Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages ISSN 2302-0253 pp. 1- 9 ANALISIS SEDIMENT DELIVERY RATIO (SDR) DAN PENGGUNAAN RUMPUT VETIVER SEBAGAI UPAYA KONSERVASI DAS (Studi Kasus DAS Krueng Teungku Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar) Muhammad Ikhsan1, Azmeri2, Ella Meilianda3 1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Email: [email protected] Abstract: The rate of erosion and sedimentation in a region heavily dependent on rainfall, soil conditions, and land cover factors as well as the presence or absence of conservation action in the region. Land with natural vegetation will be more resistant to erosion than the land being cleared for agricultural land / plantation, the transfer function of forests to agricultural land / plantation will be very instrumental in triggering sizable erosion. Watershed (DAS) Krueng Tengku have a dominant cover types, namely, dry land agriculture and open land that could potentially land erosion. Conservation vegetative method is one effective way to reduce the rate of erosion. Estimates of the rate of erosion that occurs in Krueng Tengku watershed approach will be analyzed with the Universal Soil Loss Formula (USLE) and combined with a Geographical Information System (GIS). From the analysis of the estimated rate of erosion in the watershed Krueng Tengku using USLE approach then obtained some variation of the erosion rate spread in 7 sub-watershed. The highest erosion rates in the amount of 578.998 tons / ha / year. SDR of analysis obtained SDR is highest in sub-watershed 1 is equal to 0.342 and an area of 1,828 km2 and the smallest SDR contained in the sub-watershed 5 with SDR value of 0.146 and an area of 31,334 km2. Determination of areas for conservation plans with vetiver system performed at sub-watershed considering the slope of the land. Keywords: SDR, Land Conservation, Vetiver Abstrak: Laju erosi dan sedimentasi pada suatu wilayah sangat tergantung pada curah hujan, kondisi tanah, dan faktor tutupan lahan serta ada atau tidaknya tindakan konservasi pada wilayah tersebut. Tanah dengan vegetasi alami akan lebih tahan terhadap erosi dari pada tanah yang dibuka untuk lahan pertanian/perkebunan, pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian/perkebunan akan sangat berperan dalam hal memicu terjadi erosi yang cukup besar. Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Teungku memiliki jenis tutupan yang dominan yaitu, pertanian lahan kering dan lahan terbuka yang berpotensi terjadi erosi lahan. Metode konservasi secara vegetatif merupakan salah satu cara yang efektif untuk menekan laju erosi. Perkiraan laju erosi yang terjadi pada DAS Krueng Teungku akan dianalisis dengan pendekatan Universal Soil Loss Equation (USLE) dan dikombinasikan dengan Geographical Information System (GIS). Hasil analisis perkiraan laju erosi di DAS Krueng Teungku dengan menggunakan pendekatan USLE maka didapat beberapa variasi laju erosi yang tersebar di 7 sub DAS. Laju erosi tertinggi yaitu sebesar 640,995 ton/ha/tahun Dari analisis Sediment Delivery Ratio (SDR), didapat SDR tertinggi terdapat pada sub DAS 1 yaitu sebesar 0,342 dengan luas area sebesar 1,828 Km2 dan SDR terkecil terdapat pada sub DAS 5 dengan nilai SDR 0,146 dan luas area sebesar 31,334 Km2. Penentuan daerah untuk rencana konservasi dengan sistem vetiver dilakukan pada Sub DAS mempertimbangkan kemiringan lahan. Kata Kunci: SDR, Konservasi lahan, Vetiver 1- Volume 3, No. 4, November 2014 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan lahan terbuka yang berpotensi terjadi PENDAHULUAN Laju erosi dan sedimentasi pada erosi lahan. Secara geografis DAS Krueng suatu wilayah merupakan suatu kejadian Teungku terletak pada 95035’00 – 95040’ yang LU menggambarkan kondisi sistem dan 5027’–5037’BT, pengelolaan DAS. Penyebab erosi sangat administratif tergantung pada curah hujan, kondisi terletak Kecamatan Seulimum Kabupaten tanah, dan faktor tutupan lahan serta ada Aceh Besar, dengan luas DAS 107,59 atau tidaknya tindakan konservasi pada Km2. wilayah tersebut. Erosi DAS Krueng secara Teungku merupakan Laju erosi dapat dicegah dengan kejadian dimana terkikisnya tanah oleh air, melakukan tindakan konservasi dengan baik air hujan maupun air limpasan. erosi beberapa metode yaitu mekanis, kimiawi ini dapat menimbulkan beberapa dampak dan vegetatif, Metode vegetatif adalah dalam penggunaan kehidupan manusia maupun lingkungan. tanaman atau tumbuhan dengan cara sedemikian rupa sehingga Besarnya dapat dapat mengurangi laju erosi dengan cara diketahui/diprediksi dengan pendekatan mengurangi daya rusak hujan yang jatuh Universal Soil Loss Equation (USLE), dan jumlah daya rusak aliran permukaan hasil jika (Kodoatie dan Sjarief, 2005). Tujuan Sediment penelitian ini adalah untuk mengetahui Delivery Ratio (SDR) maka akan diketahui nilai Sediment Delivery Ratio (SDR) dan jumlah sedimen yang mengendap pada usaha konservasi DAS dengan rumput outlet-outlet. Jika outletnya merupakan vetiver. dari dirangkai sebuah erosi lahan pendekatan dengan waduk, melakukan tersebut analisis maka kegiatan akan eksploitasi mudah dan pemeliharaannya Asdak (1995), dalam Saidah (2007). KAJIAN KEPUSTAKAAN Menurut Asdak (2002), erosi dapat terjadi karena dua penyebab utama yaitu Tanah dengan vegetasi alami akan karena proses alamiah dan erosi akibat lebih tahan terhadap erosi dari pada tanah aktivitas manusia, erosi alamiah dapat yang lahan terjadi karena proses pembentukan tanah pertanian/perkebunan, pengalihan fungsi dan proses erosi yang terjadi untuk hutan menjadi lahan pertanian/perkebunan mempertahankan akan sangat berperan dalam hal memicu umumnya masih memberikan media yang terjadi erosi yang cukup besar. memadai dibuka Daerah Aliran untuk Sungai (DAS) pertumbuhan kondisi untuk alamiah berlangsungnya kebanyakan tanaman. Krueng Teungku memiliki jenis tutupan Sedangkan erosi karena kegiatan manusia yang dominan yaitu, pertanian lahan kering kebanyakan disebabkan oleh terkelupasnya Volume 3, No. 4, November 2014 -2 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kegiatan konservasi pembangunan tanah yang Prakiraan Laju Erosi Metode USLE (Universal Soil Loss atau Equation) dikembangkan oleh Wischmeir bersifat dan Smith (1965, 1978) dimana metode merusak keadaan fisik tanah. USLE digunakan untuk memperkirakan Besar laju erosi dapat diperkirakan besarnya erosi rata-rata tahunan dengan dengan melakukan pendekatan metode menggunakan Universal Soil Loss Equation (USLE) energi hujan. Faktor yang dipertimbangkan dimana memperhitungkan meliputi erosivitas hujan (R), erodibilitas energi yang dihasilkan oleh hujan dalam tanah (K), Panjang Lahan (L), Kemiringan peranannya sebagai penyebab terjadinya Lahan (S), faktor pengelolaan tanaman (C) erosi, pada saat ini metode USLE banyak dan faktor tindakan khusus konservasi dikombinasikan dengan Sistem Informasi lahan (P). metode Geografis ini (SIG) yang dapat pendekatan berikut: Metode konservasi secara vegetatif juga A RxKxLSxCxP , menjadi salah satu cara yang baik untuk dimana: satunya dengan menerapkan fungsi Persamaan USLE adalah sebagai memperkirakan laju erosi secara spasial. menanggulangi dampak dari erosi, salah dari (1) A = besarnya tanah yang tererosi dan rumput dihanyutkan (ton/ha/tahun); vetiver sebagai tanaman yang diusahakan R = nilai indeks erosivitas hujan; untuk mereduksi laju erosi, dan cara ini K = faktor erodibilitas tanah (ton/ha); sangat mudah dilakukan oleh masyarakat L = panjang lereng (m); untuk menekan laju erosi yang dapat S = kemiringan lereng (%); membahayakan C = faktor pengelolaan tanaman; kehidupan dan juga lingkungan. P = faktor tindakan khusus konservasi lahan. Mekanisme Terjadinya Erosi Menurut Asdak (2002), Proses Sediment Delivery Ratio (SDR) terjadinya erosi terdiri dari 3 tahapan yang Menurut Asdak (2002), cara yang berurutan yaitu pengelupasan (detachment), dapat dilakukan untuk bisa memprakirakan pengangkutan dan jumlah hasil sedimen dari suatu daerah pengendapan (sedimentation). Dalam hal ini tangkapan air adalah melalui perhitungan erosi tanah yang terjadi disebabkan oleh air nisbah hujan, disamping itu erosi juga dapat terjadi delivery ratio) atau yang dikenal dengan karena angin dan salju. SDR. Perhitungan besarnya SDR dianggap 3- (transportation), Volume 3, No. 4, November 2014 pelepasan sedimen (sediment Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala penting dalam menentukan prakiraan yang juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi realistis besarnya hasil sedimen total karena akarnya dapat dimanfaatkan untuk berdasarkan perhitungan erosi total yang berbagai keperluan, sebut saja bahan untuk berlangsung di daerah tangkapan air. kerajinan tangan dan bahan untuk minyak Variabilitas wangi. angka SDR dari suatu DAS/sub-DAS ditentukan oleh pengaruh Tanaman rumput vetiver telah salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor banyak dikembangkan diberbagai negara yaitu: sumber sedimen, jumlah sedimen guna untuk mengurangi laju erosi dalam yang tersedia untuk transport sedimen dan meningkatkan upaya konservasi tanah dan jarak air. Berdasarkan beberapa hasil penelitian antara sungai/anak umumnya sumber sungai, dalam sedimen sistem transport negara Afrika, Asia dan Amerika melalui budidaya yang tepat, kerapatan drainase, tekstur partike-partikel maka daerah yang terjal dekat aliran tanah deposisi sungai, terasiring dapat ditanami rumput sedimen dan karakteristik DAS. Persamaan vetiver untuk menanggulangi erosi (Astuti, yang digunakan untuk menghitung SDR 2009). tererosi, larian dibeberapa dan yang bentuk dan lokasi telah dikemukakan oleh Boyce, 1975 (dalam Arsyad, 2010) SDR = 0,41 A-0,3 Karakteristik Vetiver Vetiver (2) dimana : SDR = Sediment Delivery Ratio A = luas DAS (km2) Indonesia (wordpress) menyebutkan bahwa karakteristik unik vetiver yang sangat penting untuk konservasi tanah dan air adalah sistem akar yang kuat mengikat tanah secara dalam, batang yang tegak dan kaku, toleran Pengendalian Laju Erosi dengan Sistem terhadap segala kondisi tanah, kemampuan Vetiver beradaptasi dengan berbagai macam iklim Metode konservasi secara vegetatif mempunyai banyak manfaat yaitu selain dapat meningkatkan ketersediaan air untuk dan sistem akar yang vertikal. Bentuk fisik tanaman rumput vetiver dapat dilihat pada Gambar 1 kebutuhan domestik, irigasi pertanian dan industri serta mengurangi laju erosi. Metode vegetatif dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem rumput vetiver sebagai tanaman konservasi. Tanaman ini disamping mempunyai karakteristik akar yang sangat baik untuk mengurangi laju erosi lahan disamping itu Gambar 1 Bentuk fisik tanaman rumput vetiver Sumber : Vetiver Indonesia 2012 Volume 3, No. 4, November 2014 -4 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala METODELOGI PENELITIAN Equation Data hidrologi memperhitungkan Data hidrologi meliputi data curah hujan, data yang digunakan dalam (USLE), erosivitas hujan, erodibiltas tanah, panjang dan kemiringan lahan serta faktor tutupan lahan dengan penelitian ini berupa data sekunder, yaitu mengkombinasikan data curah hujan selama 30 tahun (1982- Geografis 2011) yang didapatkan dari stasiun Blang menganalisa data. Bintang. dengan (SIG) Sistem sebagai Informasi alat bantu Analisis Sediment Delivery Ratio (SDR) Perkiraan Peta topografi Peta topografi diperoleh SDR dapat dihitung dari dengan persamaan 5, dengan melihat hasil Bapeda, merupakan peta wilayah Aceh sedimen persatuan luas, jumlah erosi total, Besar yang memberikan informasi elevasi sediment delivery ratio (SDR), dan luas permukaan di daerah tangkapan air. wilayah DAS Kreung Teungku, Peta topografi tahun 2012 dengan forma shp. HASIL PEMBAHASAN Pembuatan DEM Analisis hidrologi Pembuatan DEM pada studi ini Analisis data hidrologi merupakan analisis dari data hujan dengan melakukan tabulasi curah hujan harian rata-rata tahunan serta dilakukan analisis untuk mendapatkan hujan harian maksimum digunakan untuk mendapatkan peta kontur dalam format raster melalui proses TIN. Data DEM ini selanjutnya digunakan sebagai input proses pembuatan SubDas Krueng Tengku dapat dilihat pada Gambar tahunan. 2. Pembuatan Digital Elevation Model (DEM) Untuk membuat batas subdas maka data kontur yang berformat vektor (shapefile) maka harus diubah ke dalam data DEM yang berformat raster. DEM di hasilkan dari Peta kontur digital DAS Krueng Tengku dengan menggunakan Gambar 2 Peta DEM ArcGIS 10.0. Pembuatan Analisis laju erosi Perkiraan laju erosi akan dihitung dengan pendekatan Universal Soil Loss 5- Volume 3, No. 4, November 2014 Batas SubDAS Krueng Tengku Deliniasi DAS yang dilakukan menggunakan ARCSWAT menghasilkan Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala jaringan sungai sintetik, outlet tiap subdas merupakan dan Selanjutnya wilayahnya. Untuk kemiringan lahan sub didefinisikan outlet utama DAS Krueng DAS 7 merupakan lahan yang mempunyai Tengku kemiringan sebesar 25,32 % dan sub DAS batas SubDas. sehingga menghasilkan peta sub DAS diperoleh bahwa SubDas Krueng kemiringan yang relatif datar yaitu sekitar Tengku terbagi lagi menjadi 7 SubDas. 6,16 %. pada Gambar 3. deliniasi yang kecil 1 Proses lahan paling SubDas Krueng Tengku. Hasil deliniasi Batas SubDas Krueng Tengku dapat dilihat merupakan DAS memiliki DAS juga memberikan informasi panjang lahan yang berada pada DAS Krueng Teungku yaitu dengan panjang lahan terpanjang yaitu sepanjang 8620,993m yang berada pada sub DAS 3, dan lahan terpendek yaitu sepanjang 2978,065 m berada pada sub DAS 1. Perkiraan Laju Erosi Lahan Perkiraan laju erosi yang dilakukan dengan pendekatan Universal Soil Loss Equation (USLE) dapat mengasilkan nilai Gambar 3 Peta DAS Krueng Teungku Beradasarkan hasil delianiasi DAS didapat beberapa parameter seperti yang ada pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Deliniasi DAS erosi disetiap sub DAS yang ada pada DAS Krueng Teungku. Nilai laju erosi yang didapat dari analisis dengan USLE dan GIS pada DAS Krueng Teungku adalah sebesar 12061,941 ton/ha/tahun. Laju erosi ini tersebar di 7 sub DAS yang ada, dengan nilai laju erosi terbesar terjadi pada bagian Sub DAS 4 yaitu dengan nilai laju erosi sebesar 640,995 ton/ha/tahun. Berdasarkan hasil delianiasi DAS Sediment Delivery Ratio (SDR) Krueng Teungku yang dilakukan dengan Analisis yang dilakukan untuk bisa ArcSwat yaitu ekstensi dari GIS, terlihat memprakirakan jumlah hasil sedimen dari bahwa sub DAS 5 merupakan sub DAS suatu DAS adalah melalui perhitungan yang paling luas dan sub DAS 1 adalah nisbah pelepasan sedimen (sediment Volume 3, No. 4, November 2014 -6 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala delivery ratio) atau yang dikenal dengan SDR. Perhitungan SDR tersebut memberikan gambaran besarnya rasio sedimen yang terangkut dalam DAS Krueng Teungku, sedimen hasil proses erosi biasanya diendapkan pada lahan atau juga masuk ke dalam sungai. prakiraan hasil sedimen dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Perhitungan SDR Sub DAS Luas SDR Gambar 4 Peta SDR Krueng Teungku (Km2) 1 1,828 0,342 2 3 4 5 6 7 13,622 12,176 11,916 31,334 18,977 17,739 0,187 0,194 0,195 0,146 0,170 0,173 konservasi secara vegetatif (sistem vetiver) Berdasarkan nilai erosi lahan yang didapat untuk Teungku, kondisi perlu DAS dilakukan Krueng tindakan konservasi. Konservasi secara vegetatiff Nilai SDR yang didapat dari melalui sistem vetiver dapat dilakuan pada perhitungan tersebut menggambarkan DAS, dengan menggantikan faktor tutupan jumlah sediment ratio yang terjadi pada lahan (C) yaitu nilai dari vetiver yaitu setiap sub DAS yang ada pada DAS sebesar 0,4 dan juga dengan melakukan Krueng Teungku. SDR tertinggi terdapat penggantian nilai tindakan konservasi (P) pada sub DAS 1 yaitu sebesar 0,342 dengan dengan luas area sebesar 1,828 Km2 dan sebelumnya SDR terkecil terdapat pada sub DAS 5 memepertimbangkan dengan nilai SDR 0,146 dan luas area lereng. mempertimbangkan dan Penerapan sebesar 31,334 Km2. kondisi juga faktor sistem dengan kemiringan vetiver pada penelitian ini adalah sebagai pengganti Sebaran nilai SDR ini dibuat dapat dilihat pada Gambar 4. atau penambahan tutupan lahan sebagai cara yang akan diharapkan dapat mereduksi sebagian besar laju erosi yang terjadi pada DAS Krueng Teungku. 7- Volume 3, No. 4, November 2014 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala KESIMPULAN DAN SARAN dengan kegiatan konservasi DAS Kesimpulan untuk 1. Dari hasil analisis yang dilakukan kritis dari DAS Krueng Teungku didapat nilai laju erosi tertinggi pada ini, sehingga dapat melakukan DAS adalah tindakan sesuai hasil yang didapat. sebesar 640,995 ton/ha/tahun yang 2. Perlu dilakukan analisis produksi 2. Krueng Teungku wilayah-wilyah terjadi pada subDAS 4. sedimen (sediment yield), sehingga Sebaran nilai Laju erosi yang berada memudahkan untuk instansi terkait pada 7 sub DAS, dengan nilai laju dalam erosi terbesar terjadi pada bagian tampungan mati (dead storage) Sub DAS 4 yaitu dengan nilai laju apabila dilakukan pembangunan erosi sebesar 578,998 ton/ha/tahun, waduk. ini terjadi pada lahan terbuka. 3. melihat Perhitungan SDR hal merencanakan 3. Perlu juga dilakukan penelitian memberikan lanjutan dengan mencoba gambaran besarnya rasio sedimen mengkombinasikan rumput vetiver yang terangkut pada tiap-tiap sub dengan DAS sehingga didapat hasil yang lebih Krueng Teungku, nilai sedimen hasil proses erosi biasanya tanaman setempat, baik lagi. diendapkan pada lahan atau juga 4. masuk ke dalam sungai. DAFTAR KEPUSTAKAAN Usaha konservasi lahan pada hasil Arsyad, S., 2010. Konservasi Tanah dan Air, Bogor: IPB press. Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Astuti, A., 2009. Pemanfaatan Rumput Vetiver (Vetiver Ziznoides) Sebagai Tanaman Konservasi Pencegah Erosi Daerah Aliran Sungai (DAS). Majalah Ilmiah Renaisans, Universitas Bondowoso, viewed Desember 2013, Available from internet <renaisansunibo.blogspot.com/2009/03/pemanfa atan-rumput-vetivervetiveria.html?m=1>. Balitbang PU., 2012. Vetiver Rumput Perkasa Penahan Erosi, Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, viewed Desember 2013, Available from internet <litbang.pu.go.id/vetiverrumput-perkasa-penahaerosi.balitbang.pu.go.id>. Kodoatie, R.J, dan Sjarief, R., 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi. analisis ini dilakukan dengan metode vegetatif yang menggunakan sistem vetiver. Pemilihan zona yang akan dilakukan tindakan konservasi vegetatif ini yaitu pada Sub DAS dengan dengan laju erosi tinggi serta mempertimbangkan kemiringan lahan. Saran 1. Hasil analisis dilakukan laju dengan erosi ini kombinasi USLE dan GIS dimana sangat memudahkan kita maupun instansi-instansi yang berkaitan Volume 3, No. 4, November 2014 -8 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Saidah, H., 2007. Modifikasi Model Sediment Delivery Ratio Untuk Daerah Aliran Sungai Dodokan Di Lombok, Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik, Universitas Mataram. 9- Volume 3, No. 4, November 2014