperti ekonomi
dan politik keamanan yang semakin stabil.
''Pada tahun 2012 ini saja, pertumbuhan ekonomi negara-negara di Benua Afrika
mengalami peningkatakan sebanyak 6 persen,'' kata Ratu Silvi Gayatri.
Wahid dalam jumpa persnya dengan sejumlah wartawan sesuai acara juga
mengatakan bahwa sebenarnya sudah sejak dulu Indonesia melirik negara Afrika
sebagai tujuan perdagangan ekonomi, namun hingga saat ini masih terkendala oleh
pemikiran atau mindset para usahawan terhadap negara-negara di benua hitam
tersebut.
''Kerjasama perdagangan di bidang ekonomi antara Republik Indonesia dengan Afrika
sudah dilakukan dalam bentuk ekspor sabun colek, susu, bidang otomotif, dan food
and beverages, seperti buah-buahan. Namun masih banyak investor Indonesia yang
kurang memanfaatkannya,''kata Wahid.
Potensialnya negara Afrika
sebagai negara tujuan ekspor Indonesia, dicontohkan oleh Wahid, pada tahun 2011
berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Perdagangan Republik Indonesia
total perdagangan Indonesia ke Afrika Selatan di semua sektor mencapai US$ 2.4
mlliar.
''Selain ke Afrika Selatan pertumbuhan ekspor Indonesia ke seluruh negara-negara
Afrika mencapai angka yang fantastis sebesar 53,6 persen pada kisaran January
hingga Juni 2011,''kata Wahid menambahkan.
Ditambahkan Wahid, bahwa lirikan pasar Indonesia ke negara-negara Afrika
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pertama pertumbuhan ekonomi Afrika tahun
2011 sebesar 5.3 persen dan 2012 sebesar 5.5 persen, kedua dalam menarik investor
asing, negara-negara Afrika memberikan berbagai insentif, dan ketiga berdasarkan
data dari McKinsey Global Institute diperkirakan dalam 10 tahun mendatang akan
terjadi lonjakan belanja konsumen di lima kota utama Afrika, yaitu Laos (Nigeria),
Alexandria, Kairo (Mesir), Cape Town, Johanesburg (Afsel) hingga US$ 25 miliar
pada tahun 2012
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UI, Zainudin Djafar yang
juga turut hadir sebagai pembicara mengatakan bahwa stigma negatif terhadap
negara-negara Afrika yang selama ini dipersepsikan masyarakat sebagai negara yang
rawan konflik etnis dan gejolak politik berkepanjangan tidak bisa dijadikan hambatan
suatu negara untuk melakukan kerjasama di bidang ekonomi.
''Konflik yang bergejolak di dalam suatu negara bisa saja terjadi, namun hal tersebut
saat ini sudah tidak bisa lagi dianggap sebagai hambatan dalam kerjasama
perdagangan ekonomi. Seperti contohnya, pada negara Mesir pada saat terjadi konflik
beberapa waktu lalu, ekspor Indonesia di bidang furniture justru meningkat,'' kata
Zainudin Djafar.
Zainudin menambahkan bahwa saat ini nilai investasi negara Indonesia di Afrika
sangat kecil atau sebesar US$ 2 miliar jika dibandingkan dengan China dan Amerika
Serikat yang masing-masing bernilai US$110 miliar dan US$ 46 miliar.
''Nilai investasi perdagangan Indonesia ke Afrika harus ditingkatkan tidak hanya
dalam bidang perdagangan barang naumun juga bio trade, seperti contohnya dengan
mengirimkan tenaga-tenaga ahli pendidikan ke negara Afrika untuk saling bertukar
pengetahuan,'' kata dosen yang saat ini banyak mendalami kajian negara-negara
Afrika dan Sub Sahara tersebut. [Oky]
Expert Staff of Ministry of Foreign Affairs: African Countries
have High Potentials on Economic Sector
Expert staff of Indonesian Ministry of Foreign Affairs for Social Economy and
Culture, M Wahid Supriyadi said that currently, countries in African continent is a
potential market of economy for Indonesia. He convey this in the Workshop of
Economic Potentials and Indonesian Market Opportunity in Africa, on Tuesday (8/5)
in the eighth floor of rectorate building Universitas Brawaijaya.
Furthermore, Wahid said that the mindset of businesspeople in doing trade investment
to Eastern country such as Europe has always been to look at the West, specifically on
African and Sub Sahara countries.
Meanwhile the Secretary General of Asia Pacific Indonesian Ministry of Foreign
Affairs, Ratu Silvi Gayatri said that the antithesis of businesspeople in looking at
Africa as poor, left behind country with high rate of criminality should be changed.
This is because countries in Africa have entered development on several aspects such
as economics and political security that are getting more stable.
“On 2012 alone, the economic growth of countries in African continent has
experienced a 6 % rise,'' as said by Ratu Silvi Gayatri.
In his press conference with several journalists after the event also said that actually
Indonesia has been looking to make African nation the destination of economic
trades, yet up to now it is still constrained by stereotypical mindset of the
businesspeople on the countries in Africa.
“The cooperation of economic trade between Indonesia and Africa has been held in
the form of export of soap, milk, automotive sector, and food and beverages, such as
fruits. Yet there are still many Indonesian investor that are not using it optimally,”
Wahid said.
Wahid gives an example of the potentials of African countries as the destination of
Indonesian export, on 2011 based on the date obtained from the Indonesian Ministry
of Trade, all sectors to South Africa Selatan reaches US$ 2.4 billion.
“Aside from South Africa, the growth of Indonesian export to all African countries
reaching fantastic point of 53,6 percent on January to June 2011,” Wahid added.
Wahid added that the aim of Indonesian market to African countries is affected by
several factors, first, economic growth of Africa on 2011 of 5.3 percent and 2012 of
5.5 percent, second, in attracting foreign investor, African countries give various
incentives, and third, based on the data from McKinsey Global Institute, it is predicted
that on the next 10 years, there will be increase of consumers’ consumption in five
major cities of Africa, Laos (Nigeria), Alexandria, Cairo (Egypt), Cape Town,
Johanesburg (South Africa) up to US$ 25 billion on 2012
Meanwhile the professor of International Relation UI, Zainudin Djafar, who also
attending the event as a speaker said that the negative stigma on African countries,
which is always perceived as countries with tendencies of ethnic conflicts and lengthy
political turmoil cannot be taken as obstacle to perform economic cooperation.
“Conflict might happen in a country, but it can no longer be perceived as an obstacle
in economic trade cooperation. For instance when revolution sprang in Egypt
sometimes ago, Indonesian export in the field of furniture is actually increasing,”
Zainudin Djafar said.
Zainudin added that currently, the value of investment of Indonesia in Africa is very
small, or only about US$ 2 billion, compared to China and USA, which is US$110
billion and US$ 46 billion, respectively.
“The value of trade investment from Indonesia to Africa must be increased, not only
in the field of goods trading, but also bio trade, such as sending experts of education
to Africa to exchange knowledge,” as said by the lecturer, who currently studying the
African and Sub Sahara countries. [Oky/trans. yasmeen]
Download